Anda di halaman 1dari 34

12

BAB III
TINJAUAN PERANCANGAN MANAJEMEN PROYEK

3.1 MANAJEMEN PROYEK
Manajemen proyek merupakan suatu kerangka kerja yang terdiri dari
beberapa komponen/bagian, secara keseluruhan saling berkaitan, dan terorganisir
sedemikian rupa dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Adapun fungsi dari
manajemen proyek diantaranya, perencanaan (planning), pengorganisasian
(organizing), tindakan/pelaksanaan (actuating), dan pengendalian (controlling).
Yang dimaksud dengan fungsi dari manajemen proyek diatas adalah sebagai
berikut :
1. Perencanaan (Planning)
Setiap kegiatan selalu diawali dengan perencanaan. Perencanaan merupakan
tindakan proses manajemen yang sangat penting karena mengandung berita,
asumsi maupun fakta kegiatan yang memerlukan logika pemikiran untuk
direalisasikan pada waktu yang akan datang.
2. Pengorganisasian (Organizing)
Secara umum yang dimaksud dengan pengorganisasian adalah mengatur
unsur-unsur sumber daya perusahaan yang terdiri dari tenaga kerja, tenaga
ahli, material, dana dan lain-lain untuk mencapai organisasi dapat dibagi
menjadi 3 jenis, yaitu:



13
a. Organisasi Proyek Fungsional (OPF)
Pada Organisasi Proyek Fungsional (OPF), lingkup kegiatan proyek
diserahkan dan menjadi tambahan kegiatan fungsional serta dipimpin oleh
manajer lini yang telah ada. Dengan kata lain, pengelolaan kegiatan proyek
dititipkan dan dirangkap oleh hierarki fungsional yang telah ada di
perusahaan bersangkutan.
Untuk proyek dengan volume dan jenis kegiatan yang masih bisa
diserap oleh salah satu bidang fungsional, penggunaan OPF dipandang paling
baik karena tidak perlu merestrukturisasi atau modifikasi organisasi
perusahaan yang telah ada. Namun dipihak lain struktur OPF dianggap kurang
efektif menangani proyek yang berukuran besar, kompleks dan multi disiplin
yang memerlukan integrasi ketat antara para pelaku dan komponen pekerjaan
yang bersangkutan, baik dari dalam maupun dari luar organisasi.
b. Organisasi Proyek Murni (OPMi)
Dalam susunaan Organisasi Proyek Murni (OPMi), pimpinan proyek
diberi keleluasaan untuk bertindak sepenuhnya dalam melaksanakan
koordinasi, integrasi, komunikasi kegiatan proyek, dan mempunyai wewenang
atas keputusan yang berhubungan dengan pelaksanaan proyek.
Adapun kelemahan dari OPMi secara keseluruhan adalah mahal, tidak
efisien untuk membagi dan memecah (fragmantasi) penggunaan sumber daya
misalnya, peralatan konstruksi dan tenaga dimasing-masing proyek.



14
c. Organisasi Proyek Matriks (OPM)
Organisasi Proyek Matriks (OPM) adalah organisasi yang paling
kompleks diantara struktur organisasi yang lainnya, OPM menjanjikan adanya
pengelolaan proyek dengan menggunakan sumber daya secara optimal. Pada
OPM tergabung 2 unsur dasar, yaitu unsur organisasi fungsional dan proyek.
Salah satu keunggulan dari OPM adalah dengan adanya penanggung
jawab tunggal maka kepentingan proyek dapat dijaga, dipelihara dan
dikerjakan secara terus menerus secara berkesinambungan.
Struktur organisasi pada PT. Pembangunan Perumahan (PT. PP) dalam
proyek Pembangunan Gedung FKIK U.I.N menggunakan struktur Organisasi
Proyek Murni (OPMi) yang dipimpin oleh satu orang pimpinan proyek
(pimpro) yang bertindak sepenuhnya dalam melaksakan koordinasi, integrasi,
komunikasi kegiatan proyek, dan mempunyai wewenang atas keputusan yang
berhubungan dengan pelaksanaan proyek.
3. Pelaksanaan (Actuating)
Pelaksanaan merupakan pemanfaatan sumber daya yang ada sesuai
perencanaan dan melalui kerja sama seluruh anggota organisasi hingga
tercapainya efisiensi pekerjaan dan tujuan bersama.
4. Pengendalian (Controlling)
Dalam kegiatan proyek, diperlukan adanya keterpaduan antara
perencanaan dan pengendalian yang relatif lebih erat dibanding kegiatan yang
bersifat rutin. Untuk itu perlu digunakan metode yang dapat mengungkapkan
dan mendeteksi penyimpangan sedini mungkin.

15
3.2 PERENCANAAN PROYEK
Perencanaan (planning) merupakan kegiatan pokok manajemen konstruksi
pertama, dimana sebelum kita melakukan kegiatan-kegiatan lainnya harus
didahului dengan suatu perencanaan yang telah ditentukan. Sasaran perencanaan
yang harus direncanakan diantaranya : perencanaan biaya, perencanaan mutu,
perencanaan waktu dan perencanaan keamanan kerja.
Ada beberapa metode dalam komponen lingkup proyek menjadi jaringan kerja :
1. Metode jalur kritis
Metode jalur kritis adalah jalur yang memiliki rangkaian komponen-
komponen kegiatan, dengan total jumlah waktu yang terlama dan menunjukan
kurun waktu penyelesaian proyek yang tercepat.
2. Teknik evaluasi dan review proyek
Teknik evaluasi dan review proyek adalah suatu rekayasa untuk menghadapi
situasi dengan kadar ketidakpastian (uncertainty) yang tinggi pada aspek
kurun waktu kegiatan.
3. Metode preseden diagram
Metode preseden diagram adalah kegiatan pada node atau activity an noda
dimana kegiatan ditulis didalam kotak atau lingkaran dan anak panahnya
menjelaskan hubungan ketergantungan diantara kegiatan-kegiatan lainnya.
Metode yang digunakan pada pelaksanaan proyek Pembangunan Gedung
FKIK U.I.N yaitu metode jalur kritis, keuntungannya adalah dapat terkontrolnya
pekerjaan dan dapat menyelesaikan pekerjaan dengan cepat.


