3.2. Teknik Pembenihan Ikan Nila BEST (Oreochormis niloticus) Nila merupakan ikan yang mudah dibenihkan. Pemijahan nila dapat dilakukan alami maupun dengan rangsangan hormon. Secara alami, nila dikenal dengan sebagai ikan tukang kawin yang menyebabkan usaha budidaya tidak produktif. Pada umur 4 bulan nila sudah mulai memijah. Usaha pembenihan nila dapat dilakukan oleh siapa saja karena teknologi pembenihannya telah berkembang di masyarakat. Namun karena tidak ada kontrol terhadap kualitas genetik, kualitas nila menurun. Hal ini diduga karena tidak ada kontrol terhadap banyak terjadi inbreeding di dalam usaha budi daya. Indikasi dari penurunan kualitas genetik ini ditandai dengan sifat-sifat seperti pertumbuhan lambat, tingkat kematian tinggi, dan matang kelamin dini (Imron et al, 2000)
3.2.1 Pengenalan Ikan Nila BEST Nila adalah ikan tawar introduksi. Ikan nila dimasukan ke Indonesia tahun 1969, yang didatangkan seacara resmi oleh Balai Penelitian Perikanan Air Tawar (BBPAT) dari Taiwan. Nila dari Taiwan ini berwarna gelap dengan garis-garis vertikal sebanyak 6-8 buah. Tahun 1981 didatangkan lagi nila hibrida dari Filiphina yang berwarna merah dan disebut nila merah. Awal tahun 1990-an didatangkan lagi nila dari Filiphina yang disebut nila GIFT (Genetic Improvement of Farmed Tilapias). Nila GIFT adalah hasil persilangan beberapa varietas nila yang dilakukan oleh ICLARM (International Centre for Living Aquatic Resources Management) Filiphina. Nila, sebelumnya dikenal dengan nama ilmiah Tilapia nilotica. Namun, sejak tahun 1980 nama nila diganti menjadi Oreochromis niloticus. Perubahan klasifikasi terbaru tersebut dipelopori oleh beberapa ahli yang diantaranya, Dr. Trewavas, Wolfhart, dan Hulata. (Wolfhart dan Hulata, 1982) mengatakan bahwa ikan-ikan famili Cichlidae terdiri dari dua genus utama, yang dibedakan berdasarkan tingkah laku reproduksinya. Berdasarkan beberapa penelitian, ikan nila yang ada di Indonesia mempunyai kebiasaan memijah dan mengerami tekurnya dimulut induk betina, akibatnya penamaan ikan nila di Indonesia mengalami perubahan menjadi Oreochromis nilotica. Secara taksonomi, nila diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Animalia Ordo : Perciformes Filum : Chordata SubOrdo : Labroidei Subfilum : Vertebrata Famili : Cichlidae SupKelas : Pisces Genus : Oreochromis Kelas : Osteichthyes Spesies :Oreochromis nilotica SubKelas : Actynopterygii SupOrdo : Teleostei Nila BEST (Bogor Enhanced Strain Tilapia) ditetapkan sebagai nila unggul melalui Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No.77/Men/2009 yang dirilis 23 November 2009. Nila Best merupakan nila generasi ke-6 nila GIFT hasil seleksi Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar (BRPBAT) Bogor selama 2004-2008. Sera fisik, nila BEST memiliki ketahanan 140 % lebih baik terhadap Streptococcus dibanding nila jenis lain. Selain itu, nila BEST juga memproduksi anakan 3-5 kali lebih banyak daripada nila lain. Konversi pakannya pun hanya 1,1 atau 1,5; dua kali lebih baik. Benih nila dapat mencapai ukuran 2-3 cm hanya dalam waktu 8-10 hari atau lebih cepat 4-6 hari dari jenis nila yang lain. Demikian juga untuk mencapai ukuran 4-5 cm diperlukan 20-30 hari, berbeda debgan nila lain yang butuh 30 hari. Sedangkan untuk mencapai ukuran 5-8cm diperlukan waktu 45 hari, atau lebih cepat 15 hari dari nla lain. Dalam produksi benih, kelangsungan hidupnya sekitar 85 % dengan derajat penetasan hingga 90 %. Sementara untuk pembesaran, benih ukuran 40g/ekor dapat mencapai bobot 300-500g/ekor dalam waktu 4 bulan, dengan kelangsungan hidup berkisar 84,4-93,3 % atau 8 % lebih baik dari nila varietas lain.
