Infus AMINOVEL 600 adalah campuran asam amino tipe L yang seimbang dan
dalam perbandingan yang optimal untuk keperluan sintesis protein. Sorbitol,
vitamin dan elektrolit ditambahkan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh.
Infus AMINOVEL 600 adalah larutan steril yang dapat mensuplai 600 kalori per
liter.
Komposisi :
Tiap 1000 ml AMINOVEL 600 mengandung :
Amino acids (L form) : 50 g
D-Sorbitol : 100 g
Ascorbic acid : 400 mg
Inositol : 500 mg
Nicotinamide : 60 mg
Pyridoxine HCl : 40 mg
Riboflavin Sodium Phosphate : 2.5 mg
Electrolytes
Na
+
: 35 mEq
K
+
: 25 mEq
Mg
++
: 5 mEq
Acetate
-
: 35 mEq
Malate
-
: 22 mEq
Cl
-
: 38 mEq
Indikasi :
AMINOVEL 600 direkomendasikan sebagai nutrisi parenteral pada kondisi
dibawah ini :
1. Sebagai nutrisi tambahan pada gangguan saluran cerna seperti short bowel
syndrome, anoreksia dan kelainan saluran cerna yang berat
2. Puasa saluran cerna yang lama seperti pada fistulae enterokutan & kondisi
yang mengenai saluran cerna.
3. Kebutuhan metabolik yang meningkat seperti pada luka bakar berat,
trauma dan setelah pembedahan.
4. Pada keadaan kritis lainnya yang membutuhkan asupan nutrisi eksogen
seperti pada tumor, infeksi berat, stres berat dan defisiensi protein.
Dosis dan pemberian :
Untuk kelainan internal atau defisiensi protein pra pembedahan : dosis
dewasa yang lazim adalah 500 ml AMINOVEL 600 melalui drip
intravena selama 4-6 jam (20-30 tetes/menit) secara bersamaan atau
kemudian diikuti dengan pemberian dekstrosa 10% 500 ml selama 2 jam
(60-80 tetes/menit). Pemberian larutan infus ini dapat diulangi setelah 12
jam selama 5 7 hari. Interval waktu pemberian dapat ditingkatkan
menjadi 24 jam tergantung kondisi dan respon penderita.
Untuk sintesis protein setelah pembedahan : dosis dewasa yang lazim
adalah 500 ml AMINOVEL 600 melalui drip intravena selama 4-6 jam
(20-30 tetes/menit) setelah pemberian infus larutan Darrow 1000 ml
selama 4 jam (60-100 tetes/menit) dan diikuti oleh infus larutan dekstrosa
10% 500 ml selama 2 jam (60-100 tetes/menit). Larutan infus ini
diberikan pada hari ke-3 pasca operasi, dan diulangi dalam 24 jam selama
5-7 hari)
Mekanisme kerja & Karakteristik :
Infus AMINOVEL 600 mensuplai unsur-unsur penting sebagai nutrisi parenteral
:
1. Kedelapan asam amino esensial : Isoleusin, Leusin, Lisin, Metionin,
Fenilalanin, Treonin, Triptopan dan Valin sangat dibutuhkan untuk
sintesis protein.
2. Sorbitol sebagai sumber kalori untuk memenuhi kebutuhan energi
metabolik.
3. Vitamin untuk mencegah defisiensi dan meningkatkan biosintesis protein.
4. Mineral untuk memelihara keseimbangan elektrolit dan meningkatkan
sintesis protein.
Penyimpanan :
Simpan dibawah suhu 30
o
C, lindungi dari cahaya.
Kemasan :
500 ml dalam Soft Bag.
AMIPAREN
AMIPAREN adalah larutan infus steril yang seluruhnya mengandung asam
Amino, ditujukan untuk hiperalimentasi atau nutrisi parenteral secara umum.
AMIPAREN mengandung asam amino rantai cabang yang relatif lebih banyak
(leucine, isoleucine dan valine), yang dapat menekan pemecahan protein dan
meningkatkan sintesis protein didalam otot. Serangkaian uji preklinis dan uji klinis
memastikan bahwa AMIPAREN efektif dalam melindungi protein tubuh pada
berbagai kelainan dan malnutrisi.
