Anda di halaman 1dari 16

SKRINING HIPOKRATIK

A. TUJUAN
1. Memahami dan terampil melakukan skrining farmakodinamik obat menggunakan
teknik skrinning hipokratik.
2. Memahami dan mampu menganalisa hasil-hasil skrining farmakologi obat.

B. LANDASAN TEORI
Bahan alam yang digunakan sebagai obat telah digunakan masyarakat sejak
zaman dahulu. Masyarakat pada zaman dahulu sudah memahami makna penting
kesehatan, baik dari segi preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif. Pemakaian bahan
alam hingga saat ini cenderung meningkat, terutama setelah kemajuan teknologi yang
berkembang pesat.
Permasalahan yang dihadapi adalah belum adanya pembuktian secara ilmiah
tentang keamanan serta khasiat obat bahan alam tersebut yang dapat diaplikasikan secara
klinis dalam penyembuhan segala macam penyakit.
Bahan alam (terutama tumbuhan) merupakan keanekaragaman hayati yang masih
sangat sedikit menjadi subjek penelitian ilmiah di Indonesia, padahal Indonesia merupakan
negara yang memiliki kekayaan keanekaragaman hayati terbesar didunia dengan lebih
kurang 30.000 jenis tumbuh-tumbuhan serta biota lautnya. Dari sekian besar jumlah
tersebut baru sekitar 940 species yang diketahui berkhasiat terapautik (mengobati) melalui
penelitian ilmiah dan hanya sekitar 180 species diantaranya yang telah dimanfaatkan
dalam temuan obat tradisional oleh industri obat tradisional Indonesia (DepKes, 2000). Hal
ini disebabkan karena pemanfaatan tumbuhan di Indonesia untuk mengobati suatu
penyakit biasanya hanya berdasarkan pengalaman empiris yang diwariskan secara turun
temurun tanpa disertai data penunjang yang memenuhi persyaratan (Sirait, 2001).
Skrining hipokratik adalah salah satu cara untuk menapis aktivitas suatu
obat/bahan obat yang belum diketahui sebelumnya, baik yang berasal dari alam ataupun
senyawa sintesis/semisintesis. Cara ini didasarkan atas bahwa obat bila berinteraksi dalam
materi biologis dalam tubuh akan menghasilkan efek tertentu tergantung pada dosis yang
diberikan. Penapisan farmakologi pendahuluan dilakukan menurut metode Malon
Robichoud mengenai penapisan hipokratik yang dimodifikasi. Prinsipnya adalah melihat
gejala-gejala yang timbul pada hewan percobaan setelah diberi suatu obat. Skrining ini
dapat membedakan suatu obat/bahan yang berguna dan yang tidak berguna dengan cepat
dan biaya yang relatif murah. Darinya akan dihasilkan profil farmakodinamik obat/bahan.
Selain itu dapat diketahui efek farmakologi pada suatu obat yang belum diketahui
sebelumnya, sehingga diperoleh perkiraan efek farmakologi berdasarkan pendekatan data
parameter-parameter yang diketahui.
Penelitian ini menggunakan metode penapisan hipokratik yang dipertajam
dengan uji-uji spesifik diantaranya seperti uji viskositas, uji aktivitas motorik, uji
perpanjangan waktu tidur, uji anti konvulsi dan uji efek hipotensi.
Skrining/penapisan farmakologi adalah suatu metode untuk mengetahui aktivitas
farmakologik suatu zat. Prinsipnya adalah melihat gejala-gejala yang timbul pada hewan
setelah diberi zat uji.
Penapisan atau skrining farmakologi dilakukan untuk mengetahui aktivitas
farmakologi suatu zat yang belum diketahui efeknya. Hal ini dilakukan dengan melihat
gejala-gejala yang timbul pada hewan coba setelah diberi zat uji. Prinsip dasar penapisan
atau skrining farmakologi ini adalah mencari persen aktivitas yang terjadi pada setiap
