Anda di halaman 1dari 17

Audit & Atestasi

Tugas Kelompok
Prosedur Pengujian Substantif
PT. Astra Argo Lestari, Tbk. (AALI)
(Berdasarkan Annual Report Tahun 2012 dan 2013)


Oleh Kelompok 3:
Andi Muhammad Fuad R. 13/MPA-XXVIIIC/10
Andika Pratama 13/MPA-XXVIIIC/08
Balarama Septa Ardianto 13/358831/EE/06543
Brigita Audrey Lagu 13/MPA-XXVIIIC/13
Eva Anggra Yunita 13/358837/EE/06549
Fachmi Fitra Muarif 13/358838/EE/06550
Ghiyats Furqan Muarif 13/358839/EE/06551
Giras Iswahyudi 13/358842/EE/06554
Ivan Yudhistira Wiyono 13/358961/EE/06624
Marchelin 13/358799/EE/06514
Muh. Ridwan Hayadin 13/MPA-XXVIIIC/27
Mohammad Faizal Afandi 13/358848/EE/06560
Rini Mercy Walangitan 13/358859/EE/06571
Kelas A

Program Pendidikan Profesi Akuntansi
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
2014

1

Prosedur Pengujian Substantif
PT. Astra Argo Lestari, Tbk

I. Pemahaman Bisnis Klien
PT. Astra Argo Lestari, Tbk. (AALI) merupakan perusahaan multinasional yang
menjadi salah satu bagian dari Group Usaha PT. Astra International Tbk. Perusahaan yang
didirikan pada tahun 1989 tersebut bermarkas di Jakarta, Indonesia. Setelah melalui akuisisi,
merjer, dan berbagai perkembangan, aset perusahaan pada akhir tahun 2013 mencapai Rp
14,96 triliun. Sebagai perusahaan agribisnis besar, jangkauan wilayah AALI saat ini cukup
luas, yaitu dari ujung barat Sumatera (Aceh) sampai ujung Sulawaesi (Morowali). Perusahaan
mengelola perkebunan kelapa sawit seluas 281.378 ha, yang terdiri dari 220.021 ha
perkebunan inti dan 61.357 ha perkebunan plasma. Operasional Perusahaan didukung oleh
29.766 orang karyawan tetap yang tersebar di Jakarta, Sumatera, Kalimantan dan
Sulawesi.Kedepan AALI menargetkan bisa memiliki luas kebun hingga 500.000 ha.
AALI bergerak di sektor industri perkebunan, khususnya dalam industri pengolahan
minyak kelapa sawit, baik minyak sawit mentah (Crude Palm Oil) maupun kernel palm oil
(KPO). Kernel Palm Oil (KPO) merupakan bahan dasar untuk pembuatan minyak goreng,
margarine, sabun, perlengkapan kosmetik, atau pupuk. Keseluruhan proses produksi itu
dikerjakan melalui anak usaha yang meliputi PT Sari Lembah Subur, PT Eka Dura Indonesia,
PT Tunggal Perkasa Plantations, hingga PT Sawit Asahan Indah.
Produksi Tandan Buah Segar (TBS) Perusahaan dari perkebunan inti turun 9,5% dari
4,13 juta ton pada tahun 2012 menjadi 3,74 juta ton pada tahun 2013. Hal ini mengakibatkan
turunnya tingkat produktivitas (yield) rata-rata tanaman di tahun 2013 menjadi 20,7 ton/ha
dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 23,5 ton/ha. Namun demikian, Perusahaan masih
bisa mencatatkan produksi CPO sebesar 1,54 juta ton atau tumbuh 4,2% dibandingkan tahun
sebelumnya karena pembelian TBS dari luar yang meningkat tajam sebesar 41,5% dari 1,26
juta ton tahun sebelumnya menjadi 1,78 juta ton. Produksi CPO pada tahun 2013 ini
merupakan pencapaian tertinggi sepanjang sejarah Perusahaan. Salah satu tantangan yang
dihadapi selama tahun 2013 adalah kondisi cuaca yang berdampak pada kinerja operasional
Perusahaan. Produksi Tandan Buah Segar (TBS) turun 6,8% dari 5,49 juta ton di tahun 2012
menjadi 5,12 juta ton tahun 2013. Sementara itu, total produksi minyak sawit (Crude Palm
Oil/CPO) Perusahaan mencapai 1,54 juta ton atau meningkat 4,2% dari 1,48 juta ton tahun
2

lalu. Peningkatan produksi CPO didukung oleh kebun-kebun baru yang mulai berproduksi
serta pembelian TBS dari pihak ketiga.

