Anda di halaman 1dari 26

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA
Ada berbagai mekanisme untuk melindungi permukaan okuler dari hal-hal yang
berbahaya seperti refleks dan alis mata serta struktur mata sendiri yaitu bulu mata,
kelopak mata (palpebra), film prekorneal atau film air mata dan epitel pada
permukaan mata. Berikut adalah penjelasan dari palpebra dan film prekorneal
yang berhubungan dengan penelitian ini (Encyclopdia Britannica, 2007).
2.1. Palpebra
2.1.1. Anatomi
A. Struktur
truktur mata yang berfungsi sebagai proteksi lini pertama adalah
palpebra. !ungsinya adalah men"egah benda asing masuk, dan juga membantu
proses lubrikasi permukaan kornea. #embukaan dan penutupan palpebra
diperantarai oleh muskulus orbikularis okuli dan muskulus le$ator palpebra.
%uskulus orbikularis okuli pada kelopak mata atas dan ba&ah mampu
mempertemukan kedua kelopak mata se"ara tepat pada saat menutup mata. #ada
saat membuka mata, terjadi relaksasi dari muskulus orbikularis okuli dan
kontraksi dari muskulus le$ator palpebra di palpebra superior. 'tot polos pada
palpebra superior atau muskulus palpebra superior (Mller muscle) juga berfungsi
dalam memperlebar pembukaan dari kelopak tersebut. edangkan, palpebra
inferior tidak memiliki muskulus le$ator sehingga muskulus yang ada hanya
berfungsi se"ara aktif ketika memandang keba&ah (Encyclopdia Britannica,
2007)
elanjutnya adalah lapisan superfisial dari palpebra yang terdiri dari kulit,
kelenjar %oll dan (eis, muskulus orbikularis okuli dan le$ator palpebra. )apisan
dalam terdiri dari lapisan tarsal, muskulus tarsalis, konjungti$a palpebralis dan
kelenjar meibom (*agner, 200+).
Universitas Sumatera
Utara
,ambar 2.-. #otongan agital #alpebra uperior
B. Inervasi
erabut otot muskulus orbikularis okuli pada kedua palpebra dipersarafi
"abang .igomatikum dari ner$us fasialis sedangkan muskulus le$ator palpebra
dan beberapa muskulus ekstraokuli dipersarafi oleh ner$us okulomotoris. 'tot
polos pada palpebra dan okuler diakti$asi oleh saraf simpatis. 'leh sebab itu,
sekresi adrenalin akibat rangsangan simpatis dapat menyebabkan kontraksi otot
polos tersebut (Encyclopdia Britannica, 2007).
2.1.2. Fisiologi enge!ip
A. "e#leks enge!ip
Banyak sekali ilmuan mengemukakan teori mengenai mekanisme refleks
kedip seperti adanya pacemaker atau pusat kedip yang diregulasi globus palidus
atau adanya hubungan dengan sirkuit dopamin di hipotalamus. #ada penelitian
/aylor (-000) telah dibuktikan adanya hubungan langsung antara jumlah dopamin
Universitas Sumatera Utara
di korteks dengan mengedip spontan dimana pemberian agonis dopamin 1-
menunjukkan peningkatan akti$itas mengedip sedangkan penghambatannya
menyebabkan penurunan refleks kedip mata.
2efleks kedip mata dapat disebabkan oleh hampir semua stimulus perifer,
namun dua refleks fungsional yang signifikan adalah (Encyclopdia Britannica,
2007)3
(-) timulasi terhadap ner$us trigeminus di kornea, palpebra dan konjungti$a
yang disebut refleks kedip sensoris atau refleks kornea. 2efleks ini
berlangsung "epat yaitu 0,- detik.
(2) timulus yang berupa "ahaya yang menyilaukan yang disebut refleks kedip
optikus. 2efleks ini lebih lambat dibandingkan refleks kornea.
B. "itme Normal Ke!ipan ata
#ada keadaan terbangun, mata mengedip se"ara reguler dengan inter$al
dua sampai sepuluh detik dengan lama kedip selama 0,4-0,5 detik. 6al ini
merupakan suatu mekanisme untuk mempertahankan kontinuitas film prekorneal
dengan "ara menyebabkan sekresi air mata ke kornea. elain itu, mengedip dapat
membersihkan debris dari permukaan okuler. ebagai tambahan, mengedip dapat
mendistribusikan musin yang dihasilkan sel goblet dan meningkatkan ketebalan
lapisan lipid (%"%onnies, 2007). 7&anami (2007) mengemukakan bah&a
muskulus 2iolan dan muskulus intertarsal diper"aya berhubungan dengan sekresi
kelenjar meibom.
