.45,57 LS - 107
.43,58 LS-107
.16,.49
BT, dan stasiun 2 (S-3) bagian outlet (daerah bebas/bendungan) pada posisi
geografis 06
.42,50 LS - 107
.43,58 LS
107
.16,.49 BT
06
.45,57 LS
107
.16,40 BT
06
.42,50 LS
107
.19,50 BT
31
3.4. Prosedur Kerja
3.4.1.Kegiatan lapangan (survai)
Kegiatan lapang dilakukan sebanyak dua kali yaitu pada bulan J uli 2008
(awal penelitian) dan Desember 2008 (akhir penelitian). Kegiatan lapangan terdiri
dari dua kegiatan yaitu: 1) pengukuran kualitas air Waduk Cirata secara langsung
(insitu). Parameter dan alat yang digunakan dalam pengukuran kualitas air secara
langsung disajikan pada Tabel 7. 2) pengambilan sampel untuk dianalisis di
laboratorium meliputi contoh air, sedimen, dan ikan patin. Sebelum pengukuran
dilaksanakan semua alat dikalibrasi sesuai dengan petunjuk dari manual peralatan
masing-masing.
Tabel 7. Parameter air yang diukur dan alat yang digunakan
Parameter Satuan Alat Tempat Analisis
Kualitas Air
Fisika
1. Suhu air
2. Kekeruhan
3. Kecerahan
4. TDS
5. Kedalaman
Kimia Air
1. DO
2. pH
o
C
NTU
Cm
-
Meter
mg/L
-
YSI 556
Turbidity meter
Sechi disk
Visual
GPSmap 298
YSI 556
YSI 556
Lapangan
Lapangan
Lapangan
Lapangan
Lapangan
Lapangan
Lapangan
Untuk analisis parameter kualitas air, pengambilan contoh air merujuk
pada SNI 03-7016-2004. Setiap stasiun, contoh air diambil pada kedalaman 1 m
sebanyak 500 ml. Contoh air disimpan pada botol plastik putih dan dipreservasi
supaya tidak mengalami perubahan komposisi. Pengambilan contoh air untuk
analisis logam berat Cd merujuk pada metode AOAC 973.34 16
th
edisi 1999,
logam berat Pb merujuk pada metode AOAC 973.23 16
th
edisi 1999, dan Hg
merujuk pada metode AOAC 973.15 16
th
edisi 1999. Untuk logam berat Fe,
pengambilan sampel merujuk pada SNI-06-6989.8-2004. Tiap-tiap contoh air
setiap parameter diambil sebanyak 500 ml dan disimpan dalam botol sampel yang
dibungkus dengan kertas gelap supaya tidak tembus cahaya. Selama
32
pengangkutan, sampel yang sudah dibungkus disimpan dalam cool box sampai di
analisis.
Pengambilan contoh sedimen untuk analisis logam berat Cd merujuk pada
metode AOAC 973.34 16
th
edisi 1999, logam berat Pb merujuk pada metode
AOAC 973.23 16
th
edisi 1999, dan Hg merujuk pada metode AOAC 973.15 16
th
edisi 1999. Untuk logam berat Fe, pengambilan sampel merujuk pada SNI-06-
6989.8-2004. Sedimen yang diambil dari dasar perairan pada tiap-tiap stasiun
dimasukkan dalam plastik hitam kemudian dimasukan dalam cool box.
Contoh ikan patin yang dianalisis di bawa dalam keadaan hidup sampai di
laboratorium. Kemudian ikan dibelah untuk mengambil tiap-tiap organ untuk
dianalisis yaitu insang, hati, dan daging sebanyak masing-masing 100 g. Metode
analisis selanjutnya untuk logam berat Cd merujuk pada metode AOAC 973.34
16
th
edisi 1999, logam berat Pb merujuk pada metode AOAC 973.23 16
th
edisi
1999, dan Hg merujuk pada metode AOAC 973.15 16
th
edisi 1999. Untuk logam
berat Fe, pengambilan sampel merujuk pada SNI-06-6989.8-2004.
Untuk analisis plankton, contoh air yang sudah disaring dengan plankton
net sebanyak 100 L, kemudian dimasukkan dalam botol dan dititrasi dengan lugol.
Parameter-parameter yang diukur di laboratorium disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8. Parameter-parameter kualitas air, sedimen, dan ikan yang diukur di
laboratorium
Parameter Satuan Metode Analisis Tempat Analisis
1. Karbondioksida (CO
2
)
2. Total fosfat
3. Orto fosfat (PO
4
3-
-P)
4. Nitrit (NO
2
-N)
5. Nitrat (NO
3
-N)
6. Amonia (NH
3
-N)
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
Titrimetrik dengan
sodium karbonat
(Na
2
CO
3
)
Titrasi dengan H
2
SO
4
pekat dan pemanasan
Stannous chloride
Sulfanilamide
Spektropotometer
Brucine
Spektropotometer
Indophenol
Laboratorium
Laboratorium
Laboratorium
Laboratorium
Laboratorium
Laboratorium
33
7. Alkalinitas
8. Kesadahan
9. Fenol
10. COD
11. BOD
12. Sulfide
13. Timbal (Pb)
14. Kadmium (Cd)
15. Merkuri (Hg)
16. Besi (Fe)
17. Plankton
18. Krorofil
a
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
Ind./L
g/L
Indikator warna
phenolpethalein (pp)
dan methyl orange (mo)
Titrimetrik
Titrimetrik
Botol gelap dan terang
Pemanasan dengan asam
sulfat
Iodometri
AAS
AAS
AAS
AAS
Lackey Drop
Microtransect counting
Spektrofotometer
Laboratorium
Laboratorium
Laboratorium
Laboratorium
Laboratorium
Laboratorium
Laboratorium
Laboratorium
Laboratorium
Laboratorium
Laboratorium
Laboratorium
Untuk analisis logam berat pada sampel ikan dengan menggunakan AAS,
dimulai dengan pembedahan untuk mengambil masing-masing organ target yang
akan dianalisis (insang, hati, dan daging). Kemudian sampel yang sudah diambil
dihomogenkan dengan menggunakan blender, setelah homogen kemudian
dikeringkan di dalam oven sekitar 18 jam. Setelah sampel kering, kemudian
ditumbuk sampai halus dan siap untuk di preparasi. Contoh sampel yang sudah
dihaluskan kemudian diambil sebanyak 5 g kemudian dibuat spike standar dan
dibuat blangko contoh (hanya contoh saja). Kemudian dipanaskan dalam tanur
selama 18 jam dengan suhu 450
o
C dan selanjutnya ditimbang kadar abunya.
Setelah selesai penimbangan abunya, kemudian ditambahkan 1 ml larutan
HNO
3
pekat, sampel selanjutnya dimasukan ke dalam hot plate sampai kering.
Langkah selanjutnya adalah memasukan sampel yang telah dikeringkan di dalam
hot plate ke dalam tanur selama 3 jam dengan suhu 450
o
C. Sampel yang sudah
ditanur selama 3 jam, selanjutnya diberi larutan sebanyak 5 ml HCl 6 M,
kemudian dipanaskan dalam hot plate sampai kering. Setelah sampel kering,
kemudian ditambahkan sebanyak 10 ml larutan HNO
3
0,1 M dan selanjutnya
34
didinginkan sekitar 1 jam dalam suhu ruang. Langkah terakhir yaitu larutkan lagi
dalam labu yang berukuran 50 ml dengan larutan HNO
3
0,1 M. Selanjutnya
larutan tadi siap diukur logam beratnya dengan menggunakan AAS.
3.4.2. Kegiatan laboratorium
Kegiatan laboratorium dilaksanakan di Laboratorium Lingkungan
Budidaya Perikanan, Departemen Budidaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan, IPB. Kegiatan yang dilakukan adalah pemeliharaan ikan patin
dalam akuaruim. Akuarium yang digunakan sebanyak 6 buah, yang terdiri dari 3
buah akuarium menggunakan sedimen dari Cirata masing-masing setinggi 10 cm.
Akuarium satu diisi sedimen yang diambil dari Waduk Cirata pada S-1, akuarium
dua diisi sedimen dari Waduk Cirata pada S-2, dan akuarium tiga diisi sedimen
dari Waduk Cirata yang diambil dari S-3. Tiga akuarium lainnya digunakan
sebagai pembanding untuk tiap-tiap stasiun tanpa diberi sedimen.
Kegiatan pemeliharaan ikan patin dilakukan pada bulan Oktober-Desember
2008 dengan benih ikan patin diambil dari KJ A Pusat Riset Perikanan Budidaya
di Waduk Cirata yang sudah dipelihara sebelumnya selama 3 bulan (dari bulan
juli 2008). Tiap-tiap akuarium dipelihara ikan patin sebanyak 3 ekor dengan berat
rata-rata 600 g. Satu akuarium lagi digunakan sebagai ikan stok untuk mengganti
jika terjadi kematiaan pada saat penelitian belangsung.
Selama pemeliharaan, ikan diberi pakan secukupnya dan pengukuran pH,
suhu, dan DO hanya upaya untuk menjaga kelangsungan hidup ikan patin yang
dipelihara. Pada akhir kegiatan (bulan Desember 2008) dilakukan pengambilan
sampel ikan untuk dianalisis kandungan logam beratnya di laboratorium. Metode
analisis sama dengan yang dilakukan dengan sampel ikan yang diambil dari
Waduk Cirata.
3.5. Analisis Data
3.5.1. Evaluasi dengan metode STORET
Metode STORET ini dimaksudkan untuk mengetahui baik buruknya kualitas
air pada suatu waduk atau badan air lainnya untuk peruntukan air tertentu. Selain
itu pada metode ini juga dapat diketahui parameter-parameter apa saja yang telah
35
melampaui atau tidak memenuhi syarat baku mutu (Canter, 1977). Adapun
tahapan analisisnya :
1. Menyajikan tabel analisis kualitas air yang memuat semua nilai hasil
pengukuran parameter fisika, kimia, dan biologi perairan. Kemudian
mencantumkan nilai minimum, maksimum dan rata-rata dari hasil pengukuran
masing-masing parameter.
2. Pada tabel yang sama, dicantumkan pula nilai baku mutu untuk masing-
masing parameter.
3. Membandingkan nilai minimum, maksimum, dan rata-rata hasil pengukuran
dari masing-masing parameter terhadap nilai baku mutu yang telah ditetapkan.
4. Memberikan skor terhadap masing-masing parameter di atas dengan ketentuan
yang ada.
5. Setelah masing-masing parameter memiliki skor, lalu nilai-nilai skor dari
seluruh parameter (fisika, kimia dan biologi) dijumlahkan dan jumlah tersebut
dibandingkan terhadap Klasifikasi Mutu Air berdasarkan US-EPA sebagai
berikut :
a. Kelas A, jumlah total skor =0 (kualitas air tergolong sangat baik)
b. Kelas B, jumlah total skor 1 s/d 10 (kualitas air tergolong baik)
c. Kelas C, jumlah total skor 11 s/d 30 (kualitas air tergolong sedang)
d. Kelas D, jumlah total skor 30 (kualitas air tergolong buruk)
3.5.2. Regresi korelasi
Untuk mengetahui keeratan hubungan antar kandungan logam berat Hg,
Pb, Cd, dan Fe dalam air, sedimen, dan ikan patin akan dibuat analisis regresi dan
korelasi (Manttjik dan Sumertajaya, 2002). Adapun koefisien korelasinya dihitung
berdasarkan rumus sebagai berikut:
2
) (
2
) (
y x
xy
S S
S
r =
1
) )( (
=
n
y Yi x xi
S
xy
36
1
) (
2
2
=
n
x Xi
S
x
1
) (
2
2
=
n
y Yi
S
y
Keterangan:
r =Koefisien korelasi
Sxy =Sebaran nilai pengamatan x dan y
Sx
2
=Keragaman nilai x
Sy
2
=Keragaman nilai y
3.5.3. Koefisien distribusi (Kd)
Untuk melihat perbandingan koefisien distribusi logam berat dalam
sedimen, air, dan ikan menggunakan rumus Koefisien Distribusi (Kd), yaitu:
[ ]
[ ] air berat Logam
Lumpur berat Logam
Kd =
3.5.4. Biokonsentrasi Faktor (BCF)
Untuk melihat perbandingan tingkat biokonsentrasi faktor logam berat
pada ikan dan air sertaikan dan sedimen menggunakan rumus:
[ ]
[ ] air berat Logam
Ikan berat Logam
BCF =
[ ]
[ ] Lumpur berat Logam
Ikan berat Logam
BCF =
3.5.5. Kelimpahan Plankton
Kelimpahan plankton dinyatakan sebagai jumlah individu plankton per
satuan volume air dihitung dengan menggunakan metode Lackey Drop
Microtransect counting (APHA, 1989), dengan rumus sebagai berikut :
V vc
v
A
a
n N
F
1
=
37
Keterangan :
N
F
=J umlah total plankton (sel/L.).
N =J umlah rataan individu per lapang pandang
a =luas gelas penutup (mm
2
)
A =Luas satu lapangan pandang (mm
2
)
v =Volume air terkonsentrasi (ml)
vc =Luas Volume air di bawah gelas penutup (ml)
V =Volume air yang disaring (L)
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Kondisi Perairan Waduk Cirata Secara Fisika, Kimia, dan Biologi
Degradasi lingkungan lahan budidaya akibat tingginya cemaran dan
kesalahan pengelolaan budidaya yang berakibat pada perubahan perairan secara
fisika, kimia, dan biologi. Aktivitas kegiatan KJA memberikan dampak yang
signifikan terhadap terjadinya perubahan kualitas air Waduk Cirata (Prihadi
2004). Perkembangan KJA di Waduk Cirata terjadi sangat cepat, (Garno &
Adibroto 1999 dalam Prihadi 2005) mencatat pada tahun 1999 terdapat 27.786
KJA dengan produksi ikan 25.114 ton. KJA menutupi 136 ha atau 2,2%
permukaan waduk dan sisa-sisa pakan yang tertampung di dalam waduk ada
sekitar 198,376 ton (8,667 ton N dan 1,239 ton P) sedangkan pada tahun 2003
tercatat sebanyak 38.276 unit KJA, sehingga sisa pakan yang berada di dasar
waduk adalah sebesar 279.121 ton. Jumlah KJA ini sudah menutupi permukaan
Waduk Cirata sebesar 15%20%. Pada tahun 2009 jumlah KJA yang ada di
Waduk Cirata sebanyak 51.418 unit, walaupun yang aktif melakukan kegiatan
budidaya hanya sebesar 60% atau sebanyak 30.850 unit dengan jumlah rumah
tangga petani (RTP) 2.838 (BPWC 2009) jauh melebihi daya dukung yang telah
direkomendasikan.