Strategi Pertumbuhan
Dalam menghadapi iklim usaha yang menantang pada tahun 2013, Perusahaan berusaha
memperkuat bisnis modelnya dengan fokus pada empat bidang utama, yakni:
1. Pertama, Perusahaan berusaha mencapai cost leadership dengan perbaikan proses internal
untuk meningkatkan efisiensi operasional, yang diantaranya melalui program intensifikasi
dan mekanisasi.
2. Kedua, Perusahaan melakukan perluasan lini usahanya baik dari sektor hulu dengan
membangun kebun bibit sendiri maupun sektor hilir dengan pembangunan pabrik
pengolahan minyak goring (olein) dan pembentukan serta pengoperasian perusahaan
pemasaran patungan di Singapura untuk memasarkan produk turunan CPO.
3. Ketiga, Perusahaan melakukan penanaman karet sebagai bagian dari strategi diversifikasi.
Keempat, Perusahaan melanjutkan usaha pencarian lahan baru untuk kelapa sawit disertai
dengan program penanaman baru dan penanaman kembali untuk menjamin
keberlangsungan produksi.
Faktor lain yang menjadi pendukung strategi pertumbuhan Perusahaan adalah belanja modal
untuk kepentingan jangka panjang yang mencapai Rp 2,87 triliun pada tahun 2013. Sebagian
besar dari dana tersebut dialokasikan untuk kegiatan mekanisasi dan intensifikasi,
meningkatkan kapasitas pabrik pengolahan kelapa sawit dan penyimpanan, pembangunan
pabrik minyak goreng (olein) serta melanjutkan penanaman baru untuk tanaman kelapa sawit
dan karet dan penanaman kembali tanaman kelapa sawit. Pada tahun 2013, Perusahaan
meningkatkan kapasitas penyimpanan CPO sebesar 10.000 ton menjadi 225.450 ton. Pada
tahun yang sama, Perusahaan menyelesaikan pembangunan satu pabrik pengolahan minyak
goring (olein) di Sulawesi Barat dan telah beroperasi secara komersial, dengan total kapasitas
produksi sebesar 2.000 ton CPO/hari. Pengapalan pertama untuk pelanggan akan dilakukan
pada bulan Februari 2014. Sepanjang tahun 2013, Perusahaan melakukan penanaman baru
dan penanaman kembali sebesar 10.720 hektar.