kelompok efek-efek tersebut, kemudian dapat ditarik kesimpulan berdasarkan persen
aktivitas yang paling besar. Semakin besar persen aktivitas pada suatu efek maka zat atau
obat uji semakin mempunyai kecenderungan berasal dari kelompok efek tersebut.
Uji ini merupakan tahap awal penelitian farmakologi atau zat-zat yang belum
diketahui efeknya serta untuk mengetahui apakah obat tersebut memiliki efek fisiologis
atau tidak sehingga disebut sebagai penapisan hipokratik (penapisan awal). Penapisan ini
masih merupakan prediksi.
Sistem saraf terbagi menjadi susunan saraf pusat (otak dan sumsum tulang
belakang). Serta susunan saraf perifer yang terdiri atas saraf motoris dan susunan saraf
otonom.
Farmakodinamik adalah cabang ilmu farmakologi yang mempelajari efek
biokimiawi dan fisiologi obat serta mekanisme kerjanya. Menurut teori pendudukan
reseptor, intensitas efek obat berbanding lurus dengan fraksi reseptor yang diduduki atau
diikatnya, dan intensitas efek mencapai maksimal bila seluruh reseptor diduduki oleh obat.
Efek obat umumnya timbul karena interaksi obat dengan reseptor.
1. Parasimpatomimetik
Parasimpatomimetika atau kolinergika adalah sekelompok zat yang dapat
menimbulkan efek yang sama dengan stimulasi susunan parasimpatis, karena
melepaskan neurohormon asetilkolin diujung-ujung neuronnya. Efek-efek yang
muncul setelah pemberian kolinergik adalah :
Stimulasi pencernaan dengan jalan memperkuat peristaltik dan sekresi kelenjar
ludah dan getah lambung (HCl), juga sekresi air mata, dll.
Memperlambat sirkulasi, antara lain dengan mengurangi kegiatan jantung,
vasodilatasi, dan penurunan tekanan darah.
Memperlambat pernapasan, antara lain dengan menciutkan bronchi, sedangkan
sekresi dahak diperbesar.
Kontraksi otot mata dengan efek penyempitan pupil (miosis) dan menurunnya
tekanan intraokulere akibat lancarnya pengeluaran air mata.
Kontraksi kandung kemih dan ureter dengan efek memperlancar pengeluaran urin.
Dilatasi pembuluh dan kontraksi otot kerangka.
Menekan ssp setelah pada permulaan menstimulasinya.
2. Simpatomimetik
Simpatomimetik atau adrenergik adalah zat-zat yang dapat menimbulkan efek yang
sama dengan stimulasi susunan sipaticus dan melepaskan noradrenalin di ujung-ujung
sarafnya. Efek yang ditimbulkan adalah:
Vasokontriksi otot polos dan menstimulasi sel-sel kelenjar dengan bertambahnya
sekresi liur dan keringat.
Menurunkan peristaltik usus.
Memperkuat daya dan frekuensi kontraksi jantung.
Bronkodilatasi dan stimulasi metabolisme glikogen dan lemak.
3. Simpatolitik
Simpatolitik atau adrenolitik adalah zat-zat yang melawan sebagian atau seluruh
aktivitas susunan saraf simpatis. Efeknya melawan efek yang ditimbulkan oleh
simpatomimetik.
4. Analgetik
Analgetik atau obat penghalang nyeri adalah zat-zat yang mengurangi atau menghalau
rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran.
5. Vasodilator
Vasodilator didefinisikan sebagai zat-zat yang berkhasiat melebarkan pembuluh darah
secara langsung.
6. Vasokontriksor
Berlawanan dengan vasodilator
7. CNS Activation
Zat yang dapat merangsang SSP. Efek yang ditimbulkan adalah:
Konvulsi
Meningkatkan laju pernapasan
Aktivitas motorik meningkat
Naiknya temperatur
Rasa ingin tahu meningkat
8. CNS Depressant
Zat yang dapat menekan SSP. Efek yang ditimbulkan berlawanan dengan CNS
Activation.
9. Muscle Relaxant
Efek yang ditimbulkan mirip dengan CNS depressant.

