Anda di halaman 1dari 40

LOMBA DESAIN GI 150 KV

ii Agustus 2005

PT. PLN (PERSERO) P3B JAWA BALI
STANDAR YANG DIGUNAKAN
Standar Lingkungan
Semua peralatan proteksi, kontrol, dan monitoring mengacu standar berikut ini:

Type Test Name Type Test Standard Conditions
Insulation Resistance IEC 60255-5 100 M at 500 Vdc (CM & DM)

50 Hz, 1mn, 2kV (CM), 1kV (DM)

50 Hz, 1mn, 1kV (CM)
Dielectric Withstand IEC 60255-5
IEEE C37.90
G 1.4 & 1.5 500V CM
G 6 :1,5 kV CM
5kV (CM), 3kV (DM)
2kV (CM)
Groups 1 to 6 :5 kV CM & 3 kV DM(1)
High Voltage Impulse
Test

IEC 60255-5
Not on 1.4 & 1.5 : 5 kV CM & 3 kV
DM(1)
Test Ec : 2 falls from 5cm
Test Ed : 2 falls from 0,5m
2 falls of 5 cm (Computer not
powered)
Free Fall Test
Free Fall Packaging
Test

IEC 60068-2-31
IEC 60068-2-32
25 falls of 50 cm (1) (2) (Packaging
computer)
Class 2 :
1g from 2 to 150Hz
Vibration Response
Powered On
IEC 60255-21-1
Classe 2 :
Acceleration : 1g from 10 (1) to
150Hz
Class 2 :
2g from 2 to 500Hz
Vibration Response
Not Powered On
IEC 60255-21-1
Classe 2 :
Acceleration : 2g from 10 (1) to
500Hz
Class 2 :
1g from 10 to 150Hz
Vibration Endurance
Not Powered On

IEC 80068-2-6
Classe 2 :
Acceleration : 1g from 10 (1) to
500Hz

LOMBA DESAIN GI 150 KV

iii Agustus 2005

PT. PLN (PERSERO) P3B JAWA BALI
Type Test Name Type Test Standard Conditions
Shocks Not Powered
On

IEC 60255-21-2 Class 1 :
15g, 11 milidetik
Shocks Powered On

IEC 60255-21-2 Class 2 :
10g, 11 milidetik
Bump Test Not
Powered On
IEC 60255-21-2 Class 1 :
10g, 16milidetik, 2000/axis
Class 1 :
Axis H : 3,5mm 2g
Axis V : 3,5mm 1g
Seismic Test Powered
On

IEC 60255-21-3
Classe 2 :
Acceleration : 2g
Displacement : 7,5mm selon axe H
Acceleration : 1g
Displacement : 3,5mm selon axe V
Damp Heat Test -
Operating
IEC 60068-2-3 Test Ca :
+40C / 10 days / 93% RH
Test Ab :
-10C / 96h
Cold Test - Operating

IEC 60068-2-1
Test Ab : - 25c / 96 H
Cold Test - Storage

IEC60068-2-1 Test Ad :
-40C / 96h
Powered On at 25C (for
information)
Powered On at 40C (for
information)
Test Bd :
55C / 96h
70C / 2h
Dry Heat Test
Operating

IEC 60068-2-2
70c / 24 H
Dry Heat Test
Storage

IEC 60068-2-1 Test Bd :
+70C / 96h
Powered On at +70C
Enclosure Protection IEC 60529

Front : IP=52
Rear : IP=30
Inrush current (start-
up)
T < 1,5 milidetik / I < 20 A
T < 150 milidetik / I < 10 A
T > 500 milidetik / I < 1,2 In
Supply variation IEC 60255-6 Vn 20%
Vn+30% & Vn-25% for information

LOMBA DESAIN GI 150 KV

iv Agustus 2005

PT. PLN (PERSERO) P3B JAWA BALI
Type Test Name Type Test Standard Conditions
Overvoltage (peak
withstand)

IEC 60255-6 1,32 Vn max
2 Vn during 10 milidetik (for
information)
Supply interruption

IEC 60255-11 From 2,5 milidetik to 1 s at 0,8 Vn
50 milidetik at Vn, no malfunction
(for information)
40 s interruption

IEC 60255-11
Ripple (frequency
fluctuations)
IEC 60255-11 12% Vn at f=100Hz or 120Hz
12% Vn at f=200Hz for information
Supply variations

IEC 60255-6 Vn 20%

AC Voltage dips &
short interruptions

EN 61000-4-11 2milidetik to 20milidetik &
50milidetik to 1s
50 milidetik at Vn, no malfunction
(for information
Frequency fluctuations IEC 60255-6 50 Hz : from 47 to 54 Hz
60 Hz : from 57 to 63 Hz
Voltage withstand 2 Vn during 10 milidetik (for
information)

Class 3 : 2.5kV (CM) / 1kV (DM) High Frequency
Disturbance
IEC 60255-22-1
IEC 61000-4-12
IEEE C37.90.1
Class 2 : 1kV (CM)
Electrostatic discharge IEC 60255-22-2
IEC 61000-4-2
Class 4 :
8kV contact / 15 kV air

IEC 60255-22-3
IEC 61000-4-3
Class 3 :
10 V/m 80 to 1000 MHz
& spot tests
Radiated Immunity
IEEE C37.90.2 35 V/m 25 to 1000 MHz
Class 4 :
4kV 2.5kHz (CM & DM)
Class 3
2 kV - 2,5 kHz MC
Fast Transient Burst

IEC 60255-22-4
IEC 61000-4-4
IEEE C37.90.1

Class 3 :
2kV 5kHz (CM)

LOMBA DESAIN GI 150 KV

v Agustus 2005

PT. PLN (PERSERO) P3B JAWA BALI
Type Test Name Type Test Standard Conditions


Class 4 :
4kV (CM) 2kV (DM)
Class 3 :
2kV (CM) on shield
Class 4 :
4kV (CM) for information

Surge immunity IEC 61000-4-5
Class 3 :
1 kV MC
High frequency
conducted immunity
IEC 61000-4-6 Class 3 :
10 V, 0.15 80 MHz
Harmonics Immunity IEC 61000-4-7 5% & 10% de H2 H17

Class 4 :
50 Hz 30 A/m permanent 300
A/m short time

Power Frequency
Magnetic Field
Immunity

IEC 61000-4-8
Class 5 :
100A/m for 1mn
1000A/m for 3s
Power Frequency IEC 61000-4-16 CM 500 V / DM 250 V via 0.1 F

Conducted emission EN 55022 Gr. I, class A and B : from 0.15 to
30 MHz
Radiated emission EN 55022 Gr. I, class A and B : from 30 to
1000 MHz, 10m

Standar Komunikasi
IED protocol:
o IEC 61850
o IEC 60870-5-102
o IEC 60870-5-103
o IEC 60870-5-104
o MODBUS
o DNP 3.0


LOMBA DESAIN GI 150 KV

vi Agustus 2005

PT. PLN (PERSERO) P3B JAWA BALI
Gateway protocol:
o Protocol di control center eksisting
o IEC 60870-5-101
o IEC 60870-5-102
o IEC 60870-5-103
o IEC 60870-5-104
o Modbus
o DNP 3.0
o IEC 61850
Standar Otomasi

o IEC 61131-3


LOMBA DESAIN GI 150 KV

vii Agustus 2005

PT. PLN (PERSERO) P3B JAWA BALI
PENJELASAN UMUM
Arsitektur

IED Main
GPS
Receiver
Menu
Cancel
Ent er Lamp Test LED Reset
Close Open Select L/R
HITACHI
Service Alarm
Protection & Control Unit DMP- XXXX
Menu
Cancel
Enter Lamp Test LED Reset
Close Open Select L/R
HI TACHI
Service Alarm
Protection & Control Unit DMP- XXXX
WAN
Server
Remote PC
Printer
RCC
IED
Kontrol
IED Main
Menu
Cancel
Enter Lamp Test LED Reset
Close Open Select L/R
HI TACHI
Service Alarm
Protection & Control Unit DMP- XXXX
Menu
Cancel
Enter Lamp Test LED Reset
Close Open Select L/R
HITACHI
Service Alarm
Protection & Control Uni t DMP- XXXX
IED Kontrol
FAX
MODEM MODEM
Gateway
BAY LEVEL
STATION LEVEL
PRIMARY EQUIPMENT
MCC/UPT
Logger
Server


Otomasi pada GITO terdiri dari :
Bay level
o Dalam suatu standard bay panel terdiri dari beberapa IED yang diperlukan
sebagai lokal kontrol dan proteksi dari masing-masing bay. Yang dimaksud
dengan bay adalah : feeder, transformer, coupler, capacitor bank, diameter
atau common services bay.
o Masing-masing bay dilengkapi dengan switch lokal/remote untuk enable atau
disable secara software dan hardware untuk fungsi remote control atau untuk
kebutuhan pemeliharaan.