%enurut 6ollan (-072), frekuensi mengedip berhubungan dengan status
mental dan juga diregulasi oleh proses kognitif. 8ara *alla"e (200+) pada
Biennial International Conference on Infant Studies XV
th
di 9epang (Abelson,
2007) menyatakan bah&a berbi"ara, menghapal, dan perhitungan mental (mental
arithmatic) dihubungkan dengan peningkatan frekuensi mengedip. edangkan
melamun, mengarahkan perhatian dan men"ari sumber stimulus diasosiasikan
dengan penurunan frekuensi mengedip mata. :amun, kedipan mata dapat
ber$ariasi pada setiap akti$itas seperti memba"a, menggunakan komputer,
menonton tele$isi, mengendarai alat transportasi, dan memandang. !rekuensi
Universitas Sumatera
Utara
mengedip juga dipengaruhi oleh faktor-faktor internal seperti keletihan, pengaruh
medikasi, stres dan keadaan afektif (1oughty, 200-).
2.2. Aparatus $akrimalis
Aparatus lakrimalis dibagi menjadi dua bagian yaitu sistem sekresi dan
sistem ekskresi air mata. Berikut adalah gambar anatomi dari sistem lakrimalis
(*agner, 200+).
,ambar 2.2. Anatomi istem )akrimalis
2.2.-. Sistem Sekresi Air ata
#ermukaan mata dijaga tetap lembab oleh kelenjar lakrimalis. ekresi
basal air mata perhari diperkirakan berjumlah 0,7;--,- gram dan "enderung
menurun seiring dengan pertambahan usia. <olume terbesar air mata dihasilkan
oleh kelenjar air mata utama yang terletak di fossa lakrimalis pada kuadran
temporal di atas orbita. 8elenjar yang berbentuk seperti buah kenari ini terletak
didalam palpebra superior. etiap kelenjar ini dibagi oleh kornu lateral
aponeurosis le$ator menjadi lobus orbita yang lebih besar dan lobus palpebra yang
lebih ke"il. etiap lobus memiliki saluran pembuangannya tersendiri yang terdiri
dari tiga sampai dua belas duktus yang bermuara di forniks konjungti$a
Universitas Sumatera
Utara
superior. ekresi dari kelenjar ini dapat dipi"u oleh emosi atau iritasi fisik dan
menyebabkan air mata mengalir berlimpah mele&ati tepian palpebra (epiphora).
#ersarafan pada kelenjar utama berasal nukleus lakrimalis pons melalui ner$us
intermedius dan menempuh jalur kompleks dari "abang maksilaris ner$us
trigeminus.
8elenjar lakrimal tambahan, &alaupun hanya sepersepuluh dari massa
utama, mempunya peranan penting. 8elenjar 8rause dan *olfring identik dengan
kelenjar utama yang menghasilkan "airan serosa namun tidak memiliki sistem
saluran. 8elenjar-kelenjar ini terletak di dalam konjungti$a, terutama forniks
superior. el goblet uniseluler yang tersebar di konjungti$a menghasilkan
glikoprotein dalam bentuk musin. %odifikasi kelenjar sebasea %eibom dan (eis
di tepian palpebra memberi substansi lipid pada air mata. 8elenjar %oll adalah
modifikasi kelenjar keringat yang juga ikut membentuk film prekorneal (ulli$an,
-00+ dan 8anski, 2004).
2.2.2. Sistem %kskresi Air ata
istem ekskresi terdiri atas punkta, kanalikuli, sakus lakrimalis, dan duktus
nasolakrimalis. etiap berkedip, palpebra menutup mirip dengan risleting = mulai
di lateral, menyebarkan air mata se"ara merata di atas kornea, dan
menyalurkannya ke dalam sistem ekskresi pada aspek medial palpebra. etiap kali
mengedip, muskulus orbi"ularis okuli akan menekan ampula sehingga
memendekkan kanalikuli hori.ontal. 1alam keadaan normal, air mata dihasilkan
sesuai dengan ke"epatan penguapannya, dan itulah sebabnya hanya sedikit yang
sampai ke sistem ekskresi. Bila memenuhi sakus konjungti$a, air mata akan
masuk ke punkta sebagian karena hisapan kapiler.
