Anda di halaman 1dari 20

Laporan Praktikum Kimia Dasar II

KINETIKA KIMIA






Oleh:
Kelompok : I (satu)
Nama : Ardinal
Nim : F1D113002
Prodi : Teknik Pertambangan


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
2014

KINETIKA KIMIA

I. Tujuan Pratikum
Mengukur perubahan konsentrasi pereaksi menurut waktu.
Mengamati pengaruh konsentrasi, suhu, dan katalis pada laju reaksi.
Menentukan hukum laju suatu reaksi dalam larutan berair.

II. Teori
Kinetika kimia mempelajari laju berlangsungnya reaksi kimia, dan energy
yang berhubungan dengan proses itu, serta mekanisme berlangsungnya proses
tersebut. Yang dimaksudkan dengan mekanisme reaksi adalah serangkaian reaksi
tahap demi tahap yang terjadi berturut turut selama proses perubahan reaktan
menjadi produk. Pada suatu reaksi kimia tidak begitu sukar untuk mengetahui zat
asal ( reaktan) dan zat hasil akhir (produk) namun kadang kala suatu reaksi
mempunyai hasil antara yang dengan cepat saling bereaksi lagi. Katalis adalah zat
yang mampu mempengaruhi laju reaksi, yang pada akhir reaksi didapatkan
kembali tanpa mengalami perubahan kimia. Ada dua macam katalis, yaitu katalis
positif (katalisator) yang berfungsi mempercepat reaksi, dan katalis negative yang
dikenal sebagai inhibitor, yang berfungsi memperlambat laju reaksi. Katalis
positif berperanan menurunkan energy pengaktifan, dan membuat orientasi
molekul sesuai untuk etrjadinya tumbukan ( Partana. 2003: 47) .
Orde reaksi menggambarkan bentuk matematik di mana hasil percobaan dapat
dtunjukkan. Orde reaksi hanya dapat dihitung secara eksperimen, dan hanya dapat
diramalkan jika suatu mekanisme reaksi diketahui ke seluruh orde reaksi yang
dapat ditentukan sebagai jumlah dari eksponen untuk masing-masing reaktan,
sedangkan harga eksponen untuk masing-masing reaktan dikenal sebagai orde
reaksi untuk komponen itu (Dogra, 1984).
Salah satu contoh yang dipengaruhi oleh laju reaksi adalah perkaratan pada
besi. Sesungguhnya karat hanyalah sebagian dari produk akibat proses
korosi. Fontana, mendefinisikan korosi sebagai fenomena kerusakan material
yang diakibatkan oleh adanya reaksi kimia antara material tersebut dengan

lingkungan yang tidak mendukung. Definisi material yang dimaksud disini tidak
hanya reaksi anoda diindikasikan dengan naiknya bilangan valensi dan terjadinya
produksi elektron. Reaksi katoda diindikasikan dengan terjadinya konsumsi
elektron sehingga menyebabkan penurunan jumlah elektron. Hal ini merupakan
prinsip utama korosi yang dapat dituliskan Ketika suatu logam terjadi korosi
maka laju oksidasi akan sama dengan laju reduksi (Ashadi dkk, 2002).
Waktu paruh (t
1/2
) suatu zat radioaktif merupakan waktu yang diperlukan oleh
separuh dari bobot awal tertentu dari zat itu untuk berubah menjadi zat lain.
Waktu-paruh ditentukan secara eksperimen dengan mencatat banyaknya pancaran
dalam suatu kurun waktu yang sesuai, oleh satu contoh radioaktif yang bobotnya
diketahui. Unsur-unsur radioaktif tertentu mempunyai waktu-paruh yang amat
pendek dan unsur-unsur lain yang waktu-paruhnya amat panjang (Keenan, 1986).
Katalis adalah suatu senyawa kimia yang dapat mengarahkan sekaligus
meningkatkan kinetika suatu reaksi (jika reaksi tersebut secara termodinamika
memungkinkan terjadi). Namun senyawa tersebut (katalis) tidak mengalami
perubahan kimiawi dari reaksi dan tidak mengubah kedudukan kesetimbangan
kimia dari reaksi. Dalam kazanah energy reaksi, katalis menurunkan rintangan
energi atau menurunkan besaran energi aktifasi sebuah reaksi melalui aneka
mekanisme fisikawi maupun kimiawi. Dalam katalis ada 3 komponen inti
menurut derajat kepentingannya adalah selktifitas, stabilitas, dan aktifitas. Dalam
pengelompokannya, katalis dikelompokkan menjadi 2, yaitu katalis homogeny,
artinya katalis yang memiliki atau bias membentuk suatu fasa dengan reaktan dan
pelarutnya (misalnya fasa cair pada system katalis asam untuk reaksi esterifikasi).
Sedangkan katalis heterogen tidak memiliki fasa yang sama dengan reaktan
maupun pelarut (misalnya fasa padat-cair pada sistem katalis zeolite untuk
perengkahan hidrokarbon) (Venugopal, 2009: 20-22).
Laju reaksi kimia dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor : konsentrasi pereaksi
(dan kadang kadang produk), suhu, dan katalisis. Pengukuran laju biasanya
dilakukan di bawah kondisi percobaan yang tetap, dengan suhu faktor tetap
sedangkan faktor lain diragamkan. Bila pengaruh faktor ini terhadap laju telah
ditentukan, faktor ini dibuat tetap dan faktor lain diragamkan.

Pengkajian secara sistematik mengenai ketergantungan laju pada perubahan
laju reaksi dilanjutkan sampai perilaku kinetika dari reaksi yang bersangkutan
menjadi lengkap.
Cara mengukur laju reaksi. Salah satu segi penting dari pengkajian kinetika
ialah merancang teknik yang mudah untuk memantau jalannya reaksi menurut
waktu. Analisis kimia dengan cara volumetri atau gravimetri relatif lambat,
sehingga cara seperti ini tidak digunakan kecuali bila reaksinya lambat, atau dapat
dihentikan dengan pendinginan tiba tiba, atau dengan penambahan pereaksi
yang menghentikan reaksi.
Beberapa cara yang umum digunakan ialah dengan menggunakan sifat warna
dan hantaran listrik. Laju reaksi yang melibatkan gas ditetapkan dengan mengukur
volume gas per satuan waktu. Dalam percobaan ini, digunakan perubahan warna.

Untuk suatu reaksi hipotesis
2A + 3B C + 5D
Hukum lajunya dapat berupa
Laju =

= k [A]n [B]m
Dengan k adalah tetapan laju, n adalah orde reaksi untuk A, dan m adalah orde
reaksi untuk B. Orde reaksi keseluruhan adalah n + m. Orde reaksi hanya dapat
ditentukan lewat percobaan, karena angka angka ini tidak selalu sama dengan
koefisien reaksi (stoikiometri).
Dalam percobaan ini akan dilakukan reaksi antara natrium tiosulfat dengan asam
hidroklorida.
S
2
O
3
2-
+ 2H
+
SO
2
+ H
2

Laju reaksi ini ganya bergantung pada konsentrasi S
2
O
3
2-
, tetapi tidak pada
konsentrasi asam. Hal ini dibuktikan dari grafik l/t terhadap (S
2
O
3
2-
) yang
memberikan garis lurus. Grafik ini menyiratkan bahwa orde reaksi adalah satu
untuk tiosulfat. Dan karena konsentrasi asam tidak mempengaruhi laju, maka
ordenya adalah nol.

Didalam percobaan juga akan melakukan percobaan dengan orde reaksi dua
untuk salah satu komponen pereaksinya. Orde dua dapat disimpulkan bila
terbentuk suatu garis lurus dari grafik l/t terhadap [HCl]
2
.
Berhasil atau gagalnya suatu proses komersial untuk menghasilkan suatu
senyawa sering tergantung pada penggunaan katalis yang cocok. Selang suhu dan
tekanan yang dapat digunakan dalam proses industri tidak mungkin berlangsung
dalam reaksi biokimia. Tersedianya katalis yang cocok untuk reaksi-reaksi ini
mutlak bagi makhluk hidup (Hiskia, 1992).
Reaksi kimia adalah suatu proses alam yang selalu menghasilkan anta
rubahan senyawa kimia. Senyawa ataupun senyawa-senyawa awal yang terlibat
dalam reaksi disebut sebagai reaktan. Reaksi kimia biasanya dikarakterisasikan
dengan perubahan kimiawi, dan akan menghasilkan satu atau lebih produk yang
biasanya memiliki ciri-ciri yang berbeda dari reaktan. Secara klasik, reaksi kimia
melibatkan perubahan yang melibatkan pergerakan elektron dalam pembentukan
dan pemutusan ikatan kimia, walaupun pada dasarnya konsep umum reaksi kimia
juga dapat diterapkan pada transformasi partikel-partikel elementer pada reaksi nuklir
(Purba,2004).

