Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
TENTAMINE SUICIDE
LEH :
(KP.04.11.116)
(KP.04.11.117)
ZUANLES MIDKHOL
(KP.04.11.118)
MAHMUD
(KP.04.11.119)
I PUTU SUANDANA
(KP.04.11.120)
(KP.O3.11.060)
(KP.03.11.063)
KATA PENGANTAR
OM Swastyastu
Puja dan puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
rahmat beliaulah makalah ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu. Perkembangan pendidikan
yang sangat moderan sekarang ini pantasnya dapat juga meningkatkan derajat harga diri manusia
terutama orang orang yang mengalami depresi karena tidak bisa mengatasi masalahnya yang
mengakibatnya banyak orang yang mengalami tentamine suicide, meningkat dengan pesat sebagai
konsekuensi logis dari pengarauh globalisasi. Individu yang mengalami ketidakmampuan dalam
menghadapi stressor disebut individu yang berperilaku maladaptive, terdapat berbagai macam jenis
perilaku maladaptive yang mungkin dialami oleh individu, dari yang tahap ringan hingga ke tahap
yang paling berat yaitu Tentamen suicide atau percobaan bunuh diri. Dari kejadian ini kita sebagai
seorang tenaga kesehatan harus bisa mengatasi masalah yang kian hari makin banyak kasusnya.
Membahas tentang permasalahan percobaan bunuh diri ini penting karena siapa saja bisa
mengalami masalah ini dan bisa melakukakan bunuh diri.
Isi dalam makalah di sajikan mulai dari fondasi dasar dari masalah tentang tentamine suicide
sampai dengan penjelasan tentang pentingnya kehidup ini.
OM Santih,santih,santih OM
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. i
DAFTAR ISI. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4
1.2 Batasan Masalah. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .5
1.5 Tujuan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian tentamine suicide. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . .. . 6
2.2 Etiologi tentamine suicide . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .8
2.3 Jenis-jenis tentamen suicide. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 8
2.4 Klasifikasi atau penilaian bunuh diri atau tentamen suicide . . . . . . . . . . . . . . 11
2.5 Tanda dan gejala . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 13
2.6 Factor-faktor yang mempengaruhi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 14
2.7 Komplikasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .15
2.8 Penatalaksanaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 16
2.9 Pemeriksaan Penunjang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap kehidupan yang dialami manusia selalu mengalami fluktuasi dalam berbagai hal.
Berbagai stressor baik fisik, psikologis maupun social mampu mempengaruhi bagaimana persepsi
seorang individu dalam menyikapi kehidupan. Hanya individu dengan pola koping yang baik yang
mampu mengendalikan stressor-stressor tersebut sehingga seorang individu dapat terhindar dari
merilaku maladaptive. Selain faktor pola koping, faktor support system individu sangat memegang
peranan vital dalam menghadapi stressor tersebut.
Individu yang mengalami ketidakmampuan dalam menghadapi stressor disebut individu yang
berperilaku maladaptive, terdapat berbagai macam jenis perilaku maladaptive yang mungkin dialami
oleh individu, dari yang tahap ringan hingga ke tahap yang paling berat yaitu Tentamen suicide atau
percobaan bunuh diri. Dalam kehidupan, individu selalu menghadapi masalah atau stressor, respon
individu terhadap stressor, tergantung pada kemampuan menghadapi masalah serta tingkat stress
yang dialami. Dalam menghadapi masalah seseorang dapat menggunakan respon yang adaptif
maupun respon yang maladaptive, respon seseorang yang adaptif membuat seseorang mempunyai
harapan dalam menghadapi masalah, dimana harapan tersebut menimbulkan rasa yakin, percaya,
ketetapan hati dalam menghadapi masalah dan dapat menimbulkan ispirasi. Respon maladaptive
seseorang membuat seseorang merasa putus harapan dalam menghadapi masalah, menimbulkan rasa
tidak percaya diri dalam menghadapi masalah menyebabkan seseorang merasa rendah diri.
