Anda di halaman 1dari 12

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Umum
Air merupakan kebutuhan yang essensial bagi manusia karena air digunakan
untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari seperti minum, mandi, mencuci dan
lain-lain. Secara umum manfaat air bagi kehidupan manusia meliputi dua aspek
(Hadi, 1992), yaitu :
• Aspek Internal
Yaitu air yang berperan dalam tubuh manusia, misalnya untuk keperluan
minum, proses metabolisme, melarutkan bahan makanan, dan lain-lain.
• Aspek Eksternal
Yaitu peranan air di luar tubuh manusia, misalnya untuk keperluan industri,
pertanian, transportasi, dan lain-lain.
Ketersediaan air di bumi yang dapat dikonsumsi oleh manusia terdiri dari :
• Air Hujan
• Air Permukaan
• Air Tanah
Dari ketiga macam air di atas, yang dapat langsung dikonsumsi oleh
manusia adalah air hujan dan air tanah dengan kriteria tertentu. Air permukaan
yaitu air hujan yang telah terendapkan di permukaan bumi selama beberapa lama
dan tidak dapat dikonsumsi langsung karena rentan terhadap penyebaran penyakit
yang dapat disebarkan melalui air (water borne disease). Oleh karena itu, untuk
mendapatkan air yang sesuai dengan kualitas yang diharapkan air harus diolah
terlebih dahulu sebelum akhirnya dikonsumsi oleh manusia.

3.2 Kualitas Air


Kualitas air tergantung dari karakteristik fisik, kimia dan biologinya.
Adapun syarat-syarat kualitas air secara fisik, kimia dan biologi adalah sebagai
berikut (Hadi,1992) :

15
15

• Persyaratan fisis, meliputi warna, bau, rasa, kekeruhan, temperatur, dan


daya hantar listrik.
• Persyaratan kimia, meliputi pH, kesadahan, besi, mangan, seng, krom
cadmium, nitrat, chlor, sulfat, klorida, dan lain-lain.
• Persyaratan radioaktif, meliputi sinar alpha dan sinar betha.
• Persyaratan mikroorganisme, meliputi total koliform dan koli tinja.
Air bersih yang diproduksi harus memenuhi standar kualitas atau ketentuan
air bersih/minum yang ditentukan oleh lembaga-lembaga yang bertanggung jawab
(WHO) atau peraturan perundang-undangan yang ada pada suatu negara. Standar
air minum yang digunakan oleh PDAM Bekasi adalah KEPMENKES No.
907/VII/2002
Tabel 3.1 Standar Air Minum No. 907/Menkes/SK/VII/2002
NO PARAMETER SATUAN BAKU MUTU

A Parameter Fisika
1 Warna TCU 15
2 Kekeruhan NTU 5
3 Temperatur 0
C Suhu Udara ± 30c
B Parameter Kimia
4 Mangan mg/l Mn 0,1
5 Klorida mg/l Cl- 250
6 Flourida mg/l F- 1,5
7 Nitrit mg/l NO2--N 3
8 Nitrat mg/l NO3--N 50
9 Sulfat mg/l SO42- 250
10 Besi Total mg/l Fe 0,3
11 Khlor bebas mg/l Cl2 0,2
12 Total Khlor mg/l Cl2 0,2
13 Kesadahan mg/l CaCo3 500
14 Nitrogen Ammonia mg/l NH3-N 1,5
15 Aluminum mg/l Al3+ 0,2
16 Chromium mg/l Cr6+ 0,05
17 Cuver/Tembaga mg/l Cu 2
18 Zinc/Seng mg/l Zn 3
19 Nickel mg/l Ni 0,02
20 pH - 6,5 - 8,5
16

3.3 Pengolahan Air


Pengolahan air adalah usaha teknis yang dilakukan untuk mengubah sifat-
sifat suatu zat sesuai standar air minum yang diinginkan. Proses pengolahan air
pada dasarnya dapat digolongkan menjadi tiga bagian pengolahan (Reynolds,
1982), yaitu :
• Pengolahan fisik, yaitu suatu tingkat pengolahan yang bertujuan untuk
mengurangi atau menghilangkan kotoran-kotoran yang kasar, penyisihan
lumpur dan pasir, serta mengurangi kadar zat-zat organik yang ada dalam
air yang akan diubah
• Pengolahan kimia, yaitu tingkat pengolahan dengan menggunakan zat-zat
kimia untuk membantu proses pengolahan selanjutnya
• Pengolahan bakteriologis, yaitu suatu tingkat pengolahan untuk
membunuh atau memusnahkan bakteri-bakteri yang terkandung di dalam
air.
Unit-unit pengolahan air yang biasa digunakan dalam proses pengolahan air
akan dijelaskan dalam sub bab-sub bab di bawah ini.