Parameter yang diamati dalam faktor bobot :
NO PARAMETER
FAKTOR
BOBOT
KIRETERIA
AKTIVITAS
1 Kelopak mata turun 1 Pen. SSP/Smpl/Rel. Ot
2 Bulu berdiri 0,5 Simm/Parasimm
3 Ekor berdiri 0,5 Analg
4 Bola mata menonjol 1,5 Simm
5 Ekor/telinga memerah 1 Vasodilatasi
6 Ekor/telinga pucat 2 Vasokontriksi
7 Fasikulasi 1 Stim. SSP/Parasimm
8 Tremor 1 STIM. SSP
9 Aktivitas motorik menurun 1 Pen.SSP/Simpl/Rel. Ot
10 Aktivitas motorik meningkat 1 Stim. SSP
11 Respirasi meningkat 2 Stim. SSp
12 Respirasi menurun 2 Pen. SSP/Rel. Ot
13 Gerak berputar 1 Stim. SSP/Analg
14 Ekor bergelombang 1 Stim. SSP
15 Agresif 1 Stim. SSP
16 Rasa ingin tahu meningkat 1 Stim. SSP
17 Rasa ingin tahu menurun 1 Pen. SSP/Rel.Ot
18 Refleks kornea hilang 1 Pen. SSp
19 Refleks telinga hilang 1 Pen. SSP/Rel. Ot
20 Refleks balik hilang 1 Pen SSP
21 Salivasi 2 Pen SSP/Rel. Ot
22 Lakrimasi meningkat 0,5 Parasimm
23 Lakrimasi menurun 2 Simm
24 Air mata berdarah 1,5 Parasimm
25 Paralisa kaki 1 Pen. SSP/Rel. Ot
26 Tremor 1 Stim. SSp
27 Konvulsi
1 Stim.
SSP/SIMM/SimL/Parasim
28 Urinasi 2 Parasimm
29 Diare 1 Parasimm
30 Temperatur rektum meningkat 2 Stim. SSP/SIMM
31 Temperatur rektum menurun 1 Pen. SSP/Siml/Parasimm
32 Jatuh dari rotaroad 1 Pen. SSP/Rel.Ot
33 Katalepsi 1 Pen. SSP
34 Tonus tubuh menurun 1,5 Pen. SSP/Rel. Ot
35 Tonus tubuh meningkat 2 Stim. SSP
36 Reaksi plat panas menurun 1 Pen. SSP/Rel. Ot/Analg
37 Reaksi jepit ekor menurun 1 Pen. SSP/Rel. Ot/Analg
38 Menggeliat 0,5 Rel. Ot
39 Pandangan tak lurus 2 Pen. SSP
40 Pupil mengecil 1,5 Parasimm/Siml/Pen.SSP
41 Pupil melebar 0,5 Simm/Parasiml/Analg
42 Ekor naik 0,5 Analg
43 Berat badan turun 1,5
44 Berat badan naik 2


C. CARA KERJA
1. Timbang hewan, tandai dan tentukan dosis yang akan diberikan.
2. Amati parameter-parameter seperti yang tertera pada tabel 2 dan beri skor 1 atau 0
untuk respon kualitatif dan 1, 2, 3 untuk respon kuantitatif
3. Gunakan alat yang tersedia untuk mendeteksi gejala tertentu seperti :
a. Tonus otot melalui kemampuan hewan memegang jaring atau bergelantung pada
alat gelatung
b. Laju pernafasan dihitung persatuan waktu memakai stopwatch
c. Reaksi jepit ekor menggunakan pinset
d. Reaksi plat panas menggunakan hotplate
e. Temperatur tubuh menggunakan thermometer
4. Setelah semua parameter teramati (pada keadaan belum diberi obat=kontrol) injeksi
masing-masing hewan pada dosis yang telah ditentukan secara intraperitonial
5. Amati semua parameter diatas pada waktu 5,10,15, 30, dan 60 menit setelah
penyuntikan obat.
6. Evaluasi hasil yang didapatkan.
a. Kumpulkan nilai menurut bobot untuk masing-masing parameter sesuai dengan
dosis.
b. Lakukan hal yang sma untuk semua parameter lain.
c. Hitung skor total dengan mengalikan skor dengan faktor bobot untuk masing-
masing parameter pada setiap dosis dan bandingkan dengan skor maksimum.
d. Kumpulkan nilai parameter-parameter yang relevan untuk aktifitas tertentu,
misalnya untuk aktivitas sistem saraf pusat.
e. Rangking % respon aktivitas yang didapat menurut dosis dan kategori aktivitas.
f. Bahas dan buat beberapa kemungkinan yang terjadi.

