Anda di halaman 1dari 22

1.

Scanning Electron Microscopy (SEM)










Elektron memiliki resolusi yang lebih tinggi daripada cahaya.
Cahaya hanya mampu mencapai 200nm sedangkan elektron bisa
mencapai resolusi sampai 0,1 0,2 nm. Dibawah ini diberikan
perbandingan hasil gambar mikroskop cahaya dengan elektron.



Disamping itu dengan menggunakan elektron kita juga bisa
mendapatkan beberapa jenis pantulan yang berguna untuk keperluan
karakterisasi. Jika elektron mengenai suatu benda maka akan timbul dua
jenis pantulan yaitu pantulan elastis dan pantulan non elastis seperti pada
gambar dibawah ini.

Peralatan utama
Pada sebuah mikroskop elektron (SEM) terdapat beberapa
peralatan utama antara lain:
1. Pistol elektron, biasanya berupa filamen yang terbuat dari unsur yang
mudah melepas elektron misal tungsten.
2. Lensa untuk elektron, berupa lensa magnetis karena elektron yang
bermuatan negatif dapat dibelokkan oleh medan magnet.
3. Sistem vakum, karena elektron sangat kecil dan ringan maka jika ada
molekul udara yang lain elektron yang berjalan menuju sasaran akan
terpencar oleh tumbukan sebelum mengenai sasaran sehingga
menghilangkan molekul udara menjadi sangat penting.
Prinsip kerja
Prinsip kerja dari SEM adalah sebagai berikut:
1. Sebuah pistol elektron memproduksi sinar elektron dan dipercepat
dengan anoda.
2. Lensa magnetik memfokuskan elektron menuju ke sampel.
3. Sinar elektron yang terfokus memindai (scan) keseluruhan sampel
dengan diarahkan oleh koil pemindai.
4. Ketika elektron mengenai sampel maka sampel akan mengeluarkan
elektron baru yang akan diterima oleh detektor dan dikirim ke monitor
(CRT).
Secara lengkap skema SEM dijelaskan oleh gambar dibawah ini:

(sumber:iastate.edu)
Ada beberapa sinyal yang penting yang dihasilkan oleh SEM. Dari
pantulan inelastis didapatkan sinyal elektron sekunder dan karakteristik
sinar X sedangkan dari pantulan elastis didapatkan sinyal backscattered
electron. Sinyal -sinyal tersebut dijelaskan pada gambar dibawah ini.

Perbedaan gambar dari sinyal elektron sekunder dengan
backscattered adalah sebagai berikut: elektron sekunder menghasilkan
topografi dari benda yang dianalisa, permukaan yang tinggi berwarna
lebih cerah dari permukaan rendah. Sedangkan backscattered elektron
memberikan perbedaan berat molekul dari atom atom yang menyusun
permukaan, atom dengan berat molekul tinggi akan berwarna lebih cerah
daripada atom dengan berat molekul rendah. Contoh perbandingan
gambar dari kedua sinyal ini disajikan pada gambar dibawah ini.

Mekanisme kontras dari elektron sekunder dijelaskan dengan
gambar dibawah ini. Permukaan yang tinggi akan lebih banyak
melepaskan elektron dan menghasilkan gambar yang lebih cerah
dibandingkan permukaan yang rendah atau datar.

Sedangkan mekasime kontras dari backscattered elektron
dijelaskan dengan gambar dibawah ini yang secara prinsip atom atom
dengan densitas atau berat molekul lebih besar akan memantulkan lebih
banyak elektron sehingga tampak lebih cerah dari atom berdensitas
rendah. Maka teknik ini sangat berguna untuk membedakan jenis atom.

Namun untuk mengenali jenis atom dipermukaan yang
mengandung multi atom para peneliti lebih banyak mengunakan teknik
EDS (Energy Dispersive Spectroscopy). Sebagian besar alat SEM
dilengkapi dengan kemampuan ini, namun tidak semua SEM punya fitur
ini. EDS dihasilkan dari Sinar X karakteristik, yaitu dengan
menembakkan sinar X pada posisi yang ingin kita ketahui komposisinya.
Maka setelah ditembakkan pada posisi yang diinginkan maka akan
muncul puncak puncak tertentu yang mewakili suatu unsur yang
terkandung. Dengan EDS kita juga bisa membuat elemental mapping
(pemetaan elemen) dengan memberikan warna berbeda beda dari
masing masing elemen di permukaan bahan. EDS bisa digunakan untuk
menganalisa secara kunatitatif dari persentase masing masing elemen.
Contoh dari aplikasi EDS digambarkan pada diagram dibawah ini.