Standarisasi penentuan tingkat cemaran air Waduk Cirata, didasarkan pada
hasil evaluasi kualitas air dari tiap-tiap stasiun pengamatan yang berdasarkan pada
baku mutu air PP. No. 82 Tahun 2001 dengan evaluasi menggunakan metode
STORET. Menurut Purnamawati (2009), kualitas air sangat ditentukan oleh
konsentrasi bahan pencemar di dalam air, PP. No. 82 Tahun 2001, menjelaskan
bahwa pencemaran air adalah turunannya kualitas air ke tingkat tertentu yang
menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya.
Secara prinsif metode Storet adalah membandingkan antara dua kualitas air
dengan baku mutu yang disesuaikan dengan peruntukannya guna menentukan
status mutu air tersebut. Penentuan status mutu air Waduk Cirata menunjukkan
kualitas airnya telah melewati baku mutu yang sesuai dengan peruntukannya.
Indeks penghitungan baku mutu air Waduk Cirata berdasarkan pada
39
penggolongan klasifikasi baku mutu air yang terdiri dari Kelas I, Kelas II, Kelas
III, dan Kelas IV (berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001 pasal 8).
Parameter-parameter yang melewati standar baku mutu berperan dalam
pemberian skor pada penghitungan dengan metode Storet (Tabel 9) dan data
pengukuran kualitas air disajikan pada Lampiran 1. Parameter yang melebihi
standar baku mutu menunjukkan bahwa perairan tersebut telah mengalami
perubahan ke arah yang lebih buruk (tercemar). Dari hasil perhitungan dengan
metode Storet kualitas air pada Kelas I, II, dan III telah tercemar berat, hanya
Kelas IV yang masuk kategori tercemar sedang.
Tabel 9. Penentuan kualitas air Waduk Cirata dengan metode Storet
Sampel
Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV
Parameter
yang tidak
memenuhi
Parameter
yang tidak
memenuhi
Parameter
yang tidak
memenuhi
Parameter
yang tidak
memenuhi
Air Waduk
Cirata (stasiun
I, II, dan III)
Sulfide,
fenol, COD,
BOD, total
fosfat, Pb,
Cd, Hg
-70 (TB)
Sulfide,
ammonia,
fenol, total
fosfat, Pb, Cd,
-60 (TB)
Sulfide,
ammonia,
fenol, total
fosfat, Pb, Cd,
-60 (TB)
Sulfide, Cd,
-20 (TS)
Keterangan: TB (tercemar berat), TS (tercemar sedang)
Peruntukan air untuk kegiatan budidaya ikan air tawar berada pada kategori
Kelas III. Dari hasil perhitungan, kualitas air Waduk Cirata sudah termasuk dalam
kategori tercemar berat. Parameter-parameter yang sudah tercemar di perairan
Waduk Cirata disajikan dalam Tabel 10.
Tabel 10. Nilai parameter kualitas air hasil pengukuran dan standar baku mutu
Parameter kualitas air Baku mutu
Hasil pengukuran
Maxsimum Minimum Rerata
Sulfide (mg/L)
Amonia (mg/L)
Fenol (mg/L)
Total fosfat (mg/L)
Timbal (Pb) (mg/L)
Kadmium (Cd) (mg/L)
0,002
0,02
0,001
1,0
0,03
0,01
<0,2
0,104
<0,05
1,50
0,29
0,035
<0,2
0,052
<0,05
1,076
0,105
0,035
<0,2
0,052
<0,05
1,31
0,198
0,035
40
Dari Tabel 10 terlihat untuk nilai sulfide, ammonia, fenol, total fosfat,
timbal, dan cadmium sudah melebihi standar baku mutu untuk budidaya ikan.
Menurut Effendi (2003) kadar sulfide lebih dari 0,002 mg/L mengakibatkan
terjadinya gangguan pada sistem pencernaan, kadar fenol lebih dari 0,01 berakibat
toksik bagi ikan. Nilai amoniak tinggi di perairan berasal dari sisa-sisa pakan dan
feses ikan yang berasal dari KJA di sekitar stasiun pengamatan. Dengan terjadinya
penumpukan bahan organik yang terus-menerus di dasar perairan maka
menyebabkan terjadinya proses dekomposisi oleh mikroorganisme sehingga
menghasilkan amoniak yang terus bertambah. Menurut Boyd (1982) keberadaan
amoniak diperairan merupakan hasil dari proses dekomposisi dari bahan organik
yang banyak mengandung senyawa nitrogen oleh mikroba, sekresi organisme,
reduksi nitrit oleh bakteri, dan kegiatan pemupukan. Nilai amoniak hasil
pengukuran sudah melebihi nilai standar baku mutu untuk budidaya ikan air
tawar, karena konsentrasi amoniak lebih dari 0,2 mg/L bersifat toksik bagi ikan
(McNeely et al. 1979 dalam Effendi 2003). Menurut Boyd (1982) amoniak tinggi
akan mempengaruhi permeabilitas ikan terhadap air dan menurunkan konsentrasi
ion dalam tubuh ikan, sehingga meningkatkan konsumsi oksigen pada jaringan
dan mengakibatkan kerusakan pada insang serta mengurangi kemampuan darah
dalam menstransportasikan oksigen.
Sumber utama total fosfat anorganik terutama berasal dari penggunaan
deterjen, alat pembersih untuk keperluan rumah tangga, serta berasal dari industri
pupuk pertanian. Sedangkan total fosfat organik barasal dari makanan dan
buangan rumah tangga. Fosfat sangat berguna untuk pertumbuhan organisme dan
merupakan faktor yang menentukan produktivitas badan air. Menurut Wetzel
(1975) perairan yang memiliki kadar total fosfat 0,031-0,1 mg/L tergolong
perairan eutrofik. Menurut Prihadi (2005) jika suatu perairan ada bahan pencemar
dalam jumlah yang tinggi dan mengakibatkan kandungan fosfatnya tinggi,
mengakibatkan terjadinya proses eutrofikasi atau keadaan lewat subur yang
menyebabkan pertumbuhan plankton yang tidak terkendali. Dengan perairan
menjadi eutrofikasi, persaingan oksigen menjadi tinggi, serta penetrasi cahaya
metahari menjadi terhalang, keadaan ini akan mengganggu pada kelangsungan
hidup ikan yang ada di perairan tersebut.
41
Efek toksik dari logam timbal pada tubuh ikan akan terikat dalam molekul
protein sehingga menghambat aktivitas kerja sistem enzim dalam pembentukan
hemoglobin. Efek toksik kadmium pada ikan adalah merusak struktur jaringan
morfologi insang. Menurut (Hughes et al. 1979 dalam Darmono 2008) pada dosis
0,002 mg/L kadmium ikan mengalami hipoksia (kesulitan mengambil oksigen
dari air) sehingga terjadi penebalan pada sel epitel insang. Dampak lain karena
tingginya nilai kadmium adalah terjadinya hyperplasia pada bagian lamela dan
interlamela epitel filament. Menurut Albergoni & Viola (1995) pada konsentrasi
20 g 1
1
logam berat kadmium dapat menurunkan antibodi pada ikan. Dilihat
dari hasil pengukuran kadmium diperairannya sudah melebihi standar baku mutu,
maka layak perairan Waduk Cirata tersebut masuk dalam kategori tercemar berat.
Plankton merupakan salah satu media tempat akumulasi logam berat
dalam ekosistem perairan (Jannet 2005). Sehingga evaluasi kelimpahan plankton
menjadi penting untuk diketahui. Hasil analisis terhadap plankton di Waduk
Cirata disajikan pada Tabel 11.
Tabel 11. Hasil analisis terhadap kelimpahan plankton di Waduk Cirata
Kelompok Biota ST-1 ST-2 ST-3
Fitoplankton
Ulothrik sp
Microspora sp
Synedra sp
Diatoma sp
Zygnema
Spyrogira sp
Ankistrodesmus sp
Oscillatoria sp
Kelimpahan (Iid./L)
Keragaman
Keseragaman
312
375
468
625
593
625
500
375
3.873
2,16
1,04
281
0
625
531
469
625
469
313
3.313
1,91
0,98
375
344
531
594
531
625
531
344
3.875
2,05
0,99
42
Zooplankton
Paramecium sp
Copepoda sp
Corycaeus sp
Keratella sp
Notholca sp
Brachionus sp
Kelimpahan (Ind./M
3
)
Keragaman
Keseragaman
219
188
375
375
281
469
1.906
1,74
0,97
219
250
344
313
281
438
1.844
1,76
0,98
188
219
344
313
281
438
1781
1,75
0,98
Dari Tabel 11 terlihat bahwa perairan dilihat dari indeks keragaman (H)
untuk fitoplankton berkisar antara 1,91-2,16 dan untuk zooplankton nilai indeks
keragamannya berkisar antara 1,74-1,76. Menurut Odum (1971) bahwa nilai
keragaman 1-3 termasuk dalam tingkat keragaman sedang. Nilai indeks
keseragaman fitoplankton berkisar antara 0,98-1,04 dan untuk indeks
keseragaman zooplankton berkisar antara 0,97-0,98. Menurut Lee et al, (1978)
dalam Bahtiar (1994) klasifikasi indeks keseragaman antara 1,0-2,0 tercemar
ringan, <1,0 tercemar sedang, dan >2,0 tidak tercemar. Sehingga perairan Waduk
Cirata sudah dalam kategori tercemar sedan-ringan. Dilihat dari kandungan
krorofil
a
yang ada di Waduk Cirata berkisar antara 20-60 g/L sudah termasuk
dalam kategori eutrofik-hypereutrofik (DKP 2007). Klasifikasi tingkat kesuburan
perairan berdasarkan unsur hara dan biomassa fitoplankton (krorofil
a
) disajikan
pada Tabel 12 (DKP 2007).
Tabel 12. Klasifikasi tingkat kesuburan perairan berdasarkan unsur hara dan
biomassa fitoplankton (krorofil
a
) (DKP 2007)
Parameter
Klasifikasi kesuburan
Oligotrofik Mesotrofik Eutrofik Hypereutrofik
Rata-rata Total N (g/L) 661 753 1.875 Tinggi
Rata-rata Total P (g/L) 8,0 26,7 84,4 >200
Rata-rata krorofil
a
(g/L) 1,7 4,7 14,3 100-200>
Puncak konsentrasi krorofil
a
(g/L)
4,2 16,1 42,6 >500
43
4.2. Kandungan Logam Berat pada Ikan
Data hasil analisis terhadap logam berat disajikan pada Lampiran 2.
4.2.1.Insang
a. Timbal (Pb)
0.000
0.050
0.100
0.150
0.200
0.250
0.300
0.350
0.400
Hasil dari Patin
Cirata Awal
Hasil dari Patin
Cirata Akhir
Hasil dari Patin
Tanpa Sedimen
Hasil dari Patin
Pakai Sedimen
P
b
(
m
g
/
K
g
b
b
)
Gambar 3. Logam berat Pb (mg/Kg) dalam insang ikan patin
Logam berat Pb termasuk dalam logam berat toksik bagi ikan dan banyak
tersedia di perairan (Das et al. 2007). Pada awal penelitian organ insang ikan patin
telah terkonsentrasi logam berat sebesar 0,0984 mg/Kg, pada akhir penelitian ada
kenaikan akumulasi logam berat insang sebanyak 0,340 mg/Kg (73,71%). Logam
berat Pb pada insang ikan patin yang dipelihara selama 6 bulan ternyata
akumulasinya cukup tinggi. Ikan patin termasuk ikan karnivora dan suka
memakan tumbuhan dan kacang-kacangan maka akumulasi logam berat lebih
cepat melalui rantai makanan. Menurut Zyadah (1998) cemaran logam berat
terakumulasi pada air, sedimen, dan komponen yang mempengaruhi biologi
perikanan.
Konsentrasi Pb pada ikan patin yang dipelihara di akuarium dengan tidak
menggunakan sedimen dari Waduk Cirata konsentrasinya cukup tinggi yaitu
sebesar 0,380 mg/Kg (kenaikannya sebesar 74,11% dari konsentrasi awal) dan
konsentrasi pada insang ikan patin yang dipelihara di akuarium yang diberi
sedimen Waduk Cirata kenaikannya sebesar 0,268 mg/Kg (73,11%). Konsentrasi
logam berat Pb pada insang yang dipelihara secara alami di Waduk Cirata lebih
kecil dari pada ikan yang dipelihara di Akuarium. Hal ini diduga karena media
distribusi logam berat Pb bukan saja lewat air tetapi bisa lewat udara. Hasil
penelitian emisi logam berat Pb banyak terdapat di udara disampaikan menurut
44
(Darmono 2008; Connell & Miller 1995: Widowati et al. 2008; Effendi 2003: Das
et al. 2007: Dauvalter & Rognerud 2001).
Konsentrasi Pb pada insang ikan yang dipelihara pada akuarium yang
menggunakan sedimen jumlahnya lebih sedikit dari yang tidak menggunakan
sedimen. Hal ini karena sifat logam berat yang berbentuk kation sehingga mudah
mengendap pada sedimen. Menurut Effendi (2003) penyerapan logam Pb oleh
sedimen/tanah sangat baik, tetapi bisa dilepaskan pada saat terjadi perubahan
kesadahan dan perubahan DO. Salah satu upaya untuk menurunkan konsentrasi Pb
yaitu dengan meningkatkan kesadahan dan oksigen terlarut.