D. HASIL PRAKTIKUM
Tanggal : 4 April 2014
Hewan : Mencit
BB : 22 gram
Dosis : 1 g/kg
VAO : 0,22 ml
Konsentrasi : 100 mg/ml


() (

)
(


Parameter
Nilai (1-3) atau terukur pada waktu
K 5 10 15 30 60
Kelopak mata turun 0 1 0 0 1 1
Bulu berdiri 0 0 0 0 0 0
Ekor berdiri 0 0 0 0 0 0
Bola mata menonjol 0 0 0 0 0 0
Ekor/telinga memerah 0 1 0 0 0 0
Ekor/telinga pucat 0 0 0 0 0 0
Fasikulasi 0 0 0 0 0 0
Tremor 0 1 0 0 0 0
Aktivitas motorik menurun 0 0 0 1 1 0
Aktivitas motorik meningkat 0 1 1 0 0 0
Respirasi meningkat 0 2 2 2 0 0
Respirasi menurun 0 0 0 0 2 2
Gerak berputar 0 0 0 0 0 0
Ekor bergelombang 0 0 0 0 0 0
Agresif 0 0 0 0 0 0
Rasa ingin tahu meningkat 0 0 0 1 1 0
Rasa ingin tahu menurun 0 1 1 0 0 0
Refleks kornea hilang 0 0 0 0 0 0
Refleks telinga hilang 0 0 0 0 0 0
Refleks balik hilang 0 0 0 0 0 0
Salivasi 0 0 0 0 0 0
Lakrimasi meningkat 0 0 0 0 0 0
Lakrimasi menurun 0 0 0 0 0 0
Air mata berdarah 0 0 0 0 0 0
Paralisa kaki 0 0 0 0 0 0
Tremor 0 1 0 0 0 0
Konvulsi 0 0 0 0 0 0
Urinasi 0 0 0 0 0 0
Diare 0 0 0 0 0 0
Temperatur rektum meningkat 39 0 0 0 1 1
Temperatur rektum menurun 39 1 1 1 0 0
Jatuh dari rotaroad 38 0 0 0 0 2
Katalepsi 0 0 0 0 0 0
Tonus tubuh menurun 0 0 0 0 0 0
Tonus tubuh meningkat 0 0 0 0 0 0
Reaksi plat panas menurun 0 1 1 0 0 1
Reaksi jepit ekor menurun 0 0 0 1 1 1
Menggeliat 0 0 0 0 0 0
Pandangan tak lurus 0 0 0 0 0 0
Pupil mengecil 0 1,5 0 0 0 0
Pupil melebar 0 0 0 0 0 0
Ekor naik 0 0 0 0 0 0
Berat badan turun 22 0 0 0 0 0
Berat badan naik 22 0 0 0 0 0


1. Simpatolitik
Parameter Skor Total Jumlah Skor Max Jumlah
Kelopak mata 3 x 1 3 5 x 1 x 1 5
Aktivitas motorik 2 x 1 2 5 x 1 x 1 5
Konvulsi 0 x 1 0 5 x 0 x 1
Temperature rectum 3 x 1 3 5 x 1 x 1 5
Jumlah 8 15