3.2.2. Pemeliharaan Induk Nila BEST Ikan yang dipilih untuk dijadikan calon induk harus berkualitas, seperti badan ikan bersih, berwarna mulus, tidak cacat, bergerak aktif dan lincah. Calon induk yang terpilih ditampung dalam kolam pemeliharaan induk. Di Instalasi Penelitian Plasma Nutfah Perikanan Air Tawar, Cijeruk. Indukan di pelihara dengan kepadatan yang tidak terlalu padat, yakni 2-5 ekor/m. Selama pemeliharaan induk diberi pakan yang mengandung protein sebesar 25 %. Untuk mencegah perkawinan liar, pemeliharaan induk jantan dan betina dipisahkan.
3.2.3. Seleksi Induk Matang Gonad Nila jantan dan betina mudah dibedakan dari alat kelaminnya. Perbedaan jantan dan betina dari alat keleminnya setelah ikan cukup besar > 30g/ekor. Ciri fisik yang dapat dikenali, dagu ikan jantan berwarna gelap, sedangkan ikan betina berwarna putih. Selain itu, secara kasat mata, bila sedang mengerami telur, betina mudah dikenali yaitu mulutnya agak melebar dan penuh terisi. Pada jantan dewasa terlihat tonjolan yang disebut papila dengan sebuah lubang yang berfungsi sebagai saluran pengeluaran urine sekaligus sperma. Lubang berfungsi ganda tersebut disebut urogenital. Di ujung lain papila terdapat lubang anus sebagai saluran pengeluaran feses. Pada betina terdapat tiga lubang, yaitu lubang pengeluaran urine di bagian ujung, lubang saluran berbentuk bulan sabit di bagian tengah dan di ujung lain terdapat lubang anus sebagai pengeluaran feses.
3.2.4. Proses Pemijahan Pemijahan ikan nila dilakukan secara alami di kolam yang dasarnya berupa tanah atau lumpur. Ketika memijah, nila jantan membuat sarang di dasar kolam sebagai tempat pemijahan, karena itu dibutuhakan dasar kolam yang memudahkan nila membuat sarang. Ketinggian air di kolam setinggi 80-120 cm. Selama pemijahan, air masuk perlu dikontrol agar induk nila mendapatkan oksigen yang cukup. Induk dimasukan ke dalam kolam pemijahan setelah diberokan selama satu hari. Penebaran induk ke dalam kolam pemijahan dilakukan pada sore hari. Padat penebaran cukup 2-4 ekor/m dengan perbandingan jantan dan betina 1:3. Pemijahan terjadi pada hari ke-7 setelah penebaran induk. Kemudian telur yang sudah dibuahi dierami dalam mulut induk betina. Karena hendak ditetaskan dalam wadah terkontrol, sehingga dilakukan pemanenan telur pada hari ke-10 saat telur sedang di erami. Caranya dengan menyurutkan air dan ditangkap atau pada balai kami dinamakan panen penuh, yakni ditangkap semua menggunakan waring dengan hati-hati dan diperiksa satu persatu mulut induk betina. Tanda induk yang sedang mengerami adalah selalu memisahkan diri dari kelompoknya, gerakannya lambat, mulut selalu tertutup, dan bagian bawah tutup insangnya mengembung. Setelah ditangkap, mulut induk dibuka dengan jari tengah dan telunjuk, sementara kedua tutup insang dibuka dengan ibu jari dan kelingking. Setelah itu, kepalanya disiram dengan air atau dimasukkan ke dalam wadah baskom berisi air agar telur yang sedang dierami keluar.