Orde reaksi dapat ditentukan dengan beberapa metode, yaitu :
a. Metode Subtitusi. Data yang terkumpul dari hasil pengamatan jalannya suatu
reaksi disubstitusikan ke dalam bentuk integral dari persamaan berbagai orde
reaksi. Jika persamaan itu menghasilkan harga k yang tetap konstan dalam
batas-batas variasi percobaan, maka reaksi dianggap berjalan sesuai dengan
orde tesebut.
b. Metode Grafik. Plot data dalam bentuk grafik dapat digunakan untuk
mengetahui orde reaksi tersebut. Jika konsentrasi diplot terhadap t dan
didapatkan garis lurus, reaksi adalah reaksi nol. Reaksi dikatakan orde
pertama bila log (a-x) terhadap t menghasilkan garis lurus.
c. Metode waktu paruh. Dalam reaksi orde nol, waktu paruh sebanding dengan
konsentrasi awal. Waktu paruh reaksi orde-pertama tidak bergantung pada

konsentrasi awal, waktu paruh untuk reaksi orde kedua, dimana a=b=c,
sebanding dengan 1/a
2
. Umumnya hubungan antara hasil di atas
memperlihatkan bahwa waktu paruh suatu reaksi dengan konsentrasi seluruh
reaktan sama (Martin, et all., 1993).

Dengan naiknya suhu pereaksi, maka suplai energi untuk mengaktifkan
pereaksi dan tumbukan antar pereaksi untuk menghasilkan reaksi juga akan
bertambah, sehingga produk yang dihasillkan menjadi lebih banyak. Nilai
konstanta kecepatan reaksi (K) naik dengan kenaikan suhu reaksi. Hal ini sesuai
dengan teori Arrhenius dan pernyataan Westerterp (1984), bahwa kenaikan suhu
akan menaikan nilai konstanta kecepatan reaksi (Khairat, 2003).
Peningkatan suhu reaksi, mempercepat kenaikan konsentrasi ALB(CD),
memperbesar penurunan konsentrasi A(CA), atau dengan kata lain menaikan
konversi (XA). Hal ini disebabkan karena dengan naiknya suhu reaksi, maka
suplai energi untuk mengaktifkan pereaksi dan tumbukan antar pereaksi untuk
menghasilkan reaksi juga akan bertambah, sehingga produk yang dihasilkan
menjadi lebih banyak. Nilai konstanta kecepatan reaksi (k) naik dengan kenaikan
suhu reaksi (rata-rata kenaikannya 2 kali dari nilai awal), hal ini sesuai dengan
teori Arrhenius dan pernyataan Westerterp (1984), bahwa kenaikan suhu akan
menaikan nilai konstanta kecepatan reaksi, di mana kenaikan 10C suhu reaksi
menaikan konstanta kecepatan reaksi sebanyak 2 kali dari nilai awal (Khairat,
2003).
Kecepatan dekomposisi obat ditunjukkan oleh kecepatan perubahan
konsentrasi mula-mula satu atau lebih reaktan dan ini dinyatakan dengan tetapan
kecepatan reaksik, yang untuk orde ke satu dinyatakn sebagai harga rsiprok dari
detik, menit, atau jam. Dalam suatu reaksi kecepatan terurainya suatu zat padat
mengikuti reaksi orde nol, orde 1 maupun orde II (Anonim,2011).