2. Aktivitas penekan sistem saraf pusat
Parameter Skor Total Jumlah Skor Max Jumlah
Kelopak mata 3 x 1 3 5 x 1 x 1 5
Aktivitas motorik 2 x 1 2 5 x 1 x 1 5
Respirasi 4 x 2 8 5 x 2 x 2 20
Rasa ingin tahu 2 x 1 2 5 x 1 x 1 5
Reflex kornea hilang 0 x 1 0 5 x 0 x 1 0
Reflex telinga hilang 0 x 1 0 5 x 0 x 1 0
Reflex balik hilang 0 x 1 0 5 x 0 x 1 0
Paralisa kaki 0 x 1 0 5 x 0 x 1 0
Temperatur rectum 3 x 1 3 5 x 1 x 1 5
Jatuh dari rotaroad 2 x 1 2 5 x 2 x 1 10
Katalepsi 0 x 1 0 5 x 0 x 1 0
Tonus tubuh 0 x 1,5 0 5 x 0 x 1,5 0
Reaksi jepit ekor 3 x 1 3 5 x 1 x 1 5
Pandangan tak lurus 0 x 2 0 5 x 0 x 2 0
Jumlah 23 55

3. Relaksasi Otot
Parameter Skor Total Jumlah Skor Max Jumlah
Kelopak mata 3 x 1 3 5 x 1 x 1 5
Aktivitas motorik 2 x 1 2 5 x 1 x 1 5
Respirasi 4 x 2 8 5 x 2 x 2 20
Rasa ingin tahu 2 x 1 2 5 x 1 x 1 5
Reflex telinga hilang 0 x 1 0 5 x 0 x 1 0
Paralisa kaki 0 x 1 0 5 x 0 x 1 0
Jatuh dari rotaroad 2 x 1 2 5 x 2 x 1 10
Tonus tubuh 0 x 1,5 0 5 x 0 x 1,5 0
Reaksi jepit ekor 3 x 1 3 5 x 1 x 1 5
Menggeliat 0 x 0,5 0 5 x 0 x 2 0
Jumlah 20 50


4. Simpatomimetik
Parameter Skor Total Jumlah Skor Max Jumlah
Bola mata menonjol 0 x 1,5 0 5 x 0 x 1,5 0
Lakrimasi 0 x 2 0 5 x 0 x 2 0
Konvulsi 0 x 1 0 5 x 0 x 1 0
Temperatur rectum 2 x 2 4 5 x 2 x 2 20
Jumlah 4 20

5. Parasimpatomimetik
Parameter Skor Total Jumlah Skor Max Jumlah
Bulu berdiri 0 x 0,5 0 5 x 0 x 0,5 0
Fasikulasi 0 x 1 0 5 x 0 x 1 0
Salivasi 0 x 2 0 5 x 0 x 2 0
Lakrimasi 0 x 0,5 0 5 x 0 x 0,5 0
Air mata berdarah 0 x 1,5 0 5 x 0 x 1,5 0
Konvulsi 0 x 1 0 5 x 0 x 1 0
Urinasi 0 x 2 0 5 x 0 x 2 0
Diare 0 x 1 0 5 x 0 x 1 0
Temperatur rectum 3 x 1 3 5 x 1 x 1 5
Jumlah 3 5

6. Analgetik
Parameter Skor Total Jumlah Skor Max Jumlah
Ekor berdiri 0 x 0,5 0 5 x 0 x 0,5 0
Gerak berputar 0 x 1 0 5 x 0 x 1 0
Reaksi jepit ekor 3 x 1 3 5 x 1 x 1 5
Jumlah 3 5

7. Vasokontriksi
Parameter Skor Total Jumlah Skor Max Jumlah
Ekor/telinga pucat 0 x 1 0 5 x 0 x 1 0
Jumlah 0 0



8. Vasodilatasi
Parameter Skor Total Jumlah Skor Max Jumlah
Ekor/telinga memerah 1 x 1 1 5 x 1 x 1 5
Jumlah 1 5

9. Stimulasi sistem saraf pusat
Parameter Skor Total Jumlah Skor Max Jumlah
Fasikulasi 0 x 1 0 5 x 0 x 1 0
Tremor 1 x 1 1 5 x 1 x 1 5
Aktivitas motorik 2 x 1 2 5 x 1 x 1 5
Respirasi 6 x 2 12 5 x 2 x 2 20
Gerak berputar 0 x 1 0 5 x 0 x 1 0
Ekor bergelombang 0 x 1 0 5 x 0 x1 0
Agresif 0 x 1 0 5 x 0 x 1 0
Rasa ingin tahu 2 x 1 2 5 x 1 x 1 5
Konvulsi 0 x 1 0 5 x 0 x 1 0
Temperatur rectum 2 x 2 4 5 x 2 x 2 20
Tonus tubuh 0 x 1,5 0 5 x 0 x 1,5 0
Jumlah 21 50