1engan menutup mata, bagian khusus orbikularis pre-tarsal yang
mengelilingi ampula mengen"ang untuk men"egahnya keluar. e"ara bersamaan,
palpebra ditarik ke arah krista lakrimalis posterior, dan traksi fas"ia mengelilingi
sakus lakrimalis berakibat memendeknya kanalikulus dan menimbulkan tekanan
negatif pada sakus. 8erja pompa dinamik mengalirkan air mata ke dalam sakus,
yang kemudian masuk melalui duktus nasolakrimalis = karena pengaruh gaya
Universitas Sumatera
Utara
berat dan elastisitas jaringan = ke dalam meatus inferior hidung. )ipatan-lipatan
mirip-katup dari epitel pelapis sakus "enderung menghambat aliran balik air mata
dan udara. >ang paling berkembang di antara lipatan ini adalah ?katup@ 6asner di
ujung distal duktus nasolakrimalis (ulli$an, -00+).
Berikut adalah ilustrasi dari sistem ekskresi air mata yang berhubungan
dengan fungsi gabungan dari muskulus orbikularis okuli dan sistem lakrimal
inferior (*agner, 200+).
,ambar 2.4. istem Akskresi )akrimalis
2.&. Air ata
#ermukaan bola mata yang terpapar dengan lingkungan dijaga tetap
lembab oleh air mata. Air mata tersebut disekresikan oleh aparatus lakrimalis dan
disertai dengan mukus dan lipid oleh organ sekretori dari sel-sel pada palpebra
serta konjungti$a. ekresi yang dihasilkan inilah yang disebut sebagai film air
mata atau film prekorneal. Analisis kimia dari air mata menunjukkan bah&a
konsentrasi garam didalamnya mirip dengan komposisi di dalam plasma darah.
elain itu, air mata mengandung liso.im yang merupakan en.im yang memiliki
akti$itas sebagai bakterisidal untuk melarutkan lapisan luar bakteria
(Encyclopdia Britannica, 2007). *alaupun air mata mengandung en.im
bakteriostatik dan liso.im, menurut ihota (2007), hal ini tidak dianggap sebagai
antimikrobial yang aktif karena dalam mengatasi mikroorganisme tersebut, air
mata lebih "enderung memiliki fungsi mekanik yaitu membilas mikroorganisme
tersebut dan produk-produk yang dihasilkannya.
Universitas Sumatera
Utara
8
B
, :a
B
, dan Cl
-
terdapat dalam konsentrasi lebih tinggi dalam air mata
dari dalam plasma. Air mata juga mengandung sedikit glukosa (; mgDd)) dan urea
(0,05 mgDd)) dan perubahannya dalam konsentrasi darah akan diikuti perubahan
konsentrasi glukosa dan urea air mata. p6 rata-rata air mata adalah 7,4;, meski
ada $ariasi normal yang besar (;,20-E,4;). 1alam keadaan normal, "airan air mata
adalah isotonik. 'smolalitas film air mata ber$ariasi dari 20; sampai 400 mosmD)
(*hit"her, 2000).
Berikut adalah ilustrasi dari elektrolit, protein dan sitokin dalam komposisi
air mata (#flugfelder, .C., 2005).