Komposisi per 1000 ml :
Total Asam amino : 100 g
Asam amino Esensial (E) : 59.10 g
Asam amino non Esensial (N) : 40.90 g
Rasio E / N : 7,2
Asam amino rantai cabang (BCAA) : 30% (w/w)
Total nitrogen : 15.7 g
Na
+
: 2 mEq
Acetate
-
: 120 mEq
Indikasi :
AMIPAREN diindikasikan sebagai suplai asam amino pada keadaan berikut :
Hipoproteinemia, malnutrition, pre dan paska operasi.
Dosis dan pemberian :
Infus Vena Sentral :
Dosis lazim dewasa adalah 400-800 ml per-hari secara drip melalui vena
sentral.
Dosis dapat ditingkatkan atau diturunkan bergantung pada usia, gejala dan
berat badan pasien.
Infus Vena Perifer :
Dosis lazim dewasa adalah 200-400 ml per dosis secara drip melalui vena
perifer.
Kecepatan infus perifer adalah kecepatan yang dapat menyediakan 10 g
asam amino selama 60 menit dengan tujuan untuk mencapai utilisasi
fisiologis asam amino yang optimal.
Kecepatan infus rata-rata dewasa yang sesuai adalah 100 ml selama 60
menit (sekitar 25 tetes per menit) dan kecepatannya harus diturunkan pada
pasien anak, orang tua dan pasien sakit berat.
Dosis dapat ditingkatkan atau diturunkan bergantung pada usia pasien,
gejala dan berat badan.
Kombinasi AMIPAREN dengan larutan karbohidrat sangat
direkomendasikan untuk efisiensi pemakaian asam amino di dalam tubuh.
Farmakologi :
Kegunaan AMIPAREN sebagai sumber asam amino untuk dukungan nutrisi
dinilai pada terapi hiperalimentasi dengan menggunakan tikus normal dan tikus
yang dilukai :
1. AMIPAREN memperbaiki dan mempertahankan keseimbangan nitrogen
2. Larutan ini meningkatkan sintesis protein total dan albumin.
3. Rasio 3-metilhistidin/kreatinin urin, suatu indikator katabolisme protein
dalam otot pada keadaan luka, didapatkan rendah setelah pemberian infus.
Keadaan ini menunjukkan efek penghambat yang kuat dari larutan
terhadap pemecahan protein otot.
4. Konsentrasi asam amino plasma termasuk asam amino rantai cabang
menunjukan fluktuasi yang rendah selama pemberian infus. Metabolisme
asam amino diperkirakan stabil selama terapi AMIPAREN.
Penyimpanan :
Simpan dibawah suhu 30oC, lindungi dari cahaya.
Kemasan :
Soft Bag isi 500 ml
D51/2NS
Komposisi: Per 1000 mL GLucose 55 gram, NaCl 4,5 gram, air untuk larutan injeksi ad
1.000 mL.
Indikasi
Untuk mengatasi dehidrasi, menambah kalori dan mengembalikan keseimbangan
elektrolit.
Kontra Indikasi
Hipernatremia, asidosis, hipokalemia, diabetes mellitus, sindrom, malabsorpsi glukosa-
galaktosa.
Perhatian
Payah jantung, udem dengan retensi Natrium,gangguan ginjal, sepsis parah, kondisi pra
dan pasca trauma.
Interaksi Obat:
Darah transfusi.
Efek Samping
Tromboflebitis (pada pH larutan rendah, iritasi atau infeksi pada tempat.
Trombosis atau flebitis vena yang meluas dari tempat penyuntikan dan ekstravasasi.
Kemasan
Larutan Infus 500 mL x 1
Dosis
Injeksi Intra Vena 3 mL/kg berat badan/jam atau 70 tetes/70 kg berat badan/menit.
Maksimal: 1500 mL/70 kg berat badan/hari.
