Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Praktikum Mata Ekologi Tumbuhan
Disusun Oleh : Desti Nurba Indah Kurnia (1127020010) Feni Khoerunnissa (1127020022) Firda Rizky Khoerunnissa (1127020024) Indri Lestari (1127020028) Mia Maya Ulpah (1127020036) Mohammad Redzka Andhika Putra (1127020037) Muhammad Ikhsan Mahbuby (1127020039) Kelas :Biologi III/A
PROGRAM STUDI BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Cagar alam seluas 530 hektar, yang diantaranya termasuk wisata seluas 37,70 hektar berada dalam pengelolaan SBKSDA Jawa Barat II. Memiliki berbagai flora dan fauna langka seperti Bunga Raflesia Padma, Banteng, Rusa dan berbagai jenis Kera. Selain itu, terdapat pula gua-gua alam dan gua buatan seperti: Gua Panggung, Gua Parat, Gua Sumur Mudal, Gua Lanang, gua Jepang serta sumber air Rengganis dan Pantai Pasir Putih dengan Taman Lautnya. Untuk Taman Wisata Alam (TWA) dikelola Perum Perhutani Ciamis. Dalam mempelajari vegetasi ,dibedakan antara studi floristik dengan analisis vegetasi, dibedakan antara studi floristic denan analisis vegetasi. Pada studi floristic data yang diperoleh berupa data kualitatif, yaitu data yang menunjukan bagaimana habtus dan penyebaran suatu jenis tanaman. Sedangkan analisis vegetasi data yang diperoleh berupa data kualitatif dan kuantiatif. Data kuantitatif menyatakan jumlah , ukuran , berat kering , berat basah suatu jenis. Frekuensi temuan dan luas daerah yang ditumbhinya. Data kuantitatif di dapat dari hasil penjabaran pengamatan petak contoh lapangan, sedangkan data kualitatif didapat dari hasil pengamatan dilapangan berdasarkan pengamatan yang luas. Vegetasi merupakan masyarakat tumbuhan yang hidup di dalam suatu tempat dalam suatu ekosistem. Masyarakat tumbuhan ( komunitas ) adalah kumpulan populasi tumbuhan yang menempati suatu habitat. Jadi pengertian komunitas identik dengan pengertian vegetasi. Bentuk vegetasi dapat terbentuk dari satu jenis komunitas atau disebut dengan konsosiasi seperti hutan vinus , padang alang-alang dan lain-lain. Sedangkan yang dibentuk dari macam-macam jenis komunitas disebut asosiasi seperti hutan hujan tropis, padang gembalaan dan lain-lain. Pada pengamnatan ini hanya menitik beratkan pada penggunaan analisis dengan menggunakan metode kuadran. Metode kuadran adalah salah satu metode yang tidak menggunakan petak contoh (plotless) metode ini sangat baik untuk menduga komunitas yang berbentuk pohon dan tiang. Apabila diameter tersebut lebih besar atau sama dengan 20 cm maka disebut pohon, dan jika diameter tersebut antara 10-20 cm maka disebut pole (tihang), dan jika tinggi pohon 2,5 m sampai diameter 10 cm disebut saling atau belta ( pancang ) dan mulai anakan sampai pohaon setinggi 2,5 meter disebut seedling ( anakan/semai ).