Menurut ahli, Bunuh diri merupakan kematian yang diperbuat oleh sang pelaku sendiri secara
sengaja (Haroid I. Kaplan & Berjamin J. Sadock, 1998). Seorang individu yang mengalami tentamen
suicide biasanya mengalami beberapa tahap sebelum dia melakukan percobaan bunuh diri secara
nyata, Pertama kali biasanya klien memiliki mindset untuk bunuh diri kemudian biasanya akan
disampaikan kepada orang-orang terdekat. Ancaman tersebut biasanya dianggap angin lalu, dan ini
adalah sebuah kesalahan besar. Selanjutnya klien akan mengalami bargaining dengan pikiran dan
logikanya, tahap akhir dari proses ini biasaya klien menunjukan tindakan percobaan bunuh diri
secara nyata.
Keperawatan kegawatdaruratan dalam kasus tentamen suicide berfokus pada penanganan
klien setelah terjadinya upaya nyata dari klien yang melakukan percobaan bunuh diri sehingga tidak
berfokus pada aspek psikologi dan psikiatri dari klien dengan tentamen suicide.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian tentamine suicide ?
2. Etiologi tentamine suicide ?
3. Jenis-jenis tentamen suicide?
4. Klasifikasi atau penilaian bunuh diri atau tentamen suicide?
5. Tanda dan gejala?
6. Factor-faktor yang mempengaruhi?
7. Komplikasi?
8. Penatalaksanaan?
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Tujuan umum penulis dalam menyusun makalah ini adalah untuk mendukung kegiatan belajarmengajar jurusan keperawatan khususnya pada mata kuliah keperawatan Neurobehavior II tentang
asuhan keperawatan klien dengan tentamin suicide.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penulis dalam menyusun makalah ini agar mahasiswa mengetahui definisi
alzheimer, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, pemeriksaan diagnostik dari alzheimer,
penatalaksanaan medis dan asuhan keperawatan klien tentamin suicide.
D. Manfaat
a. Bagi penulis yaitu untuk meningkatkan pengetahuan dan penampilan penyusunan dan menerapkan
askep terhadap pasien yang mengalami tentamin suicide.
3. Patofisiologi
Dalam kehidupan, individu selalu menghadapi masalah atau stressor, respon individu terhadap
stressor, tergantung pada kemampuan menghadapi masalah serta tingkat stress yang dialami. Dalam
menghadapi masalah seseorang dapat menggunakan respon yang adaptif maupun respon yang
maladaptive, respon seseorang yang adaptif membuat seseorang mempunyai harapan dalam
menghadapi masalah, dimana harapan tersebut menimbulkan rasa yakin, percaya, ketetapan hati
dalam menghadapi masalah dan dapat menimbulkan ispirasi. Respon maladaptive seseorang
membuat seseorang merasa putus harapan dalam menghadapi masalah, menimbulkan rasa tidak
percaya diri dalam menghadapi masalah menyebabkan seseorang merasa rendah diri. Jika seseorang
tidak mampu mengatasi masalah kemungkinan besar seseorang akan menjadi depresi, mengalami
perasaan gagal, putus asa, dan merasa tidak mampu dalam mengatasi masalah yang menimbulkan
koping tidak efektif. Putus harapan juga mengakibatkan seseorang merasa kehilangan, sehingga
menimbulkan perasaan rendah diri, depresi. Rendah diri dan depresi merupakan salah satu indikasi
terjadinya bunuh diri, salah satu percobaan bunuh diri dilakukan dengan penyalahgunaan obat,
dimana obat-obatan yang dosisnya besar dapat bersifat toksin bagi tubuh terutama lambung.
Intoksikasi dapat memacu atau meningkatkan sekresi asam lambung, dimana asam lambung ini
mengiritasi/ membuat trauma jaringan mukosa lambung, merusak mukosa lambung, merangsang
saraf. Saraf pada lambung membuka gate kontrol menuju rangsang saraf aferen ke cortex cerebri
yang meningkatkan sensitifitas saraf nyeri, kemudian kembali ke saraf eferen dan menimbulkan rasa
nyeri, rasa nyeri ini menstimulasi nervus vagus dan meningkatkan respon mual dan gangguan rasa
nyaman, gangguan saluran makanan pada lambung, duodenum, usus halus, usus besar, hati, empedu
dan salurannya sering memberikan keluhan di perut atas atau di daerah epigastrium yang sering
disebut dengan istilah nyeri epigastrik.
BAB II
KONSEP TEORI PEMBAHASAN
TENTAMEN SUICIDE
2.1. Definisi Tentamen Suicide
Bunuh diri merupakan kematian yang diperbuat oleh sang pelaku sendiri secara sengaja
(Harold I, Kaplan & Berjamin J. Sadock, 1998).
Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan (Budi
Anna Kelihat, 1991)
Perlaku destruktif diri yaitu setiap aktifitas yang jika tidak dicegah dapat mengarah kepada
kematian (Gail Wiscara Stuart, dan Sandra, J. Sundeen, 1998).
Ide, isyarat dan usaha bunuh diri, yang sering menyertai gangguan depresif sering terjadi
pada remaja ( Harold Kaplan, Sinopsis Psikiatri,1997).
Bunuh diri adalah, perbuatan menghentikan hidup sendiri, yang dilakukan oleh individu itu
sendiri. Namun, bunuh diri ini dapat dilakukan pula oleh tangan orang lain. Misal : bila si korban
meminta seseorang untuk membunuhnya, maka ini sama dengan ia telah menghabisi nyawanya
sendiri. Dimana, Menghilangkan nyawa, menghabisi hidup atau membuat diri menjadi mati oleh
sebab tangan kita atau tangan suruhan, adalah perbuatan-perbuatan yang termasuk dengan bunuh
diri. Singkat kata, Bunuh diri adalah tindakan menghilangkan nyawa sendiri dengan menggunakan
segala macam cara.
2.2 Etiologi
Menurut mustika slide.com bunuh diri dapat disebabkan oleh banyak hal antara lain :
a. Kegagalan untuk beradaptasi sehingga tidak dapat untuk menghadapi stress
b. Perasaan terisolasi, dapat terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal/ gagal untuk
melakukan hubungan yang berarti.
c. Perasaan marah atau bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman bagi diri sendiri.
d. Cara untuk mengakhiri keputusasaan.
e. Tangisan minta tolong.
f. Dipermalukan didepan umum.
g. Kehilangan pekerjaan.
1. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala dari bunuh diri dapat dilihat dari perilaku di bawah ini, antara lain :
a) Keputusasaan
b) Celaan terhadap diri sendiri
c) Perasaan gagal dan tidak berharga
d) Alam perasaan depresi
e) Agitasi dan gelisah
f) Insomnia yang menetap
g) Penurunan berat badan
h) Berbicara lamban
i) Keletihan
j) Menarik diri dari lingkungan social.
k) Pernah melakukan percobaan bunuh diri.
l) Memberikan pernyataan ingin mati.
m) Perubahan perilaku secara mendadak, mudah marah, sifat tidak menentu.
n) Tidak memerdulikan penampilan.
Banyak pernyataan yang salah tentang bunuh diri yang harus diketahui perawat dalam memberikan
asuhan keperawatan pada klien dengan tingkah laku bunuh diri.
1.
Ancaman bunuh diri hanya cara individu untuk menarik perhatian dan tidak perlu
Kecenderungan bunuh diri adalah keturunan tidak ada data dan hasil riset yang
membantu pendapat ini karena pola perilaku bunuh diri bersifat individual.
SIRS (Suicidal Intention Rating Scale)
Skor 0 : Tidak ada ide bunuh diri yang lalu dan sekarang
Skor 1 : Ada ide bunuh diri, tidak ada percobaan bunuh diri, tidak mengancam bunuh diri.
Skor 2 : Memikirkan bunuh diri dengan aktif, tidak ada percobaan bunuh diri.
Skor 3 : Mengancam bunuh diri, misalnya Tinggalkan saya sendiri atau saya bunuh diri.
Skor 4 : Aktif mencoba bunuh diri.
1. Pasien dengan Tentamine Suicide (Keinginan bunuh diri)
Pasien dengan bunuh diri dibagi dua:
1. Egoailen: keinginan bunuh diri terasa aneh dan kurang pada tempatnya.
2. Egosintonik: keinginan tersebut sudah sesuai dengan dirinya
2. Adapun Beberapa Factor Lain Penyebab Perilaku Bunuh Diri Dapat Dikategorikan Sebagai
Berikut :
a.
Factor genetic
Ada yang berpikir bahwa bawaan genetik seseorang dapat menjadi faktor yang tersembunyi dalam
banyak tindakan bunuh diri. Memang gen memainkan peranan dalam menentukan temperamen
seseorang, dan penelitian menyingkapkan bahwa dalam beberapa garis keluarga, terdapat lebih
banyak insiden bunuh diri ketimbang dalam garis keluarga lainya
Kondisi kimiawi otak pun dapat menjadi faktor yang mendasar. Dalam otak. miliaran neuron
berkomunikasi secara elektrokimiawi. Di ujung-ujung cabang serat syaraf, ada celah kecil yang
disebut sinapsis yang diseberangi oleh neurotransmiter yang membawa informasi secara kimiawi.