III. Prosedur Kerja
3.1 Alat dan Bahan
Alat:
1. Erlenmeyer 100 mL : 5 buah
2. Erlenmeyer 150 mL : 5 buah
3. Gelas piala 50 mL : 5 buah
4. Gelas piala 100 L : 5 buah
5. Batang pengaduk : 1 buah
6. Pipet tetes : 5 buah
7. Labu takar 100 mL : 1 buah
8. Stopwatch
9. Tabung reaksi : 10 buah
10. Rak tabung reaksi : 1 buah
11. Gelas Ukur 50 mL : 1 buah

Bahan :
1. Na
2
S
2
O
3

2. Akuades
3. HCl
4. Asam Asetat
5. Asam Sulfat
6. KMnO
4

7. Asam Oksalat
8. Pita Mg









3.2.Skema Kerja Hasil
A. Orde reaksi dalam reaksi Na
2
S
2
O
3
dengan HCl


- dicampurkan air terlebih dahulu
- ditambahkan HCL
- dimasukan ke dalam elenmeyer
- dicatat waktu saat HCl ditambahkan



B. Orde reaksi dalam reaksi Mg dengan HCl


- dipotong pita Mg menjadi 16 potong dengan panjang 2 cm
- dimasukan masing masing 1 potong logam ke dalam 8
erlemenyer
- diencerkan larutan HCl 2 M dengan volume 100 ml
- dicatat waktu dengan menggunakan stopwatch








Na
2
S
2
O
3
+ HCL
HASIL
Mg + HCl
Hasil

C. Pengaruh suhu terhadap laju reaksi


- Diambil 6 buah tabung reaksi dengan isi masing masing 8 ml
asam oksanat 0,1 N dan 2 ml asam sulfat
- Disiapkan 3 gelas piala
- Dipanaskan gelas I(mendidih) dan II(hingga 50) sedangkan III
tidak dipanaskan
- Dimasukan 2 tabung setiap piala
- Didiamkan selama 10 menit terus catat reaksi yang terjadi


D. Pengaruh katalis terhadap laju reaksi


- Diambil 6 tabung reaksi
- Ditambahkan pada tabung 1 dan 2 dengan 2 ml H
2
SO
4
1 M
- Ditambahkan pada tabung 3 dan 4 dengan 1 ml H
2
SO
4
1 M
- Ditambahkan pada tabung 5 dan 6 dengan 4 ml H
2
O
- Diteteskan KMnO
4
sebanyak 3 kali ke setiap tabung
- Dicatat reaksi dan waktu









Asam Oksalat + KMnO
4


Hasil
6 ml larutan asam oksalat
Hasil

IV. Hasil dan Pembahasan

A.Orde reaksi dalam reaksi natrium tiosulfat dengan asam hidroklorida
Pengamatan terhadap pengaruh konsentrasi natiosulfat :

Grafik 1 (orde 1 )

Grafik 2 ( Orde 2 )


0
20
40
60
80
100
120
0 1 2 3 4 5
0
0.02
0.04
0.06
0.08
0.1
0.12
0 1 2 3 4 5
Na
2
S
2
O
3
(Na
2
S
2
O
3
) H
2
O HCl t 1/t
(ml) (M) (ml) (ml) (detik)
(det
-1
)
25 0.15 - 4 10,07 0,099
20 0.12 5 4 24,48 0,040
15 0.09 10 4 45,18 0,022
10 0.06 15 4 97,29 0,010

Pengamata terhadap pengaruh konsentrasi asam hidroklorida:

Na
2
S
2
O
3
H
2
O HCl [HCl] t 1/t
(ml) (ml) (ml) (M) (detik) (det
-1
)
25 - 5 3.0 10,10 0,099
25 2 3 1.8 12,78 0,078
25 4 1 0.6 25,21 0,039

Grafik 1 ( Orde 1)

Grafik 2 ( Orde 2 )




0
5
10
15
20
25
30
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
0
0.02
0.04
0.06
0.08
0.1
0.12
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5