Konsentrasi Pb pada insang ikan patin baik yang dipelihara di Waduk
Cirata maupun akuarium akumulasinya telah melebihi standar baku mutu
kemanan pangan yang ditetapkan oleh Kepdirjen P2HP-DKP No 010/DJ-
P2HP/2007 tentang pengendalian dan monitoring hasil perikanan yaitu sebesar 0,2
mg/Kg. Konsentrasi ini juga sudah tidak layak bagi manusia karena sudah
melebihi standar yang direkomendasikan oleh EPA (1987) dalam Laws (1993)
yaitu baku mutu aman untuk manusia sebesar 0,05 mg/Kg. Sehingga insang ikan
patin sudah tidak bisa dikonsumsi karena konsentrasi logam berat Pb yang ada
pada insang sudah melebihi standar baku mutu keamanan pangan.
b. Kadmium (Cd)
0.00
0.01
0.02
0.03
0.04
0.05
0.06
0.07
0.08
Hasil dari Patin
Cirata Awal
Hasil dari Patin
Cirata Akhir
Hasil dari Patin
Tanpa Sedimen
Hasil dari Patin
Pakai Sedimen
C
d
(
m
g
/
K
g
b
b
)
Gambar 4. Logam berat Cd (mg/Kg) dalam insang ikan patin
Logam berat kadmium (Cd) banyak ditemukan dalam perairan dalam jumlah
yang sangat sedikit (renik) dan bersifat tidak larut dalam air. Akumulasi nilai Cd
pada akhir penelitian pada insang ikan patin mencapai 0,04 mg/Kg atau
mengalami kenaikan akumulasi sebesar 0,02 mg/Kg (50%) jika dibandingkan
45
dengan awal penelitian. Konsentrasi Cd pada insang ikan patin yang dipelihara di
akuarium yang tidak menggunakan sedimen sebesar 0,053 mg/Kg (72,60%) dan
akumulasi pada ikan yang diberi sedimen kenaikannya sebesar 0,011 mg/Kg
(35,48%) jika dibandingkan dengan konsentrasi awal penelitian.
Dilihat dari sifat logam berat Cd yaitu terikat pada protein dan lemak,
sehingga pada tempat yang terbatas logam tersebut bisa iekresikan tetapi masuk
lagi ke dalam tubuh ikan. Selain sifat dari logam itu sendiri, juga diduga oleh
media penyebaran yaitu salah satunya melalui udara, sehingga diakuarium pun
bisa terakumulasi lebih tinggi dari yang dipelihara di alam. Beberapa pernyataan
bahwa logam Cd bisa melalui udara disampaikan dari hasil penelitian (Darmono
2008; Connell & Miller 1995: Widowati et al. 2008; Effendi 2003: Das et al.
2007: Dauvalter & Rognerud 2001). Menurut Peters (1999) akumulasi dan
kontaminasi logam Cd pada sedimen sangat rendah.
Konsentrasi logam Cd pada insang masih dalam ambang yang ditoleransi
untuk keamanan pangan dari Kepdirjen P2HP-DKP Nomor. KEP. 010/DJ-
P2HP/2007 tentang pengendalian dan monitoring hasil perikanan yaitu sebesar
0,10 mg/Kg dan untuk kemanan manusia dari EPA (1987) dalam Laws (1993)
yaitu baku mutu aman untuk manusia sebesar 0,10 mg/Kg. Sehingga bagian
insang terbebas dari kontaminasi logam Cd.
c. Merkuri (Hg)
0.000
0.005
0.010
0.015
0.020
0.025
Hasil dari Patin
Cirata Awal
Hasil dari Patin
Cirata Akhir
Hasil dari Patin
Tanpa Sedimen
Hasil dari Patin
Pakai Sedimen
H
g
(
m
g
/
K
g
b
b
)
Gambar 5. Logam berat Hg (mg/Kg) dalam insang ikan patin
Logam berat (Hg) adalah satu-satunya logam dalam bentuk cair pada suhu
normal (Effendi 2003). Pada dasar perairan anaerobik, Hg berikatan dengan
sulfur. Pada kadar Hg anorganik yang rendah dapat mengalami transformasi
46
menjadi dimetil merkuri dan pada kadar Hg yang tinggi mengalami transformasi
menjadi monometil dengan bantuan mikroba, baik dalam kondisi aerob maupun
anaerob. Kedua bentuk metil merkuri tersebut dapat dipecah oleh bakteri yang
hidup pada dasar sedimen. Senyawa Hg bersifat toksik bagi ikan dan biota akuatik
lainnya karena dapat mengalami biomagnitifikasi pada rantai makanan.
Salah satu sumber utama pencemaran logam Hg adalah pembuangan tailing
pengolahan emas yang diolah secara amalgasi. Sehingga kandungan Hg pada
sedimen Waduk Cirata sekitar 29,83 mg/Kg, tetapi di air konsentrasinya lebih
kecil. Karena dalam air Hg mudah berikatan dengan klor yang ada dalam air dan
membentuk ikatan HgCl (Widowati 2008). Dalam bentuk tersebut, Hg mudah
masuk ke dalam plankton dan bisa masuk kebiota akuatik lainnya. Sehingga
konsentrasi Hg pada insang ikan patin yang dipelihara di Waduk Cirata lebih
tinggi jika dibandingkan dengan yang dipelihara di akuarium. Karena salah satu
sumber utama Hg pada plankton yang langsung dimakan oleh ikan tidak tersedia
pada akuarium.
Konsentrasi Hg pada insang ikan patin pada akhir penelitian mengalami
akumulasi sebesar 0,0155 mg/Kg (76,35%) dibandingkan dengan awal penelitian.
Pada insang ikan patin yang dipelihara di akuarium tanpa di beri sedimen
kandungan merkurinya mengalami penurunan sebesar 0,0034 mg/Kg (70,80%)
dan pada ikan yang dipelihara di akuarium yang diberi sedimen nilai merkurinya
tidak terdeteksi. Penurunan ini karena sifat logam Hg yang mudah terurai oleh
bakteri khususnya bakteri anaerob sehingga terjadi depurasi pada konsentrasi
logam Hg pada insang ikan patin yang dipelihara di akuarium dengan sumber
yang masuk lebih sedikit.
Konsentrasi logam Hg pada insang ikan patin yang dipelihara baik yang
dipelihara di Waduk Cirata maupun akuarium masih dalam ambang standar baku
mutu keamanan pangan (Kepdirjen P2HP-DKP Nomor. KEP. 010/DJ-P2HP/2007
tentang pengendalian dan monitoring hasil perikanan yaitu sebesar 1,00 mg/Kg.
Sehingga insang ikan patin yang dipelihara di Waduk Cirata masih layak untuk
dikonsumsi.
47
d. Besi (Fe)
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
9.00
Hasil dari Patin
Cirata Awal
Hasil dari Patin
Cirata Akhir
Hasil dari Patin
Tanpa Sedimen
Hasil dari Patin
Pakai Sedimen
F
e
(
m
g
/
K
g
b
b
)
Gambar 6. Logam berat Fe (mg/Kg) dalam insang ikan patin
Mineral yang sering berada dalam jumlah besar adalah kadungan Fe.
Kadungan nilai Fe pada sedimen Waduk Cirata cukup tinggi yaitu sebesar 29,495
mg/Kg. Logam berat Fe termasuk dalam kelompok esensial yaitu dibutuhkan oleh
organisme tateapi dalam jumlah yang tidak banyak. Pada sistem biologi hewan Fe
tidak stabil dan secara perlahan berubah menjadi fero (FeII) atau feri (FeIII).
Kandungan Fe dalam tubuh hewan sangat bervariasi tergantung pada status
kesehatan, nutrisi, umur, jenis kelamin, dan spesies (Darmono 2008).
Konsentrasi Fe pada insang ikan patin di awal penelitian sebesar 6,47
mg/Kg dan mengalami peningkatan akumulasi pada akhir penelitian (6 bulan
masa pemeliharaan) menjadi 7,30 mg/Kg (11,37%). Dibanding dengan logam
lainnya (Pb, Cd, Hg) peningkatan akumulasinya termasuk sedikit karena logam ini
diperlukan oleh ikan untuk metabolisme dan pengikatan oksigen walaupun
diperoleh dalam jumlah yang tidak banyak.
Konsentrasi Fe pada insang ikan patin yang dipelihara di akuarium tanpa
sedimen mengalami peningkatan sebesar 0,69 mg/Kg (9,64%). Konsentrasi ini di
bawah konsentrasi akumulasi pada isang ikan patin yang dipelihara di akuarium
yang diberi sedimen dan mengalami peningkatan sebesar 1,9 mg/Kg (22,7%). Hal
ini disebabkan karena logam Fe mudah larut dalam air, yang berakibat konsentrasi
logam Fe pada sedimen terurai oleh aerasi sehingga akumulasi oleh ikan cukup
tinggi dan sebagian dipakai untuk proses metabolisme serta pengikatan oksigen.
Kandungan Fe pada isang ikan ini sudah tidak aman untuk dikonsumsi
karena lebih tinggi dari standar baku mutu yang direkomendasikan oleh EPA
(1987) dalam Laws (1993) yaitu sebesar 3 mg/Kg.
48
4.2.2. Hati
a. Timbal (Pb)
0.00
0.10
0.20
0.30
0.40
0.50
0.60
Hasil dari Patin
Cirata Awal
Hasil dari Patin
Cirata Akhir
Hasil dari Patin
Tanpa Sedimen
Hasil dari Patin
Pakai Sedimen
P
b
(
m
g
/
K
g
b
b
)
Gambar 7. Logam berat Pb (mg/Kg) dalam hati ikan patin
Logam berat Pb termasuk dalam logam berat toksik bagi ikan dan banyak
tersedia di perairan (Das et al. 2007). Pada awal penelitian organ hati ikan patin
telah terkonsentrasi logam berat sebesar 0,1388 mg/Kg, pada akhir penelitian ada
kenaikan akumulasi logam berat pada hati sebanyak 0,268 mg/Kg (48,21%).
Logam berat Pb pada hati ikan patin yang dipelihara selama 6 bulan ternyata
akumulasinya cukup tinggi. Ikan patin termasuk ikan karnivora dan bisa memakan
tumbuhan dan kacang-kacangan maka akumulasi logam berat akan lebih cepat
melalui rantai makanan. Menurut Zyadah (1998) cemaran logam berat
terakumulasi pada air, sedimen, dan komponen yang mempengaruhi biologi
perikanan.
Konsentrasi Pb pada hati ikan patin yang dipelihara di akuarium yang
tidak diberikan sedimen dari Waduk Cirata konsentrasinya cukup tinggi yaitu
sebesar 0,219 mg/Kg (kenaikannya sebesar 71,50% dari konsentrasi awal) dan
konsentrasi pada hati ikan patin yang dipelihara diakuarium yang diberi sedimen
Waduk Cirata kenaikannya sebesar 0,298 mg/Kg (68,24%). Konsentrasi logam
berat Pb pada hati yang dipelihara secara alami di Waduk Cirata lebih kecil dari
pada ikan yang dipelihara di akuarium. Hal ini diduga karena sifat dari logam Pb
itu sendiri yang terikat pada protein dan lemak, karena dalam hati ikan kandungan
protein dan lemaknya rendah dibandingkan dengan enzim, sehingga logam berat
Pb bisa di eksresi keluar tubuh melalui urin atau peses. Tetapi karena dalam
akuarium sangat terbatas, sehingga kemingkinan terserap masuk lagi ke dalam
tubuh ikan cukup tinggi serta ditunjang oleh salah satu media distribusinya
49
melalui media udara. Hasil penelitian emisi logam berat Pb banyak terdapat di
udara disampaikan oleh (Darmono 2008; Connell & Miller 1995: Widowati et al.
2008; Effendi 2003: Das et al. 2007: Dauvalter & Rognerud 2001).
Konsentrasi Pb pada hati ikan yang dipelihara pada akuarium yang
menggunakan sedimen jumlahnya lebih kecil dari yang tidak menggunakan
sedimen. Hal ini karena sifat logam berat yang berbentuk ionik sehingga mudah
terikat pada sedimen. Menurut Effendi (2003) logam Pb diserap oleh
sedimen/tanah dengan baik. Salah satu upaya untuk menurunkan konsentrasi Pb
yaitu dengan meningkatkan kesadahan dan oksigen terlarut.
Konsentrasi Pb pada hati baik yang dipelihara di Waduk Cirata maupun
akuarium akumulasinya telah melebihi baku mutu standar kemanan pangan yang
ditetapkan oleh Kepdirjen P2HP-DKP No 010/DJ-P2HP/2007 tentang
pengendalian dan monitoring hasil perikanan yaitu sebesar 0,2 mg/Kg.
Konsentrasi ini juga sudah tidak layak bagi manusia karena sudah melebihi
standar yang direkomendasikan oleh EPA (1987) dalam Laws (1993) yaitu baku
mutu aman untuk manusia sebesar 0,05 mg/Kg. Sehingga insang hati ikan patin
sudah tidak layak dikonsumsi karena akan berakibat toksik bagi yang
mengkonsumsinya.
b. Kadmium (Cd)
0.00
0.01
0.02
0.03
0.04
0.05
0.06
0.07
0.08
Hasil dari Patin
Cirata Awal
Hasil dari Patin
Cirata Akhir
Hasil dari Patin
Tanpa Sedimen
Hasil dari Patin
Pakai Sedimen
C
d
(
m
g
/
K
g
b
b
)
Gambar 9. Logam berat Cd (mg/Kg) dalam hati ikan patin
Logam berat kadmium (Cd) banyak ditemukan di perairan dalam jumlah
yang sangat sedikit (renik) dan bersifat tidak larut dalam air, sehingga akumulasi
nilai Cd pada hati ikan patin di akhir penelitian mengalami penurunan sebesar
0,0044 mg/Kg (17,32%) jika dibandingkan dengan awal penelitian. Konsentrasi
50
Cd pada hati ikan patin yang dipelihara di akuarium yang tidak menggunakan
sedimen sebesar 0,034 mg/Kg (25,30%) dan akumulasi pada ikan yang diberi
sedimen kenaikannya sebesar 0,045 mg/Kg (63,71%) jika dibandingkan dengan
konsentrasi awal penelitian.
Konsentrasi logam Cd pada hati ikan patin masih dalam ambang yang
ditoleransi untuk keamanan pangan dari Kepdirjen P2HP-DKP Nomor. KEP.