3.3.1 Bangunan Sadap Air (Intake)


Bangunan sadap (intake) merupakan bangunan penangkap atau pengumpul
ai baku dari suatu sumber sehingga air baku tersebut dapat dikumpulkan dalam
suatu wadah untuk selanjutnya diolah. Bangunan penyadap sangat penting dalam
proses pengolahan air, jika bangunan penyadap mengalami kerusakan atau
kesalahan maka keseluruhan IPA akan terganggu (Kawamura, 1991). Secara
umum fungsi dari bangunan intake adalah sebagai berikut :
• Mengumpulkan air dari sumber untuk menjaga kuantitas debit air yang
dibutuhkan oleh instalasi
• Menyaring benda-benda kasar dengan menggunakan bar screen
• Mengambil air baku sesuai debit yang diperlukan instalasi pengolahan
yang direncanakan demi menjaga kontinuitas penyediaan dan
pengambilan air dari sumber

Kriteria yang harus diperhatikan dalam pembuatan intake yaitu :


15

• Tertutup untuk mencegah masuknya sinar matahari yang memungkinkan


tumbuhan atau miroorganisme hidup di dalamnya
• Harus kedap air untuk mencegah terjadinya kebocoran
• Intake dekat dengan permukaan air untuk mencegah masuknya
suspended solid
• Bangunan harus didesain untuk menghadapi keadaan darurat
• Mampu mengatasi fluktuasi muka air

3.3.2 Prasedimentasi
Prasedimentasi merupakan pengolahan pendahuluan yang dilakukan
instalasi pengolahan air minum. Pengolahan pendahuluan adalah proses
pengolahan yang dilakukan untuk membantu meringankan kinerja instalasi
pengolahan air minum.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan prasedimentasi yaitu :
• Lokasi diusahakan berdekatan dengan intake sehingga mengurangi
penyumbatan pada pipa transmisi
• Bak berbentuk rectangular
• Kondisi aliran harus seragam untuk meningkatkan efisiensi pengolahan
• Inlet dan outlet harus dilengkapi oleh gate/valve

3.3.3 Koagulasi
Koagulasi adalah proses destabilisasi koloid dan partikel-partikel yang
tersuspensi di dalam air baku karena adanya pencampuran yang merata dengan
senyawa kimia tertentu (koagulan) melalui pengadukan cepat. Secara umum
koagulasi merupakan proses kimia dimana ion-ion yang muatannya berlawanan
dengan muatan koloid dimasukkan ke dalam air, sehingga meniadakan kestabilan
koloid. Jadi koagulasi adalah proses pembentukkan koloid yang stabil menjadi
koloid yang tidak stabil dan membentuk flok-flok dari gabungan koloid yang
berbeda muatan.

Secara garis besar pembentukkan flok terbagi dalam empat tahap yaitu :
• Tahap destabilisasi partikel koloid
15

• Tahap pembentukkan mikroflok


• Tahap penggabungan mikroflok
• Tahap pembentukkan mikroflok
Tahap 1 dan 2 terjadi pada proses koagulasi, sedangkan untuk tahap 3 dan 4
terjadi pada proses flokulasi.
Pemilihan jenis dari unit koagulasi tergantung pada karakteristik koagulan,
partikel dan kualitas air. Beberapa faktor utama yang mempengaruhi koagulasi
dan flokulasi menurut Reynolds dan Richards (1996:174) yaitu :
• Kekeruhan air yang akan diolah
• Kandungan zat padat tersuspensi
• Temperatur air yang diolah
• Derajat pH
• Konsentrasi dan komposisi kation dan anion dalam air
• Lamanya pengadukan pada proses koagulasi dan flokulasi
• Dosis dan sifat dasar koagulan
• Keperluan koagulan pembantu
Unit koagulasi merupakan suatu unit dengan pengadukan cepat
dimana pengadukan cepat (koagulasi) dapat dilakukan dengan beberapa
cara, yaitu :
1. Koagulasi Hidrolis
Pada prinsinya pengadukan secara hidrolis ini menggunakan efek
gravitasi, sehingga terjadi besaran tinggi terjun untuk pengadukan cepat
(koagulasi) dan head loss (kehilangan tekanan) atau beda tinggi
permukaan pada proses pembentukan flok pada unit flokulasi. Dalam
koagulasi hidrolis ini didesain untuk dua jenis aliran, yaitu aliran terbuka
yang mudah dalam pengoperasian dan pemeliharaannya serta aliran
bertekanan dalam pipa (Schulz dan Okun, 1984:92)
Rumus yang dipergunakan untuk perhitungan pada koagulasi
hidrolis adalah sebagai berikut :
G=PμV (1)
Dimana P untuk koagulasi hidrolis menggunakan rumus :
P = ρ . g. Q. hL (2)
16

