FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK 2014
Bab 1 Pendahuluan 1. Latar Belakang Manusia disebut sebagai makhluk yang berbudaya tidak lain adalah makhluk yang senantiasa mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan kebahagiaan. Pada hakikatnya, Sesuatu yang baik, benar dan adil dapat membahagiakan hidup manusia. Dengan demikian hanya manusia yang selalu berusaha menciptakan kebaikan, kebenaran dan keadilan sajalah yang berhak menyandang gelar manusia berbudaya. Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Dengan berbudaya, manusia dapat memenuhi kebutuhan dan menjawab tantangan hidupnya. Manusia berbeda dengan makhluk lainnya. Manusia menjalani hidup sesuai dengan adab-adab yang diterapkan di lingkungan sekitar. Oleh karenanya, manusia harus bersosialisasi dan memenuhi adab-adab yang telah disosialisasikan oleh orang-orang sebelumnya. Orang-orang yang tidak menjalankan atau menentang adab yang berlaku akan dianggap manusia yang biadab. Seiring dengan perkembangan pengetahuan dan peradaban, terjadilah evolusi budaya yang menyebabkan beberapa problematika yang harus kita kaji dan pikirkan bersama solusinya. 2. Rumusan Masalah a. Bagaimana hubungan kebudayaan dengan peradaban? b. Apa yang dimaksud dengan kebudayaan nasional? c. Apa saja problematika kebudayaan dan peradaban dalam bingkai kebudayaan nasional? 3. Tujuan a. Mengetahui lebih dalam hakikat manusia sebagai makhluk berbudaya dan beradab. b. Menjelaskan hakikat kebudayaan nasional untuk manusia sebagai makhluk yang berbudaya. c. Mengetahui problematika kebudayaan dan peradaban dalam bingkai kebudayaan nasional yang bergulir berkaitan dengan manusia sebagai makhluk yang berbudaya dan beradab. Bab 2 Pembahasan 1. Kebudayaan dan Peradaban Kata kebudayaan berasal dari (bahasa Sansekerta) buddayah yang merupakan bentuk jamak dari kata budhi yang berarti budi atau akal. Kebudayaan diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan budi atau akal. Menurut Koentjaraningrat, kebudayaan adalah keseluruhan manusia dari kelakuan dan hasil yang harus didapatkannya dengan belajar, dan semua itu tersusun dalam kehidupan masyarakat. Dalam buku Setangkai Bunga Sosiologi (Jakarta:Yayasan Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1964), hal 113 karya Selo Soemardjan dan Soelaeman Soenardi merumuskan kebudayaan sebagai semua hasil karya, cipta, dan rasa masyarakat. Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan atau kebudayaan jasmaniah (material culture) yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai alam sekitarnya agar kekuatan serta hasilnya dapat diabdikan untuk keperluan masyarakat. Kebudayaan dalam bahasa Inggris disebut culture. Sebuah istilah yang relatif baru karena istilah culture sendiri dalam bahasa Inggris baru muncul pada pertengahan abad ke-19. Sebelum tahun 1843 para ahli anthropologi memberi arti kebudayaan sebagai cara mengolah tanah, usaha bercocok tanam, sebagaimana tercermin dalam istilah agriculture dan holticulture. Hal ini dapat dimengerti karena istilah culture berasal dari bahasa Latin colere yang berarti pemeliharaan, pengolahan tanah pertanian. Dalam arti kiasan kata itu juga berarti pembentukan dan pemurnian jiwa. Dalam buku karya , Seorang antropolog , E.B. Tylor (1871) yang berjudul Primitive Culture (New York; Brentanos, 1924), hal 1 pernah mencoba memberikan definisi mengenai kebudayaan sebagai kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan lain kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Adapun istilah peradaban dalam bahasa Inggris disebut civilization. Istilah peradaban ini sering dipakai untuk menunjukkan pendapat dan penilaian kita terhadap perkembangan kebudayaan. Pada waktu