Anda di halaman 1dari 25

PSIKOLOGI

PESAN
Mata Kuliah : Psikologi Komunikasi
Dosen : Rahmadya Putra Nugraha, M.Si.

Jakarta, 31 Mei 2014





Disusun oleh :

Alvan Despriyadi
44213110018


Jaya Sakti H.
Panggabean
44213110035

M. Faris Abyadi
44213110064

Rifka Racylia
Andriani
44213110057

UNIVERSITAS
MERCUBUANA
Kampus B Menteng
Fakultas :
Ilmu Komunikasi
Program Studi :
Hubungan Masyarakat


ii | P a g e

P S I K O L O G I K O M U N I K A S I
KELOMPOK VIII
PSIKOLOGI PESAN


Tim penulis mengucapkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
yang telah memberikan rahmat-Nya berupa petunjuk dan kesehatan, sehingga
makalah ini mampu terselesaikan dengan baik. Pada kesempatan kali ini, tim penulis
akan membahas mengenai Psikologi Pesan.
Pesan yang disampaikan oleh seorang komunikator jelas memiliki maksud
dan tujuan tertentu sesuai keinginan penyampai pesan. Dengan demikian, maka
jelas setiap pesan yang disampaikan, baik pesan verbal ataupun nonverbal, memiliki
karakter dan psikologi sendiri sesuai dengan tujuan pesan.
Maksud dan tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Psikologi Komunikasi. Selain itu, makalah ini dapat dijadikan sebagai media
pembelajaran bagi para pembaca.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang turut
membantu penyelesaian makalah ini, diantaranya orang tua, Dosen Pengajar
Bapak Rahmadya Putra Nugraha, M.Si., teman-teman, dan pihak lain yang tidak
dapat disebutkan.
Tim penulis menyadari bahwa makalah ini sarat akan kekurangan dan masih
jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami memohon maaf yang sebesar-
besarnya atas kesalahan dan kekurangan yang ada. Seluruh kritik dan saran yang
membangun, tim penulis menerima dengan tangan terbuka. Akhir kata, kami
mengucapkan terima kasih kepada seluruh pembaca. Semoga para pembaca dapat
memetik manfaat dari makalah ini.

Jakarta, Mei 2014
Tim Penulis






KATA PENGANTAR

iii | P a g e

P S I K O L O G I K O M U N I K A S I
KELOMPOK VIII
PSIKOLOGI PESAN


Halaman
Halaman Judul ....................................................................................................... i
Kata Pengantar ...................................................................................................... ii
Daftar Isi ................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengantar Psikologi Pesan ................................................................................ 3
B. Pesan Verbal (Pesan Linguistik) ........................................................................ 4
C. Pesan Nonverbal ............................................................................................... 7
D. Bahasa dan Proses Berpikir .............................................................................. 10
E. Kata-Kata dan Makna ........................................................................................ 12
F. Hambatan Penyampaian Pesan ........................................................................ 16
G. Organisasi, Struktur, dan Imbauan Pesan ......................................................... 18

BAB III KESIMPULAN ........................................................................................... 21

Daftar Pustaka ....................................................................................................... iv














DAFTAR ISI

1 | P a g e

P S I K O L O G I K O M U N I K A S I
KELOMPOK VIII
PSIKOLOGI PESAN


Komunikasi merupakan salah satu aspek terpenting dan kompleks bagi
kehidupan manusia. Manusia sangat dipengaruhi oleh komunikasi yang
dilakukannya dengan manusia lain, baik yang sudah dikenal maupun yang tidak
dikenal sama sekali. Komunikasi memiliki peran yang sangat vital bagi kehidupan
manusia, karena itu kita harus memberikan perhatian yang seksama terhadap
komunikasi.
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan (ide, gagasan) dari satu
pihak kepada pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi di antara keduanya. Pada
umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti
oleh kedua belah pihak.
1
Melalui komunikasi, sikap dan perasaan seseorang atau
sekelompok orang dapat dipahami oleh pihak lain.
Lingkungan (konteks) komunikasi setidak-tidaknya memiliki tiga dimensi :
fisik, sosial-psikologis, dan temporal. Dimensi fisik adalah ruang dimana komunikasi
berlangsung yang nyata atau berwujud. Dimensi sosial-psikologis meliputi, misalnya
tata hubungan status di antara mereka yang terlibat, peran yang dijalankan orang,
serta aturan budaya masyarakat dimana mereka berkomunikasi. Dimensi temporal
mencakup waktu dalam hitungan jam, hari, atau sejarah dimana komunikasi
berlangsung. Ketiga dimensi ini saling berinteraksi satu dengan yang lainnya,
masing-masing mempengaruhi dan dipengaruhi.
2

Semua jenis komunikasi, dari yang sederhana hingga yang rumit,
berlangsung dengan prinsip yang sama : makna dikirim melalui pesan dari
komunikator kepada komunikan. Laswell (dalam Rahmat, 2005: 254)
menggambarkan komunikasi sebagai Who says What In Which Channel To Whom
With What Effect. Pernyataan ini mengungkapkan bahwa pesan (the What)
merupakan salah satu unsur yang penting dalam komunikasi. Tujuan dan indikator
keberhasilan komunikasi adalah bila makna pesan yang disampaikan komunikator
sama dengan makna yang diterima komunikan. Sebaliknya, komunikasi akan gagal

1
Komunikasi, www.id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi, (diakses : 23 Mei 2014).
2
Joseph A. Devito, Komunikasi Antarmanusia, terj. Agus Maulana. (Tangerang : Karisma Publishing Group,
2011), hal. 24-25.
BAB I. PENDAHULUAN