010/DJ-P2HP/2007 tentang pengendalian dan monitoring hasil perikanan yaitu
sebesar 0,10 mg/Kg dan untuk kemanan manusia dari EPA (1987) dalam Laws
(1993) yaitu baku mutu aman untuk manusia sebesar 0,10 mg/Kg. Sehingga
bagian hati terbebas dari kontaminasi logam Cd.
c. Merkuri (Hg)
0.000
0.002
0.004
0.006
0.008
0.010
0.012
0.014
0.016
Hasil dari Patin
Cirata Awal
Hasil dari Patin
Cirata Akhir
Hasil dari Patin
Tanpa Sedimen
Hasil dari Patin
Pakai Sedimen
H
g
(
m
g
/
K
g
b
b
)
Gambar 7. Logam berat Hg (mg/Kg) dalam hati ikan patin
Logam berat (Hg) adalah satu-satunya logam dalam bentuk cair pada suhu
normal (Effendi 2003). Pada dasar perairan anaerobik, Hg berikatan dengan
sulfur. Pada kadar Hg anorganik yang rendah dapat mengalami transformasi
menjadi dimetil merkuri dan pada kadar Hg yang tinggi mengalami transformasi
menjadi monometil dengan bantuan mikroba, baik dalam kondisi aerob maupun
anaerob. Kedua bentuk metil merkuri tersebut dapat dipecah oleh bakteri yang
hidup pada dasar sedimen. Senyawa Hg bersifat toksik bagi ikan dan biota akuatik
lainnya karena dapat mengalami biomagnitifikasi pada rantai makanan.
Salah satu sumber utama pencemaran logam Hg adalah pembuangan tailing
pengolahan emas yang diolah secara amalgasi. Sehingga kandungan Hg pada
sedimen Waduk Cirata sekitar 29,83 mg/Kg, tetapi di air konsentrasinya lebih
kecil. Karena dalam air, Hg mudah berikatan dengan klor dan membentuk ikatan
51
HgCl (Widowati 2008). Dalam bentuk tersebut, Hg mudah masuk ke dalam
plankton dan bisa masuk ke biota akuatik lainnya. Sehingga jumlah konsentrasi
Hg pada hati ikan patin yang dipelihara di Waduk Cirata maupun yang dipelihara
di akuarium tidak terdeteksi konsentrasi nilai merkurinya. Hal ini disebabkan oleh
jumlah Hg yang ada di perairan cukup kecil dan bersifat mudah larut dalam air
sehingga dalam hati ikan patin terjadi depurasi oleh enzim pencernaan dan
mengalami penurunan konsentrasi. Penurunan ini karena sifat logam Hg yang
mudah terurai oleh bakteri sehingga terjadi depurasi konsentrasi logam Hg pada
hati ikan patin yang dipelihara di akuarium.
Konsentrasi logam Hg pada insang ikan patin yang dipelihara baik di Waduk
Cirata maupun akuarium masih dalam ambang standar baku mutu keamanan
pangan (Kepdirjen P2HP-DKP Nomor. KEP. 010/DJ-P2HP/2007 tentang
pengendalian dan monitoring hasil perikanan yaitu sebesar 1,00 mg/Kg).
Sehingga insang ikan patin yang dipelihara di Waduk Cirata masih layak untuk
dikonsumsi.
d. Besi (Fe)
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
16.00
18.00
Hasil dari Patin
Cirata Awal
Hasil dari Patin
Cirata Akhir
Hasil dari Patin
Tanpa Sedimen
Hasil dari Patin
Pakai Sedimen
F
e
(
m
g
/
K
g
b
b
)
Gambar 10. Logam berat Fe (mg/Kg) dalam hati ikan patin
Logam yang sering berada dalam jumlah besar adalah Fe. Kadungan nilai Fe
pada sedimen Waduk Cirata cukup tinggi yaitu sebesar 29,495 mg/Kg. Logam
berat Fe termasuk dalam kelompok esensial yaitu dibutuhkan oleh organisme
tetapi dalam jumlah sedikit. Pada sistem biologi hewan Fe tidak stabil dan secara
perlahan berubah menjadi fero (FeII) atau feri (FeIII). Kandungan Fe dalam tubuh
hewan sangat bervariasi tergantung pada status kesehatan, nutrisi, umur, jenis
kelamin, dan spesies (Darmono, 2008).
52
Konsentrasi Fe pada hati ikan patin di awal penelitian sebesar 3,7296 mg/Kg
dan mengalami peningkatan akumulasi pada akhir penelitian (6 bulan masa
pemeliharaan) menjadi 15,59 mg/Kg (76,08%). Peningkatan akumulasi logam Fe
tidak semuanya di netralisir, karena logam Fe ini masih diperlukan untuk
metabolisme dan pengikatan oksigen oleh ikan, sehingga akumulasinya menjadi
tinggi.
Konsentrasi Fe pada hati ikan patin yang dipelihara di akuarium tidak diberi
sedimen mengalami peningkatan sebesar 13,08 mg/Kg (77,81%). Konsentrasi ini
lebih besar jika dibandingkan dengan konsentrasi pada hati ikan patin yang
dipelihara di akuarium dengan diberi sedimen konsentrasinya sebesar 4,33 mg/Kg
(25,76%). Hal ini disebabkan karena logam Fe mudah larut dalam air, sehingga
konsentrasi logam Fe pada sedimen terurai oleh aerasi sehingga banyak
diakumulasi oleh ikan dan dipakai untuk proses metabolisme serta pengikatan
oksigen. Sisa dari metabilosme yang tidak digunakan kembali diekresikan lagi
melalui urin dan feses serta terakumulasi lagi pada sedimen, tetapi yang tanpa
sedimen sisa metabolisme tadi tidak terakumulasi pada media lain sehingga
kembali dimanfaatkan lagi oleh ikan.
Kandungan Fe pada hati ikan patin sudah termasuk dalam kategori yang
tidak aman untuk dikonsumsi oleh manusia karena lebih tinggi dari standar baku
mutu yang direkomendasikan oleh EPA (1987) dalam Laws (1993) yaitu sebesar
3 mg/Kg.
4.2.3. Daging
a. Timbal (Pb)
0.00
0.05
0.10
0.15
0.20
0.25
0.30
0.35
0.40
0.45
Hasil dari Patin
Cirata Awal
Hasil dari Patin
Cirata Akhir
Hasil dari Patin
Tanpa Sedimen
Hasil dari Patin
Pakai Sedimen
P
b
(
m
g
/
K
g
b
b
)
Gambar 11. Logam berat Pb (mg/Kg) dalam daging ikan patin
53
Logam berat Pb termasuk dalam logam berat toksik bagi ikan dan banyak
tersedia di perairan (Das et al. 2007). Pada awal penelitian daging ikan patin telah
terkonsentrasi logam berat sebesar 0,1040 mg/Kg, pada akhir penelitian ada
kenaikan akumulasi logam berat pada daging sebanyak 0,389 mg/Kg (73,26%).
Logam berat Pb pada daging ikan patin yang dipelihara selama 6 bulan ternyata
akumulasinya cukup rendah. Walaupun ikan patin termasuk ikan karnivora dan
bisa memakan tumbuhan dan kacang-kacangan maka akumulasi logam beratnya
akan lebih cepat melalui rantai makanan. Menurut Zyadah (1998) cemaran logam
berat terakumulasi pada air, sedimen, dan komponen yang mempengaruhi biologi
perikanan. Tetapi karena proses akumulasi pada daging ikan memerlukan
mekanisme yang panjang dan melalui beberapa filter dalam sistem pencernaan,
sehingga konsentrasi di dalam daging relatif lebih rendah dibandingkan dengan
insang dan hati.
Konsentrasi Pb pada daging ikan patin yang dipelihara di akuarium dengan
tidak diberi sedimen dari Waduk Cirata konsentrasinya sebesar 0,0,3130 mg/Kg
(kenaikannya sebesar 20,9% dari konsentrasi awal) dan konsentrasi pada daging
ikan patin yang dipelihara diakuarium yang diberi sedimen Waduk Cirata
kenaikannya sebesar 0,308 mg/Kg (74,76%). Konsentrasi logam berat Pb pada
daging yang dipelihara secara alami di Waduk Cirata lebih kecil dari pada ikan
yang dipelihara di akuarium. Hal ini diduga karena media pengikatan logam ini
oleh protein dan lemak, sehingga akumulasi pada daging lebih stabil tidak mudah
diekresika karena kandungan lemak pada ikan patin sangat tinggi.
Konsentrasi Pb pada hati ikan patin yang dipelihara pada akuarium yang
diberi sedimen jumlahnya lebih kecil dari pada yang tidak diberikan sedimen. Hal
lain karena sifat logam berat yang berbentuk ionik sehingga mudah mengendap
pada sedimen. Menurut Effendi (2003) penyerapan logam Pb oleh sedimen/tanah
cukup tinggi. Salah satu upaya untuk menurunkan konsentrasi Pb yaitu dengan
meningkatkan kesadahan dan oksigen terlarut.
Konsentrasi Pb pada daging ikan patin baik yang dipelihara di Waduk
Cirata maupun di akuarium akumulasinya telah melebihi baku mutu standar
kemanan pangan yang ditetapkan oleh Kepdirjen P2HP-DKP No 010/DJ-
P2HP/2007 tentang pengendalian dan monitoring hasil perikanan yaitu sebesar 0,2
54
mg/Kg. Konsentrasi ini juga sudah tidak layak bagi manusia karena sudah
melebihi standar yang direkomendasikan oleh EPA (1987) dalam Laws (1993)
yaitu sebesar 0,05 mg/Kg. Sehingga daging ikan patin yang dipelihara di Waduk
Cirata sudah tidak aman untuk dikonsumsi karena akan berakibat toksik bagi yang
mengkonsumsinya.
b. Kadmium (Cd)
0.000
0.005
0.010
0.015
0.020
0.025
0.030
0.035
0.040
0.045
0.050
Hasil dari Patin
Cirata Awal
Hasil dari Patin
Cirata Akhir
Hasil dari Patin
Tanpa Sedimen
Hasil dari Patin
Pakai Sedimen
C
d
(
m
g
/
K
g
b
b
)
Gambar 12. Logam berat Cd (mg/Kg) dalam daging ikan patin
Logam berat kadmium (Cd) banyak ditemukan dalam perairan dalam jumlah
yang sangat sedikit (renik) dan bersifat tidak larut dalam air, sehingga akumulasi
logam berat Cd pada daging ikan patin di akhir penelitian mengalami kenaikan
akumulasi sebesar 0,0036 mg/Kg (12%) jika dibandingkan dengan awal
penelitian. Konsentrasi Cd pada daging ikan patin yang dipelihara di akuarium
yang tidak menggunakan sedimen mengalami penurunan sebesar 0,0044 mg/Kg
(16,67%) dan akumulasi pada ikan patin yang dipelihara di akuarium dengan
diberi sedimen kenaikannya sebesar 0,0206 mg/Kg (43,83%) jika dibandingkan
dengan konsentrasi awal penelitian.
Menurut Peters (1999) akumulasi dan kontaminasi logam Cd pada sedimen
sangat rendah. Karena konsentrasi di alam sangat sedikit, maka pada akuarium
yang tanpa menggunakan sedimen jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan
yang diberi sedimen, karena logam ini terikat oleh sediment dan ini menjadikan
mediator dalam traspor logam berat Cd sampai terakumulasi di daging.
Konsentrasi logam Cd pada daging masih dalam ambang standar baku mutu
keamanan pangan dari Kepdirjen P2HP-DKP Nomor. KEP. 010/DJ-P2HP/2007
tentang pengendalian dan monitoring hasil perikanan yaitu sebesar 0,10 mg/Kg
55
dan untuk kemanan manusia dari EPA (1987) dalam Laws (1993) yaitu baku
mutu aman untuk manusia sebesar 0,10 mg/Kg. Sehingga bagian daging ikan
patin terbebas dari kontaminasi logam Cd.
c. Merkuri (Hg)
0.000
0.005
0.010
0.015
0.020
0.025
0.030
Hasil dari Patin
Cirata Awal
Hasil dari Patin
Cirata Akhir
Hasil dari Patin
Tanpa Sedimen
Hasil dari Patin
Pakai Sedimen
H
g
(
m
g
/
K
g
b
b
)
Gambar 13. Logam berat Hg (mg/Kg) dalam daging ikan patin
Logam berat (Hg) adalah satu-satunya logam dalam bentuk cair pada suhu
normal (Effendi 2003). Pada dasar perairan anaerobik, Hg berikatan dengan
sulfur. Pada kadar Hg anorganik yang rendah dapat mengalami transformasi
menjadi dimetil merkuri dan pada kadar Hg yang tinggi mengalami transformasi
menjadi monometil dengan bantuan mikroba, baik dalam kondisi aerob maupun
anaerob. Kedua bentuk metil merkuri tersebut dapat dipecah oleh bakteri yang
hidup pada dasar sedimen. Senyawa Hg bersifat toksik bagi ikan dan biota akuatik
lainnya karena dapat mengalami biomagnitifikasi pada rantai makanan.
Salah satu sumber utama pencemaran logam Hg adalah pembuangan tailing
pengolahan emas yang diolah secara amalgasi. Sehingga kandungan Hg pada
sedimen Waduk Cirata sekitar 29,83 mg/Kg, tetapi di air konsentrasinya lebih
kecil. Karena dalam air Hg mudah berikatan dengan klor dan membentuk ikatan
HgCl (Widowati 2008). Dalam bentuk tersebut, Hg mudah masuk ke dalam
plankton dan bisa masuk ke biota akuatik lainnya. Sehingga jumlah konsentrasi
Hg pada daging ikan patin yang dipelihara di Waduk Cirata lebih tinggi jika
dibandingkan dengan yang dipelihara di akuarium. Karena salah satu sumber
utama Hg pada plankton yang langsung dimakan oleh ikan tidak tersedia pada
akuarium.
56
Konsentrasi Hg pada daging ikan patin pada akhir penelitian mengalami
akumulasi sebesar 0,025 mg/Kg (99,6%) dibandingkan dengan awal penelitian.