10. Parasimpatolitik
Parameter Skor Total Jumlah Skor Max Jumlah
Pupil mata melebar 0 x 0,5 0 5 x 0 x 0,5 0
Jumlah 0 0

Perhitungan % aktivitas





1. Aktivitas penekan sistem saraf
pusat


= 41,8%

2. Simpatolitik


= 53,3%
3. Relaksasi otot


= 40%
4. Simpatomimetik


= 20%
5. Parasimpatomimetik


= 60%
6. Analgetik


= 60%
7. Vasodilatasi


= 20%
8. Vasokontriksi


= 0%
9. Stimulasi sistem saraf pusat


= 42%
10. Parasimpatolitik


= 0%

E. PEMBAHASAN
Pada dasarnya, percobaan skrining hipokratik ini dilakukan untuk mengetahui atau
menapis aktivitas suatu obat atau bahan yang belum diketahui sebelumnya baik yang
berasal dari bahan alami maupun senyawa sintesis atau semisintesis. Hal itu disebut
dengan skrining hipokratik. Obat yang diberikan belum diketahui aktifitas maupun
golongan senyawa tersebut. Oleh karena itu, pada percobaan skrining hipokratik ini
digunakan hewan uji yaitu berupa mencit. Mencit selanjutnya disuntikkan obat secara
intraperitonial dengan dosis 1 g/kg BB dan konsentrasi obat sebesar 100 mg/ml. Kemudian
setelah itu mencit diamati berdasarkan parameter fisiologis yang terjadi pada menit ke-5,
10, 15, 30, dan 60.
Pada data pengamatan berdasarkan persentase, efek yang paling besar adalah
parasimpatomimetik (60%) dan analgetik (60%). Efek-efek lainnya terjadi dengan
persentase bervariasi, antara lain stimulasi sistem saraf pusat (42%), aktifitas penekan
sistem saraf pusat (41,8%), simpatolitik (53,3%), relaksasi otot (40%), simpatomimetik
(20%), dan vasodilatasi (20%).
Berdasarkan parameter-parameter yang diamati pada percobaan, obat yang
disuntikkan merupakan golongan parasimpatomimetik dan analgetik.
Analgetika atau obat penghilang nyeri adalah zat-zat yang mengurangi atau
menghalau rasa nyeri tanpa menghasilkan kesadaran. Nyeri adalah gejala penyakit atau
fungsi saraf pusat secara selektif, digunakan untuk mengurangi rasa sakit tanpa
mempengaruhi kesadaran. Analgesik bekerja dengan meningkatkan nilai ambang persepsi
rasa sakit. Berdasarkan mekanisme kerja pada tingkat molekul, analgetika dibagi menjadi
analgetik narkotik dan analgetik non narkotik.
Ketidakakuratan hasil yang diperoleh mungkin saja terjadi dalam percobaan ini
dikarenakan kesalahan-kesalahan yang terjadi, mungkin disebabkan karena pengamatan
dari efek terapi mencit yang subjektif, masih terlalu susah untuk menentukan apakah
terjadi perubahan signifikan pada mencit.

F. KESIMPULAN
Skrining hipokratik adalah salah satu cara untuk menapis aktivitas suatu obat/bahan
yang belum diketahui sebelumnya baik yang berasal darri bahan alami maupun sintesis
atau semisintesis.
Berdasarkan parameter yang diamati pada percobaan. Obat yang disuntikkan
merupakan golongan parasimpatomimetik dan golongan analgetik sebesar 60%. Efek-
efek lainnya terjadi dengan persentase bervariasi, antara lain stimulasi sistem saraf
pusat (42%), aktifitas penekan sistem saraf pusat (41,8%), simpatolitik (53,3%),
relaksasi otot (40%), simpatomimetik (20%), dan vasodilatasi (20%).
Faktor yang mempengaruhi hasil eksperimen dalam hal ini kondisi mencit yaitu
keadaan kandang, suasana kandang baru yang asing, pengamatan hewan dalam
kandang, dan keadaan ruangan tempat hidup hewan percobaan (cuaca) dan juga faktor
lainnya seperti kesalahan yang mungkin dilakukan oleh praktikan.