(sumber: umich.edu)

Aplikasi dari teknik SEM
Aplikasi dari teknik SEM EDS dirangkum sebagai berikut:
1. Topografi: Menganalisa permukaan dan teksture (kekerasan,
reflektivitas dsb)
2. Morfologi: Menganalisa bentuk dan ukuran dari benda sampel
3. Komposisi: Menganalisa komposisi dari permukaan benda secara
kuantitatif dan kualitatif.
Kelemahan dari teknik SEM
Sedangkan kelemahan dari teknik SEM antara lain:
1. Memerlukan kondisi vakum
2. Hanya menganalisa permukaan
3. Resolusi lebih rendah dari TEM
4. Sampel harus bahan yang konduktif, jika tidak konduktor maka perlu
dilapis logam seperti emas.



2. Spektrofotometer FTIR


Jean Baptiste Joseph Fourier (1768-1830)
Pada dasarnya Spektrofotometer FTIR (Fourier
Trasform Infra Red) adalah sama dengan
Spektrofotometer IR dispersi, yang membedakannya
adalah pengembangan pada sistim optiknya sebelum berkas sinar infra
merah melewati contoh. Dasar pemikiran dari Spektrofotometer FTIR
adalah dari persamaan gelombang yang dirumuskan oleh Jean Baptiste
Joseph Fourier (1768-1830) seorang ahli matematika dari Perancis.
Fourier mengemukakan deret persamaan gelombang elektronik sebagai :

dimana :
- a dan b merupakan suatu tetapan
- t adalah waktu
- adalah frekwensi sudut (radian per detik)
( = 2 f dan f adalah frekwensi dalam Hertz)
Dari deret Fourier tersebut intensitas gelombang dapat digambarkan
sebagai daerah waktu atau daerah frekwensi. Perubahan gambaran
intensitas gelobang radiasi elektromagnetik dari daerah waktu ke daerah
frekwensi atau sebaliknya disebut Transformasi Fourier (Fourier
Transform).

Spektrofotometer FTIR
Selanjutnya pada sistim optik peralatan instrumen FTIR dipakai dasar
daerah waktu yang non dispersif. Sebagai contoh aplikasi pemakaian
gelombang radiasi elektromagnetik yang berdasarkan daerah waktu
adalah interferometer yang dikemukakan oleh Albert Abraham
Michelson (Jerman, 1831). Perbedaan sistim optik Spektrofotometer IR
dispersif (Hadamard Transform) dan Interferometer Michelson pada
Spektrofotometer FTIR (Fourier Transform) tampak pada gambar
berikut :

Perbedaan sistim optik IR dispersi dan FTIR
Cara Kerja Alat Spektrofotometer FTIR
Sistim optik Spektrofotometer FTIR seperti pada gambar dibawah ini
dilengkapi dengan cermin yang bergerak tegak lurus dan cermin yang
diam. Dengan demikian radiasi infra merah akan menimbulkan
perbedaan jarak yang ditempuh menuju cermin yang bergerak ( M ) dan
jarak cermin yang diam ( F ). Perbedaan jarak tempuh radiasi tersebut
adalah 2 yang selanjutnya disebut sebagai retardasi ( ). Hubungan
antara intensitas radiasi IR yang diterima detektor terhadap retardasi
disebut sebagai interferogram. Sedangkan sistim optik dari
Spektrofotometer IR yang didasarkan atas bekerjanya interferometer
disebut sebagai sistim optik Fourier Transform Infra Red.