3.2.5. Penetasan Telur dan Pemeliharaan Larva Penetasan telur ikan Nila dilakukan di akuarium dengan diberikan aerasi. Hal tersebut dilakukan karena telur nila bersifat tenggelam. Karena itu, agar tidak tenggelam kemudian menumpuk diberikan aerasi secara kontinyu. Suhu sangat berpengaruh terhadap penetasan telur. Pada suhu rendah <25C, penetasan terjadi lebih lama. Suhu yang optimal adalah 26-30C. Agar suhu air konstan, dapat digunakan heater. Telur akan menetas 7 hari setelah awal di wadah penetasan jika kondisi air dan suhu optimum. Dan setelah menetas, telur yang mati segera di sifon agar tidak merusak kualitas air untuk pemeliharaan larva. Larva nila yang baru menetas berukuran sekitar 8-10 mm dan berat 0,02-0,05 g/ekor. Dengan padat tebar 1000- 2000 ekor/m. Benih diberi pakan halus yang digiling kemudian disaring lagi menggunakan saringan dengan lupang yang kecil. Hal tersebut dimaksudkan agar pakan yang diberikan pas dengan bukaan mulut ikan. Benih diberi pakan setelah kuning telur habis, yakni 7 hari setelah mereka menetas. Untuk mengenalkan jenis pakan baru ini (pelet), maka diberikan hanya 5 % dari bobot biomassa. Hal tersebut dimaksudkan agar tidak banyak pakan yang terbuang yang dapat menyebabkan turunnya kualitas air. Jumlah pakan dinaikan 5 % setiap minggunya. Untuk menjaga kualitas air, penyifonan dilakukan dua kali sehari.
3.3. Pengambilan Data Dalam sub-Bab ini akan dijelaskan data apa saja yang diambil, bagaimana caranya, waktu pengambilan data dan perhitungannya. Data-data mengenai budidaya ini sangat penting guna menganalisis apa yang terjadi dilapangan. Bila ada perbedaan data dengan yang ada di literatur, maka dapat segera di ambil analisisnya. Dalam Praktik Kerja Lapang ini, ada beberapa data yang diambil antara lain : Fekunditas, Derajat Pembuahan, Derajat Penetasan, Survival Rate, Pertumbuhan.
3.3.1. Fekunditas Yang dimaksud dengan fekunditas adalah jumlah telur masak sebelum dikeluarkan pada waktu ikan memijah. Fekunditas demikian dinamakan fekunditas individu atau mutlak. Istilah lain ialah fekunditas nisbi yaitu jumlah telur per satuan berat atau panjang ikan (Nikolsky. 1963) dan fekunditas total menurut (Royce. 1972) ialah fekunditas ikan selama hidupnya. Beberapa kegunaan pengetahuan fekunditas diantara lain sebagai bagian studi sismatik atau studi mengenai ras, dinamika populasi, produktivitas, potensi produksi dan sebagainya. Dalam bidang akuakultur, jumlah telur yang dihasilkan oleh ikan selama pemijahan alami atau buatan sangat jelas kegunaannya terutama dalam persiapan fasilitas kultur ikan tersebut untuk keperluan selanjutnya. Dalam Praktik Kerja Lapang ini, telur dihitung dengan cara langsung. Cara ini merupakan cara paling baik dan tepat hasilnya. Caranya menghitung satu-per satu telur yang ada. Pada sampel 1, didapat telur sebanyak butir, sedangkan pada sampel 2 diadapatkan telur sebanyak butir.
3.3.2. Derajat Pembuahan Pembuahan adalah bersatunya oosit (telur) dengan sperma membentuk zigot. Pada proses pembuahan ini, spermatozoa masuk ke dalam telur melalui lubang microphyle yang terdapat pada chorion. Telur yang dibuahi warnanya transparan, sedangkan yang tidak dibuahi berwarna putih dan keruh (Sumantadinata, 1983). Derajat pembuahan adalah rasio dalam persen antara jumlah telur terbuahi dan jumlah telur semula. Adapun rumus perhitungan FR adalah sebagai berikut:
Tabel Derajat Pembuahan (FR) No Akuarium Jumlah Telur yang Terbuahi Jumlah Telur Seluruhnya Fertilisation Rate (FR) 1 A % 2 B %
3.3.3. Derajat Penetasan Adapun rumus perhitungan HR adalah sebagai berikut:
Tabel Derajat Penetasan No Akuarium Jumlah Telur yang Menetas Jumlah Telur yang Terbuahi Hatching Rate (HR) 1 A 237 292 97.93% 2 B 527 545 96.69%
3.3.4. Survival Rate Survival Rate dihitung pada saat ikan 7 hari stelah kuning telurnya hilang. Adapun rumus perhitungannya adalah sebagai berikut :
Tabel Derajat Penetasan No Akuarium Jumlah Larva yang hidup Jumlah Telur yang Menetas Survival Rate (SR) 1 A 158 237 66,67 % 2 B 424 527 80,45 %
3.3.5. Pertumbuhan Pertumbuhan yang diukur adalah berat dan panjang dari ikan tersebut. Pertumbuhan diukur saat 7 hari setelah kuning telur habis dan 7 hari setelahnya.