2 | P a g e

P S I K O L O G I K O M U N I K A S I
KELOMPOK VIII
PSIKOLOGI PESAN
bila makna pesan yang diterima komunikan berbeda sebagian atau seluruhnya
dengan makna yang dikirim komunikator.
Pesan adalah produk utama komunikasi. Pesan berupa lambang-lambang
yang menjalankan ide/gagasan, sikap, perasaan, praktik atau tindakan. Bisa
berbentuk kata-kata tertulis, lisan, gambar-gambar, angka-angka, benda, gerak-gerik
atau tingkah laku dan berbagai bentuk tAnda-tAnda lainnya.
Setiap pelaku komunikasi akan melakukan empat tindakan : membentuk,
menyampaikan, menerima, dan mengolah pesan. Ke-empat tindakan tersebut
lazimnya terjadi secara berurutan. Membentuk pesan artinya menciptakan sesuatu
ide atau gagasan. Pesan yang telah terbentuk ini kemudian disampaikan kepada
orang lain, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Bentuk dan mengirim
pesan, seseorang akan menerima pesan yang disampaikan oleh orang lain. Pesan
yang diterimanya ini kemudian akan diolah melalui sistem syaraf dan
diinterpretasikan. Setelah diinterpretasikan, pesan tersebut dapat menimbulkan
tanggapan atau reaksi dari orang tersebut. Apabila ini terjadi, maka si orang tersebut
kembali akan membentuk dan menyampaikan pesan baru. Demikianlah ke-empat
tindakan ini akan terus-menerus terjadi secara berulang-ulang.
3

Setiap orang selalu berupaya memahami setiap peristiwa yang dialaminya.
Orang memberikan makna terhadap apa yang terjadi di dalam dirinya sendiri atau
lingkungan sekitarnya. Terkadang makna yang diberikan itu sangat jelas dan mudah
dipahami orang lain, namun terkadang makna itu buram, tidak dapat dipahami dan
bahkan bertentangan dengan makna sebelumnya. Dengan memahami komunikasi
dan pesan maka orang dapat menafsirkan peristiwa secara lebih fleksibel dan
bermanfaat.









3
Abdullah Kohar, Definisi dan Unsur-Unsur Komunikas, www.jiwareformasi.blogspot.com, (diakses : 23 Mei
2014).

3 | P a g e

P S I K O L O G I K O M U N I K A S I
KELOMPOK VIII
PSIKOLOGI PESAN


A. Pengantar Psikologi Pesan
Pemahaman umum konsep psikologi pesan adalah bahwa di dalam pesan
komunikasi terkandung muatan psikologi. Ketika seorang komunikator
menyampaikan pesan pada komunikan, maka di dalam pesannya tersebut
terkandung muatan psikologi. Muatan psikologi sebuah pesan komunikasi terletak
secara konkret atau spesifik pada bahasa.
4
Setiap pesan yang disampaikan, baik
pesan verbal ataupun nonverbal, memiliki karakter dan psikologi sendiri sesuai
dengan tujuan pesan.
Seorang Psikolinguistik dari Rockefeller University, George A. Miller, pernah
menulis : Kini ada seperangkat perilaku yang dapat mengendalikan pikiran dan
tindakan orang lain secara perkasa. Teknik pengendalian ini dapat menyebabkan
Anda melakukan sesuatu yang tidak terbayangkan. Anda tidak dapat melakukannya
tanpa adanya teknik itu. Teknik itu dapat mengubah pendapat dan keyakinan, dapat
digunakan untuk menipu Anda, dapat membuat Anda gembira dan sedih, dapat
memasukkan gagasan-gagasan baru ke dalam kepala Anda, dapat membuat Anda
menginginkan sesuatu yang tidak Anda miliki. Andapun bahkan dapat
menggunakannya untuk mengendalikan diri Anda sendiri. Teknik ini adalah alat yang
luar biasa perkasanya dan dapat digunakan untuk apa saja (Miller, 1974: 4).
5

Bahasa adalah teknik pengendalian perilaku orang lain, termasuk perilaku
dalam berkomunikasi. Dengan bahasa, yang merupakan kumpulan akta-kata , Anda
dapat mengatur perilaku orang lain.
Contoh :
Ibu Anda dari Amerika dapat Anda gerakkan untuk datang ke rumah kontrakan
Anda di Jakarta dengan mengirimkan kata-kata lewat telepon atau surat.
Dengan teriakan Bapak seorang anak kecil dapat menggerakkan lelaki besar di
seberang jalan untuk mendekati anak tersebut.
Dengan aba-aba maju-jalan seorang sersan dapat menggerakkan puluhan
tentara menghentakkan kakinya dan berjalan dengan langkah tegap.

4
Riswandi, Psikologi Komunikasi (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2013), hal. 87.
5
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2011), hal. 264.
BAB II. PEMBAHASAN

4 | P a g e

P S I K O L O G I K O M U N I K A S I
KELOMPOK VIII
PSIKOLOGI PESAN
Semua contoh-contoh tersebut di atas memperlihatkan bagaimana kekuatan
bahasa atau kekuatan kata-kata (the power of word).
Bahasa adalah pesan dalam bentuk kata-kata dan kalimat, yang disebut
pesan linguistik. Manusia mengucapkan kata-kata dan kalimat dengan cara-cara
tertentu. Setiap cara berkata memberikan maksud tersendiri. Cara-cara ini kita sebut
pesan paralinguistik. Di samping itu manusia juga menyampaikan pesan dengan
cara-cara lain selain dengan bahasa, misalnya dengan isyarat, yang disebut pesan
ekstralinguistik.
6


B. Pesan Verbal (Pesan Linguistik)
Pesan verbal atau pesan linguistik adalah pesan yang digunakan dalam
komunikasi yang menggunakan bahasa sebagai media. Pesan verbal ditransmisikan
melalui kombinasi bunyi-bunyi bahasa dan digunakan untuk menyatakan pikiran,
perasaan dan maksud. Dengan kata lain, pesan verbal adalah pesan yang
diungkapkan melalui bahasa yang menggunakan kata-kata sebagai representasi
realitas atau makna.
Ada dua cara untuk mendefinisikan bahasa, yaitu fungsional dan formal.
7

1. Definisi fungsional melihat bahasa dari segi fungsinya, sehingga bahasa diartikan
sebagai alat yang dimiliki bersama untuk mengungkapkan gagasan.
2. Definisi formal menyatakan bahasa sebagai semua kalimat yang terbayangkan,
yang dibuat menurut peraturan tata bahasa. Setiap bahasa mempunayi peraturan
bagaimana kata-kata harus disusun dan dirangkaikan supaya memberi arti.
Tata bahasa meliputi tiga unsur, yaitu fonologi, sintaksis, dan semantik. Untuk
mampu menggunakan bahasa tertentu, kita harus menguasai ketiga tahap
pengetahuan bahasa tersebut di atas, ditambah dua tahap lagi.
1. Tahap pertama, kita harus mempunyai informasi fonologis tentang bunyi-bunyi
dalam bahasa tersebut. Misalnya, kita harus bisa membedakan bunyi th dalam
the dengan th dalam think.
2. Tahap kedua, kita harus mempunyai pengetahuan tentang sintaksis, yaitu cara
pembentukan kalimat. Misalnya dalam bahasa Inggris kita harus menempatkan
to be pada kalimat-kalimat nominal.

6
Riswandi, Op.Cit., hal. 87-88.
7
Ibid.

5 | P a g e

P S I K O L O G I K O M U N I K A S I
KELOMPOK VIII
PSIKOLOGI PESAN
3. Tahap ketiga, kita harus mengetahui secara leksikal arti kata atau gabungan kata-
kata. Misalnya, kita harus tahu apa arti take dan take into account.
4. Tahap keempat, kita harus memiliki pengetahuan konseptual tentang dunia
tempat tinggal kita dan dunia yang kita bicarakan.
5. Tahap kelima, kita harus mempunyai semacam kepeercayaan untuk menilai apa
yang kita dengar.

Fungsi Bahasa Sebagai Bentuk Pesan Verbal
Menurut Larry L. Barker (dalam Deddy Mulyana,2005), bahasa mempunyai
tiga fungsi : penamaan (naming atau labeling), interaksi, dan transmisi informasi.
8

1. Penamaan atau penjulukan merujuk pada usaha mengidentifikasikan objek,
tindakan, atau orang dengan menyebut namanya sehingga dapat dirujuk dalam
komunikasi.
2. Fungsi interaksi menekankan berbagai gagasan dan emosi, yang dapat
mengundang simpati dan pengertian atau kemarahan dan kebingungan.
3. Melalui bahasa, informasi dapat disamakan kepada orang lain, inilah yang disebut
fungsi transmisi dari bahasa. Keistimewaan bahasa sebagai fungsi transmisi
informasi yang lintas-waktu, dengan menghubungkan masa lalu, masa kini, dan
masa depan, memungkinkan kesinambungan budaya dan tradisi kita.

Kelebihan dan Keterbatasan Pesan Verbal
9

Kelebihan
Kelebihan dari pesan verbal adalah media paling efektif yang digunakan
manusia sebagai sarana berkomunikasi. Efektivitas tersebut dimungkinkan oleh tiga
aspek bahasa : semanticity, generativity, dan displacement.
Aspek semanticity merujuk pada hakikat kata-kata (unsur utama bahasa)
sebagai simbol yang merepresentasikan objek atau realitas tertentu. Dengan kata-
kata, kita dapat menamai atau memberi label pada tindakan, pemikiran, perasaan,
atau orang sehingga kita dapat mengindentifikasi atau merujuknya tanpa harus
menghadirkannya secara langsung.

8
Felix Sharief, Komunikasi Verbal dan Non-Verbal, www.felixsharieff.wordpress.com, (diakses : 23 Mei
2014).
9
Bahtiar Husin, Psikologi Pesan, www.mrlungs.wordpress.com, (diakses : 23 Mei 2014).

6 | P a g e

P S I K O L O G I K O M U N I K A S I
KELOMPOK VIII
PSIKOLOGI PESAN
Aspek generativity (kadang-kadang disebut productivity) merujuk pada
kemampuan bahasa untuk menghasilkan pesan-pesan bermakna dalam jumlah tak
terbatas melalui kombinasi sejumlah simbol linguistik yang sangat terbatas. Contoh,
hanya dengan menggunakan tiga fonem a, i dan r, kita bisa membentuk kata air,
ira, ria dan ari yang semua kata-kata ini memiliki makna.
Aspek displacement merujuk pada kemampuan bahasa untuk digunakan
sebagai sarana untuk membicarakan sesuatu yang jauh dalam konteks ruang dan
waktu, atau sesuatu yang ada hanya dalam imajinasi.
Kombinasi antara kemampuan bahasa untuk menghasilkan pesan-pesan baru
yang bermakna dalam jumlah tak terhingga tanpa dibatasi ruang dan waktu dengan
kemampuan kognitif manusia untuk memanfaatkan ketiga aspek tersebut
memungkinkan berlangsungnya komunkasi yang sangat efektif dan adaptif.

Keterbatasan
Di samping berbagai kelebihan yang dimilikinya sebagai sarana penyampaian
makna bahasa, pesan verbal juga memiliki berbagai kelemahan dalam penyampaian
maksud, yaitu :
1. Jumlah kata yang tersedia dalam setiap bahasa sangat terbatas, sehingga tidak
semua objek dalam realita dapat diwakili oleh kata-kata.
2. Kata-kata memiliki makna yang ambigu (makna ganda) dan kontekstual, dimana
kata-kata bersifat ambigu karena hubungan antara kata dan objek yang
diwakilinya bersifat arbitrer (semena-mena). Kata yang diucapkan tidak merujuk
pada objek, tetapi pada persepsi dan interpretasi orang sebagai wakil dari objek
tersebut.
3. Makna kata-kata bersifat bias karena dipengaruhi oleh latar belakang
kebudayaan. Esensi bahasa dalam aktivitas berpikir terungkap dengan jelas
melalui kenyataan bahwa ketidakmampuan suku-suku primitif memikirkan hal-hal
yang canggih bukan karena mereka tidak dapat berpikir, tapi karena bahasa
mereka tidak dapat memfasilitasi mereka untuk melakukannya.
4. Orang cenderung mencampuradukkan fakta, penafsiran, dan penilaian karena
kekeliruan persepsi sewaktu menggunakan bahasa.



