Anda di halaman 1dari 11

MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK BERBUDAYA

Makalah Ilmu Sosial Budaya Dasar


Kelompok 4
- Ririn Andriyani (H1021131014)
- Nida Haryanti (H1021131027)
- Rahimawati (H1021131035)






FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2014

Bab 1 Pendahuluan
1. Latar Belakang
Manusia disebut sebagai makhluk yang berbudaya tidak lain adalah makhluk yang senantiasa
mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan kebahagiaan. Pada hakikatnya, Sesuatu yang
baik, benar dan adil dapat membahagiakan hidup manusia. Dengan demikian hanya manusia
yang selalu berusaha menciptakan kebaikan, kebenaran dan keadilan sajalah yang berhak
menyandang gelar manusia berbudaya.
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok
orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit,
termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya
seni. Dengan berbudaya, manusia dapat memenuhi kebutuhan dan menjawab tantangan
hidupnya. Manusia berbeda dengan makhluk lainnya. Manusia menjalani hidup sesuai dengan
adab-adab yang diterapkan di lingkungan sekitar. Oleh karenanya, manusia harus bersosialisasi
dan memenuhi adab-adab yang telah disosialisasikan oleh orang-orang sebelumnya.
Orang-orang yang tidak menjalankan atau menentang adab yang berlaku akan dianggap manusia
yang biadab. Seiring dengan perkembangan pengetahuan dan peradaban, terjadilah evolusi
budaya yang menyebabkan beberapa problematika yang harus kita kaji dan pikirkan bersama
solusinya.
2. Rumusan Masalah
a. Bagaimana hubungan kebudayaan dengan peradaban?
b. Apa yang dimaksud dengan kebudayaan nasional?
c. Apa saja problematika kebudayaan dan peradaban dalam bingkai kebudayaan
nasional?
3. Tujuan
a. Mengetahui lebih dalam hakikat manusia sebagai makhluk berbudaya dan
beradab.
b. Menjelaskan hakikat kebudayaan nasional untuk manusia sebagai makhluk yang
berbudaya.
c. Mengetahui problematika kebudayaan dan peradaban dalam bingkai kebudayaan
nasional yang bergulir berkaitan dengan manusia sebagai makhluk yang
berbudaya dan beradab.
Bab 2 Pembahasan
1. Kebudayaan dan Peradaban
Kata kebudayaan berasal dari (bahasa Sansekerta) buddayah yang merupakan bentuk jamak
dari kata budhi yang berarti budi atau akal. Kebudayaan diartikan sebagai hal-hal yang
bersangkutan dengan budi atau akal. Menurut Koentjaraningrat, kebudayaan adalah keseluruhan
manusia dari kelakuan dan hasil yang harus didapatkannya dengan belajar, dan semua itu
tersusun dalam kehidupan masyarakat.
Dalam buku Setangkai Bunga Sosiologi (Jakarta:Yayasan Badan Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia, 1964), hal 113 karya Selo Soemardjan dan Soelaeman Soenardi
merumuskan kebudayaan sebagai semua hasil karya, cipta, dan rasa masyarakat. Karya
masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan atau kebudayaan jasmaniah
(material culture) yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai alam sekitarnya agar kekuatan
serta hasilnya dapat diabdikan untuk keperluan masyarakat.
Kebudayaan dalam bahasa Inggris disebut culture. Sebuah istilah yang relatif baru karena
istilah culture sendiri dalam bahasa Inggris baru muncul pada pertengahan abad ke-19.
Sebelum tahun 1843 para ahli anthropologi memberi arti kebudayaan sebagai cara mengolah
tanah, usaha bercocok tanam, sebagaimana tercermin dalam istilah agriculture dan holticulture.
Hal ini dapat dimengerti karena istilah culture berasal dari bahasa Latin colere yang berarti
pemeliharaan, pengolahan tanah pertanian. Dalam arti kiasan kata itu juga berarti pembentukan
dan pemurnian jiwa. Dalam buku karya , Seorang antropolog , E.B. Tylor (1871) yang berjudul
Primitive Culture (New York; Brentanos, 1924), hal 1 pernah mencoba memberikan definisi
mengenai kebudayaan sebagai kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian,
moral, hukum, adat istiadat dan lain kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang
didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
Adapun istilah peradaban dalam bahasa Inggris disebut civilization. Istilah peradaban ini
sering dipakai untuk menunjukkan pendapat dan penilaian kita terhadap perkembangan
kebudayaan. Pada waktu perkembangan kebudayaan mencapai puncaknya yang berwujud unsur-
unsur budaya yang halus, indah, tinggi, sopan, luhur, dan sebagainya, maka masyarakat pemilik
kebudayaan tersebut dikatakan telah memiliki peradaban yang tinggi.