PEMBAHASAN SOAL

1. Apa beda skrining buta dan skrining spesifik?
Jawab :
Skrining buta adalah program skrining terhadap senyawa baru yang tidak diketahui
aktivitas farmakologinya. Sedangkan skrining spesifik adalah program skrining yang
dilakukan pada senyawa yang telah dapat diperkirakan khasiatnya.

2. Apa kelebihan metode skrining hipokratik dibandingkan dengan skrining spesifik? Apa
pula kelemahannya?
Jawab :
Kelebihan :
a. Caranya sederhana dan peralatan yang digunakan relative mudah.
b. Aktivitas bahan/obat yang diuji dapat diketahui dengan cepat.
Kekurangan :
a. Dalam pengamatannya sedikit rumit karena waktu pengamatan membutuhkan waktu
yang singkat (5 menit) sedangkan parameter yang diamati banyak.

3. Apakah toksisitas bahan obat dapat diramalkan menggunakan cara skrining ini?
Jawab :
Bisa. Karena dari skrining hipokratik ini diperoleh seberapa besar aktivitas dari berbagai
kriteria yang diamati. Bila pada skrining hipokratik ini pada dosis yang besar dapat
memberikan efek yang sangat berlebihan, maka bisa dinyatakan berefek toksik.

4. Jelaskan tahap-tahap penelitian yang harus dilalui untuk suatu obat baru agar dapat
digunakan secara klinis?
Jawab :
Pengembangan dan penilaian obat ini meliputi 2 tahap uji :
1. Uji praklinik
a. Uji farmakodinamik
b. Uji farmakokinetik
c. Uji toksikologi
d. Uji farmasetika
2. Uji klinik
a. Uji klinik fase I. Merupakan pengujian suatu obat baru untuk pertama kalinya pada
manusia
b. Uji klinik fase II. Dicobakan pada pasien sakit
c. Uji klinik fase III. Pada manusia sakit, ada kelompok kontrol dan kelompok
pembanding.
d. Uji klinik fase IV. Uji terhadap obat yang telah dipasarkan.

5. Jelaskan hubungan parameter-parameter yang diamati dengan jenis aktivitas-aktivitas yang
ditentukan.
Jawab :
Piloerection atau bulu mencit berdiri menunjukkan adanya kompensasi temperatur
yang rendah atau aktivitas simpatomimetik.
Skin colour atau warna kulit khususnya daun telinga, bila berubah dari merah muda
menjadi merah maka menunjukkan adanya vasodilatasi akibat pengaruh simpatolitik.
Warna putih menunjukkan vasokontriksi pengaruh simpatomimetik.
Heart rate atau detak jantung dapat dipercepat oleh aktivitas parasimpatomimetik dan
dapat diperlambat oleh depresan pernafasan dan SSP, khususnya pada dosis tinggi.
Ukuran pupil dibandingkan antara sebelum dan sesudah diberi obat. Pelebaran pupil
menandakan bahwa hewan terpengaruh oleh obat parasimpatolitik atau
simpatomimetik.

DAFTAR PUSTAKA

Nurmeilis, dkk. 2009. Penuntun Praktikum Farmakologi. Program Studi Farmasi FKIK UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Katzung, Bertram G, (2004), Basic & clinical pharmacology, 9th Edition, Lange Medical
Books/Mcgraw-Hill: New York, Hal : 6, 152 (e-book version of the text).
Tan, Hoan Tjay dan Kirana Rahardja. 2003. Obat-Obat Penting. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo Kelompok Gramedia
Woodley, Michele. 1995. Pedoman Pengobatan. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai