Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Psoriasis merupakan sejenis penyakit kulit yang penderitanya mengalami proses
pergantian kulit yang terlalu cepat. Kemunculan penyakit ini terkadang untuk jangka waktu
lama atau timbul/hilang. Berbeda dengan pergantian kulit pada manusia normal yang
biasanya berlangsung selama tiga sampai empat minggu, proses pergantian kulit pada
penderita psoriasis berlangsung secara cepat yaitu sekitar 24 hari, (bahkan bisa terjadi lebih
cepat) pergantian sel kulit yang banyak dan menebal.
Psoriasis dapat dijumpai di seluruh belahan dunia dengan angka kesakitan (insidens
rate)yang berbeda. Segiumur, Psoriasis dapat mengenai semua usia, namun biasanya lebih
kerap dijumpai pada dewasa.
Di dunia, penyakit kulit ini diduga mengenai sekitar 2 sampai 3 persen penduduk. Data
nasional prevalensi psoriasis di Indonesia belum diketahui. Namun di RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo, selama tahun 2000 sampai 2001, insiden psoriasis mencapai 2,3 persen.
Penyakit ini tidak mengenal usia, semua umur dapat terkena. Tapi puncak insidensinya di
usia dua puluhan dan lima puluhan.
Tidak ada fakta yang menunjukkan bahwa penyakit ini lebih dominan menyerang
salah satu jenis kelamin. Pria maupun wanita memiliki peluang yang sama untuk terserang
penyakit ini.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Dengan makalah ini di harapkan mahasiswa mampu memahami tentang asuhan
keperawatan Psoriasis.
2. Tujuan Khusus
Dengan makalah ini di harapkan pembaca khususnya mahasiswa mampu
memahami tentang Definisi, Etiologi, Manisfestasi klinik, Patofosiologi, Kompikasi,
PenatalaksanaanPsoriasis.

C. Sistematika Penulisan
BAB I :Terdiri dari latar belakang masalah, tujuan penulisan, dan sistematika
penulisan
BAB II :Terdiri dari Definisi, klasifikasi, Etiologi, Manisfestasi klinik,
Patofosiologi, Kompikasi, PenatalaksanaanPsoriasis.
BAB III :Terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi dan evaluasi

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi
Psoriasis adalah ganggguan kulit yang ditandai dengan plaque, bercak, bersisik yang
dikenal dengan nama penyakit papulosquamoas.( Price, 1994).
Psoriasis merupakan penyakit radang kulit kronik dan rekuren / kambuhan, ditandai
dengan adanya bercak-bercak kemerahan dengan sisik putih yang kasar dan
tebal.(httt//www.sinarharapan.co.id)
Psoriasis adalah penyakit inflamasi kulit yang bersifat kronik dan rekuren, yang khas
ditandai dengan papula atau plak eritematosa, kering, batas tegas dan tertutup skuama tebal
berlapis-lapis, berwarna putih keabu-abuan atau putih seperti perak / mika.
Psoriasis adalah penyakit inflamasi non infeksius yang kronik pada kulit dimana
produksi sel-sel epidermis terjadi 6-9 x lebih besar daripada kecepatan sel normal.dengan
kecepatan (Smeltzer, Suzanne)
Psoriasis adalah masalah kulit di mana bagian kulit menjadi radang dan ditutupi sisik
berwarna perak atau kelabu pada siku, lutut dan kulit kepala.
Psoriasis adalah suatu penyakit radang kulit yang kronis.Penyakit ini ditandai dengan
bercak-bercak merah dengan sisik kasar dan tebal.Penyakit tersebut dianggap sebagai suatu
penyakit gangguan kekebalan tubuh, yang dipengaruhi terutama oleh sel T (salah satu jenis
sel darah putih). Sel T yang teraktivasi akan berinteraksi dengan sel kulit (terutama
keratinosit) dan mengakibatkan pembentukan kulit yang tebal dan bersisik.
Psoriasis adalah sejenis penyakit kulit kronis yang tidak menular, sering kambuh, yang
disebabkan oleh proses autoimun dan kadang-kadang dapat diturunkan.
Psoriasis adalah sejenis penyakit kulit yang penderitanya mengalami proses pergantian
kulit yang terlalu cepat. Biasanya bentuk kulit bersisik.Kemunculan penyakit ini terkadang
untuk jangka waktu lama atau timbul/hilang, penyakit ini secara klinis sifatnya tidak
mengancam jiwa dan tidak menular tetapi karena timbulnya dapat terjadi pada bagian tubuh
mana saja sehingga dapat menurunkan kualitas hidup serta mengganggu kekuatan mental
seseorang bila tidak dirawat dengan baik.(www.psoriasis.or.id)
Psoriasi adalah suatu penyakit peradangan kronis pada kulit dimana penderitanya
mengalami proses pergantian kulit yang terlalu cepat. Penyakit ini secara klinis sifatnya
tidak mengancam jiwa dan tidak menular tetapi karena timbulnya dapat terjadi pada bagian
tubuh mana saja sehingga dapat menurunkan kualitas hidup seseorang bila tidak dirawat
dengan baik. (Effendy, 2005)
Psoriasis penyakit kulit kronik residif dengan lesi yang khas berupa bercak-bercak
eritema berbatas tegas di tutupi oleh skuama tebal berlapis-lapis berwarna putih
mengkilat.(Siregar, 2005).

