Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENYIAPAN SAMPEL DAN SIMPLISIA


I.1 Dasar Teori
Simplisia adalah bahan alamih ( bahan tumbuhan , bahan hewani,
atau bahan mineral ) yang dipergunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa
bahan yang telah dikeringkan.
Untuk menjamin keseragaman senyawa aktif, keamanan maupun
kegunaannya, maka simplisia harus memenuhi persyaratan minimal, dan
untuk dapat memenuhi persyaratan itu, ada beberapa faktor yang
berpengaruh antara lain :
1. Bahan baku simplisia
2. Proses pembuatan simplisia termasuk cara penyimpanan bahan
baku simplisia
3. Cara pengepakan dan penyimpanan simplisia
Pembuatan simplisia secara umum dapat menggunakan cara-cara
sebagai berikut :
1. Pengeringan
2. Fermentasi
3. Proses khusus ( penyulingan, pengentalan eksudat, dll )
4. Dengan bantuan air ( misalnya pembekuan pati )


Adapun tahap - tahap penyiapan simplisia secara garis besar adalah : ( 2 )
a. Pengumpulan bahan baku (panen)
Waktu pengumpulan atau waktu panen sangat berhubungan
dengan kadar komponen aktif suatu tumbuhan, perlu diketahui bahwa
pada saat umur berapa dan kapan tumbuhan tersebut komponen aktifnya
mencapai maksimum untuk tumbuhan yang melakukan fotosintesin, waktu
pnen biasanya antara pukul 09.00-12.00 dimana terjadi reaksi fotosintesis
maksimum, tumbuhan bias dipanen ketika telah berbunga, berbuah atau
menghasilkan spora, pengambilan timbuhan untuk simplisia harus diambil
yang sehat yaitu yang tidak berpenyakit atauntidak dijangkit usus, bakteri
atau jemur.
Bagian tumbuhan yang dapat dijadikan simplisia :
Kulit batang (klika, cortex), batang (caulix), kayu (lignum), daun
(folium), bunga (flos), akar (radix), rimpang (rhizome), buah (fructus), biji
(semen), bulbus.
Cara penyiapan sampel / simplisia dari tumbuhan :
1. Daun
Sampel berupa daun diambil pada saat terjadi potosintesis
maksimum (pukul 09.00-12.00) dengan mengambil daun kelima
dari pucuk hingga kebawah, dipetk langsung dari bagian tangkai
daunnya. Daun dicuci bersih kemudian dikeringkan dengan cara
diangin-anginkan pada tempat yang tidak yang tidak ter kena
cahaya matahari lansung, kemudian setelah kering dipotong -
potong kecil dan disortai kering.
2. Kulit batang
Sampel berupa kulit batang kayu kuning yang berumur
sudah cukup tua, diambil menjelang musim kemarau pada batang
utama atau cabang dengan ukuran tertentu. Kulit batang dicuci
bersih kemudian dipotong-potong kecil, dikeringkan dengan cara
diangin-anginkan pada tempat yang tidak terkena cahaya matahari
langsung kemudian disortasi kering.
3. Rimpang
Sampel berupa rimpang kencur yang bagian atas
tanamannya kering diambil pada musim kemarau. Rimpang
dibersihkan kemudian dipotong melintang dengan ketebalan
tertentu, dikeringkan dengan cara diangin-anginkan pada tempat
yang tidak terkena cahaya matahari lansung kemudian disortasi
kering.
4. Buah
Sampel berupa buah merica dan buah legundi diambil pada
saat masih muda. Buah dibersihkan kemudian dikeringkan dengan
cara diangin-anginkan pada tempat yang tidak terkena cahaya
matahari langsung, kemudian disortasi kering.