Sehingga rumus untuk gradien kecepatan pada koagulasi hidrolis


adalah sebagai berikut :
G =ρ . g. hlTd . μ
Keterangan :
G = gradien kecepatan (/detik)
P= daya yang diberikan (kg m2/detik3)
ρ = densitas cairan (kg/m3)
g = percepatan gravitasi (m/dtk2)
hL = headloss (m)
Q = debit (m3/dtk)
μ = viskositas cairan (kg/m.detik)
V = volume (m3)
2. Koagulasi Mekanis
Pengadukan dengan cara mekanik adalah pengadukan yang
memindahkan energi mekanik untuk pengadukkan. Pengadukkan ini
dilakukan dengan menggunakan blade.
Rumus yang dipergunakan untuk perhitungan pada koagulasi
mekanis adalah sebagai berikut :
G=PμV (1)
P = 12 Cd ρ A V3 (2)
Sehingga rumus untuk gradien kecepatan pada koagulasi hidrolis
adalah sebagaiberikut :
G =Cd . ρ . A . v2 μ .V

Dimana :
G = gradien kecepatan (/detik)
P= daya yang diberikan (kg m2/detik3)
Cd = koefisien drag
ρ = densitas cairan (kg/m3)
A = luas pengaduk (m2)
v = kecepatan aliran (m/detik)
g = percepatan gravitasi (m/dtk2)
16

hL = headloss (m)
Q = debit (m3/dtk)
μ = viskositas cairan (kg/m.detik)
V = volume (m3)

Kriteria desain dari unit koagulasi adalah sebagai berikut :


G = 750/detik – 1000/detik
Td = < 60 dtk
Head loss = > 30 cm
GT value = 104 – 106
(Sumber : Schulz & Okun, 1992)
Koagulan merupakan bahan kimia yang digunakan dalam proses koagulasi.
Fungsi utama koagulan adalah desabilisasi partikulat dan penguatan flok untuk
mengurangi pecahnya flok. Koagulan yang digunakan untuk salah satu atau kedua
manfaat tersebut harus memenuhi persyaratan praktis seperti murah dalam
pembiayaan, mudah dalam penanganan, ketersediaan dan stabilitas koagulan
selama penyimpanan. Sebagai tambahan, koagulan harus mampu membentuk
senyawa insoluble atau dapat diadsorbsi oleh permukaan parikulat agar dapat
memenuhi konsentrasi residu terlarut yang mungkin lolos dari pengolahan.
Dalam penentuan koagulan dilakukan percobaan jartest. Jartest merupakan
suatu metode penentuan dosis koagulan yang akan dipakai. Pada tes ini sampel
dari air baku yang akan diuji dimasukkan dalam beberapa beker gelas, kemudian
masing-masing ditambahkan koagulan dengan variasi dosis berbeda. Isi baker
kemudian diaduk secara cepat dan kemudian secara perlahan untuk
menstimulasikan flokulasi. Setelah beberapa saat, pengadukan dihentikan dan
dibiarkan mengendap. Yang perlu diperhatikan dalam percobaan ini adalah ;
• Waktu yang diperlukan untuk pembentukkan flok
• Apakah flok yang terbentuk cukup besar dan padat
• Dari beberapa jenis dan dosis koagulan, mana yang paling tinggi
penurunan kekeruhannya
• Dosis yang ditentukan apakah memberikan suatu perkiraan dosis yang
dibutuhkan untuk instalasi pengolahan
16

Ada dua jenis bahan kimia koagulan yang umum digunakan yaitu ;
• Koagulan Garam Logam
Contoh dari koagulan garam logam adalah alumunium sulfat atau
taws (Al2(SO4)3.14H2O), Feri Chloride FeCl3, Fero chloride FeCl2, Feri
Sulfat Fe2(SO4)3.
Bahan yang sering digunakan adalah senyawa alumunium dan
senyawa besi. Koagulan yang umum dipakai adalah alumunium sulfat
atau dalam bahasa pasarnya tawas. Sedangkan pada Feri Chloride dan
Fero Sulfat juga merupakan koagulan yang baim tetapi jarang digunakan
di suatu instalasi pengolahan air di Indonesia.
• Koagulan Primer
Contoh dari koagulan garam logam adalah Poly alumunium
Chloride (PAC).
Koagulan primer merupakan koagulan sintesis. Koagulan yang
umum dipakai adalah PAC yang merupakan polymerisasi dari
alumunium chloride. Polimer ini umunya dipakai karena sifat
kelarutannya di dalam air dan tingka pembentukkan floknya yang lebih
baik. Maka polimer ini sering digunakan sebagai coagulant Aid atau zat
kimia tambahan untuk memperbaiki kondisi koagulasi.