LOMBA DESAIN GI 150 KV

viii Agustus 2005

PT. PLN (PERSERO) P3B JAWA BALI
o Setiap bay terdiri dari IED untuk proteksi utama dan IED untuk proteksi
cadangan, control dan meter yang terpisah secara hardware.
o Fungsi DFR pada IED proteksi utama sedangkan fungsi PQM dapat pada IED
proteksi utama atau terpisah. Fungsi PQM hanya terdapat pada bay busbar atau
bay konsumen tegangan tinggi.
o Setiap bay memiliki panel yang terpisah dari bay lainnya.
o Jalur output trip dari fungsi proteksi dan jalur open/close dari fungsi control
sampai ke kontak trip PMT melalui jalur yang berbeda dan dilengkapi dengan
trip circuit supervision (TCS).
o Setiap bay harus dapat dioperasikan secara manual dari masing-masing IED
untuk kondisi emergency.
o Energi meter (meter transaksi) pada incoming trafo distribusi maupun pada bay
konsumen tegangan tinggi dipasang terpisah.
o Jika terjadi gangguan IED yang disebabkan adanya kegagalan power supply
maka tidak mengeluarkan perintah trip (block) dan memberikan alarm.
o IED memiliki self diagnostic unit dan memberikan indikasi alarm.
o IED memiliki kemampuan remote reset.
o IED harus tersedia fasilitas indikasi VT-failure.

Station level
o DC konverter yang mempunyai input 48 VDC, output 220 VAC.
o Dilengkapi converter/gateway yang bertindak sebagai interfacing protocol dari
GITO ke RCC eksisting (bila diperlukan).
o HMI memiliki kemampuan untuk melakukan proses switching, monitoring, data
recording, merekam urutan kejadian, mencetak, pengembangan aplikasi,
pemeliharaan GITO dan analisis data. Proses switching dari HMI dapat dilakukan
jika dalam posisi lokal.
o Proses monitoring dapat dilakukan melalui jaringan (WAN).
o Koneksi sistem ke luar jaringan harus dilengkapi pengaman jaringan (firewall,
akses level) sehingga aman dari virus, hacker, dan intervensi pihak luar.

Link Komunikasi
o Redundant komunikasi di bay level dan station level.
o Metering, event / disturbance recorder, PQM, dan monitoringearly warning
system harus dapat diakses melalui WAN.
o Fungsi Proteksi dan Control yang berkaitan dengan sekuriti sistem menggunakan
dedicated network.
o IED main yang memerlukan teleproteksi maka diharuskan dengan jalur
komunikasi yang tersendiri dan terpisah dari sistem GITO.


LOMBA DESAIN GI 150 KV

ix Agustus 2005

PT. PLN (PERSERO) P3B JAWA BALI

DFR,
EWS,
etc
Mux
PABX IP Camera
Hub
Eth 10/100
N x 64k
4W E&M
64k
2W
64k
2Mbps/E1 FOT
PDH/SDH
IED
Remote
Exch
Mux
PABX IP Camera
Hub
Eth 10/100
N x 64k
4W E&M
64k
2W
64k
64k
2Mbps/E1 FOT
PDH/SDH
Menu
Cancel
Enter
Lamp Test LED Reset
Close Open Select L/R
HITACHI
Service Alarm
Protection &Control Unit DMP - XXXX


GITO mengakomodir hal-hal berikut:
o Perubahan konfigurasi GITO karena penambahan bay penghantar atau bay
trafo mudah dilakukan dari HMI ( copy (drag&drop) dari model eksisting).
o Sistem interlock sesuai Standard Operation Procedure (SOP) Gardu Induk.
o Setiap bay memiliki kemampuan otomasi seperti control local dan interlock,
urutan kejadian, dan sebagainya. Setiap bay dihubungkan dengan bay yang
lain untuk fungsi-fungsi yang lebih luas dengan logic, seperti interlock dan
proteksi busbar, tapi dapat dilakukan dengan mode lebih rendah dengan
kontrol dan proteksi yang lengkap di setiap bay lokal.
o Setiap IED harus memiliki Ethernet port.

Kondisi Umum
Kondisi Lingkungan
IED baru harus dipasang di dalam ruangan, mampu beroperasi antara temperatur 0
55
0
C (ANSI C37.1-1994), dan kelembaban relatif dari 10 95 % yang tidak
mengembun.


LOMBA DESAIN GI 150 KV

x Agustus 2005

PT. PLN (PERSERO) P3B JAWA BALI
Catu Daya
Untuk IED menggunakan catu daya nominal 110 VDC +10% dan untuk komputer
mengunakan UPS atau menyiapkan perangkat untuk konversi tegangan 48 VDC ke
220 VAC. IED harus mampu beroperasi dengan catu daya tanpa atau dengan
pentanahan (positif grounding) dan dilengkapi peralatan proteksi/ pengaman untuk
menghindari over voltage. IED harus mampu menahan atau dilengkapi dengan
peralatan proteksi revers polarity (sumber catu daya polaritas terbalik).

Level Derau
Derau audio (tingkat kebisingan) yang dihasilkan oleh peralatan IED tidak boleh
melebihi nilai pada kurva kriteria NC-45 yang dijelaskan dalam ANSI C37.1 yang
merupakan bagian dari MILSTD-1472.

Identifikasi Assembly dan Komponen
Setiap modul harus mempunyai identifikasi yang jelas (type modul dan/atau nomor
seri) yang membedakan dengan modul yang lain. Semua tempat card dan slot harus
diberi label yang jelas. Card harus diberi kunci untuk meyakinkan pemasangan dan
untuk mencegah pemasangan pada lokasi yang salah.

Perlengkapan
IED dan komputer harus dimasukan kedalam kubikel dengan syarat berikut :
o Bagian dalam dan luar kubikal harus dibuat secara sempurna. Semua logam
kubikal harus dibersihkan dan digosok agar diyakinkan kebersihannya, dan
diselesaikan dengan halus. Semua permukaan harus dilapisi bahan tahan
karat dan dilindungi dengan cat sesuai standar.
o Kubikal harus dibuat sedemikian rupa untuk memudahkan pelaksanaan
instalasi dan pemeliharaan rutin.
o Masukan kabel harus lewat bawah kubikal. Masukan kabel harus disiapkan
pelindung untuk mencegah masuknya serangga dan hewan lain serta untuk
melindungi terhadap debu dan pasir.
o Harus dipersiapkan jaringan pentanahan yang aman pada kubikal. Sistem
pentanahan harus dipasang pada busbar tersendiri untuk mempermudah
pemasangan pentanahan pada masing-masing rak. Kabel pentanahan yang
dipergunakan minimal mempunyai luas penampang 6 mm
2.

o Over voltage protection yang dibutuhkan untuk tegangan AC dan data.
o Di dalam kubikal IED harus disediakan stop kontak 220 VAC 50 Hz dengan
mempergunakan tiga kawat dengan netral terisolasi dan lampu untuk

LOMBA DESAIN GI 150 KV

xi Agustus 2005

PT. PLN (PERSERO) P3B JAWA BALI
pemeliharaan. Lampu akan secara otomatis menyala apabila pintu depan
dibuka.
o Semua panel yang dipergunakan harus memenuhi spesifikasi NEMA 4 atau IP
54.

Suku Cadang
Kontraktor harus menyiapkan suku cadang dalam masa pemeliharaan dan masa
garansi guna keandalan operasi IED . Suku cadang IED dibagi dalam :
o suku cadang jangka pendek yang dibutuhkan untuk operasi selama masa
pemeliharaan dan masa garansi.
o suku cadang jangka panjang yang dibutuhkan untuk operasi selama sepuluh
tahun.

Engineering Tools
Kontraktor harus menyerahkan minimal satu set engineering tools yang digunakan
untuk setting, loading database, uji fungsi, dan diagnostik. (berupa laptop dan
software)

Fungsi Aplikasi :
o Node data / sub sistem komunikasi IED / gateway
o Mempunyai kemampuan proses kontrol secara central dan distributed
o Dapat difungsikan untuk otomasi.
o Rancangan untuk jaringan multi hirarki pada topologi dengan kombinasi
komunikasi :
Serial
LAN/WAN
Field bus
Fungsi automatisasi setiap tingkatan jaringan lokal atau distributed.
Mekanikal
o Ukuran Board /Rack standard (19 inch)
o Terlindung dalam kubikal
o Instalasi dalam kubikal
o Bus sistem :
Bus peripheral paralel.
Bus peripheral serial.
Bus node paralel.


LOMBA DESAIN GI 150 KV

xii Agustus 2005

PT. PLN (PERSERO) P3B JAWA BALI
Dependability
Agar dapat dicapai dependability yang tinggi maka IED dapat melokalisir gangguan
secara akurat sehingga mudah diatasi. Informasi ini juga bisa diremote melalui
HMI.
Untuk bay yang dipelihara hanya dapat diakses dari local HMI dan indikasi tidak
ditampilkan di control center namun bay yang lain masih dapat diremote dari
control center.

Unjuk Kerja
o Urutan kejadian memiliki resolusi maksimal 1 milidetik
o Pengambilan status telemetering maksimal 2 detik
o Kontrol manual dari local HMI ke primary equipment maksimal 1 detik
o Pertukaran data peer to peer melalui protocol IEC 61850 maksimal 30 milidetik,
misalnya perubahan input di satu bay dan output eksekusi dari bay yang lain.
o Keakuratan telemetering di HMI kelas 0.5 untuk arus dan tegangan rmilidetik,
0.5 untuk daya aktif dan reaktif (MW dan MVAr).
o Redudansi Ethernet maksimal 1 milidetik.
o Redudansi server dan gateway maksimal 1 detik.
o Penyimpanan urutan kejadian dalam bay level dalam kasus kegagalan
komunikasi ke local HMI/ Control harus lebih dari 1000 event dalam satu
minggu tanpa power supply ke bay tersebut.

Interface
Process interface
Otomasi GI langsung terhubung ke primary equipment (CT dan PT).
Interface dengan pengukuran digital seperti posisi tap trafo dilakukan dengan
Binary Decoding Code (BDC) atau Gray Code.
Interface untuk pengukuran energi harus dilakukan dengan pulsa dan
diakumulasikan (accumulator).

Interface komunikasi
Komunikasi HMI dengan control center menggunakan protocol eksisting.
Komunikasi IED dengan HMI menggunakan jalur telekomunikasi Ethernet.
Setiap IED harus open protocol dan dapat diintegrasikan dengan IED lain.
Sinkronisasi waktu diambil dari GPS.


LOMBA DESAIN GI 150 KV

xiii Agustus 2005

PT. PLN (PERSERO) P3B JAWA BALI
Operator interface
Operator interface diletakkan di:
o Bay level. IED dapat menampilkan single line diagram dari bay yang
bersangkutan. Setiap IED memungkinkan untuk koneksi dengan PC/laptop
untuk membantu selama komisioning dan pemeliharaan.
o Station level. Server dengan monitor LCD 21. Server ini dapat digunakan
untuk konfigurasi otomasi GITO, setting IED, manajemen otomasi GITO,
tampilan single line diagram, kontrol lokal, alarm, penyimpanan data,
analisa rekaman gangguan dan lain-lain.
o Control center. Sesuai dengan control center eksisting

Engineering interface
Engineering tool menyediakan interface Extra Markup Language (XML) untuk
pertukaran data dengan engineering tools pabrikan lain. Termasuk Single Line
Diagram, urutan kejadian, alarm, dan koneksi I/O.

Integrasi Panel
Secara umum setiap bay harus:
o Mempunyai switch lokal/remote untuk mengontrol interlocking antara GI
dan remote SCADA.
o Mempunyai LCD untuk menampilkan minimal topologi bay, arus dan
tegangan, daya aktif dan reaktif, alarm lokal, posisi tap trafo.
Dimungkinkan juga untuk mengontrol bay (CB, tap changer) termasuk
synchrocheck dan by-pass interlock.
o Mempunyai link komunikasi yang redundan.
o IED harus diintegrasikan secara langsung ke panel switchgear.

Pengembangan dan Perluasan GITO
GITO mampu mengakomodir pengembangan jumlah bay sebanyak 30 % dan I/O
sebesar 20% dari setiap bay.
Komponen otomasi GITO (HMI, Gateway) harus mempunyai kemampuan untuk
mengatur minimal 2 konfigurasi database untuk memungkinkan pengembangan
sistem yang cepat dan aman.
Otomasi GITO harus mampu berintegrasi dengan IED yang akan datang melalui IEC
61850 atau IEC 60870-5-103.
Otomasi GITO mampu mengakomodir konfigurasi database XML masa depan.


LOMBA DESAIN GI 150 KV

xiv Agustus 2005

PT. PLN (PERSERO) P3B JAWA BALI
FUNGSI SCADA
Fungsi utama SCADA adalah sebagai berikut:
Akuisisi Data
IED Kontrol bisa berfungsi sebagai konsentrator untuk :
o Melakukan akuisisi masukan digital ( digital input / DI ).
o Melakukan akuisisi masukan analog ( analog input / AI ) dan pulse counter .
o Melakukan kendali keluaran digital ( digital output / DO ) .
o Melakukan kendali keluaran analog ( analog output / AO ) dan pulse counter.
o Melakukan otomatisasi ( proteksi dan meter energi ).
Data yang diterima dari IED Kontrol harus merupakan hasil pengumpulan yang menjadi
suatu grup scan. Setiap grup scan harus terdiri dari masukan analog, masukan digital
atau gabungan keduanya. Deteksi perubahan sesaat (momentary change detection /
MCD) harus mengindikasikan semua operasi antara periode scan ke IED Kontrol.

Urutan Kejadian ( Sequence Of Event / SOE )
IED Kontrol harus mempunyai kemampuan pengumpulan data urutan kejadian pada
resolusi waktu kurang dari kecepatan operasi peralatan sistem tenaga. Resolusi waktu
memungkinkan control center untuk menentukan penyebab dan efek yang berkaitan
dengan perubahan status peralatan yang beroperasi normal dan abnormal. Digital
input pada IED Kontrol harus ditandai dan diprogram sebagai point SOE.

Perintah Load Frequency Control (LFC)
Untuk GI pembangkit yang ikut berpartisipasi dalam program LFC harus memiliki
kemampuan untuk mengakses LFC dari control center ke peralatan LFC di
pembangkit. Jenis perintah kendali LFC yaitu :
o Pulsa untuk menaikkan atau menurunkan LFC
Kontrol pembangkitan level MW melalui durasi variabel pulsa untuk menaikkan
atau menurunkan unit kontrol Pembangkitan.
o Kontrol Setpoint LFC
Kontrol set point keluaran pembangkitan level MW melalui sinyal keluaran
analog.

Akumulasi Pulsa
IED Kontrol harus mempunyai kemampuan pengumpulan pulsa, perhitungan dan
penyimpanan nilai yang diperoleh dari peralatan di luar IED Kontrol seperti
transducer, proteksi dan meter energi. Protokol IED Kontrol harus dapat
membatalkan perintah akumulasi pulsa yang melakukan transfer nilai yang
terakumulasi ke media penyimpan (memori). Data akumulator pulsa harus ditandai

LOMBA DESAIN GI 150 KV

xv Agustus 2005

PT. PLN (PERSERO) P3B JAWA BALI
pada grup scan yang diproses oleh perintah pembatalan, diikuti oleh scan data nilai
akumulasi dari lokal HMI.

Peralatan kendali
IED Kontrol harus mempunyai kemampuan meneruskan perintah kendali dari Lokal
HMI. Peralatan sistem tenaga listrik yang dapat dikendalikan oleh IED Kontrol yaitu
:
o Peralatan dua kondisi : misalnya circuit breaker (CB/Pmt) dan
disconnecting switch (DS/Pmilidetik) yang dioperasikan secara manual atau
otomatis dengan motor dan peralatan dua kondisi lainnya yaitu spring atau
per.
o Peralatan multi kondisi : misalnya mengendalikan naik atau turunnya posisi
tap changer transformator (OLTC) dan peralatan lain yang bersifat multi
kondisi.
o Fungsi IED Kontrol harus mempunyai kemampuan untuk mengukur arus dan
tegangan (A, V, MW, MVAR).
Masukan Analog
Akurasi masukan analog, sebagaimana didefinisikan dalam ANSI MC8.1 minimal
99,9%, pada temperatur 40
o
C. Akurasi rata-rata yang didefinisikan dalam ANSI
MC8.1 harus tidak ada drift (penyimpangan) lebih dari 0,002 % per
o
C dalam kisaran
temperatur 20
o
C sampai dengan 60
o
C. Penentuan akurasi harus dibuat pada
multiplexer analog yang sedang beroperasi dalam kecepatan tinggi. Konverter
analog ke digital harus menghasilkan presisi minimal 4096 perhitungan (12 bit atau
sign + 11 bit). Efek tegangan common-mode pada akurasi masukan differensial
maksimal 0,1 % dari skala penuh ketika dites pada tegangan common-mode 50 V-AC
puncak ke puncak pada 50 Hz dengan sumber tidak seimbang tidak lebih dari 10
kOhm. Efek tegangan normal-mode pada akurasi maksimal 0,1 % skala penuh ketika
diuji pada tegangan normal-mode yang sesuai dengan tegangan masukan skala
penuh pada 50 Hz. Masukan analog harus menggunakan dua kawat dengan isolasi
pelindung. Fasilitas pelindung pentanahan harus disiapkan untuk tiap point
masukan.
IED harus membuat konversi dan pengkondisi level sinyal yang tepat yang
mengijinkan penggunaan penuh masukan analog dan melakukan pengecekan bila
terjadi masalah yang berarti, misalnya komponen pengkondisi sinyal. Impedansi
masukan untuk masukan tegangan minimal 1 MOhm, impedansi masukan untuk
masukan arus maksimal 5 kOhm. Skala masukan harus mengikuti kisaran 50 %.
Masukan analog harus diisolasi, unipolar atau bipolar, sinyal dengan menggunakan
2 kawat yang tidak ditanahkan dengan kisaran antara (pilihan disesuaikan dengan
kondisi control center eksisting dan ditentukan oleh PLN) seperti di bawah ini:
o 0 s/d +5 mA dc,
o +4 s/d +20 mA dc,
o 0 s/d +10 mA dc,
o 10 mA dc,

LOMBA DESAIN GI 150 KV

xvi Agustus 2005

PT. PLN (PERSERO) P3B JAWA BALI
o 5 mA dc,
Fasilitas perlindungan semua masukan tersebut harus memiliki pentanahan.

Masukan Digital
Interface masukan digital harus mampu dalam kondisi isolasi kontak tidak
bertegangan dan bertegangan ( isolated dry and wet contact ) masukan digital.
Kontraktor harus menyediakan sensor tegangan yang dibutuhkan, pembatas arus,
optocoupler dan filter kontak. Pada sistem tegangan 48 52 VDC dapat
menggunakan dry contact, sedangkan pada sistem tegangan 110 VDC menggunakan
wet contact.
Tipe masukan digital berikut ini harus ada dan diimplementasikan pada IED dimana
status masukan digital dapat menggambarkan status peralatan.

Status point
Deteksi status point mempunyai dua kondisi. Masukan digital mempunyai dua
kontak yaitu kontak A atau B. IED dapat diset untuk perubahan posisi kontak
dalam durasi antara 4 - 25 milidetik (sesuai dengan control center). Jika durasi
kurang dari 20 milidetik harus dinyatakan bahwa tidak ada perubahan (posisi
kontak).

Status point pendeteksi perubahan sesaat (Momentary Change Detection / MCD)
Deteksi multi operasi peralatan dengan dua kondisi dimana multi operasi akan
terjadi diantara scan IED. Status point MCD harus diset untuk perubahan posisi
kontak dalam durasi 4-25 milidetik (sesuai dengan control center). Jika durasi
kurang dari setting harus dinyatakan bahwa tidak ada perubahan (posisi kontak).

Masukan akumulator pulsa
Fasilitas ini untuk menghitung dan menyajikan jumlah kontak yang dihasilkan oleh
peralatan dari luar yang dikirim ke IED. Akumulator mampu membedakan kontak
yang satu dengan yang lain. Akumulator akan naik satu hitungan untuk setiap
perubahan status kontak. Tiap counter harus mampu menghitung sekurangnya 4096
operasi masukan sebelum diganti yang lain. Akumulator harus mampu menerima
perhitungan kisaran naik lebih dari 10 perhitungan per detik. Akumulator
mempunyai kemampuan untuk mereset (kembali ke nol) dari control center atau
dari IED.

Resolusi Waktu SOE
Time tag yang direkam dengan tiap event harus dihasilkan dari clock internal IED.
Clock internal harus menghasilkan kode waktu dengan resolusi 1 milidetik.


LOMBA DESAIN GI 150 KV

xvii Agustus 2005

PT. PLN (PERSERO) P3B JAWA BALI
Sinkronisasi Waktu SOE
Setiap IED harus disinkronisasi clock internalnya GPS lokal atau GPS dari control
center.

Pengambilan Data Lokal SOE
Pengambilan data SOE dalam format ASCII pada interface IED ke printer local dan
PC harus dapat dilakukan dalam format database.

Analog Output
IED baru harus mempunyai analog output seperti dijelaskan dalam bagian di bawah
ini
Perintah LFC
Ketika dilakukan perintah dari Control center, harus dapat melakukan dalam
interval waktu tertentu (0,1 detik sampai dengan 2 detik dengan minimum
kenaikan 8 milidetik) berdasarkan perintah yang diterima.

Kontrol Bila Terjadi Gangguan Sesaat dan Kejutan
Bila terjadi gangguan sesaat dan kejutan pada sistem tenaga listrik, keluaran
kendali yang digunakan untuk mengendalikan peralatan sistem tenaga listrik harus
dapat diketahui dari control center.

Keamanan Kendali
Logika pemilihan point keluaran kendali harus dirancang sedemikian rupa untuk
menghindari kesalahan pada keluaran yang tidak dipilih.
Oleh karena itu, tidak diperbolehkan beberapa peralatan menggunakan alamat
yang sama dan tidak diperbolehkan satu peralatan menggunakan dua alamat yang
berbeda.

Penonaktifan Kendali
Setiap IED baru harus dilengkapi dengan switch manual secara lokal untuk
membatalkan semua keluaran kendali. Keluaran harus dinonaktifkan oleh pemutus
koneksi catu daya pada kendali keluaran. Kontak tambahan pada switch harus
dihubungkan dengan masukan kontak IED untuk melaporkan status switch kontrol
yang diblok kepada Control center.

Fasilitas Uji Simulasi Kendali ( Lokal Test )
Setiap IED baru harus dilengkapi dengan simulasi kendali keluaran yang dapat
dihubungkan pada setiap point kontrol di IED. Fasilitas ini harus dapat
mensimulasikan status dari perubahan kendali.


LOMBA DESAIN GI 150 KV

xviii Agustus 2005

PT. PLN (PERSERO) P3B JAWA BALI
Keluaran Analog
Keluaran analog harus disiapkan untuk mengendalikan peralatan eksternal.
Keluaran analog harus memiliki akurasi yang didefinisikan dalam ANSI MC8.1, yaitu
99,75 % skala penuh dalam suhu 40
o
C. Akurasi rata-rata juga didefinisikan dalam
ANSI MC8.1, yaitu mempunyai penyimpangan (drift) kurang dari 0,01 % per
o
C untuk
suhu antara -20
o
C sampai dengan 60
o
C. Keluaran harus dapat bervariasi antara
(pilihan sesuai kondisi control center eksisting dan ditentukan oleh PLN) seperti di
bawah ini:
o 0 s/d +10 mA dc,
o 10 mA dc,
o 0 s/d +5 mA dc,
o 5 mA dc,
o +4 s/d +20 mA dc,
o 5 V dc, dan
o 10 V dc.
Keluaran arus harus mampu dibebani sampai dengan impedansi 5.000 ohm dan
keluaran tegangan mampu dibebani dengan impedansi sampai dengan 1.000 ohm.

Fungsi Tambahan
Bagian ini menjelaskan fungsi tambahan yang harus dimiliki oleh IED :

Deteksi Masukan
Beberapa sinyal status dapat berupa sinyal yang tidak stabil dan dapat berosilasi
yang menimbulkan perubahan pesan berulang. IED baru harus mempunyai fasilitas
untuk mendeteksi dan memblok transmisi informasi status point yang tidak stabil
atau berosilasi. Ketika kondisi berosilasi telah selesai, laporan normal harus
dihasilkan dan IED harus mengirim pesan seperti IED ID, Point ID Osilasi selesai
.

Monitoring Trend Analog
IED harus memonitor tingkat perubahan nilai analog yang dipilih dalam kisaran
waktu yang dapat diatur untuk setiap IED dan dapat memprediksikan trendnya.


LOMBA DESAIN GI 150 KV

xix Agustus 2005

PT. PLN (PERSERO) P3B JAWA BALI
FUNGSI PROTEKSI
Relai jenis IED yang programmable harus memiliki default setting dan konfigurasi
logic input/output serta dilengkapi dengan keypad.
Relai harus dapat disetting melalui keypad dengan menggunakan passsword. Jika
relai disetting melalui komputer/note book maka harus dilengkapi dengan copy
software tersebut berupa CD dan donggle.
Kontraktor memberikan usulan perhitungan setting dan penyetelannya termasuk
programnya (bagi relai yang programmable) untuk sistem yang akan dipasang relai
tersebut. PLN memberikan evaluasi hasil perhitungan dan penyetelan yang
disampaikan kontraktor.

Fungsi Proteksi bay penghantar
Bay penghantar terdiri dari 2 buah IED dengan kemampuan berikut :
a. IED Main : memiliki kemampuan proteksi utama penghantar (Distance Relay/
Differential Relay (Pilot, Current, Phase)/ Directional Comparison Relay
(Impedance, Current, SuperImposed)) dan DFR. Fungsi proteksi utama
memiliki fungsi pendukung lainnya seperti auto-recloser, synchrocheck,
recorder dan lainnya
b. IED Kontrol : memiliki kemampuan proteksi cadangan penghantar (OCR/GFR),
Overload Shedding (OLS), kontrol, dan meter.
CT untuk bay penghantar : 5 core yaitu untuk kebutuhan busbar protection 2 core
klas X, distance relay 1 core kelas 5P20, OCR/GFR 1 core kelas 5P20, dan metering 1 core
kelas 0.5.

Fungsi Proteksi bay Transformator
Bay transformer terdiri dari 2 buah IED dengan kemampuan berikut :
a. IED Main, memiliki kemampuan proteksi diferensial, REF primer, REF
sekunder, OCR/GFR non kaskade sekunder, indikasi proteksi internal mekanis
transformator dan DFR.
b. IED Kontrol : memiliki kemampuan OCR/GFR primer, OCR/GFR non kaskade
sekunder, SBEF, kontrol sisi primer dan sekunder, meter, AVR, Programmable
Logic Controller untuk pola non kaskade.
OCR/GFR non kaskade sekunder dimaksudkan untuk memberikan pengamanan yang
optimal terhadap trafo serta untuk mendapatkan selektifitas dan clearing time
yang baik pada saat terjadi gangguan yang besar didekat busbar 20 kV. Pada pola
non kaskade, relai-relai disisi penyulang 20 kV dapat dikomunikasikan dengan relai
disisi hulunya (incoming), dimana meskipun momen relai-relai dikedua sisi trafo
diaktifkan, namun masih tetap diperoleh selektifitas yang baik.
Relai OCR di sisi feeder dipersyaratkan untuk menyediakan 1 kontak output starting
dan 1 kontak output IDMT untuk kebutuhan pola non kaskade.


LOMBA DESAIN GI 150 KV

xx Agustus 2005

PT. PLN (PERSERO) P3B JAWA BALI
















CT untuk bay trafo sisi 150 kV : 5 core, yaitu untuk kebutuhan busbar protection 2
core kelas X, differensial relay dan REF 1 core kelas X, OCR/GFR 1 core kelas 5P20,
dan metering 1 core kelas 0.5.
NCT untuk bay trafo sisi 150 kV : 1 core, yaitu untuk REF kelas X.
CT untuk bay trafo sisi 20 kV : 4 core, yaitu untuk kebutuhan differensial relay dan
REF 1 core kelas X, OCR/GFR 1 core kelas 5P20, metering 1 core kelas 0.5 dan kWh
transaksi 1 core kelas 0.2.
NCT untuk bay trafo sisi 20 kV : 2 core, yaitu untuk REF 1 core kelas X, dan
OCR/GFR 1 core kelas 5P20.
Konfigurasi penyulang dengan 3 buah transformator serta penerapan logic non
cascade diperlihatkan pada gambar berikut.


CBA
DSA1 DSA2
A1
A2
DSACA1 DSACA2
DSF1 DSF2
F1
DSABA2 DSABA1 DSABB1 DSABB2
B1
B2
CBAB
CBAC
CBB
DSB1 DSB2
CBC
CBBC
DSBCB1 DSBCB2 DSBCC2 DSBCC1
C1
C2
DSACC2 DSACC1
DSC2 DSC1
A B
C




Transformator A

F1 = (CBA.DSA1.DSF1)+(CBA.DSA2.DSF2)
= CBA(DSA1.DSF1+DSA2.DSF2)
Starting

LOMBA DESAIN GI 150 KV

xxi Agustus 2005

PT. PLN (PERSERO) P3B JAWA BALI

Transformator B
F1 = (CBB.DSB1.CBAB.DSABB1.DSABA1.DSF1)+(CBB.DSB1.CBAB.DSABB1.
DSABA2.DSF2)+
(CBB.DSB2.CBAB.DSABB2.DSABA1.DSF1)+(CBB.DSB2.CBAB.DSABB2.
DSABA2.DSF2)
= CBB.CBAB(DSB1.DSABB1((DSABA1.DSF1)+(DSABA2.DSF2))+
DSB2.DSABB2((DSABA1.DSF1)+(DSABA2.DSF2)))

Transformator C

F1 = (CBC.DSC1.CBAC.DSACC1.DSACA1.DSF1)+(CBC.DSC1.CBAC.DSACC1.
DSACA2.DSF2)+
(CBC.DSC2.CBAC.DSACC2.DSACA1.DSF1)+(CBC.DSC2.CBAC.DSACC2.
DSACA2.DSF2)
= CBC.CBAC(DSC1.DSACC1((DSACA1.DSF1)+(DSACA2.DSF2))+
DSC2.DSACC2((DSACA1.DSF1)+(DSACA2.DSF2)))

Fungsi Proteksi bay Kopel
Bay kopel memiliki 1 buah IED dengan kemampuan berikut : OCR/GFR,
synchrocheck, PQM (Power Quality Meter), kontrol, dan meter.
CT untuk bay kopel : 4 core, yaitu untuk kebutuhan busbar protection 2 core kelas
X, OCR/GFR 1 core kelas 5P20 dan metering 1 core kelas 0.5.


Fungsi Proteksi Diameter
Untuk konfigurasi 1 breaker IED main sesuai kebutuhan dapat dilengkapi dengan
CCP dan CBF/SZP.
Kebutuhan CT untuk diameter : 3 core, yaitu untuk kebutuhan busbar protection
(Check zone) 1 core kelas X, CBF dan Bus zone 1 core kelas X dan CCP 1 core kelas X. Pada
diameter yang menggunakan CT summation core untuk CCP digunakan untuk distance
relay.


Fungsi Proteksi Busbar
Busbar memiliki 1 buah IED dengan kemampuan relai differential busbar jenis low
impedance dan Relai Tegangan Nol (RTN).

Fungsi Proteksi bay Kapasitor/ Reaktor
Bay kapasitor/reaktor terdiri dari 2 buah IED dengan kemampuan berikut:

LOMBA DESAIN GI 150 KV

xxii Agustus 2005

PT. PLN (PERSERO) P3B JAWA BALI
IED Main : UVR/OVR, Unbalance relay.
IED Kontrol : OCR/GFR dan kontrol
CT untuk bay kapasitor/reaktor : 1 core untuk OCR/GFR kelas 5P20.
NCT untuk bay kapasitor : 1 core untuk unbalance relay kelas 5P20.



LOMBA DESAIN GI 150 KV

xxiii Agustus 2005

PT. PLN (PERSERO) P3B JAWA BALI
FUNGSI METER TRANSAKSI
KWh meter untuk transaksi harus terpisah dari IED dan sesuai dengan kebutuhan
unit setelmen dan kWh meter di IED hanya sebagai pembanding.
Untuk sekuriti peralatan sistem metering kWh transaksi diperlukan pemisahan
rangkaian sistem metering kWh transaksi dengan sistem metering lainnya atau
dengan sistem proteksi.
Agar tidak mengganggu pelaksanaan dalam pekerjaan pemeliharaan maupn trouble
shouting pada rangkaian lainnya, maka dibutuhkan panel khusus untuk kWh
transaksi terpisah dengan peralatan lain karena panel untuk kWh transaksi harus
disegel.




LOMBA DESAIN GI 150 KV

xxiv Agustus 2005

PT. PLN (PERSERO) P3B JAWA BALI
FUNGSI KOMUNIKASI

Interface Komunikasi
o IED ke Gateway
Tersedia link komunikasi redundant
o Gateway ke Control Center
Tersedia link komunikasi redundant dihubungkan dengan jaringan komunikasi
melalui port serial, kanal komunikasi akan dibuat tetap. Interface komunikasi
harus dapat berkomunikasi dengan 4 kawat, full duplex, voice grade, PLC dan
kanal komunikasi radio gelombang mikro.


Multiport pada IED
Semua IED baru harus disuplai dengan minimal dua port komunikasi dan harus
mampu berkomunikasi dengan lokal HMI.

Spesifikasi Modem
Spesifikasi modem di gateway harus sama dengan yang ada di control center yang
menggunakan 4 kawat untuk interface jaringan komunikasi.

Protokol Komunikasi
Protokol komunikasi harus masuk (embeded) ke dalam interface komunikasi, tidak
dibolehkan menggunakan konverter protokol di luar interface komunikasi. Protokol
komunikasi harus dapat di-load pada port komunikasi.
Kontraktor harus menyiapkan dan mengimplementasikan protokol proprietary yang
ada di PLN.

Kendali Kanal
Gateway harus dapat berkomunikasi dengan backup kanal komunikasi secara
otomatis bila terjadi gangguan pada main kanal. Permintaan semua komunikasi
data Gateway harus diinisiasi oleh Control Center. Gateway harus dapat
menginformasikan ke Control Center bahwa Gateway dalam kondisi tidak normal
(mal function). Pemberitahuan harus selesai dalam kerangka tanggapan Gateway
pada akuisisi data periodik yang ditandai oleh Control Center.


LOMBA DESAIN GI 150 KV

xxv Agustus 2005

PT. PLN (PERSERO) P3B JAWA BALI
Grup Scan
Data masukan analog, digital, termasuk data pengecualian, harus ditandai pada
grup scan. Grup scan didefinisikan oleh sekumpulan point data oleh control center,
dimana sub sistem komunikasi melakukan scan grup untuk alamat IED , minimal
harus mendukung delapan grup scan termasuk penandaan inisialisasi sebagai
berikut :
o deteksi perubahan status
o data analog untuk LFC
o data analog pada Gardu Induk
o integritas scan untuk semua data
o membatalkan dan melakukan scan pada data akumulator pulsa.

Interface IED terdistribusi
Setiap IED harus mampu komunikasi dengan IED yang lain, gateway, lokal HMI dan
control center dengan menggunakan koneksi serial.

Modul Komunikasi
Modul komunikasi memiliki kemampuan berkomunikasi secara serial, LAN/WAN,
token ring, dan ethernet.
Sistem Telekomunikasi Power Line Carrier
Peralatan yang dibutuhkan untuk disain GI ini diasumsikan dengan konfigurasi line
double phi, 4 feeder 150 kV, 3 feeder Trafo 60 MVA dan 1 bus kopel, sarana
telekomunikasi pendukung menggunakan Power Line Carrier.
Adapun jenis peralatan dan jumlah kebutuhan untuk konfigurasi tersebut tersebut
adalah sebagai berikut :
1. Line Trap jumlahnya 4 buah, inter sirkit
2. CVT (Capasitor Voltage Transformer) jumlahnya 4 buah
3. LMU ( Line Matching Unit) jumlah 8 buah.
4. Kabel Koaksial sepanjang sesuai kebutuhan kurang lebih 600m.
5. Terminal PLC dan Teleproteksi, 4 link.



LOMBA DESAIN GI 150 KV

xxvi Agustus 2005

PT. PLN (PERSERO) P3B JAWA BALI
Konfi gurasi PLC Line to Li ne
CB
LT
CB
LT
PLC
Terminal
Protection
PLC
Terminal
PAX
PAX
km
CB
LT
CB
LT
Protection
LMU
CVT
LMU
CVT


Konfigurasi PLC
LMU
CVT
LINE TRAP
LINE SWITCHYARD
Prot. Rele
Data
Remote Exch
PLC+TP
Coax
II I
LMU
CVT
LINE TRAP
Coax
LINE
I II
PLC+TP
PAX



LOMBA DESAIN GI 150 KV

xxvii Agustus 2005

PT. PLN (PERSERO) P3B JAWA BALI


LOMBA DESAIN GI 150 KV

xxviii Agustus 2005

PT. PLN (PERSERO) P3B JAWA BALI
FUNGSI HMI
Manajemen GI
GI bisa diposisikan dalam mode lokal atau remote. Hal tersebut bisa dilakukan oleh
switch atau melalui cara tertentu.
Operator interface akan melakukan semua kontrol jika dalam mode lokal. HMI akan
tetap melakukan fungsi supervisi dan data recording. Mode remote akan
memungkinkan semua kontrol dari control center.
Untuk meningkatkan availability GI ketika dalam pemeliharaan satu atau beberapa
bay, dimungkinkan untuk melakukan kontrol lokal dalam mode remote dari HMI
dari sebuah bay yang dalam pemeliharaan.
Jumlah alarm yang diterima oleh lokal HMI lebih lengkap bila dibandingkan dengan
control center baik dalam kondisi operasi maupun pemeliharaan.

Kondisi operasi
General switch dalam mode remote, lokal HMI tidak bisa melakukan remote.
Semua kontrol dilakukan dari control center. Perubahan status dan alarm diterima
di control center dan lokal HMI.

Kondisi pemeliharaan
General switch dalam mode lokal, lokal HMI bisa melakukan remote. Dalam kasus
ini remote control yang didapat dari control center akan diabaikan. Semua kontrol
dilakukan dari lokal HMI. Perubahan status dan alarm diterima di control center
dan lokal HMI.

Operator interface
HMI adalah sebuah server dengan operating sistem Unix/Linux/ Windows.
Tampilan
Layar akan menampilkan :
o 3 alarm terakhir
o tanggal dan waktu, nama operator, nama GI
o banner untuk printing, log off, stop sirene, engineering tools (seperti untuk
setting atau analisis)
o navigasi untuk langsung melihat alarm, sistem, laporan dan kurva.

Seluruh tampilan Single Line Diagram (SLD), busbar atau line bisa diberi warna.
Untuk membedakan keadaan dari busbar atau penghantar bisa digunakan
pewarnaan sesuai standar PLN.

LOMBA DESAIN GI 150 KV

xxix Agustus 2005

PT. PLN (PERSERO) P3B JAWA BALI
Fungsi utama
HMI harus bisa mengakomodir fungsi supervisi, kontrol, data recording, dan
pemeliharaan.
Supervisi :
o Menampilkan topologi dari SLD, tampilan umum, level tegangan, detail dari
tiap bay. Termasuk juga posisi switchgear, telemetering, counter operasi,
counter trip, grafik, alarm dan lain-lain. Perubahan kondisi, misalnya
terbukanya CB dari relay proteksi, harus ditampilkan dengan warna yang
khusus.
o Menampilkan daftar alarm
o Menampilkan urutan kejadian
o Menampilkan kurva berdasar real time atau rekaman data. Informasi yang
invalid ditandai dengan jelas.
o Menampilkan data gangguan dan power quality
o Mencetak daftar urutan kejadian dan laporan. Laporan harus dapat
dikonfigurasi dengan mudah.
Kontrol:
o Kontrol terhadap primary equipment, dengan tampilan pop-up windows
yang memungkinkan pilihan sebelum dilakukan eksekusi, penggunaan
synchro-check untuk CB dan interlocking untuk switchgear.
o Pemaksaan, penggantian, atau penekanan informasi untuk mengatasi
kesalahan pengiriman telesignal
o Dapat melakukan perubahan switch lokal/remote setiap IED (pemeliharaan
atau operasi)

Rekaman data:
o Menyimpan urutan kejadian, telemetering, gangguan, dan power quality
o Menyimpan seluruh dokumentasi database sistem dan komponen-
komponennya

Pemeliharaan:
o Modifikasi dan desain sistem database
o Setting IED
o Download database IED
o Backup database

Status IED
Lokal HMI dapat melakukan scan sesuai permintaan pada grup yang mengandung
perubahan nilai. Flag bit harus direset hanya setelah acknowledge di lokal HMI

LOMBA DESAIN GI 150 KV

xxx Agustus 2005

PT. PLN (PERSERO) P3B JAWA BALI
berhasil menerima data yang ditunjukkan oleh flag. Protokol harus mengizinkan
lokal HMI melakukan scan sesuai permintaan jika data tidak mengalami perubahan
IED harus melaporkan perubahan status. Pengembalian ke perintah scan terdiri dari
flag bit atau grup flag bit, yang mengindikasikan ada atau tidak adanya perubahan
point yang ditunjukkan oleh flag bit.
Sekuriti Kontrol Select-check-before-execute.
Operasi untuk mengendalikan keluaran Scan Inhibit and Enable harus dilakukan
dengan urutan perintah kendali select-check-before-execute. Kendali ini
mempunyai urutan sebagai berikut :
o Lokal HMI harus mengirim pesan perintah ke alamat IED yang sesuai, point
keluaran digital pada IED, dan perintah yang akan dilakukan (seperti
membuka/menutup circuit breaker).
o IED harus menginisialisasi masukan digital (telesinyal double) lalu mengirim
pesan ke Lokal HMI. Pesan yang dikirim ke Lokal HMI harus menghasilkan
perubahan status point pada IED. Pengiriman pesan ini ke Lokal HMI harus
tidak ada pengulangan.
o Lokal HMI harus mengecek pesan yang dikembalikan untuk validitas dan jika
valid maka dikeluarkan perintah eksekusi ke IED.
o IED hanya melakukan kendali pada point yang telah ditentukan sesuai
dengan perintah eksekusi yang diterima.
Perintah kendali harus dieksekusi hanya jika urutan select-check-before-execute
dilakukan tanpa terjadi kesalahan. IED harus mereset logika kontrol ketika terjadi
error dalam urutan atau perintah eksekusi tidak diterima dalam periode waktu
yang ditentukan, misalnya 10 detik, setelah pesan perintah diterima pada IED.
Periode waktu tersebut harus dapat diatur secara variabel pada database IED .

Perintah Immediate Execute
Protokol komunikasi IED harus mendukung perintah keluaran immediate execute
(dimana perintah keluaran tanpa dilakukan pengecekan validitas dan tanpa adanya
perubahan pesan) misalnya tipe kendali khusus keluaran untuk perintah LFC.

Sekuritas Pesan
Setiap pesan yang dikirim harus mengandung kode pendeteksian error untuk
mencegah pesan yang salah dianggap valid.

Laporan Urutan Kejadian
Point masukan digital digunakan untuk indikasi status, juga merupakan suatu
sequence of event. Sebagai event untuk SOE, didefinisikan perubahan status
seperti membuka dan menutup CB. Transisi ganda pada peralatan seperti trip atau
sebagian reclosing CB, harus mengacu sebagai urutan event. Setiap waktu event
dideteksi, IED harus menandai waktu event dan menyimpan deskripsi dan tag

LOMBA DESAIN GI 150 KV

xxxi Agustus 2005

PT. PLN (PERSERO) P3B JAWA BALI
berbasis waktu event pada buffer SOE. Buffer harus mampu menyimpan, minimal
jumlah event yang sama dengan lima kali jumlah point SOE yang
diimplementasikan dalam IED.
Ketika diperintah, IED harus mengirim data SOE yang tersimpan dalam buffer ke
Lokal HMI. Data dalam buffer IED harus bisa dipelihara hingga bisa dikirim ke Lokal
HMI dan mendapat acknowledgement. Indikasi event yang disimpan di IED bila
mencapai kapasitas penuh harus dikirim ke Lokal HMI sehingga mendapat prioritas
agar dapat diketahui oleh Lokal HMI untuk mengamankan data SOE. Status point
harus disiapkan untuk mengindikasikan data SOE IED mengalami buffer overflow.

Resolusi Waktu SOE
Time tag yang direkam dengan tiap event harus dihasilkan dari clock internal IED.
Clock internal harus menghasilkan kode waktu dengan resolusi 1 milidetik.

Sinkronisasi Waktu SOE
Setiap IED harus disinkronisasi clock internalnya GPS lokal atau GPS dari Control
Center.

Pengambilan Data Lokal SOE
Pengambilan data SOE dalam format ASCII pada interface IED ke printer local dan
server harus dapat dilakukan dalam format database.

Alarm
Alarm akan muncul jika terjadi perubahan status digital, pengukuran yang melebihi
batas atau gangguan internal sistem (seperti gangguan komunikasi, gangguan IED)
Alarm dapat ditampilkan segera (langsung) atau dengan delay yang ditentukan user
dan juga dengan suara.
Alarm harus menggambarkan status event (open, close, jammed) atau setiap batas
pengukuran dan mempunyai level yang berbeda-beda (0...5).
Empat jenis alarm yang harus tersedia dan bisa didefinisikan oleh user selama
proses konfigurasi :
State basis : hanya satu alarm dari tiap status yang ditampilkan.
Gravity level basis : hanya satu alarm dengan tiap tingkat/level tertentu yang
ditampilkan. Alarm terakhir akan menggantikan alarm sebelumnya yang
tingkat/levelnya sama.
Data basis : hanya alarm terakhir yang ditampilkan, alarm terakhir yang akan
ditampilkan.
Spurious alarm : didefinisikan di setiap kejadian, muncul tapi tidak pernah hilang
(misalnya kontrol acknowledgement)

Alarm ditampilkan lewat HMI dengan SCP level menggunakan tampilan window
khusus:
Kronologis alarm dengan kriteria penyortiran tambahan seperti geografi atau
fungsional.

LOMBA DESAIN GI 150 KV

xxxii Agustus 2005

PT. PLN (PERSERO) P3B JAWA BALI
N alarm terakhir (N bisa dipilih pada saat fase konfigurasi) dengan warna berbeda
dalam tiap baris, tergantung pada status alarm.
Gambar grafik didefinisikan selama fase konfigurasi, ditampilkan dalam tampilan
yang berbeda, yang dapat ditampilkan dengan keadaan sekarang dan status alarm
untuk setiap peralatan, setiap bay, setiap tegangan tertentu, setiap GI, dan
sebagainya.
Setiap alarm harus diketahui oleh operator, selain itu announsiator suara harus
diketahui oleh operator atau otomatis setelah delay yang dapat diset.
Setiap alarm harus hilang jika penyebab alarm hilang (tidak aktif) dan direset oleh
operator.

Hak User
Berikut ini hak dari user yang harus tersedia :
o Hak Umum :
Administrator
Stop suara alarm
Hardcopy
o Hak melihat
o Hak kontrol
o Hak Acknowledge dan menghapus alarm

Nama user dan passwordnya dapat dibuat/dihapus secara on line di HMI oleh
administrator. Satu atau beberapa user profile bisa diberikan ke nama user.
Minimal 10 nama user yang didefinisikan. Apabila ada perubahan database, jika
beberapa profile telah dihapus/diupdate dari konfigurasi, maka profile secara
otomatis sudah diupdate.
Update data terakhir harus ditampilkan selama 24 jam agar dapat diketahui oleh
user yang lain.
Password dapat dimodifikasi online oleh user itu sendiri atau user dengan hak
sebagai administrator.

Rekaman data
Pengukuran dan nilai yang berkaitan harus disimpan dalam database server pusat
dalam tabel berikut:
Tabel harian untuk nilai rataan setiap hari. Tabel ini dapat disimpan selama 35
hari.
Tabel bulanan untuk nilai minimum, maksimum, rataan, dan jumlah, dihitung
pada referensi waktu setiap hari (dapat diset). Tabel bulanan dapat disimpan
dalam 15 bulan.
Tabel tahunan untuk nilai minimum, maksimum, rataan, dan jumlah, dihitung
pada referensi waktu setiap bulan (dapat diset). Tabel tahunan dapat disimpan
dalam 5 tahun.

LOMBA DESAIN GI 150 KV

xxxiii Agustus 2005

PT. PLN (PERSERO) P3B JAWA BALI
Penyimpanan file gangguan menggunakan format COMTRADE 99. Minimal 10 file
tiap bay dapat disimpan.
Backup dari data pusat dapat dilakukan:
o Permintaan operator
o Tanggal/waktu yang dapat diset

Otomasi
System interlocking
Interlock peralatan primer (PMT, PMS, PMS tanah) selain disediakan secara
hardware juga harus dapat dikonfigurasi melalui diagram logic. Fungsi interlock
dapat dioverride jika diperlukan.

Automatic Voltage Regulation
Fungsi Automatic Voltage Regulation (AVR) digunakan untuk mengatur tegangan
transformator melalui OLTC.
Posisi tap bisa dimonitor dari lokal IED maupun HMI.
IED memiliki akses untuk pengaturan tegangan secara manual atau otomatis.
Konfigurasi otomasi
Konfigurasi otomasi dapat dilakukan dengan diagram logic untuk fungsi-fungsi
tertentu seperti proses switching oleh RTN, switching oleh load shedding, dan lain-
lain.
Eksekusi dari urutan otomasi harus menjamin tidak ada kehilangan data selama
proses.
Otomasi dapat dilakukan melalui:
o Permintaan operator
o Kejadian (perubahan status digital atau analog)
o Permintaan otomasi yang lain
o Periodik (setiap hari, minggu, atau bulan) pada tanggal dan waktu khusus.


LOMBA DESAIN GI 150 KV

xxxiv Agustus 2005

PT. PLN (PERSERO) P3B JAWA BALI
DOKUMENTASI
Semua dokumentasi harus menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris

Perencanaan Dokumentasi
Perencanaan dokumentasi harus berisi penjelasan tentang isi masing-masing
custom document dan harus menjelaskan bagaimana dokumen tertentu berisi
materi yang penting untuk pemahaman dokumen lainnya. Untuk memfasilitasi
review oleh PLN, pengiriman dokumen harus diurutkan sehingga memudahkan PLN
dalam memahami dan mengenali informasi prasyarat sebelum sebuah dokumen
dikirim untuk review. User manual harus diperlihatkan untuk review sebelum
Acceptance Test Procedure.
Perencanaan dokumentasi harus berisi daftar semua dokumen yang telah
dikelompokkan. Jenis dokumentasi utama, seperti dokumentasi subsistem
perangkat lunak, diharapkan berisi berbagai dokumen, dan masing-masing harus
direpresentasikan. Daftar tersebut harus distrukturkan untuk mendukung aktivitas
pengiriman dan review dokumentasi.

Dokumentasi Desain
Dokumentasi desain harus diberikan untuk memungkinkan PLN untuk memverifikasi
bahwa desain Automation diproses dalam hubungannya dengan kebutuhan
Statement of Work dan memandu personel yang mendukung dalam revisi
fungsionalitasnya. Dokumen tersebut berupa tanggungjawab kontraktor untuk
meyakinkan bahwa semua dokumentasi desain sudah benar dan
mendokumentasikan dalam bentuk as built drawing.
PLN membutuhkan semua komponen dalam Master Station harus dijelaskan sebaik-
baiknya dan tidak ada yang diabaikan.
Perangkat keras yang dikirimkan ke Automation harus dijelaskan dalam dokumen
desain perangkat keras. Perangkat lunak yang dikirimkan ke Automation harus
dijelaskan dalam dokumen desain perangkat lunak. User interface Automation
harus dijelaskan dalam Power System Operator User Manual dan Power System
Engineer User Manual. Dokumen ini harus terdiri dari spesifikasi kebutuhan
fungsional.
Hardware Maintenance Manual harus diberikan untuk semua fungsional subsistem
perangkat keras. Manual ini harus melampirkan dokumen desain perangkat keras
dan harus mencantumkan penjelasan yang lengkap dari interface yang dipelihara di
dalam Automation, juga penjelasan modul perangkat keras dalam subsistem.
Software Subsystem Document harus diberikan untuk subsistem perangkat lunak.
Dokumen ini harus melampirkan dokumen desain perangkat lunak dan harus
memberikan detail tambahan dalam subsistem perangkat lunak terhadap point
dimana desain lengkap dan coding dari modul perangkat lunak dapat dimulai.

LOMBA DESAIN GI 150 KV

xxxv Agustus 2005

PT. PLN (PERSERO) P3B JAWA BALI
Detail akhir pada coded module sistem harus dilengkapi dengan form of well-
commended yang tercantum dalam media yang dapat dibaca komputer. Source
code dari semua perangkat lunak yang dipergunakan harus diberikan kepada PLN.

Dokumen Desain Perangkat Keras
Dokumen desain perangkat keras menjelaskan Hardware System dengan successive
decomposition melalui tiga level diagram blok fungsional dan teks pendukung yang
terkait. Level diagram pertama harus menjelaskan grup fungsional utama dan
mengidentifikasikan fungsi tersebut. Level diagram kedua harus menghubungkan
satu demi satu dengan grup fungsional dan harus menggambarkan subsistem
perangkat keras dalam grup. Supporting text harus menjelaskan interface dan
protokol yang digunakan sebagaimana kapabilitas subsistem itu sendiri. Level
diagram ketiga disertai dengan teks, harus mengidentifikasi komponen subsistem
dan elemen pendukung yang mengintegrasikan komponen sistem.
Diagram blok fungsional dan teks untuk Hardware System harus dilengkapi dengan
custom diagram dan berisi daftar sebagai berikut:
Diagram blok yang lengkap dan jelas, yang menunjukkan interkoneksi antar
komponen perangkat keras utama, interkoneksi semua modul dan plug-in circuit
board
Gambar (drawing) yang menunjukkan subsistem perangkat keras dalam kubikal
sistem control center
Gambar fisik layout kubikal sistem control center dalam fasilitas PLN termasuk
wiring dan cable routing
Dokumen Desain Perangkat Lunak
Untuk perangkat lunak, dokumen berisi desain perangkat lunak. Dokumen ini harus
berisi:
System Architecture
Bagian ini harus menjelaskan arsitektur sistem control center termasuk prinsip
distributed processing, teknik manajemen database, redundansi, dan fault
tolerance. Bagian ini juga harus menentukan ukuran dan kriteria kinerja untuk
semua komponen sistem
Subsystem Characteristic
Bagian ini harus menjelaskan dekomposisi control system ke dalam subsistemnya
dan komponen program. Diagram arsitektur perangkat lunak harus menunjukkan
hubungan antar bagian pada level ini. Data flow diagram harus digunakan dengan
tepat.
Conceptual Design Document
Conceptual Design Document harus diberikan untuk subsistem perangkat lunak.
Tujuan utama dari tiap Conceptual Design Document harus ada dari system users
standpoint. Fungsi menunjukkan kinerja dan hubungannya dengan subsistem lain.

LOMBA DESAIN GI 150 KV

xxxvi Agustus 2005

PT. PLN (PERSERO) P3B JAWA BALI
Tujuan utama dari tiap dokumen desain dapat menunjukkan definisi kebutuhan
yang cukup untuk memungkinkan programer mengembangkan perangkat lunak yang
terpasang.

Dokumentasi Implementasi
Dokumentasi implementasi digunakan umumnya selama pengujian dan instalasi
sistem. Dokumen ini merupakan tanggungjawab kontraktor untuk meyakinkan
bahwa semua Dokumentasi Implementasi lengkap terhadap cakupan sistem.

Site Preparation dan System Installation Manual
Kontraktor harus mempersiapkan manual untuk membantu PLN dalam
mempersiapkan fasilitas control center untuk perencanaan instalasi Automation.
Dokumen harus disiapkan oleh kontraktor dengan konsultasi PLN.
Instalation manual harus mencakup semua site preparation dan aktivitas instalasi
sistem termasuk drawing, penskalaan, dari layout peralatan Automation dalam
ruang komputer dan ruang kontrol. Gambar tersebut harus mencakup informasi
yang cukup untuk desain saluran, kabel, dan wiring yang membutuhkan instalasi.

Dokumentasi Acceptance Test Plan
Dokumentasi Acceptance Test Plan harus menjelaskan metode yang harus
dipergunakan untuk memverifikasi fungsional final system, kinerja dan kebutuhan
kapasitas.
Dokumen Acceptance Test Plan harus mencakup:
o Pengujian filosofi, rule, dan guideline
o Prosedur pelaporan dan pengkoreksian perbedaan
o Daftar fungsi yang diuji
o Skenario dan kebutuhan pengujian kinerja
o Metode untuk melakukan simulasi input dan monitoring output
o Test schedule terhadap level fungsional utama

Dokumentasi Acceptance Test Procedure
Acceptance Test Procedure didesain untuk menguji specified functional dan
kebutuhan kinerja yang harus diberikan. Dokumen prosedur ini harus terdiri dari
instruksi untuk memverifikasi bahwa:
Perangkat keras dan lunak Automation arus fully present, fully integrated.
Semua fungsional dan kebutuhan kinerja pada kontrak telah dipenuhi
Disini dibutuhkan logical order untuk pengujian prasyarat yang diberikan pertama
kali. Pengujian yang membutuhkan pengumpulan data dalam kondisi terkontrol

LOMBA DESAIN GI 150 KV

xxxvii Agustus 2005

PT. PLN (PERSERO) P3B JAWA BALI
harus direncanakan dengan hati-hati dengan prosedur pengumpulan data yang
terjadual sebagaimana diperlukan sebelum pengujian tersebut.
Prosedur pengujian harus disiapkan dalam format step-by-step test guide.
Penjelasan tes, kondisi awal, fungsi yang diuji, respons yang diharapkan, dan area
recording harus terdapat dalam prosedur pengujian, langkah detail untuk
mendapatkan fungsi ini dapat mengacu pada User Manual.

As-Built Documentation
Dokumen sebelumnya yang mengalami pengembangan atau perubahan harus
direvisi dan dikirim ulang untuk keperluan review dan approval. Setiap dokumen
yang dikirim ulang harus disertai dengan jumlah yang telah ditentukan untuk final
document. Dokumen yang telah direvisi, bersama-sama dengan final document,
harus merupakan as-built documentation sistem.

Dokumentasi Pengguna (User)
Dokumentasi user terdiri dari manual yang menyangkut prosedur yang harus diikuti
selama service life sistem. Hal ini merupakan tanggungjawab kontraktor untuk
meyakinkan bahwa semua Dokumentasi User mudah dipahami oleh personel tanpa
keahlian khusus dalam disiplin ilmu perangkat keras dan perangkat lunak.

Data Preparation Guide
Data Preparation Guide harus menjelaskan format file dimana informasi database
harus diberikan oleh PLN untuk membuat sistem database yang baru. Dokumen ini
harus dikirim ke PLN lebih dulu untuk memberikan waktu yang cukup bagi PLN
mengumpulkan informasi yang diperlukan dan menyiapkan file source database.

Power System Operator User Manual
Power System Operator User Manual merupakan dasar dari semua manual yang
diberikan untuk user Automation. Cakupannya harus dibatasi terhadap kebanyakan
dasar fungsi operator power system. Contoh dari fungsi dasar ini berupa calling up
display, navigasi dalam world map, pengiriman command, penempatan tag,
pengisian data dan komentar, viewing, pengenalan (acknowledge) alarm, dan
penghapusan alarm.
Fungsi teknik seperti pengeditan database, display, dan report, harus tidak
dicantumkan dalam Power System Operator User Manual. Manual ini harus diatur
untuk akses yang cepat terhadap penjelasan detail dari tiap fungsi. Display yang
berkaitan dengan tiap fungsi harus berfungsi sebagai tujuan utama dari explaining
user procedures. Format display Automation yang aktual dan mutakhir harus
digunakan. Minimalnya, display ini harus mencakup fungsional berikut ini:

LOMBA DESAIN GI 150 KV

xxxviii Agustus 2005

PT. PLN (PERSERO) P3B JAWA BALI
o Console Operation
o Console log in dan log out
o Dedicated function key
o Display call up
o Display convention
o Panning dan zooming
o Trending
o Alarm dan event
o Hardcopy
o Supervisory Control
o Supervisory control
o Manual Entry Data
o Device Note
o Device tagging
o Analog limit setting
o Scan Deactivation
o Control Inhibit
o Normal State Setting
o System Management
o Seasonal Limit Selection
o Voltage Limit Reduction
o Communication Control
o Printer Queue Status
o Report Scheduling

Power System Engineer User Manual
Power System Engineer User Manual harus dilengkapi dengan lampiran Power
System Operator User Manual. Cakupannya harus dibatasi terutama pada interface
Windows yang mendukung fungsi technical maintenance seperti pengeditan
database display dan report.
Power System Engineer User Manual, bersama-sama dengan Power System Operator
User Manual, harus mencakup fungsi sebagai berikut:
o Menggunakan Integrated Database Editor
o Menggunakan SCADA Command Language Editor
o Membuat dan memodifikasi alarm dan event message
o Display kinerja sistem
o Mengubah area yang menjadi tanggung jawab
o Mengubah failover dan mengganti device assignment
o Membuat dan memodifikasi display (dalam volume terpisah)
o Menggunakan Communication Database Editor (dalam volume terpisah)


LOMBA DESAIN GI 150 KV

xxxix Agustus 2005

PT. PLN (PERSERO) P3B JAWA BALI
Hardware Maintenance Manual
Dokumentasi pemeliharaan perangkat keras harus dikirim untuk semua peralatan.
Material ini harus menjelaskan prosedur preventif dan restoratif yang dibutuhkan
untuk menjaga sistem tetap dalam kondisi operasi yang bagus. Dokumentasi
pemeliharaan perangkat keras harus terdiri dari Hardware Maintenance Manual dan
dokumentasi yang diberikan oleh Original Equipment Manufacturer. Informasi
berikut harus diberikan dalam Hardware Maintenance Manual:

Functional Description
Functional Description mencakup overview mengenai bagaimana peralatan
beroperasi. Operational sequence dari major assemblies dalam peralatan harus
dijelaskan dan digambarkan dengan diagram blok fungsional.

Preventive Maintenance Instruction
Instruksi mencakup semua pengujian visual yang dapat diaplikasikan, pengujian
perangkat keras dan routine diagnostic, dan pengaturan yang diperlukan untuk
periodic preventive maintenance system. Instruksi mengenai bagaimana melakukan
loading dan menggunakan tiap program pengujian dan diagnostik dan peralatan
pengujian standar atau khusus merupakan bagian terpisah dari prosedur ini.

Corrective Maintenance Insruction
Instruksi ini mencakup panduan untuk lokasi malfungsi terhadap card replacement
level. Panduan ini mencakup detail untuk penentuan lokasi penyebab malfungsi
peralatan secara cepat dan efisien dan kemungkinan penyebab, dan instruksi untuk
memperbaiki malfungsi tersebut. Panduan ini menjelaskan bagaimana
menggunakan pengujian on-line dan program diagnostik serta beberapa peralatan
pengujian khusus.
Hardware Maintenance Manual harus memberikan petunjuk yang jelas untuk
menentukan lokasi pemeliharaan lebih lanjut dan informasi diagnostik dalam
dokumentasi manufacture. Hardware Maintenance Manual untuk semua peralatan
harus mengacu pada OEM manual yang harus dilengkapi oleh kontraktor untuk
melakukan pemeliharaan level pertama.

Software Maintenance Manual
Software Maintenance Manual harus dikirimkan untuk meng-cover semua fitur dan
fungsi sebagaimana diimplementasikan dalam Automation dokumen tambahan atau
lampiran untuk meng-cover pemeliharaan recently introduced software tidak dapat
dibenarkan. Software Maintenance Manual dapat berupa Standard Document,
Custom Document atau OEM Document sebagaimana ditentukan oleh desain sistem.
Manual ini harus memberikan informasi pemeliharaan, pada:
o Operating system
o Compiler bahasa pemrograman tingkat tinggi
o Editor teks interaktif

LOMBA DESAIN GI 150 KV

xl Agustus 2005

PT. PLN (PERSERO) P3B JAWA BALI
o Software utilities
o Software system generation/ installation
o Database generation and population
o Manajemen konfigurasi perangkat lunak
o Perubahan daylight saving routine

Perangkat Lunak pada Media Penyimpanan
Kontraktor harus memberikan satu set paket perangkat lunak dalam format yang
dapat dibaca komputer dalam bentuk DVD berupa:
o Perangkat lunak operating system
o Perangkat lunak third-party yang relevan
o Source code file dari semua perangkat lunak yang dikembangkan
kontraktor, yang diperlukan untuk pembuatan sistem perangkat lunak
Automation secara keseluruhan
o Command file untuk membangun source code file perangkat lunak yang
dikembangkan kontraktor
Semua lingkungan pengujian program, test driver, tool, dan informal program yang
digunakan dalam lingkungan pemrograman pada Automation.


SCADA PLANNING STUDY

Final SCADA Plan 1 June 2000
Proprietary

Anda mungkin juga menyukai