dan atau
dan
] [
Setelah titik separuh jalan, pH naik lagi dengan lambat sampai
terjadi perubahan besar pada titik kesetaraan.
II.2 Fisis dan Chemist Reagen
a. Hidrogen asetat (HAc) atau Asam cuka(CH
3
COOH)
Fisis
BM : 60.05 g/mol
Densitas dan fase : 1.049 g cm3, cairan : 1.266 g cm3, padatan
TL = 16.5 C
TD = 118.1 C
ACIDI-ALKALIMETRI
Laboratorium Dasar Teknik Kimia I 6
Penampilan = cairan tak berwarna atau Kristal
Keasaman pKa = 4.76 pada 25C
Chemist
Asam asetat bersifat korosif terhadap banyak logam seperti
besi,magnesium, dan seng, membentuk gas hidrogen dan garam-
garam asetat (disebut logam asetat). Aluminium merupakan logam
yang tahan terhadap korosi karena dapat membentuk lapisan
aluminium oksida yang melindungi permukaannya. Karena itu,
biasanya asam asetat diangkut dengan tangki-tangki aluminium.
b. HCl
Fisis
BM = 36,47 gr/mol
BJ = 1,268 gr/cc
TD = 85C
TL = -110C
Kelarutan dalam 100 bagian air 0C = 82,3
Kelarutan dalam 100 bagian air 100C = 56,3
Chemist
- Bereaksi dengan Hg
2+
membentuk endapan putih Hg
2
Cl
2
yang
tidak larut dalam air panas dan asam encer tapi larut dalam
amoniak encer, larutan KCN serta thoisulfat.
2 HCl + Hg
2
+2 H+ + Hg
2
Cl
2
Hg
2
Cl
2
+ 2 NH
3
Hg (NH
4
)Cl + Hg + NH
4
Cl
- Bereaksi dengan Pb
2+
membentuk endapan putih PbCl
2
- 2 HCl + Pb
2+
PbCl
2
+ 2 H
+
- Mudah menguap apalagi bila dipanaskan
- Konsentrasi tidak mudah berubah karena udara/cahaya
- Merupakan asam kuat karena derajat disiosiasinya tinggi
c. NaOH
Fisis
BM = 40 gr/mol
BJ= 2,13 gr/cc
TD= 1390C
ACIDI-ALKALIMETRI
Laboratorium Dasar Teknik Kimia I 7
TL= 318,4C
Kelarutan dalam 100 bagian air 0C = 82,3
Kelarutan dalam 100 bagian air 100C = 56,3
Chemist
- Dengan Pb(NO3) membentuk endapan Pb(OH)2 yang larut
dalam reagen exess
Pb(NO)3 + NaOH Pb(OH)2+ NaNO3
Pb(OH)2 + 2 NaOHNa2PbO2 + 2 H2O
- Dengan Hg2(NO3)2 membentuk endapan hitam Hg2O yang
larut dalam reagen exess
- Merupakan basa yang cukup kuat
- Mudah larut dalam air dan higroskopis
- Mudah menyerap CO2 sehingga membentuk karbonat
d. Na2B4O7. 10H2O ( Boraks )
Fisis
BM= 381,43 gr/mol
BJ= 1,73 gr/ml
TD= 200C
TL= 75C
Kelarutan dalam 100 bagian air dingin ( 0,5C ) = 1,3
Chemist
- Jika ditambah H
2
SO
4
menjadi asam boraks
Na
2
B
4
O
7
+ H
2
SO
4
+ 5 H
2
O4 H
3
BO
3
+ Na
2
NO
3
- Jika ditambah AgNO
3
menjadi endapan putih perak mutu
boraks
Na
2
B
4
O
7
+ AgNO
3
+ 3H
2
OAgBO
2
+ H
3
BO
3
+NaNO
3
- Jika ditambahkan BaCl
2
menjadi endapan putih Ba mutu
boraks
e. H
2
SO
4
Fisis
BM= 98,08 gr/mol
BJ= 1,83 gr/cc
TD= 340C
ACIDI-ALKALIMETRI
Laboratorium Dasar Teknik Kimia I 8
TL= 10,44C
Kelarutan dalam 100 bagian air dingin = 80
Air Panas = 59
Chemist
- Merupakan asam kuat
- Jika ditambah basa membentuk garam dan air