7 | P a g e

P S I K O L O G I K O M U N I K A S I
KELOMPOK VIII
PSIKOLOGI PESAN
C. Pesan Nonverbal
Pesan nonverbal adalah proses pertukaran pikiran dan gagasan dimana
pesan yang disampaikan dapat berupa isyarat, ekspresi wajah, pandangan mata,
sentuhan, artifak (lambang yang digunakan), diam, waktu, suara, serta postur dan
gerakan tubuh.
10
Secara sederhana, pesan nonverbal didefinisikan sebagai semua
tanda atau isyarat yang tidak berbentuk kata-kata. Samovar dan Proter secara lebih
spesifik mendefinisikan sebagai semua ransangan (kecuali ransangan verbal)
dalam suatu setting komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan penggunaan
lingkungan oleh indivdu, yang mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim atau
penerima.
Jadi, pesan nonverbal mencakup seluruh perilaku yang tidak berbentuk verbal
yang disengaja atau tidak disengaja sebagai bagian dari peristiwa komunikasi
secara keseluruhan. Berdiam diri juga merupakan pesan nonverbal jika hal itu
memberi makna bagi pengirim atau penerima.
Dalam komunikasi interpersonal, secara umum penyampaian maksud
(makna) akan berlangsung efektif bila komunikator memadukan kedua bentuk pesan
tersebut. Bahkan dalam rangka mengkomunikasikan perasaan, pesan nonverbal
berperan lebih dominan.

Klasifikasi Pesan Nonverbal
11

Jalaluddin Rakhmat mengelompokkan pesan nonverbal sebagai berikut :
a. Pesan kinesik adalah pesan nonverbal yang menggunakan gerakan tubuh yang
berarti, terdiri dari tiga komponen utama : pesan fasial, pesan gestural, dan pesan
postural. Pesan fasial menggunakan air muka untuk menyampaikan makna
tertentu. Pesan gestural menunjukkan gerakan sebagian anggota badan seperti
mata dan tangan untuk mengkomunikasi berbagai makna. Pesan postural
berkenaan dengan keseluruhan anggota badan.
b. Pesan proksemik disampaikan melalui pengaturan jarak dan ruang. Umumnya
dengan mengatur jarak kita mengungkapkan keakraban kita dengan orang lain.
c. Pesan artifaktual diungkapkan melalui penampilan tubuh, pakaian, dan kosmetik.
Walaupun bentuk tubuh relatif menetap, orang sering berperilaku dalam
hubungan dengan orang lain sesuai dengan persepsinya tentang tubuhnya (body

10
Bahasa Tubuh, www.id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_tubuh, (diakses : 23 Mei 2014).
11
Jalaluddin Rakhmat, Op.Cit., hal. 285-290.

8 | P a g e

P S I K O L O G I K O M U N I K A S I
KELOMPOK VIII
PSIKOLOGI PESAN
image). Erat kaitannya dengan tubuh ialah upaya kita membentuk citra tubuh
dengan pakaian dan kosmetik.
d. Pesan paralinguistik adalah pesan nonverbal yang berhubungan dengan dengan
cara mengucapkan pesan verbal. Satu pesan verbal yang sama dapat
menyampaikan arti yang berbeda bila diucapkan secara berbeda. Pesan ini oleh
Dedy Mulyana (2005) disebutnya sebagai parabahasa.
e. Pesan sentuhan dan bau-bauan.
Alat penerima sentuhan adalah kulit, yang mampu menerima dan membedakan
emosi yang disampaikan orang melalui sentuhan. Sentuhan dengan emosi
tertentu dapat mengkomunikasikan : kasih sayang, takut, marah, bercanda, dan
tanpa perhatian. Bau-bauan, terutama yang menyenangkan (wewangian) telah
berabad-abad digunakan orang, juga untuk menyampaikan pesan, menandai
wilayah mereka, mengidentifikasikan keadaan emosional, pencitraan, dan
menarik lawan jenis.

Fungsi Pesan Nonverbal
12

Untuk menjelaskan esensi interaksi pesan verbal dan nonverbal dalam penyampaian
makna, Devito menguraikan enam fungsi pesan nonverbal dalam komunikasi
interpersonal.
1. Aksentuasi
Pesan nonverbal digunakan untuk menonjolkan atau membuat penekanan pada
bagian tertentu pesan verbal. Misalnya, Anda mungkin tersenyum untuk
menekankan kata atau ungkapan tertentu, atau Anda mengungkapkan
kejengkelan Anda dengan memukul meja.
2. Komplemen
Kita menggunakan pesan nonverbal untuk memperkuat warna atau
menyampaikan nuansa tertentu yang tidak dapat diutarakan melalui pesan verbal.
Misalkan, Anda mungkin tersenyum ketika menceritakan kisah lucu, atau seorang
guru di kelas mengatakan bahwa ternyata bumi bentuknya bulat sambil sang
guru menggerakkan tangannya membentuk lingkaran.



12
Joseph A. Devito, Op.Cit., hal. 194.

9 | P a g e

P S I K O L O G I K O M U N I K A S I
KELOMPOK VIII
PSIKOLOGI PESAN
3. Kontradiksi
Kita juga dapat secara sengaja mempertentangkan pesan verbal dengan pesan
nonverbal dalam rangka mencapai maksud tertentu. Misalnya, untuk
menunjukkan bahwa ucapannya hanya berpura-pura, pembicara dapat
mengedipkan mata sewaktu mengucapkan pernyataan tertentu.
4. Regulasi
Gerak-gerik nonverbal dapat mengendalikan atau mengisyaratkan keinginan
Anda untuk mengatur arus pesan verbal. Mengerutkan bibirm mencondongkan
badan ke depan, atau membuat gerakan tangan untuk menunjukkan bahwa Anda
ingin mengatakan sesuatu merupakan contoh dari fungsi ini.
5. Repetisi
Melalui fungsi ini, kita hendak mengulangi maksud atau makna yang disampaikan
melalui pesan verbal. Misalkan, Anda menjawab ya sambil menganggukkan
kepala.
6. Substitusi
Pesan nonverbal juga dapat menggantikan lambang atau pesan verbal. Misalkan,
Anda menjawab saya tidak setuju dengan gelengan kepala, atau dosen masuk
ke kelas yang mahasiswanya ribut dan meletakan jari telunjuk di bibirnya agar
mahasiswa menjadi diam.