B. Etiologi
Penyebab psoriasis sampai saat ini belum diketahui.Diduga penyakit ini diwariskan
secara poligenik. Walaupun sebagian besar penderita psoriasis timbul secara spontan, namun
pada beberapa penderita dijumpai adanya faktor pencetus antara lain:
1. Trauma
Psoriasis pertama kali timbul pada tempat-tempat yang terkena trauma, garukan,
luka bekas operasi, bekas vaksinasi, dan sebagainya.Kemungkinan hal ini merupakan
mekanisme fenomena Koebner.Khas pada psoriasis timbul setelah 7-14 hari terjadinya
trauma.
2. Infeksi
Pada anak-anak terutama infeksi Streptokokus hemolitikus sering menyebabkan
psoriasis gutata. Psoriasis juga timbul setelah infeksi kuman lain dan infeksi virus
tertentu, namun menghilang setelah infeksinya sembuh
3. Iklim
4. Beberapa kasus cenderung menyembuh pada musim panas, sedangkan pada musim
penghujan akan kambuh.
5. Faktor endokrin
Insiden tertinggi pada masa pubertas dan menopause.Psoriasis cenderung
membaik selama kehamilan dan kambuh serta resisten terhadap pengobatan setelah
melahirkan.Kadang-kadang psoriasis pustulosa generalisata timbul pada waktu hamil dan
setelah pengobatan progesteron dosis tinggi.

6. Sinar matahari
Walaupun umumnya sinar matahari bermanfaat bagi penderita psoriasis namun
pada beberapa penderita sinar matahari yang kuat dapat merangsang timbulnya
psoriasis.Pengobatan fotokimia mempunyai efek yang serupa pada beberapa penderita.
7. Metabolik
8. Hipokalsemia dapat menimbulkan psoriasis.
9. Obat-obatan
a. Antimalaria seperti mepakrin dan klorokuin kadang-kadang dapat memperberat
psoriasis, bahkan dapat menyebabkan eritrodermia.
b. Pengobatan dengan kortikosteroid topikal atau sistemik dosis tinggi dapat
menimbulkan efek withdrawal.
c. Lithium yang dipakai pada pengobatan penderita mania dan depresi telah diakui
sebagai pencetus psoriasis.
d. Alkohol dalam jumlah besar diduga dapat memperburuk psoriasis.
e. Hipersensitivitas terhadap nistatin, yodium, salisilat dan progesteron dapat
menimbulkan psoriasis pustulosa generalisata.
10. Berdasarkan penelitian para dokter, ada beberapa hal yang diperkirakan dapat memicu
timbulnya Psoriasis, antara lain adalah :
a. Garukan/gesekan dan tekanan yang berulang-ulang , misalnya pada saat gatal
digaruk terlalu kuat atau penekanan anggota tubuh terlalu sering pada saat
beraktivitas. Bila Psoriasis sudah muncul dan kemudian digaruk/dikorek, maka
akan mengakibatkan kulit bertambah tebal.
b. Obat telan tertentu antara lain obat anti hipertensi dan antibiotik.
c. Mengoleskan obat terlalu keras bagi kulit.
d. Emosi tak terkendali.
e. Makanan berkalori sangat tinggi sehingga badan terasa panas dan kulit menjadi
merah , misalnya mengandung alcohol.




