Anda di halaman 1dari 10

LABORATORIUM FARMAKOTERPI DAN FARMASI KLINIK

BAGIAN FARMAKOLOGI DAN FARMASI KLINIK


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA

PRAKTIKUM FARMAKOTERAPI SISTEM ENDOKRIN DAN HORMON
P3
DIABETES MELITUS

I. TUJUAN
Mahasiswa dapat memahami dan mengevaluasi tatalaksana terapi pada penyakit yang
berhubungan dengan Diabetes Melitus serta komplikasinya.

II. DESKRIPSI KASUS
KASUS ASLI
Tn. CD, umur 68 tahun, berat 60 kg datang ke klinik diabetes untuk melakukan
pemeriksaan sehubungan dengan penyakitnya. Beberapa hari terakhir ini kadar gula
darahnya berkisar antara 160-180 mg/dL. Tn CD merasakan adanya gangguan pada
pencernaan.
Riwayat Penyakit
DM Tipe 2 15
Hipertensi 10 tahun
Hiperlipidemia 1 tahun
Riwayat Pengobatan
Glucophage 1 g po 2 kali sehari
Zestril 20 mg po 1 kali sehari
Vital Sign
Tekanan darah : 182/82; RR: 16, Suhu: 37,7
0
C
Data Laboratorium
Na : 139 mEq/L ( 135-145 mEq/L )
BUN : 23 mg/dL ( 8-25 mg/dL )
K : 5,3 mEq/L ( 3.4-4.9 mEq/L )
Scr : 1,2 mg/dL (0,2-1 mg/dL )
Cl : 102 mEq/L ( 95-105 mEq/L )
Gula darah acak : 289 mg/dL ( < 140 mg/dL )
CO2 : 20 mEq/L ( 23-29 mEq/L )
HbA1c : 8,2 % ( < 6,5% baik )
( > 8% buruk )
( 6,5%-8% sedang )
Kolesterol total : 238 mg/dL ( < 200 mg/dL )
HDL : 42 mg/dL ( > 35 mg/dL )
LDL : 168 mg/dL ( < 130 mg/dL )
Trigliserida : 170 mg/dL ( < 160 mg/dL )
Diagnosa
Diabetes mellitus tipe 2, hipertensi, dyslipidemia, komplikasi otonomic neuropathy pada
gastrointestinal.
Pengembangan Kasus
- Tuan CD merupakan mantan direktur pertamina
- Setelah pensiun Tuan CD tidak mempunyai pekerjaan lain hanya bermalas-malasan
di rumah
- Mempunyai kebiasaan makan yang buruk yaitu sering makan makanan yang manis
dan berlemak.
- Tuan CD tidak pernah berolahraga
- TB = 153 cm
BMI = 25,63 overweight
Komplikasi otonomic neuropati pada gastrointestinal yang dialami adalah gastroparesis

III. PEMILIHAN OBAT RASIONAL
DM Tipe 2
1. Thiazolinedione
Rosiglitazon,Pioglitazon
Mekanisme aksi : meningkatkan sensitivitas insulin
Kontraindikasi : heart failure, ACS, IHD,DM tipe 1
Efek samping :Hipoglikemia,Udema,Anemia,ISPA,konstipasi, hipertensi