perkembangan kebudayaan mencapai puncaknya yang berwujud unsur- unsur budaya yang halus, indah, tinggi, sopan, luhur, dan sebagainya, maka masyarakat pemilik kebudayaan tersebut dikatakan telah memiliki peradaban yang tinggi. Dalam Theories of Society, (New York, The Free Press, 1965), hal. 1355 yang diungkapkan oleh Arnold Toynbee The Disintegrations of Civilization peradaban adalah kebudayaan yang telah mencapai taraf perkembangan teknologi yang sudah lebih tinggi. Pengertian yang lain menyebutkan bahwa peradaban adalah kumpulan seluruh hasil budi daya manusia, yang mencakup seluruh aspek kehidupan manusia, baik fisik (misalnya bangunan, jalan), maupun non- fisik (nilai-nilai, tatanan, seni budaya, maupun iptek). Huntington memberi definisi bahwa peradaban adalah sebuah identitas terluas dari budaya, yang teridentifikasi melalui unsur-unsur obyektif umum, seperti bahasa, sejarah, agama, kebiasaan, institusi, maupun melalui identifikasi diri yang subyektif. Berangkat dari definisi ini, maka masyarakat Amerika khususnya Amerika Serikat- dan Eropa yang sejauh ini disatukan oleh bahas, budaya dan agama dapat diklasifikasikan sebagai satu peradaban, yakni peradaban barat. Secara umum pengertian Kebudayaan maupun Peradaban hampirlah mirip walaupun sebenarnya memiliki makna yang berbeda. Kebudayaan akan melahirkan peradaban sehingga dapat dikatakan bahwa peradaban lahir dari kebudayaan. Tidak ada manusia yang berbudaya karena tidak ada manusia yang dapat hidup sendirian. Oleh karena itu, sekelompok manusia yang membentuk masyarakat pasti melahirkan sebuah kebudayaan yang nantinya akan berkembang menjadi peradaban. 2. Kebudayaan Nasional Pengertian kebudayaan nasional adalah kebudayaan yang dimiliki yang merupakan kekayaan budaya bangsa. Kebudayaan nasional secara mudah dimengerti sebagai kebudayaan yang diakui sebagai identitas nasional. Definisi kebudayaan nasional menurut TAP MPR No.II tahun 1998, yakni: Kebudayaan nasional yang berlandaskan Pancasila adalah perwujudan cipta, karya dan karsa bangsa Indonesia dan merupakan keseluruhan daya upaya manusia Indonesia untuk mengembangkan harkat dan martabat sebagai bangsa, serta diarahkan untuk memberikan wawasan dan makna pada pembangunan nasional dalam segenap bidang kehidupan bangsa. Dengan demikian Pembangunan Nasional merupakan pembangunan yang berbudaya. Disebutkan juga pada pasal selanjutnya bahwa kebudayaan nasional juga mencermikan nilai nilai luhur bangsa. Tampaklah bahwa batasan kebudayaan nasional yang dirumuskan oleh pemerintah berorientasi pada pembangunan nasional yang dilandasi oleh semangat Pancasila. Kebudayaan nasional dalam pandangan Ki Hajar Dewantara adalah puncak puncak dari kebudayaan daerah. Kutipan pernyataan ini merujuk pada paham kesatuan makin dimantapkan, sehingga ketunggalikaan makin lebih dirasakan daripada kebhinekaan. Wujudnya berupa negara kesatuan, ekonomi nasional, hukum nasional, serta bahasa nasional. Definisi yang diberikan oleh Koentjaraningrat dapat dilihat dari peryataannya: yang khas dan bermutu dari suku bangsa mana pun asalnya, asal bisa mengidentifikasikan diri dan menimbulkan rasa bangga, itulah kebudayaan nasional. Pernyataan ini merujuk pada puncak puncak kebudayaan daerah dan kebudayaan suku bangsa yang bisa menimbulkan rasa bangga bagi orang Indonesia jika ditampilkan untuk mewakili identitas bersama. Pernyataan yang tertera pada GBHN tersebut merupakan penjabaran dari UUD 1945 Pasal 32. Dewasa ini tokoh tokoh kebudayaan Indonesia sedang mempersoalkan eksistensi kebudayaan daerah dan kebudayaan nasional terkait dihapuskannya tiga kalimat penjelasan pada pasal 32 dan munculnya ayat yang baru. Mereka mempersoalkan adanya kemungkinan perpecahan oleh