16
3.3 ORGANISASI PROYEK
Untuk melaksanakan pembangunan suatu proyek, beberapa pihak baik
secara langsung maupun tdak langsung mengadakan kegiatan. Untuk proyek-
proyek besar terdapat 3 pihak yang melaksanakannya, yaitu diantaranya owner,
konsultan perencana dan kontraktor. Pada proyek pembangunan gedung FKIK
U.I.N tidak ada konsultan pengawas hal ini dikarenakan pemilik proyek sudah
mempercayai PT. Pembangunan Perumahan.
Hubungan kerja ketiga pihak tersebut diuraikan dalam bentuk bagan
dibawah ini :







Gambar 3.1 Bagan hubungan kerja (sumber : data dari PT. Pembangunan Perumahan)
Penjelasan dari bagan tersebut antara lain :
1. Owner memberikan ide kepada konsultan agar direncanakan gambar yang
sesuai dengan keinginan dari pemilik proyek.
2. Konsultan telah selesai mengerjakan berupa rencana gambar dan hitungan
struktur lalu diberikan kepada owner untuk meminta persetujuan. Hasil kerja
konsultan berupa perencanaan, gambar dan perhitungan strukturnya lalu
diberikan kepada owner.

17
3. Setelah pekerjaan konsultan perencana, gambar dan perhitungan strukturnya
disetujui oleh owner lalu diberikan kepada kontraktor dan kontraktor memulai
pekerjaan struktur.
4. Penagihan dilakukan kontraktor dengan menggunakan metode lump sump.




















18
3.3.1 Pemilik Proyek (Owner)
Pada proyek pembangunan Gedung FKIK U.I.N yang menjadi pemberi
tugas/pemilik (owner) adalah Universitas Islam Negeri (U.I.N). Pemilik proyek
(owner) atau pengguna jasa adalah orang/badan yang memiliki proyek dan
memberikan pekerjaan kepada pihak penyedia jasa dan yang membayar biaya
pekerjaan tersebut. Pengguna jasa dapat berupa perseorangan,
badan/lembaga/instalasi pemerintah maupun swasta.
Tugas dan wewenang dari pemilik proyek adalah :
a) Menyediakan biaya dan fasilitas untuk seluruh proses pembangunan yang
akan dikerjakan pada proyek tersebut.
b) Memberitahukan hasil lelang secara tertulis kepada masing-masing kontraktor.
c) Menunjuk penyedia jasa (konsultan perencana dan kontraktor).
d) Menentukan jumlah pembayaran dan waktu pembayaran.
e) Menyediakan lahan untuk tempat pelaksanaan pekerjaan.
f) Mengawasi jalannya pelaksanaan pekerjaan dengan cara menempatkan atau
menunjuk suatu badan atau orang untuk bertindak atas nama pemilik.
g) Memiliki kewenangan tertinggi dalam memberi keputusan proyek.
h) Menerima dan mengesahkan pekerjaan yang telah selesai dilaksanakan oleh
penyedia jasa jika produknya telah sesuai dengan apa yang dikehendaki.





19
3.3.2 Konsultan Perencana
Konsultan perencana adalah orang/badan yang membuat perencanaan
bangunan secara lengkap baik dalam bidang arsitektur, sipil, maupun bidang lain
yang melekat erat dan membentuk sebuah sistem bangunan. Konsultan perencana
pada proyek ini untuk bidang struktur adalah Yamasitha Sekkei INC., bidang
arsitektur adalah Yamasitha Sekkei INC. dan UNICO Inc, dan bidang mekanikal
elektrikal adalah PT. Pembangunan Perumahan.
Tugas dan wewenang Konsultan Arsitektur adalah :
a. Membuat rancangan dari arsitektur bangunan yang sesuai dengan kebutuhan
owner.
b. Memberikan konsultasi dan pertimbangan kepada owner mengenai rancangan
yang akan dibuat.
c. Membuat rancangan gambar sedetail mungkin untuk kelancaran proyek yang
sesuai dengan kondisi di lapangan.
Tugas dan wewenang Konsultan Struktur adalah :
a. Mamberikan konsultasi kepada konsultan arsitektur saat perencanaan
mengenai kekuatan konstruksi yang akan diterapkan.
b. Membuat revisi atas perencanaan sebelumnya jika ada yang tidak sesuai
dengan kondisi di lapangan.
c. Memberikan saran dan pertimbangan kepada pemberi tugas maupun pelaksana
proyek tentang pelaksanaan pekerjaan.
d. Menghadiri rapat-rapat koordinasi untuk mengantisipasi bila ada perubahan-
perubahan yang terjadi di proyek.

