Anda di halaman 1dari 3

Tujuan penilaian nyeri kanker adalah menentukan sifat nyeri dan mengumpulkan informasi untuk

mengetahui patofisiologi dan sindroma kanker yang dialami. Hal ini penting dilakukan untuk
merencanakan strategi tatalaksana dengan beberapa modalitas untuk mengurangi nyeri sekaligus
meminimalisasi efek samping dan beban pengobatan.
Penilaian nyeri kanker
Nyeri dapat dievaluasi dari sisi keparahan nyeri, lokasi, kualitas, dan aspek lain. Namun, di antara aspek-
aspek tersebut yang paling berperana dalam penentuan informasi adalah intensitas nyeri.
Nyeri adalah suatu perasaan yang subjektif sehingga sulit dilakukan penilaian yang valid, oleh karena itu
dibutuhkan self-reported rating scale (0=tidak ada nyeri, 10=nyeri terberat). Meskipun sudah dilakukan
skala semacam ini, penilaian tetap saja sulit dilakukan karena ada sebagian pasien yang tidak dapat
menentukan intensitas nyeri dengan tepat ataupun ada pasien dengan gangguan status mental sehingga
sulit menilai.
Penilaian intensitas nyeri ini memang kurang valid namun kesulitan ini dapat dicegah dengan cara
mencocokkannya dengan informasi lainnya seperti kualitas hidup saat ini, interaksi nyeri dengan gejala
lainnya, dll.
Intensitas nyeri pada pasien dengan penyakit yang sama dan pencitraan neurologis yang mirip dapat
berbeda cukup jauh. Hal ini menjelaskan ada factor-faktor lain di luar penyakit yang dapat menentukan
nyeri, yaitu mekanisme psikologis, genetic, harapan dan lingkungan social.
Nyeri yang berat sangat mempengaruhi kualitas hidup seseorang. Hal ini dapat ditemukan pada
penderita dengan pain crisis, dimana nyeri terus bertambah hebat dari hari ke hari sampai tidak teratasi
lagi. Pain crisis adalah derajat nyeri pada tingkat 8 atau lebih yang berlangsung selama 6 jam dan
intensitasnya bertambah sampai hitungan jam maupun hari.
Menentukan Mekanisme nyeri kanker
Pengumpulan informasi untuk menentukan mekanisme nyeri terutama adalah dengan interpretasi kata-
kata deskripsi yang menjelaskan nyeri tersebut. Pasien terkadang menggunakan kata sakit, terbakar,
keram, atau yang lain. Penjelasan tersebut kemudian dicocokkan dengan pemeriksaan fisik dan
pencitraan atau tes objektif lainnya untuk mengetahui mekanisme yang menyebabkan nyeri.
Diharapkan penemuan mekanisme penyebab nyeri yang akurat ini dapat meningkatkan ketepatan
diagnosis dan tatalaksana. Nyeri dikategorikan menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Nyeri nosiseptif
Nyeri nosiseptif adalah kumpulan gejala dimana nyeri terjadi saat aktifitas system saraf berlangsung
dengan baik, yang artinya bahwa rasa nyeri disebabkan secara langsung oleh kerusakan jaringan.
a. Nyeri nosiseptif somatic
Nyeri nosiseptif somatic berhubungan dengan nyeri pada kanker yang disebabkan karena
struktur somatic yang rusak, yaitu kulit, tulang, sendi, atau otot. Nyeri kulit pada kanker berasal
dari massa pada kulit, dermatitis karena radiasi, luka, nyeri karena edema ataupun asites, dll.
Nyeri tulang adalah tipe nyeri paling sering pada kanker. Contoh nyeri tulang yaitu nyeri fokal
karena lesi litik atau blastik dan fraktur patologis. Pasien yang baru mengeluhkan rasa nyeri saat
mengangkat barang atau saat bergerak dapat dilakukan pencitraan pada tulang. Manifestasi
klinis nyeri tulang adalah munculnya nyeri pada saat mendadak, misalnya setelah terapi radiasi
atau setelah pemberian bisphosphonate, obat hormonal, maupun factor pertumbuhan. Pada
beberapa kasus, pemberian NSAID dan opioid pada nyeri nosiseptif somatic terbukti efektif.
b. Nyeri nosiseptif visceral
Nyeri visceral ini biasanya disebabkan karena organ yang tersumbat karena tumor, atau karena
kerusakan pada mesenterium atau struktur sejenis. Nyeri visceral ini dapat terlokalisasi atau
tidak, terasa tumpul maupun tajam. Nyeri ini tidak responsif pada terapi dengan opioid,
sehingga pengobatan yang dilakukan adalah mengatasi obstruksi tersebut atau melakukan blok
saraf.

2. Nyeri neuropatik
Nyeri neuropatik ditunjukkan pada sindroma nyeri yang terjadi karena kerusakan proses
somatosensorik pada system saraf pusat maupun perifer. Contohnya:
- Nyeri polyneuropathy yang disebabkan karena kemoterapi
- Nyeri mononeuropathy atau plexopathy karena tumor atau tindakan bedah
- Nyeri radikukopati karena tumor spinal atau postherpetic neuralgia
- Nyeri karena lesi di otak maupun medulla spinalis
Kata-kata yang digunakan untuk menjelaskan nyeri ini biasanya adalah nyeri yang membuat
terkejut, tertembak, tertusuk, mati rasa, geli, dll.
Diagnosis nyeri neuropatik karena kanker cukup sulit dilakukan, karena:
- Karena tidak ada keluhan ataupun tanda klinis khusus
- Sindroma kanker yang ada memiliki proses patologi yang kompleks sehingga memiliki beberapa
mekanisme nyeri
Diagnosis ditegakkan biasanya bila ada kerusakan yang jelas pada struktur saraf atau bila tampak
adanya gangguan system sensorik, atau adanya kerusakan yang tampak pada pencitraan.

Menentukan sindroma nyeri kanker
Elemen lainyang harus ditentukan dalam penilaian nyeri adalah menentukan sindroma nyeri.
Penentuan sindroma nyeri dapat membantu menentukan kebutuhan evaluasi lebih lanjut,
rencana terapi dan prognosis.
Sindroma nyeri ini dapat berhubungan dengan penyakit kanker itu sendiri, dengan terapi,
maupun yang tidak berhubungan dengan terapi. Misalnya chemotherapy-related neuropathic
pain syndrome yaitu nyeri yang berhubungan dengan terapi.

Anda mungkin juga menyukai