- Dengan Pb
2+
membentuk PbSO
4
Pb
2+
+ SO
4
2-
PbSO
4
- Dengan Ba2+ membentuk BaSO
4
Ba
2+
+ SO
4
2-
BaSO
4
f. Phenolphtalein ( C20H16O4 )
Fisis
BM= 318,31 gr/mol
BJ= 1,299 gr/cc
TD= 261C
pH 8,0 9,6
Kelarutan dalam 100 bagian air = 8,22
Chemist
- Merupakan asam diprotik dan tidak berwarna
- Mula-mula berdisiosiasi menjadi bentuk tidak berwarna
kemudian kehilangan H
+
menjadi ion dengan sistem
terkonjugasi maka dihasilkan warna merah
BAB III
ACIDI-ALKALIMETRI
Laboratorium Dasar Teknik Kimia I 9
METODE PERCOBAAN
III.1 Alat dan Bahan
III.1.1 Bahan yang digunakan
1. Boraks 0,1 N secukupnya
2. NaOH 0,1 N 250 ml
3. HCl 0,25 N 250 ml
4. Cuka makan
5. Yoghurt plain
6. Phenolptalein secukupnya
7. MO secukupnya
III.1.2 Alat yang digunakan
1. Statif
2. Klem
3. Buret
4. Erlenmeyer
5. Pipet volume
6. Corong
7. Pengaduk
8. Pipet Ukur
9. Beaker glass
10. Pipet tetes
11. Gelas ukur
12. Labu takar
III.2 Gambar Alat
ACIDI-ALKALIMETRI
Laboratorium Dasar Teknik Kimia I 10
1. Statif, 2. Klem, 3.
Buret, 4. Erlenmeyer
5. Pipet Volume 6. Corong 7. Pengaduk
8. Pipet Ukur 9. Beaker Glass 10. Pipet tetes 11. Gelas Ukur
12. Labu takar
III.3. Keterangan Alat
1. Satif : Tempat klem dan buret
2. Klem : Penjepit buret
3. Buret : Untuk tempat titrasi
4. Erlenmeyer : Tempat melakukan titrasi
ACIDI-ALKALIMETRI
Laboratorium Dasar Teknik Kimia I 11
5. Pipet volume : Untuk mengambil larutan dengan volume yang besar
6. Corong : Untuk memindahkan larutan agar tidak tumpah
7. Pengaduk : Untuk mengaduk
8. Pipet Ukur : Untuk mengambil larutan dengan volume yang kecil
9. Beaker glass : Tempat larutan
10. Pipet tetes : Untuk meneteskan larutan
11. Gelas ukur : Untuk mengukur volume larutan
12. Labu takar : Tempat pengenceran larutan
III.4 Cara Kerja
III.4.1 Standarisasi HCl dengan Boraks 0,1 N
1. Ambil 10 ml boraks 0,1 N, masukkan ke dalam erlenmeyer
2. Tambahkan 3 tetes indikator MO
3. Titrasi dengan HCl sampai warna berubah menjadi merah orange
4. Catat kebutuhan titran
N HCL =
(.N)Boraks
HC
III.4.2 Standarisasi NaOH dengan HCl yang telah distandarisasi
1. Ambil 10 ml NaOH, masukkan ke dalam erlenmeyer
2. Tambahkan 3 tetes indikator MO
3. Titrasi dengan HCl sampai warna berubah menjadi merah orange
4. Catat volume HCl
N NaOH =
(.N)HCl
NaOH
III.4.3 Mencari kadar Na
2
CO
3
dan atau NaHCO
3
1. Ambil 10 ml larutan sampel, masukkan ke dalam erlenmeyer
2. Tambahkan 3 tetes indikator PP
3. Titrasi dengan HCl sampai warna merah hampir hilang
4. Catat kebutuhan HCl pada TAT 1= x ml
5. Tambahkan 3 tetes indikator MO
6. Titrasi dengan HCl sampai warna menjadi merah orange
7. Catat kebutuhan HCl untuk Na
2
CO
3
= y ml
ACIDI-ALKALIMETRI
Laboratorium Dasar Teknik Kimia I 12
Kadar Na
2
CO
3
= 2x. N HCl .