3

Data Industri
Produk olahan CPO yang merupakan non pangan diantaranya adalah oleokimia. Industri
penghasil oleokimia termasuk industri kimia agro (agrobased chemical industry) yaitu
industri yang mengolah bahan baku yang dapat diperbaharui (renewable), merupakan industri
yang bersifat resources-based industries dan mempunyai peranan penting dalam upaya
pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat luas (basic needs) seperti kosmetika, produk
farmasi dan produk konsumsi lainnya.
Untuk harga komoditas kelapa sawit sangat ditentukan oleh kebutuhan pasar kebijakan
pemerintah. Perusahaan sama sekali tidak dapat mengontrol harga, demikian pula dengan
suplai kelapa sawit karena hasilnya sangat bergantung pada kondisi alam yang sulit untuk
diprediksi. Dengan kata lain, terdapat beberapa faktor dalam proses produksi dan penentuan
harga yang tidak bisa dikontrol sepenuhnya oleh perusahaan. Saat ini harga kelapa sawit
sedang tinggi karena selain dibutuhkan untuk industri pangan dan kimia, CPO juga
digunakan untuk bahan bakar penganti minyak bumi, khususnya di negara-negara Eropa.
Sedangkan suplai CPO dunia ditentukan oleh Indonesia, sebagai produsen CPO terbesar di
dunia. Tingginya permintaan CPO dunia belum mendapat respon yang seimbang. Industri
CPO di Indonesia masih bertumbuh secara horizontal. Artinya, perusahaan masih
memperbanyak lahan, memeperluas dan mengakuisisi kebun, bukannya berusaha untuk
meningkatkan produksi CPO dengan jumlah komoditas yang tetap.
Naiknya harga minyak mentah nabati berbahan baku kelapa sawit (crude palm oil) di
pasar dunia beberapa bulan terakhir ini membuat petani kelapa sawit kini mulai bergairah
kembali mengelola lahan perkebunan kelapa sawitnya. Sedangkan untuk harga minyak
kelapa sawit atau crude palm oil diperkirakan akan masih stabil hingga pertengahan tahun
depan. Setelah fenomena commodity bubble akhir tahun lalu yang telah melambungkan
beberapa harga komoditas seperti crude palm oil (CPO), tetapi kemudian terjadi penurunan
harga komoditas secara drastis dan hingga saat ini mulai tercapai stabilitas harga atas
komoditas tersebut. Sekarang harga CPO hampir normal kembali, meski volumenya tidak
sebesar saat terjadi commodity bubble. Perusahaan harus mempersiapkan investasi untuk tiga
tahun pertama, ketika perkebunan belum berproduksi.Jika produksi terhenti di tahun kedua,
misalnya, maka semua modal yang ditanamkan akan hilang.
Di luar faktor-faktor tersebut, terdapat beberapa faktor yang dapat dikontrol oleh
perusahaan, yaitu biaya langsung dan tidak langsung, efisiensi, dan produktivitas. Aliran kas
4

Perusahaan Kelapa Sawit terdiri dari aliran pengeluaran (outflow), yaitu semua biaya per
tahun, dalam nilai unag yang dikeluarkan oleh perusahaan selama pelaksanaan kegiatan, dan
aliran penerimaan (inflow), yaitu semua penerimaan per tahun, dalam nilai uang yang
diterima perusahaan dari pelaksanaan kegiatan perkebunan kelapa sawit.
Total biaya per tahun untuk melaksanakan perkebunan kelapa sawit merupakan
penjumlahan dari semua pengeluaran dalam kurun waktu satu tahun tertentu, untuk
melaksanakan kegiatan tertentu, sesuai dengan jadwal pelaksanaan kegiatan. Biaya-biaya
yang harus dikeluarkan oleh perusahaan dalam pelaksanaan kegiatan proyek diantaranya
adalah biaya untuk:
1. Mendapatkan Hak Guna Usaha (HGU) lahan perkebunan kelapa sawit.
2. Investasi tanaman kelapa sawit.
3. Pemeliharaan tanaman.
4. Pemanenan TBS (Tandan Buah Sawit).
5. Pemupukan.
6. Pengangkutan TBS ke pabrik pengolahan.
7. Invstasi pembangunan pabrik.
8. Biaya pengolahan TBS menjadi CPO dan KPO.
9. Biaya pengangkutan CPO dan KPO dari lokasi PKS ke pelabuhan ekspor.
10. Biaya overhead dan biaya depresiasi.
Penerimaan dalam nilai uang diperoleh dari hasil penjualan CPO dan KPO yang dijiual di
pasar domestik maupun yang diekspor. Untuk meningkatkan Perusahaan Kelapa Sawit, akan
lebih baik jika perusahaan memanfaatkan IT untuk mengintegrasikan proses bisnis mereka
dari hulu ke hilir. Dengan ini, perusahaan dapat mengintegrasikan dan mengontrol setiap
proses bisnis yang berlangsung, mulai dari perkebunan, pabrik, pengolahan kantor cabang,
dan kantor pusat.