,ambar 2.5. 8omposisi Air %ata
Air mata akan disekresikan se"ara refleks sebagai respon dari berbagai
stimuli. timulus tersebut dapat berupa stimuli iritatif pada kornea, konjungti$a,
mukosa hidung, stimulus pedas yang diberikan pada mulut atau lidah, dan "ahaya
terang. elain itu, air mata juga akan keluar sebagai akibat dari muntah, batuk dan
menguap. ekresi juga dapat terjadi karena kesedihan emosional. 8erusakan pada
ner$us trigeminus akan menyebabkan refleks sekresi air mata menghilang. 6al ini
dapat dibuktikan dengan pemberian kokain pada permukaan mata menyebabkan
Universitas Sumatera
Utara
penghambatan hantaran pada ujung ner$us sensoris yang mengakibatkan
penghambatan refleks sekresi mata (bahkan ketika mata dipaparkan pada gas air
mata yang poten). 9alur aferen pada hal ini adalah ner$us trigeminus, sedangkan
eferen oleh saraf autonom, dimana bahagian parasimpatis dari ner$us fasialis yang
memberikan pengaruh motorik yang paling dominan. 'leh sebab itu, pemberian
obat yang parasimpatomimetik (seperti asetilkolin) dapat meningkatkan sekresi
sedangkan pemberian obat antikolinergik (atropin) akan menyebabkan penurunan
sekresi. 2efleks sekresi air mata yang berlebihan dapat diinterpretasikan sebagai
respon darurat. #ada saat lahir, iner$asi pada aparatus lakrimalis tidak selalu
sempurna, hal ini menyebabkan neonatus sering menangis tanpa sekresi air mata
(Encyclopdia Britannica, 2007).
2.'. Permukaan (kuler
2.5.-. Kon)ungtiva
8onjungti$a merupakan lapisan terluar dari mata yang terdiri dari
membran mukosa tipis yang melapisi kelopak mata, kemudian melengkung
melapisi permukaan bola mata dan berakhir pada daerah transparan pada mata
yaitu kornea. e"ara anatomi, konjungti$a dibagi atas 2 bagian yaitu konjungti$a
palpebra dan konjungti$a bulbaris. :amun, se"ara letak areanya, konjungti$a
dibagi menjadi + area yaitu area marginal, tarsal, orbital, forniks, bulbar dan
limbal. 8onjungti$a bersambungan dengan kulit pada tepi kelopak (persambungan
mukokutan) dan dengan epitel kornea pada limbus.
#ada konjungti$a palpebra, terdapat dua lapisan epithelium dan menebal
se"ara bertahap dari forniks ke limbus dengan membentuk epithelium berlapis
tanpa keratinisasi pada daerah marginal kornea. 8onjungti$a palpebralis terdiri
dari epitel berlapis tanpa keratinisasi yang lebih tipis. 1iba&ah epitel tersebut
terdapat lapisan adenoid yang terdiri dari jaringan ikat longgar yang terdiri dari
leukosit. 8onjungti$a palpebralis melekat kuat pada tarsus, sedangkan bagian
bulbar bergerak se"ara bebas pada sklera ke"uali yang dekat pada daerah kornea
(ihota, 2007).
Universitas Sumatera
Utara
Berikut adalah gambaran anatomi dari konjungti$a ()ang, 200+).
,ambar 2.;. Anatomi 8onjungti$a
Aliran darah konjungti$a berasal dari arteri siliaris anterior dan arteri
palpebralis. 8edua arteri ini beranastomosis bebas dan = bersama dengan banyak
$ena konjungti$a yang umumnya mengikuti pola arterinya = membentuk jaring-
jaring $askuler konjungti$a yang banyak sekali. #embuluh limfe konjungti$a
tersusun dalam lapisan superfisial dan lapisan profundus dan bersambung dengan
pembuluh limfe palpebra hingga membentuk pleksus limfatikus yang banyak.
8onjungti$a menerima persarafan dari per"abangan pertama (oftalmik) ner$us
trigeminus. araf ini hanya relatif sedikit mempunyai serat nyeri. (2iordan-A$a,
2000).
!ungsi dari konjungti$a adalah memproduksi air mata, menyediakan
kebutuhan oksigen ke kornea ketika mata sedang terbuka dan melindungi mata
dengan mekanisme pertahanan nonspesifik yang berupa barier epitel, akti$itas
lakrimasi, dan menyuplai darah. elain itu, terdapat pertahanan spesifik berupa
Universitas Sumatera
Utara
mekanisme imunologis seperti sel mast, leukosit, adanya jaringan limfoid pada
mukosa tersebut dan antibodi dalam bentuk 7gA (ihota, 2007).
#ada konjungti$a terdapat beberapa jenis kelenjar yang dibagi menjadi dua
grup besar yaitu (8anski, 2004)3
-. #enghasil musin
-. el gobletF terletak diba&ah epitel dan paling banyak ditemukan pada
daerah inferonasal.