Kadar sebuah neurotransmiter, serotonin, mungkin terlibat dalam kerentanan biologis seseorang
terhadap bunuh diri. Buku Inside the Brain menjelaskan, Kadar serotonin yang rendah dapat
melenyapkan kebahagiaan hidup, mengurangi minat seseorang pada keberadaanya serta
meningkatkan resiko depresi dan bunuh diri.. Akan tetapi, faktor genetik tidak bisa dijadikan alasan
yang mengharuskan seseorang untuk melakukan tindakan bunuh diri
b. Factor keperibadian
Salah satu faktor yang turut menentukan apakah seseorang itu punya potensi untuk melakukan
tindakan bunuh diri adalah faktor kepribadian. Para ahli mengenai soal bunuh diri telah
menggolongkan orang yang cenderung untuk bunuh diri sebagai orang yang tidak puas dan belum
mandiri, yang terus-menerus meminta, mengeluh, dan mengatur, yang tidak luwes dan kurang
mampu menyesuaikan diri. Mereka adalah orang yang memerlukan kepastian mengenai harga
dirinya, yang akhirnya menganggap dirinya selalu akan menerima penolakan, dan yang
berkepribadian
kekanak-kanakan,
yang
berharap
orang
lain
membuat
keputusan
dan
yang muncul tiba-tiba, tanpa ada faktor predisposisi sama sekali. Akumulasi persoalan fase
sebelumnya akan terpicu oleh suatu peristiwa tertentu.
c.
Factor psikologis
Faktor psikologis yang mendorong bunuh diri adalah kurangnya dukungan sosial dari masyarakat
sekitar, kehilangan pekerjaan, kemiskinan, huru-hara yang menyebabkan trauma psikologis, dan
konflik berat yang memaksa masyarakat mengungsi. Psikologis seseorang sangat menentukan dalam
persepsi akan bunuh diri sebagai jalan akhir/keluar. Dan psikologis seseorang tersebut juga sangat
dipengaruhi oleh berbagai faktor tertentu juga.
d. Factor ekonomi
Masalah ekonomi merupakan masalah utama yang bisa menjadi faktor seseorang melakukan
tindakan bunuh diri. Ekonomi sangat berpengaruh dalam pemikiran dan kelakuan seseorang.
Menurut riset, sebagian besar alasan seseorang ingin mengakhiri hidupnya/ bunuh diri adalah karena
masalah keuangan/ekonomi. Mereka berangggapan bahwa dengan mengakhiri hidup, mereka tidak
harus menghadapi kepahitan akan masalah ekonomi. Contohnya, ada seorang ibu yang membakar
dirinya beserta ananknya karena tidak memiliki uang untuk makan. Berdasarkan contoh tersebut,
para pelaku ini biasanya lebih memikirkan menghindari permasalahan duniawi dan mengakhir hidup.
e.
Gangguan mental merupakan penyakit jiwa yang bisa membuat seseorang melakukan tindakan
bunuh diri. Mereka tidak memikirkan akan apa yang terjadi jika menyakiti dan mengakhiri hidup
mereka,
karena
sistem
mental
sudah
tidak
bisa
bekerja
dengan
baik.
Selain itu ada juga gangguan yang bersifat mencandu, seperti depresi, gangguan bipolar, scizoprenia
dan penyalahgunaan alkohol atau narkoba. Penelitian di Eropa dan Amerika Serikat memperlihatkan
bahwa lebih dari 90 persen bunuh diri yang dilakukan berkaitan dengan gangguan-gangguan
demikian. Bahkan, para peneliti asal Swedia mendapati bahwa di antara pria-pria yang tidak
didiagnosis menderita gangguan apapun yang sejenis itu, angka bunuh diri mencapai 8,3 per 100.000
orang, tetapi di antara yang mengalami depresi, angkanya melonjak menjadi 650 per 100.000 orang!
Dan, para pakar mengatakan bahwa faktor-faktor yang mengarah ke bunuh diri ternyata serupa
dengan yang di negeri-negeri timur. Namun, sekalipun ada kombinasi antara depresi dan peristiwa
-peristiwa pemicu, itu bukan berarti bunuh diri tidak bisa dielakan.