Sistim optik interferometer Michelson pada Spektrofotometer FTIR.
Pada sistim optik FTIR digunakan radiasi LASER (Light Amplification
by Stimulated Emmission of Radiation) yang berfungsi sebagai radiasi
yang diinterferensikan dengan radiasi infra merah agar sinyal radiasi
infra merah yang diterima oleh detektor secara utuh dan lebih baik.
Detektor yang digunakan dalam Spektrofotometer FTIR adalah TGS
(Tetra Glycerine Sulphate) atau MCT (Mercury Cadmium Telluride).
Detektor MCT lebih banyak digunakan karena memiliki beberapa
kelebihan dibandingkan detektor TGS, yaitu memberikan respon yang
lebih baik pada frekwensi modulasi tinggi, lebih sensitif, lebih cepat,
tidak dipengaruhi oleh temperatur, sangat selektif terhadap energi vibrasi
yang diterima dari radiasi infra merah.
Keunggulan Spektrofotometer FTIR
Secara keseluruhan, analisis menggunakan Spektrofotometer FTIR
memiliki dua kelebihan utama dibandingkan metoda konvensional
lainnya, yaitu :
1. Dapat digunakan pada semua frekwensi dari sumber cahaya secara
simultan sehingga analisis dapat dilakukan lebih cepat daripada
menggunakan cara sekuensial atau scanning.
2. Sensitifitas dari metoda Spektrofotometri FTIR lebih besar
daripada cara dispersi, sebab radiasi yang masuk ke sistim detektor
lebih banyak karena tanpa harus melalui celah (slitless).










3. Analisa Termal Differential Scanning Calorimetry (DSC)


Analisa termal merupakan suatu analisa dengan memberikan input kalor
untuk mengetahui karakterisasi dari sampel. Suatu analisa termal
memiliki keuntungan yaitu jumlah material yang dibutuhkan hanya
sedikit. Hal ini memastikan keseragaman distribusi suhu dan resolusi
yang tinggi.
DSC adalah suatu teknik analisa termal yang mengukur energi yang
diserap atau diemisikan oleh sampel sebagai fungsi waktu atau suhu.
Ketika transisi termal terjadi pada sampel, DSC memberikan pengukuran
kalorimetri dari energi transisi dari temperatur tertentu.
DSC merupakan suatu teknik analisa yang digunakan untuk mengukur
energi yang diperlukan untuk mengukur energi yang diperlukan untuk
membuat perbedaan temperatur antara sampel dan pembanding
mendekati nol, yang dianalisa pada daerah suhu yang sama, dalam
lingkungan panas atau dingin dengan kecepatan yang teratur. Terdapat
dua tipe sistem DSC yang umum digunakan, yaitu :
Power Compensation DSC
Heat flux DSC

Power Compensation DSC
Pada Power Compensation DSC, suhu sampel dan pembanding diatur
secara manual dengan menggunakan tungku pembakaran yang sama dan
terpisah. Suhu sampel dan pembanding dibuat sama dengan mengubah
daya masukan dari kedua tungku pembakaran. Energi yang dibutuhkan
untuk melakukan hal tersebut merupakan ukuran dari perubahan entalpi
atau perubahan panas dari sampel terhadap pembanding.
Heat Flux DSC
Pada Heat Flux DSC, sampel dan pembanding dihubungkan dengan
suatu lempengan logam. Sampel dan pembanding tersebut ditempatkan
dalam satu tungku pembakaran. Perubahan entalpi atau kapasitas panas
dari sampel menimbulkan perbedaan temperatur sampel terhadap
pembanding, laju panas yang dihasilkan nilainya lebih kecil
dibandingkan dengan Differential Thermal Analysis (DTA). Hal ini
dikarenakan sampel dan pembanding dalam hubungan termal yang baik.
Perbedaan temperatur dicatat dan dihubungkan dengan perubahan entalpi
dari sampel menggunakan percobaan kalibrasi.
Sistem Heat Flux DSC merupakan sedikit modifikasi dari DTA, hanya
berbeda pada wadah untuk sampel dan pembanding dihubungkan dengan
lajur laju panas yang baik. Sampel dan pembanding ditempatkan didalam
tungku pembakaran yang sama.perbedaan energi yang diperlukan untuk
mempertahankannya pada suhu yang mendekati sama dipenuhi dengan
perubahan panas dari sampel. Adanya energi yan berlebih disalurkan
antara sampel dan pembanding melalui penghubung lempengan ogam,
merupakan suatu hal yang tidak dimiliki oleh DTA.
Rangkaian utama sel DSC ditempatkan pada pemanas silinder yang
menghamburkan panas ke sampel dan pembanding melalui lempengan
yang dihubungkan pada balok perak. Lempengan memiliki dua plat yang
ditempatkan diatas wadah sampel dan pembanding.