Dale G. Leathers menyebutkan 6 alasan mengapa pesan nonverbal penting :
13

1. Faktor-faktor nonverbal sangat menentukan makna dalam komunikasi
interpersonal. Misalnya, ketika kita mengobrol dengan tamu kita, kita banyak
menyampaikan gagasan dengan pesan-pesan nonverbal.
2. Perasaan dan emosi lebih cermat disampaikan lewat pesan nonverbal ketimbang
pesan verbal. Mahrabian telah meneliti bahwa hanya 7% rasa kasih sayang dapat
dikomuniaksikan dengan kata-kata. Selebihnya 38% lewat suara, dan 55%
dikomunikasikan lewat wajah (senyum, kontak mata, dll).
3. Pesan nonverbal menyampaikan makna dan maksud yang relatif bebas dari
manipulasi, distorsi, dan kerancuan.
4. Pesan nonverbal mempunyai fungsi metakomunikatif yang sangat diperlukan
untuk mencapai komunikasi yang berkualitas tinggi. Fungsi metakomunikatif

13
Riswandi, Op.Cit., hal. 93-94.

10 | P a g e

P S I K O L O G I K O M U N I K A S I
KELOMPOK VIII
PSIKOLOGI PESAN
artinya memberikan informasi tambahan yang memperjelas maksud dan makna
pesan.
5. Pesan nonverbal merupakan cara komunikasi yang lebih efektif dibandingkan
dengan pesan verbal.
6. Pesan nonverbal merupakan sarana sugesti yang paling tepat. Ada situasi
komunikasi yang menuntut kita untuk mengungkapkan gagasan atau emosi
secara langsung. Sugesti di sini dimaksudkan menyarankan sesuatu kepada
orang lain secara implisit. Sugesti paling efektif disampaikan melalui pesan-pesan
nonverbal.

D. Bahasa dan Proses Berpikir
Bahasa merupakan alat ekspresi pemakainya. Ekspresi itu muncul karena
ada dasar pengetahuan, sikap, dan minat, yang kemudian diolah oleh cara berpikir
penggunanya. Dengan demikian, bahasa sebagai media pengekspresi akan
diwarnai oleh pengetahuan, sikap, minat, dan cara berpikir pemakainya.
Pengetahuan akan mengisi makna, sikap dan minat akan menentukan pilihan kata,
dan cara berpikir akan mengatur strategi berbahasa. Logika di atas pada intinya
menunjukkan bahwa bahasa yang digunakan seseorang bisa menunjukkan siapa
seseorang itu.
Menurut Teori Principle of Linguistic Relativity (Teori Relativitas Budaya),
bahasa menyebabkan kita memandang realitas sosial dengan cara tertentu. Teori ini
dikembangkan oleh Von Humboldt, Sapir, dan Whorf. Teori ini juga biasa disebut
Hipotesis Sapir-Whorf.
14

Menurut Whorf, pandangan kita tentang dunia dibentuk oleh bahasa, dan
karena bahasa berbeda, maka pandangan kita tentang dunia juga berbeda. Secara
selektif, kita menyaring data sensori yang masuk seperti telah diprogram oleh
bahasa yang kita pakai. Dengan demikian, masyarakat yang menggunakan bahasa
yang berbeda hidup dalam dunia sensori yang berbeda pula.
Menurut Whorf, kategori gramatikal suatu bahasa menunjukkan kategori
kognitif dari pemakai bahasa itu. Seperti halnya tentang persepsi, kita melakukan
persepsi dengan menggunakan kategori kognitif. Kita juga berpikir dengan memakai
kategori-kategori ini. Kita memberikan arti kepada apa yang kita lihat, yang kita

14
Riswandi, Op.Cit., hal.90.

11 | P a g e

P S I K O L O G I K O M U N I K A S I
KELOMPOK VIII
PSIKOLOGI PESAN
dengar, atau yang kita rasa sesuai dengan kategori-kategori yang ada dalam bahasa
kita.
Dalam hubungannya dengan berpikir, konsep-konsep dalam suatu bahasa
cenderung menghambat atau mempercepat proses pemikiran tertentu. Ada bahasa
yang dengan mudah dapat digunakan untuk memikirkan masalah-masalah filsafat,
tetapi ada juga bahasa yang sukar dipakai bahkan untuk memecahklan masalah-
masalah matematika yang sederhana.
Bahasa terbukti mempermudah kemampuan belajar dan mengingat,
memecahkan persoalan, dan menarik kesimpulan. Bahasa memungkinkan kita
untuk menyandi peristiwa-peristiwa dan objek-objek dalam bantuk kata-kata.
Dengan bahasa, kita mengabstraksikan pengalaman kita, dan
mengkomunikasikannya pada orang lain. Namun, yang perlu diingat adalah bahwa
kata-kata juga dapat menghambat proses berpikir. Hal ini terjadi bila ada
kebingungan dalam mengartikan kata-kata.
Selain mencerminkan pola pikir, bahasa yang digunakan seseorang juga
merefleksikan pola sikapnya. Setelah menganalisis dan memperbandingkan kalimat-
kalimat umum yang digunakan bangsa Amerika dengan bangsa Indonesia, Jalaludin
Rakhmat membuat beberapa konklusi yang mengarah pada kesimpulan itu. Konklusi
itu adalah bahwa bahasa kita secara tidak langsung telah menggambarkan bahwa
kita adalah bangsa yang tidak menghargai waktu dan lebih senang menyalahkan
orang lain.
Perhatikan beberapa fakta berikut ini : untuk menyatakan ketergesa-gesaan,
Bangsa Inggris atau Amerika menggunakan kalimat a clock runs (waktu berlari),
bangsa kita biasa berkata waktu berjalan. Atau paling-paling berkata, waktu
berjalan cepat. Secepat apapun berjalan tidaklah akan secepat berlari. Fakta lain,
dalam bahasa Inggris ada tenses sedangkan dalam bahasa kita tidak ada, artinya
bangsa kita tidak menjadikan waktu sebagai salah satu rujukan menentukan bentuk,
jenis, dan ragam bahasa. Dua fakta di atas menghasilkan konklusi induktif bahwa
bangsa Amerika lebih menghargai waktu dibanding kita.
Perhatikan lagi fakta berikut. Bangsa Amerika menggunakan kalimat I broke
my legs (saya mematahkan kakiku), tetapi untuk kasus yang sama, bangsa kita
akan lebih senang memakai kalimat Kaki saya patah. Mereka akan berkata, Oh, I