Menurut Alen-Gill (1996) logam Hg lebih banyak ditemukan di dalam daging
ikan, sehingga sangat memungkinkan akumulasi pada daging ikan akan tinggi
walaupun tidak diberikan sedimen. Pada daging ikan patin yang dipelihara di
akuarium tanpa di beri sedimen kandungan merkurinya tidak terdeteksi juga pada
ikan yang dipelihara pada akuarium yang diberi sedimen nilai merkurinya tidak
terdeteksi. Penurunan ini karena sifat logam Hg yang mudah terurai oleh bakteri
sehingga logam Hg pada daging ikan patin terdepurasi baik pada ikan patin yang
dipelihara di akuarium dengan diberi sedimen maupun yang dipelihara di
akuarium yang tidak diberi sedimen.
Konsentrasi logam Hg pada daging ikan patin yang dipelihara baik yang di
Waduk Cirata maupun di akuarium masih dalam ambang standar baku mutu
keamanan pangan (Kepdirjen P2HP-DKP Nomor. KEP. 010/DJ-P2HP/2007
tentang pengendalian dan monitoring hasil perikanan yaitu sebesar 1,00 mg/Kg).
Sehingga daging ikan patin yang dipelihara di Waduk Cirata masih layak untuk
dikonsumsi.
d. Besi (Fe)
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
9.00
Hasil dari Patin
Cirata Awal
Hasil dari Patin
Cirata Akhir
Hasil dari Patin
Tanpa Sedimen
Hasil dari Patin
Pakai Sedimen
F
e
(
m
g
/
K
g
b
b
)
Gambar 14. Logam berat Fe (mg/Kg) dalam daging ikan patin
Kadungan nilai Fe pada sedimen Waduk Cirata cukup tinggi yaitu sebesar
29,495 mg/Kg. Logam berat Fe termasuk dalam kelompok esensial yaitu
dibutuhkan oleh organisme tetapi dalam jumlah yang tidak banyak. Konsentrasi
Fe pada daging ikan patin di awal penelitian sebesar 6,47 mg/Kg dan mengalami
peningkatan akumulasi pada akhir penelitian menjadi 7,30 mg/Kg (11,37%).
57
Konsentrasi Fe pada daging ikan patin yang dipelihara di akuarium yang
tidak diberi sedimen mengalami peningkatan sebesar 3,864 mg/Kg (88,22%).
Konsentrasi ini di bawah konsentrasi akumulasi pada daging ikan patin yang
dipelihara di akuarium dengan diberi sedimen mengalami peningkatan sebesar
7,724 mg/Kg (93,74%). Hal ini disebabkan karena mineral Fe mudah larut dalam
air, sehingga konsentrasi logam Fe pada sedimen terurai oleh aerasi sehingga
banyak diakumulasi oleh ikan dan sebagian dipakai untuk proses metabolisme.
Kandungan Fe pada daging ikan ini termasuk dalam konsentrasi yang
tidak aman untuk dikonsumsi karena telah melebihi standar baku mutu yang
direkomendasikan oleh EPA (1987) dalam Laws (1993) yaitu sebesar 3 mg/Kg.
4.3. Distribusi Logam Berat pada Media Pemeliharaan Ikan
4.3.1. Logam berat timbal (Pb)
0.00
0.10
0.20
0.30
0.40
0.50
0.60
0.70
0.80
Hasil dari Patin
Cirata Awal
Hasil dari Patin
Cirata Akhir
Hasil dari Patin
Tanpa Sedimen
Hasil dari Patin
Pakai Sedimen
P
b
(
m
g
/
K
g
)
Insang
Hati
Daging
Gambar 15. Logam berat Pb pada media pemeliharaan
Dari Gambar 15 terlihat bahwa kandungan logam berat Pb pada ikan yang
dipelihara di Waduk Cirata akumulasinya lebih rendah jika dibandingkan dengan
akumulasi pada organ ikan patin yang dipelihara di akuarium. Kecuali logam
berat Pb pada daging ikan patin yang dipelihara di akuarium yang tidak diberi
sedimen kensentrasinya mengalami penurunan. Hal ini diduga karena media
pengikat logam berat Pb pada ikan patin yaitu protein dan lemak kandungannya
58
cukup tinggi, sehingga akumulasi pada daging relatif stabil tidak mudah
terdepurasi.
4.3.2. Logam berat kadmium (Cd)
0.00
0.01
0.02
0.03
0.04
0.05
0.06
0.07
0.08
Hasil dari Patin
Cirata Awal
Hasil dari Patin
Cirata Akhir
Hasil dari Patin
Tanpa Sedimen
Hasil dari Patin
Pakai Sedimen
Insang
Hati
Daging
Gambar 16. Logam berat Cd pada media pemeliharaan
Konsentrasi logam berat Cd (Gambar 16) terlihat bahwa pada daging ikan
patin yang dipelihara di akuarium tanpa diberi sedimen dari Waduk Cirata lebih
rendah jika dibandingkan dengan konsentrasi pada ikan patin yang dipelihara di
Waduk Cirata. Hal ini diduga karena pada ikan patin yang tidak diberi sedimen
terjadi depurasi dan susah kembali terikat oleh organ tubuh untuk kembali
terakumulasi pada daging. Tetapi konsentrasi Cd pada ikan yang dipelihara di
akuarium yang diberi sedimen konsentrasinya lebih tinggi, hal ini diduga karena
kondisinya terkontrol dan ada sumber logam berat yaitu pada sedimen. Untuk
insang pada ikan yang dipelihara di akuarium yang diberi sedimen konsentrasinya
lebih tinggi dari pada yang dipelihara di akuarium yang tidak diberikan sedimen.
Hal ini diduga oleh proses depurasi, karena pada insang logam berat Cd mudah
sekali dilepaskan dan logam yang dilepaskan tadi tidak terikat pada sedimen
sehingga kembali terakumulasi pada insang ikan. Kondisi ini berbeda dengan ikan
patin yang dipelihara di akuarium dengan penambahan media sedimen,
kandungannya lebih kecil karena logam Cd yang dilepaskan langsung diikat oleh
sedimen dan susah kembali untuk diambiloleh ikan.
59
4.3.3. Logam berat merkuri (Hg)
0.00
0.01
0.02
0.03
0.04
0.05
0.06
0.07
0.08
Hasil dari Patin
Cirata Awal
Hasil dari Patin
Cirata Akhir
Hasil dari Patin
Tanpa Sedimen
Hasil dari Patin
Pakai Sedimen
H
g
(
m
g
/
K
g
)
Insang
Hati
Daging
Gambar 17. Logam berat Hg pada media pemeliharaan
Akumulasi logam berat Hg pada ikan patin yang dipelihara di Waduk
Cirata konsentrasinya lebih tinggi jika dibandingkan dengan konsentrasi pada ikan
patin yang dipelihara di akuarium (Gambar 17). Hal ini diduga karena logam berat
Hg bersifat cair dan mudah larut, tetapi yang di Waduk Cirata karena konsentrasi
dan sumbernya banyak sehingga akumulasinya tetap tinggi.
4.3.4. Logam berat besi (Fe)
0.0
1.0
2.0
3.0
4.0
5.0
6.0
7.0
8.0
9.0
10.0
11.0
12.0
13.0
14.0
15.0
16.0
17.0
18.0
Hasil dari Patin
Cirata Awal
Hasil dari Patin
Cirata Akhir
Hasil dari Patin
Tanpa Sedimen
Hasil dari Patin
Pakai Sedimen
F
e
(
m
g
/
K
g
)
Insang
Hati
Daging
Gambar 18. Logam berat Fe pada media pemeliharaan
60
Logam berat Fe termasuk yang esensial, sehingga masih diperlukan oleh
ikan walaupun dalam jumlah yang tidak banyak untuk mengikat oksigen. Dari
Gambar 18 terlihat bahwa dalam hati konsentrasinya paling tinggi dibanding
dengan yang ada pada insang maupun daging. Konsentrasi pada ikan patin yang
dipelihara diakuarium tanpa sedimen jumlahnya lebih sedikit jika dibandingkan
dengan yang diberi sedimen. Hal ini diduga karena logam Fe ini bersifat esensial,
tetapi pada akuarium yang tidak diberikan sedimen logam beratnya mengalami
pengurangan dan tidak ada penambahan dari sumber lain, sehingga yang ada
digunakan untuk metabolisme oleh tubuh ikan patin itu sendiri.
4.4. Distribusi Logam Berat pada Organ Ikan
4.4.1.Logam berat timbal (Pb)
0.00
0.10
0.20
0.30
0.40
0.50
0.60
0.70
0.80
Insang Hati Daging
P
b
(
m
g
/
K
g
)
Hasil dari
Patin Cirata
Awal
Hasil dari
Patin Cirata
Akhir
Hasil dari
Patin Tanpa
Sedimen
Hasil dari
Gambar 19. Logam berat Pb pada organ tubuh ikan patin
Data hasil analisis konsentrasi logam berat disajikan pada Gambar 19.
Akumulasi logam berat Pb yang paling tinggi terdapat pada hati ikan patin.
Sedangkan pada insang dan daging lebih rendah jika dibandingkan dengan hati.
Hal ini sesuai dengan penelitian Laws (1993) konsentrasi logam berat Pb paling
tinggi terdapat pada hati. Hanya konsentrasi logam berat Pb pada ikan patin yang
dipelihara di Waduk Cirata kandungan di hati lebih rendah dari pada di insang
maupun daging. Hal ini diduga karena akhir penelitian di Waduk Cirata masuk
61
pada musim hujan, sehingga logam berat Pb mengalami pengenceran dan banyak
terikat oleh sedimen sedangkan pada ikan mengalami depurasi.
4.4.2.Logam berat kadmium (Cd)
0.00
0.01
0.02
0.03
0.04
0.05
0.06
0.07
0.08
Insang Hati Daging
C
d
(
m
g
/
K
g
)
Hasil dari
Patin Cirata
Awal
Hasil dari
Patin Cirata
Akhir
Hasil dari
Patin Tanpa
Sedimen
Hasil dari
Gambar 20. Logam berat Cd pada organ tubuh ikan patin
Pada Gambar 20 terlihat bahwa konsentrasi logam Cd pada insang masih
cukup tinggi terutama pada ikan patin yang dipelihara diakuarium. Hasil ini sesuai
dengan penelitian Laws (1993) bahwa kandungan Cd tertinggi yaitu pada hati dan
ginjal. Konsentrasi Cd pada hati dan ginjal dipengaruhi oleh sel protein thionin
dan transpor metallothionin dari hati ke ginjal oleh sel darah merah.
4.4.3.Logam berat merkuri (Hg)
0.00
0.01
0.02
0.03
0.04
0.05
0.06
0.07
0.08
Insang Hati Daging
H
g
(
m
g
/
K
g
)
Hasil dari Patin
Cirata Awal
Hasil dari Patin
Cirata Akhir
Hasil dari Patin
Tanpa Sedimen
Hasil dari Patin
Gambar 21. Logam berat Hg pada organ tubuh ikan patin
62
Logam berat Hg pada Gambar 21 mengambarkan bahwa pada ikan patin
yang dipelihara di waduk Cirata konsentrasi tertinggi terdapa pada hati, tetapi
pada ikan patin yang dipelihara di akuarium konsentrasi tertinggi yaitu pada
daging. Hal ini diduga karena sifat logam Hg yang bersifat cair sehingga pada
ikan yang dipelihara di akuarium mudah terdepurasi pada bagian insang dan hati,
tetapi pada daging susah terombak karena terikat oleh lemak dan protein.
4.4.4.Logam berat besi (Fe)
0.0
2.0
4.0
6.0
8.0
10.0
12.0
14.0
16.0
18.0
Insang Hati Daging
F
e
(
m
g
/
K
g
)
Hasil dari
Patin Cirata
Awal
Hasil dari
Patin Cirata
Akhir
Hasil dari
Patin Tanpa
Sedimen
Hasil dari
Gambar 22. Logam berat Fe pada organ tubuh ikan patin
Dari Gambar 22 terlihat bahwa pada awal penelitian adanya perbedaan
konsentrasi logam berat pada setiap organ tubuh ikan patin yang diamati. Tetapi
pada akhir penelitian, konsentrasi logam berat Fe tertinggi terdapat pada hati.
Konsentrasi pada insang dan daging konsentrasinya lebih kecuali jika
dibandingkan dengan konsentrasi pada hati. Hal ini sesuai dengan penelitian Laws
(1993) dan disebabkan karena logam berat Fe ini esensial sehingga banyak
digunakan untuk metabolisme dan pengikatan oksigen oleh ikan di dalam tubuh.
Tetapi pada hati konsentrasi ini dianggap racun dan tidak didistribusikan ke organ
lainnya. Penurunan konsentrasi pada daging terjadi pada ikan patin baik yang
dipelihara di Waduk Cirata maupun akuarium.
63
4.5. Bioakumulasi Logam Berat pada Sedimen, Air, dan Ikan
Bioakumulasi menurut Semichal (2008), lebih banyak kearah
kompartemen sedimen sedangkan biokonsentrasi lebih kearah akumulasi pada
hewannya. Bioakumulasi menurut Soemirat (2003) bisa dihitung dengan
menggunakan rumus koefieien determinasi (Kd) dan hasilnya disajikan pada
Tabel 13. Dari Tabel 13 terlihat bahwa semua logam berat yang diamati ada
hubungan yang tinggi distribusi kandungan logam berat pada sedimen dengan
konsentrasi yang ada di air. Kondisi ini akan mempercepat proses bioakumulasi
pada ikan patin yang dipelihara.
Biokonsentrasi menurut Soemirat (2003) bisa dihitung dengan menggunakan
rumus faktor biokonsentrasi (BCF) antara ikan (insang, hati, daging) dan sedimen
disajikan pada Tabel 14, 15, dan 16.
Tabel 13. Hasil perhitungan koefisien determinasi (Kd) pada sedimen dan air
Waduk Cirata
No Jenis logam berat Nilai Kd Kategori afinitas Ket.
1
2
3
4
Timbal (Pb)
Kadmium (Cd)
Merkuri (Hg)
Besi (Fe)
22,7
9,14
13.415,5
166,33
>5
>5
>5
>5
tinggi
tinggi
tinggi
tinggi
Tabel 14. Nilai BCF antara insang ikan yang dipelihara di Waduk Cirata dan
sedimen
No Jenis logam berat Nilai BCF Kategori afinitas Ket.