Karakteristik Industri Kelapa Sawit
1. Perkebunan merupakan bagian dari usaha pertanian yang meliputi kebun dan pabrik yang
bekerja sesuai dengan sistem yang baku sehingga akan membentuk suatu komunitas dan
berinteraksi dengan lingkungan.
5

2. Sistem proses produksi terbuka yang aset berharganya adalah lahan dan tanaman yang
tolak keberhasilan produksinya dipengaruhi oleh iklim serta untuk mendapatkan produksi
yang akan dicapai maksimal diperlukan waktu.
3. Proses produksi tertutup pada umumnya merupakan hasil dari olahan industri hilir yang
berbentuk produk yang dijual pada konsumen berupa bulk yang umunya penggunannya
adalah pabrikan yang bersifat buyers market sehingga otomatis akan membentuk inelastis
terhadap harga.
4. Dalam keberadaannya, perkebunan kelapa sawit juga harus menjadi penyeimbang
ekosistem yang ada, seperti pengelolaan lahan dan limbah yang berbasisis lingkungan
harus selalu diterapkan.
5. Harga kelapa sawit sepenuhnya ditentukan oleh pasar serta kebijakan pemerintah.
6. Padat modal. Perusahaan harus mempersiapkan investasi untuk tiga tahun pertama, ketika
perkebunan belum berproduksi. Jika investasi terhenti ditahun ke dua maka semua modal
yang telah ditanamkan akan hilang.
7. Padat karya. Perkebunan kelapa sawit dalam skala besar akan mampu menyerap tenaga
kerja cukup banyak, mulai dari tahap persiapan sampai pada tahap panen.
8. Membutuhkan perawatan. Kelapa sawit membutuhkan perawatan agar bebas dari
serangan halma dan gulma yang akan menghambat produktivitas tanaman kelapa sawit.

Resiko Bisnis
1. Fluktuasi produktivitas kebun karena dipengaruhi curah hujan, hama, penyakit pada
tanaman kelapa sawit dan kebakaran lahan.
2. Sering terjadinya kecurian sebelum pemanenan karena luas perkebunanan yang sangat
besar sehingga pengamanan dan pengontrolan yang dilakukan tidak bisa berjalan
maksimal dan efektif.
3. Terjadinya serangan hama yang bisa membuat panen gagal seperti jamur dan gulma.
4. Hama tidak dapat diprediksi waktu terjadinya sehingga sulit untuk dikendalikan.
5. Harga komoditas sangat ditentukan pasar sehingga harga menjadi tidak stabil
(berfluktuatif).
6. Ketidakstabilan harga minyak kelapa sawit dapat dimanfaatkan spekulan untuk
mempermainkan harga.
7. Jatuhnya harga komoditas mempengaruhi likuiditas perusahaan.
6

8. Terbatasnya lahan untuk expansi lahan.
9. Risiko fluktuasi kurs atas transaksi dan saldo akun dalam mata uang asing.

II. Dasar Pemilihan Akun Signifikan
Setelah memahami lingkungan bisnis klien dan indikator-indikator yang relevan dalam
mengidentifikasi akun-akun signifikan dan asersi-asersinya, maka kelompok kami memilih
akun tanaman perkebunan dan hutang usaha.
Faktor-faktor indikator yang relevan dalam memilih tanaman perkebunan sebagai akun
signifikan antara lain:
a. Ukuran dan komposisi akun (size and composition of the account)
Akun tanaman perkebunan merupakan akun yang memiliki nilai cukup signifikan
dibanding akun aset-aset lainnya.
b. Kerentanan terhadap salah saji karena kesalahan atau kecurangan (susceptibility to
misstatement due to errors or fraud)
Akun tanaman perkebunan rentan terhadap salah saji karena kesalahan atau kecurangan
seperti kesalahan penilaian atau penyusutan.
c. Kompleksitas akun (complexity account)
Akun tanaman perkebunan memiliki kompleksitas yang cukup tinggi dalam
pengukurannya karena tersebar di beberapa daerah yang terpisah dalam jumlah yang
banyak.
d. Sifat akun atau pengungkapan (nature of the account or disclosure)
Akun tanaman perkebunan merupakan akun yang material dan spesifik hanya dimiliki
oleh bisnis perkebunan.
e. Kompleksitas akuntansi dan pelaporan yang terkait dengan akun atau pengungkapan
(accounting and reporting complexities associated with the account or disclosure)
Akuntansi untuk sektor industri perkebunan cukup kompleks dan hingga saat ini, PSAK
belum mengatur secara spesifik untuk akuntansi sektor perkebunan tersebut (khususnya
untuk aset biologis, seperti tanaman perkebunan).
f. Paparan kerugian dalam akun (exposure to losses in the account)
Tanaman perkebunan memiliki risiko kerugian akibat kebakaran, hama,
7