Dalam Theories of Society, (New York, The Free Press, 1965), hal. 1355 yang diungkapkan
oleh Arnold Toynbee The Disintegrations of Civilization peradaban adalah kebudayaan yang
telah mencapai taraf perkembangan teknologi yang sudah lebih tinggi. Pengertian yang lain
menyebutkan bahwa peradaban adalah kumpulan seluruh hasil budi daya manusia, yang
mencakup seluruh aspek kehidupan manusia, baik fisik (misalnya bangunan, jalan), maupun non-
fisik (nilai-nilai, tatanan, seni budaya, maupun iptek).
Huntington memberi definisi bahwa peradaban adalah sebuah identitas terluas dari budaya, yang
teridentifikasi melalui unsur-unsur obyektif umum, seperti bahasa, sejarah, agama, kebiasaan,
institusi, maupun melalui identifikasi diri yang subyektif. Berangkat dari definisi ini, maka
masyarakat Amerika khususnya Amerika Serikat- dan Eropa yang sejauh ini disatukan oleh
bahas, budaya dan agama dapat diklasifikasikan sebagai satu peradaban, yakni peradaban barat.
Secara umum pengertian Kebudayaan maupun Peradaban hampirlah mirip walaupun sebenarnya
memiliki makna yang berbeda. Kebudayaan akan melahirkan peradaban sehingga dapat
dikatakan bahwa peradaban lahir dari kebudayaan. Tidak ada manusia yang berbudaya karena
tidak ada manusia yang dapat hidup sendirian. Oleh karena itu, sekelompok manusia yang
membentuk masyarakat pasti melahirkan sebuah kebudayaan yang nantinya akan berkembang
menjadi peradaban.
2. Kebudayaan Nasional
Pengertian kebudayaan nasional adalah kebudayaan yang dimiliki yang merupakan
kekayaan budaya bangsa. Kebudayaan nasional secara mudah dimengerti sebagai kebudayaan
yang diakui sebagai identitas nasional. Definisi kebudayaan nasional menurut TAP MPR No.II
tahun 1998, yakni: Kebudayaan nasional yang berlandaskan Pancasila adalah perwujudan cipta,
karya dan karsa bangsa Indonesia dan merupakan keseluruhan daya upaya manusia Indonesia
untuk mengembangkan harkat dan martabat sebagai bangsa, serta diarahkan untuk memberikan
wawasan dan makna pada pembangunan nasional dalam segenap bidang kehidupan bangsa.
Dengan demikian Pembangunan Nasional merupakan pembangunan yang berbudaya.
Disebutkan juga pada pasal selanjutnya bahwa kebudayaan nasional juga mencermikan
nilai nilai luhur bangsa. Tampaklah bahwa batasan kebudayaan nasional yang dirumuskan oleh
pemerintah berorientasi pada pembangunan nasional yang dilandasi oleh semangat Pancasila.
Kebudayaan nasional dalam pandangan Ki Hajar Dewantara adalah puncak puncak
dari kebudayaan daerah. Kutipan pernyataan ini merujuk pada paham kesatuan makin
dimantapkan, sehingga ketunggalikaan makin lebih dirasakan daripada kebhinekaan. Wujudnya
berupa negara kesatuan, ekonomi nasional, hukum nasional, serta bahasa nasional. Definisi yang
diberikan oleh Koentjaraningrat dapat dilihat dari peryataannya: yang khas dan bermutu dari
suku bangsa mana pun asalnya, asal bisa mengidentifikasikan diri dan menimbulkan rasa bangga,
itulah kebudayaan nasional. Pernyataan ini merujuk pada puncak puncak kebudayaan daerah
dan kebudayaan suku bangsa yang bisa menimbulkan rasa bangga bagi orang Indonesia jika
ditampilkan untuk mewakili identitas bersama.
Pernyataan yang tertera pada GBHN tersebut merupakan penjabaran dari UUD 1945
Pasal 32. Dewasa ini tokoh tokoh kebudayaan Indonesia sedang mempersoalkan eksistensi
kebudayaan daerah dan kebudayaan nasional terkait dihapuskannya tiga kalimat penjelasan pada
pasal 32 dan munculnya ayat yang baru. Mereka mempersoalkan adanya kemungkinan
perpecahan oleh kebudayaan daerah jika batasan mengenai kebudayaan nasional tidak dijelaskan
secara gamblang.