BM Na2CO3
2
.
1000
10
ppm
Kadar NaHCO
3
= (y - x) . N HCl . BM NaHCO
3
.
1000
10
ppm
III.4.4 Mencari kadar asam asetat dari cuka makan
1. Ambil 10 ml sampel cuka makan, encerkan sampai 100 ml
aquadest
2. Ambil 50 ml sampel cuka makan yang telah diencerkan tadi dan
encerkan lagi sampai 250 ml aquadest
3. Ambil 10 ml larutan sampel tersebut, masukkan ke dalam
erlenmeyer.
4. Tambahkan indikator PP beberapa tetes (+ 3 tetes)
5. Titrasi dengan NaOH sampai warna merah hampir hilang.
6. Catat kebutuhan NaOH
7. Menghitung normalitas asam sampel
N asam =
(.N) NaOH
sampel asam
x fp
III.4.5 Mencari kadar asam laktat dari yoghurt
1. Ambil 10 ml sampel yoghurt, encerkan sampai 100 ml aquadest
2. Ambil 10 ml larutan sampel tersebut, masukkan ke dalam
erlenmeyer
3. Tambahkan indikator PP beberapa tetes (+ 3 tetes)
4. Titrasi dengan NaOH sampai warna merah hampir hilang.
5. Catat kebutuhan NaOH
6. Menghitung normalitas asam sampel
N asam =
(.N) NaOH
sampel asam
x fp
BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
ACIDI-ALKALIMETRI
Laboratorium Dasar Teknik Kimia I 13
IV.1 Hasil Percobaan
Standarisasi HCl dengan boraks 0,1 N
Volume HCl : 4 ml
N HCl : 0.25 N
Standarisasi NaOH dengan HCl yang distandarisasi
Volume NaOH : 5 ml
N NaOH : 0.2 N
Penentuan Kadar Na
2
CO
3
dan NaHCO
3
Sampel
x(mL)
y(mL)
Kadar Na2CO3 (ppm) Kadar NaHCO3 (ppm)
Praktis Asli Praktis Asli
Sampel I 4,33 9,93 11474,5 13750 11760 12000
Sampel II 5,23 10,57 13859,5 13750 11214 12000
Tabel 4.1 Kadar Na
2
CO
3
dan NaHCO
3
Penentuan Normalitas Asam Asetat dan Asam Laktat
Sampel Volume NaOH
(ml)
N Asam Praktis
(N)
Kadar asam (%)
Cuka makan 4,37 10,925 65,55
Yoghurt 1,1 0,55 4,95
Tabel 4.2 Normalitas Asam Asetat dan Asam Laktat
IV.2 Pembahasan
IV.2.1 Kadar Na
2
CO
3
lebih kecil dari kadar asli pada sampel I
ACIDI-ALKALIMETRI
Laboratorium Dasar Teknik Kimia I 14
Pada percobaan sampel I, kami menemukan kadar sebesar 11474,5
ppm, sedangkan kadar aslinya sebesar 13750 ppm dengan persen error
sebesar 16,5%. Hal ini dapat terjadi karena TAT terjadi sebelum mencapai
TE I, seperti perhitungan berikut :
Na
2
CO
3
= 2x. N HCl.
ppm
13750 ppm = 2x . 0,25 N .
ppm
2x = 10,38
x = 5,19 ml
sedangkan x yang kami temukan pada saat percobaan 4,33 ml.
Na
2
CO
3
berasal dari NaOH yang bereaksi dengan CO
2
di udara.
NaOH selalu tercemar oleh pengotor dalam jumlah kecil, yang paling serius
diantaranya adalah Na
2
CO
3.