2. Crypts of HenleF terletak sepanjang sepertiga atas dari konjungti$a tarsalis
superior dan sepanjang sepertiga ba&ah dari konjungti$a tarsalis inferior.
4. 8elenjar %an.F mengelilingi daerah limbus.
2. 8elenjar asesoris lakrimalis. 8elenjar asesoris ini termasuk kelenjar 8rause
dan kelenjar *olfring. 8edua kelenjar ini terletak dalam diba&ah substansi
propria.
#ada sakus konjungti$a tidak pernah bebas dari mikroorganisme namun
karena suhunya yang "ukup rendah, e$aporasi dari "airan lakrimal dan suplai
darah yang rendah menyebabkan bakteri kurang mampu berkembang biak. elain
itu, air mata bukan merupakan medium yang baik (ihota, 2007).
2.5.2. Kornea
8ornea merupakan membran pelindung dan GjendelaH yang dilalui berkas
"ahaya menuju retina. 8ornea meliputi seperenam dari permukaan anterior bola
mata. 8elengkungannya lebih besar dibandingkan permukaan mata lainnya.
#erbatasan antara kornea dan sklera disebut sebagai limbus (ditandai dengan
adanya sulkus yang dangkal = sulkus sklera). 8ornea terdiri dari 4 lapisan yaitu
epitel, substansi propria atau stroma dan endotel. 1iantara epitel dan stroma
terdapat lapisan atau membran Bo&man dan diantara stroma dan endotel terdapat
membran des"emet.
Universitas Sumatera
Utara
Berikut adalah gambaran anatominya ()ang, 200+).
,ambar 2.+. Anatomi 8ornea
8ornea yang sehat adalah a$askular dan tidak memiliki saluran limfatik.
:utrisi sel kornea didapat melalui difusi dari "airan akueus, kapiler pada limbus,
dan oksigen yang terlarut dalam film prekorneal. %etabolisme kornea "enderung
aerobik dan mampu berfungsi baik se"ara anaerobik selama enam sampai tujuh
jam. el yang bermetabolisme se"ara aktif adalah endotel, epitel dan sel keratosit
stroma. 'ksigen yang menyuplai kornea kebanyakan berasal dari film prekorneal
dengan kontribusi sedikit dari kapiler di limbus dan gradien oksigen. uplai
glukosa pada kornea 00I berasal dari "airan akueus dan -0I dari kapiler limbus.
#ersarafan kornea berasal dari di$isi oftalmik ner$us trigeminus.
#er"abangan ner$us ini berasal dari ruang perikoroidal, menembus sklera dan
membentuk pleksus. #leksus ini akan menyebar se"ara radier dan kemudian
masuk ke stroma kornea. erat saraf ini akan kehilangan selaput mielin dan
bergabung membentuk pleksus subepitel kornea. Cabang terminal ner$us ini akan
menembus lapisan Bo&man, menyebar dan membentuk pleksus intraepitel. araf
ujung bebas inilah yang responsif terhadap nyeri dan suhu. Akibat dari banyaknya
persarafan, hal ini menyebabkan kornea sangat sensitif terhadap berbagai stimuli.
Universitas Sumatera Utara
Apitel dan endotel kornea memiliki fungsi untuk menjaga agar "airan pada
stroma kornea tetap dalam keadaan stabil. el- sel pada kedua lapisan ini kaya
akan lipid dan bersifat hidrofobik (sedangkan stroma bersifat hidrofilik) sehingga
solubilitas garam menjadi rendah. el epitel memiliki junction complees yang
men"egah masuknya air mata kedalam kornea atau keluarnya "airan dalam kornea
ke film prekorneal. el endotel juga memiliki junction complees namun influks
dari "airan akueus dapat terjadi dengan adanya mekanisme transpor aktif :a-8
A/#ase (ihota, 2007).
2.5.4. Film Prekorneal
Air mata membentuk lapisan tipis setebal 7--0 Jm yang menutupi epitel
kornea dan konjungti$a. !ungsi dari lapisan ini adalah (-) membuat kornea
menjadi permukaan li"in optik dengan meniadakan ketidakteraturan permukaan
epitel ke"il-ke"ilF (2) membasahi dan melindungi permukaan epitel kornea dan
konjungti$a yang lembutF (4) menghambat pertumbuhan mikroorganisme dengan
guyuran mekanik dan kerja antimikrobaF dan (5) memberikan substansi nutrien
yang diperlukan (*hit"her, 2000).