4. Spektrofotometri UV-Vis


Gambar Spektrofotometer UV-VIS

Sesuai dengan namanya spektrofotometer UV-Vis merupakan gabungan
antara spektrofotometer UV dan Visible. Pada spektrofotometer UV-Vis
menggunakan dua buah sumber cahaya berbeda yakni sumber cahaya UV
dan sumber cahaya visible.
Spektrofotometer UV-Vis merupakan spektrofotometer berkas ganda
sedangkan pada spektrofotometer VIS ataupun UV termasuk
spektrofotometer berkas tunggal. Pada spektrofotometer berkas ganda
blanko dan sampel dimasukan atau disinari secara bersamaan, sedangkan
spektrofotometer berkas tunggal blanko dimasukan atau disinari secara
terpisah.
Spektrofotometer UV-VIS seperti yang tertera pada gambar.


Kini spektrofotometer yang digunakan hanya menggunakan satu lampu
sebagai sumber cahaya. Lampu yang digunakan sebagai sumber cahaya
yaitu photodiode yang telah dilengkapi monokromator. Monokromator
disini berfungsi untuk mengubah cahaya yang berasal dari sumber cahaya
sehingga diperoleh cahaya hanya dengan satu jenis panjang gelombang.
Zat yang dapat dianalisis dengan spektrofotometri UV-Vis yaitu zat
dalam bentuk larutan dan zat yang tampak berwarna maupun
berwarna. Jenis spektroskopi UV-Vis terutama berguna untuk analisis
kuantitatif langsung misalnya kromofor, nitrat, nitrit dan kromat
sedangkan secara tak langsung misalnya ion logam transisi.
Langkah-langkah utama dalam analisa dengan sinar UV/Vis
Pembentukan molekul yang dapat menyerap sinar UV/Vis
Harus dilakukan jika senyawa yang dianalisa tidak melakukan
penyerapan didaerah UV/Vis
Senyawa harus diubah menjadi bentuk lain yang dapat melakukan
penyerapan pada daerah yang dimaksud. Misalnya mengubah
menjadi berwarna atau tidak berwarna.
Pemilihan panjang gelombang agar diperoleh panjang gelombang
maksimum.
Pembuatan kurva kalibrasi. Untuk keperluan ini dibuat sejumlah
larutan standar dengan berbagai konsentrasi.
Absorbans larutan standart ini diukur kemudian dibuat grafik A
versus C.
Hukum Lambert Beer terpenuhi, jika grafik berbentuk garis lurus
yang melalui titik nol.
Pengukuran sampel dilakukan pada kondisi yang sama seperti pada
larutan standart.

















5. SPEKTROSKOPI H-NMR

Sesuai dengan namanya, NMR (Nuclear Magnetic Resonance),
spektroskopi NMRberhubungan dengan sifat magnet dari inti atom.
Fenomena NMR pertama kali diperkenalkan pada tahun 1946 oleh dua
kelompok fisikawanyang bekerja secara terpisah, yaitu Edward Purcell
dari Harvard University dan Felix Blochdari Standford University.
Penggunaan NMR berkembang dengan cepat, pada tahun 1960 teknik ini
sudah merupakanmetode yang penting untuk elusidasi struktur.
Spektrometri NMR pada dasarnya merupakan spektrometri absorbsi
, sebagaimanaspektrometri infra merah maupun ultraviolet. Pada kondisi
yang sesuai, suatu sampel dapamengabsorpsi radiasi elektromagnetik
daerah frekuensi radio, pada frekuensi yang tergantungdari sifat-sifat
sampel.
Suatu plot dari frekuensi puncak-puncak absorbsi versus intensitas
puncak memberikan suatuspektrum NMR.
FENOMENA NMR : Absorbsi energi
Fenomena NMR terjadi apabila inti yang searah dengan medan magnet
eksternal dibuat mengabsorbsi energi (radiasi elektromagnetik), sehingga
berubah orientasi spinnya, yaitu menjadi berlawanan dengan medan
magnet eksternal.

Besarnya energi yang diabsorbsi harus persis sama dengan E antara dua
tingkatan spin yang terlibat dalam proses tersebut, yaitu:

E = h









APPARATUS SPEKTROMETER NMR




Gambar : Diagram skematik dari spektrometer NMR
Komponen-komponennya :
1. Magnet
2. Generator sweep
3. Transmiter RF
4. Kumparan transmitter
5. Kumparan penerima
6. Kumparan sweep
7. Deterktor & penerima RF
8. Rekorder
9. Sampel


CARA MEMPEROLEH SPEKTRUM NMR :

Ada 2 teknik untuk memperoleh spektrum NMR yaitu:
1. Continous Wave (CW)
2. Pulse Fourier Transform (PFT atau FT)

Pada teknik Continous Wave:
Medan magnet eksternal, Bo divariasi, sedang frekuensi radionya tetap
(field-sweep);
atau
Frekuensi radio divariasi, sedang medan magnet eksternalnya tetap
(frequency-sweep)

Pada teknik FT semua frekuensi diberikan sekaligus sehingga semua inti
mengalami
resonansi, intensitas sinyal hampir sama dengan noise, lalu dirunning
berulang-ulang
sehingga diperoleh intensitas sinyal yang lebih besar dari pada noise,
sehingga peak pada FT
akan terlihat lebih jelas.