1.2 Tujuan 1. Untuk mengetahui vegetasi yang terdapat di wilayah Cirengganis, Pangandaran 2. Untuk mengetahui diagram profil vegetasi di wilayah Cirengganis, Pangandaran.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Metode kuadran umunya dilakukan bila vegetasi tingkat pohon saja yagng jadi bahan penelitiaan. Metode ini mudah dan lebih cepat digunan untuk mengetahui komposisi, dominasi pohon dan menksir volumenya (Santoso, 1994). Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan biasanya terdiri dari beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat baik diantara sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis (Surasana, 1990). Analisa vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komponen jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Hutan merupakan komponen habitat terpenting bagi kehidupan oleh karenanya kondisi masyarakat tumbuhan di dalam hutan baik komposisi jenis tumbuhan, dominansi spesies, kerapatan nmaupun keadaan penutupan tajuknya perlu diukur. Selain itu dalam suatu ekologi hutan satuan yang akan diselidiki adalah suatu tegakan, yang merupakan asosiasi konkrit (Resosoedarmo, 1984). Beberapa metodologi yang umum dan sangat efektif serta efisien jika digunakan untuk penelitian, yaitu metode kuadrat, metode garis, metode tanpa plot dan metode kwarter. Akan tetapi dalam praktikum kali ini hanya menitik beratkan pada penggunaan analisis dengan metode kuadrat (Rasyid, 1993). Metode kuadrat, bentuk percontoh atau sampel dapat berupa segi empat atau lingkaran yang menggambarkan luas area tertentu. Luasnya bisa bervariasi sesuai dengan bentuk vegetasi atau ditentukan dahulu luas minimumnya. Untuk analisis yang menggunakan metode ini dilakukan perhitungan terhadap variabel-variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi (Rasyid, 1993). Metode kuadran mudah dan lebih cepat digunakan untuk mengetahui komposisi, dominansi pohon dan menaksir volumenya. Metode ini sering sekali disebut juga dengan plot less method karena tidak membutuhkan plot dengan ukuran tertentu, area cuplikan hanya berupa titik. Metode ini cocok digunakan pada individu yang hidup tersebar sehingga untuk melakukan analisa denga melakukan perhitungan satu persatu akan membutuhkan waktu yang sangat lama, biasanya metode ini digunakan untuk vegetasi berbentuk hutan atau vegetasi kompleks lainnya. Beberapa sifat yang terdapat pada individu tumbuhan dalam membent Para pakar ekologi memandang vegetasi sebagai salah satu komponen dari ekosistem, yang dapat menggambarkan pengaruh dari kondisi-kondisi faktor lingkungn dari sejarah dan pada fackor-faktor itu mudah diukur dan nyata. Dengan demikian analisis vegetasi secara hati-hati dipakai sebagai alat untuk memperlihatkan informasi yang berguna tentang komponen-komponen lainnya dari suatu ekosistem (Michael, 1995). Ada dua fase dalam kajian vegetasi ini, yaitu mendiskripsikan dan menganalisa, yang masing-masing menghasilkan berbagi konsep pendekatan yang berlainan. Metode manapun yang dipilih yang penting adalah harus disesuaikan dengan tujuan kajian, luas atau sempitnya yang ingin diungkapkan, keahlian dalam bidang botani dari pelaksana (dalam hal ini adalah pengetahuan dalam sistimatik), dan variasi vegetasi secara alami itu sendiri (Michael, 