Ion karbonat adalah suatu basa, tetapi bereaksi
dengan ion hidrogen dalam 2 tahap:
CO
3
2-
+ H
3
O
+
HCO
3
-
+ H
2
O
HCO
3
-
H
3
O
+
H
2
CO
3
+ H
2
O
Hal tersebut terjadi karena Na
2
CO
3
dititrasi dengan HCl, maka TAT
dengan menggunakan indikator PP akan lebih kecil dibandingkan dengan
menggunakan indikator MO karena untuk yang pertama Na
2
CO
3
hanya
mengambil ion H
+
untuk setiap molekul karbonat, sedangkan untuk titrasi
kedua diperlukan 2 ion H
+
. Selisih antara kedua titik akhir akan semakin kecil
jika kandungan Na
2
CO
3
semakin kecil pula. Akibatnya apabila larutan baku
basa telat bereaksi dengan CO
2
dan udara, maka normalitasannya lebih
rendah bila distandarisasi dengan menggunakan indikator PP.
(Underwood 54, 169)
IV.2.2 Kadar Na
2
CO
3
lebih besar dari kadar asli pada sampel II
Pada percobaan sampel II, kami menemukan kadar Na
2
CO
3
sebesar
13859,5 ppm, sedangkan kadar aslinya sebesar 13750 ppm dengan persen
error sebesar 0,79% . Hal ini dapat terjadi karena TAT terjadi setelah
mencapai TE I, seperti perhitungan berikut :
Kadar Na
2
CO
3
= 2x . N HCl .
ppm
13750 ppm = 2x. 0,25 N.
ppm
ACIDI-ALKALIMETRI
Laboratorium Dasar Teknik Kimia I 15
2x = 10,38
x = 5,19 ml
sedangkan x yang kami temukan pada saat percobaan 5,23 ml.
Na
2
CO
3
merupakan garam yang bersifat basa karena berasal dari basa
kuat. NaOH yang bereaksi dengan CO
2
, sehingga pH lebih besar dari 7.
Na
2
CO
3
akan bereaksi dengan ion hidrogen dalam 2 tahap :
CO
3
2-
+ H
3
O
+
HCO
3
-
+ H
2
O
HCO
3
-
H
3
O
+
H
2
CO
3
+ H
2
O
Namun pada percobaan sebelumnya terjadi galat dan TAT lebih kecil
dari yang seharusnya, maka reaksi (1) belum sempurna dimana belum semua
ion CO
3
2-
tersebut sedang dalam proses penggabungan dengan 2 ion H
+.
Akibatnya volume yang seharusnya tercapai pada saat TAT I terhitung /
masuk kedalam TAT II. Maka dari itu, volume yang kami dapatkan lebih
besar dari volume sebenarnya.
(Underwood Isu & Analisa Volumetri)
IV.2.3 Kadar NaHCO
3
pada sampel I & II lebih kecil dari kadar asli
Kadar NaHCO
3
yang kami temukan untuk sampel I adalah 11760
ppm sedangkan sampel II yaitu 11214 ppm lebih kecil dari kadar aslinya
yaitu 12000 ppm. Hal ini terjadi karena pada saat penentuan TAT II
terdapat anion HCO
3
-
yang merupakan asam lemah.
Reaksi : NaHCO
3
Na
+
HCO
3
-
Dalam kasus ini kurva kemirngan titrasi tidaklah besar. artinya
perubahan warna yang terjadi tidaklah tajam sehingga ketidakcermatan dalam
pembacaan perubahan warna sulit dihindari. Pada percobaan yang dilakukan
titik akhir terjadi terlalu dini atau lebih awal dari TAT yang sebernarnya.