C. Manisfestasi klinik
Penderita biasanya mengeluh adanya gatal ringan pada tempat-tempat predileksi,
yakni pada kulit kepala, perbatasan daerah tersebut dengan muka, ekstremitas bagian
ekstensor terutama siku serta lutut, dan daerah lumbosakral.Kelainan kulit terdiri atas
bercak-bercak eritema yang meninggi (plak) dengan skuama diatasnya. Eritema berbatas
tegas dan merata. Skuama berlapis-lapis, kasar, dan berwarna putih seperti mika, serta
transparan. Pada psoriasis terdapat fenomena tetesan lilin, Auspitz dan Kobner.
Fenomena tetesan lilin ialah skuama yang berubah warnanya menjadi putih pada
goresan, seperti lilin digores. Pada fenomena Auspitz serum atau darah berbintik-bintik yang
disebabkan karena papilomatosis. Trauma pada kulit , misalnya garukan , dapat
menyebabkan kelainan yang sama dengan kelainan psoriasis dan disebut kobner.
Psoriasis juga dapat menyebabkan kelainan kuku yang agak khas yang disebut pitting
nail atau nail pit berupa lekukan-lekukan miliar.

D. Patofosiologi
Patogenesis terjadinya psoriasis, diperkirakan karena:
1. Terjadi peningkatan turnover epidermis atau kecepatan pembentukannya dimana pada kulit
normal memerlukan waktu 26-28 hari, pada psoriasis hanya 3-4 hari sehingga gambaran klinik
tampak adanya skuama dimana hiperkeratotik. Disamping itu pematangan sel-sel epidermis tidak
sempurna.
2. Adanya faktor keturunan ditandai dengan perjalanan penyakit yang kronik dimana terdapat
penyembuhan dan kekambuhan spontan serta predileksi lesinya pada tempat-tempat tertentu.
3. Perubahan-perubahan biokimia yang terjadi pada psoriasis meliputi:
a. Peningkatan replikasi DNA.
b. Berubahnya kadar siklik nukleotida.
c. Kelainan prostaglandin dan prekursornya.
d. Berubahnya metabolisme karbohidrat.

Normalnya sel kulit akan matur pada 28-30 hari dan kemudian terlepas dari permukaan
kulit. Pada penderita psoriasis, sel kulit akan matur dan menuju permukaan kulit pada 3-4 hari,
sehingga akan menonjol dan menimbulkan bentukan peninggian kumpulan plak berwarna
kemerahan. Warna kemerahan tersebut berasal dari peningkatan suplai darah untuk nutrisi bagi
sel kulit yang bersangkutan.Bentukan berwarna putih seperti tetesan lilin (atau sisik putih)
merupakan campuran sel kulit yang mati. Bila dilakukan kerokan pada permukaan psoriasis,
maka akan timbul gejala koebner phenomenon. Terdapat banyak tipe dari psoriasis, misalnya
plaque, guttate, pustular, inverse, dan erythrodermic psoriasis. Umumnya psoriasis akan timbul
pada kulit kepala, siku bagian luar, lutut, maupun daerah penekanan lainnya. Tetapi psoriasis
dapat pula berkembang di daerah lain, termasuk pada kuku, telapak tangan, genitalia, wajah, dll.
Pemeriksaan histopatologi pada biopsi kulit penderita psoriasis menunjukkan adanya
penebalan epidermis dan stratum korneum dan pelebaran pembuluh-pembuluh darah dermis
bagian atas.Jumlah sel-sel basal yang bermitosis jelas meningkat.Sel-sel yang membelah dengan
cepat itu bergerak dengan cepat ke bagian permukaan epidermis yang menebal.Proliferasi dan
migrasi sel-sel epidermis yang cepat ini menyebabkan epidermis menjadi tebal dan diliputi
keratin yang tebal (sisik yang berwarna seperti perak). Peningkatan kecepatan mitosis sel-sel
epidermis ini agaknya antara lain disebabkan oleh kadar nukleotida siklik yang abnormal,
terutama adenosin monofosfat (AMP) siklik dan guanosin monofosfat (GMP) sikli.
Prostaglandin dan poliamin juga abnormal pada penyakit ini.Peranan setiap kelainan tersebut
dalam mempengaruhi pembentukan plak psoriatik belum dapat dimengerti secara jelas.