1
2
3
4
Timbal (Pb)
Kadmium (Cd)
Merkuri (Hg)
Besi (Fe)
0,14
0,13
0,0076
0,25
<1
<1
<1
<1
rendah
rendah
rendah
rendah
64
Tabel 15. Nilai BCF antara hati ikan yang dipelihara di Waduk Cirata dan
sedimen
No Jenis logam berat Nilai BCF Kategori afinitas Ket.
1
2
3
4
Timbal (Pb)
Kadmium (Cd)
Merkuri (Hg)
Besi (Fe)
0,11
0,085
0
0,53
<1
<1
<1
<1
rendah
rendah
rendah
rendah
Tabel 16. Nilai BCF antara daging ikan yang dipelihara di Waduk Cirata dan
sedimen
No Jenis logam berat Nilai BCF Kategori afinitas Ket.
1
2
3
4
Timbal (Pb)
Kadmium (Cd)
Merkuri (Hg)
Besi (Fe)
0,16
0,095
0,0009
0,22
<1
<1
<1
<1
rendah
rendah
rendah
rendah
Dari Tabel 14, 15, dan 16 bahwa konsentrasi logam berat di dalam
sedimen Waduk Cirata tidak memberikan pengaruh langsung terhadap akumulasi
pada organ tubuh ikan patin yang dipelihara di Waduk Cirata.
Untuk melihat pengaruh konsentrasi logam berat pada air terhadap
akumulasi pada ikan patin disajikan pada Tabel 17, 18, dan 19.
Tabel 17. Nilai BCF antara insang ikan yang dipelihara di Waduk Cirata dan air
No Jenis logam berat Nilai BCF Kategori afinitas Ket.
1
2
3
4
Timbal (Pb)
Kadmium (Cd)
Merkuri (Hg)
Besi (Fe)
3,24
1,15
10,15
486,67
3-3,5
1-3
>5
>5
medium rendah
medium rendah
tinggi
tinggi
65
Tabel 18. Nilai BCF antara hati ikan yang dipelihara di Waduk Cirata dan
sedimen
No Jenis logam berat Nilai BCF Kategori afinitas Ket.
1
2
3
4
Timbal (Pb)
Kadmium (Cd)
Merkuri (Hg)
Besi (Fe)
2,55
0,61
0
1.039,33
1-3
<1
<1
>5
medium rendah
rendah
rendah
tinggi
Tabel 19. Nilai BCF antara daging ikan yang dipelihara di Waduk Cirata dan
sedimen
No Jenis logam berat Nilai BCF Kategori afinitas Ket.
1
2
3
4
Timbal (Pb)
Kadmium (Cd)
Merkuri (Hg)
Besi (Fe)
3,70
0,86
12,5
428,67
3-3,5
<1
>5
>5
medium rendah
rendah
tinggi
tinggi
Dari Tabel 17, 18, dan 19 bahwa akumulasi biokonsentrasi logam berat
pada ikan patin sangat dipengaruhi oleh konsentrasi yang ada pada air. Begitu
juga dengan konsentrasi logam berat yang lainnya (Cd, Hg, dan Fe) sangat
dipengaruhi oleh konsentrasi yang ada pada air.
Hasil perhitungan akumulasi tiap-tiap logam berat di awal penelitian, akhir
penelitian, di akuarium tanpa diberikan sedimen, dan di akuarium yang diberikan
sedimen dari Waduk Cirata (Gambar 23). Dari Gambar 23 terlihat bahwa total
akumulasi logam berat Pb pada ikan yang dipelihara di akuarium konsentrasinya
lebih tinggi dibandingkan dengan yang dipelihara di Waduk Cirata. Hal ini
berhubungan dengan sifat logam berat Pb yang mudah larut dalam air dan media
penyebarannya bisa melalui udara.
Logam berat Cd konsentrasi ikan yang dipelihara di akuarium pada Gambar
23 terlihat nilainya lebih tinggi dibandingkan dengan yang dipelihara di Waduk
Cirata. Tingginya nilai akumulasi pada ikan yang dipelihara diakuarium karena
Cd lebih mudah terikat oleh sedimen, sehingga diperairan logam Cd menjadi tidak
66
bebas. Sedangkan pada akuarium, konsentrasi logam Cd bertambah tetapi yang
mengikat tidak ada sehingga tingkat akumulasi oleh ikan patin menjadi tinggi.
Sifat dari logam berat Hg bisa menjadi cair pada suhu normal, sehingga
mudah masuk ke dalam plankton. Plankton merupakan salahsatu komponen rantai
makan yang banyak dimakan oleh ikan patin. Sehingga dari Gambar 23 terllihat
konsentrasi akumulasi logam berat Hg pada ikan yang dipelihara di Waduk Cirata
lebih tinggi jika dibandingkan dengan yang di pelihara di akuarium.
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
Lo g a m B e ra t
Awal 0.341 0.072 0.019 10.716
Akhir 0.997 0.091 0.045 29.320
Tanpa s edimen 1.180 0.129 0.001 28.350
P akai s edimen 1.215 0.148 - 29.090
P b Cd Hg Fe
Gambar 23. Total akumulasi logam berat pada ikan
4.6. Hubungan Antara Parameter
4.6.1.Hubungan antara Logam Berat pada Sedimen dan Air
Dari hasil nilai uji korelasi terhadap sedimen dan air mempunyai nilai
korelasi negatif yaitu sebesar -0,727 dengan nilai koefisien korelasinya (r) = 0,73.
Ada hubungan yang erat antara peningkatan konsentrasi akumulasi logam berat
pada air akan diikuti dengan penurunan konsentrasi logam berat pada sedimen.
Hal ini disebabkan karena logam berat tidak bisa didegradasi di alam secara total
dan sifatnya akumulasi. Sehingga perpindahan akumulasi logam berat pada setiap
kompartemen bisa terjadi. Persamaan regresinya adalah y = 0,07084-0,002146x
dan total regresi korelasi disajikan pada Lampiran 3.
67
4.6.2.Hubungan Logam Berat pada Sedimen dengan Insang Ikan
Pada awal penelitian regresi korelasi antara kandungan logam berat pada
sediemen dan insang ikan patin bernilai positif (0,627), koefisien korelasinya (r)
sebesar 0,63 dengan persamaan regresinya adalah y = -0,264+0,1296x. Berarti
tidak ada hubungan yang erat dengan penambahan kandungan logam berat pada
sedimen dan akumulasinya pada ikan patin. Karena diduga sumber logam berat
yang masuk ke dalam ikan bukan saja dari sedimen tetapi dari rantai makanan
seperti plankton.
Hubungan antara kandungan logam berat yang ada pada sedimen dengan
akumulasinya pada insang ikan patin pada akhir penelitian regresi korelasinya
bernilai positif sebesar 0,616 dengan koefisien korelasinya (r) sebesar 0,62.
Persamaan regresinya adalah y = -0,174+0,1422x. Secara regresi korelasi antara
sedimen dan insang ikan patin baik pada awal penelitian maupun akhir penelitian
tidak ada hubungan yang erat. Ini menandakan bahwa jika adanya penambahan
akumulasi logam berat pada sedimen tidak mempengaruhi akumulasi pada isang
ikan patin yang dipelihara.
Secara total kandungan logam berat pada insang ikan patin yang dipelihara
pada akuarium yang tidak diberikan sedimen dari Waduk Cirata berkorelasi erat
(0,610) dengan koefisien korelasinya (r) sebesar 0,61. Persamaan regresinya
adalah y = -0,129+0,1377x. Ini berarti penambahan akumulasi logam berat pada
sedimen di Waduk Cirata tidak signifikan meningkatkan jumlah konsentrasi
akumulasi logam berat pada insang ikan patin yang dipelihara dan tidak diberi
sedimen dari waduk Cirata. Karena sifat dari logam berat yaitu akumulasi
sehingga lama untuk bisa terjadi depurasi.
Hubungan regresi korelasi antara sedimen dan akumulasi pada insang patin
yang dipelihara pada akuarium yang diberi sedimen tidak ada hubungan yang erat
(0,616) dengan koefisien korelasinya (r) sebesar 0,62. Persamaan regresinya
adalah y = -0,219+0,1634x. Ini memberikan gambaran bahwa kandungan logam
berat pada sedimen Waduk Cirata secara signifikan tidak memberikan pengaruh
pada akumulasi logam berat pada insang ikan patin yang dipelihara. Secara
lengkap perhitungan regresi korelasi antara sedimen dan insang ikan patin
disajikan pada Lampiran 4.
68
4.6.3.Hubungan Logam Berat pada Sedimen dan Hati Ikan
Hubungan regresi korelasi konsentrasi logam berat pada sedimen dan hati
ikan patin pada awal penelitian bernilai positif sebesar 0,620. Nilai koefisen
korelasinya (r) sebesar 0,62, persamaan regresinya adalah y = -0,103 + 0,07321x,
ini mengambarkan tidak ada hubungan yang erat antara sedimen dan akumulasi
logam berat pada hati ikan patin pada awal penelitian. Sehingga jika ada
peningkatan akumulasi logam berat pada sedimen tidak diikuti dengan
peningkatan konsentrasi logam berat pada hati ikan patin yang dipelihara.
Regresi korelasi akumulasi logam berat pada sedimen dan ikan yang
dipelihara di Waduk Cirata pada akhir penelitian bernilai positif sebesar 0,626
dengan koefisien korelasi (r) sebesar 0,63, persamaan regresinya adalah y=-
0,636+0,3121x. Nilai ini masih dalam kisaran yang tidak mempunyai hubungan
yang erat antara konsentrasi logam berat dalam sedimen dengan akumulasi pada
hati ikan patin yang dipelihara. Sehingga jika terjadi peningkatan konsentrasi
logam pada sediman tidak meningkatkan jumlah akumulasi pada hati ikan patin
yang dipelihara.
Hubungan korelasi sedimen dan akumulasi logam pada hati ikan patin yang
dipelihara di akuarium tanpa diberi sedimen dari Waduk Cirata bernilai positif
(0,622) dengan koefisien korelasinya sebesar (r) 0,62. Persamaan regresinya
adalah y = -0,580+0,3329x. Disini terlihat tidak ada hubungan yang erat,
walaupun ada sumber logam yang dimasukan pada media pemeliharaan. Hal ini
lebih kepada sifat dari logam yang terakumulasi sehingga lebih banyak
terakumulasi pada hati ikan patin yang pada awalnya sudah terakumulasi oleh
logam berat.
Pemberian sedimen pada pemeliharaan ikan patin di akuarium mempunyai
hubungan yang tidak erat akumulasi logam beratnya dengan sedimen yang ada di
perairan Waduk Cirata. Hubungan regresi korelasinya bernilai positif (0,618)
dengan koefisien korelasi (r) sebesar 0,62, persamaan regresinya adalah y=-
0,368+0,2450x. Ini berarti bahwa peningkatan konsentrasi logam dalam sedimen
secara tidak nyata memberikan nilai akumulasi pada hati ikan patin yang cukup
signifikan (Lampiran 5).
69
4.6.4.Hubungan Logam Berat pada Sedimen dan Daging
Hubungan korelasi antara sedimen dengan akumulasi logam berat pada
daging bernilai positif sebesar 0,530. Koefisien korelasinya (r) sebesar 0,53
dengan persamaan regresi y = -0,0407+0,008195x, ini menggambarkan antara
sedimen dan konsentrasi logam berat pada daging ikan patin tidak mempunyai
hubungan yang erat. Sehingga jika ada peningkatan pada sedimen tidak berakibat
pada peningkatan akumulasi pada daging ikan patin.
Nilai regresi korelasi antara sedimen dan daginga ikan patin yang dipelihara
di Waduk Cirata pada akhir penelitian juga bernilai positif sebesar 0,612. Nilai
koefisien korelasinya (r) sebesar 0,61 dengan persamaan regresinya adalah y = -
0,111+0,1240x, yang memberikan gambaran bahwa hubungan antara sedimen dan
akumulasi logam berat pada daging di akhir penelitian tidak signifikan, serta lebih
tinggi jika dibandingkan dengan regresi korelasi pada awal penelitian. Ini
memberikan indikasi yang kuat peningkatan logam berat pada sedimen tidak akan
meningkatkan konsentrasi logam berat tersebut pada daging ikan patin yang
dipelihara.
Hubungan korelasi antara konsentrasi logam berat pada sedimen dengan
konsentrasi logam berat pada daging ikan yang dipelihara di akuarium tanpa
diberi sedimen bernilai positif (0,605). Nilai koefisien korelasinya (r) sebesar 0,60
dengan persamaan regresi y = -0,051+0,08330x, ini berarti hanya 60% konsentrasi
logam berat pada sedimen memberikan pengaruh pada konsentrasi logam berat
pada daging ikan patin yang dipelihara di akuarium.
Regresi korelasi antara kandungan logam berat pada sedimen dengan
konsentrasi logam berat pada daging ikan patin yang dipelihara di akuarium
dengan diberi sedimen dari Waduk Cirata bernilai positif (0,613). Ini memberikan
indikasi yang kuat tidak ada hubungan yang erat dengan adanya peningkatan
konsentrasi logam berat pada sedimen akan meningkatkan pula konsentrasi logam
berat pada daging ikan patin yang dipelihara di akuarium. Koefisien korelasinya
sebesar 0,61 dengan persamaan regresi y = -0,181+0,1596x, artinya hanya 61%
pariasi konsentrasi logam berat pada sedimen mempengaruhi pada konsentrasi
logam berat pada daging ikan patin yang dipelihara di akuarium dengan diberi
70
sedimen dari Waduk Cirata. Lebih lengkapnya perhitungan regresi korelasi antara
sedimen dan daging ikan patin dsajikan pada Lampiran 6.
4.6.5.Hubungan Logam Berat pada Air dan Insang Ikan
Pada awal penelitian regresi korelasi antara kandungan logam berat pada air
dan insang ikan patin bernilai negatif (-0,339) dengan koefisien korelasinya (r)
sebesar 0,34. Persamaan regresinya adalah y = 2,579-23,77x. Ini artinya ada
hubungan yang erat dengan peningkatan konsentrasi logam pada insang ikan akan
diikuti dengan penurunan jumlah konsentrasi logam berat pada air sebesar 34%.
Karena diduga logam berat yang ada dalam air akan mudah masuk ke dalam ikan
secara langsung masuk dan jika terjadi depurasi dari insang akan kembali lagi ke
air, sehingga konsentrasi pada air akan meningkat.