Peringatan verbal atau nonverbal bahwa orang tersebut mempertimbangkan untuk bunuh diri. Orang
tersebut mungkin menunjukkan secara verbal bahwa ia tidak akan berada di sekitar kita lebih lama
lagi atau mungkin juga mengkomunikasikan secara nonverbal melalui pemberian hadiah, merevisi
wasiatnya dan sebagainya. Pesan-pesan ini harus dipertimbangkan dalam konteks peristiwa
kehidupan terakhir. Ancaman menunjukkan ambivalensi seseorang tentang kematian. Kurangnya
respon positif dapat ditafsirkan sebagai dukungan untuk melakukan tindakan bunuh diri.
b. Upaya bunuh diri
Semua tindakan yang diarahkan pada diri yang dilakukan oleh individu yang dapat mengarah
kematian jika tidak dicegah.
c.
Bunuh diri
Bunuh diri mungkin terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau diabaikan. Orang yang
melakukan upaya bunuh diri dan yang tidak benar-benar ingin mati mungkin akan mati jika tandatanda tersebut tidak diketahui tepat pada waktunya.
Variabel
Sifat Dermografik dan social
Resiko Tinggi
Resiko Rendah
Usia
Lebih dari 45
Di bawah 45
Jenis kelamin
Laki-laki
Wanita
Status marital
Menikah
Pekerjaan
Pengangguran
Bekerja
Hubungan interpersonal
Konflik
Stabil
Stabil
Kesehatan
Penyakit
hipokondriak
Fisik
Pemakaian
sehat
obat
berlebihan
Depresi ringan
Mental
Depresi berat
Kepribadian ringan
Psikosis
Peminum sosial
Optimisme
Penyalahgunaan zat
Putus asa
Sering,
berkepanjangan
kuat, Jarang,
rendah
intensitas
Berulang kali
Pertama kali
Direncanakan
Impulsi
Penyelamatan tidak
Penyelamatan tak
mungkin
terhindarkan
berubah
Komunikasi
Komunikasi
diinternalisasikan
diinternaslisasikan
(kemarahan)
tersedia
Sarana
Pencapaian buruk
Pencapaian baik
Pribadi
Tilikan buruk
Penuh tilikan
Afek
tidak
ada
atau Afek
terkendali buruk
tersedia
terkendali
dan
dengan
semestinya
Sosial
Support buruk
Support baik
Terisolasi sosial
Terintegrasi
secara
sosial
Keluarga
yang
memperhatikan
b. Diagnostik
- Penyakit medik umum
- Psikosis
- Penyalahgunaan zat
2.7. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin muncul pada klien dengan tentamen suicide sangat tergantung
pada jenis dan cara yang dilakukan klien untuk bunuh diri, namun resiko paling besar dari klien
dengan tentamen suicide adalah berhasilnya klien dalam melakukan tindakan bunuh diri, serta jika
gagal akan meningkatkan kemungkingan klien untuk mengulangi perbuatan tentamen suicide.
Pada klien dengan percobaan bunuh diri dengan cara meminum zat kimia atau intoksikasi zat
komplikasi yang mungkin muncul adalah diare, pupil pi- poin, reaksi cahaya negatif , sesak nafas,
sianosis, edema paru .inkontenesia urine dan feces, kovulsi, koma, blokade jantung akhirnya
meninggal. Pada klien dengan tentamen suicide yang menyebabkan asfiksia akan menyebabkan syok
yang
diakibatkan
karena
penurunan
perfusi
di
jaringan
terutama
jaringan
otak.
Pada klien dengan perdarahan akan mengalami syok hipovolemik yang jika tidak dilakukan
resusitasi cairan dan darah serta koreksi pada penyebab hemoragik syok, kardiak perfusi biasanya
gagal dan terjadi kegagalan multiple organ.