Kadar NaHCO
3
asli ( sampel I) = (y-x) .N HCl . BM NaHCO
3
.
ppm
12000 ppm = (y-4,33) 0,25 N. 84.
ppm
12000 = 2100y-9093
y = 10,04 ml
Kadar NaCHO
3
asli (sampel II) = (y-x). N HCl. BM NaHCO
3
.
ppm
ACIDI-ALKALIMETRI
Laboratorium Dasar Teknik Kimia I 16
12000 ppm = (y-5.23). 0,25 N. 84.
ppm
12000 = 2100y-10983
y = 10,94 ml
Dari perhitungan tersebut, titran yang dibutuhkan untuk sampel I dan
II pada saat TE terjadi yaitu 10,04 ml dan 10,94 ml, sementara pada
percobaan kami, volume yang dibutuhkan hanya 9,93 ml dan 10,57 ml. Itu
artinya titran (TAT) terjadi sebelum TE sehingga kadar yang ditemukan lebih
kecil dari kadar asli.
(Underwood 181-182)
IV.2.4 Uji Asam Asetat dalam Cuka Makan
Cuka merupakan larutan yang dibuat dari fermentasi
etanol(CH3CH2OH), dimana etanol sebelumnya dihasilkan dari fermentasi
gula. Fermentasi etanol ini menghasilkan asam asetat (CH3COOH). Cuka yang
adadi pasaran ada bermacam-macam, masing-masing dibuat dari sumber
gulayang berbeda (misalnya beras, anggur, gandung atau apel).
Menentukan kadar asam asetat dalam cuka komersil merupakan salah
satu aplikasi titrasi asam basa yang sederhana dan mudah. Untuk menentukan
kadar asam cuka dapat digunakan larutan standar natrium hidroksida (NaOH).
Cuka yang akan di uji kadarnya harus diencerkan terlebih dahulu
sebelum dititrasi. Pada percobaan kami mengencerkan cuka hingga 50x dan
menambahkan indikator PP 2-3 tetes. Kemudian dititrasi dengan larutan
natrium hidroksida hingga timbul warna merah hampir hilang.
Reaksi yang terjadi adalah:
CH3COOH(aq) + NaOH(aq) CH3COONa(aq) + H2O(l)
Dari hasil percobaan diperoleh perubahan warna pada titrat, yaitu dari
tak berwarna menjadi merah muda. Sampel diambil 10 ml dan dititrasi dengan
NaOH 0,1 N. Volume NaOH yang dibutuhkan sebesar 4,37 ml , sehingga
normalitas cuka yang ditemukan adalah 10,925 N, dan kadar asam asetat dalam
sampel cuka makan dapat dihitung yaitu sebesar 65,55 %
(Ambarsari, 2012)
ACIDI-ALKALIMETRI
Laboratorium Dasar Teknik Kimia I 17
IV.2.5 Uji Asam Laktat dalamYoghurt
Yoghurt yang dibuat dengan metode industri modern, difermentasikan
dalam wadah yang nantinya dipasarkan. Yoghurt ini mempunyai ciri tekstur
diantara minuman beralkohol dan keju lembut. Tak ada pemisahan antara air
dadih dengan dadihnya untuk produk ini, sehingga tidak ada penyusutan
komponen susu selama pengolahan kejunya. Yoghurt yang dibuat dari susu
utuh menunjukkan susunan kimia yang sama dengan susu asalnya (Robert,
1989).
Alkalimetri yaitu penentuan kadar asam dari suatu contoh dengan
menggunakan larutan baku standar serta indikator yang sesuai. Larutan standar
biasanya digunakan sebagai titran, sedangkan larutan asam yang akan
ditentukan kadarnya sebagai titrat. Larutan basa yang biasa digunakan adalah
NaOH, distandarkan terlebih dahulu menggunakan larutan baku primer,
yaitu (COOH)
2
. H
2
O atau asam oksalat. Standarisasi ini selanjutnya akan
digunakan untuk menentukan kadar asam laktat pada suatu sampel.