NaCl 3%
(hypertonic saline 3%)
Indications
management of severe sodium chloride depletion when rapid electrolyte
restoration is essential management of severe symptoms of hyponatremia
including seizures, coma, and focal neurologic signs
Hyponatremia and hypochloremia due to electrolyte and fluid loss replaced with
sodium-free fluids.
Drastic dilution of extracellular body fluid following excessive water intake
sometimes resulting from multiple enemas or perfusion of irrigating fluids into
open venous sinuses during transurethral prostatic resections.
Emergency treatment of severe salt depletion due to excess sweating, vomiting,
diarrhea and other conditions
Routes of Administration
IV intermittent - maximum rate of 100mL/hour
IV infusion - maximum rate of 100mL/hour
Dosage
the following formula can be used to calculate sodium deficit:
sodium deficit (mmol) = (desired - current serum sodium, mmol/L) x (total
body water, L)
= (140 mmol/L - patients serum sodium) x (0.6 L/kg x patients weight,
kg)
using NaCl 3% for replacement, administer one-third to one-half the
calculated sodium deficit over the first 8-12 hours at rate of 25-50 mL/hour,
not to exceed a maximum rate of 100 mL/hour. There should be no attempt to
normalize serum sodium levels in the first 24 hours.
monitor serum sodium and electrolytes, input and output, and vital signs
closely to assess need for additional sodium chloride 3% (every 1-4 hours
initially)
continue treatment until a serum sodium of 120-125 mmol/L or neurologic
symptoms improve; remainder of deficit can be replaced over several days
once serum sodium greater than 120-125 mmol/L, use NaCl 0.9% (normal saline)
to correct the additional deficit over 3-5 days
a loop diuretic (e.g. furosemide) may be added to prevent sodium overload and
enhance free-water excretion
Potential Hazards of Parenteral Administration
thrombophlebitis
electrolyte, volume and acid-base disturbances
congestive heart failure and pulmonary edema
Contraindications
3% and 5% Sodium Chloride Injections USP are contraindicated in the presence of
elevated, normal, or only slightly decreased plasma electrolyte concentrations, or when
additives of sodium and chloride could be clinically detrimental.
Clinical Pharmacology
3% and 5% Sodium Chloride Injections USP provide electrolytes and are a source of
water for hydration. They are capable of inducing diuresis depending on the clinical
condition of the patient.
Sodium, the major cation of the extracellular fluid, functions primarily in the control of
water distribution, fluid balance, and osmotic pressure of body fluids. Sodium is also
associated with chloride and bicarbonate in the regulation of the acid-base equilibrium of
body fluid.
Chloride, the major extracellular anion, closely follows the metabolism of sodium, and
changes in the acid-base balance of the body are reflected by changes in the chloride
concentration.
CaCl2
Indications And Usage
Calcium Chloride is indicated in the immediate treatment of hypocalcemic tetany. Other
therapy, such as parathyroid hormone or vitamin D, may be indicated according to the
etiology of the tetany. It is also important to institute oral calcium therapy as soon as
practicable. Calcium salts have been used as adjunctive therapy in a number of
conditions, including the following:
Insect bites or stings, such as Black Widow Spider bites.
Sensitivity reactions, particularly when characterized by urticaria.
As an aid in the treatment of depression due to overdosage of magnesium sulfate.
As an aid in the management of the acute symptoms in lead colic.
In cardiac resuscitation, particularly after open heart surgery, Calcium Chloride
has been used when epinephrine has failed to improve weak or ineffective
myocardial contractions.
Contraindications
In cardiac resuscitation, the use of Calcium Chloride is contraindicated in the presence of
ventricular fibrillation.
If neonates are required, or expected to require, treatment with calcium-containing IV
solutions, including continuous calcium-containing infusions such as parenteral nutrition,
ceftriaxone sodium injection is contraindicated because of the risk of precipitation of
ceftriaxone-calcium.
A small number of cases of fatal outcomes in which a crystalline material was observed
in the lungs and kidneys at autopsy have been reported in neonates receiving calcium
containing fluids and ceftriaxone. In some of these cases, the same intravenous infusion
line was used for both calcium-containing fluids and ceftriaxone and in some a
precipitate was observed in the intravenous infusion line. At least one fatality has been
reported in a neonate in whom calcium-containing fluids and ceftriaxone were
administered at different time points via different intravenous lines; no crystalline
material was observed at autopsy in this neonate. There have been no similar reports in
patients other than neonates
Dosage And Administration
The usual adult dose of this preparation varies from 5 to 10 mL at intervals of 1 to 3 days.
In cardiac resuscitation, the usual dose is 2 to 4 mL injected into the ventricular cavity.
Care should be taken to avoid injection into the cardiac muscle.
Parenteral drug products should be inspected visually for particulate matter and
discoloration, whenever solution and container permit
Clinical Farmacology
Calcium is the fifth most abundant element in the body; the major fraction is in bone. It is
essential for the functional integrity of the nervous and muscular systems, for normal
cardiac contractility and the coagulation of blood. It also functions as an enzyme cofactor
and affects the secretory activity of endocrine and exocrine glands
ORALIT
Takaran pemberian oralit untuk mengatasi diare (3 jam pertama)
umur < 1 tahun 1 - 4 tahun 5 - 12 tahun dewasa
300 ml dalam 1,5 gelas 600 ml dalam 3 gelas 1,2 l dalam 6 gelas 2,4 l dalam 12 gelas
Takaran pemberian oralit untuk mengatasi diare (setiap habis buang air)
umur < 1 tahun 1 - 4 tahun 5 - 12 tahun dewasa
100 ml dalam 0,5
gelas
200 ml dalam 1
gelas
300 ml dalam 1,5
gelas
400 ml dalam 2
gelas
Isi : Glucose anhydrous 4 g, NaCl 0.7 g, Na bicarbonate 0.5 g, CaCl
2
0.3
RINGER LACTATE
Cairan Isotonik:
Cairan isotonis, osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya mendekati serum (bagian cair
dari komponen darah), sehingga terus berada di dalam pembuluh darah. Bermanfaat pada
pasien yang mengalami hipovolemi (kekurangan cairan tubuh, sehingga tekanan darah
terus menurun). Memiliki risiko terjadinya overload (kelebihan cairan), khususnya pada
penyakit gagal jantung kongestif dan hipertensi. Contohnya adalah cairan Ringer-Laktat
(RL), dan normal saline/larutan garam fisiologis (NaCl 0,9%).
RINGER LAKTAT
Larutan Infus Untuk Pemakaian Intravena.
Setiap liter larutan mengandung :
- Natrium Laktat. C
3
H
5
NaO
3
3,10 g
- Natrium Klorida. NaCl 6,00 g
- Kalium Klorida.KCl 0,30 g
- Kalsium Klorida.CaCl
2
.2H
2
O 0,20 g
- Air untuk Injeksi ad. 1.000 ml
Osmolaritas : 270 mOsm/l
Setara dengan ion-ion :
Na
+
: 130 mEq/l
K
+
: 4 mEq/l
Laktat (HCO
3
-
) : 27,5 mEq/l
Ca
++
: 2,7 mEq/l
Cl : 109,5 mEq/l
Cara kerja obat :
- Merupakan larutan isotoni Natrium Klorida, Kalium Klorida, Kalsium Klorida, dan
Natrium Laktat yang komposisinya mirip dengan cairan ekstraseluler.
- Merupakan cairan pengganti pada kasus-kasus kehilangan cairan ekstraselular.
- Merupakan larutan non-koloid, mengandung ion-ion yang terdistribusi kedalam
cairan intravaskuler dan interststel (ekstravaskuler)
Indikasi : Untuk mengembalikan keseimbangan elektrolit pada dehidrasi,resusitasi,
asidosis metabolik.
Cara pemberian : Intravena
Disesuaikan dengan kondisi penderita
Kontra indikasi : Hipernatremia, kelainan ginjal, kerusakan sel hati,
asidosis laktat.
Efek samping :
- Reaksi-reaksi yang mungkin terjadi karena larutannya atau cara pemberiannya
termasuk timbulnya panas, infeksi pada tempat penyuntikan, trombosis vena atau
flebitis yang meluas dari tempat penyuntikan, ekstravasasi.