1995). Kelimpahan setiap spesies individu atau jenis struktur biasanya dinyatakan sebagai suatu persen jumlah total spesises yang ada dalam komunitas, dan dengan demikian merupakan pengukuran yang relatife. Secara bersama-sama, kelimpahan dan frekuensi adalah sangat penting dalam menentukan struktur komunitas (Michael, 1995). Sistem Analisis dengan metode kuadrat:Kerapatan, ditentukan berdasarkan jumlah individu suatu populasi jenis tumbuhan di dalam area tersebut. Kerimbunan ditentukan berdasarkan penutupan daerah cuplikan oleh populasi jenis tumbuhan. Dalam praktikum ini, khusus untuk variabel kerapatan dan kerimbunan, cara perhitungan yang dipakai dalam metode kuadrat adalah berdasarkan kelas kerapatan dan kelas kerimbunan yang ditulis oleh Braun Blanquet (1964). Sedangkan frekuensi ditentukan berdasarkan kekerapan dari jenis tumbuhan dijumpai dalam sejumlah area sampel (n) dibandingkan dengan seluruh total area sampel yang dibuat (N), biasanya dalam persen (%) (Rohman, 2001). Keragaman spesies dapat diambil untuk menanadai jumlah spesies dalam suatu daerah tertentu atau sebagai jumlah spesies diantara jumlah total individu dari seluruh spesies yang ada. Hubungan ini dapaat dinyatakan secara numeric sebagai indeks keragaman atau indeks nilai penting. Jumlah spesies dalam suatu komunitas adalah penting dari segi ekologi karena keragaman spesies tampaknya bertambah bila komunitas menjadi makin stabil (Syafei, 1990). Nilai penting merupakan suatu harga yang didapatkan dari penjumlahan nilai relative dari sejumlah variabel yangb telah diukur (kerapatan relative, kerimbunan relative, dan frekuensi relatif). Jika disususn dalam bentuk rumus maka akan diperoleh: Indeks Nilai Penting (INP) = Kr + Dr + Fr Harga relative ini dapat dicari dengan perbandingan antara harga suatu variabel yang didapat dari suatu jenis terhadap nilai total dari variabel itu untuk seluruh jenis yang didapat, dikalikan 100% dalam table. Jenis-jenis tumbuhan disusun berdasarkan urutan harga nilai penting, dari yang terbesar sampai yang terkecil. Dan dua jenis tumbuhan yang memiliki harga nilai penting terbesar dapat digunakan untuk menentukan penamaan untuk vegetasi tersebut (Surasana, 1990). Seperti diketahui, di dalam hutan pohon-pohon membentuk beberapa stratum yang tersusun satu di atas yang lain dari beberapa tajuk pohonan. Namun di dalam hutan sedang tidak pernah ditemui lebih dari dua stratum pohon, bahkan kadangkala hanya terdapat 1 stratum. Sementara itu di dalam hutan hujan akan didapati 3 stratum bahkan lebih, yang dicirikan dengan adanya susunan dari pohon-pohon yang diatur dalam tiga tingkatan yang agak jelas. Istilah stratifikasi digunakan untuk tiga perbedaan yang saling terkait, yaitu:1. Stratifikasi vertikal biomassa (Ashton dan Hall, 1992) 2. Stratifikasi vertikal kanopi (Grubb dkk., 1963), dan 3. Stratifikasi vertikal spesies (Oliver, 1978).Tingkat pertama (dominan) membentuk satu kanopi sempurna. Kanopi merupakan kumpulan tajuk (kesatuan tajuk) atas hutan yang rata-rata mempunyai ketinggian 20-35 meter dan tumbuhnya rapat sehingga tajuknya saling bertautan membentuk kesinambungan dan menjadi atap hutan. Hal ini menyebabkan kondisi sekitar menjadi sejuk atau teduh tanpa sinar matahari. Tumbuh-tumbuhan yang terdapat di kanopi umumnya berdaun tetapi variasinya kurang. Permukaan daun rata dan mengkilap di kedua sisinya. Di bawahnya terdapat suatu tingkatan lain dari pohon-pohon besar yang juga membentuk kanopi yang sempurna. Lebih rendah lagi terdapat suatu tingkatan dari pohonpohon kecil yang terpencar (Rohman, 2001). Suatu stratum pohon dapat membentuk suatu kanopi yang kontinu atau diskontinu. Hal ini kemungkinan disebabkan adanya tajuk-tajuk yang saling bersentuhan secara lateral. Istilah kanopi adakalanya sinonim dengan stratum. Kanopi berarti suatu lapisan yang sedikit banyak kontinu dari tajuk-tajuk pohon yang tingginya mendekati sama, misalnya permukaan yang tertutup. Atap dari hutan kadangkala juga disebut kanopi. Di dalam hutan hujan, permukaan ini dapat dibentuk oleh tajuk-tajuk dari stratum yang paling tinggi saja (Santoso, 1994). Tajuk merupakan keseluruhan bagian tumbuhan, terutama pohon, perdu, atau liana, yang berada di atas permukaan tanah yang menempel pada batang utama. Pengertian lainnya juga mencakup batang/sumbu, terutama apabila tumbuhan itu berupa semak atau terna. Kanopi terbentuk dari satu atau lebih tajuk tumbuhan yang melingkupi suatu area. Istilah tajuk dipakai biasanya untuk menggambarkan morfologi atau ekologi suatu komunitas pepohonan. Bentuk tajuk bermacammacam dan sering kali khas untuk kelompok tumbuhan tertentu. Bentuk itu ditentukan oleh proses adaptasidan bagaimana suatu individu bertahan hidup di tempatnya tumbuh. Pengukuran terhadap tajuk dipakai untuk mendekati kesehatan suatu tumbuhan dan efisiensi fotosintesis yang dilakukannya. Struktur vegetasi tumbuhan, seperti tinggi, biomassa, serta heterogenitas vertikal dan horizontal, merupakan faktor penting yang mempengaruhi perpindahan aliran materi dan energi, serta keanekaragaman ekosistem. Kanopi/tajuk hutan merupakan faktor pembatas bagi kehidupan tumbuhan, karena dapat menghalangi penetrasi cahaya ke lantai hutan. Keberhasilan sebuah pohon untuk mencapai kanopi hutan tergantung karakter/penampakan anak pohon. Variasi ketersediaan cahaya dan perbedaan kemampuan antar spesies anak pohon dalam memanfaatkannya dapat mempengaruhi komposisi dan struktur vegetasi hutan. Perbedaan kemampuan antara spesies anakan pohon dalam menoleransi naungan mempengaruhi dinamika hutan. Pada kondisi cahaya rendah, perbedaan kecil dalam pertumbuhan pohon muda dapat menyebabkan perbedaan mortalitas yang besar, sehingga mempengaruhi kemelimpahan relatifnya (Santoso, 1994).
BAB III METODE
3.1 Alat dan Bahan No Alat Jumlah Bahan Jumlah 1. Kompas 1 buah Milimeter blok 2 lembar 2. Meteran 1 buah Hutan Rengganis 20 meter 3. Blumleiss 1 buah Hutan 10 meter 4. Alat Tulis 1 buah 5. Termohigrometer 1 buah 6. Lux meter 1 buah 7. GPS 1 buah 8. Patok 20 patok 9. Tali Rapia 1 gulung
3.2 Metode Kerja 3.2.1 Metode Diagram Profil
3.2.2 Metode Transek