2. Sulfonilurea
Tolbutamid, Klorpropamid, Glibenklamid, Glipizid, Glimepirid
Mekanisme aksi : Menstimulasi sel-sel beta dari pulau Langerhans,
sehingga sekresi insulin ditingkatkan (Tjay, 2007).
Disamping itu, kepekaan sel-sel beta bagi kadar glukosa
darah diperbesar melalui pengaruhnya atas protein
transpor glukosa.
Kontraindikasi : Wanita menyusui, porfiria, ketoasidosis (IONI, 2000).
Efek samping : Hipoglimemia, peningkatan nafsu makan dan berat
badan
3. Insulin
Mekanisme aksi : membantu transport glukosa masuk ke dalam sel,
mempengaruhi metabolisme karbohidrat, lipid, protein
dan mineral. Insulin meningkatkan lipogenesis, menekan
lipolisis, serta meningkatkan transport asam amino masuk
ke dalam sel. Insulin juga mempunyai peran dalam
modulasi transkripsi, sintesis DNA dan replikasi sel.
Kontraindikasi : hipoglikemia, hipersensitif.
Efek samping : resistensi terhadap insulin, reaksi alergi lokal atau sistemik,
hipoglikemia, hipokalemia, kelelahan, rasa lapar, edema.
a) Insulin Kerja Singkat
Mulai kerja dalam 30 menit (injeksi subkutan), mencapai puncak 1-3 jam kemudian
dan bertahan 7-8 jam. Insulin kerja cepat seringkali digunakan oleh penderita yang
mengalami beberapa kali suntikan setiap hari dan disuntikkan 15-20 menit sebelum
makan (Hoan Tjay, 2007).
Efek samping : penambahan BB, alergi, transient edema (BNF 2005).
b) Insulin Kerja Sedang
Mulai kerjanya sesudah 1,5 jam, puncaknya sesudah 4-12 jam dan bertahan 16-24
jam (Hoan Tjay, 2007).
Efek samping : transient edema, alergi, penambahan BB.
c) Insulin Kerja Lambat
Onset 6-10 jam, mencapai puncak 10-16 jam dan bertahan selama 18-20 jam,
maximal durasi 24 jam (DiPiro, 2005).
Efek samping : hipoglikemia

Hipertensi
1. Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitor (Lisinopril, Kaptopril, Enalapril)
Mekanisme aksi : menghambat perubahan angiotensin I menjadi
angiotensin II, serta menghambat degradasi bradikinin
dan menstimulasi sintesis substansi vasodilatasi lain
termasuk prostaglandin E
2
dan prostasiklin.
Kontraindikasi : hipersensitif, angioedema, penyakit neurovaskuler,
stenosis aortik atau abstruksi keluarnya darah dari
jantung.
Efek samping : hipotensi, pusing, sakit kepala, letih, mual, diare, konstipasi, batuk
kering yang persisten.
2. Angiotensin II Receptor Blocker (Candesartan, Losartan, Valsartan)
Mekanisme aksi : menghambat secara langsung reseptor
angiotensinogen II tipe 1 (AT1) yang memediasi efek
angiotensinogen II (vasokonstriksi, pelepasan
aldosteron, aktivasi simpatetik, pelepasan hormon
antidiuretik dan konstriksi arteriol eferen dari
glomerulus). ARB tidak memblok reseptor
angiotensinogen tipe 2 (AT2) dan degradasi bradikinin.
Kontraindikasi : hipersensitif, gangguan hepar berat, kehamilan, dan
laktasi.

Dyslipidemia
1. Niasin
Mekanisme aksi : menurunkan sintesis VLDL hepatik dan LDL, menurunkan
konsentrasi trigliserida plasma dan menurunkan katabolisme HDL.
Kontraindikasi : hipersensitif, penyakit hati, peptik ulser, dan hemoragi arterial.
Efek samping : sakit kepala, nyeri perut, mual, muntah, pruritis, ruam, dan gangguan
GI.

2. Asam Fibrat (Gemfibrozil, Fenofibrat, Klofibrat)
Mekanisme aksi : meningkatkan katabolisme VLDL dengan cara menaikkan sintesis
lipoprotein lipase.
Kontraindikasi : hipersensitif, penyakit hati, disfungsi ginjal.
Efek samping : nyeri abdomen, nyeri punggung, konstipasi, sakit kepala, dan
gangguan pernafasan.
3. HMG-CoA Reduktase Inhibitor (Atorvastatin, Simvastatin, Rosuvastatin)
Mekanisme aksi : menghambat konversi HMG-CoA menjadi mevalonat yang
merupakan rate limiting step dalam biosintesis kolesterol di jalur de Novo.
Kontraindikasi : hipersensitif, penyakit hati, hamil dan laktasi, peningkatan serum
transaminase yang persisten.
Efek samping : nyeri abdomen, konstipasi, kembung, dan sakit kepala.