E. Pathway






























F. Kompikasi
1. Psoriasis Pustulosa
Kadang-kadang diatas makula eritematosa pada psoriasis timbul pustula-pustula kecil
dengan ukuran 1-2 mm. keadaan ini dikenal dengan psoriasis postula.
Ada 2 bentuk psoriasis postula:
a. Psoriasis postulosa generalisata (bentuk Von Zumbusch).
Bentuk ini bersifat akut, merupakan bentuk sistemik dari psoriasis dengan ciri
eritematosa disertai demam dan gejala penyakit sistemik yang lain. Postula dapat
timbul diatas lesi psoriasis atau pada kulit sehat yang mengalami eritema
sebelumnya.Lesi ini menyebar dengan cepat dan timbulnya bergelombang.Postula
yang timbul tersusun berkelompok atau diskret.
Kuku menebal dan pecah-pecah karena adanya nanah.Mukosa mulut dan lidah
dapat mengalami kelainan.Kematian terjadi karena toksik atau infeksi.
b. Psoriasis postulosa lokalisata (bentuk Barber)
Bentuk ini bersifat kronik dan sangat resisten terhadap pengobatan.Biasanya
menyerang telapak tangan dan telapak kaki serta distribusinya simetris.Lesi berupa
postula diatas plak eritematosa, berskuama.Postula yang masih baru berwarna kuning,
kemudian berubah menjadi kuning kecoklatan dan bila postula mengering berwarna
coklat gelap.Akhirnya postula yang kering ini mengelupas.Kadang-kadang timbul rasa
gatal tetapi lebih sering timbul keluhan seperti rasa terbakar.
2. Psoriasis arthritis
Biasanya mengenai sendi-sendi interfalangeal distal dari jari tangan dan kaki.Pada
stadium akut, sendi yang terserang menjadi bengkak, keras dan sakit.Bila berlangsung
lama dapat menimbulkan kerusakan tulang dan synovial eusion, menyebabkan
pemendekan tulang dan hal ini mengakibatkan pergerakan sendi menjadi sulit, jari
memendek dan kaku dalam posisi fleksi.Secara rotgenologik tampak sendi yang atrofi
dengan permulaan osteoporosis diikuti peningkatan densitas tulang, penyempitan rongga
persendian dan erosi permukaan sendi.



3. Psoriasis eritrodermia
Psoriasis yang kronik dan luas dengan perjalanan penyakit yang lama dapat
berkembang menjadi eritodermia.Seluruh permukaan tubuh menjadi merah dan tertutup
skuama putih yang halus.Umumnya bentuk ini timbul akibat pemakaian obat topikal atau
penyinaran yang berlebihan.
Biasanya sulit diobati dan bila pengobatan berhasil maka erupsi eritodermia
menghilang dan lesi psoriasis yang khas akan muncul kembali.


G. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan adalah untuk memperlambat pergantian epidermis,
meningkatkan resolusi lesi psoriatik dan mengendalikan penyakit tersebut. Pendekatan
terapeutik harus berupa pendekatan yang dapat dipahami oleh pasien, pendekatan ini harus
bisa diterima secara kosmetik dan tidak mempengaruhi cara hidup pasien. Terapi psoriasis
akan melibatkan komitmen waktu dan upaya oleh pasien dan mungkin pula keluarganya.
Ada tiga terapi yang standar: topikal, intralesi dan sistemik.
1. Terapi topical
Preparat yang dioleskan secara topikal digunakan untuk melambatkan aktivitas
epidermis yang berlebihan tanpa mempengaruhi jaringan lainnya.Obat-obatannya
mencakup preparat ter, anthralin, asam salisilat dan kortikosteroid.Terapi dengan preparat
ini cenderung mensupresi epidermopoisis (pembentukan sel-sel epidermis).
2. Formulasi ter
Mencakup losion, salep, pasta, krim dan sampo. Rendaman ter dapat menimbulkan
retardasi dan inhibisi terhadap pertumbuhan jaringan psoriatik yang cepat.Terapi ter dapat
dikombinasikan dengan sinar ultraviolet-B yang dosisnya ditentukan secara cermat
sehingga menghasilkan radiasi dengan panjang gelombang antara 280 dan 320 nanometer
(nm).Selama fase terapi ini pasien dianjurkan untuk menggunakan kacamata pelindung
dan melindungi matanya.Pemakaian sampo ter setiap hari yang diikuti dengan pengolesan
losion steroid dapat digunakan untuk lesi kulit kepala.Pasien juga diajarkan untuk
menghilangkan sisik yang berlebihan dengan menggosoknya memakai sikat lunak pada
waktu mandi.
3. Anthralin
preparat (Anthra-Derm, Dritho-Crme, Lasan) yang berguna untuk mengatasi plak
psoriatik yang tebal yang resisten terhadap preparat kortikosteroid atau preparat ter
lainnya.
4. Kortikosteroid
topikal dapat dioleskan untuk memberikan efek antiinflamasi. Setelah obat ini
dioleskan, bagian kulit yang diobati ditutup dengan kasa lembaran plastik oklusif untuk
menggalakkan penetrasi obat dan melunakkan plak yang bersisik.
5. Terapi intralesi
Penyuntikan triamsinolon asetonida intralesi (Aristocort, Kenalog-10, Trymex)
dapat dilakukan langsung kedalam berck-bercak psoriasis yang terlihat nyata atau yang
terisolasi dan resisten terhadap bentuk terapi lainnya.Kita harus hati-hati agar kulit yang
normal tidak disuntuik dengan obat ini.
6. Terapi sistemik
Metotreksat bekerja dengan cara menghambat sintesis DNA dalam sel epidermis
sehingga mengurangi waktu pergantian epidermis yang psoriatik. Walaupun begitu, obat
ini bisa sangat toksik, khususnya bagi hepar yang dapat mengalamim kerusakan yang
irreversible.Jadi, pemantauan melalui pemeriksaan laboratorium harus dilakukan untuk
memastikan bahwa sistem hepatik, hematopoitik dan renal pasien masih berfungsi secara
adekuat.
Pasien tidak boleh minum minuman alkohol selama menjalani pengobatan dengan
metotreksat karena preparat ini akan memperbesar kemungkinan kerusakn hepar.
Metotreksat bersifat teratogenik (menimbulkan cacat fisik janin) pada wanita hamil.
a. Hidroksiurea menghambat replikasi sel dengan mempengaruhi sintesis DNA.
Monitoring pasien dilakukan untuk memantau tanda-tanda dan gejal depresi sumsum
tulang.
b. Siklosporin A, suatu peptida siklik yang dipakai untuk mencegah rejeksi organ yang
dicangkokkan, menunjukkan beberapa keberhasilan dalam pengobatan kasus-kasus
psoriasis yang berat dan resisten terhadap terapi. Kendati demikian, penggunaannya
amat terbatas mengingat efek samping hipertensi dan nefroktoksisitas yang
ditimbulkan (Stiller, 1994).
c. Retinoid oral (derivat sintetik vitamin A dan metabolitnya, asam vitamin A) akan
memodulasi pertumbuhan serta diferensiasi jaringan epiterial, dan dengan demikian
pemakaian preparat ini memberikan harapan yang besar dalam pengobatan pasien
psoriasis yang berat.
d. Fotokemoterapi. Terapi psoriasis yang sangat mempengaruhi keadaan umum pasien
adalah psoralen dan sinar ultraviolet A (PUVA). Terapi PUVA meliputi pemberian
preparat fotosensitisasi (biasanya 8-metoksipsoralen) dalam dosis standar yang
kemudian diikuti dengan pajanan sinar ultraviolet gelombang panjang setelah kadar
obat dalam plasma mencapai puncaknya. Meskipun mekanisme kerjanya tidak
dimengerti sepenuhnya, namun diperkirakan ketika kulit yang sudah diobati dengan
psoralen itu terpajan sinar ultraviolet A, maka psoralen akan berkaitan dengan DNA
dan menurunkan proliferasi sel. PUVA bukan terapi tanpa bahaya; terapi ini disertai
dengan resiko jangka panjang terjadinya kanker kulit, katarak dan penuaan prematur
kulit.
e. Terapi PUVA mensyaratkan agar psoralen diberikan peroral dan setelah 2 jam
kemudian diikuti oleh irradiasi sinar ultraviolet gelombang panjang denagn intensitas
tinggi. (sinar ultraviolet merupakan bagian dari spektrum elektromagnetik yang
mengandung panjang gelombang yang berkisar dari 180 hingga 400 nm).
f. Terapi sinar ultraviolet B (UVB) juga digunakan untuk mengatasi plak yang
menyeluruh. Terapi ini dikombinasikan dengan terapi topikal ter batubara (terapi
goeckerman). Efek sampingnya serupa dengan efek samping pada terapi PUVA.
g. Etretinate (Tergison) adalah obat yang relatif baru (1986). Ia adalah derivat dari
Vitamin A. Bisa diminum sendiri atau dikombinasi dengan sinar ultraviolet. Hal ini
dilakukan pada penderita yang sudah bandel dengan obat obat lainnya yang
terdahulu.
Di antara pengobatan tersebut diatas, yang paling efektif untuk mengobati psoriasis
adalah dengan ultraviolet (fototerapi), karena dengan fototerapi penyakit psoriasis dapat
lebih cepat mengalami clearing atau almost clearing (keadaan dimana kelainan /
gejala psoriasis hilang atau hampir hilang). Keadaan ini disebut remisi.Masa remisi
fototerapi tersebut bisa bertahan lebih lama dibandingkan dengan pengobatan lainnya.
1. Pengobatan fotokemoterapi, yaitu dengan menggunakan kombinasi radiasi ultraviolet
dan oral psoralen (PUVA), namun kelemahannya adalah untuk jangka panjang dapat
menimbulkan kanker kulit.
2. Fototerapi UVB konvensional dengan menggunakan sinar UVB broadband dengan
panjang gelombang 290-320 nm. Terapi kurang praktis karana pasien harus masuk ke
dalam light box.
3. Fototerapi dengan alat Monochromatic Excimer Light 308 nm (MEL 308 nm)
merupakan bentuk fototerapi UVB yang paling mutakhir dengan menggunakan sinar
laser narrowband UVB dengan panjang gelombang 308 nm. Dibandingkan dengan
narrowband UVB, MEL 308 nm lebih cepat dan lebih efektif dalam mengobati
psoriasis yang resisten.




















BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian Keperawatan
1. Pola Persepsi Kesehatan
a. Adanya riwayat infeksi sebelumya.
b. Pengobatan sebelumnya tidak berhasil.
c. Riwayat mengonsumsi obat-obatan tertentu, mis., vitamin; jamu.
d. Adakah konsultasi rutin ke Dokter.
e. Hygiene personal yang kurang.
f. Lingkungan yang kurang sehat, tinggal berdesak-desakan.
2. Pola Nutrisi Metabolik
a. Pola makan sehari-hari: jumlah makanan, waktu makan, berapa kali sehari makan.
b. Kebiasaan mengonsumsi makanan tertentu: berminyak, pedas.
c. Jenis makanan yang disukai.
d. Napsu makan menurun.
e. Muntah-muntah.
f. Penurunan berat badan.
g. Turgor kulit buruk, kering, bersisik, pecah-pecah, benjolan.
h. Perubahan warna kulit, terdapat bercak-bercak, gatal-gatal, rasa terbakar atau perih.
3. Pola Eliminasi
a. Sering berkeringat.
b. Tanyakan pola berkemih dan bowel.
4. Pola Aktivitas dan Latihan
a. Pemenuhan sehari-hari terganggu.
b. Kelemahan umum, malaise.
c. Toleransi terhadap aktivitas rendah.
d. Mudah berkeringat saat melakukan aktivitas ringan.
e. Perubahan pola napas saat melakukan aktivitas.

5. Pola Tidur dan Istirahat
a. Kesulitan tidur pada malam hari karena stres.
b. Mimpi buruk.
c. Pola Persepsi Kognitif
d. Perubahan dalam konsentrasi dan daya ingat.
e. Pengetahuan akan penyakitnya.
6. Pola Persepsi dan Konsep Diri
a. Perasaan tidak percaya diri atau minder.
b. Perasaan terisolasi.
c. Pola Hubungan dengan Sesama
d. Hidup sendiri atau berkeluarga
e. Frekuensi interaksi berkurang
f. Perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran
7. Pola Reproduksi Seksualitas
a. Gangguan pemenuhan kebutuhan biologis dengan pasangan.
b. Penggunaan obat KB mempengaruhi hormon.
8. Pola Mekanisme Koping dan Toleransi Terhadap Stress
a. Emosi tidak stabil
b. Ansietas, takut akan penyakitnya
c. Disorientasi, gelisah
9. Pola Sistem Kepercayaan
a. Perubahan dalam diri klien dalam melakukan ibadah
b. Agama yang dianut
B. Diagnosa Keperawatan
I. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan inflamasi antara dermal-epidermal
sekunder akibat psoriasis
II. Gangguan Body image berhubungan dengan ketakutan perubahan bentuk tubuh
III. Ansietas yang berhubungan dengan perubahan status kesehatan sekunder akibat
penyakit psoriasis
IV. Gangguan konsep diri berhubungan dengan krisis kepercayaan diri


C. Intervensi Keperawatan
No Dx Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1 Kerusakan
integritas kulit
berhubungan
dengan inflamasi
antara dermal-
epidermal
sekunder akibat
psoriasis
Kerusakan integritas
kulit dapat teratasi
dengan kriteria hasil :
1. Area terbebas dari
infeksi lanjut
2. Kulit bersih,
kering, lembab.

1. Kaji keadaan
kulit
2. Kaji keadaan
umum dan
observasi TTV
3. Kaji perubahan
warna kulit
4. Pertahankan
agar daerah
yang terinfeksi
tetap bersih
dan kering.
5. Kolaborasi
dengan dokter
dalam
pemberian
obat obatan
1. Mengetahui dan
mengidentifikas
i kerusakan
kulit untuk
melakukan
intervensi yang
tepat.
2. Untuk
mengetahui
perubahan
status kesehatan
pasien
3. Untuk
mengetahui
keefektifan
sirkulasi dan
mengidentifikas
i terjadinya
komplikasi.
4. Untuk
membantu
proses
penyembuhan.
5. Untuk
membantu
penyembuhan

2 Gangguan Body
image
Ketakutan teratasi
dengan kriteria hasil:
1. Kaji ulang
perubahan
1. Reaksi fisik
kronis terhadap
berhubungan
dengan ketakutan
perubahan bentuk
tubuh

1. Klien menyatakan
peningkatan
kenyamanan
psikologis dan
fisiologis.
2. Dapat
menjelaskan pola
koping yang
efektif dan tidak
efektif
3. Mengidentifikasi
respons
kopingnya
sendiri.