g. Kemungkinan kewajiban kontinjensi signifikan yang timbul dari kegiatan yang tercermin
dalam akun atau pengungkapan (possibility of significant contingent liabilities arising
from the activities reflected in the account or disclosure)
- Tanaman perkebunan : kewajiban kontinjensi signifikan yang dapat timbul:
o Tanah yang pernah ditanami kelapa sawit dapat menjadi tandus, kekeringan
dan kekurangan mineral sehingga dapat meningkatkan biaya lingkungan bagi
perusahaan (CSR menjadi tinggi)
h. Adanya transaksi dengan pihak berelasi dalam akun (existence of related party
transactions in the account)
i. Perubahan dari periode sebelumnya dalam karakteristik akun atau pengungkapan
(changes from the prior period in account or disclosure characteristics)
Faktor-faktor indikator yang relevan dalam memilih tanaman perkebunan sebagai akun
signifikan antara lain:
a. Kerentanan terhadap salah saji karena kesalahan atau kecurangan (susceptibility to
misstatement due to errors or fraud)
Akun hutang usaha rentan terhadap salah saji akibat kesalahan atau kecurangan
perusahaan akan cenderung mencatat akun ini lebih rendah dari yang seharusnya. Selain
itu, adanya dampak dari fluktuasi kurs juga berpengaruh terhadap kesalahan penilaian
pada penyajian akun ini.
b. Volume kegiatan (activity volume)
Akun hutang usaha memiliki volume kegiatan yang cukup tinggi. Seperti dengan hutang
untuk TBS dari petani yang memiliki perkebunan di luar perkebunan perusahaan. Selain
itu, pembelian pupuk, pestisida, suku cadang dan bahan tanaman lainnya juga dibiayai
dari hutang usaha ini.
c. Sifat akun atau pengungkapan (nature of the account or disclosure)
Akun hutang usaha merupakan akun yang material dan spesifik hanya dimiliki oleh bisnis
perkebunan.
d. Kompleksitas akuntansi dan pelaporan yang terkait dengan akun atau pengungkapan
(accounting and reporting complexities associated with the account or disclosure)
e. Paparan kerugian dalam akun (exposure to losses in the account)
Hutang usaha memiliki resiko rugi selisih kurs
f. Adanya transaksi dengan pihak berelasi dalam akun (existence of related party
transactions in the account)
8

III. Prosedur Pengujian Substantif
Pengujian substantif Tanaman Perkebunan

Tipe
Substantif
Test



Pengujian Substantif

Asersi Manajemen


EO

C

RO

VA

PD
Prosedur
Awal
1. Mendapatkan pemahaman atas bisnis dan industri serta
menentukan:
a. Signifikansi saldo tanaman perkebunan bagi entitas.
b. Dalam standar industri, sejauh mana akun tanaman
perkebunan penting terhadap entitas dan dampaknya
terhadap laba.
2. Melaksanakan prosedur awal atas saldo dan catatan
tanaman perkebunan yang akan mendapat pengujian lebih
lanjut.
a. Menelusuri saldo awal tanaman perkebunan dan
akumulasi penyusutan ke kertas kerja tahun
sebelumnya.
b. Mereview aktivitas dalam akun buku tanaman
perkebunan dan beban penyusutan serta menyelidiki
ayat jurnal yang tampak tidak biasa dari segi jumlah
atau sumbernya.
c. Mendapatkan skedul penambahan, penarikan dan beban
penyusutan tanaman perkebunan yang disiapkan klien,
dan menentukan bahwa hal itu secara akurat merupakan
catatan akuntansi mendasar yang disiapkan darinya
dengan:
i. Melakukan footing dan crossfooting skedul serta
merekonsiliasi total dengan kenaikan atau
penurunan saldo buku besar yang berkaitan selama
periode berjalan.
ii. Menguji kecocokan pos-pos pada skedul dengan
ayat jurnal dalam akun buku besar yang bertalian






