B. Orde reaksi dalam reaksi magnesium dengan asam hidroklorida

Pengamatan terhadap pengaruh konsentrasi asam hidroklorida
[HCl] HCl T1 1/T1 [HCl]
2
T2 1/T2
(M) (ml) (detik) (det
-1
)
0.8 50 67.00 0.01 0.64 85 0.01
1.2 50 50.00 0.02 1.44 58.59 0.02
1.6 50 29.00 0.03 2.56 16.06 0.06
2.0 50 20.00 0.05 4 14.44 0.07
KONSENTRASI HCL,T1 (Orde 2)

KONSENTRASI,T2 (Orde 2)


0
10
20
30
40
50
60
70
80
0 0.5 1 1.5 2 2.5
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
0 0.5 1 1.5 2 2.5


HCL KUADRAT, 1/T1 (Orde 1)

HCL KUADRAT, 1/T2 (Orde 1)

C.Pengaruh katalis terhadap laju reaksi
Waktu reaksi dari berbagai suhu (detik)
Ulangan
H2SO4
2 ml 1 ml 0 ml
1 241 s 345 s 511 s
Rata-rata 241 s 345 s 511 s

Tanda-tanda terjadinya reaksi :
Saat di campurkan suatu zat terjadi perubahan warna sama pada pengaruh suhu
0
0.01
0.02
0.03
0.04
0.05
0.06
0 1 2 3 4 5
0
0.01
0.02
0.03
0.04
0.05
0.06
0.07
0.08
0 1 2 3 4 5


D.Pengaruh suhu terhadap laju reaksi
Waktu reaksi pada berbagai suhu ( detik)
Ulangan
Suhu Reaksi
100
0
C 50
0
C 25
0
C
1 4,53 s 5,16 s 6,37 s
Rata-rata 4,53 s 5,16 s 6,37 s
Tanda-tanda terjadinya reaksi :
Terjadinya perubahan warna saat di campurkan suatu zat

4.2 Pembahasan
Laju reaksi adalah capat lambatnya suatu reaksi kimia berlangsung. Laju
reaksi dapat dinyatakan sebagai perubahan konsentrasi pereaksi atau produk per
satuan waktu. Dalam laju reaksi terdapat orde, yaitu banyaknya faktor konsentrasi
zat yang mempengaruhi laju reaksi. Dalam laju reaksi kimia terdapat bilangan
orde reaksi. Diantaranya 0, 1 dan 2. Reaksi orde nol adalah reaksi yang laju
reaksinya tidak dipengaruhi oleh konsentrasi reaktan. Reaksi orde satu adalah
reaksi yang lajureaksinya hanya dipengaruhi oleh konsentrasi reaktan pangkat satu
sehingga didapat grafik linear pada grafik perbandingan konsentrasi reaktan
dengan laju reaksi. Reaksi orde dua adalah reaksi yang laju reaksinya dipengaruhi
oleh konsentrasi reaktan kuadrat. Sehingga didapatkan grafik berbentuk kurfa
pada grfik pebandingan konsentrasi reaktan dengan laju reaksi. Didalam laju
reaksi terdapat konstanta laju reaksi. Yaitu tetapan dalam perhitungan laju reaksi.
Barapapun konsentrasi yang digunakan selalu digunakan tetapan ini. Konstanta
laju reaksi ini hanya dipengaruhi oleh jenis pereaksi dan suhu.
Dalam percobaan laju reaksi ada beberapa faktor yang mempengaruhi, yaitu :
- Konsentrasi pereaksi
Pengruh konsentrasi terhadap adalah semakin besar konsentrasi maka semakin
laju pula suatu reaksi. Karna dengan bertambahnya konsentrasi maka jumlah
partikel juga bertambah sehingga kemungkinan terjadi tumbukan antar partikel
semakin besar.
- Luas permukaan

Pengaruh luas permukaan adalah semakin halus atau kecil ukuran reaktan
(padatan) yang digunakan maka semakin laju reaksi kimaia terjadi . karena
dengan semakin kecilnya ukuran partikel maka akan menyebabkan kemungkinan
terjadi tumbukan semakin besar.
- Suhu atau temperature
Pengaruh suhu adalah dengan bertambahnya suhu, maka semakin laju reaksi
kimia. Karena dengan bertambahnya suhu maka partikel zat reaktan akan semakin
cepat bergerak atau dengan kata lain kemingkinan terjadi tumbuakan antar
partikel semakin besar.