Gastrointestinal otonomic neurophaty
1. Agen Prokinetik ( metoklopramid,domperidon)
Mekanisme aks i : sebagai prokinetik disaluran pencernaan
Kontraindikasi : obstruksi intestinal,epilepsy
Efek samping : Ekstrapiramidal, fatigue, pusing,hipertensi,gangguan GI
2. Antibiotik : Azitromisin
Mekanisme aksi : mengganggu sintesis protein bakteri
Kontraindikasi : hipersensitifitas terhadap golongan makrolida
Efek samping : chest pain,pusing,fatigue,dll

IV. EVALUASI OBAT TERPILIH
1. DM tipe 2
INSULIN intermediate
Insulin isophane MIXTARD HM PENFILL


- Dosis : 0,8 unit/kgBB/hari = 48 unit/hari
Pagi sebelum sarapan: 2/3 dosis 32 unit/hari
Malam sebelum tidur : 1/3 dosis 16 unit/hari
- Frekuensi : 2 kali sehari
- Durasi : Seumur hidup
- Interaksi Obat : Alkohol, MAO I, , kortikosteroid, hormon tiroid, diuretik.
- Kontraindikasi : hipoglikemi, insulinoma.
- Biaya : Penfill 100 IU/mL x 3 mL = 300 IU 1 penfill untuk 6 hari
30 hari/1 bulan = 5 penfil
Biaya 1 bulan = 100 IU/mL x 3 mL x 5 = Rp 365.500,-
Harga penfill = Rp 723.000,00

2. Hipertensi
Golongan ARB : DIOVAN


Kandungan : valsartan
Indikasi : hipertensi
Dosis : 80 mg
Frekuensi : 1 kali sehari
Durasi : 1 bulan
Interaksi obat : hipersensitivitas, hamil, sirosis
Analisi biaya : 2x14 kaplet = Rp 227.735,00
Alasan : first line terapi untuk hipertensi dengan DM adalah ACEI dan ARB.
ACEI telah digunakan hingga dosis maksimal, namun TD masih
tinggi sehingga diganti dengan ARB

3. Hiperlipid
Golongan statin : Atorsan


Kandungan : Ca Atorvastatin
Indikasi : terapi hiperkolesterolimia
Dosis : 10 mg
Frekuensi : 1 kali sehari
Durasi : 1 bulan
Interaksi obat : -
Analisis biaya : 3 x 10 tablet = Rp 285.000,00

4. Metoklopramid : Damabet


Indikasi : diabetic gastroparesis, mual, muntah
Dosis : 10 mg
Frekuensi : pro renata, maksimal 3 kali sehari
Durasi : 1 bulan
Interaksi obat : -
Analisis biaya : 10 x 10 =Rp 35.000,00
1 bulan = Rp 10.500,00
Alasan : merupakan first line terapi pada terapi gastroparesis akibat
komplikasi DM

Total biaya = Rp 888.735,00
Jadwal minum obat
Nama obat Jam minum obat
Insulin
Jam 07.00 sebelum sarapan
Jam 20.00, sebelum tidur
atorsan Jam 20.00 sebelum tidur
Diovan Jam 07.00
metoklopramid 30 menit sebelum makan


V. MONITORING & FOLLOW UP
1. Monitoring tekanan darah, untuk penderita DM targetnya 130/80 mmHg
2. Monitoring kadar lipid darah dengan target
- Kolesterol total <200 mg/dL
- HDL >35 mg/dL
- LDL <100 mg/dL
- Trigliserida <150 mg/dL
3. Monitoring kadar gula darah acak hingga mencapi target <140 mg/dL
4. Monitoring HbA1c hingga <7%
5. Monitoring perubahan gaya hidup seperti diet rendah gula,garam <100 mmol/hari
6. Monitoring berat badan hingga mencapai BMI normal 18-24
7. Monitoring fungsi ginjal
Kadar kreatinin normal : 0,2-1 mg/dL
Kadar BUN normal : 8-25 mg/dL
8. Monitoring efek samping obat
9. Monitoring kepatuhan minum obat, dapat menggunakan kartu pengingat pengobatan.