20
Tugas dan wewenang Konsultan Mekanikal/Elektrikal adalah :
a. Membuat rancangan mengenai mekanikal dan elektrikal yang akan digunakan
di lapangan.
b. Memberikan saran dan pertimbangan kepada pemberi tugas maupun pelaksana
proyek tentang mekanikal elektrikal yang akan digunakan pada pelaksanaan
pekerjaan.
c. Menghadiri rapat-rapat koordinasi untuk mengantisipasi bila ada perubahan-
perubahan yang terjadi di proyek.
















21
3.3.3 Manajemen Konstruksi
Secara umum, tugas utama tim yang bergerak di bidang manajemem
komstruksi adalah mengkoordinasikan dan memberikan pengarahan kepada
semua pihak yang terlibat dalam pengendalian proyek (terutama pada tahap
konstruksi fisik proyek) sehingga terbentuk suatu tim konstruksi terpadu dan
bertanggung jawab. Adapun tujuannya adalah untuk menghasilkan suatu produk
sejalan dengan perencanaan biaya, mutu dan waktu yang telah ditetapkan dan
disepakati bersama sesuai dengan kontrak kerja sama yang telah disetujui.
Tugas dan tanggung jawab tim Manajemen Konstruksi adalah :
a. Mengorganisasikan seluruh aspek proyek baik dari segi tenaga kerja, peralatan
dan biaya.
b. Melaksanakan progam kerja pengendalian terhadap biaya, mutu dan waktu
yang dialokasikan dalam proyek secara keseluruhan.
c. Mengkondisikan tim proyek secara keseluruhan sehingga menjadi tim yang
terpadu baik dari segi komunikasi dan koordinasi proyek.
d. Menjadi penasehat Pemberi Tugas dalam pengambilan keputusan yang
berkaitan dengan kelangsungan proyek (secara teknis dan non-teknis)
e. Memberikan laporan kemajuan pekerjaan secara periodik kepada Pemberi
Tugas/Pemilik Proyek.
f. Mengkondisikan hubungan komunikasi yang baik dan efektif antar semua
pihak yang terlibat dalam tim proyek keseluruhan untuk mewujudkan tujuan
proyek.
g. Mengantisipasi dan meminimalisasi masalah yang potensial dalam proyek.

22
Badan atau pihak yang bertanggung jawab sebagai tim dalam bidang
manajemen konstruksi, mempunyai peranan yang penting dalam suatu proyek
konstruksi. Dimana seluruh hasil proses kegiatan pelaksanaan di lapangan
dikoordinasikan dan dikendalikan oleh badan ini. Dalam proyek pembangunan
gedung FKIK U.I.N, yang bertugas dan bertanggung jawab dalam bidang
manajemen konstruksi adalah Yamasitha Sekkei INC.


















23
3.3.4 Kontraktor
Kontraktor adalah orang atau badan yang menerima pekerjaan dan
menyelenggarakan pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan biaya yang telah
ditetapkan berdasarkan gambar rencana sesuai peraturan dan syarat-syarat yang
ditetapkan. Kontraktor utama dalam pekerjaan proyek pembangunan Gedung
FKIK U.I.N adalah PT. Pembangunan Perumahan (PT. PP). Kontraktor dapat
berupa perusahaan perseorangan yang berbadan hukum atau sebuah badan hukum
yang bergerak dalam bidang pelaksanaan pekerjaan.
Tugas dan tanggung jawab Kontraktor adalah :
a) Menyelesaikan proyek sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
b) Melaksanakan pekerjaan proyek sesuai dengan dokumen kontrak, mutu
pekerjaan, waktu dan biaya yang tersedia.
c) Menyediakan tenaga kerja, tenaga ahli, peralatan serta material yang
digunakan selama proyek berlangsung.
d) Mengawasi pekerjaan subkontraktor dan bertanggung jawab kepada pemberi
tugas atas hasil kerja subkontaktor.
e) Melaksanakan pekerjaan tambahan dan perubahan pekerjaan dengan
persetujuan pemilik.
f) Melaporkan hasil yang telah dicapai di lapangan kepada pihak pemilik.
g) Menyerahkan seluruh atau sebagian pekerjaan yang telah diselesaikannya
sesuai ketetapan yang berlaku.
h) Memelihara keamanan dan kesehatan para pekerja serta memberi jaminan
keselamatan seperti asuransi tenaga kerja (JAMSOSTEK).

24





















Gambar 3.2 Struktur Organisasi Kontraktor (PT. Pembangunan Perumahan)


25
1. Project Manager (PM)
Project Manager bertanggung jawab terhadap penyelesaian proyek secara
keseluruhan baik dari segi biaya, mutu dan waktu (BMW), khususnya terhadap
paket-paket pekerjaan yang disub-kontrak-an dan biaya overhead.
Melakukan pengujian produk yang dipasok pelanggan pada penerimaan
hingga lengkap pengembalian kepada pelanggan dengan mencirikan yang dapat
dipakai ataupun yang rusak/tidak dipakai. Project manager bertanggung jawab
terhadap pembuatan Quality Plan, seperti yang diatur oleh Director/Head of
Technical Department. Project Manager mempunyai hak dan tanggungjawab
untuk pelaksanaan Engineering organizing dan staffing dalam proyek.
Tugas dan tanggung jawab Project Manager terhadap kualitas adalah
sebagai berikut :
a. Menerima dokumen kontrak.
b. Melaksanakan rapat pra-pelaksanaan.
c. Mengontrol RAB.
d. Menyeleksi Sub-kontraktor.
e. Semua identifikasi dokumen dan penelusuran baik dari suatu material atau
produk suatu pekerjaan, dapat dengan mudah dicari dan dipelihara selama
jangka waktu yang ditetapkan.
f. Dibantu dengan Project QC Engineering bertanggungjawab mempersiapkan
prosedur kerja proyek dan instruksi kerja yang dirangkum dalam Project
Quality Plan dengan cara mengidentifikasikan dan merencanakan serta