3.3.4 Flokulasi
Unit flokulasi merupakan unit pengadukan lambat setelah koagulasi, yang
berfungsi untuk mempercepat penggabungan partikel-partikel kolid sehingga
terbentuk partikel-partikel berukuran besar yang dengan mudah dan cepat
mengendap.
Secara garis besar mekanisme pembentukkan flok terdiri atas 4 tahap :
• Tahap destabilisasi partikel koloid
• Tahap pembentukkan mikroflok
• Tahap penggabungan mikroflok
• Tahap pembentukkan makroflok
16

Tahap pertama dan kedua berlangsung selama proses koagulasi, sedangkan


tahap ketiga dan keempat berlansung pada proses flokulasi.
Kriteria desain dari unit flokulasi hidrolis adalah sebagai berikut ;
G = 10 – 100 /detik (Schulz & Okun, 1992)
GT = 10.000 – 100.000 (Kawamura, 1991)
Td = 15 – 30 menit (Kawamura, 1991)
Tingkat efisiensi terjadinya proses flokulasi sebagian besar ditentukan oleh
banyaknya tabrakan yang terjadi antara patikel-partikel teragulasi dalam satuan
unit waktu.
Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam desain unit flokulasi :
• Kualitas air baku dan karakteristik flokulasi
• Kualitas tujuan dari proses pengolahan
• Headloss tersedia dan variasi debit instalasi
Flokulasi terdiri dari beberapa jenis, yaitu :
• Hidrolis, prinsip kerja flokulator ini adalah dengan cara pengadukan
(mixing) contohnya adalah horizontal-flow baffle channel, vertikal- flow
baffle channel dan heksakoloidal-flokulator
• Mekanis, contoh : mekanik paddle dan mekanik propeller
• Pneumatis, flokulator ini dirancang dengan cara mensuplai udara ke
dalam bak flokulasi, cara kerjanya sama seperti yang dilakukan pada
aerasi, bedanya suplai udara yang diberikan ke bak flokulasi tidak
sebesar pada bak aerasi. Jenis flokulator ini jarang sekali kita temukan
saat ini
Dalam instalasi PDAM Poncol pada unit flokulasi menggunakan jenis
flokulasi vertical baffle channel. Dalam 1 unit flokulasi terdapat 6 kompartemen
yang berbentuk hexacoiddal.

3.3.5 Sedimentasi
Sedimentasi adalah proses pengolahan yang digunakan untuk
mengendapkan flok-flok yang terbentuk pada proses flokulasi. Menurut
Kawamura (1991), sedimentasi adalah suatu operasi yang dirancang untuk
menghilangkan sebagian besar padatan yang dapat mengendap secara gravitasi.
16

Tujuan digunakannya unit sedimentasi yaitu untuk menghilangkan pasir atau


kerikil halus, particulate-matter, biological-floc, chemical-floc serta untuk
pemekatan padatan dalam tangki pemekat lumpur.
Proses sedimentasi dari suatu partikel yang berada di dalam air dipengaruhi
oleh beberapa faktor, yaitu : ukuran partikel, bentuk partikel, berat jenis/kecepatan
partikel, viskositas cairan, konsentrasi partikel dalam suspense, sifat-sifat partikel
dalam suspensi.
Kriteria desain dari unit sedimentasi adalah sebagai berikut :
Surface Loading (SL) = 3,8-7,5 m/jam (Kawamura, 1991)
Kecepatan di tube settler (υ0) = maks. 0,15 m/menit (Kawamura, 1991)
Td = 10-15 menit
NRe < 2000
Berdasarkan konsentrasi dan kecenderungan interaksi partikel, proses
pengendapan dapat dibagi menjadi 4 tipe, yaitu :
1. Tipe I : Discrete Particle
• Partikel mengendap secara bebas dengan suatu
kecepatan tetap
• Padatan rendah
• Tidak ada interaksi
2. Tipe II : Flocculant
• Kecepatan pengendapan lebih cepat
1. Tipe III : Hindered (zone)
• Suspension tinggi
• Partikel saling menghambat
• Mengendap sebagai satu kesatuan
• Interface padat-cair
1. Tipe IV : Compression
• Strukur partikel terbentuk