2.8 Penatalaksanaan
1. Pasien yang masih ingin hidup dan minta tolong , harus ditanggapi
2. Keinginan bunuh diri yang ringan dan terasa lucu harus ditanggapi karena banyak yang
ternyata berhasil
3. Eksplorasi motivasinya, bunuh diri dapat berkaitan denagn berbagai macam patologi
4. Atasi dulu keadaan kegawatan fisik
5. Lanjutkan dengan menggeledah pasien untuk mencegah peluang berulangnya kejadian
tersebut dan lakukan wawancara dengan pihak keluarga
6. Setelah kegawatan fisik teratasi , perlu ditinjau:
a. Beratnya risiko bunuh diri dalam waktu dekat menggunakan kriteria dari Tuckman
dan Youngman yang di modofikasi (kriteria MAS SALAD):
1. (M) Mental status: gangguan afektif berat atau psikosis
2. (A) Attempt: niat percobaan bunuh diri (PBD)yang kuat PBD ini bukan pertama
kali
3. (S) Support system : tidak ada seseorang yang penting dan dekat dengan pasien
4. (S) Sex : wanita di atas 25 tahun dan pria di atas 45 tahun
5. (A) Age: usia lanjut
6. (L) Loss: kehilangan (status atau pasangan ) dalam 6 bulan terakhir
7. (A) Alcoholism: peminum minuman keras
8. (D) Drug: penyalahgunaan dan ketergantungan zat
b. Kondisi klinis pasien keseluruhannya
c. Sumber-sumber intraspsikik/sosial untuk mengatasi masalah tersebut
7. Bila keadaan di atas kurang baik , dirawat psikiatri
8. Bila keadaan di atas menyokong , berobat jalan
9. Berobat jalan di lakukakan tiga kali untuk menggali dan mengatasi keadaan pasien . jangan
membuat janji atau kontrak dengan pasien. Obat hanya diberikan untuk 24-48 jam dan
antidepresan tidak ada manfaat (efek 7-14 hari). Berikan pesan pada pasien untuk kembali
dalam 24-48 jam , bila perlu sebelumnya . pencegahan dapat dilakukan di rumah dengan
bekerja sama dengan keluarga.
1. Resusitasi
Setelah jalan napas dibebaskan dan dibersihkan, periksa pernapasan dan nadi. Infus dextrose
5 % kecepatan 15 20 tts/mnt, napas buatan + oksigen, hisap lendir dalam saluran napas,
hindari obat obat depresan saluran napas, kalau perlu respirator pada kegagalan napas berat.
Hindar pernapasan buatan dari mulut ke mulut sebab racun organofosfat akan meracuni lewat
mulut penolong. Pernapasan buatan hanya dilakukan dengan meniup face mask atau
menggunakan alat bag valve mask.
2. Eliminasi
Emesis, merangsang penderita supaya muntah pada penderita yang sadar atau dengan
pemberian sirup ipecac 15 30 ml. Dapat diulan setelah 20 menit bila tidak berhasil.
Katarsis (intestinal lavage), dengan pemberian laksans bila diduga racun telah sampai di usus
halus dan tebal.
Kumbah lambung (KL atau gastric lavage), pada penderita yang kesadaran yang menurun,
atau pada mereka yang tidak kooperatif. Hasil paling efektif bila KL dikerjakan dalam 4 jam
setelah keracunan.
Keramas rambut dan mandikan seluruh tubuh dengan sabun.
Emesis, katarsis dan KL sebaiknya hanya dilakukan bila keracunan terjadi kurang daari 4 6
jam. Pada koma derajat sedang hingga berat tindakan KL sebaiknya dikerjakan dengan
bantuan pemasangan pipa endotrakeal berbalon, untuk mencegah aspirasi pneumonia.
3. Antidotum
Atropin sulfat (SA) bekerja dengan menghambat efek akumulasi AKh pada tempat
penumpukan.
a. Mula mula diberikan bolus iv 1 2,5 mg
b. Dilanjutkan dengan 0,5 1 mg setiap 5 10 15 menit sampai timbul gejala gejala
atropinisasi (muka merah, mulut kering, takikardi, midriasis, febris, dan psikosis).
c. Kemudian interval diperpanjang setiap 15 30 60 menit, selanjutnya setiap 2 4 6 8
dan 12 jam
d. Pemberian SA dihentikan minimal setelah 2 X 24 jam. Penghentian yang mendadak dapat
menimbulkan rebound effect berupa edema paru dan kegagalan pernapasan akut yang sering
fatal.
Setelah kondisi pasien stabil lakukan pemerikasaan anamnesis dan pemeriksaan fisik lanjutan
dan bila perlu lakukan pemeriksaan laboratorium.
yang
akan
dilakukan
pada
klien
dengan
tentamen
suicide.