Membuat garis transek sepanjang 100 meter dengan lebar 10 m, garis dibuat memotong kontur dan sejajar dengan kemiringan lereng Lebar plot dianggap sumbu Y sedangkan panjang plot dianggap sumbu X Memberi nomor pada semua tiang dan pohon yang ada pada setiap plot Mencatat nama jenis tiang dan pohon serta ukur posisis masing-masing tiang dan pohon pada titik koordinat X dan Y Mengukur diameter batang Menggambar bentuk percabangan dan bentuk tajuk Mengukur proyeksi penutupan tajuk terhadap permukaan tanah dari sisi kiri kanan depan dan belakang Mengambar diagram Prodil vertikal dan horizontal pada kertas milimeter blok Membuat plot dengan ukuran 20x20 Untuk vegetasi tingkat pohon Di dalam plot 20x20 m tersebut dibuat plot berukuran 10x10 m (tiang), 5x5 m (pancang) dan 2x2 m (semai) Mengidentfikasi jenis tumbuhan yang ada pada setiap plot Mencatat jumlah individu setiap spesies Untuk vegetasi tingkat pancang, tiang dan pohon diukur diameter setinggi dadaa, jika tumbuhan berakar banir, pengukuran dilakukan ditas akar banir Untuk vegetasi tingkat semai dominansi dihitung dengan cara membuat petak-petak bantu dalam plot lalu dihitung berapa petak yang tertutupi oleh setiap spesies Mengukur suhu, kelembaban, intensitas cahaya, dan ketinggian pada setiap plot pengamatan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan Kuadrat Tabel 1. Data Analisa Vegetasi Metode Kuadrat (Transek) di Rengganis
Tabel 2. Data Vegetasi untuk Semai Nama Spesies Plot Jumlah r(cm) Frekuensi Kerapatan Dominansi INP 2x2 5x5 10x10 20x20 FM FR KM KR DM DR Bayur 12 - - - 12 0,5 0,25 50% 3 44% 6 60% 154 Liana 15 - - - 15 0,4 0,25 50% 3,75 56% 4 40% 146 Jumlah 27 - - - 27 0,9 0,50 100% 6,75 100% 10 100% 300
Plot Nama Spesies Diameter (cm) 2x2 Bayur 0,95 Liana 0,8 5x5 Kokosan Monyet 9,8 Soka 7 Ki hafid 6,12 Ki bangbara 8 10x10 Ki minyak 14.5 Kedoya 13 Kokosan Monyet 17,6 20x20 Kokosan Monyet 25.5 Ki tales 21 Tabel 3. Data Vegetasi untuk Pancang, Tiang dan Pohon Nama Spesies Plot Jumlah r (cm) Frekuensi Kerapatan Dominansi INP 2x2 5x5 10x10 20x20 FM FR KM KR DM DR Kokosan Monyet - 1 4 4 9 9 0,75 34% 0,0225 22,5% 0,64 25% 81,5 Soka - 2 - - 2 3,5 0,25 11% 0,005 5% 0,096 4% 20 Ki hafid - 1 - - 1 3,6 0,25 11% 0,0025 2,5% 0,102 4% 17,5 Ki bangbara - 1 - - 1 4 0,25 11% 0,0025 2,5% 0,13 5% 18,5 Ki minyak - 14 - 14 7,25 0,25 11% 0,035 35% 0,41 16% 62 Kedoya - 12 - - 12 6,625 0,25 11% 0,03 30% 0,35 13% 54 Ki tales - - 1 1 10,5 0,25 11% 0,0025 2,5% 0.86 33% 46,5 Jumlah - 17 18 5 40 44,475 2,25 100% 0,1 100% 2,588 100% 300
Gambar Diagram Profil Diagram profil vertical Diagram profil horizontal
4.2Pembahasan Pengamatan analisis vegetasi dilakukan di Cagar Alam Pangandaran di daerah Rengganis. Metode yang digunakan adalah metode Transek, dan digunakan area sepanjang 20 x 20 m untuk kategori semai, pancang, tiang, dan pohon. Metode kuadrat, bentuk percontoh atau sampel dapat berupa segi empat atau lingkaran yang menggambarkan luas area tertentu. Luasnya bisa bervariasi sesuai dengan bentuk vegetasi atau ditentukan dahulu luas minimumnya. Untuk analisis yang menggunakan metode ini dilakukan perhitungan terhadap variabel- variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi (Surasana, 1990). Pengamatan yang kami lakukan bertujuan untuk mencari nilai frekuensi, kerapatan, dominansi, dan indeks nilai penting. Frekuensi terdiri dari frekuensi mutlak (FM) dan frekuensi relatif (FR), kerapatan meliputi kerapatan mutlak (KM) dan kerapatan relatif (KR), dan dominansi terdiri dari dominansi mutlak (DM) dan dominansi relatif (DR). Sedangkan indeks nilai penting merupakan jumlah total persentase FR, KR, dan DR yang harus mencapai 300%. Pada pengamatan kelompok semai dengan ukuran plot 2 x 2 m, ditemukan 2 spesies tumbuhan