26
memastikan bahwa proses tersebut dapat dikontrol untuk memenuhi kriteria
standar yang telah ditetapkan.
g. Dibantu dengan Site Engineer dan Site Manager bertanggungjawab terhadap
terselenggaranya laporan-laporan yang ditetapkan, yang mana hal ini
diperlukan sehubungan dengan proses kontrol.
h. Bertanggung jawab untuk menjamin bahwa inspeksi dan kegiatan testing
harus dilaksanakan sesuai dengan inspeksi dan rencana tes, juga bertanggung
jawab dalam hal mutu.
i. Memprakarsai tindakan perbaikan dan pencegahan.
j. Mengawasi dan memeriksa efektivitas pelaksanaan tindakan perbaikan.
k. Bertanggung jawab bahwa prosedur penanganan, penyimpanan, pengemasan,
pemeliharaan, dan pengiriman berjalan dengan baik.
l. Memeriksa laporan stock material yang ada
m. Menjamin bahwa semua pelaksanaan pekerjaan di proyeknya telah dikerjakan
dengan material, proses kerja dan hasil yang sesuai dengan spesifikasi yang
ditetapkan
n. Menyiapkan laporan progress mingguan dan bulanan (LPB) dan menyerahkan
laporan tersebut kepada pemilik

2. Construction Manager (CM)
Yaitu sebagai manager dalam operasi fisik pelaksanaan proyek sehingga
tujuan dapat tercapai tepat waktu dan memberikan keuntungan yang optimal

27
terhadap perusahaan. Adapun tugas dan tanggung jawabnya adalah sebagai
berikut :
a. Bertanggung jawab kepada Project Manager.
b. Memimpin personil dibawahnya untuk bekerja secara tim.
c. Mengawasi tahap pekerjaan dilapangan.
d. Memonitor tenaga kerja, bahan dan alat.
e. Melaporkan prestasi mingguan.

3. Administration Manager (AM)
Yaitu sebagai wakil Project Manager dalam bidang administrasi,
sekaligus sebagai manager bagi personil dibawahnya. Bertujuan agar jalannya
proyek dapat tercapai tepat biaya dan memberikan keuntungan optimal bagi
perusahaan. Adapun tugas dan tanggung jawabnya adalah sebagai berikut :
a. Bertanggung jawab kepada Project Manager.
b. Memimpin personil dibawahnya untuk bekerja secara tim di bidang
administrasi.
c. Bertanggung jawab penuh terhadap pengelolaan keuangan proyek.
d. Bertanggung jawab dalam pengarsipan surat-surat yang berhubungan dengan
proyek secara umum.

4. Site Engineer (SE)
Yaitu sebagai wakil dari Construction Manager dalam bidang teknik
konstruksi di proyek. Site Engineer memiliki personil-personil lagi dibawahnya

28
yang kesemuanya itu memiliki tugas yang berbeda-beda tetapi tetap dalam bidang
yang berhubungan dengan teknik di lapangan. Dalam proyek ini SE dibagi
menjadi tiga yaitu SE Struktur, SE Arsitektur dan SE Mekanikal Elektrikal.
Adapun tugas dan tanggung jawabnya adalah sebagai berikut :
a. Bertanggung jawab kepada Construction Manager.
b. Mengerahkan personil dibawahnya agar tercapai kualitas sesuai rencana.
c. Melaksanakan tugas di bidang teknik.
d. Bertanggung jawab penuh terhadap kinerja personil dibawahnya.
e. Memeriksa hasil gambar yang telah dibuat oleh Drafter.

5. Quality Control (QC)
Quality Control ditetapkan sebagai jaringan yang mendukung kegiatan
Quality Assurance, memiliki wewenang dan tanggung jawab untuk menjamin
bahwa seluruh persyaratan mutu/kualitas untuk proyek harus dilaksanakan dan
dipelihara. Adapun tugas dan tanggung jawab QC/QA adalah sebagai berikut :
a. Melaksanakan, memelihara dan mengendalikan prosedur proyek dengan
benar.
b. Mengendalikan inspeksi dan kegiatan test.
c. Membandingkan dan memelihara dengan catatan-catatan dokumen yang telah
dibuat.
d. Mengusahakan dan melaksanakan semua kegiatan dengan kwalitas yang
benar.

29
e. Menjamin bahwa semua permintaan kualitas terpenuhi dengan menggunakan
program-program proyek.
f. Kontrol terhadap kegiatan yang menyimpang.
g. Kontrol terhadap prosedur kegiatan yang menyimpang dan perbaikannya.
h. Mempersiapkan informasi keperluan material/upah/sub kontraktor yang
diperlukan untuk menyelesaikan proyek baik dalam bentuk volume, jenis dan
atau gambar kerja.
i. Membuat risalah rapat mingguan.

5. Safety, Health & Environment Officer (SHEO)
Rincian umum tugas dan tanggungjawab SHEO adalah sebagai berikut :
a. Memonitor dan menyelenggarakan sistem K3 yang baik.
b. Mempersiapkan rambu-rambu K3 yang diperlukan pada tempatnya.
c. Mempersiapkan barikade-barikade yang diperlukan.
d. Mempersiapkan lingkungan kerja yang aman dan nyaman.
e. Memberi briefing kepada pembantu pelaksana, mandor dan sub-kontraktor.
f. Menyelenggarakan apel safety dan kampanye K3.
g. Mengambil tindakan segera terhadap kecelakaan kerja yang terjadi.