kebudayaan daerah jika batasan mengenai kebudayaan nasional tidak dijelaskan secara gamblang. Sebelum di amandemen, UUD 1945 menggunakan dua istilah untuk mengidentifikasi kebudayaan daerah dan kebudayaan nasional. Kebudayaan bangsa, ialah kebudayaan kebudayaan lama dan asli yang terdapat sebagi puncak puncak di daerah daerah di seluruh Indonesia, sedangkan kebudayaan nasional sendiri dipahami sebagai kebudayaan bangsa yang sudah berada pada posisi yang memiliki makna bagi seluruh bangsa Indonesia. Dalam kebudayaan nasional terdapat unsur pemersatu dari Banga Indonesia yang sudah sadar dan mengalami persebaran secara nasional. Di dalamnya terdapat unsur kebudayaan bangsa dan unsur kebudayaan asing, serta unsur kreasi baru atau hasil invensi nasional. Warisan Budaya diartikan oleh Davidson sebagai Produk atau hasil budaya fisik dari tradisi tradisi yang berbeda dan prestasi prestasi spiritual dalam bentuk nilai dari masa lalu yang menjadai elemen pokok dalam jatidiri suatu kelompok atau bangsa. Jadi warisan budaya merupakan hasil budaya fisik (tangible), dan nilai budaya (intangible), dari masa lalu. Warisan budaya adalah salah satu bagian dari Pusaka suatu bangsa, yaitu Pusaka Budaya. Pusaka Budaya adalah hasil cipta, rasa, dan karsa yang istimewa dari lebih 500 suku bangsa di Tanah Air Indonesia, secara sendiri sendiri, sebagai kesatuan Bangsa Indonesia, dan dalam interaksinya dengan budaya lain sepanjanag sejarah keberadaannya. Pusaka budaya mencakup pusaka berwujud (tangible), dan pusaka tidak berwujud (intangible). Dua macam Kebudayaan di Indonesia 1. Kebudayaan Daerah Kebudayaan Daerah adalah suatu kebiasaan dalam suatu wilayah atau daerah tertentu yang diwariskan secara turun temurun oleh generasi terdahulu pada generasi berikutnya pada ruang lingkup daerah tersebut. Budaya daerah ini muncul saat penduduk suatu daerah telah memiliki pola pkir dan kehidupan social yang sama sehingga itu menjadi suatu kebiasaan yang membedakan mereka dengan penduduk-penduduk yang lain. 2. Kebudayaan Nasional Kebudayaan Nasional adalah gabungan dari budaya daerah yang ada di negara tersebut. Itu dimaksudkan budaya daerah yang mengalami asimilasi dan akulturasi dengan daerah lain di suatu negara akan terus tumbuh dan berkembang menjadi kebiasaan-kebiasaan dari Negara tersebut. Fungsi Kebudayaan Nasional Indonesia Analisis dari suatu kebudayaan dari suatu masyarakat atau suatu bangsa, bisa didasarkan pada fungsi kebudayaan tersebut dalam kehidupan masyarakat atau bangsanya. Koentjaraningrat (1985) mengidentifikasi dua fungsi utama dari kebudayaan nasional Indonesia, yaitu : 1. Sebagai system gagasan dan pralambang yang memberikan identitas kepada warga masyarakat atau warga Indonesia. 2. Sebagai system gagasan dan pralambang yang dapat digunakan oleh semua warga masyarakat atau bangsa Indonesia yang majemuk atau Bhineka itu, sehingga dapat saling berkomunikasi untuk memperkuat solidaritas. Unsur-unsur kebudayaan yang berfungsi pemberi identitas, harus memenuhi paling sedikit tiga persyaratan, yaitu : 1. Karya warga masyarakat Indonesia, atau orang-orang dizaman lampau yang berasal dari seluruh wilayah Nusantara. 2. Tema pikiran dan wujud unsur-unsur kebudayaan itu harus bercirikan khas nuansa Indonesia. 