Kelebihan teknik FT dibanding CW adalah:
- lebih cepat
- lebih sensitif (karena ratio sinyal to noise ditingkatkan)

Kemudian sinyal-sinyal tersebut dipilah-pilah sehingga inti tertentu yang
beresonansi pada
tertentu muncul sebagai peak yang berbeda.

H-NMR (Proton Magnetic Resonance)
H-NMR memberikan informasi mengenai:
1. Banyaknya jenis lingkungan hidrogen yang berbeda dalam satu
molekul
2. Banyaknya atom hidrogen yang ada pada masing-masing lingkungan
hidrogen tersebut
3. Banyaknya atom hidrogen pada atom karbon


Dari spektrum di atas dapat diperhatikan beberapa hal sbb:
1. Dari berbagai proton dalam suatu molekul dihasilkan beberapa sinyal
resonansi, ini disebabkan karena proton-proton tersebut berada dalam
lingkungan kimia yang berlainan. Sinyal-sinyal tersebut dipisahkan
letaknya oleh apa yang disebut dengan geseran kimia (chemical shift).
2. Luas daerah di bawah masing-masing sinyal resonansi berbanding
lurus dengan jumlah proton yang menghasilkan sinyal resonansi tersebut.
Luas daerah di bawah sinyal resonansi ini dapat diukur secara integral.
Dalam spektrum NMR, luas daerah di bawah peak proporsional dengan
jumlah hydrogen yang menimbulkan/menghasilkan peak tersebut.
Integrasi peak biasanya ditunjukkan sebagai suatu garis integrasi
(integration line). Tinggi garis integrasi tidak menunjukkan jumlah
absolut dari proton, tetapi meberikan jumlah relatif dari masing-masing
tipe hidrogen.
3. Tidak semua sinyal itu sederhana, misalnya berupa garis tunggal
(singlet). Beberapa sinyal sinyal mengikuti pola splitting yang
karakteristik , misalnya berupa doblet, triplet, kuartet, dsb. Adanya
splitting ini sebagai hasil dari penjodohan spin (spin-spin coupling), yaitu
suatu interaksi magnetik dari suatu inti dengan inti yang lain.

Jadi, dengan menggunakan beberapa parameter spektrum, struktur kimia
dari suatu sample yang diuji akan dapat ditentukan.
Dengan geseran kimia (chemical shift) dapat diketahui macam
lingkungan kimia dari proton.
Dengan integrasi dapat diketahui jumlah relatif proton-proton yang ada.
Dengan spin-sin coupling dapat diketahui hubungan posisi antara inti-
inti yang saling berinteraksi. Besarnya interaksi dinyatakan dengan apa
yang disebut coupling constant (J), yang tergantung pada jumlah serta
jenis ikatan yang memisahkan inti-inti tersebut.

















REFERENSI
1. Giwangkara S, EG., 2006, Aplikasi Logika Syaraf Fuzzy Pada Analisis Sidik
Jari Minyak Bumi Menggunakan Spetrofotometer Infra Merah - Transformasi
Fourier (FT-IR), Sekolah Tinggi Energi dan Mineral, Cepu Jawa Tengah.

2. Foto Jean Baptiste Joseph Fourier :
http://en.wikipedia.org/wiki/Joseph_Fourier
http://www.jeolusa.com/sem/docs/sem_guide/tbcontd.html
http://mse.iastate.edu/microscopy/college.html
http://www.microscopy.ethz.ch/sem.htm
http://materialcerdas.wordpress.com/teori-dasar/scanning-electron-
microscopy/
http://blog.givangkara.com/2007/05/28/spektrofotometer-infra-merah-
transformasi-fourier/
http://wanibesak.wordpress.com/2011/07/05/spektrofotometri-uv-vis/

Anda mungkin juga menyukai