!ilm prekorneal ini terdiri dari tiga lapisan3 (-) lapisan superfisial adalah
lapisan lipid monomolekuler yang berasal dari kelenjar meibom, kelenjar sebasea
dan kelenjar keringat pada daerah margin palpebra. )apisan ini diduga
menghambat penguapan dan merupakan sa&ar kedap air bila palpebra ditutup. (2)
)apisan akueus tengah yang dihasilkan oleh kelenjar lakrimal mayor dan minor
dan mengandung substansi larut-air (garam dan protein). (4) lapisan musin yang
dihasilkan sel goblet konjungti$a dan kelenjar lakrimal. 1idalamnya terdiri atas
glikoprotein dan melapisi sel-sel epitel kornea dan konjungti$a. %embran sel
epitel terdiri atas lipoprotein dan karenanya relatif hidrofobik. #ermukaan
demikian tidak dapat dibasahi dengan larutan berair saja. %usin diadsorpsi
sebagian pada membran sel epitel kornea dan tertambat oleh mikro$ili sel-sel
epitel permukaan. 7ni menyediakan permukaan hidrofilik baru agar air mata
menyebar ke bagian yang dibasahinya dengan menurunkan tegangan permukaan
(*hit"her, 2000 dan *olkoff, 2004).
Universitas Sumatera
Utara
Berikut adalah ilustrasi dari film prekorneal dan komposisinya (*agner,
200+).
,ambar 2.7. ,ambaran !ilm #rekorneal dan 8omposisinya
<olume air mata normal diperkirakan 7 K 2 J) pada setiap mata. Albumin
merupakan +0I dari protein total dalam air mata. ,lobulin dan liso.im berjumlah
sama banyak pada bagian sisanya. elain itu, terdapat imunoglobulin 7gA, 7g,,
dan 7gA dengan jumlah yang paling banyak adalah 7gA. 7gA ini bukan sepenuhnya
berasal dari transudat serum, namun diproduksi juga oleh sel-sel plasma yang ada
di dalam kelenjar lakrimal. )iso.im air mata merupakan 2--2;I dari protein total
dan bekerja secara sinergis dengan gamma -globulin dan faktor anti-
bakteri non-liso.im lain = merupakan mekanisme pertahanan penting terhadap
infeksi (*hit"her, 2000).
%enurut Cho (2004), ada beberapa studi yang meneliti stabilitas dari film
#rekorneal dan ada beberapa hipotesis yang menjelaskan mekanisme lapisan
prekorneal pe"ah. alah satu hipotesis menjelaskan bah&a stabilitas film tersebut
disebabkan oleh penyebaran musin yang meningkatkan tegangan permukaan film.
8etika lapisan lipid mulai berdifusi ke lapisan mukus, kemampuan mukus untuk
mempertahankan tegangan permukaan mulai menurun sehingga film prekorneal
akhirnya pe"ah dan membentuk bintik kering (hydropho!ic spots). 6ipotesis yang
lain menjelaskan bah&a lapisan mukus yang memisah terjadi akibat gaya Van "er
#aals antara epitel dan lapisan musin sehingga terjadi instabilitas air mata.
Universitas Sumatera
Utara
2.*. Asap "okok
2.;.-. Komposisi Asap "okok
Asap rokok merupakan kompleks "ampuran beberapa ribu komponen
kimia = beberapa dalam konsentrasi yang sedikit = yang merupakan hasil dari
pembakaran dari bahan dari produk tembakau. 6asilnya termasuk getah
temabakau (tar) dan gas-gas lainnya. 6al yang paling penting adalah nikotin (.at
adiktif). Campuran gas inilah yang se"ara konstan bereaksi dengan gas di atmosfer
dengan bantuan sinar ultra$iolet. 6al ini menyebabkan komposisi kimianya selalu
berubah setiap saat.
ampai sekarang ini, asap rokok diketahui mengandung lebih dari empat ribu
.at kimia. :amun, komposisi dan konsentrasi .at kimia tersebut dalam asap rokok
tergantung pada jenis tembakau, kertas $entilasi dan filter yang digunakan serta "ara
menghisap rokok. 9umlah .at kimia dalam asap rokok sendiri bukan merupakan hal
yang paling penting karena yang menjadi masalah adalah toksisitas dan konsentrasi
dari .at kimia tersebut ($ction on Smokin% and Health, 200-).