Pemeriksaan darah lengkap dengan elektrolit akan menunjukan seberapa berat syok yang dialami
klien, pemeriksaan EKG dan CT scan bila perlu bia dilakukan jika dicurigai adanya perubahan
a. Petunjuk gejala
1. Keputusasaan
2. Celaan terhadap diri sendiri, perasaan gagal dan tidak berharga alam perasaan depresi.
3. Agitasi dan gelisah
4. Insomnia yang menetap
5. Penurunan berat badan
6. Berbicara lamban, keletihan, menarik diri dari lingkungan sosial
b. Penyakit psikratrik
c. Riwayat Psikososial
1. Baru berpisah bercerai, atau kehilangan
2. Hidup sendiri
3. Tidak bekerja, perubahan atau kehilangan pekerjaan yang baru dialami stress kehidupan
multiple (pindah, kehilangan, putus hubungan yang berarti, masalah sekolah, ancaman
terhadap krisis disiplin).
4. Penyakit medik kronik
5. Minum yang berlebihan dan penyalahgunaan zat
d. Faktor-faktor kepribadian
1. Impulsif, agresif, rasa bermusuhan
2. Kekakuan kognitif dan negatif
3. Keputusasaan
4. Harga diri rendah
5. Batasan atau gangguan kepribadian antisocial
e. Riwayat keluarga
2. Diagnosa Keperawatan
No Tujuan
Kriteria hasil
1.
TUM :
Klien tidak melakukan
percobaan bunuh diri.
TUK :
Klien dapat membina
hubungan
saling percaya.
keperawatan
jam
klien
Intervensi
selama
1x24p e r c a y a d e n g a n
menunjukkanm e n g g u n a k a n p r i n s i p
Menunjukan rasasenang
verbal.
Maumenyebutkannama
berkenalan.
Mau
dengan
duduk
perawat
bersediaklien.
diberikan
keperawatan
jam
maka,
menceritakan
perilaku
bunuh
dilakukannya:
klienbunuhdiri :
penyebab
Motivasi klien untuk
diri yang
menceritakan penyebab klien
mempunyai ide bunuh diri
kondisiemosionalnya.
TUK:
Setelah
diberikan
mata
klien
tampak
menjadi
penyendiri,
TUK :
Klien dapat
mengidentifikasi tandatanda perilaku bunuh
diri.
selama
maka,
menjelaskan:
Efektivitas
percobaan
yang
dilakukan.
Tindakan akan yang sudah
pernah
dilakukan
untuk
mengakhiri hidup.
Klien dapat
mengidentifikasi
perilaku percobaan
selama
maka,
menjelaskan
1x24
klien
akibat
Diri sendiri
Orang lain
Lingkungan
5.
TUK :
Klien dapat
mengidentifikasi akibat
tindakan yang sudah
dilakukan untuk bunuh
diri.
b. Keluarga
SP I k
1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala resiko bunuh diri, dan jenis perilaku bunuh diri yang
dialami pasien beserta proses terjadinya
3. Menjelaskan cara-cara merawat pasien resiko bunuh diri
SP II k
1. Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan resiko bunuh diri
2. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien resiko bunuh diri
SP III k
1. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum obat
2. Mendiskusikan sumber rujukan yang bias dijangkau oleh keluarga
B. Harga diri rendah situasional yang berhubungan dengan perubahan peran social
No Tujuan
Criteria hasil
Intervensi
Dx
2.
TUM:
Klien memiliki
konsep diri yang
positif
TUK:
klien dapat membina Setelah kali interaksi, klien Bina hubungan saling
hubungan saling
menunjukkan ekspresi wajah
percaya dengan
percya dengan
bersahabat, menunjukkan rasa menggunakan prinsip
perawat klien dapat senang, ada kontak mata, mau komunikasi terapeutik:
mengidentifikasi
berjabat tangan, mau
Sapa klien dengan
aspek positif dan
menyebutkan nama, mau
ramah baik verbal
kemampuan yang
menjawab salam, klien mau
maupun nonverbal
dimiliki.
duduk berdampingan dengan
Perkenalkan diri
perawat, mau mengutarakan
dengan
sopan
masalah yang dihadapi.
Tanyakan nama
lengkap dan yang
disukai klien
Jelaskan tujuan
pertemuan
Jujur dan menepati
janji
Beri perhatian pada
klien.