b. Sortasi basah
Untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing,
bahan yang tua dengan yang mudah atau bahan yang ukurannya lebih
besar atau lebih kecil.
c. Pencucian
Pencucian dilakukan agar menghilangkan tanah dan kotoran
lainnya yang melekat.pada bahan simplia, sebaiknya air yang digunakan
adalah air yang mengalir dn sumbernya dari air bersih seperti air sumur,
air PAM, atau mata air. Pencucian harus dilakukan dalam waktu yang
singkat mungkit untuk menghindari larutan dan terbuangnya zat yang
terkandung dalam bahan.
d. Perajangan
Perajangan tidak harus selalu dilakukan pada dasarnya proses ini
untuk mempermudah proses pengeringan, pengempakan dan
pengilingan. Jika ukuran simplisia cukup cukup kecil / tipis, maka proses
ini dapat dan abaikan.
e. Pengeringan
Tujuan dilakukan pengeringan adalah untuk mendapat simplisia
awet, tidak rusak dapat dilakukan digunakan dalam waktu yang relatif
lama. Pengeringan dapat dilakuakan dua cara yaitu pengerfingan secara
alami dan secara buatan. Suhu pengeringan tergantung pada jenis bahan
yang dekiringkan. Pada umumnya suhu pengeringan adalah 40-60
0
C dan
hasil yang baik dari proses perajangan adalah simplisia yang
mengandung kadar air 10%, dengan kadar air demikian ini diharapkan
dapat menghentikan proses enzimatis yang memungkinkan dapat
merusak zat aktif simplisia, selain itu juga dimaksudkan untuk mencegah
pertumbuhan mikroorganisme pada simplisia dan juga untuk
mendapatkan hasil pemisahan yang sempurna pada proses ekstraksi.
f. Sortasi Kering
Untuk memisahkan bahan-bahan asing seperti bagian tanaman
yang tidak diinginkan dan kotoran lain yang masih ada dan tertinggal
disimplisia kering.
g. Pengemasan
Pengemasan dapat dilakukan terhadap simplisia yang sudah
dikeringkan. Jenis kemasan yang digunakan dapat berupa plastik, kertas
maupun karung goni, persyratan jenis kemasan yaitu dapat menjamin
mutu produk yang dikemas, mudah dipakai, tidak mempersulit
penanganan, dapat melindungi isi pada waktu pengangkutan, tidak
beracun dan tidak bereaksi dengan isi, dan kalau boleh mempunyai
bentuk dan rupa yang menarik.
h. Penyimpanan
Penyimpanan simplisia dapat dilakukan diruangan biasa (suhu
kamar) ataupun diruangan ber-AC, ventilasi, udara cukup baik dan bebas
dari kebocoran atau kemungkinan masuk air hujan. Kelembaban uadara
sebaiknya diusahakan serendah mungkin untuk mencegah terjadinya
penyerapan air, masuknya sinar matahari langsung menyinari simplisia
harus dicegah, masuknya hewan, baik serangga maupun tikus yang
sering memakan simplisia yang disimpan juga harus dicegah.
I.2 Klasifikasi Tanaman
Regnum : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Sub divisi : Magnoliopsida
Class : Dicotyledonae
Ordo : Urticales
Famili : Urticaceae
Genus : Beohmeria
Spesies : Beohmeria virgata
I.3 Morfologi Tanaman
Parang romang ( Beohmeria virgata ) termasuk suku kamboja
kambojaan tersebar di seluruh nusantara. Dijawa, parang romang tumbuh
di hutan jati, hutan campuran, hutan kecil di pedesaan, ditemukan dari
dataran rendah sampai 900 meter dari permukaan laut. Parang romang
kadang ditanam dipekarangan dekat pagar atau ditanam sebagai tanaman
hias. Tanaman berbentuk pohon tinggi 20 25 m, batang lurus,
diameternya mencapai 60 cm, berkayu, percabangan menggarpu, kulit
batang rapuh, rasanya sangat pahit, bergetah putih, daun tunggal,
tersusun melingkar 4 9 helai, bertangkai yang panjangnya 7,5 15 mm,
bentuknya lonjong sampai langset atau lonjong sampai bulat, permukaan
atas licin, permukaan bawah buram, tepi rata, pertulangan menyirip
panjang 10 23 cm, lebar 3 7,5 cm, warnanya hijau. Perbungaan
majemuk tersusun dan malai yang bergagang panjang, keluar dari ujung
tangkai. Bunga wangi berwarna hijau terang sampai putih kekuningan,
berambut halus rapat, 2 bumbung berbentuk pita yang panjangnya 20
50 cm, menggantung, biji kecil panjangnya 1,2 2 cm, berambut pada
bagian tepinya dan berjambul pada ujungnya, perbanyakan dengan biji
atau stek batang dan bercabang.
I.4 Kunci Determinasi
168a...131a...127a...
I.5 Kandungan Kimia
Parang romang mengandung curcumin, cloroplasketon, flandren,
brusina.
I.6 Khasiat
Akar : Borok
Daun : Disetri, bisul dan karminativ
I.7 Cara Penggunaan
Akar : 10 mg akar parang romang dihaluskan terlebih dahulu
kemudian ditempelkan pada luka borok.
Daun : 15 lembar daun parang romang di cuci bersih kemudian
direbus selama 15 menit dan disaring setelah diseduh.