Sebelum di amandemen, UUD 1945 menggunakan dua istilah untuk mengidentifikasi
kebudayaan daerah dan kebudayaan nasional. Kebudayaan bangsa, ialah kebudayaan
kebudayaan lama dan asli yang terdapat sebagi puncak puncak di daerah daerah di seluruh
Indonesia, sedangkan kebudayaan nasional sendiri dipahami sebagai kebudayaan bangsa yang
sudah berada pada posisi yang memiliki makna bagi seluruh bangsa Indonesia. Dalam
kebudayaan nasional terdapat unsur pemersatu dari Banga Indonesia yang sudah sadar dan
mengalami persebaran secara nasional. Di dalamnya terdapat unsur kebudayaan bangsa dan
unsur kebudayaan asing, serta unsur kreasi baru atau hasil invensi nasional.
Warisan Budaya diartikan oleh Davidson sebagai Produk atau hasil budaya fisik dari
tradisi tradisi yang berbeda dan prestasi prestasi spiritual dalam bentuk nilai dari masa lalu
yang menjadai elemen pokok dalam jatidiri suatu kelompok atau bangsa. Jadi warisan budaya
merupakan hasil budaya fisik (tangible), dan nilai budaya (intangible), dari masa lalu. Warisan
budaya adalah salah satu bagian dari Pusaka suatu bangsa, yaitu Pusaka Budaya. Pusaka Budaya
adalah hasil cipta, rasa, dan karsa yang istimewa dari lebih 500 suku bangsa di Tanah Air
Indonesia, secara sendiri sendiri, sebagai kesatuan Bangsa Indonesia, dan dalam interaksinya
dengan budaya lain sepanjanag sejarah keberadaannya. Pusaka budaya mencakup pusaka
berwujud (tangible), dan pusaka tidak berwujud (intangible).
Dua macam Kebudayaan di Indonesia
1. Kebudayaan Daerah
Kebudayaan Daerah adalah suatu kebiasaan dalam suatu wilayah atau daerah tertentu
yang diwariskan secara turun temurun oleh generasi terdahulu pada generasi berikutnya
pada ruang lingkup daerah tersebut. Budaya daerah ini muncul saat penduduk suatu
daerah telah memiliki pola pkir dan kehidupan social yang sama sehingga itu menjadi
suatu kebiasaan yang membedakan mereka dengan penduduk-penduduk yang lain.
2. Kebudayaan Nasional
Kebudayaan Nasional adalah gabungan dari budaya daerah yang ada di negara tersebut.
Itu dimaksudkan budaya daerah yang mengalami asimilasi dan akulturasi dengan daerah
lain di suatu negara akan terus tumbuh dan berkembang menjadi kebiasaan-kebiasaan
dari Negara tersebut.
Fungsi Kebudayaan Nasional Indonesia
Analisis dari suatu kebudayaan dari suatu masyarakat atau suatu bangsa, bisa didasarkan
pada fungsi kebudayaan tersebut dalam kehidupan masyarakat atau bangsanya. Koentjaraningrat
(1985) mengidentifikasi dua fungsi utama dari kebudayaan nasional Indonesia, yaitu :
1. Sebagai system gagasan dan pralambang yang memberikan identitas kepada warga
masyarakat atau warga Indonesia.
2. Sebagai system gagasan dan pralambang yang dapat digunakan oleh semua warga
masyarakat atau bangsa Indonesia yang majemuk atau Bhineka itu, sehingga dapat saling
berkomunikasi untuk memperkuat solidaritas.
Unsur-unsur kebudayaan yang berfungsi pemberi identitas, harus memenuhi paling
sedikit tiga persyaratan, yaitu :
1. Karya warga masyarakat Indonesia, atau orang-orang dizaman lampau yang berasal dari
seluruh wilayah Nusantara.
2. Tema pikiran dan wujud unsur-unsur kebudayaan itu harus bercirikan khas nuansa
Indonesia.
3. Ketinggian nilai unsur-unsur kebudayaan itu harus diakui, dibanggakan, dan
diidentifikasi oleh sebanyak mungkin warga masyarakat Indonesia.
Unsur-unsur kebudayaan yang berfungsi sebagai media komunikasi untuk memperkuat
solidaritas antar warga masyarakat Indonesia yang bisa dipahami oleh sebagian besar warga yang
memiliki perbedaan-perbedaan ras, suku bangsa, agama, dan ciri-ciri kedaerahan lainnya.
Dengan demikian unsur-unsur tersebut harus menjadi gagasan kolektif. Gagasan kolektif ini
akhinya akan menjadi wahan komunikasi yang dapat menumbahkan saling pengertian dan
solidaritas dalam masyarakat Indonesia yang majemuk itu.
Usman Pelly dalam Papernya berjudul Demokrasi dalam Kehidupan Bangsa telah mencatat
sehingga terambil rumusan apa yang dimaksud dengan puncak-puncak kebudayaan daerah dan
apa saja yang menjadi indikatornya. Adapun Indikator ataupun modal pembangunan
Kebudayaan Nasional yaitu,
- Mengandung nilai-nilai luhur Pancasila
- Mencerminkan kualitas, martabat, dan peradaban bangsa
- Menjadi kebanggaan bangsa
- Terbuka untuk penyaringan, penyempurnaan, dan peningkatan mutu sesuai dengan
perkembangan zaman dan kemajuan masyarakat
- Komunikatif
- Memperkuat tumbuhnya rasa persatuan dan kesatuan bangsa
- Sebagai ungkapan identitas keindonesiaan
3. Problematika Kebudayaan dan Peradaban dalam Bingkai Kebudayaan Nasional
1. Cultural Lag
Cultural lag adalah tertinggalnya perkembangan salah satu unsur kebudayaan dari unsur-unsur
lainnya yang disebabkan oleh adanya unsur-unsur dalam masyarakat yang berubah secara cepat,
tapi beberapa unsur-unsur itu berkaitan erat dengan unsur-unsur yang berubah dengan sangat
lambat.
2. Hambatan Budaya yang berkaitan dengan Pandangan Hidup dan system kepercayaan
Hambatan Budaya ini muncul ketika adanya perbedaan pandangan hidup maupun system
kepercayaan dengan perkembangan zaman. Contohnya seperti Orang jawa terhadap tanah
mereka tempati secara turun-temurun diyakini sebagai pembawa berkah kehidupan.
3. Hambatan Budaya yang berkaitan dengan Perbedaan Persepsi atau sudut pandang
Hambatan Budaya ini biasanya terjadi antara masyarakat dan pelaksanaa pembangunan.
Kurangnya sosialisasi yang baik terhadap rencana pembangunan membuat kesalahpahaman
masyarakat menilai suatu tindakan pelaksana pembangunan. Contohnya seperti program
Keluarga Berencana (KB) yang ditolak masyarakat karena suatu pandangan bahwa memiliki
anak banyak akan banyak mendatangkan rezeki.
4. Hambatan Budaya yang berkaitan dengan faktor psikologi atau kejiwaan
Hambatan Budaya ini terjadi karena faktor psikologi seseorang maupun suatu kelompok
masyarakat. Contohnya seperti Upaya mentransmigrasikan penduduk dari daerah yang terkena
bencana alam banyak mengalami kesulitan, akibat kekhawatiran penduduk bahwa ditempat yang
baru akan lebih sengsara dibandingkan dengan hidup mereka ditempat yang lama.
5. Sikap Tradisionalisme yang berprasangka buruk terhadap hal-hal baru.
Sikap ini sangat mengagung-agungkan budaya tradional sedemikian rupa yang menganggap hal-
hal baru itu akan merusak tatanan hidup mereka yang sudah mereka miliki secara turun-temurun.
6. Sikap Etnosentrisme adalah sikap yang mengagungkan budaya suku bangsanya sendiri
dan menganggap rendah budaya suku bangsa lain.
7. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) sebagai hasil dari kebudayaan.
Seringkali kemunculan teknologi canggih yang menjadi kebudayaan disalahgunakan oleh
manusia. Contonya seperti Nuklir yang dapat digunakan sebagai tenaga pembangkit listrik justru
disalahgunakan sebagai penghancur manusia.
8. Masyarakat yang terasing dan kurang komunikasi dengan masyarakat luar.
Masyarakat daerah-daerah terpencil yang kurang komunikasi dengan masyarakat luar, karena
pengetahuannya serba terbatas, seolah-olah tertutup untuk menerima program-program
pembangunan
9. Cultural Shock atau gagap budaya
Cultural Shock atau gagap budaya/guncangan kebudayaan, apabila manusia tidak bias
menyesuaikan atau beradaptasi dengan budaya lain, sehingga menimbulkan keraguan dan
kecanggungan.
4 tahap siklus Cultural Shock,
- Tahap Inkubasi adalah tahap pengenalan budaya sehingga budaya tersebut dianggap
sesuatu yang menarik
- Tahap Krisis adalah tahap terbentuknya perasaan dendam, ditahap inilah cultural shock
terbentuk
- Tahap Kesembuhan adalah tahap dimana korbannya telah mampu melalui tahap kedua
dan mulai hidup dengan damai
- Tahap Penyesuaian adalah tahap dimana korbannya mulai terbiasa dan membanggakan
sesuatu yang dilihatnya dan dirasakan dalam kondisi yang baru
10. Terjadinya pertentangan kebudayaan (cultural conflict)
Hal ini terjadi apabila setiap pelaku kebudayaan tidak saling menghargai dikarenakan sifatnya
terjadi antara budaya dengan budaya lain. Hal tersebut diakibatkan oleh keyakinan-keyakinan
yang berbeda antar penganut kebudayaan dalam aktivitas berbudaya.

Dua tantangan dalam menghadapi Problematika Kebudayaan dan Peradaban dalam Bingkai
Kebudayaan Nasional
- Tantangan Eksternal adalah berupa pengaruh nilai-nilai kebudayaan asing, terutama
yang berasal dari negara-negara industry maju, yang dewasa ini semakin tak terbendung.
Pengaruh budaya asing ini kemudian menjalar keseluruh sendi-sendi kehidupan berupa
pemikiran, tingkah laku, sampai kepada yang berbentuk barang.
- Tantangan Internal adalah hambatan-hambatan yang muncul dalam kebudayaan itu
sendiri. Ini terjadi karena sikap yang tidak saling membudayakan terhadap budaya yang
sudah ada kepada generasi selanjutnya, sehingga hanya segelintir orang yang mengetahui
tentang kebudayaan itu sendiri. Pada akhirnya kebudayaan itupun melemah.
Usman Pelly menyebutkan beberapa permasalahan yang menjadi tantangan konkret dalam
pembentukan kebudayaan Nasional, yaitu sebagai berikut.
1. Masalah Komersialisasi Kebudayaan
2. Masalah Konsumerisme dan Materialisme
3. Masalah Ketahanan Budaya dan Konflik Nilai
4. Masalah Pendidikan dan Proses alih Nilai
5. Masalah Adaptasi hokum dalam pengembangan pariwisata
6. Masalah Seks dan Kesehatan
7. Masalah Sekularisasi kehidupan beragama
8. Masalah pengembangan potensi masyarakat dalam upaya mengambil manfaat optimal
dari pariwisata dan interaksi antar bangsa
9. Masalah pengembangan kemampuan kritis-rasional dalam menghadapi pengaruh
kebudayaan asing
3. Kesimpulan
Manusia Sebagai Makhluk Berbudaya adalah Manusia yang diciptakan untuk menjalankan
kewajiban dan tanggung jawabnya sebagai makhluk Tuhan. Manusia harus menguasai segala
sesuatu yang berhubungan dengan kepemimpinannya di muka bumi disamping tanggung jawab
dan etika moral harus dimiliki, menciptakan nilai kebaikan, kebenaran, keadilan dan tanggung
jawab agar bermakna bagi kemanusiaan dan lingkungan sekitarnya.
Selain mempunyai sebagaimana makhluk hidup lainnya, manusia juga mempunyai akal yang
dapat memperhitungkan tindakannya melalui proses belajar yang terus-menerus. Secara istilah
manusia dapat diartikan sebuah konsep atau sebuah fakta, sebuah gagasan atau realitas, sebuah
kelompok atau seorang individu.
Kualitas manusia pada suatu negara akan menentukan kualitas kebudayaan dari suatu negara
tersebut, begitu pula pendidikan yang tinggi akan menghasilkan kebudayaan yang tinggi. Karena
kebudayaan adalah hasil dari pendidikan suatu bangsa.

Daftar Pustaka
Dr. Supriadi, Dr. Warlim Isya, dan Trisna Sukmayadi, M.Pd. 2013. Ilmu Sosial Budaya Dasar.
Bandung: CV. Maulana Media Grafika.
Yumiasih, Lely. 2012. Manusia sebagai makhluk berbudaya.
http://lelyumiasih.blogspot.com/2012/06/manusia-sebagai-makhluk-
berbudaya.html, diakses pada 9 April 2014 pukul 23.54 wib.
Putri, Nadila. 2012. Manusia sebagai makhluk berbudaya.
http://nadillaikaputri.wordpress.com/2012/10/21/manusia-sebagai-makhluk-
budaya-3/, diakses pada 9 April 2014 pukul 22.43 wib.
Nanda, Reski. 2012. Pengertian Kebudayaan dan Peradaban.
http://reskinanda.wordpress.com/2012/09/28/pengertian-kebudayaan-dan-
peradaban/, diakses pada 9 April 2014 pukul 21.55 wib.

Anda mungkin juga menyukai