Untuk dapat mengetahui penentuan kadar asam laktat pada susu dan
faktor asam dilakukan dengan mentitrasi NaOH 0,1 N dengan sampel. Dalam
percobaan ini sampel yang dipergunakan bahannya adalah yogurt. Sebelum
pentitrasian berlangsung terlebih dahulu mengencerkan yoghurt hingga 10x,
kemudian menambahkan indikator PP pada titrat sebanyak 2-3 tetes, agar kita
dapat menghentikan proses pentitrasian sampai adanya titik equivalen. Titik
equivalen ditandai dengan adanya perubahan warna pada titrat pada saaat
pentitrasian berlangsung. Dari hasil percobaan diperoleh perubahan warna pada
titrat, yaitu dari putih kekuning-kuningan menjadi merah muda. Sampel
diambil 10 ml dan dititrasi dengan NaOH 0,1 N. Volume NaOH yang
dibutuhkan sebesar 1,1 ml , sehingga normalitas yoghurt yang ditemukan
adalah 0,55 N, dan kadar asam laktat dalam sampel yoghurt dapat dihitung
yaitu sebesar 4,95 %
Besarnya jumlah asam laktat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara
lain berat bahan, volume NaOH, normalitas NaOH, dan BE asam laktat. Asam
laktat berbanding terbalik dengan berat bahan dan berbanding lurus dengan
ACIDI-ALKALIMETRI
Laboratorium Dasar Teknik Kimia I 18
volume NaOH, normalitas NaOH, dan BE asam laktat. Asam laktat secara
alami pada susu dalam jumlah yang besar. Adanya aktivitas bakteri asam laktat
selam proses fermentasi susu memungkinkan kandungan asam laktatnya
meningkat.
(Noviarakhma, 2011)
3. Grafik pH vs Volume HCl
Gambar4.1
GambarIV.2.1 menggambarkan hubungan antara pH dengan volume
HCl pada sampel 1 sesuai dengan kurva titrasi asam basa teoritis, akan terjadi
penurunan pH seiring dengan penambahan asam, dalam hal ini adalah HCl.
Namun dalam percobaan terjadi perbedaan perhitungan kadar asli sampel
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
0 2 4 5.36 5.5 7 7.5
p
H
Grafik Volume HCl vs Ph Sampel 1
pH Percobaan
(Na2CO3+NaHCO3)
pH Asli
(Na2CO3+NaHCO3)
Volume HCl (ml)
ACIDI-ALKALIMETRI
Laboratorium Dasar Teknik Kimia I 19
dengan kadar asli percobaan. Dapat dilihat bahwa seharusnya TAT 1 terjadi
pada penambahan 5,36 ml HCl dan TAT 2 tercapai pada penambahan 7,5 ml
HCl. Tetapi dalam percobaan TAT 1 sudah terjadi penambahan 5,5 ml HCl
dan TAT 2 terjadi pada penambahan 7 ml. Perubahan warna yang kurang
tajam menyebabkan TE menjadi sulit diamati sehingga TAT terjadi sebelum
TE.
Gambar 4.2
Gambar 2 menyatakan hubungan antara pH dengan volume HCl pada
sampel 2. Sesuai dengan kurva titrasi asam basa teoritis, akan terjadi
penurunan pH seiring dengan penambahan HCl. Namun, terjadi terjadi
perbedaan antara hasil percobaan dengan perhitungan kadar sampel. TAT 1
seharusnya terjadi pada penambahan 5,77 ml HCl dan TAT 2 terjadi pada
penambahn 8,2 ml HCl . tetapi dalam percobaan , TAT 1 baru terjadi pada
penambahn 6,1 ml HCl dan TAT 2 terjadi pada penambahn 7,4 ml HCl.
Seperti pada sampel 1, perubahanan warna yang tidak begitu tajam
mengakibatkan TE menjadi sulit diamati sehingga TAT terjadi sebelum TE.
4. Faktor Pegenceran
Pengenceran mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan
cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar. Jika
suatu larutan senyawa kimia yang pekat diencerkan, kadang kadang
sejumlah panas dilepaskan. (khopkar,1990)
Dalam kimia, pengenceran diartikan pencampuran yang bersifat
homogen antara zat terlarut dan pelarut dalam larutan. Zat yang jumlahnya
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
0 2 4 5.77 6.10 7.40 8.20
p
H
Grafik Volume HCl vs pH Sampel 2
pH Percobaan
(Na2CO3+NaHCO3)
pH Asli
(Na2CO3+NaHCO3)
ACIDI-ALKALIMETRI
Laboratorium Dasar Teknik Kimia I 20
lebih sedikit di dalam larutan disebut (zat) terlarut atau solut, sedangkan zat
yang jumlahnya lebih banyak daripada zat zat lain dalam larutan disebut
pelarut atau solvent(Gunawan ,2004).