VI. KOMUNIKASI, INFORMASI DAN EDUKASI KEPADA PASIEN
Agar terapi berhasil, sebaiknya pasien di edukasi sebagai berikut:
1. Pasien dinasihati supaya mengontrol berat badan dengan mengatur pola makan.
2. Pasien diberitahu untuk melakukan olah raga seperti senam aerobik atau jalan cepat
selama 30-45 menit sebanyak 3-4 kali seminggu.
3. Beritahu pasien untuk menghindari stress, dan istirahat yang cukup.
4. Pasien diminta untuk menghindari makanan yang yang banyak mengandung garam dan
banyak mengkonsumsi sayuran, buah, serta makanan rendah lemak.
5. Pasien diminta untuk menghindari makanan yang terlampau manis atau banyak
mengandung gula.
6. Pasien diberitahu tentang tanda-tanda jika terjadi hiperglikemi atau hipoglikemi
- Tanda-tanda hiperglikemi : dahaga yang ekstreme, sering urinasi, lapar, pandangan
kabur, pening.
- Tanda-tanda hipoglikemi : menggigil(shaking), berpeluh, ansietas, lapar, fatigue, lemah,
sakit kepala, pusing, lemas, gemetar, pandangan berkunang-kunang, pitam (pandangan
menjadi gelap), keluar keringat dingin, detak jantung meningkat,
7. Pasien sebaiknya membawa sekantung gula. Jika pasien mengalami hipoglikemi, pasien
diharapkan segera mengkonsumsi gula.
8. Pasien diberitahu untuk mengikuti aturan dosis serta diberitahu bagaimana cara
menggunakan insulin, sebagai berikut:
Penyuntikan dilakukan subkutan (di bawah kulit). Bersihkan kulit pada area yang akan
disuntik dengan kapas beralkohol. Cubit atau jepit kulit dengan jari-jari dengan jarak
sekitar 7-9 inchi, lalu masukkan jarum suntuk perlahan-lahan di bawah kulit dengan
sudut 45-90 derajat. Injeksikan insulin (misalnya tetap di paha atau di lengan) tetapi di
tempat yang berbeda, paling tidak 1 inchi jaraknya dari tempat suntikan sebelumnya.
Jangan menyuntik di tempat yang sama lebih dari satu kali sebulan atau satu kali dua
bulan sampai habis, tarik jarum suntik, lalu tekan kulit perlahan (jangan digosok).Jika
akan menyuntik lagi, suntik pada area yang sama.
9. Pasien diberitahu untuk tidak mengkonsumsi obat lain tanpa seizin dokter.



Yogyakarta, 21 November 2012
Ketua Kelompok



( Annisa Rahmah )
LAPORAN SEMENTARA
PRAKTIKUM FARMAKOTERAPI SISTEM ENDOKRIN DAN HORMON

PRAKTIKUM 3
DIABETES MELLITUS



Disusun oleh :
Golongan III/Kelompok 4

AYU PREHANINGRUM (FA/08374)
ANNISA RAHMAH (FA/08378)
ATIKA DALILI A (FA/08379)
LAILI RAHMAWATI (FA/08384)

Hari, tanggal praktikum : Kamis, 22 November 2012
Dosen jaga :
Asisten jaga :


LABORATORIUM FARMAKOTERAPI DAN FARMASI KLINIK
BAGIAN FARMAKOLOGI DAN FARMASI KLINIK
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2012

Anda mungkin juga menyukai