12 | P a g e

P S I K O L O G I K O M U N I K A S I
KELOMPOK VIII
PSIKOLOGI PESAN
burned my finger (Saya membakar jariku), tetapi bangsa kita akan merasa gila
kalau berkata demikian.
Kebiasan bertutur di atas menghasilkan kesimpulan bahwa bangsa Amerika
sangat percaya diri dan tidak tabu menyalahkan diri sendiri sedangkan bangsa kita
cenderung menerima nasib dan tidak rela menyalahkan diri sendiri.
15

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa bahasa akan menentukan
pola pikir atau cara pandang seseorang terhadap realitas dan pada akhirnya juga
akan menentukan pola sikap atau budaya dari pengguna bahasa tersebut.

E. Kata-Kata dan Makna
Karakteristik Makna Pesan
16

1. Makna ditentukan oleh komunikator.
Makna tidak hanya ditentukan oleh pesan (baik verbal, nonverbal, atau keduanya)
tetapi juga ditentukan oleh interaksi pesan-pesan itu dan pikiran serta perasaan
komunikan. Ketika berkomunikasi, komunikan tidak hanya menerima makna tapi
juga menciptakan makna. Oleh karena itu, pemahaman atas suatu makna tidak
dapat dilakukan hanya dengan menganalisis pesan, tetapi juga dengan
memahami pengirimnya. Sebagai contoh, makna berupa pujian yang menyatakan
seseorang berotak cerdas cenderung dimaknai sebagai penghinaan bila hal itu
disampaikan ketika orang tersebut baru mengetahui dia gagal dalam sebuah
ujian.
2. Makna yang disampaikan lewat pesan verbal dan nonverbal tidak lengkap.
Penyampaian pikiran atau perasaan dilakukan komunikator dengan
menggunakan seperangkat simbol. Pada dasarnya simbol-simbol itu mewakili
hanya sebagian dari totalitas pikiran atau perasaan yang ingin disampaikan.
Karena makna yang diterima dari orang lain bukan makna yang utuh, setiap
komunikan hanya dapat mengestimasi makna tersebut berdasarkan pesan yang
diterima dengan menggunakan pikiran dan perasaannya sendiri.
3. Makna bersifat unik.
Karena makna ditentukan oleh pesan yang diterima dan pikiran serta perasaan
komunikan, maka orang yang berbeda tidak pernah menginterpretasi sebuah

15
Agus Mulyanto, Bahasa Sebagai Representasi Budaya, www.mulyanto.bolgdetik.com, (diakses : 24 Mei
2014).
16
Bahtiar Husin, Psikologi Pesan, www.mrlungs.wordpress.com, (diakses : 23 Mei 2014).

13 | P a g e

P S I K O L O G I K O M U N I K A S I
KELOMPOK VIII
PSIKOLOGI PESAN
pesan dengan makna yang sama. Bahkan, karena setiap individu berubah, pesan
yang diterima oleh seseorang pada saat yang berbeda akan diinterpretasikan
dengan makna yang berbeda pula. Misalnya, pesan I love you yang diterima
pemuda berusia 20 tahun dari pacarnya, akan diberi makna yang berbeda oleh
orang ketika dia berusia 50 tahun.
4. Makna mencakup makna denotatif dan konotatif.
Makna denotatif adalah definisi objektif dari kata atau pesan nonverbal dan
bersifat universal. Makna konotatif merupakan makna subjektif dan bersifat
emosional. Anggukan kepala yang normal, yang digunakan untuk merespon
pertanyaan Kamu setuju? mengungkapkan makna denotatif. Namun bila
anggukan kepala itu disertai dengan kedipan mata atau senyuman sehingga
terkesan tidak biasa, makna yang terungkap lebih cenderung bersifat konotatif.
5. Makna harus didasarkan pada konteks.
Kata atau tingkah nonverbal yang sama, bisa mengungkapkan makna yang
sangat berbeda bila digunakan dalam konteks yang berbeda. Ugkapan Apa
kabar? yang disampaikan ketika berpapasan dengan seorang teman bermakna
Halo. Tapi bila ungkapan itu disampaikan ketika mengunjungi teman yang sakit,
makna yang terungkap adalah kondisi kesehatan.

Jenis Makna
17

Ada tiga jenis makna, yaitu :
1. Makna Inferensial,yaitu makna satu lambang atau kata adalah objek.
Proses pemberian makna ini terjadi ketika kita menghubungkan lambang dengan
yang ditunjukkan lambang (disebut rujukan atau referent). Satu lambang dapat
menunjukkan banyak rujukan. Misalnya jari-jari dapat menunjukkan setengah
diameter, bagian dari roda sepeda, atau bagian dari tangan.
2. Makna yang kedua menunjukkan arti (significance) suatu istilah sejauh
dihubungkan dengan konsep-konsep yang lain.
3. Makna yang ketiga adalah makna intensional, yakni makna yang dimaksudkan
oleh seorang pemakai lambang. Makna ini tidak dapat divalidasi secara empiris
atau dicarikan rujukannya. Makna ini terdapat pada pikiran orang, dan hanya
dimiliki oleh dirinya saja.

17
Riswandi, Op.Cit., hal. 90-91.

14 | P a g e

P S I K O L O G I K O M U N I K A S I
KELOMPOK VIII
PSIKOLOGI PESAN
Dari perspektif psikologi, makna tidak terletak pada kata-kata, tetapi pada
pikiran orang atau pada persepsinya. Makna terbentuk karena pengalaman individu.
Kesamaan makna karena kesamaan pengalaman masa lalu atau kesamaan
struktur kognitif disebut isomorfisme. Isomorfisme terjadi bila komunikan-komunikan
berasal dari budaya yang sama, pendidikan yang sama, status sosial yang sama,
ideologi yang sama, dan seterusnya. Orang-orang dalam kelompok yang sama
bahkan sering mengembangkan kata-kata yang dimiliki secara khusus oleh
kelompok mereka saja. Dengan perkataan lain, setiap profesi mengembangkan
bahasanya sendiri.
Yang perlu ditekankan adalah bahwa isomorfisme total tidak pernah terjadi.
Kita semua menyimpan makna perseorangan, terutama kalau kita berbicara tentang
makna konotatif. Makna konotatif menunjukkan asosiasi emosional yang
mempengaruhi reaksi kita terhadap kata-kata. Misalnya kata-kata babu, pelayan,
pembantu, pramuwisma, mempunyai makna konotatif yang berbeda. Begitu pula
kata kuli, buruh, pegawai, dan karyawan. Kata demokrasi bermakna konotatif baik,
sedangkan diktatur bermakna konotatif jelek.
Kita sedapat mungkin menghindari kata-kata dengan konotasi negatif dan
menggantinya dengan kata-kata yang berkonotasi positif. Misalnya pejabat
melaporkan adanya daerah rawan pangan, tidak menyebutkan daerah kelaparan.
Bapak X tidak ditahan, akan tetapi diamankan. Putra ibu tidak bodoh, hanya
lambat belajar. Harga-harga tidak naik, hanya disesuaikan.
Alfred Korzybsky, seorang ahli bahasa mengemukakan pandangannya
tentang bahasa sebagai berikut :
18

1. Berhati-hati dengan abstraksi
Bahasa menggunakan abstraksi. Abtraksi adalah proses memilih unsur-unsur
realitas untuk membedakannya dari hal-hal yang lain. Ketika kita melakukan
kategorisasi, kita menempatkan realitas dalam kategori tertentu. Untuk membuat
kategori, kita harus memprhatikan hanya sebagian dari sifat-sifat objek.
Contoh : Buku; buku adalah kategoiri yang didasarkan pada kenyataan bahwa ia
adalah kumpulan kertas yang dijilid. Jadi buku yang ada pada anak SD, buku
anak SMP, buku di kantor, dan buku yang ada di perpustakaan.

18
Ibid., hal. 92.

15 | P a g e

P S I K O L O G I K O M U N I K A S I
KELOMPOK VIII
PSIKOLOGI PESAN
Kata-kata yang kita pergunakan berada padaa tingkat abstraksi yang bermacam-
macam. Semakin tinggi tingkat abstraksi kata, semakin sukar kata itu diverifikasi
dalam kenyataan, dan makin ambigu makna kata itu.
Contoh :
Ilham : adalah nama seorang pemuda - Tingkat Abstraksi : rendah.
Pekerjaan : Mahasiswa FIKOM - Tingkat Abstraksi : lebih tinggi.
Kelompok pendidikan
Pencari ilmu
Pria
Manusia
2. Berhati-hati dengan Dimensi Waktu
Bahasa itu statis, sedangkan realitas dinamis. Ketika Anda berekasi pada satu
kata, Anda sering menganggap makna kata itu masih sama. Lima tahun yang lalu
anda bertemu dengan Rini. Sekarang Anda membicarakan Dia seolah-olah
Anada membicarakan Rini yang lima tahun yang lalu. Padahal ia telah banyak
berubah.
3. Jangan Mengacaukan Kata dengan Rujukannya
4. Jangan Mengacaukan Pengamatan dengn Kesimpulan
Ketika melihat fakta, kita membuat pernyataan untuk melukiskan fakta itu.
Pernyataan itu kita sebut pengamatan. Kita menarik kesimpulan bila
menghubungkan hal-hal yang diamati dengan sesuatu yang tidak teramati. Dalam
pengamatan, kta menghubungkan lambang dengan rujukan. Dalam kesimpulan
kita menggunakan pemikiran.

F. Hambatan Penyampaian Pesan
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, bahwa penentuan makna sebuah
pesan melibatkan pemahaman atau pola pikir dan perasaan pelaku komunikasi. Hal
ini terkadang menyebabkan penyalahartian pesan dan bahkan makna pesan yang
diterima komunikan berbeda dari makna yang dimaksudkan oleh komunikator.
Berikut ini adalah hambatan dalam proses penyampaian pesan (komunikasi).
1. Technical Barrier (Hambatan Teknik)
Hambatan teknik terdiri dari beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu:

