Kerap sekali sebagai pelarut pertama air sedangkan sebagai
pelarut kedua adalah pelarut organik yang tidak bercampur dengan air.
Dengan demikian ion organik atau senyawa organik polar sebagian besar
akan terdapat dalam fase organik. Hal ini yang dikatakan like dissolves
like yang berarti bahwa senyawa polar akan mudah larut dalam pelarut
polar dan sebaliknya. Dalam suatu larutan encer faktor kadar
mempengaruhi koefisien distribusinya.
Jika suatu cairan ditambahkan kedalam ekstrak cairan lain yang
tidak dapat bercampur dengan yang pertama, akan terbentuk dua lapisan.
Suatu komponen dari campuran akan memiliki kelarutan kedalam dua
lapisan tersebut (biasanya disebut fase) dan setelah beberapa waktu
dicapai kesetimbangan konsentrasi dalam dua lapisan, waktu diperlukan
untuk tercapainya keseimbangan biasanya dipersingkat oleh
pencampuran kedua fase tersebut dalam corong pisah.
III.2 Metode Partisi Ekstrak Untuk Sampel Parang Romang
Metode partisi ekstrak yang digunakan adalah ekstrak cair - padat
( ECP ) dimana ECP merupakan pemisahan satu komponen dari padatan
dengan melarutkannya dalam pelarut, tetapi komponen lainnya tidak
dapat dilarutkan dalam pelarut tersebut. Proses ini biasanya dilakukan
dalam fase padatan, sehingga disebut juga ekstraksi padat-cair, larutan
yang mengandung komponen yang diinginkan harus bersifat tak campur
dengan cairan lainnya. Proses ini banyak digunakan dalam pemisahan
minyak dari bahan yang mengandung minyak. Prinsip dasar dari ekstraksi
pelarut ini adalah distribusi zat terlarut kedalam pelarut yang bercampur.
Cara Kerja :
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Ditimbang 1 g ekstrak awal lalu dimasukkan ke dalam labu ukur
3. Ditambahkan 15 ml hexan lalu di stirrer selama 10 menit
4. Dimasukkan ke dalam 3 tabung sentrifuse
5. Disentrifuse selama 15 menit dan akan terbentuk 2 bagian
6. Bagian larutan ( larut hexan ) dan bagian endapan ( tidak larut
hexan ) masing - masing dipindahkan ke dalam cawan porselin
7. Diulangi cara kerja ke 5 dan 6 sebanyak 2X.
BAB IV
KROMOTOGRAFI LAPIS TIPIS
IV.1 Dasar Teori
Kromotografi lapis tipis (KLT) adalah teknik analisis sederhana
untuk memisahkan komponen secara cepat berdasarkan prinsip adsorbs
dan partisi. Kromotografi lapis tipis dapat digunakan untuk berbagai tujuan
diagnosa klinis, pemantaun penyalagunaan obat, memantau kemajuan
reaksi sintetik dan lain-lain.
Fase gerak yang dikenal sebagai pelarut pengembang akan
bergerak sepanjang fase diam karena pengaruh kapiler pada
pengembangan secara menaik (aslending) atau karena pengaruh gravitasi
pada pengembangan secara menurun (dislending).
Penyerap yang umum digunakan adalah silica gel, aluminium
oksida, kieselgur, selulosa serta turunannya, poliamida dan lain-lain. Silika
gel ini adalah penyerap yang banyak digunakan karena banyak
mempunyai daya pemisahan yang baik.
Zat penyerap dilapiskan secara merata pada penyangga dengan
ketebalan lapisan 0,1 0,3 mm. adapun pemisahan komponen suatu
senyawa yang dipisahkan dengan kromotografi lapis tipis tergantung pada
jenis pelarut, zat penyerap dengan sifat daya serap masing-masing
komponen. Komponen yang terlarut akan terbawa oleh fase diam
(penyerap) denga kecepatan berpindah yang berbeda-beda.
Perbandingan kecepatan bergeraknya komponen terlarut dalam fase
gerak (pelarut), merupakan dasar untuk mengidentifikasikan komponen
yang dipisahkan, perbandingan kecepatan ini dinyatakan dalam Rf (Rute
Of Flow), dengan pemisahan :
Beberapa faktor yang mempengaruhi nilai Rf adalah :
Ukuran partikel dari zat penyerap
Derajat keaktifan dari zat penyerap
Kemurnian pelarut
Kejunahan chamber
Kehadiran ion lain
Keasaman larutan aslinya
Bahan pengembang (jenis dan ketebalan lapisan)
Kelembaban udara
Konsentrasi dan komposisi larutan yang diperiksa
Panjang trayeg migrasi
Senyawa asing dan pencemaran pelarut
Ketidak homogenan kertas
Arah serabut kertas
Temperature
IV.2 Cara Kerja
1. Penyiapan lempeng KLT dan Penjenuhan chamber
a. Lempeng silica gel dipotong dengan ukuran 7 cm x 2 cm.
b. Disiapkan chamber yang bersih lengkap dengan penutupnya.
c. Chamber diisi dengan eluen hexan : etil = 3 : 1
d. Kemudian dijenuhkan.
2. Identifikasi KLT
a. Penotolan sampel pada lempeng
1) Disiapkan alat dan bahan
2) Masing-masing ekstrak dimasukkan dalam botol vial, ekstrak
methanoldilarutkan dengan methanol, ekstrak tidak larut hexan
dilarutkan dengan methanol dan ekstrak larut hexan dilarutkan
dengan hexan.
3) Ekstrak diambil menggunakan pipet kapiler, kemudian ditotol pada
lempeng yang telah disiapkan
4) Lempeng yang telah ditotol diangin-anginkan sebentar untuk
menguapkan pelarutnya
b. Pengelusian sampel pada lempeng
1) Lempeng dimasukkan ke dalam chamber yang telah dijenuhkan
2) Dikeluarkan lempeng silica gel bila eluen telah mencapai batas
lempeng
c. Penampakan noda pada UV 254nm dan 366 nm
1) Lempeng silica gel diletakkan dibawah lampu UV 254nm dan 366
nm
2) Diamati noda yang tampak pada lempeng
3) Kemudian lempeng difoto
d. Penampakan noda H
2
SO
4
10 %
1) Lempeng silica gel disemprotkan dengan asam sulfat 10 %
2) Dipanaskan diatas penangas listrik hingga tampak noda yang
terbentuk
3) Di foto noda yang terbentuk atau yang tampak.