yaitu Bayur dan Liana dengan jumlah total individu yang ditemukan adalah 27 tumbuhan. Dari analisa fresuensi semai, keduanya memiliki nilai yang seimbang yaitu dengan FM 0.25 dan FR 25%. Pada analisa kerapatan Liana memiliki nilai yang lebih tinggi dengan KM 3,75 dan KR 56% sedangkan untuk bayur memiliki nilai 3 dengan persentase 44%. Dan untuk dominansi nilai nilai DM tertinggi dimiliki oleh Bayur dengan nilai DM 6 sedangkan pada Liana 4, dan nilai DR dari keduanya adalah 60% dan 40%. Dari hasil analisis tersebut Indeks nilai penting yang dihasilkan nilai 300%. Pada pengamatan vegetasi untuk kategori pancang, tiang dan pohon digunakan 3 ukuran plot untuk masing-masing kategori. Pada plot berukuran 5 x 5 m digunakan untuk mengamati pancang dengan tinggi 1,5 m dan diameter < 10 cm, ditemukan 5 spesies tumbuhan yaitu Kokosan Monyet, Soka, Ki Hafid, Ki Bangbara, dan Kedoya dengan jumlah individu total 17 tanaman. Sedangkan pada plot dengan ukuran 10 x 10 m digunakan untuk mengamati tiang dengan diameter 10-20 cm, ditemukan 2 spesies tumbuhan yaitu Kokosan Monyet dan Ki minyak dengan jumlah spesies masing-masing 4 dan 14 pancang. Kemudian pada plot 20x20 m digunakan untuk pengamatan pohon dengan diameter > 20 cm, ditemukan 2 spesies tumbuhan yaitu Kokosan monyet dan Ki Tales dengan jumlah individu 4 dan 1 pohon. Secara keseluruhan jumlah individu untuk seluruh plot adalah 40 tumbuhan. Pada analisis frekuensi, untuk Kokosan monyet memiliki nilai frekuensi tertinggi yaitu dengan FM 0,75 dan nilai FR 34%, sedangkan untuk 6 spesies lainnya memiliki nilai yang sama karena hanya terdapat pada 1 plot saja yaitu dengan nilaii FM 0.25 dan FR 11%. Nilai FR yang tinggi tersebut menunjukkan bahwa pohon ini memiliki jumlah yang cukup banyak di area tersebut. Pada analisis kerapatan, tanaman Ki Minyak memiliki nilai tertinggi dengan nilai KM 0,035 dan KR 35%, selanjutnya ada tanaman Kedoya dengan nilai KM 0,03 dan KR 30%, dan tanaman Kokosan Monyet dengan KM 0,0225 dan KR 22,5 %. Sedangkan 4 spesies lainnya memiliki nilai KM di bawah 0,005 dan KR dibawah 5%. Nilai KR yang tinggi menunjukkan bahwa pohon tersebut memiliki kerapatan yang tinggi bila di bandingkan dengan spesies lainnya. Dan untuk analisis dominansi, tanaman Ki Tales memiliki nilai tertinggi dengan DM 0,86 dan DR 33%, selanjutnya ada tanaman Kokosan monyet dengan nilai DM 0,64 dan DR 25%, kemudian Ki minyak dan Kedonya dengan nilai DM 0,42 dan 0,35 sedangkan nilai DR 16% dan 13%. Tiga spesies lainnya hanya memiliki nilai DM 0,1 dengan DR 5% dan 4%. Nilai yang tinggi tersebut menunjukkan bahwa tajuk yang dimiliki pohon tersebut lebih besar dari pohon lainnya. Dan Indeks nilai penting yang dihasilkan adalah 300%. Pada pembuatan diagram profil, dilakukan dengan membuat garis transek sepanjang 100 m dan lebar 10 m. Beberapa pengukuran dilakukan pada diameter batang, tinggi, dan batasan kanopi di bagian kanan, kiri, atas, dan bawah.Selain itu di ukur pula jarak pohon yang di amati ke arak sumbu Y (lebar) dan sumbu X (panjang). Diagram profil hutan dibuat dengan meletakkan plot, biasanya dengan panjang 40-70 m dan lebar 10 m, tergantung densitas pohon. Ditentukan posisi setiap pohon, digambar arsitekturnya berdasarkan skala tertentu, diukur tinggi, diameter setinggi dada, tinggi