3.3.6 Filtrasi
16

Proses filtrasi merupakan proses pengolahan dengan cara mengalirkan air


limbah melewati suatu media filter yang disusun dari bahan-bahan butiran dengan
diameter dan tebal tertentu. Proses ini ditujukan untuk menghilangkan bahan-
bahan terlarut dan tak terlarut (biological floc yang masih tersisa setelah
pengolahan secara biologis).
Berdasarkan kontrol terhadap laju filtrasinya, filter dibedakan menjadi :
• Filter dengan aliran tetap/Constant Rate Filter (CRF)
• Filter dengan aliran menurun/ Declining Rate Filter (DRF)
Berdasarkan driving force-nya, filter dibedakan menjadi :
• Filter dengan gravitasi
• Filter bertekanan
Berdasarkan susunan media penyaring di dalamnya, filter dibedakan
menjadi :
• Filter dengan media tunggal, media filter yang digunakan hanya satu
lapisan dari jenis media yang sama, biasanya berupa pasir atau hancuran
anthrasit
• Filter dengan media ganda, media filter yang digunakan dua lapisan dari
jenis media yang berbeda, biasanya berupa pasir atau hancuran antrasit
• Filter dengan multi media, media filter yang digunakan lebih dari dua
lapisan yang brmacam-macam, biasanya berupa hancuran antrasit, pasir
dan garnet.
Berdasarkan laju filtrasinya (hydraulic loading), dibedakan menjadi :
• Saringan pasir cepat (rapid sand filter)
• Saringan pasir lambat (slow sand filter)
Pembilasan saringan pasir pada unit filtrasi dilakukan dengan mengalirkan
air bersih dengan arah aliran yang berlawanan dengan arah aliran pada saat
penyaringan. Selama pelaksanaan pembilasan bahan-bahan yang tertangkap di
dalam media pasir akan terlepas dan akan dikeluarkan bersama-sama aliran air
bilasan.
Untuk membantu melepaskan bahan-bahan padat yang tertangkap di dalam
media filter, biasanya sebelum air bilasan dialirkan, maka terlebih dahulu pasir
16

diaduk dengan menginjeksikan udara yang bertekanan searah dengan aliran air
pada saat pembilasan.

3.3.7 Desinfeksi
Desinfeksi adalah proses pembubuhan bahan kimia (desinfektan) yang
bertujuan untuk membunuh mikroorganisme patogen.
Air banyak mengandung mikroorganisme, dimana ada sebagian
mikroorganisme di dalam air yang dapat menyebabkan penyakit. Secara biologis
air minum harus bebas dari mikroorganisme penyebab penyakit, karena
mikroorganisme ini dapat menyebabkan kematian pada balita dan terganggunya
kesehatan manusia.
Proses pengolahan air telah 99% menghilangkan mikroorganisme, tetapi ada
kemungkinan masuknya beberapa mikroorganisme berbahaya ke dalam air setelah
proses pengolahan dilakukan.
Desinfektan terdiri dari 3 macam, yaitu :
• Kimia, seperti kaporit, ozon dan gas klorin (Cl2)
• Fisik dengan cara pendidihan
• Mikrobiologis, dengan menggunakan media dengan bakteri di dalamnya
• Desinfektan yang bisa digunakan untuk pengolahan air minum adalah
klorin. Menurut Schulz dan Okun klorin terbagi menjadi 3 bentuk, yaitu
gas klorin, kalsium hipoklorit, Sodium Hipochlorit
Dari tiga jenis bentuk penggunaan klorin di atas, Sodium Hipochlorit lebih
sering digunakan karena tidak berbahaya dan mudah untuk ditambahkan dalam
air. Untuk penentuan dosis optimum dalam penggunaan klorin, maka digunakan
teknik penentuan dosis klor yaitu break point chlorination di laboratorium.
Titik balik klorinasi yaitu metode dimana sisa klor akan dihubungkan
dengan nitrogen amonium yang menghasilkan kloramin. Titik balik klorinasi juga
dapat didefinisikan sebagai jumlah klor yang dibutuhkan sehingga semua zat yang
dapat dioksidasi teroksidasi dan amoniak hilang sebagai gas N2.

Anda mungkin juga menyukai