Hubungan antara kandungan logam berat yang ada pada air dengan
akumulasinya pada insang ikan patin pada akhir penelitian regresi korelasinya
bernilai negatif sebesar -0,314 dengan koefisien korelasinya (r) sebesar 0,99.
Persamaan regresinya adalah y = 2,886-24,53x. Secara regresi korelasi antara air
dan insang ikan patin baik pada awal penelitian maupun akhir penelitian ada
hubungan yang erat. Ini menandakan bahwa jika adanya penambahan akumulasi
logam berat pada insang ikan patin akan diikuti dengan penurunan konsentrasi
logam berat pada air dengan pariasi sebesar 99%.
Secara total kandungan logam berat pada insang ikan yang dipelihara pada
akuarium yang tidak diberikan sedimen dari Waduk Cirata berkorelasi erat (-
0,307) dengan koefisien korelasinya (r) sebesar 0,97. Persamaan regresinya adalah
y = 2,824-23,49x. Ini berarti penambahan akumulasi logam berat pada insang ikan
patin akan diikuti dengan penurunan jumlah konsentrasi akumulasi logam berat
pada perairan Waduk Cirata.
Hubungan regresi korelasi antara air dan akumulasi pada insang patin yang
dipelihara pada akuarium yang diberi sedimen sangat erat (-0,314) dengan
koefisien korelasinya (r) sebesar 0,99. Persamaan regresinya adalah y = 3,298-
28,23x. Ini memberikan gambaran bahwa kandungan logam berat pada air Waduk
Cirat akan berkurang secara signifikan apabila peningkatan akumulasi logam berat
71
pada insang ikan patin semakin meningkat. Secara lengkap perhitungan regresi
korelasi antara sedimen dan insang ikan patin disajikan pada Lampiran 7.
4.6.6.Hubungan Logam Berat pada Air dan Hati Ikan
Pada awal penelitian regresi korelasi antara kandungan logam berat pada air
dan hati ikan patin bernilai negatif (-0,323) dengan koefisien korelasinya (r)
sebesar 0,32. Persamaan regresinya adalah y = 1,483-12,92x. Ini artinya ada
hubungan yang erat dengan peningkatan konsentrasi logam pada hati ikan patin
akan diikuti dengan penurunan jumlah konsentrasi logam berat pada air sebesar
32%. Karena diduga logam berat yang ada dalam air akan mudah masuk ke dalam
ikan secara langsung dan jika terjadi depurasi dari insang akan kembali lagi ke air,
sehingga konsentrasi pada air akan meningkat.
Hubungan antara kandungan logam berat yang ada pada air dengan
akumulasinya pada hati ikan patin pada akhir penelitian regresi korelasinya
bernilai negatif sebesar -0,337 dengan koefisien korelasinya (r) sebesar 0,34.
Persamaan regresinya adalah y = 6,197-56,9x. Secara regresi korelasi antara air
dan hati ikan patin baik pada awal penelitian maupun akhir penelitian ada
hubungan yang erat. Ini menandakan bahwa jika adanya penambahan akumulasi
logam berat pada hati ikan patin akan diikuti dengan penurunan konsentrasi logam
berat pada air dengan pariasi sebesar 34%.
Secara total kandungan logam berat pada hati ikan yang dipelihara pada
akuarium yang tidak diberikan sedimen dari Waduk Cirata berkorelasi erat (-
0,327) dengan koefisien korelasinya (r) sebesar 0,33. Persamaan regresinya adalah
y = 6,654-59,3x. Ini berarti penambahan akumulasi logam berat pada hati ikan
patin akan diikuti dengan penurunan jumlah konsentrasi akumulasi logam berat
pada perairan Waduk Cirata sebesar 33%.
Hubungan regresi korelasi antara air dan akumulasi pada insang patin yang
dipelihara pada akuarium yang diberi sedimen sangat erat (-0,322) dengan
koefisien korelasinya (r) sebesar 0,32. Persamaan regresinya adalah y = 4,942-
43,24x. Ini memberikan gambaran bahwa kandungan logam berat pada air Waduk
Cirat akan berkurang secara signifikan apabila peningkatan akumulasi logam berat
72
pada hati ikan patin semakin meningkat. Secara lengkap perhitungan regresi
korelasi antara sedimen dan insang ikan patin disajikan pada Lampiran 8.
4.6.7.Hubungan Logam Berat pada Air dengan Daging Ikan
Pada awal penelitian regresi korelasi antara kandungan logam berat pada air
dan daging ikan patin bernilai negatif (-0,174) dengan koefisien korelasinya (r)
sebesar 0,55. Persamaan regresinya adalah y = 0,1973-0,910x. Ini artinya ada
hubungan yang erat dengan peningkatan konsentrasi logam pada daging ikan akan
diikuti dengan penurunan jumlah konsentrasi logam berat pada air sebesar 55%.
Karena diduga logam berat yang ada dalam air akan mudah masuk ke dalam ikan
secara langsung dan jika terjadi depurasi dari daging akan kembali lagi ke air,
sehingga konsentrasi pada air akan meningkat.
Hubungan antara kandungan logam berat yang ada pada air dengan
akumulasinya pada daging ikan patin pada akhir penelitian regresi korelasinya
bernilai negatif sebesar -0,302 dengan koefisien korelasinya (r) sebesar 0,95
Persamaan regresinya adalah y = 2,530-20,71x. Secara regresi korelasi antara air
dan daging ikan patin baik pada awal penelitian maupun akhir penelitian ada
hubungan yang erat. Ini menandakan bahwa jika adanya penambahan akumulasi
logam berat pada daging ikan patin akan diikuti dengan penurunan konsentrasi
logam berat pada air dengan pariasi sebesar 95%.
Secara total kandungan logam berat pada hati ikan yang dipelihara pada
akuarium yang tidak diberikan sedimen dari Waduk Cirata berkorelasi erat (-
0,290) dengan koefisien korelasinya (r) sebesar 0,92. Persamaan regresinya adalah
y = 1,708-13,51x. Ini berarti penambahan akumulasi logam berat pada daging
ikan patin akan diikuti dengan penurunan jumlah konsentrasi akumulasi logam
berat pada perairan Waduk Cirata sebesar 92%.
Hubungan regresi korelasi antara air dan akumulasi pada insang patin yang
dipelihara pada akuarium yang diberi sedimen sangat erat (-0,309) dengan
koefisien korelasinya (r) sebesar 0,98. Persamaan regresinya adalah y = 3,243-
27,26x. Ini memberikan gambaran bahwa kandungan logam berat pada air Waduk
Cirata akan berkurang secara signifikan apabila peningkatan akumulasi logam
berat pada daging ikan patin semakin meningkat. Secara lengkap perhitungan
regresi korelasi antara sedimen dan insang ikan patin disajikan pada Lampiran 9.
BABVKESIMPULANDANSARAN
Tidakada
DAFTARPUSTAKA
Tidakada
79
Lampiran 1. Hasil pengukuran dan analisis kualitas air
No Parameter Satuan
Baku mutu Hasil pengamatan
Kelas
I
Kelas
II
Kelas
III
Kelas
IV
Stasiun
I
Stasiun
II
Stasiun
III
A Fisika
1 Suhu
o
C dev.3 dev.3 dev.3 dev.5 30.09 30.33 29.1
2 TDS mg/L 1000 1000 1000 2000 0.128 0.127 0.129
3 Kekeruhan NTU (-) (-) (-) (-) 25.6 2.38 4.54
4 pH - 69 69 69 69 7.12 6.72 6.75
B Kimia
1 DO mg/L 6 4 3 0 8.94 9.11 8.2
2 Karbondioksida
(CO
2
)
mg/L (-) (-) (-) (-) 8.91 11.88 16.83
3 Sulfide mg/L 0.002 0.002 0.002 0.002 <0,2 <0,2 <0,2
4 Amonia (NH
3
-N) mg/L 0.5 0.02 0.02 (-) 0.065 0.052 0.104
5 Nitrit (NO
2
-N) mg/L 0.06 0.06 0.06 (-) 0.037 0.025 0.027
6 Nitrat (NO
3
-N) mg/L 10 10 20 20 0.388 0.215 0.056
7 Fenol mg/L 0.001 0.001 0.001 (-) <0,05 <0,05 <0,05
8 BOD mg/L 2 3 6 12 2.24 1.25 1.39
9 COD mg/L 10 25 50 100 12.9 15.9 13.9
10 Total fosfat mg/L 0.2 0.2 1 5 1.357 1.076 1.5
11 Orto fosfat (PO
4
3-
-P) mg/L (-) (-) (-) (-) 0.373 0.19 1.291
12 Alkalinitas mg/L (-) (-) (-) (-) 71.64 55.72 91.54
13 Kesadahan mg/L (-) (-) (-) (-) 39.04 60.06 42.04
14 Kalsium (Ca) mg/L (-) (-) (-) (-) 8.15 8.72 8.001
15
Timbal (Pb)
mg/L 0,03 0,03 0,03 1 (-) (-) (-)
16
Kadmium (Cd)
mg/L 0,01 0,01 0,01 0,01 (-) (-) (-)
17
Merkuri (Hg)
mg/L 0,001 0,002 0,002 0,005 (-) (-) (-)
18
Besi (Fe)
mg/L 0,3 (-) (-) (-) (-) (-) (-)
19 Krorofil
a
m/L (-) (-) (-) (-) 50 20 60
C Biologi
1 zooplankton Ind/m
3
(-) (-) (-) (-) 1906 1844 1781
2 fitoplankton Ind/m
3
(-) (-) (-) (-) 3873 3313 3875
80
Lampiran 2. Hasil evaluasi kualitas air Waduk Cirata dengan Metode Storet
No
Parameter
Satuan
Baku mutu Hasil pengamatan Hasil pengamatan Skor IKA_STORET
Kelas
I
Kelas
II
Kelas
III
Kelas
IV
Maksi-
mum
Mini-
mum
Rata-
rata
Stasiun
I
Stasiun
II
Stasiun
III
Kelas
I
Kelas
II
Kelas
III
Kelas
IV
A Fisika
1 Suhu
o
C dev.3 dev.3 dev.3 dev.5 30.09 29.1 29.84 30.09 30.33 29.1 0 0 0 0
2 TDS mg/L 1000 1000 1000 2000 0.128 0.127 0.13 0.128 0.127 0.129 0 0 0 0
3 Kekeruhan NTU (-) (-) (-) (-) 25.6 2.38 10.81 25.6 2.38 4.54 0 0 0 0
4 pH - 69 69 69 69 7.12 6.72 6.86 7.12 6.72 6.75 0 0 0 0
B Kimia
1 DO mg/L 6 4 3 0 9.11 8.2 8.75 8.94 9.11 8.2 0 0 0 0
2 Karbondioksida (CO
2
) mg/L (-) (-) (-) (-) 16.83 8.91 12.54 8.91 11.88 16.83 0 0 0 0
3 Sulfide mg/L 0.002 0.002 0.002 0.002 <0,2 <0,2 <0,2 <0,2 <0,2 <0,2 -10 -10 -10 -10
4 Amonia (NH
3
-N) mg/L 0.5 0.02 0.02 (-) 0.104 0.052 0.07 0.065 0.052 0.104 0 -10 -10 0
5 Nitrit (NO
2
-N) mg/L 0.06 0.06 0.06 (-) 0.037 0.025 0.03 0.037 0.025 0.027 0 0 0 0
6 Nitrat (NO
3
-N) mg/L 10 10 20 20 0.388 0.056 0.22 0.388 0.215 0.056 0 0 0 0
7 Fenol mg/L 0.001 0.001 0.001 (-) <0,05 <0,05 <0,05 <0,05 <0,05 <0,05 -10 -10 -10 0
8 BOD mg/L 2 3 6 12 2.24 1.25 1.63 2.24 1.25 1.39 -2 0 0 0
9 COD mg/L 10 25 50 100 15.9 12.9 14.23 12.9 15.9 13.9 -10 0 0 0
10 Total fosfat mg/L 0.2 0.2 1 5 1.5 1.076 1.31 1.357 1.076 1.5 -10 -10 -4 0
11 Orto fosfat (PO
4
3-
-P) mg/L (-) (-) (-) (-) 1.291 0.19 0.62 0.373 0.19 1.291 0 0 0 0
12 Alkalinitas mg/L (-) (-) (-) (-) 91.54 55.72 72.97 71.64 55.72 91.54 0 0 0 0
13 Kesadahan mg/L (-) (-) (-) (-) 60.06 39.04 47.05 39.04 60.06 42.04 0 0 0 0
14 Kalsium (Ca) mg/L (-) (-) (-) (-) 8.72 8.001 8.29 8.15 8.72 8.001 0 0 0 0
15 Timbal (Pb) mg/L 0,03 0,03 0,03 1 0,291 0,105 0,198 (-) (-) (-) -10 -10 -10 0
16
Kadmium(Cd)