- Bila terjadi rekasi efek samping, pemakaian harus dihentikan dan lakukan evaluasi
terhadap penderita.
Peringatan : Jangan dicampur dengan larutan yang mengandung fosfat.
Cara penyimpanan: Pada suhu kamar / ruangan antara 25
o
C 30
o
C.
a. Kalsium
Kalsium merupakan mineral yang paling banyak didapatkan di dalam tubuh, untuk
absorpsinya diperlukan vitamin D. Kebutuhan kalsium meningkat pada masa
pertumbuhan, selama laktasi dan pada wanita pascamenopause. Bayi yang mendapat susu
buatan memerlukan tambahan kalsium. Selain itu asupan kalsium juga perlu ditingkatkan
bila makanan banyak mengandung protein dan atau fospor. Banyak peneliti yang
menganjurkan asupan sekitar 1,2 g/hari untuk pasien alkoholik, sindrom malabsorpsi dan
pasien-pasien yang mendapat kortikosteroid, isoniazid, tetrasiklin atau antasid yang
mengandung aluminium.
b. Kalium
Perbedaan kadar kalium (kation utama dalam cairan intrasel) dan natrium (kation utama
dalam cairan ekstrasel) mengatur kepekaan sel, konduksi impuls saraf dan keseimbangan
dan volume cairan tubuh.
Meskipun defisiensi jarang terjadi pada individu yang mendapat makanan yang cukup,
hipokalemia dapat terjadi pada anak-anak yang makanannya tidak mengandung protein.
Penyebab hipokalemia yang paling sering adalah terapi diuretik terutama tiazid. Lain
penyebab hipokalemia adalah diare berkepanjangan terutama pada anak, hiperal
dosteronisme, tetapi cairan parenteral yang tidak tepat atau tidak mencukupi, penggunaan
kortikosteroid atau laksan jangka lama. Aritmia jantung dan gangguan neuromuskular
merupakan akibat hipokalemia yang paling berbahaya.
Hiperkalemia paling sering disebabkan gangguan ekskresi kalium oleh ginjal yang dapat
terjadi pada pasien dengan insufisiensi korteks adrenal, gagal ginjal akut, gagal ginjal
kronik terminal, suplementasi vitamin K yang tidak sesuai dosis atau indikasinya, atau
penggunaan antagonis aldosteron. Aritmia jantung dan gangguan konduksi merupakan
gejala sisa yang paling berbahaya. Lain manifestasi hiperkalemia termasuk kelemahan
dan parestesia.
c. Natrium
Natrium penting untuk membantu mempertahankan volume dan keseimbangan cairan
tubuh. kadarnya dalam cairan tubuh diatur oleh mekanismer homeostatik. Banyak
individu mengkonsumsi natrium lebih dari yang dibutuhkan. Pembatasan natrium
seringkali dianjurkan pada pasien gagal jantung kongesif, sirosis hati dan hipertensi pada
individu tertentu. Akan tetapi pembatasan natrium pada wanita sehat selama kehamilan
tidak dianjurkan.
Hipernatremia jarang ditemui pada individu sehat tetapi pada terjadi setelah diare atau
muntah yang lama terutama pada bayi, pada gangguan ginjal, fibrosiskistik atau
insufisiensi korteks adrenal, atau pada penggunaan diuretik tlazid. Keringat yang
berlebihan dapat mengakibatkan kehilangan natrium yang banyak dan perlu diganti
dalam bentuk air dan NaCl.
d. Klorida
Klorida merupakan anion yang paling penting dalam mempertahankan keseimbangan
elektrolit. Alkalosis metabolik hipokloremik dapat terjadi setelah muntah yang lama atau
penggunaan diuretik berlebihan. Kehilangan klorida berlebihan dapat menyertai
kehilangan berlebihan natrium. Kemungkinan terjadinya hiperkalemia perlu
dipertimbangkan bila terpaksa menggunakan KCl sebagai pengganti klorida yang hilang.