Pada percobaan kami ,bahan yang diuji tidak terjadi pengenceran atau
tidak diencerkan sehingga faktor pengencerannya adalah 1.
(alfakece.blogspot.com/2010/02/pengenceran-larutan.html)
BAB V
PENUTUP
V.1. Kesimpulan
1. Kadar Na
2
CO
3
pada sampel 1 (16673,8 ppm ) dan sampel 2 (18492,76 ppm)
lebih besar dari kadar aslinya yaitu pada sampel 1 (16250 ppm) dan sampel
2 (17500 ppm) , dikarenakan volume yang seharusnya tercapai pada TAT 1
terhitung atau masuk ke dalm TAT 2,sehingga TAT 2 terjadi setelah TE 2
tercapai.
2. Kadar NaHCO
3
pada sampel 1 dan sampel 2 pada percobaan yaitu 3603,6
ppm dan 3123,12 ppm lebih kecil dari kadar aslinya yaitu pada sampel 1
(5250 ppm) dan sampel 2 (5000 ppm) dikarenakan TAT terjadi sebelum TE
1.
3. Kadar asam dalam buavita sirsak 0,0685 N lebih besar dari kadar aslinya 1,07
x 10
-3
. Kadar asam dalam buavita mangga 0,044 N lebih besar dari kadar
aslinya yaitu 5,048 x 10
-3
N. Hal tersebut karena pengaruh dari pH dan
ACIDI-ALKALIMETRI
Laboratorium Dasar Teknik Kimia I 21
karena ketidakmurnian komposisi bahan (sampel) sehingga ada perbedaan
pH.
V.2. Saran
1. Pada saat perubahan warna TAT, larutan lebih baik didiamkan agar yakin
TAT terjadi.
2. Saat pencucian erlenmeyer ,sebaiknya dicuci dan dikeringkan agar tidak
mengganggu titrasi.
3. Amati warna pada saat TAT dengan teliti .
4. Lakukan titrasi dengan tepat dan cara yang benar.
5. Pemberian indikator jangan terlalu banyak agar tidak mengubah pH sampel.
DAFTAR PUSTAKA
L, Kemppainen. 2002. Determining Ascorbic Acid in Vitamin C Tablets. Finlandia
University: Wadsworth Group.
Analysis of Vitamin C. General Chemistry Laboratories University of Alberta.
Alfa. 2010. Kumpulan Laporan-laporanku (online)
(http://alfakece.blogspot.com/2010/02/pengenceran-larutan.html/ diakses
tanggal 22 November 2012).
Anonim. 2008. Referensi Industri dan Teknologi Pangan Indonesia (online)
(www.foodreview.biz/login/preview.php/view&id=55741/ diakses tanggal 22
November 2012).
Anonim. 2010. BAB 1 Pendahuluan (online)
(www.digilib.umm.ac.id/files/disk1/369/jiptummpp-gdl-S1-2010-
yunitapurn/diakses tanggal 22 November 2012).
Anonim. 2008. Asam Asetat (online) (http://wikipedia.org/Asam_Asetat/ diakses
tanggal 22 November 2012).
Anonim. 2005.Buku Petunjuk Praktikum Teknik Kimia 1. Semarang: Laboratorium
Teknologi Proses, Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas
Diponegoro.
Day, R.A and Underwood, A.L. 1986. Analisa Kimia Kuantitatif. Edisi 5. Jakarta:
Erlangga.
Kompasiana. 2012. Trayek Indikator (online)
(www.edukasi.kompasiana.com/diakses tanggal 22 November 2012).
ACIDI-ALKALIMETRI
Laboratorium Dasar Teknik Kimia I 22
Perry, R.H and Green. 1984. Perrys Chemical Engineering Hand Book. 6th edition.
Singapore: Mc Graw Hill Book Co.