BAB II
APLIKASI METODE EKSTRAKSI
II. Dasar Teori
Ekstraksi adalah proses penyaringan zat-zat aktif dari bagian
tanaman obat, hewan atau biota laut. Zat-zat aktif tersebut didalam sel,
namun sel tanaman hewan berbeda demikian pula ketebalanya, sehingga
diperlukan metode ekstraksi dan pemilikan pelarut tertentu dalam
mengekstraksinya.
Umumnya zat aktif terkandung dalam tanaman maupun hewan,
lebih larut dalam pelarut organik. Proses terekstraksinya zat aktif dalam
tanaman adalah pelarut organik akan menembus dinding sel dan masuk
kedalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan terlarut
sehingga terjadi perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif didalam sel
dan pelarut organic diluar sel. Larutan organik dengan konsentrasi akan
berdifusi keluar sel, dan proses ini berulang terus sampai terjadi
kesetimbangan antara konsentrasi zat aktif didalam dan diluar sel.
Faktor - faktor yang mempengaruhi laju reaksi adalah :
1. Tipe persiapan sampel
2. Waktu ekstraksi
3. Kuantitas pelarut
4. Suhu pelarut
5. Tipe pelarut

II.2 Metode Ekstraksi
1. Ektraksi cara dingin
Metode ini artinya tidak memerlukan pemanasan selama proses
ekstraksi berlangsung. Yang termaksud dalam ekstraksi cara dingin
adalah :
a. Maserasi
Merupakan proses ekstraksi menggunakan pelarut diam atau
dengan beberapa kali dengan pengocokan pada suhu ruangan. Pada
umumnya perendaman dilakukan selama 24 jam dan selanjutnya pelarut
diganti dengan pelarut baru.
b. Perkolasi
Merupakan ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang selalu
baru sampai sempurna yang umumnya dilakukan pada suhu ruangan.
Penyaringan dengan mengalirkan cairan penyari melalui serbuk simplisia
yang sudah dibasahi.
2. Ekstraksi cara panas
Metode ini melibatkan panas dalam prosesnya yang termaksuk
dalam ekstraksi cara panas adalah :
a. Refluks
Merupakan ekstraksi dengan pelarut yang dilakukan pada titik didih
pelarut tersebut selama waktu tertentu dengan adanya pendinginan balik
(kondensor).

b. Infudasi
Merupakan proses dari penyaringan simplisia dengan air pada suhu
90
o
C selama 15 menit.
c. Destilasi uap
Untuk bahan yang mudah menguap dan tidak bercampur dengan
air (minyak atsiri)
d. Sokletasi
Merupakan metode ekstraksi secara panas dimana cairan penyari
dipanaskan sampai menguap, lalu uap cairan berkondensasi menjadi
cairan karena adanya pendinginan balik.
e. Dekokta
Adalah sedian cair yang dibuat dengan mengekstraksi simplisia
nabati dengan air pada suhu 90
o
C selama 30 menit.
f. Seduhan
Dilakukan dengan mengunakan air mendidih simplisia direndam
dengan menggunakan air panas selama waktu tertentu.
Berdasarkan proses tersaringnya :
1. Berkesinambungan
a. Perkolasi
b. Sokletasi
c. Refluks
2. Tidak berkesinambungan
a. Infudasi
b. Maserasi
c. Pestilasi uap air
II.3 Metode Ekstraksi Untuk Sampel Parang Romang
Metode ekstraksi yang digunakan adalah maserasi. Dimana
maserasi merupakan penyarian sederhana dengan merendam serbuk
simplisia dalam suatu bejana dengan cairan penyari yang sesuai selama
beberapa hari dengan temperatur kamar, terlindung dari cahaya matahari
sambil diaduk, dimana cairan penyari akan menembus dinding sel dan
masuk ke dalam rongga sel lalu menyari zat aktif, karena adanya
perbedaan konsentrasi di dalam dan di luar sel maka larutan yang
konsentrasinya tinggi akan terdesak ke luar sel ( terjadi proses difusi ).
Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi
antara larutan zat aktif di dalam dan di luar sel.
Cara Kerja :
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Ditimbang 50 g sampel yang telah dipotong - potong kecil dan
kemudian dimasukkan ke dalam toples
3. Ditambahkan pelarut metanol 150 ml untuk membasahkan. Biarkan
beberapa menit sampai terbasahi semua
4. Ditambahkan pelarut secukupnya ( 500 ml ) sampai terendam
5. Toples kemudian ditutup dengan menggunakan aluminium foil dan
kemudia ditutup rapat dengan penutupnya
6. Proses maserasi dibiarkan selama 24 jam atau lebih baik
sehingga semua zat aktif telah terekstraksi semua
7. Sampel disaring dan ditampung, kemudian dilakukan remaserasi
II.4 Hasil Yang Diperoleh


