6. Staf Teknik (SP)
Tugas dan tanggung jawabnya adalah sebagai berikut :
a. Bertanggung jawab kepada Site Engineer masing-masing bidang teknik.

30
b. Membantu program kerja Site Engineer masing-masing bidang teknik yaitu
berupa kelengkapan data teknik yang diperlukan di proyek.

7. Drafter
Bertugas untuk membuat, memperbarui dan mendstribusikan gambar
pelaksanaan/gambar kerja (shop drawing), gambar terpasang (as built drawing)
untuk di lapangan dan di kantor pusat sebagai laporan akhir. Gambar kerja
tersebut harus mendapat persetujuan dari pihak konsultan. Adapun tugas dan
tanggung jawab drafter adalah :
a. Membuat shop drawing/gambar kerja secara benar dan jelas.
b. Membuat gambar detail pekerjaan-pekerjaan yang rumit.
c. Membuat as built drawing berdasarkan shop drawing dan kondisi lapangan.
d. Melakukan tertib administrasi gambar.
e. Menyelesaikan shop drawing dengan cepat dan tepat waktu.
f. Memudahkan pelaksanaan di lapangan dengan referensi gambar perencana.
g. Menyelesaikan as built drawing.
h. Melaksanakan/menjamin disetujuinya shop drawing dan pendistribusian
gambar ke lapangan sesuai gambar yang berlaku.

8. Quantity Surveyor (QS)
Tugas/Fungsi Quantity Surveyor adalah :
a. Membuat Analisa Harga Satuan pekerjaan.
b. Melakukan perhitungan pekerjaan tambah kurang.

31
c. Menghitung kemajuan proses pelaksanaan pekerjaan lapangan.
d. Bersama Kepala Teknik melaksanakan klaim tagihan.
e. Bersama dengan tim proyek melaksanakan negosiasi pekerjaan lapangan.
f. Menyiapkan data-data perusahaan dengan baik.
g. Menjamin dan menjaga kontribusi yang baik dengan perhitungan-perhitungan
yang baik dan benar.

9. Logistik
Tugas dan tanggung jawab Bagian Logistik yaitu :
a. Melaksanakan bagian dari kegiatan pelaksanaan produksi di proyek,
khususnya yang berkaitan dengan pengadaan material/bahan yang akan
dipakai dalam pelaksanaan konstruksi.
b. Pencatatan dan pemeriksaan terhadap material atau barang yang masuk.
c. Melakukan pemeriksaan dan perhitungan terhadap penggunaan material/bahan
pada suatu jenis pekerjaan konstruksi dan membandingkannya dengan
pemakaian di lapangan.
d. Membuat laporan mengenai jenis dan jumlah barang yang masuk atau keluar
gudang, serta persediaan barang di gudang.
e. Melakukan pengontrolan kondisi barang yang diterima.

10. POP
Diantara tugas dan tanggung jawabnya adalah sebagai berikut :

32
a. Membantu Construction Manager dalam pengendalian biaya operasional
proyek.
b. Bertanggung jawab kepada Site Engineer.

11. Ass. POP
Tugas dan tanggung jawab Ass. POP adalah sebagai berikut :
a. Membantu POP dalam pengendalian biaya operasional proyek.
b. Bertanggung jawab dalam pengendalian biaya operasional proyek.

12. Uitzet
Tugas dan tanggung jawab Uitzet adalah sebagai berikut :
a. Mempersiapkan keperluan pelaksanaan alat.
b. Penyediaan alat bantu untuk kerja, seperti sarana lampu, panel, air supply, dll.
c. Membuat laporan harian dan pemakaian bahan bakar dan alat-alat setiap
minggu.
d. Membuat/memesan alat yang diperlukan dengan disetujui Site Manager.
e. Mengatur pembagian kerja mekanik elektikal.
f. Memelihara/menjaga kebersihan semua alat yang ada dalam proyek.

13. Staf Akuntansi
Tugas dan tanggung jawab Staf Akuntansi adalah :
a. Menyiapkan data tagihan subkontraktor atau supplier.

33
b. Memproses tagihan upah borong sampai dengan penyiapan kwintansi
pengeluaran.
c. Memasukkan data catatan pengeluaran proyek serta arsiap bukti pembayaran
d. Memproses bukti pembayaran biaya umum proyek.
e. Menjamin proses data dan tagihan dari supplier/subkontraktor/upah borong
berjalan dengan baik, benar dan tepat waktu.

14. Peralatan
a. Bertanggung jawab penuh atas segala peralatan kerja di lapangan.
b. Menyimpan arsip/data teknis (manual) dari setiap peralatan yang digunakan di
proyek.
c. Mengurus perizinan penggunaan peralatan dan kelayakan untuk beroperasi.
d. Mengarsipkan segala persyaratan-persyaratan surat operasional peralatan.
e. Bertanggung jawab atas keahlian pekerja yang khusus mengoperasikan suatu
alat dan menyimpan surat tanda keahlian.

15. Security
Tugas dan tanggung jawab Security adalah sebagai berikut :
a. Sebagai pembantu Project Manager dalam hal keamanan proyek.
b. Mengkoordinir dan mengawasi segala kegiatan proyek yang berhubungan
dengan keselamatan dan keamanan kerja.
c. Melaporkan kegiatan keamanan proyek secara berkala.
d. Membuat buku daftar isian tamu.

34
e. Mengecek kebenaran barang yang masuk dan mencocokannya dengan surat
jalan.
f. Mengamankan lokasi terjadinya kecelakaan dan menghubungi subkon/mandor
dari korban.

3.4 PENGENDALIAN WAKTU, BIAYA DAN MUTU BAHAN
Pengendalian adalah mengusahakan agar pekerjaan berjalan sesuai dengan
perencanaan, maka aspek dan objek pengendalian sama dengan perencanaan.
Setelah selesai tahapan perencanaan dan dilanjutkan dengan proses konstruksi,
maka selama proses pelaksanaan diperlukan pengendalian agar proses
pelaksanaan tersebut dapat sesuai atau mendekati dengan apa yang direncanakan.
Dasar dari pengendalian adalah laporan progres lapangan secara periodik yang
mencakup pengendalian waktu, mutu bahan, biaya dan lainnya yang dipandang
perlu.
Dengan adanya kontrol pengendalian maka masalah-masalah yang timbul
dapat diketahui sedini mungkin, untuk kemudian dicari solusinya. Tujuan yang
ingin dicapai dari pengendalian proyek ini adalah :
a. Memperoleh kualitas bangunan yang sesuai dengan perencanaan
(pengendalian mutu).
b. Waktu pelaksanaan proyek sesuai dengan time schedule sehingga pihak
pemilik proyek maupun pelaksana tidak merasa dirugikan karena adanya
keterlambatan (pengendalian waktu).

35
c. Peningkatan efisien pekerjaan sehingga dapat meminimalkan pengeluaran
proyek (pengendalian biaya).
Maka, untuk terciptanya itu semua diperlukan beberapa pertimbangan
agar mendapatkan rencana kerja yang baik dan teliti, yaitu sebagai berikut :
a. Metode pelaksanaan tergantung dari sifat dan jenis pekerjaan yang
dilaksanakan.
b. Dana yang tersedia.
c. Bahan bangunan/material yang tersedia.
d. Peralatan yang digunakan.
e. Waktu yang telah ditentukan.
f. Tenaga kerja yang tersedia.

3.4.1 Pengendalian Waktu
Pengendalian mutu waktu yang di rencanakan adalah 15 bulan. Untuk
melihat pelaksanaan hasil kerja dari yang direncanakan dapat dilihat pada time
schedule berupa kurvaS. Semua kegiatan mulai dari site plan sampai finishing
tidak mengalami perubahan waktu antara yang direncanakan dengan
pelaksanaannya.
Kemajuan fisik proyek, harus sesuai dengan waktu yang telah
direncanakan. Untuk menilai kemajuan fisik proyek, dapat dilihat dari laporan
bulanan yang terdiri dari laporan-laporan mingguan. Dari laporan tersebut, kita
dapat bandingkan progress dalam perencanaan yang sesuai dengan kurvaS
dengan keadaan lapangan.

36
Pengendalian waktu pada suatu proyek pada umumnya dilakukan dengan
sistem penjadwalan dengan pembuatan time schedule yang merupakan sistem
pengendalian waktu dengan menetapkan alokasi waktu untuk masing-masing
tahap pekerjaan yang disesuaikan dengan urutan logika pekerjaan.
Pengendalian waktu dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Pengendalian jumlah tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan, apabila
terjadi sebuah keterlambatan maka diperlukan penambahan tenaga kerja atau
mengadakan jam kerja tambahan (kerja lembur).
b. Pengecekkan pengadaan material dan peralatan yang selalu siap apabila suatu
pekerjaan akan berlangsung.
c. Menempatkan tenaga ahli pada tiap pekerjaan sesuai dengan keahlian masing-
masing sehingga akan tercipta keselarasan pekerjaan yang bagus dan saling
membantu.
Progres fisik proyek juga dilihat dari laporan harian, mingguan, maupun
bulanan. Pada time schedule terdapat kurvaS, kemajuan proyek dilihat dari
persentase pekerjaan yang dicapai harian, mingguan, maupun bulanan.
a. Laporan harian adalah laporan pekerjaan yang dilakukan setiap harinya.
b. Laporan mingguan adalah laporan pekerjaan yang terdiri dari laporan harian,
yang setiap akhir minggu didapat persentase kemajuan proyek mingguan.
c. Laporan bulanan adalah laporan pekerjaan yang terdiri dari laporan mingguan
dan harian, yang setiap akhir bulan didapat persentase kemajuan proyek
bulanan.

37
Setiap akhir minggu progress yang dicapai akan dibandingkan dengan
progress rencana pada kurvaS, sehingga akan didapat perbandingan antara
rencana dan pelaksanaan. Apakah proyek tersebut sesuai atau tidak dengan waktu
yang direncanakan.

3.4.2 Pengendalian Biaya Proyek
Yang dimaksud dengan pengendalian biaya pelaksanaan proyek adalah
semua upaya atau usaha yang dilakukan oleh seluruh staf proyek (kepala proyek
dan staf), agar biaya pelaksanaan proyek menjadi wajar, murah, dan efisien,
sesuai dengan rencana atau hasil evaluasi yang telah dilakukan.
Pengendalian biaya pelaksanaan proyek terkait erat dan sangat dipengaruhi oleh :
a. Pengendalian waktu pelaksanaan proyek (efek dari penambahan biaya tidak
langsung).
b. Pengendalian mutu dan hasil pelaksanaan proyek (efek dari pekerjaan ulang,
finishing, pembongkaran dan lain-lain yang harus menambah biaya lagi, yaitu
biaya langsung maupun tidak langsung).
c. Pengendalian sistem manajemen operasional proyek yang bersangkutan, yang
kurang baik atau tidak konsisten dalam pelaksanaan atau penerapannya (efek
penambahan biaya karena inefektivitas dari cara dan sistem kerja dan
inefisiensi realitas biaya pekerjaan dari yang seharusnya direncanakan)
Pengendalian biaya dilakukan secara rutin selama pelaksanaan proyek, dan
hasilnya diwujudkan dalam bentuk laporan yang berisikan rincian pemasukan dan
pengeluaran operasional dan non-operasional.

38
3.4.3 Pengendalian Mutu Bahan
Pengendalian mutu dilaksanakan dengan 2 (dua) macam cara, yaitu
pengawasan pekerjaan dan uji mutu dari setiap pekerjaan yang akan dilaksanakan.
Pengendalian mutu pekerjaan dan bahan mutlak diperlukan untuk dapat
memperoleh hasil yang diinginkan yang sesuai dengan spesifikasi serta mutu yang
dapat dipertanggung jawabkan. Beberapa sistem pengujian dan persyaratan mutu
bahan yang merupakan hasil dari pengawasan sehingga memperoleh mutu
pekerjaan dan bahan-bahan yang baik pula, yaitu :
1. PDA (Pile Driving Analyzer) Test
PDA Test bertujuan untuk memverifikasikan kapasitas daya dukung tekan
pondasi. Dari hasil pengujian akan didapatkan informasi besarnya kapasitas daya
dukung termobilisir dengn faktor keamanan tertentu yang direncanakan, untuk
menilai apakah beban kerja rencana dapat diterima oleh pondasi terpasang. Dalam
pengujian PDA Test hanya dilakukan pada tiang-tiang tertentu.
Pelaksanakan pengujian dilaksanakan sesuai ASTM D-4945, yang
dilakukan dengan memasang dua buah sensor yaitu strain transduser dan
accelerometer transcuder pada sisi tiang dengan posisi saling berhadapan, dekat
dengan kepala tiang. Beban dinamik akibat tumbukan dari drop hammer pada
kepala tiang, akan menimbulkan regangan pada tiang dan pergerakan relatif
(relative displacement) yang terjadi antara tiang dan tanah disekitarnya
menimbulkan gelombang akibat perlawanan atau reaksi tanah. Semakin besar
kekuatan tanah, semakin kuat gelomang perlawanan yang timbul. Gelombang aksi
maupun reaksi akibat perlawanan tanah akan direkam. Dari hasil rekaman,

39
karakteristik gelombang-gelombang ini dapat dianalisa untuk menentukan daya
dukung statik tiang yang di uji.





Gambar 3.3 Pemasangan Hammer PDA tiang pancang





Gambar 3.4 Alat PDA
2. Mutu Beton
Pelaksanaan pengendalian mutu pekerjaan beton dilakukan dengan semua
bahan beton yang akan dipergunakan haruslah bahan-bahan yang benar-benar
mempunyai mutu terbaik diantara semua bahan beton yang tersedia, serta harus
memenuhi persyaratan SNI 03-2847-2002. Beton yang digunakan beton ready mix
dengan mutu beton 35 Mpa (K-350) dan kuat tekan 28 hari untuk beton Pile cap,
Tie beam, Balok, Kolom dan Pelat. Sedangkan beton untuk tiang pancang adalah
40 Mpa (K-400).

40






Gambar 3.5 Beton Ready Mix
Semua bahan dan kontruksi harus memenuhi standar yang umum dipakai
di Indonesia yaitu SNI 03-1729-2002 (tata cara perencanaan struktur baja untuk
bangunan gedung). Untuk memenuhi syarat atau tidak mutu baja tulangan yang
diperlukan atau dipergunakan dalam proyek ini, maka sebelum dipergunakan
diadakan pengujian terlebih dahulu, dimana secara garis besar pengujian itu
dilaksanakan :
a. Pengujian contoh-contoh baja tulangan dilakukan di laboratorium penguji
yang berwenang.
b. Semua baja tulangan bebas dan bersih dari karat harus sesuai dengan ukuran
pabrik, harus bersih pula dari oli, cat dan lain sebagainya, atau hal lain yang
dapat menyebabkan berkurangnya daya ikat baja tulangan terhadap beton.
c. Sama sekali tidak diperkenankan mengadakan pengecoran beton sebelum besi
yang terpasang telah dipeiksa dan disetujui oleh pengawas.

3. Portland Cement
Portland Cement yang digunakan adalah semen type I yang ditentukan
dalam ASTM C-150 atau sesuai SII-0013-82. Semen harus disimpan secara baik,

41
dihindarkan dari kelembaban, tidak berhubungan langsung dengan tanah dan
terlindung dari pengaruh cuaca.







Gambar 3.6 Portland Cement
4. Pembesian
Besi beton yang dipakai adalah besi beton ulir (deformed bar) dengan
tegangan leleh 4000 kg/cm2 (BJTD-40) dan besi polos (plain bar) dengan
tegangan leleh 2400 kg/cm2 (BJTP-24) persyaratan besi sesuai dengan SII 0136-
84.





Gambar 3.7 Pembesian
5. Pengujian Kekuatan Beton
Maksud pengujian ini adalah untuk mengetahui nilai kuat tekan
karakteristik suatu campuran beton pada umur tertentu, dan untuk menilai

42
perbandingan campuran yang akan menghasilkan beton dengan mutu seperti yang
telah direncanakan.
Penetapan kekuatan beton dalam Mpa dilakukan dengan percobaan tekan
(crushing test) pada benda uji silinder beton berukuran diameter 15 x 30 cm. Cara
pembuatan dan jumlah benda uji silinder tersebut harus menurut syarat dan sesuai
dengan SNI 03-2847-2002 dan harus memenuhi persyaratan jumlah benda uji
sebagai berikut :
Untuk setiap pengiriman harian beton ready mixed dari satu batch yang dipilih
secara acak harus diambil benda uji silinder :
Truk pertama = 1 x 4 benda uji
Truk ke 2 sampai ke 5 = 1 x 4 benda uji
Truk ke 6 sampai ke 10 = 2 x 4 benda uji
Truk ke 10 sampai berikutnya = 2 x 4 benda uji
Dari setiap set benda uji (4 silinder), satu benda uji digunakan untuk
percobaan kekuatan beton umur 7 hari, satu benda uji untuk umur 14 hari, satu
benda uji digunakan untuk percobaan kekuatan beton umur 21 hari dan satu benda
uji untuk umur 28 hari.





Gambar 3.8 Sampel pengujian kekuatan beton

43
6. Pengujian Slump Test
Pengujian slump test dimaksudkan untuk mengetahui kekentalan dari
concrete dan juga bertujuan untuk mempermudah pelaksanaan pengecoran. Untuk
pengujian Slump test dilakukan setiap truk mixer yang datang sebelum pengecoran
dilakukan. Slump test yang baik adalah 12 2, dimana pengujian slump test
dengan menggunakan kerucut abram (Abrams Cone) dengan diameter atas 10 cm,
diameter bawah 20 cm dan tinggi 30 cm.









Gambar 3.9 Pengujian Slump Test
7. Perawatan Beton (Curing)
Tujuan perawatan beton adalah mencegah penguapan yang berlebihan,
karena dapat mengakibatkan terjadinya hambatan dalam proses hidrasi, supaya
beton berada pada suhu tertentu agar terhindar dari perbedaan suhu yang
berlebihan, mengingat hal tersebut dapat menimbulkan retakan. Berbagai cara
dalam pelaksanaan curing yaitu dengan menggunakan plastik untuk menutupi
beton, penyiraman beton dengan air dan penambahan zat adiktif pada saat
pengecorannya.

44
Pengendalian bahan dan material yang digunakan dalam proyek ini, secara
garis besar sesuai dengan yang direncanakan. Karena setiap kontraktor memulai
melakukan kegiatan dan pemilihan bahan material selalu dengan persetujuan dari
pihak konsultan maupun pelaksana teknis.

3.5 KONTRAK KERJA
Dalam pekerjaan pembangunan proyek konstruksi pada dasarnya ada 3
jenis kontrak dengan harga tetap yaitu:
1. Kontrak Lump Sump (Lump Sump Contract)
Pada kontrak lump sum, kontraktor menawarkan untuk menyelesaikan
seluruh pekerjaan dengan biaya tetap meskipun terjadi perubahan volume
pekerjaan.
2. Unit Price Contract
Adalah suatu kontrak atau perjanjian kerja dimana harga satuan (unit
price) yang mengikat, sedangkan volumenya akan dihitung bersama-sama di
lapangan antara pihak pemilik dengan pihak kontraktor didalam mutual check.
Kontrak semacam ini ditempuh jika penetapan volume pekerjaan
berdasarkan gambar rencana agak sulit, misalnya dalam proyek irigasi.
3. Kontrak Daftar Volume (Bill of Quantity contract)
Pada kontrak ini, kontraktor menawarkan untuk menyelesaikan berbagai
jenis pekerjaan dengan masing-masing pekerjaan mempunyai harga satuan yang
tahap dan volume pekerjaan berdasarkan gambar rencana.


45
3.5.1 Tipe Kontrak Yang Digunakan
Tipe kontrak yang digunakan pada PT. Pembangunan Perumahan kepada
pemilik proyek maupun konsultan adalah type kontrak Lump Sump.
Jenis kontrak yang digunakan PT. Pembangunan Perumahan sama dengan
tipe (Lump Sump Contract) dimana kontraktor menawarkan untuk menyelesaikan
seluruh pekerjaan dengan biaya tetap meskipun terjadi perubahan volume
pekerjaan.
Definisi type kontrak Lump Sump adalah pembayaran yang dilakukan oleh
pemilik proyek dengan mengukur hasil kerja yang sudah dihasilkan atau prestasi
yang sudah dikerjakan selama proyek sudah berjalan. Pembayaran ini tidak ada
batasan berapa kali dan berapa persen yang akan dibayar, tetapi dengan
pertimbangan hasil kerja yang sudah dikerjakan.
Penagihan ini juga harus memiliki izin dan persetujuan dari pemilik
proyek, dalam hal ini pelaksana teknis maupun pimpinan proyek setelah adanya
kemajuan fisik proyek baik di lapangan maupun dilihat dari laporan progress.
Progress tersebut dilihat dari laporan harian, mingguan dan bulanan yang
diajukan oleh kontraktor dan pelaksana teknis setelah adanya pengecekan terlebih
dahulu.
Jika progress yang telah diajukan sesuai dengan keadaan yang ada di
lapangan, maka proses penagihan bisa dilanjutkan setelah mendapat persetujuan
dari pemilik proyek.

Anda mungkin juga menyukai