- Tekanan
Pengaruh tekanan biasanya melibatkan pereaksi dalam wujud gas. Penambahan
tekanan dengan memperkecil volume akan memperbesar konsentrasi. Dengan
demikian dapat meningkatkan laju reaksi.
- Katalis
Pengaruh katalis adalah untik menurunkan energy aktivasi suatu reaksi kimia.
Energi aktivasi adalah sejumlah energi minimal yang harus dimiliki agar suatu
reaksi kimia dapat berlangsung. Katalis adalah zat yang dicampurkan dalam
reaktan namun pada akhir reaksi zat katalis tidak berubah menjadi zat lain.

Kinetika kimia merupakan salah satu cabang ilmu kimia fisika yang
mempelajari laju reaksi. Laju reaksi berhubungan dengan pembahasan seberapa
cepat atau lambar reaksi berlagsung. Sebagai contoh seberapa cepat reaksi
pemusnahan ozon di atmosfer bumi, seberapa cepat reaksi suatu enzim dalam
tubuh berlangsung dan sebagainya. Bila terdapat reaksi sebagai berikut:
aA + bB cC + dD

dimana a, b, c, dan d adalah koefisien reaksi dan A, B adalah reaktan dan C, D
adalah produk reaksi. Laju reaksi dapat didefinikan sebagai pengurangan reaktan
tiap satuan waktu.
Laju reaksi ini hanya bergantung pada konsentrasi S2O3-2 , tetapi tidak
pada konsentrasi asam . Hal ini dibuktikan dari grafik 1/t terhadap ( S2O32-) yang
memberikan garis lurus . Grafik ini menyiratkan bahwa orde reaksi adalah satu

untuk tiosulfat. Dan karena konsentrasi asam tidak menpengaruhi laju , maka
ordenya adalah nol .
Laju reaksi suatu reaksi kimia dapat dinyatakan dengan persamaan laju
reaksi. Untuk reaksi berikut :
A + B AB
Persamaan laju reaksi secara umum ditulis sebagai berikut :
r=k [A]
m
[B]
n

sebagai konstanta laju reaksi, m dan n adalah orde parsial masing masing
pereaksi.
Dari persamaan umum laju reaksi, besarnya laju reaksi sebanding dengan
konsentrasi pereaksi. Jika natrium tiosulfat dicampur dengan asam kuat
encer maka akan timbul endapan putih. Reaksi-reaksi yang terjadi adalah
sebagai berikut:
Na
2
S
2
O
3
+ 2H
+
2Na
+
+ H
2
S
2
O
3
(cepat)
H
2
S
2
O
3
H
2
SO
3
+ S (lambat)
Na
2
S
2
O
3
+ 2H
+
2Na
+
+ H
2
S
2
O
3
+ S
Reaksi ini terdiri dari dua buah reaksi yang konsekutif (sambung
menyambung). Pada reaksi demikian, reaksi yang berlangsung lambat
menentukan laju reaksi keseluruhan.
Beberapa cara yang umum digunakan ialah dengan menggunakan sifat
warna dan hantaran listrik .Laju reaksi yang melibatkan gas ditetapkan dengan
mengukur volume gas per satuan waktu.
Hasil Perbandingan teori dengan hasil percobaan yang dilakukan pada
Orde reaksi yang dihasilkan orde 1 dan orde 2 itu terbukti dengan teori kinetika
kimia dan juga pada orde reaksi magnesium , tapi pengaruh suhu terhadap laju
reaksi , serta pengaruh katalis terhadap laju reaksi belum terbukti karena belum
melakukan suatu pengamatan virtual pengaruh reaksi terhadap suhu maupun
terhadap katalis .

V. Kesimpulan dan Saran

5.1 kesimpulan
-Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi adalah :
-Suhu
-Luas permukaan
-Konsentrasi
-Tekanan
-Apabila konsentrasi suatu reaktan semakin besar, maka laju reaksi juga
meningkat. Dan pengaruh suhu yaitu apabila suhu dinaikkan maka laju suatu
reaksi juga meningkat.