9

atau berhubungan.
Prosedur
Analitis
3. Melaksanakan prosedur analitis :
a. Mengembangkan ekspektasi atas tanaman perkebunan
dengan menggunakan pengetahuan tentang aktivitas
industri dan bisnis entitas tersebut.
b. Menghitung rasio :
i. Rasio keuangan
ii. Beban pemeliharaan tanaman perkebunan sebagai
presentase dari penjualan.
iii. Tingkat pengembalian atas aktiva.
c. Menganalisis hasil-hasil rasio dalam hubungannya
dengan ekspektasi berdasarkan tahun-tahun
sebelumnya, data industri, jumlah yang dianggarkan,
dan data lainnya.

Pengujian
Rincian
Transaksi
4. Memvouching penambahan properti investasi tanaman
perkebunan ke dokumentasi pendukung.
5. Memvouching pelepasan tanaman perkebunan ke
dokumentasi pendukung.
6. Mereview ayat jurnal ke beban pemeliharaan tanaman
perkebunan.

































10

Pengujian
Rincian
Saldo
7. Menginspeksi tanaman perkebunan.
a. Menginspeksi tanaman perkebunan di lahan yang
memberi kontibusi signifikan.
b. Menginspeksi penambahan dan pelepasan serta
penghapusan tanaman perkebunan.
c. Melihat kondisi yang berhubungan dengan penilaian
serta klasifikasi tanaman perkebunan yang tepat.
8. Memeriksa dokumen kepemilikan dan kontrak.

















Pengujian
Rincian
Saldo:
Estimasi
Akuntansi
9. Mengevaluasi kewajaran penyajian beban penyusutan
dengan mengevaluasi kelayakan umur manfaat dan
estimasi nilai sisa.
10. Menentukan apakah suatu kejadian yang signifikan akan
mengakibatkan penurunan nilai tanaman perkebunan.





Penyajian
&
Pengungk
apan
11. Membandingkan penyajian laporan dengan SAK.
a. Menentukan apakah tanaman perkebunan dan beban,
keuntungan, serta kerugian yang berkaitan telah
diidentifikasi dan diklasifikasikan dengan tepat dalam
laporan keuangan.
b. Menentukan kelayakan mengungkapan yang berkaitan
dengan biaya, nilai buku, metode penyusutan, dan umur
manfaat kelas-kelas utama aktiva tetap, penggadaian
aktiva tetap sebagai agunan, dan syarat kontrak lease.



11

Pengujian substantif Akun Utang Usaha

Tipe
Substantif
Test



Pengujian Substantif

Asersi Manajemen


EO

C

RO

VA

PD
Prosedur
Awal
1. Mendapatkan pemahaman atas bisnis dan industri serta
menentukan:
a. Signifikansi saldo utang usaha dan pembelian bagi
entitas.
b. Pemicu ekonomi yang memperngaruhi pembelian dan
utang usaha entitas
c. Luas konsentrasi aktivitas dengan pemasok dan
komitmen pembelian yang berkaitan
2. Melaksanakan prosedur awal atas saldo utang usaha dan
catatan yang akan diuji lebih lanjut;
a. Menelusuri saldo awal utang usaha ke kertas kerja
tahun sebelumnya.
b. Mereview aktivitas dalam akun buku besar utang usaha
dan menyelidiki ayat jurnal yang tampak tidak biasa
dari segi jumlah atau sumbernya.
c. Mendapatkan daftar utang usaha pada tanggal neraca
dan menentukan bahwa hal itu mencerminkan secara
akurat pencatatan akuntansi yang mendasarinya dengan
cara:
i. Menjumlahkan daftar dan menentukan
kesesuaiannya dengan (1) total file voucher yang
belum dibayar, buku pembantu, atau file induk utang
usaha, dan (2) saldo akun pengendali buku besar
ii. Menguji kecocokan pemasok dan saldo dalam daftar
dengan yang terdapat dalam catatan akuntansi yang
mendasarinya































































































12

Prosedur
Analitis
3. Melaksanakan prosedur analitis :
a. Mengembangkan ekspektasi atas utang usaha dengan
menggunakan pengetahuan tentang aktivitas bisnis
perusahaan, termin perdagangan normal, dan sejarah
perputaran utang usaha.
b. Menghitung rasio :
i. Perputaran utang usaha (pembelian+utang usaha)
ii. Utang usaha terhadap total kewajiban lancar.
c. Menganalisis hasil-hasil rasio dibandingkan dengan
ekspektasi berdasarkan tahun-tahun sebelumnya, data
industri, jumlah yang dianggarkan, dan data lainnya.