BAB III
PARTISI EKSTRAK
III.1 Dasar Teori
Ekstraksi pelarut atau sering disebut juga air merupakan metode
pemisahan atau pengambilan zat terlarut dalam larutan ( biasanya dalam
air ) dengan menggunakan pelarut lain ( biasanya organik )
Ekstraksi pelarut menyangkut distribusi suatu zat terlarut ( solute )
diantara dua fase cair yang tidak saling bercampur. Teknik ekstraksi
sangat berguna untuk pemisahan secara cepat dan bersih baik untuk
zat organik maupun zat anorganik. Cara ini juga dapat digunakan untuk
analisis makro maupun mikro. Selain untuk kepentingan analisis kimia,
ekstraksi juga banyak digunakan untuk pekerjaan - pekerjaan preparative
dalam bidang kimia organik, biokimia dan anorganik di laboratorium. Alat
yang digunakan dapat berupa corong pemisah ( paling sederhana ), alat
ekstraksi soxhlet sampai yang paling rumit berupa alat counter current
craig
Suatu ekstraksi dibedakan menjadi ekstraksi padat - cair dan
ekstraksi cair - cair.
1. Ekstrak Cair - Padat
Merupakan pemisahan satu komponen dari padatan dengan
melarutkannya dalam pelarut, tetapi komponen lainnya tidak dapat
dilarutkan dalam pelarut tersebut. Proses ini biasanya dilakukan dalam
fase padatan, sehingga disebut juga ekstraksi padat-cair, larutan yang
mengandung komponen yang diinginkan harus bersifat tak campur
dengan cairan lainnya. Proses ini banyak digunakan dalam pemisahan
minyak dari bahan yang mengandung minyak. Prinsip dasar dari ekstraksi
pelarut ini adalah distribusi zat terlarut kedalam pelarut yang bercampur.
Pemisahan zat atau senyawa aktif menggunakan pelarut nonpolar
yaitu hexan akan diperoleh ekstrak yang larut dan tidak larut yaitu polar
dan non polar
2. Ekstrak Cair - Cair
Merupakan cara pemisahan satu atau lebih senyawa dengan
mengunakan dua pelarut yang tidak bercampur dimana senyawa tersebut
akan terdistribusi diantara dua fase sesuai dengan derajat kelarutannya
sehingga mesing-masing jenuh dengan perbandingan konsentrasi tertentu
dan terjadi pemisahan. Metode ekstraksi ini seringkali di sebut proses
psrtisi dari crude extract atau ekstrak kasar sehingga diperoleh
sekumpulan senyawa kimia dengan tingkat polaritas yang berbeda-beda.
Penyaringan merupakan proses pemisahan dimana suatu zat
terbagi dalam dua pelarut yang tidak barcampur


Kerap sekali sebagai pelarut pertama air sedangkan sebagai
pelarut kedua adalah pelarut organik yang tidak bercampur dengan air.
Dengan demikian ion organik atau senyawa organik polar sebagian besar
akan terdapat dalam fase organik. Hal ini yang dikatakan like dissolves
like yang berarti bahwa senyawa polar akan mudah larut dalam pelarut
polar dan sebaliknya. Dalam suatu larutan encer faktor kadar
mempengaruhi koefisien distribusinya.
Jika suatu cairan ditambahkan kedalam ekstrak cairan lain yang
tidak dapat bercampur dengan yang pertama, akan terbentuk dua lapisan.
Suatu komponen dari campuran akan memiliki kelarutan kedalam dua
lapisan tersebut (biasanya disebut fase) dan setelah beberapa waktu
dicapai kesetimbangan konsentrasi dalam dua lapisan, waktu diperlukan
untuk tercapainya keseimbangan biasanya dipersingkat oleh
pencampuran kedua fase tersebut dalam corong pisah.
III.2 Metode Partisi Ekstrak Untuk Sampel Parang Romang
Metode partisi ekstrak yang digunakan adalah ekstrak cair - padat
( ECP ) dimana ECP merupakan pemisahan satu komponen dari padatan
dengan melarutkannya dalam pelarut, tetapi komponen lainnya tidak
dapat dilarutkan dalam pelarut tersebut. Proses ini biasanya dilakukan
dalam fase padatan, sehingga disebut juga ekstraksi padat-cair, larutan
yang mengandung komponen yang diinginkan harus bersifat tak campur
dengan cairan lainnya. Proses ini banyak digunakan dalam pemisahan
minyak dari bahan yang mengandung minyak. Prinsip dasar dari ekstraksi
pelarut ini adalah distribusi zat terlarut kedalam pelarut yang bercampur.
Cara Kerja :
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Ditimbang 1 g ekstrak awal lalu dimasukkan ke dalam labu ukur
3. Ditambahkan 15 ml hexan lalu di stirrer selama 10 menit
4. Dimasukkan ke dalam 3 tabung sentrifuse
5. Disentrifuse selama 15 menit dan akan terbentuk 2 bagian
6. Bagian larutan ( larut hexan ) dan bagian endapan ( tidak larut
hexan ) masing - masing dipindahkan ke dalam cawan porselin
7. Diulangi cara kerja ke 5 dan 6 sebanyak 2X.


