biologis dan
fisiologis
2. Gunakan
sentuhan
sebagai
toleransi
3. Dukung jenis
koping yang
disukai ketika
mekanisme
adaptif
digunakan.
4. Anjurkan untuk
mengekspresi
kan
perasaannya
5. Anjurkan untuk
menggunakan
mekanisme
koping yang
normal
6. Anjurkan klien
untuk mencari
stresor dan
menghadapi
rasa takutnya

stresor
menunjukan
adanya penyakit
kronis dan
ketahanan
rendah
2. Kadang dengan
memegang
secara hangat
akan
menolongnya
mempertahanka
n kontrol
3. Marah
merupakan
respon yang
adaptif
digunakan
4. Dapat
mengurangi
stres pada klien
5. Ketetapan
dalam
menggunakan
mekanisme
koping
merupakan
salah satu cara
mengurangi
ketakutan
6. Kesadaran akan
faktor penyebab
ketakutan akan
memperkuat
kontrol dan
mencegah
perasaan takut
yang makin
menumpuk

3 Ansietas yang
berhubungan
dengan perubahan
status kesehatan
sekunder akibat
penyakit psoriasis
Setelah dilakukan
tindakan x24 jam
diharapkan Ansietas
dapat diminimalkan
sampai dengan
diatasi dengan
kriteria hasil :
1. Pasien tampak
rileks
2. Pasien
mendemonstrasi
kan
/menunjukan
kemampuan
mengatasi
masalah dan
menggunakan
sumber-sumber
secara efektif
3. Tanda-tanda
vital normal
4. Pasien
1. Kaji tingkat
ansietas dan
diskusikan
penyebab
2. Kaji ulang
keadaan umum
pasien dan TTV
3. Berikan waktu
pasien untuk
mengungkapka
n masalahnya
dan dorongan
ekspresi yang
bebas misalnya
marah, takut,
ragu
4. Jelaskan semua
prosedur dan
pengobatan
5. Diskusikan
perilaku koping
alternatif dan
1. Identifikasi
masalah spesifik
akan
meningkatkan
kemampuan
individu untuk
menghadapinya
dengan lebih
realistis
2. Sebagai
indikator awal
dalam
menentukan
intervensi
berikutnya
3. Agar pasien
merasa lebih
diterima
4. Mengurangi
kecemasan klien

melaporkan
ansietas
berkurang
sampai tingkat
dapat diatasi
teknik
pemecahan
masalah
4














Gangguan konsep
diri berhubungan
dengan krisis
kepercayaan diri


















Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan 3x24
jam di harapkan
Gangguan konsep
diri teratasi dengan
kriteria hasil :
1. Dapat
berinteraksi
seperti biasa.
2. Rasa percaya diri
timbul kembali.










1. Kaji perubahan
perilaku pasien
seperti menutup
diri, malu
berhadapan
dengan orang
lain
2. Bersikap realistis
dan positif
selama
pengobatan
3. Beri harapan dan
parameter
situasi individu
4. Berikan
penguatan
positif terhadap
kemajuan
5. Dorong interaksi
keluarga






1. Mengetahui
tingkat
ketidakpercayaa
n diri pasien dan
untuk
menentukan
intervensi
selanjutnya
2. Meningkatkan
kepercayaan dan
mengadakan
hubungan
hubungan antara
perawat pasien
3. Meningkatkan
perilaku positif
4. Kata kata
penguatan dapat
mendukung
terjadinya
perilaku koping
positif
5. Untuk
mempertahanka
n garis
komunikasi dan


memberikan
dukungan terus
menerus pada
pasien



























BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Psoriasis adalah ganggguan kulit yang ditandai dengan plaque, bercak, bersisik yang
dikenal dengan nama penyakit papulosquamoas.( Price, 1994).
Psoriasis adalah penyakit inflamasi non infeksius yang kronik pada kulit dimana
produksi sel-sel epidermis terjadi 6-9 x lebih besar daripada kecepatan sel normal.dengan
kecepatan (Smeltzer, Suzanne)
Etiologi dari psoriasis yaitu :
1. Trauma
2. Infeksi
3. Iklim
4. Beberapa kasus cenderung menyembuh pada musim panas, sedangkan pada musim
penghujan akan kambuh.
5. Faktor endokrin
6. Sinar matahari
7. Metabolik
8. Hipokalsemia dapat menimbulkan psoriasis.
9. Obat-obatan

Anda mungkin juga menyukai