Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGENDALIAN LIMBAH INDUSTRI


ACARA V
ANALISIS KADAR KARBON (C)
TAHUN AJARAN 2012/2013








Disusun Oleh:
Nama : Yanis Rahmasari Putri
NIM : 10/297605/TP/09714
Hari/Tanggal : Senin, 25 Maret 2013
Kelompok : A3
Co-Ass : Ellya Wahyu A.P

LABORATORIUM REKA INDUSTRI DAN
PENGENDALIAN PRODUK SAMPING
JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Judul Praktikum
Analisis Kadar Karbon ( C )
B. Tujuan Praktikum
Menentukan kadar karbon ( C ) pada sampel limbah






















BAB II
METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan
Alat :
1. Labu ukur 50 ml
2. Pipet ukur 5 ml
3. Pipet ukur 10 ml
4. Pipet ukur 1 ml
5. Erlenmeyer 100 ml
6. Buret 50 ml
7. Gelas beker 100 ml
8. Gelas beker 50 ml
9. Gelas ukur 25 ml
10. Gelas beker 250 ml
11. Corong kaca kecil
12. Statif
13. Tissue
14. Serbet
Bahan : 1. Kalium Dikromat ( K2Cr2O7 ) I N
2. Asam sulfat Pekat ( H2SO4 ) 96%
3. Asam Phospat Pekat ( H3PO4 ) 85%
4. Indikator difenilamin ( DPA )
5. Larutan Besi(II) Sulfat ( FeSO4 ) 0.5 N
6. Aquadest
7. Limbah

B. Prosedur Praktikum






1 ml sampel cair dimasukkan ke dalam labu takar
50ml
10 ml K2Cr2O7 ditambahkan dengan pipet ukur
ke dalam labu takar yang telah berisi sampel

































10 ml H2SO4 pekat ditambahkan dengan pipet
ukur, akan timbul reaksi eksotermis (dilakukan di
almari asam).
Sampel digojog dengan gerakan mendatar dan
memutar.
Warna harus tetap merah jingga, kalau warna
terjadi warna hijau atau biru ditambah lagi
K2Cr2O7 dan H2SO4 dalam jumlah tercatat.
Setelah dingin, sampel ditambah 5 ml H3PO4 dan 1
ml indicator difenilamin.
Ditambahkan aquadest hingga volume mencapai 50
ml sampai batas labu takar (Ve).
Sampel digojog dengan cara membalik-balik sampai
homogeny dan dibiarkan mengendap.
5 ml larutan (Vu) diambil dengan pipet lalu
dimasukkan dalam labu Erlenmeyer 50 ml.
Ditambahkan 15 ml aquadest ke dalam Erlenmeyer.




























Sampel dititrasi dengan FeSO4 hingga berwarna
kehijauan.
Langkah yang sama diulangi untuk blangko ( ml
sampel diganti dengan aquadest dan mendapat
perlakuan yang sama dengan sampel ), blangko
dilakukan terlebih dahulu.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Praktikum
a. Tabel Hasil Titrasi

No Objek ml FeSO
4
Kadar C (mg/L)
1 Blangko 1 1,8 ml
-3896,10
2 Sampel 1 2 ml
3 Blangko 2 1,9 ml
13636,36
4 Sampel 2 1,2 ml
Rata-Rata 4870,13

b. Perhitungan
Kadar C (mg/L) =
()

x 10 x

x 1000
Keterangan rumus :
C = kadar karbon (
mg
/
L
)
B = ml FeSO
4
untuk titrasi blangko
A = ml FeSO
4
untuk titrasi sampel
N = Normalitas FeSO
4


1. Kadar C1 =
()

x 10 x

x 1000
= -3896,10 mg/L
2. Kadar C2 =
()

x 10 x

x 1000
= 13636,36 mg/L
Rata-rata =

= 4870,13 mg/L




B. Analisa dan Pembahasan
Praktikum acara 5 ini berjudul Analisa Kadar Karbon dengan metode Wakley
dan Black. Praktikum ini bertujuan agar praktikan dapat menentukan kadar karbon (
C ) pada sampel limbah. Prinsip kerja analisis kadar karbon dengan metode Wakley
dan Black adalah mengukur kadar karbon dengan oksidasi basah dengan bantuan
larutan oksidator yaitu K
2
Cr
2
O
7
. Kemudian oksidasi ini diikuti dengan penambahan
larutan H
2
SO
4
, H
3
PO
4
, larutan DPA dan terakhir dilakukan titrasi dengan titran FeSO
4