BAB IV
KROMOTOGRAFI LAPIS TIPIS
IV.1 Dasar Teori
Kromotografi lapis tipis (KLT) adalah teknik analisis sederhana
untuk memisahkan komponen secara cepat berdasarkan prinsip adsorbs
dan partisi. Kromotografi lapis tipis dapat digunakan untuk berbagai tujuan
diagnosa klinis, pemantaun penyalagunaan obat, memantau kemajuan
reaksi sintetik dan lain-lain.
Fase gerak yang dikenal sebagai pelarut pengembang akan
bergerak sepanjang fase diam karena pengaruh kapiler pada
pengembangan secara menaik (aslending) atau karena pengaruh gravitasi
pada pengembangan secara menurun (dislending).
Penyerap yang umum digunakan adalah silica gel, aluminium
oksida, kieselgur, selulosa serta turunannya, poliamida dan lain-lain. Silika
gel ini adalah penyerap yang banyak digunakan karena banyak
mempunyai daya pemisahan yang baik.
Zat penyerap dilapiskan secara merata pada penyangga dengan
ketebalan lapisan 0,1 0,3 mm. adapun pemisahan komponen suatu
senyawa yang dipisahkan dengan kromotografi lapis tipis tergantung pada
jenis pelarut, zat penyerap dengan sifat daya serap masing-masing
komponen. Komponen yang terlarut akan terbawa oleh fase diam
(penyerap) denga kecepatan berpindah yang berbeda-beda.
Perbandingan kecepatan bergeraknya komponen terlarut dalam fase
gerak (pelarut), merupakan dasar untuk mengidentifikasikan komponen
yang dipisahkan, perbandingan kecepatan ini dinyatakan dalam Rf (Rute
Of Flow), dengan pemisahan :




Beberapa faktor yang mempengaruhi nilai Rf adalah :
Ukuran partikel dari zat penyerap
Derajat keaktifan dari zat penyerap
Kemurnian pelarut
Kejunahan chamber
Kehadiran ion lain
Keasaman larutan aslinya
Bahan pengembang (jenis dan ketebalan lapisan)
Kelembaban udara
Konsentrasi dan komposisi larutan yang diperiksa
Panjang trayeg migrasi
Senyawa asing dan pencemaran pelarut
Ketidak homogenan kertas
Arah serabut kertas
Temperature



IV.2 Cara Kerja
1. Penyiapan lempeng KLT dan Penjenuhan chamber
a. Lempeng silica gel dipotong dengan ukuran 7 cm x 2 cm.
b. Disiapkan chamber yang bersih lengkap dengan penutupnya.
c. Chamber diisi dengan eluen hexan : etil = 3 : 1
d. Kemudian dijenuhkan.
2. Identifikasi KLT
a. Penotolan sampel pada lempeng
1) Disiapkan alat dan bahan
2) Masing-masing ekstrak dimasukkan dalam botol vial, ekstrak
methanoldilarutkan dengan methanol, ekstrak tidak larut hexan
dilarutkan dengan methanol dan ekstrak larut hexan dilarutkan
dengan hexan.
3) Ekstrak diambil menggunakan pipet kapiler, kemudian ditotol pada
lempeng yang telah disiapkan
4) Lempeng yang telah ditotol diangin-anginkan sebentar untuk
menguapkan pelarutnya
b. Pengelusian sampel pada lempeng
1) Lempeng dimasukkan ke dalam chamber yang telah dijenuhkan
2) Dikeluarkan lempeng silica gel bila eluen telah mencapai batas
lempeng


c. Penampakan noda pada UV 254nm dan 366 nm
1) Lempeng silica gel diletakkan dibawah lampu UV 254nm dan 366
nm
2) Diamati noda yang tampak pada lempeng
3) Kemudian lempeng difoto
d. Penampakan noda H
2
SO
4
10 %
1) Lempeng silica gel disemprotkan dengan asam sulfat 10 %
2) Dipanaskan diatas penangas listrik hingga tampak noda yang
terbentuk
3) Di foto noda yang terbentuk atau yang tampak.

Anda mungkin juga menyukai