Klien dapat
merencanakan
kegiatan sesuai
dengan
kemampuan yang
dimiliki.
Diskusikan dengan
klien tentang :
Aspek positif yang
dimiliki klien, keluarga
dan lingkungan.
Kemampuan yang
dimiliki
Kemampuan yang
dimiliki.
Berikan pujian yang
realistis, hindarkan
memberikan penilaian
negative.
Klien dapat
melakukan kegiatan
sesuai rencana yang
dibuat.
Diskusikan dengan
klien kemampuan yang
dapat dilaksanakan.
Diskusikan
kemampuan yang
dapat dilanjutkan
pelaksanaannya.
Klien dapat
memanfaat kan
system pendukung
yang ada.
Tingkatkan kegiatan
sesuai dengan kondisi
klien
Beri contoh cara
pelaksanaan kegiatan
yang dapat klien
lakukan.
Diskusikan
kemungkinan
pelaksanaan kegiatan
setelah pulang.
Setelah diberikan asuhan
- Berikan pendidikan
keperawatan selama 1x24 jam kesehatan pada kelurga
tentang cara merawat
maka, klien memanfaatkan
klien dengan harga diri
system pendukung yang ada di rendah.
keluarga.
Bantu keluarga
memberikan dukungan
selama klien dirawat.
Bantu keluarga
menyiapkan
lingkungan di rumah.
2.
Menjelaskan pengertaian, tanda dan gejala haega diri rendah yang dialami pasien beserta
proses terjadinya
3.
SP II k
1. Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan harga diri rendah
2. Melatih keluaraga melakukan cara merawat langsung kepada pasien harga diri rendah
SP III k
1. Membantu keluaraga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum obat (discharge
planning)
2. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang.
BAB III
PENUTUP
3.1Evaluasi :
Evaluasi pada tingkah laku bunuh diri memerlukan pemantauan yang teliti tentang tingkah
laku klien setiap hari. Perubahan dapat segera terjadi yang memerlukan modifikasi perencanaan.
Peran serta klien pada perencanaan, evaluasi dan modifikasi rencana sangat membantu pencampuran
tujuan asuhan keperawatan. Tujuan utama asuhan keperawatan adalah melindungi klien sampai klien
dapat melindungi diri sendiri. Melalui intervensi yang aktif dan efektif diharapkan klien dapat
mengembangkan alternatif pemecahan masalah bunuh diri.
3.2 Kesimpulan
1. Tentamin
3. Teori psikologi
3. Ada 3 (tiga) jenis tentamin suicide yang bisa diidentifikasi, yakni:
1. Tentamin suicide anomik
2. Tentamin suicide altrustik
3. Tentamin suicide egoistic
Tak langsung
1. Merokok
2. Mengebut
3. Berjudi
4. Perilaku yang menyimpang secara sosial
5. Perilaku yang menimbulkan stress
b. Langsung
1. Keputusasaan
2. Celaan terhadap diri sendiri, perasaan gagal dan tidak berharga
3. Agitasi dan gelisah
3.3. Saran
Demikian makalah ini kami susun sebagaimana mestinya semoga bermanfaat bagi kita semua
khususnya bagi tim penyusun dan semua mahasiswa dan mahasiswi kesehatan pada umumnya. Saran
kami, lebih banyak membaca untuk meningkatkan pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Mansjoer Arief, dkk. (2001) Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga Jilid Pertama. Media
Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
2. Captain, C, ( 2008). Assessing suicide risk, Nursing made incredibly easy, Volume 6(3),
May/June 2008, p 4653
3. Carpenito, LJ (2008). Nursing diagnosis : Aplication to clinical practice, Mosby St Louis
4. http:/www.sheppard86.blogspot.com
5. Kaplan and Saddock (2005). Comprehensive textbook of Psychiatry, Mosby, St Louis.
6. Stuart, GW and Laraia (2005). Principles and practice of psychiatric nursing, 8ed.Elsevier Mosby,
Philadelphia
7. Shives, R (2008). Basic concept of psychiatric and Mental Health Nursing, Mosby,
St Louis.
8. Varcarolis, E M (2000). Psychiatric Nursing Clinical Guide, WB Saunder Company,
Philadelphia.
9. http://dwihardiyanti25.blogspot.com/2012/06/asuhan-keperawatan-tentamen-suicide.html
10. http://denfirman.blogspot.com/2009/09/tentamen-suicide.html