cabang pertama, serta dilakukan pemetaan proyeksi kanopi ke tanah. Profil hutan menunjukkan situasi nyata posisi pepohonan dalam hutan, sehingga dapat langsung dilihat ada tidaknya strata hutan secara visual dan kualitatif . Dalam kasus tertentu, histogram kelas ketinggian atau biomassa dibuat sebagai pelengkap diagram profil hutan (Ashton dan Hall, 1992). Ditemukan 5 spesies tumbuhan yaitu Jejebungan, Andong, Jejerukan, Laban, dan Kipancar. Jejebungan dan Andong termasuk kedalam kategori tiang karena memiliki diameter < 20 cm sedangkan Jejerukan, Laban, dan Kipancar termasuk kedalam kategori pohon karena memiliki diameter > 20 cm. Diagram profil yang dibuat merupakan diagram vertikal dan horizontal. Diagram profil vertikal memperlihatkan posisi tanaman dilihat dari bagian samping. Selain itu akan terlihat pula perbedaan tinggi dari setiap tanaman. Struktur vegetasi berupa vegetasi secara vertikal yang merupakan diagram profil yang melukiskan lapisan pohon, tiang, sapihan, semai dan herba penyusun vegetasi. Diagram profil horizontal memperlihatkan posisi tanaman dilihat dari bagian atas, sehingga hanya terlihat bentukan kanopi pohon dan tiang. Pohon akan terlihat memiliki kanopi yang lebih besar dan lebar. Kanopi/tajuk hutan merupakan faktor pembatas bagi kehidupan tumbuhan, karena dapat menghalangi penetrasi cahaya ke lantai hutan. Keberhasilan pohon untuk mencapai kanopi hutan tergantung karakter/penampakan anak pohon. Variasi ketersediaan cahaya dan perbedaan kemampuan antar spesies anak pohon dalam memanfaatkannya dapat mempengaruhi komposisi dan struktur vegetasi hutan. Perbedaan kemampuan antara spesies anakan pohon dalam menoleransi naungan mempengaruhi dinamika hutan. Pada kondisi cahaya rendah, perbedaan kecil dalam pertumbuhan pohon muda dapat menyebabkan perbedaan mortalitas yang besar, sehingga mempengaruhi kemelimpahan relatifnya (Pacala dkk., 1996).
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan Metode transek menggunakan 4 plot untuk 4 kategori tanaman yaitu semai, pancang, tiang dan pohon dengan masing-masing cirinya. Pada kategori semai di temukan 2 spesies, pada kategori pancang 5 spesies, tiang 2 spesies, dan pohon 2 spesies. Diagram profil vertikal menampilkan posisi tanaman dan akan memperlihatkan perbedaan tinggi. Sedangkan diagram profil horivontal memperlihatkan besar dan bentuk kanopi pohon dilihat dari atas.
DAFTAR PUSTAKA Ashton, P.S., and P. Hall. 1992. Comparisons of structure among mixed dipterocarp forests of north-western Borneo. Journal of Ecology. Michael, P. 1995. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium. Jakarta: UI Press. Pacala, S.W., C.D. Canham, J. Saponara, J.A. Silander, R.K. Kobe, and E.Ribbens, 1996. Forest models defined by field measurements II. Estimation, error analysis, and dynamics. Ecology Monograph. Rohman, Fatchur.dkk. 2001. Petunjuk Praktikum Ekologi Tumbuhan. Malang: JICA. Syafei, Eden Surasana. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bandung: ITB. Rasyid. 1993. Ekologi Tanaman. Malang: UMM Press. Resosoedarmo, soedjiran. 1984. Pengantar Ekologi. Bandung: PT Remaka Rosdakarya Surasana, syafeieden. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bandung: FMIPA Biologu ITB Santoso. 1994. Ekologi Umum. Malang: UMM Press.