Walkley black (WB) metode menentukan Materi Tanah Organik (SOM) dengan
mengukur jumlah karbon tanah teroksidasi sebagaimana ditentukan oleh reaksi
dengan asam dikromat ( Ferhan, 2005 ).
Di dalam air limbah, sekitar 90% biomassa adalah bahan organik dan 10%
bahan anorganik. Bahan anorganik tersebut diantaranya adalah besi, kalsium,
magnesium, sodium, dan elemen-elemen lain. Fraksi organik dari biomassa meliputi
sekitar 50-55% karbon, 25-30% oksigen, 10-15% nitrogen, 6-10% hidrogen, 1-3%
fosfor dan 0,5-1,5% sulfur (Orhon, 2009).
Metode Walkley dan Black ini menggunakan beberapa reagen, yaitu Kalium
Dikromat (K
2
Cr
2
O
7
), Asam Sulfat Pekat (H
2
SO
4
), Asam Phospat Pekat (H
3
PO
4
),
larutan DPA dan larutan Besi(II) Sulfat (FeSO
4
) yang memiliki fungsi yang berbeda-
beda. Kalium dikromat berfungsi sebagai oksidator, yaitu sebagai larutan yang
mengoksidai kadar oksigen yang terlarut didalam larutan sampel (limbah). Setelah
dilakukan penambahan Kalium Dikromat larutan beubah warna menjadi merah
jingga. Kemudian ditambahkan Asam Sulfat pekat yang berfungsi untuk memberikan
suasana asam pada larutan. Penambahan asas sulfat ini harus dilakukan di dalam
lemari asam karena timbul reaksi eksotermis. Lalu ditambahkan larutan asam sulfat
pekat yang bertujuan agar kandungan besi pada sampel terikat dan tidak ikut
teroksidasi. Kemudian larutan ditambahkan dengan indikator DPA untuk mengetahui
titik atau batasan maksimal kebutuhan larutan titran pada saat titrasi. Penambahan ini
memberikan perubahan warna menjadi hitam pekat. Lalu larutan ditambahkan
aquadest sampai batas yang ditentukan. Kemudian digojog dan dibiarkan sampai
terbentuk endapan. Setelah itu, diambil 5 ml larutan dari bagian atas dan tengah dan
ditambahkan aquadest. Kemudian dititrasi dengan larutan Besi(II) Sulfat sampai
didapatkan warna hijau. larutan Besi(II) Sulfat hanya berfungsi sebagai larutan titran.
Reaksi kimia yang terjadi menggunakan K2Cr2O7 dan H2SO4 atau campuran H2SO4
+ H3PO4 (Allinson, 1965). Analisis menghasilkan hasil oksidasi yang sempurna
dimana semua senyawa karbon dikonversi menjadi CO2. Reaksi yang terjadi:
2Cr
2
O
7
+ 16H
+
+ 3C 4Cr
3+
+ 8H
2
O + 3CO
2
Nilai karbon yang tinggi pada limbah mengindikasikan bahwa limbah tersebut
berbahaya, karena kandungan karbon yang tinggi dalam air di alam bebas dapat
merusak habitat ikan dan penghuni ekosistem air karena berkurangnya kadar oksigen
yang ada. Konsentrasi karbon yang baik adalah dibawah 0,033 %. Pada konsentrasi
tersebut karbon dapat sangat bermanfaaat bagi lingkungan, salah satunya adalah untuk
proses fotosintesis. (Anonim,2013).
Manfaat dari analisis karbon ini adalah para pelaku industri dapat mengontrol
kadar karbon dalam limbah yang dihasilkan oleh industri tersebut sehingga tidak
adanya pencemaran yang terjadi oleh karena tingginya kadar karbon serta mencegah
hal-hal lain yang merugikan lingkungan dan masyarakat. Sehingga kelestarian
lingkungan dapat terjaga dan limbah yang dibuang ke lingkungan berada di bawah
ambang batas kadar karbon yang telah di tentukan oleh lembaga lingkungan hidup.
Aplikasi analisis kadar karbon ini telah diterapkan pada pengolahan limbah cair pada
perusahaan pengalengan ikan. Pada industri ini banyak dihasilkan limbah cair,
sehingga perlu dilakukan wastewater treatment agar limbah aman untuk dibuang ke
lingkungan, atau bahkan untuk digunakan kembali. Nilai ambang batas karbon dalam
lingkungan di JawaTengah yaitu 26 ppm atau setara dengan 30.000 g/m ( Sugiharto,
1987 ).
Dari hasil analisis yang telah dilakukan, didapatkan hasil kadar karbon adalah
4870,13 mg/L. Hal ini menunjukkan bahwa kadar karbon dalam sampel limbah cair
industri tahu ini memiliki kadar karbon yang tinggi dan berada diatas ambang batas
karbon yang telah ditetapkan. Maka dari itu, sebaiknya dibangun Instalasi Pengolahan
Limbah Cair (IPAL) di industri tahu tersebut.
Selain dengan metode WB, analisis kadar karbon juga dapat dilakukan dengan
metode gravimetrik. Metode ini biasa digunakan pada bahan padatan. Caranya yaitu
dengan membakar sebanyak 1 gram sampel dengan furnance pada suhu 500 C selama
semalam. Selanjutnya sampel dikeringkan dalam eksikator hingga suhu ruang dan
ditimbang untuk mengetahui berat akhir dan kadar karbon (Sudarmadji, dkk., 1997).

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kadar karbon pada sampel 1 adalah -3896,10 mg/L
Kadar karbon pada sampel 2 adalah 13636,36 mg/L
Rata-rata kadar karbon dari sampel 1 dan 2 adalah 4870,13 mg/L

B. Saran
1. Sebaiknya alat praktikum diganti seperti buret, karena dapat menyebabkan analisis
tidak akurat.























Daftar Pustaka
Anonim. 2013. Analisis Kadar Tanah. Dikutip dari
http://ilearn.unand.ac.id/pluginfile.php/17893/mod_resource/content/1/Analisa%20Ta
nah.pdf. Diakses pada tanggal 31 April 2013 pukul 19.15 WIB.
Ferhan. 2005. Activated Carbon for Water and Wastewater Treatment. Wiley-VCH. London.
Kurniawan, asef. 2008. Potensi Biomassa dan Karbon pada Hutan Tanaman Acacia
Mangium di HTI PT. Surya Hutani Jaya. Dalam jurnal Balai Besar Penelitian
Dipterokarpa , Samarinda 20 Maret 2008.
Sudarmadji, dkk. 1997. Reinventing the Hidden Miracle of Tempe. Jakarta: Gramedia.
Sugiharto, 1987. Dasar Pengolahan Air Limbah. Jakarta : Universitas Indonesia ( UI PRESS)
Orhon, Derin., etc. 2009. Industrial Wastewater Treatment by Activated Sludge. IWA
Publishing. London, UK.


















LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai