Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIOLOGI TUMBUHAN
PENGARUH CAHAYA (SUHU) TERHADAP KECEPATAN
TRANSPIRASI PACAR AIR (Impatien Balsemia)















Oleh :
DIANA PRATIWI (123204047)

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air merupakan salah satu faktor penentu berlangsungnya kehidupan
tumbuhan. Air juga mengandung zat terlarut berupa unsur hara yang diperlukan
tumbuhan. Jumlah air yang ada di dalam tubuh tumbuhan selalu mengalami fluktuasi,
bergantung pada kecepatan proses masuknya air ke dalam tubuh tumbuhan, kecepatan
proses penggunaan air oleh tubuh tumbuhan, dan kecepatan proses hilangnya air dari
tubuh tumbuhan.
Proses keluarnya atau hilangnya air dari tubuh tumbuhan dapat berbentuk gas,
yang dikeluarkan ke udara disekitar tumbuhan. Proses ini dinamakan proses
transpirasi. Proses transpirasi adalah proses kehilangn air karena penguapan melalui
bagian dalam tubuh tanaman, yaitu air yang diserap oleh akar-akar tanaman,
dipergunakan untuk membentuk jaringan tanaman dan kemudian dilepaskan melalui
daun ke atmosfir (Purba, 2011).
Secara umum, proses transpirasi berlangsung dalam dua tahap, yaitu evaporasi
air dan difusi air. Pada dasarnya, transpirasi ditentukan oleh seberapa besar jarak
antara dua sel penutup stomata, sehingga proses-proses yang menyebabkan membuka
dan menutupnya stomata juga menentukan besarnya laju transpirasi. Beberapa faktor
lingkungan yang mempengaruhi proses transpirasi diantaranya adalah intensitas
cahaya, kelembaban, suhu, angin, dan keadaan air tanah.
Berdasarkan hal diatas, maka praktikan melakukan percobaan tentang
pengaruh cahaya terhadap kecepatan transpirasi dengan menggunakan tanaman Pacar
Air ( Impatien balsemia ).
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dapat diambil berdasarkan latar belakang di atas adalah:
Bagaimana pengaruh lingkungan (intensitas cahaya dan suhu) terhadap
kecepatan transpirasi?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah:
Untuk mengetahui pengaruh lingkungan (intensitas cahaya dan suhu) terhadap
kecepatan transpirasi.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Tumbuhan tidak dapat melakukan proses fotosintesis tanpa air dan cahaya matahari.
Air diperoleh tumbuhan dari dalam tanah dengan cara, mengarahkan pertumbuhan sistem
akar ke dalam tanah untuk mencari sumber air. Sedangkan cahaya matahari didapatkan
tumbuhan dengan cara mengarahkan daun-daunnya ke arah datangnya sinar matahari.
Air dari dalam tanah masuk ke akar tumbuhan melalui proses osmosis. Proses ini
terjadi mulai dari rambut akar, epidermis, korteks, endodermis, hingga mencapai stele dan
memasuki xylem. Di dalam xylem, air dan zat hara dibawa ke batang dan daun melalui aliran
ke atas yang dipengaruhi oleh proses transpirasi. Proses transpirasi adalah proses kehilangan
air karena pengupan melalui bagian dalam tubuh tanaman, yaitu air yang diserap oleh akar-
akar tanaman, dipergunakan untuk membentuk jaringan tanaman dan kemudian dilepaskan
melalui daun ke atmosfir (Purba, 2011).
Kehilangan air karena proses transpirasi ini terjadi di seluruh bagian tumbuhan yang
bersentuhan dengan atmosfer luar. Transpirasi dilakukan oleh tumbuhan melalui stomata,
kutikula dan lentisel. Berdasarkan atas sarana yang digunakan tersebut dikenal istilah
transpirasi stomata, transpirasi kutikula dan transpirasi lentisel. Tetapi yang utama adalah
transpirasi stomata yang banyak terdapat di permukaan daun. Hal ini terjadi karena stomata
harus memasukkan CO
2
untuk proses fotosntesis. Agar CO
2
bisa masuk kedalam tubuh
tumbuhan uap air yang ada di dalam ruang-ruang antar sel tumbuhan harus dikeluarkan.
Proses keluar masuknya CO
2
dan uap air ini terjadi melalui lubang stomata yang dikelilingi
oleh sel penjaga. Sel penjaga ini bertugas untuk mengatur keluar masuknya kedua molekul
tersebut melalui mekanisme membuka dan menutupnya stomata.
Pada dasarnya, stomata akan membuka apabila turgor sel penutup tinggi dan stomata
akan menutup apabila turgor sel penutup rendah. Mekanisme membuka dan menutupnya
stomata dapat dijelaskan dengan 4 teori, yaitu teori fotosintesis, teori klasik (Sayre),
modifikasi teori klasik (Levit), dan pemompaan ion K
+
.
Teori Fotosintesis
Sel penutup stomata memiliki kandungan klorofil. Apabila terkena sinar matahari, sel
ini akan mengalami fotosintesis. Hal ini akan menghasilkan gula yang terlarut dalam cairan
sel penutup. Adanya gula terlarut ini menyebabkan nilai PA (Potensial Air) cairan sel
basa
fosforilase
penutup menurun, yang mengakibatkan PO (Potensial Osmotik) cairan sel penutup juga
menurun, sehingga tekanan turgor dalam sel penutup meningkat, karena air dari sel tetangga
masuk ke dalam sel penutup, dan stomata terbuka. Secara skematis :









Teori Klasik (Sayre)
Pada Siang Hari ( Ada Cahaya)
Pada siang hari terjadi fotosintesis pada sel penutup, yang mengakibatkan
kadar CO
2
menurun karena terinduksi menjadi (CH
2
O)n atau karbohidrat, malalui
reaksi CO
2
+ H
2
O karbohidrat. Karena terjadi reaksi reduksi, jumlah ion H
+

berkurang, yang menyebabkan pH dalam sel tinggi atau lingkungan menjadi basa.
Lingkungan basa ini meningkatkan aktifitas enzim fosforilase untuk mengubah
amilum/pati menjadi glukosa-1-fosfat.

Pati Glukosa-1-fosfat Glukosa

Terbentuknya glukosa mengakibatkan nilai PO dan PA sel penutup menurun,
akibatnya air dari sel tetangga masuk ke dalam sel penutup, yang meningkatkan
tekanan turgor dalam sel peutup, sehingga stomata dapat membuka.

Cahaya
Sel Penutup dengan
Klorofil
Fotosintesis
Gula (terlarut dalam cairan sel penutup)
PA cairan sel penutup menurun
PO cairan sel penutup menurun
Turgor pada sel penutup
Stomata Membuka
Pada Malam Hari
Pada malam hari tidak terjadi fotosintesis, karena tidak ada cahaya matahari.
Akibatnya, CO
2
yang ada di dalam sel bereaksi dengan air dan menghasilkan asam
karbonat.
CO
2
+ H
2
O H
2
CO
3
H
+
+ HCO
3
-

Akibat adanya HCO
3
-
pH di dalam sel penutup menjadi 4-5, lingkungan menjadi
asam. Hal ini meningkatkan aktivitas enzim fosforilase untuk mengubah glukosa
menjadi glukosa-1-fosfat yang kemudian akan dirubah kembali menjadi amilum/pati.
Perubahan ini membuat cairan sel penutup menjadi lebih encer, PA cairan sel penutup
meningkat, yang membuat air dari dalam sel penutup mengalir keluar menuju sel
tetangga, sehingga tekanan turgor di dalam sel penutup rendah, dan stomata menutup.
Modifikasi Teori Klasik (Levit)
Teori ini beranggapan bahwa keadaan pH sel penutup yang menjadi asam bukan
disebabkan oleh pembentukan H
2
CO
3
, tetapi karena terjadi penimbunan asam organik. Pada
siang hari, banyak asam organik yang dirombak melalui proses fotosintesis, sehingga pH
dalam sel penutup meningkat, lingkungan dalam sel penutup menjadi basa. Sedangkan pada
malam hari, pH di dalam sel penutup menurun, keadaan lingkungan menjadi asam. Keadaan
lingkungan di dalam sel penutup menjadi asam karena kadar CO
2
tinggi, maka dengan
bantuan enzim karboksilase, sel penutup membentuk asam organik.
Pemompaan Ion K
+

Sel penjaga mengambil ion K
+
melalui transport aktif, yang membutuhkan ATP,
karena proses ini melawan gradient konsentrasi. Hal ini menyebabkan molekul air masuk ke
dalam sel penutup melalui proses osmosis. Air dibutuhkan dalam proses fotosintesis untuk
menghasilkan ATP. Dinding sel penjaga mengalami penebalan yang tidak merata dan
memiliki mikrofibil selulosa yang melingkar. Hal ini menyebabkan sel penutup melekuk
kedalam ketika tekanan turgor di dalamnya meningkat, sehingga stomata dapat terbuka.
Ketika ion K
+
dipompa keluar dari sel penutup, molekul air juga turut keluar dari sel penutup
secara osmosis. Hal ini menyebabkan tekanan turgor yang ada di dalam sel penutup menurun,
sehingga stomata menutup.

Mekanisme membukanya Stomata
Proses transpirasi terjadi melalui dua tahapan, yaitu:
1. Evaporasi air dari dinding sel ke ruang antar sel yang ada didalam daun. Proses ini
akan terus berlangsung sampai ruang antar sel jenuh dengan uap air. Sel-sel yang
menguapkan air ke ruang antar sel akan kekurangan air, sehingga potensial air di
dalam sel tersebut menurun. Pada tahap inilah air yang diserap akar akan dibawa naik
melalui pembuluh xylem sampai bagian daun.
2. Difusi air dari ruang antar sel ke atmosfer melalui stomata, kutikula, ataupun lentisel.
Faktor yang Mempengaruhi Laju Transpirasi
Besarnya uap air yang ditanspirasikan dalam proses transpirasi dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain faktor dari dalam tumbuhan itu sendiri dan faktor luar
(Salisbury, 1992). Faktor dari dalam tumbuhan meliputi; jumlah daun, luas daun, dan
jumlah stomata. Sedangkan faktor yang berasal dari luar tubuh tumbuhan antara lain:
1. Cahaya.
Tumbuhan jauh lebih cepat bertranspirasi bilamana terbuka terhadap cahaya
dibandingkan dengan dalam gelap. Hal ini terutama karena cahaya
mendorong/merangsang tumbuhnya stomata dan dengan demikian sangat
meningkatkan pemindahan udara berisikan uap air dari ruang-ruang udara lapisan
bunga karang ke luar tubuh tumbuhan. Cahaya juga meningkatkan transpirasi dengan
menghangatkan daun.
2. Suhu.
Tumbuhan bertranspirasi lebih cepat pada suhu lebih tinggi. Pada 30
o
C daun dapat
bertranspirasi tiga kali lebih cepat dibandingkan dengan pada suhu 20
o
C. Hal ini
disebabkan air menguap lebih cepat pada suhu lebih tinggi, dan dalam hal ini, juga
meningkatkan kelembaban udara dalam ruang udara dibandingkan dengan udara yang
ada di luar.
3. Kelembaban.
Laju transpirasi juga dipengaruhi oleh kelembaban nisbi udara di sekitar tumbuhan.
Laju difusi setiap substansi menurun karena perbedaan konsentrasi substansi dalam
kedua daerah tersebut menurun. Kebalikannya pun benar. Karena itu, difusi air dari
ruang udara pada daun yang berisikan uap ke luar agak perlahan-lahan apabila udara
disekitarnya agak lembab. Bila udara di sekelilingnya kering, maka difusi berlangsung
jauh lebih cepat.
4. Angin.
Adanya angin lembut juga meningkatkan laju transpirasi. Jika tidak ada angin, udara
yang ada di dekat daun yang sedang bertranspirasi makin lembab. Karena itu,hal
tersebut dapat menurunkan laju transpirasi. Akan tetapi jika ada hembusan angin
lembut, udara lembab itu terbawa dan digantikan oleh udara segar yang lebih kering,
sehingga laju transpirasi dapat meningkat kembali.
5. Air tanah.
Tumbuhan tidak dapat terus bertranspirasi dengan cepat jika kelembaban yang hilang
tidak digantikan oleh air segar dari tanah. Bila penyerapan air oleh akar tidak dapat
mengimbangi laju transpirasi, maka terjadi kekurangan turgor, dan stomata pun
menutup. Hal ini dengan segera sangat mengurangi laju transpirasi.
Proses transpirasi ini penting bagi tumbuhan, karena proses ini berperan dalam hal
membantu meningkatkan laju pengangkutan air dan garam mineral, mengatur suhu tubuh
dengan cara melepas kelebihan panas dari tubuh, dan mengatur turgor optimum di dalam sel
(Sasmitamihardja, 1997).
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimental, karena dilakukan
percobaan untuk menjawab rumusan masalah, dan terdapat variabel-variabel dalam
penelitian yang dilakukan.
3.2 Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam percobaan ini adalah:
3.2.1 Variabel Kontrol
Variabel kontrol yang digunakan dalam percobaan ini meliputi:
a. Jenis tumbuhan ( Impatien Balsemia ),
b. Lama percobaan ( 90 menit, dengan penimbangan setiap 30 menit sekali ),
c. Volume air di dalam tabung Erlenmeyer ( 250 mL ).
3.2.2 Variabel Manipulasi
Variabel manipulasi yang digunakan yaitu kondisi lingkungan, meliputi
intensitas cahaya, suhu, dan kelembaban.
3.2.3 Varibel Respon
Variabel respon yang akan didapatkan dalam percobaan ini yaitu:
a. Massa tanaman beserta Erlenmeyer yang berisi air,
b. Kecepatan transpirasi.
3.3 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah:
3.3.1 Alat
Dalam percobaan ini digunakan:
1. Erlenmeyer 250 mL 2 buah
2. Sumbat Erlenmeyer dengan lubang ditengahnya 2 buah
3. Timbangan 1 buah
4. Thermometer 1 buah
5. Hygrometer 1 buah
6. Luxmeter 1 buah
7. Bohlam lampu 100 watt dan lampu duduk 1 buah
8. Pisau tajam 1 buah
9. Penggaris 1 buah
10. Kertas millimeter 3 lembar
3.3.2 Bahan
Dalam percobaan ini dibutuhkan:
1. Air 500 mL
2. Vaselin secukupnya
3. Tanaman Pacar Air ( Impatien balsemia ) yang
memiliki kondisi hampir sama, sepanjang 20 cm 2 buah
3.4 Langkah Kerja
1. Menyiapkan bahan dan alat yang diperlukan.
2. Menyediakan 2 buah erlenmeyer, mengisinya dengan air volume 150 mL.
3. Memotong miring pangkal pucuk batang tanaman pacar air didalam air, dan
segera memasukkan potongan tanaman tersebut pada tabung erlenmeyer melalui
lubang pada sumbat sampai bagian bawahnya terendam air. Membuang bunga,
kuncup, daun yang rusak dan mengolesi luka tumbuhan pacar air tersebut dengan
vaselin. Demikian pula mengolesi celah-celah yang ada dengan vaselin (misalnya
sekitar sumbat penutup).
4. Menimbang kedua erlenmeyer tersebut lengkap dengan tanaman pacar air dan air
yang ada di dalamnya dan mencatat hasilnya.
5. Meletakkan erlenmeyer 1 di dalam ruangan dan erlenmeyer 2 pada tempat dengan
jarak 20 cm dari lampu pijar 100 watt. Mengukur kondisi lingkungan kedua
tempat tersebut meliputi suhu, intensitas cahaya dan kelembaban.
6. Setiap 30 menit menimbang erlenmeyer beserta perlengkapannya dan mencatat
hasilnya.
7. Mengulangi pengukuran sebanyak 3 kali.
8. Setelah penimbangan terakhir, mengambil daun-daun pada tanaman tersebut,
kemudian mengukur luas total daun tersebut dengan kertas milimeter/grafik,
caranya sebagai berikut :
Membuat pola masing-masing daun pada kertas grafik.
Menghitung luas daun dengan ketentuan: apabila kurang dari kotak
dianggap nol, dan apabila lebih dari kotak dianggap satu.

3.5 Alur Kerja
Diolesi celah- celah yang
ada dengan vaselin (misal
sekitar sumbat)

Ditimbang lengkap dengan
tanaman
Diletakkan didekat lampu
pijar 100 watt dengan jarak
20 cm

Diukur kondisi suhu,
intensitas cahaya, dan
kelembaban

Ditimbang setiap 30 menit
Diulangi pengukuran
sebanyak 3 kali

Diambil daun dan dihitung
kuas total daun setelah
penimbangan terakhir
menggunakan kertas
milimeter

Diletakkan pada ruangan
Diolesi celah- celah yang ada
dengan vaselin (misal sekitar
sumbat)
Ditimbang lengkap dengan
tanaman
Diukur kondisi suhu,
intensitas cahaya, dan
kelembaban
Ditimbang setiap 30 menit
Diulangi pengukuran
sebanyak 3 kali
Diambil daun dan dihitung
luas total daun setelah
penimbangan terakhir
menggunakan kertas
milimeter
Luas Daun Pacar Air
Luas Daun Pacar Air
2 batang tanaman Pacar Air
Dipotong miring pangkal pucuk batangnya
Dibuang bunga, kuncup, dan daun yang rusak
Diolesi dengan vaselin
Disamakan jumlah daun antara kedua
tanaman
Dimasukkan ke dalam tabung reaksi berisi
150 mL air
Tanaman Pacar Air +
Erlenmeyer + 150 mL air
Tanaman Pacar Air +
Erlenmeyer + 150 mL air
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Percobaan
Hasil dari percobaan yang dilakukan pada hari Senin, 3 Maret 2014 di laboratorium Fisiologi Tumbuhan C10 FMIPA UNESA, adalah
Tabel 1
Pengaruh Lingkungan (intensitas cahaya, suhu dan kelembaban) terhadap Kecepatan Transpirasi
Intensitas
Cahaya
( Cd/m
2
)
Suhu
( C )
Kelembaban
( % )
Berat
Awal
( gram )
Berat Akhir
( gram )
Selisih Berat
( gram )
Rata-rata
Selisih
Berat
( gram )
Kecepatan
Transpirasi
(gram/menit/cm
2
)
30 60 90 30 60 90
5 31 78 395 394 392 391 1 2 1 1,33 6,2 x 10
-4

1978 32 82 380 376 374,8 369,4 4 1,2 5,4 3,53 2,31 x 10
-3

Tabel 2
Hasil Pengukuran Luas Daun Pacar Air
Perlakuan
Total Luas Daun
( cm
2
)
Gelap 65
Terang 52

Grafik Hubungan antara Kecepatan Transpirasi dan Intensitas cahaya
X = Intensitas cahaya (Cd/m
2
) = Pacar air di dekat lampu 100 watt (Terang)
Y = Kecepatan transpirasi (gr/menit/cm
2
) = Pacar air di dalam ruangan (Gelap)
4.2 Analisis Data
Dari data percobaan dan grafik yang diperoleh pada percobaan ini, dapat
diambil suatu analisis bahwa, pada kondisi gelap dengan suhu 31C, kelembaban
udara sebesar 78%, dan intensitas cahaya sebesar 5 Cd/m
2
didapatkan kecepatan
transpirasi pada tanaman pacar air (Impatien balsemia) adalah sebesar 0,00062
gram/menit/cm
2
atau 6,2 x 10
-4
gram/menit/cm
2
. Sedangkan pada kondisi terang
dengan suhu 32C, kelembaban udara sebesar 82%, dan intensitas cahaya sebesar
1978 Cd/m
2
didapatkan kecepatan transpirasi pada tanaman pacar air (Impatien
balsemia) adalah sebesar 0,00231 gram/menit/cm
2
atau 2,31 x 10
-3
gram/menit/cm
2
.
Hasil ini diperoleh dengan cara memasukkan nilai rata-rata selisih berat pacar air dan
Erlenmeyer, interval penimbangan, dan jumlah total luas daun ke dalam rumus:


Sehingga, pada intensitas cahaya sebesar 5 Cd/m
2



= 6,2 x 10
-4

0.00062
0.00231
0
0.0005
0.001
0.0015
0.002
0.0025
5 1978
Sedangkan pada intensitas cahaya 1978 Cd/m
2



= 2,31 x 10
-3

Berdasarkan hal diatas, dapat dikatakan bahwa, intensitas cahaya berpengaruh
terhadap laju transpirasi. Semakin tinggi intensitas cahaya, maka laju transpirasi akan
semakin cepat. Sebaliknya, semakin rendah intensitas cahaya, maka laju transpirasi
juga semakin lambat. Hal tersebut juga berlaku untuk suhu.
4.2 Pembahasan
Berdasarkan analisis data diatas, maka dapat diketahui bahwa besarnya
intensitas cahaya (suhu) mempengaruhi kecepatan transpirasi pada tanaman pacar air
(Impatien balsemia), dimana pada intensitas cahaya 1978 Cd/m
2
mempunyai
kecepatan tanspirasi yang lebih tinggi daripada intensitas cahaya 5 Cd/m
2
, yakni
sekitar 2,31 x 10
-3
. Hal ini dikarenakan pada kondisi lingkungan dengan intensitas
cahaya yang tinggi (100watt/pada siang hari) stomata pada tanaman pacar air akan
lebih cepat membuka, sehingga proses transpirasi akan berjalan lebih cepat.
Membukanya stomata ini disebabkan oleh aktivitas fotosintesis pada sel penutup yang
mengandung kloroplas. Hasil fotosintesis berupa glukosa yang terlarut di dalam cairan
sel penutup menyebabkan Potensial Air (PA) cairan sel di dalam sel penutup
menurun. Penurunan PA ini diiringi penurunan Potensial Osmotik (PO) yang
menyebabkan air dari sel tetangga masuk ke dalam sel penutup. Kemudian, tekanan
turgor di dalam sel penutup meningkat, sehingga stomata membuka dan terjadi
transpirasi.
Saat stomata terbuka, maka akan ada penghubung antara ruang antar sel
dengan atmosfer, sehingga uap air yang ada di ruang antar sel dapat keluar menuju
atmosfer. Akibatnya, PA cairan yang ada di stomata lebih rendah daripada PA di
ruang antar sel, sehingga uap air yang ada di ruang antar sel akan masuk ke stomata
dan terjadi transpirasi. Jika hal ini terus berlangsung, maka sel-sel yang menguapkan
airnya ke ruang antar sel akan mengalami kekurangan air, sehingga potensial airnya
akan menurun. Kekurangan air ini akan diisi oleh air yang berasal dari pembuluh
xylem yang ada di tulang daun, pembuluh xylem tulang daun yang kehilangn air akan
menerima pasokan air dari batang, batang akan menerima dari akar, begitu seterusnya.
Pada percobaan ini, data penimbangan tanaman pacar air (Impatien balsemia)
yang diletakkan pada intensitas cahaya 1978 Cd/m
2
, pada 30 menit ke dua tidak
mengalami perubahan yang signifikan. Hal ini dikarenakan, pada saat praktikum,
listrik yang menjadi sumber energi bohlam lampu 100 watt padam, sehingga untuk
memperoleh cahaya, tamaman beserta Erlenmeyer yang berisi air dibawa ke luar dari
ruang laboratorium. Intensitas cahaya matahari sore yang rendah mengakibatkan
proses transpirasi menjadi lebih lambat. Namun, hal ini tidak memberikan dampak
yang signifikan terhadap data hasil praktikum, karena pada 30 menit terakhir listrik
kembali menyala, dan tanaman dapat diletakkan kembali di dekat bohlam lampu 100
waat dengan jarak 20 cm. Data hasil penimbangan terkhir kembali menunjukkan
penurunan yang signifikan, sehingga dapat diakatakan, jika cahaya yang mengenai
tanaman memiliki intensitas yang tinggi, maka stomata tanaman tersebut akan lebih
cepat membuka, sehingga mempercepat jalannya air dari akar ke batang, kemudian ke
xylem pada tulang daun, selanjutnya ke ruang antar sel dan sampai ke stomata hingga
terjadi transirasi.
Sedangakan pada intensitas cahaya 5 Cd/m
2
tanaman pacar air (Impatien
balsemia) memiliki kecepatan transpirasi yang lebih kecil, karena tidak banyak
stomata yang membuka, sehingga hanya sedikit uap air yang dialirkan ke udara. Hal
ini mengakibatkan potensial air yang ada di dalam ruang antar sel tidak banyak
mengalami penurunan. Sedangkan pada stomata, nilai Potensial Osmotik (PO) dan
Potensial Air (PA) cairan yang ada di dalam sel penutup meningkat. Hal tersebut
menyebabkan air dari dalam sel penutup mengalir keluar menuju sel tetangga yang
memiliki potensial air lebih rendah secara osmosis, sehingga sel penutup menjadi
kekurangn air dan mengkerut. Akibatnya stomata menutup dan laju tanspirasi menjadi
lambat.
Hal ini juga berlaku untuk suhu, pada suhu 32
0
C tanaman pacar air (Impatien
balsemia) memiliki kecepatan transpirasi lebih tinggi dibandingkan pada suhu 31
0
C.
Hal ini terjadi karena kenaikan suhu udara akan mempengaruhi kelembaban
relatifnya. Meningkatnya suhu pada siang hari, pada umumnya akan menyebabkan
kelembaban relatif udara menurun, sehingga perbedaan tekanan uap air antara ruang
antar sel dengan udara bebas akan semakin meningkat. Akibatnya, uap air dari dalam
ruang antar sel akan lebih cepat berosmosis ke udara bebas, sehingga laju transpirasi
akan semakin cepat. Sebaliknya, pada suhu 31
0
C udara disekitar tanaman memiliki
kelembaban relatif yang tinggi, sehingga perberdaan tekanan uap air antara ruang
antar sel dengan udara bebas menjadi semakin kecil, yang mengakibatkan laju
transpirasi menjadi semakin lambat.
Kecepatan transpirasi juga ditentukan oleh luasn permukaan daun. Semakin
luas permukaan daun, maka jumlah stomata yang dimiliki juga semakin banyak. Hal
ini juga menyebabkan proses transpirasi dapat belangsung lebih cepat. Sebaliknya,
semakin kecil luas permukaan daun, maka jumlah stomata yang dimiliki semakin
sedikit. Akibatnya, proses transpirasi juga berlangsung lebih lambat.

BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Dari percobaan ini, dapat disimpulkan bahwa intensitas cahaya mempengaruhi
laju transpirasi. Semakin tinggi intensitas cahaya, maka laju transpirasi akan semakin
cepat. Sebaliknya, semakin rendah intensitas cahaya, maka laju transpirasi akan
semakin lambat.
5.2 Saran
Saran yang dapat praktikan berikan untuk praktikan lain yang akan melakukan
prcobaan yang sama antara lain:
a. Pastikan sumber energi yang digunakan untuk bohlam lampu 100 watt
memadai, agar tidak terjadi gangguan saat melakukan percobaan dan hasil
percobaan lebih akurat.
b. Telitilah saat menimbang tanaman serta Erlenmeyer yang berisi air.
c. Kuasai materi dan langkah-langkah percobaan agar lebih mudah saat bekerja.

DAFTAR PUSTAKA
Purba JH. 2011. Kebutuhan dan Cara Pemberian Air Irigasi Untuk Tanaman Padi Sawah
(Oryza Sativa L.). Jurnal Sains dan Teknologi 3 : 146
Rahayu, Yuni Sri dan Yuliani. 2014. Petunjuk Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Surabaya:
Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi FMIPA Unesa.
Salisbury FB dan Ross CW. 1992. Fisiologi Tumbuhan Jilid III. Bandung: ITB
Sasmitahardja, Dradjat, dkk. 1997. Fisiologi Tumbuhan. Bandung : Depdikbud.

LAMPIRAN

























Tanaman Pacar Air
(Impatien balsemia)
Penimbangan perangkat percobaan
sebelum diberi perlakuan
Perangkat percobaan diletakkan 20 cm
dari sumber intensitas cahaya
Perangkat percobaan diletakkan di
dalam ruangan agar memperoleh
intensitas cahaya dalam jumlah kecil

Penimbangan perangkat percobaan
yang diberi perlakuan intensitas
cahaya tinggi
Penimbangan perangkat percobaan
yang diberi perlakuan intensitas
cahaya rendah
Perangkat percobaan yang dipindahkan agar tetap
mendapat intensitas cahaya tinggi

Anda mungkin juga menyukai