3. Ketinggian nilai unsur-unsur kebudayaan itu harus diakui, dibanggakan, dan diidentifikasi oleh sebanyak mungkin warga masyarakat Indonesia. Unsur-unsur kebudayaan yang berfungsi sebagai media komunikasi untuk memperkuat solidaritas antar warga masyarakat Indonesia yang bisa dipahami oleh sebagian besar warga yang memiliki perbedaan-perbedaan ras, suku bangsa, agama, dan ciri-ciri kedaerahan lainnya. Dengan demikian unsur-unsur tersebut harus menjadi gagasan kolektif. Gagasan kolektif ini akhinya akan menjadi wahan komunikasi yang dapat menumbahkan saling pengertian dan solidaritas dalam masyarakat Indonesia yang majemuk itu. Usman Pelly dalam Papernya berjudul Demokrasi dalam Kehidupan Bangsa telah mencatat sehingga terambil rumusan apa yang dimaksud dengan puncak-puncak kebudayaan daerah dan apa saja yang menjadi indikatornya. Adapun Indikator ataupun modal pembangunan Kebudayaan Nasional yaitu, - Mengandung nilai-nilai luhur Pancasila - Mencerminkan kualitas, martabat, dan peradaban bangsa - Menjadi kebanggaan bangsa - Terbuka untuk penyaringan, penyempurnaan, dan peningkatan mutu sesuai dengan perkembangan zaman dan kemajuan masyarakat - Komunikatif - Memperkuat tumbuhnya rasa persatuan dan kesatuan bangsa - Sebagai ungkapan identitas keindonesiaan 3. Problematika Kebudayaan dan Peradaban dalam Bingkai Kebudayaan Nasional 1. Cultural Lag Cultural lag adalah tertinggalnya perkembangan salah satu unsur kebudayaan dari unsur-unsur lainnya yang disebabkan oleh adanya unsur-unsur dalam masyarakat yang berubah secara cepat, tapi beberapa unsur-unsur itu berkaitan erat dengan unsur-unsur yang berubah dengan sangat lambat. 2. Hambatan Budaya yang berkaitan dengan Pandangan Hidup dan system kepercayaan Hambatan Budaya ini muncul ketika adanya perbedaan pandangan hidup maupun system kepercayaan dengan perkembangan zaman. Contohnya seperti Orang jawa terhadap tanah mereka tempati secara turun-temurun diyakini sebagai pembawa berkah kehidupan. 3. Hambatan Budaya yang berkaitan dengan Perbedaan Persepsi atau sudut pandang Hambatan Budaya ini biasanya terjadi antara masyarakat dan pelaksanaa pembangunan. Kurangnya sosialisasi yang baik terhadap rencana pembangunan membuat kesalahpahaman masyarakat menilai suatu tindakan pelaksana pembangunan. Contohnya seperti program Keluarga Berencana (KB) yang ditolak masyarakat karena suatu pandangan bahwa memiliki anak banyak akan banyak mendatangkan rezeki. 4. Hambatan Budaya yang berkaitan dengan faktor psikologi atau kejiwaan Hambatan Budaya ini terjadi karena faktor psikologi seseorang maupun suatu kelompok masyarakat. Contohnya seperti Upaya mentransmigrasikan penduduk dari daerah yang terkena bencana alam banyak mengalami kesulitan, akibat kekhawatiran penduduk bahwa ditempat yang baru akan lebih sengsara dibandingkan dengan hidup mereka ditempat yang lama. 5. Sikap Tradisionalisme yang berprasangka buruk terhadap hal-hal baru. Sikap ini sangat mengagung-agungkan budaya tradional sedemikian rupa yang menganggap hal- hal baru itu akan merusak tatanan hidup mereka yang sudah mereka miliki secara turun-temurun. 6. Sikap Etnosentrisme adalah sikap yang mengagungkan budaya suku bangsanya sendiri dan menganggap rendah budaya suku bangsa lain. 7. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) sebagai hasil dari kebudayaan. Seringkali kemunculan teknologi canggih yang menjadi kebudayaan disalahgunakan oleh manusia. Contonya seperti Nuklir yang dapat digunakan sebagai tenaga pembangkit listrik justru disalahgunakan sebagai penghancur manusia. 8. Masyarakat yang terasing dan kurang komunikasi dengan masyarakat luar. Masyarakat daerah-daerah terpencil yang kurang komunikasi dengan masyarakat luar, karena pengetahuannya serba terbatas, seolah-olah tertutup untuk menerima program-program pembangunan 9. Cultural Shock atau gagap budaya Cultural Shock atau gagap budaya/guncangan kebudayaan, apabila manusia tidak bias menyesuaikan atau beradaptasi dengan budaya lain, sehingga menimbulkan keraguan dan kecanggungan. 4 tahap siklus Cultural Shock, - Tahap Inkubasi adalah tahap pengenalan budaya sehingga budaya tersebut dianggap sesuatu yang menarik - Tahap Krisis adalah tahap terbentuknya perasaan dendam, ditahap inilah cultural shock terbentuk - Tahap Kesembuhan adalah tahap dimana korbannya telah mampu melalui tahap kedua dan mulai hidup dengan damai - Tahap Penyesuaian adalah tahap dimana korbannya mulai terbiasa dan membanggakan sesuatu yang dilihatnya dan dirasakan dalam kondisi yang baru 10. Terjadinya pertentangan kebudayaan (cultural conflict) Hal ini terjadi apabila setiap pelaku kebudayaan tidak saling menghargai dikarenakan sifatnya terjadi antara budaya dengan budaya lain. Hal tersebut diakibatkan oleh keyakinan-keyakinan yang berbeda antar penganut kebudayaan dalam aktivitas berbudaya.
Dua tantangan dalam menghadapi Problematika Kebudayaan dan Peradaban dalam Bingkai Kebudayaan Nasional - Tantangan Eksternal adalah berupa pengaruh nilai-nilai kebudayaan asing, terutama yang berasal dari negara-negara industry maju, yang dewasa ini semakin tak terbendung. Pengaruh budaya asing ini kemudian menjalar keseluruh sendi-sendi kehidupan berupa pemikiran, tingkah laku, sampai kepada yang berbentuk barang. - Tantangan Internal adalah hambatan-hambatan yang muncul dalam kebudayaan itu sendiri. Ini terjadi karena sikap yang tidak saling membudayakan terhadap budaya yang sudah ada kepada generasi selanjutnya, sehingga hanya segelintir orang yang mengetahui tentang kebudayaan itu sendiri. Pada akhirnya kebudayaan itupun melemah. Usman Pelly menyebutkan beberapa permasalahan yang menjadi tantangan konkret dalam pembentukan kebudayaan Nasional, yaitu sebagai berikut. 1. Masalah Komersialisasi Kebudayaan 2. Masalah Konsumerisme dan Materialisme 3. Masalah Ketahanan Budaya dan Konflik Nilai 4. Masalah Pendidikan dan Proses alih Nilai 5. Masalah Adaptasi hokum dalam pengembangan pariwisata 6. Masalah Seks dan Kesehatan 7. Masalah Sekularisasi kehidupan beragama 8. Masalah pengembangan potensi masyarakat dalam upaya mengambil manfaat optimal dari pariwisata dan interaksi antar bangsa 9. Masalah pengembangan kemampuan kritis-rasional dalam menghadapi pengaruh kebudayaan asing 3. Kesimpulan Manusia Sebagai Makhluk Berbudaya adalah Manusia yang diciptakan untuk menjalankan kewajiban dan tanggung jawabnya sebagai makhluk Tuhan. Manusia harus menguasai segala sesuatu yang berhubungan dengan kepemimpinannya di muka bumi disamping tanggung jawab dan etika moral harus dimiliki, menciptakan nilai kebaikan, kebenaran, keadilan dan tanggung jawab agar bermakna bagi kemanusiaan dan lingkungan sekitarnya. Selain mempunyai sebagaimana makhluk hidup lainnya, manusia juga mempunyai akal yang dapat memperhitungkan tindakannya melalui proses belajar yang terus-menerus. Secara istilah manusia dapat diartikan sebuah konsep atau sebuah fakta, sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelompok atau seorang individu. Kualitas manusia pada suatu negara akan menentukan kualitas kebudayaan dari suatu negara tersebut, begitu pula pendidikan yang tinggi akan menghasilkan kebudayaan yang tinggi. Karena kebudayaan adalah hasil dari pendidikan suatu bangsa.
Daftar Pustaka Dr. Supriadi, Dr. Warlim Isya, dan Trisna Sukmayadi, M.Pd. 2013. Ilmu Sosial Budaya Dasar. Bandung: CV. Maulana Media Grafika. Yumiasih, Lely. 2012. Manusia sebagai makhluk berbudaya. http://lelyumiasih.blogspot.com/2012/06/manusia-sebagai-makhluk- berbudaya.html, diakses pada 9 April 2014 pukul 23.54 wib. Putri, Nadila. 2012. Manusia sebagai makhluk berbudaya. http://nadillaikaputri.wordpress.com/2012/10/21/manusia-sebagai-makhluk- budaya-3/, diakses pada 9 April 2014 pukul 22.43 wib. Nanda, Reski. 2012. Pengertian Kebudayaan dan Peradaban. http://reskinanda.wordpress.com/2012/09/28/pengertian-kebudayaan-dan- peradaban/, diakses pada 9 April 2014 pukul 21.55 wib.