Pengujian
Rincian
Transaksi
4. Menelusuri sampel catatan transaksi utang usaha ke
dokumentasi pendukungnya.
a. Menelusuri kredit ke voucher pendukung, faktur
penjual, laporan penerimaan, pesanan pembelian,
serta informasi pendukung lainnya.
b. Menelusuri debit ke pengeluaran kas atau memo retur
pembelian.
5. Melaksanakan pengujian pisah-batas pembelian.
a. Memilih sampel transaksi pembelian yang dicatat
dalam beberapa hari sebelum dan sesudah akhir tahun
serta memeriksa voucher pendukung, faktur penjual
dan laporan penerimaan untuk menentukan bahwa
pembelian telah dicatat periode yang tepat
b. Mengobservasi nomor laporan penerimaan terakhir
yang diterbitkan pada hari terkakhir bisnis selama
periode audit dan menelusuri sampel laporan
penerimaan bernomor lebih kecil dan lebih besar ke
dokumen pembelian terkait serta menentukan bahwa
transaksi telash dicatat pada periode yang tepat.
6. Melaksanakan pengujian pisah batas pengeluaran kas
a. Mengobservasi nomor cek terakhir yang diterbitkan
dan dikirimkan pada hari akhir periode audit dan





















































































13

menelusuri ke catatan akuntansi untuk memverifikasi
keakuratan pisah batas.
b. Menelusuri tanggal pembayaran cek yang
dikembalikan dengan pelaporan pisah batas bank akhir
tahun ke tanggal yang telah dicatat.
7. Melaksanakan pencarian kewajiban yang belum tercatat
a. Memeriksa pembayaran berikutnya antara tanggal
neraca dan akhir pekerjaan lapangan serta apbila
dokumen yang bersangkuta menunjukkan bahwa
pembayaran dilakukan untuk kewajiban yang ada pada
tanggal neraca maka telusurilah pada daftar utang
usaha.
b. memeriksa dokumentasi hutang yang dicatat pada
akhir tahun yang masih belum dibayar sampai akhir
pekerjaan lapangan.
c. menyelidiki pesanan pembelian, laporan penerimaan
dan faktur pembelian pada akhir tahun.
d. melakukan tanya jawab dengan personil bagian
akuntansi.
e. mereview anggaran modal, perintah kerja dan kontrak
konstruksi sebagai bukti atas hutang yang belum
dicatat.





































Pengujian
Rincian
Saldo
8. Mengkonfirmasi utang usaha
a. mengidentifikasi pemasok utama dengan mereview
register voucher atau buku pembantu utang usaha dan
mengirimkan permintaan konfirmasi kepada pemasok
dengan saldo yang besar, aktivitas yang tidak biasa,
saldo yang kecil, dan bersaldo debit.
b. menyelidiki dan merekonsiliasi perbedaan.
9. Merekonsiliasi hutang yang belum dikonfirnasi dengan
laporan bulanan yang diterima klien dari pemasok.











































14

Penyajian
&
Pengungk
apan
10. Membandingkan penyajian laporan keuangan dengan
PSAK
a. menentukan bahwa utang telah diidentifikasi dan
diklasifikasi dengan tepat menurut jenis dan periode
pembayarab.
b. menentukan apakah saldo debit yang signifikan.
c. menentukan ketepatan pengungkapan dengan pihak
yang mempunyai hubungan yang istimewa atau utang
yang dijamin.
d. mengajukan pertanyaan kepada manajemen tentang
eksistensi komitmen yang belum diungkapkan atau
kewajiban kontijensi.







Referensi

Boynton, W. C., & Johnson, R. N. (2006). Modern auditing: Assurance services and the
integrity of financial reporting. Wiley.









L A M P I R A N

Anda mungkin juga menyukai