Asap rokok terdiri dari 2 jenis yaitu3
-. Asap mainstreamF Asap ini dibentuk ketika perokok menginhalasi udara
melalui rokok.
2. Asap SidestreamF Asap ini dibentuk ketika tembakau dalam keadaan terbakar
namun asap tidak diinhalasi oleh perokok. (at toksin pada asap sidestream
memiliki konsentrasi yang lebih tinggi dibandingkan asap mainstream dan
E;I dari asap rokok merupakan hasil dari asap sidestream.
Adapun hasil uraian dari komposisi asap rokok baik jenis mainstream
maupun sidestream dalam &a!stat International '&C (fferin%s (200E) yaitu
nikotin, karbon monoksida, hidrogen sianida, amonia, nitrogen, logam- logam,
merkuri, serta golongan-golongan kimia seperti karbonil, phenolics,
!en)o*a+pyrene, aromatik, gas $olatil dan gas semi-$olatil. #ada jurnal tersebut,
semua .at toksik dalam asap rokok terdeteksi dalam jaringan dan urin, sedangkan
beberapa lainnya terdeteksi dalam plasma, serum ataupun sali$a. etiap .at yang
diuraikan diatas telah diteliti dan kebanyakan dari .at tersebut merupakan
karsinogen, diduga karsinogen, "enderung untuk menjadi karsinogen dan
Universitas Sumatera
Utara
merupakan .at iritan (,hysician for a Smoke-.ree Canada, -000). 1alam
,hysician for a Smoke-.ree Canada (200E), diuraikan dampak dari setiap
kandungan dalam asap rokok. 6ampir semua uraian didalamnya dapat mengiritasi
mata. 6al ini juga didukung oleh State Buildin% / Construction 0rades Council
of California (200E).
2.*.2. Pengaru+ pa!a ata Se,ara %ksternal
%ekanisme asap rokok mempengaruhi permukaan mata dan kelenjar
lakrimalis masih berupa teori-teori. :amun, mengingat bah&a .at yang
terkandung dalam asap rokok bersifat iritatif, hal ini menyebabkan inflamasi lokal
yang dimediasi imun pada kelenjar lakrimalis dan permukaan okuler. %enurut
%oss, et al. yang dikutip oleh >oon (200;), selain mengiritasi mata, asap rokok
juga berperan dalam mekanisme iskemik atau oksidatif yang melibatkan produksi
radikal bebas dan penurunan mekanisme antioksidan. %enurut *ilson (2004),
akibat iritasi kronik tersebut, lengkung neural diakti$asi se"ara berlebihan dan
menyebabkan perubahan sekresi air mata. 6al ini ditandai dengan sekresi sel /
yang terakti$asi dan sitokin dalam air mata. 8eberadaan sitokin dalam air mata
menyebabkan inflamasi pada permukaan okuler. 6al ini akan mengganggu
penyampaian sinyal sensoris dari permukaan mata sehingga sekresi basal air mata
menurun (tern, 2005). elain itu, kelenjar lakrimalis baik se"ara langsung
maupun tidak langsung juga mengalami kerusakan. 8eadaan ini menyebabkan
penurunan sekresi air mata dan inflamasi tersebut tidak dapat diatasi oleh sistem
pertahanan mata yang normal. 7nflamasi tersebut juga menyebabkan disfungsi dari
sistem air mata sehingga terjadi gangguan drainase. e"ara fisiologis, di dalam air
mata mengandung komponen anti inflamasi. Akibat difungsi dari sekresi air mata,
hal ini menyebabkan iritasi tidak terkontrol dan menyebabkan peningkatan
akti$asi dari limfosit /. itokin dan mediator inflamasi lainnya juga menyebabkan
peningkatan jumlah sel / yang diakti$asi, jumlah produksi substansi inflamasi dan
jumlah kerusakan jaringan (*ilson, 2004).
Adapun penelitian dilakukan %et"alfe, et al., %a"k, et al. dan myth, et
al. yang dikutip oleh Baker (200+) melampirkan bah&a dampak dari paparan asap
Universitas Sumatera
Utara
rokok se"ara in 1itro menyebabkan terjadi peningkatan produksi tumor necrosis
factor L (/:!-L), interferon M, interleukin - dan glikosaminoglikan oleh fibroblas
orbital. Akibat penghasilan 7nterferon M, terjadi ekpresi 6)A-12 oleh fibroblas
tersebut. elain itu, paparan asap rokok se"ara in $itro juga menyebabkan
pelepasan 7)-5, 7)-;, 7)--0, 7)--4 dan /:!-L oleh sel mast. elain yang
disebutkan diatas, !oster (200E) juga menyatakan bah&a adanya interaksi sitokin
terhadap reseptor opioid yang menyebabkan gangguan pada pelepasan
neurotransmiter. elain itu, calcitonin %ene related peptide (C,2#) dan su!stance
, juga terlibat dalam akti$asi limfosit.
%enurut 1e #ai$a (2007), penurunan produksi akueus air mata akibat
paparan .at iritan se"ara kronik dapat menyebabkan metaplasia dan penurunan
jumlah sel goblet pada epitel konjungti$a. 6al ini terjadi akibat akti$asi sel / dan
23 cells sehingga terjadi pelepasan interferon M (7!:-M) dimana sitokin ini terlibat
pada hampir seluruh respon imun dan inflamasi. 7!:-M dikenal memiliki potensi
untuk meningkatkan regulasi protein yang berhubungan dengan diferensiasi epitel
konjungti$a (conjuncti1al epithelial differentiation-related proteins). 7!:-M
dilaporkan mampu meningkatkan trankripsi 2:A yang mengkode prekursor
keratinisasi.
Berikut adalah ilustrasi mengenai proses paparan .at iritatif yang
berlangsung kronik dapat menyebabkan penurunan sekresi air mata (*ilson,
2004).
,ambar 2.E. iklus 7nflamasi Akibat #aparan (at 7ritan e"ara 8ronik
Universitas Sumatera
Utara
#erlu diketahui bah&a sel pada lapisan kornea mendapatkan oksigen dan
nutrien berupa elektrolit yang disekresikan di air mata oleh kelenjar lakrimalis.
Alektrolit tersebut penting dalam sekresi mukus oleh sel goblet. Akibat kehilangan
komponen akueus dari air mata, konsentrasi sodium akan meningkat yang
akhirnya akan menyebabkan penurunan jumlah sel goblet. #enurunan sel goblet
akan berdampak pada penurunan jumlah glikogen di kornea yang akan
menurunkan kemampuan regenerasi kornea. 'smolaritas yang meningkat tersebut
juga dapat menarik air diantara sel epitel konjungti$a yang nantinya menyebabkan
deskuamasi dari sel tersebut (Cohen, 2005).
2.*.&. Pengaru+ pa!a ata Se,ara Internal
elain berdampak pada mata se"ara eksternal, asap rokok mainstream
yang diinhalasi perokok juga berdampak buruk pada mata. %enurut (ptometrists
$ssociation $ustralia (200;) dan $ction on Smokin% and Health (200;), beberapa
.at yang terkandung dalam rokok bersifat toksik terhadap jaringan mata. Beberapa
.at didalamnya dapat menyebabkan penurunan kemampuan darah memba&a
oksigen dan menurunkan aliran darah ke mata (iskemia). elain itu, kerusakan
dapat terjadi akibat stres oksidatif, reaksi kimia yang merusak protein dan lipid
dan menurunkan antioksidan dalam darah. %ata merupakan organ yang sangat
rentan terhadap stres oksidatif. 8aitan merokok dengan peningkatan resiko
terjadinya penyakit mata telah dibuktikan. 8atarak nuklear, degenerasi makular
terkait usia (!ujihara, 200E) dan 4ra1es5 (phthalmopathy memiliki bukti yang
kuat. Adapun bukti yang bersifat sugestif berupa katarak subkapsular posterior
(0o!acco Control 6esource Centre, 200+). elain itu, $ction on Smokin% and
Health (200;) juga melampirkan gangguan lainnya seperti oklusi $ena retina,
peningkatan tekanan intraokular dan neuropati optik (penurunan aliran darah ateri
ke mata).
Universitas Sumatera
Utara

Anda mungkin juga menyukai