-Katalis merupakan zat yang dapat mempercepat laju reaksi dengan cara
menurunkan energi aktivasi sehingga kompleks teraktivasi lebih mudah terbentuk.
-Pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi yaitu; besarnya laju reaksi sebanding
dengan konsentrasi pereaksi.


5.2 Saran
-Sebaiknya dalam setiap percobaan laju reaksi menggunakan persepsi tingkat
kekeruhan larutan yang sama, meskipun tanda silang tidak benar-benar tak
terlihat. Sehingga dapat mengefisiensikan waktu dan hasil yang lebih akurat.

-Pada saat praktikum hendaknya asisten bisa lebih memberikan perhatian, arahan,
dan bimbingan kepada praktikan supaya praktikum dapat berjalan dengan baik
dan lancar.







DAFTAR PUSTAKA
Keenan Kleinfelter, Wood. 1989. Kimia untuk Universitas Jilid 1 . Jakarta :
Erlangga

Sukamto. 1989. Kimia Fisika. Jakarta : PT Bhineka Cipta

Anonim. 2012. Kinetika Kimia, Definisi Laju Reaksi dan Hukum
Laju. www.chem-is-try.org. Di akses Pada: Senin, 01Mei 2014. Jam: 18.57 WIB.

Dogra. 2001. Kimia Fisika. Jakarta: UI Press.

Partanan, CF, dkk. 2003. Common Texbook (Edisi Revisi) Kimia Dasar 2.
Yogyakarta:

Proyek Kerja Sama JICA, DIKTI, dan FMIPA UNY pada Program IMSTEP.

Venugopal, Van. 2009. Chemistry University. London: Nelson Thornes.































LAMPIRAN

Pertanyaan Prapraktek
1. Apa definisi ringkas dari (a) hukum laju, (b) tetapan laju, (c) orde reaksi, (d)
energi aktivasi ?
a) Hukum laju adalah persamaan yang mengaitkan laju reaksi dengan
konsentrasi molar atau tekanan parsial pereaksi dengan pangkat yang
sesuai
b) Tetapan laju adalah tetapan perbandingan antara laju reaksi dan hasi kali
konsentrasi spesi yang mempengaruhi laju reaksi. Tetapan laju juga
merupakan perubahan konsentrasi pereaktan atau produk reaksi per satuan
waktu dalam suatu reaksi jika konsentrasi semua pereaksi sama dengan
satu.
c) Orde reaksi adalah jumlah pangkat konsentrasi dalam hokum laju bentuk
diferensial. Secara teoritis orde reaksi merupakan bilangan bukat kecil,
namun dari hasil experiment hal tertentu orde reaksi merupakan pecahan
atau nol
d) Energi aktivasi energi yang harus dilampaui agar reaksi kimia dapat
terjadi. Energi aktivasi bisa juga diartikan sebagai energi minimum yang
dibutuhkan agar reaksi kimia tertentu dapat terjadi. Energi aktivasi sebuah
reaksi biasanya dilambangkan sebagai E
a
, dengan satuan kilo joule per
mol.
2. Apakah satuan tetapan reaksi untuk (a) reaksi orde nol, (b) reaksi orde satu, (c)
reaksi orde dua.
a) Reaksi orde nol V=k [A]
0

b) Reaksi orde satu V= K [A]
1

c) Reaksi orde dua V= K [A]
2






3. Belerang dioksida mereduksi HIO3 dalam larutan asam dengan reaksi
3SO
2
(g) + 3H
2
O(l) + HIO
3
(aq) 3H
2
SO
4
(aq) + HI(aq)
[SO
2
]
(M)
[HIO
3
]
(M)
t
(detik)
14,6 x 10
-4
3,60 x 10
-3
25,8
7,31 x 10
-3
3,60 x 10
-3
52,8
14,6 x 10
-4
7,21 x 10
-3
12,6
Tentukan orde reaksi untuk setiap pereaksi dan orde keseluruhannya?

Persamaan 1 dan 2


X= 2
Persamaan 1 dan 3


Y = 2

Jadi orde keseluruhan nya X+Y= 2+2= 4

Anda mungkin juga menyukai