mg/L 0,01 0,01 0,01 0,01 0,035 0,036 0,037 (-) (-) (-) -10 -10 -10 -10
17
Merkuri (Hg)
mg/L 0,001 0,002 0,002 0,005 0,002 ttd 0,002 (-) (-) (-) -8 0 0 0
18 Besi (Fe) mg/L 0,3 (-) (-) (-) 0,122 0,015 0,069 (-) (-) (-) 0 0 0 0
C Biologi
1 zooplankton Ind./m
3
(-) (-) (-) (-) 1906 1781 1843.67 1906 1844 1781 0 0 0 0
2 fitoplankton Ind./m
3
(-) (-) (-) (-) 3875 3313 3687.00 3873 3313 3875 0 0 0 0
Jumlah Skor -70 -60 -54 -20
Status air TB TB TB TR
Keterangan:
TB : Terecemar Berat
TR : Tercemar Ringan
81
Lampiran 3. Hasil Analisis logam berat awal penelitian
No Identifikasi sampel Parameter Satuan Hasil Metode
1 Insang
Pb
mg/kg bb
0.0984 AOAC 972.23 16
th
edition, 1999
Cd
mg/kg bb
0.0200 AOAC 972.23 16
th
edition, 1999
Hg
mg/kg bb
0.0048 AOAC 972.23 16
th
edition, 1999
Fe mg/kg bb 6.4700 APHA 1998-3112.B
2 Hati
Pb
mg/kg bb
0.1388 AOAC 972.23 16
th
edition, 1999
Cd
mg/kg bb
0.0254 AOAC 972.23 16
th
edition, 1999
Hg
mg/kg bb
0.0136 AOAC 972.23 16
th
edition, 1999
Fe mg/kg bb 3.7296 APHA 1998-3112.B
3 Daging
Pb
mg/kg bb
0.1040 AOAC 972.23 16
th
edition, 1999
Cd
mg/kg bb
0.0264 AOAC 972.23 16
th
edition, 1999
Hg
mg/kg bb
0.0001 AOAC 972.23 16
th
edition, 1999
Fe mg/kg bb 0.5160 APHA 1998-3112.B
4 Tanah
Pb
mg/kg bb
2.3830 AOAC 972.23 16
th
edition, 1999
Cd
mg/kg bb
0.3170 AOAC 972.23 16
th
edition, 1999
Hg
mg/kg bb
26.8310 AOAC 972.23 16
th
edition, 1999
Fe mg/kg bb 29.4950 APHA 1998-3112.B
5 Air
Hg mg/L 0.0020 APHA 1998-3112.B
Cd mg/L 0.0347 APHA 1998-3112.B
Pb mg/L 0.1050 SNI-06-6989.8-2004
Fe mg/L 0.0150 APHA 1998-3112.B
82
Lampiran 4. Data hasil analisis logam berat akhir penelitian
Ikan Patin dari Cirata
No
Identifikasi
sampel
Parameter Satuan Hasil Metode
1 Insang
Pb
mg/kg bobot basah
0.3400 AOAC 972.23 16
th
edition, 1999
Cd
mg/kg bobot basah
0.0400 AOAC 972.23 16
th
edition, 1999
Hg
mg/kg bobot basah
0.0203 AOAC 972.23 16
th
edition, 1999
Fe mg/kg bobot basah 7.3000 SNI-06-6989.8-2004
2 Hati
Pb
mg/kg bobot basah
0.2680 AOAC 972.23 16
th
edition, 1999
Cd
mg/kg bobot basah
0.0210 AOAC 972.23 16
th
edition, 1999
Hg
mg/kg bobot basah
TTD AOAC 972.23 16
th
edition, 1999
Fe mg/kg bobot basah 15.5900 SNI-06-6989.8-2004
3 Daging
Pb
mg/kg bobot basah
0.3890 AOAC 972.23 16
th
edition, 1999
Cd
mg/kg bobot basah
0.0300 AOAC 972.23 16
th
edition, 1999
Hg
mg/kg bobot basah
0.0250 AOAC 972.23 16
th
edition, 1999
Fe mg/kg bobot basah 6.4300 SNI-06-6989.8-2004
Ikan Patin Tanpa Sedimen
No
Identifikasi
sampel
Parameter Satuan Hasil Metode
1 Insang
Pb
mg/kg bobot basah
0.3800 AOAC 972.23 16
th
edition, 1999
Cd
mg/kg bobot basah
0.0730 AOAC 972.23 16
th
edition, 1999
Hg
mg/kg bobot basah
0.0014 AOAC 972.23 16
th
edition, 1999
Fe mg/kg bobot basah 7.1600 SNI-06-6989.8-2004
2 Hati
Pb
mg/kg bobot basah
0.4870 AOAC 972.23 16
th
edition, 1999
Cd
mg/kg bobot basah
0.0340 AOAC 972.23 16
th
edition, 1999
Hg
mg/kg bobot basah
TTD AOAC 972.23 16
th
edition, 1999
Fe mg/kg bobot basah 16.8100 SNI-06-6989.8-2004
3 Daging
Pb
mg/kg bobot basah
0.3130 AOAC 972.23 16
th
edition, 1999
Cd
mg/kg bobot basah
0.0220 AOAC 972.23 16
th
edition, 1999
Hg
mg/kg bobot basah
TTD AOAC 972.23 16
th
edition, 1999
Fe mg/kg bobot basah 4.3800 SNI-06-6989.8-2004
83
Ikan Patin Pakai Sedimen
No
Identifikasi
sampel
Parameter Satuan Hasil Metode
1 Insang
Pb
mg/kg bobot basah
0.3660 AOAC 972.23 16
th
edition, 1999
Cd
mg/kg bobot basah
0.0310 AOAC 972.23 16
th
edition, 1999
Hg
mg/kg bobot basah
TTD AOAC 972.23 16
th
edition, 1999
Fe mg/kg bobot basah 8.3700 SNI-06-6989.8-2004
2 Hati
Pb
mg/kg bobot basah
0.4370 AOAC 972.23 16
th
edition, 1999
Cd
mg/kg bobot basah
0.0700 AOAC 972.23 16
th
edition, 1999
Hg
mg/kg bobot basah
TTD AOAC 972.23 16
th
edition, 1999
Fe mg/kg bobot basah 12.4800 SNI-06-6989.8-2004
3 Daging
Pb
mg/kg bobot basah
0.4120 AOAC 972.23 16
th
edition, 1999
Cd
mg/kg bobot basah
0.0470 AOAC 972.23 16
th
edition, 1999
Hg
mg/kg bobot basah
TTD AOAC 972.23 16
th
edition, 1999
Fe mg/kg bobot basah 8.2400 SNI-06-6989.8-2004
Sedimen (tanah) dan Air
1 Tanah
Pb
mg/kg bobot basah
2.3830 AOAC 972.23 16
th
edition, 1999
Cd
mg/kg bobot basah
0.3170 AOAC 972.23 16
th
edition, 1999
Hg
mg/kg bobot basah
26.8310 AOAC 972.23 16
th
edition, 1999
Fe mg/kg bobot basah 29.4950 APHA 1998-3112.B
2 Air
Hg
mg/L
0.2910 AOAC 972.23 16
th
edition, 1999
Cd
mg/L
0.0350 AOAC 972.23 16
th
edition, 1999
Pb
mg/L
TTD AOAC 972.23 16
th
edition, 1999
Fe mg/L 0.1220 SNI-06-6989.8-2004
84
Lampiran 5. Hasil regresi dan korelasi sedimen dan air Waduk Cirata
Regression Analysis: Air versus Sedimen
The regression equation is Air =0.07084 - 0.002146 Sedimen
S =0.0386150 R-Sq =52.8% R-Sq(adj) =29.2%
Analysis of Variance
Source DF SS MS F P
Regression 1 0.0033371 0.0033371 2.24 0.273
Error 2 0.0029822 0.0014911
Total 3 0.0063194
Correlations: Sedimen, Air
Pearson correlation of Sedimen and Air =-0.727
P-Value =0.273
x
y
30 25 20 15 10 5 0
0.10
0.08
0.06
0.04
0.02
0.00
S 0.0386150
R-Sq 52.8%
R-Sq(adj) 29.2%
Air = 0.07084 - 0.002146 Sedimen
85
Lampiran 6. Hasil regresi dan korelasi sedimen dan insang ikan patin
Sedimen
A
w
a
l
30 25 20 15 10 5 0
7
6
5
4
3
2
1
0
S 3.06862
R-Sq 39.3%
R-Sq(adj) 8.9%
Fitted Line Plot
Awal = - 0.264 +0.1296 Sedimen
Sedimen
I
n
s
a
n
g
A
k
h
ir
30 25 20 15 10 5 0
8
7
6
5
4
3
2
1
0
S 3.45894
R-Sq 38.0%
R-Sq(adj) 7.0%
Fitted Line Plot
Insang Akhir = - 0.174 +0.1422 Sedimen
Sedimen
T
a
n
p
a
S
e
d
im
e
n
30 25 20 15 10 5 0
8
7
6
5
4
3
2
1
0
S 3.40430
R-Sq 37.2%
R-Sq(adj) 5.8%
Fitted Line Plot
Tanpa Sedimen = - 0.129 +0.1377 Sedimen
Sedimen
P
a
k
a
i
S
e
d
im
e
n
30 25 20 15 10 5 0
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
S 3.97716
R-Sq 37.9%
R-Sq(adj) 6.9%
FittedLine Plot
Pakai Sedimen = - 0.219 +0.1634 Sedimen
86
Lampiran 7. Hasil regresi dan korelasi sedimen dan hati ikan patin
Sedimen
H
a
t
i
A
k
h
ir
30 25 20 15 10 5 0
4
3
2
1
0
S 1.76485
R-Sq 38.4%
R-Sq(adj) 7.6%
Fitted Line Plot
Hati Awal = - 0.103 +0.07321 Sedimen
Sedimen
A
k
h
ir
30 25 20 15 10 5 0
16
14
12
10
8
6
4
2
0
S 7.39939
R-Sq 39.2%
R-Sq(adj) 8.8%
Fitted Line Plot
Akhir = - 0.636 +0.3121 Sedimen
Sedimen
T
a
n
p
a
S
e
d
im
e
n
30 25 20 15 10 5 0
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0
S 7.98160
R-Sq 38.7%
R-Sq(adj) 8.0%
Fitted Line Plot
Tanpa Sedimen = - 0.580 +0.3329 Sedimen
Sedimen
P
a
k
a
i
S
e
d
im
e
n
30 25 20 15 10 5 0
14
12
10
8
6
4
2
0
S 5.92840
R-Sq 38.2%
R-Sq(adj) 7.3%
Fitted Line Plot
Pakai Sedimen = - 0.368 +0.2450 Sedimen
87
Lampiran 8. Hasil regresi dan korelasi sedimen dan daging ikan patin
Sedimen
A
w
a
l
30 25 20 15 10 5 0
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0.0
S 0.249615
R-Sq 28.1%
R-Sq(adj) 0.0%
Fitted Line Plot
Awal = 0.0407 +0.008195 Sedimen
Sedimen
A
k
h
ir
30 25 20 15 10 5 0
7
6
5
4
3
2
1
0
S 3.04550
R-Sq 37.5%
R-Sq(adj) 6.3%
Fitted Line Plot
Akhir = - 0.111 +0.1240 Sedimen
Sedimen
T
a
n
p
a
S
e
d
im
e
n
30 25 20 15 10 5 0
5
4
3
2
1
0
S 2.08524
R-Sq 36.6%
R-Sq(adj) 5.0%
Fitted Line Plot
Tanpa Sedimen = - 0.051 +0.08330 Sedimen
Sedimen
P
a
k
a
i
S
e
d
im
e
n
30 25 20 15 10 5 0
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
S 3.91711
R-Sq 37.6%
R-Sq(adj) 6.3%
Fitted Line Plot
Pakai Sedimen = - 0.181 +0.1596 Sedimen
88
Lampiran 9. Hasil regresi dan korelasi air dan insang ikan patin
Air
A
w
a
l
0.10 0.08 0.06 0.04 0.02 0.00
7
6
5
4
3
2
1
0
S 3.70360
R-Sq 11.5%
R-Sq(adj) 0.0%
Fitted Line Plot
Awal = 2.579 - 23.77 Air
Air
A
k
h
ir
0.10 0.08 0.06 0.04 0.02 0.00
8
7
6
5
4
3
2
1
0
S 4.17017
R-Sq 9.9%
R-Sq(adj) 0.0%
FittedLine Plot
Akhir = 2.886- 24.53Air
Air
T
a
n
p
a
S
e
d
im
e
n
0.10 0.08 0.06 0.04 0.02 0.00
8
7
6
5
4
3
2
1
0
S 4.08858
R-Sq 9.4%
R-Sq(adj) 0.0%
Fitted Line Plot
Tanpa Sedimen = 2.824 - 23.49 Air
Air
P
a
k
a
i
S
e
d
im
e
n
0.10 0.08 0.06 0.04 0.02 0.00
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
S 4.79275
R-Sq 9.9%
R-Sq(adj) 0.0%
FittedLine Plot
Pakai Sedimen= 3.298- 28.23Air
89
Lampiran 10. Hasil regresi dan korelasi air dan hati ikan patin
Air
A
w
a
l
0.10 0.08 0.06 0.04 0.02 0.00
4
3
2
1
0
S 2.12817
R-Sq 10.4%
R-Sq(adj) 0.0%
Fitted Line Plot
Awal = 1.483 - 12.92 Air
Air
A
k
h
ir
0.10 0.08 0.06 0.04 0.02 0.00
16
14
12
10
8
6
4
2
0
S 8.93452
R-Sq 11.3%
R-Sq(adj) 0.0%
FittedLine Plot
Akhir = 6.197- 56.9Air
Air
T
a
n
p
a
S
e
d
im
e
n
0.10 0.08 0.06 0.04 0.02 0.00
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0
S 9.63152
R-Sq 10.7%
R-Sq(adj) 0.0%
Fitted Line Plot
Tanpa Sedimen = 6.654 - 59.3 Air
Air
P
a
k
a
i
S
e
d
im
e
n
0.10 0.08 0.06 0.04 0.02 0.00
14
12
10
8
6
4
2
0
S 7.14021
R-Sq 10.4%
R-Sq(adj) 0.0%
FittedLine Plot
Pakai Sedimen= 4.941- 43.24Air
90
Lampiran 11. Hasil regresi dan korelasi air dan daging ikan patin
Air
A
w
a
l
0.10 0.08 0.06 0.04 0.02 0.00
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0.0
S 0.289867
R-Sq 3.0%
R-Sq(adj) 0.0%
Fitted Line Plot
Awal = 0.1973 - 0.910 Air
Air
A
k
h
ir
0.10 0.08 0.06 0.04 0.02 0.00
7
6
5
4
3
2
1
0
S 3.67241
R-Sq 9.1%
R-Sq(adj) 0.0%
Fitted Line Plot
Akhir = 2.530 - 20.71 Air
Air
T
a
n
p
a
S
e
d
im
e
n
0.10 0.08 0.06 0.04 0.02 0.00
5
4
3
2
1
0
S 2.50713
R-Sq 8.4%
R-Sq(adj) 0.0%
FittedLine Plot
Tanpa Sedimen= 1.708- 13.51Air
Air
P
a
k
a
i
S
e
d
im
e
n
0.10 0.08 0.06 0.04 0.02 0.00
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
S 4.71455
R-Sq 9.6%
R-Sq(adj) 0.0%
Fitted Line Plot
Pakai Sedimen= 3.243- 27.26Air