16 | P a g e

P S I K O L O G I K O M U N I K A S I
KELOMPOK VIII
PSIKOLOGI PESAN
a. Timing (Waktu). Waktu merupakan salah satu faktor pengiriman pesan yang
perlu mendapat perhatian. Seorang komunikator harus memikirkan kapan
waktu yang tepat untuk mengirimkan pesan agar pesan dapat tersampaikan
dengan baik kepada komunikan yang dimaksud.
b. Information Load. Information load atau muatan pesan perlu diperhitungkan
oleh komunikator. Pesan yang terlalu banyak dan mungkin bertentangan dalam
waktu bersamaan akan dapat menimbulkan kekacauan penerimaan pesan
pada komunikan dan justru membuat komunikan enggan untuk mengakses
informasi tersebut.
c. Cultural Difference. Perbedaan budaya atau kebiasaan di antara komunikan
dapat mempengaruhi ketersediaan komunikan dalam mengakses media
komunikasi yang ada. Oleh sebab itu, komunikator perlu memperhatikan media
habit (media yang biasa diakses) oleh komunikannya.
2. Language Barrier (Hambatan Bahasa)
Hambatan-hambatan bahasa dalam komunikasi kesehatan dapat berupa:
a. Language. Language berhubungan dengan bahasa pengantar atau bahasa
yang digunakan di dalam materi pesan. Perbedaan bahasa antara komunikator
dengan komunikan akan menyebabkan pesan tidak akan tersampaikan dan
diterima dengan baik oleh komunikan.
b. Vocabulary. Vocabulary atau kata-kata yang digunakan dalam komunikasi
berpengaruh pada bagaiamana komunikan dapat mengerti isi pesan yang
disampaikan. Pemilihan kata-kata dalam komunikasi kesehatan perlu
memperhitungkan karakteristik usia, tingkat pendidikan, sosial-ekonomi, dsb.
c. Somantic. Komunikator sebaiknya dapat memilih kata-kata yang tepat dalam
menyampaikan pesan agar materi pesan yang terdapat di dalam media tidak
memiliki arti yang berbeda (ambigu).
d. Jargon. Jargon adalah istilah-istilah tertentu dalam suatu bidang yang belum
umum dikenal luas oleh masyarakat. Komunikator sebaiknya mampu mengerti
istilah-istilah yang biasa digunakan dalam percakapan sehingga pesan lebih
mudah dimengerti.
3. Psychological Barrier (Hambatan Psikologi)
a. Information Filtering. Information filtering adalah suatu keadaan dimana pesan
awal yang disampaikan kepada satu pihak (komunikan) mengalami perbedaan

17 | P a g e

P S I K O L O G I K O M U N I K A S I
KELOMPOK VIII
PSIKOLOGI PESAN
isi dengan pesan yang sama ketika diteruskan kepada pihak lain oleh
komunikan yang pertama. Untuk menghindari hal tersebut maka, perlu
dipertimbangkan media yang sesuai agar pesan dapat disampaikan tanpa
mengubah isi pesan
b. Lacking Trust. Komunikasi dapat gagal diadopsi oleh komunikan apabila
komunikan tidak dapat menaruh kepercayaan kepada penyampai pesan. Untuk
mengantisipasi hal tersebut diperlukan pertimbangan tentang siapa yang
berhak atau dianggap pantas untuk menyampaikan pesan sehingga mendapat
perhatian dan penerimaan baik dari komunikan.
c. Pre-occupation. Pesan tidak akan sampai kepada penerima pesan jika si
penerima pesan sibuk dengan dirinya sendiri atau sibuk dengan kegiatannya
masing-masing. Oleh sebab itu, perlu diperhatikan kapan saat yang tepat
dalam menyampaikan pesan kepada penerima pesan sehingga pesan dapat
diterima dengan baik.
d. Hearing what we expect to hear. Pesan akan didengarkan oleh penerima
pesan apabila memang menjadi kebutuhan penerima pesan, tetapi jika pesan
tersebut bukan merupakan kebutuhan penerima pesan maka akan sulit untuk
didengarkan. Inilah alasan mengapa analisis masalah dan khalayak perlu
dilakukan sebelum melakukan proses komunikasi.
e. Perception set Different. Ketidakberhasilan komunikasi bisa terjadi karena
perbedaan persepsi antara komunikator dengan komunikan. Hal ini dipengaruhi
oleh beberapa faktor seperti pengalaman, tingka pendidikan, dan nilai/norma.
Dan hal ini tidak boleh diabaikan oleh pengelola program
f. Noise. Noise adalah gangguan yang terjadi pada saat pesan ditransmisikan
komunikator kepada komunikan. Noise dapat berupa gangguan situasi,
jaringan, alat, dsb.

G. Organisasi, Struktur, dan Imbauan Pesan
19

Organisasi Pesan
Aristoteles, dalam buku klasik tentang komunikasi De Arte Rhetorica,
menerangkan peranan taxsis dalam memperkuat efek pesan persuasive. Yang
dimaksud dengan taxsis adalah pembagian atau rangkaian penyusunan pesan. Ia

19
Jalaluddin Rakhmat, Op.Cit., hal. 290-297.

18 | P a g e

P S I K O L O G I K O M U N I K A S I
KELOMPOK VIII
PSIKOLOGI PESAN
menyarankan agar setiap pembicaraan disusun menurut urutan : pengantar,
pernyataan, argumen, dan kesimpulan. Pada tahun 1952, Beighley meninjau
kembali berbagai penelitian yang membandingkan efek pesan yang tersusun
dengan pesan yang tidak tersusun. Ia menemukan bukti yang nyata yang
menunjukkan bahwa pesan yang diorganisasikan dengan baik lebih mudah
dimengerti dari pada pesan yang tidak tersusun dengan baik.
Alan H.Monroe pada akhir tahun 1930-an menyarankan lima langkah dalam
penyusunan pesan, dan kemudian urutan ini disebut dengan motivated sequence :
1. attention (perhatian),
2. need (kebutuhan),
3. satisfaction (pemuasan),
4. visualization (visualisasi), dan
5. action (tindakan).
Jadi, bila anda ingin mempengaruhi orang lain, rebutlah lebih dahulu
perhatiannya, selanjutnya bangkitkan kebutuhannya, berikan petunjuk bagaimana
cara memuaskan kebutuhan itu, gambarkan dalam pikirannya keuntungan dan
kerugian apa yang akan diperolehnnya bila ia menerapkan atau tidak menerapkan
gagasan anda, dan akhirnya doronglah dia untuk bertindak.

Sturuktur Pesan
Bayangkan Anda harus menyampaikan informasi di hadapan khalayak yang
tidak sepaham dengan anda. Anda harus menentukan apakah bagian penting dari
argumentasi anda yang harus didahulukan atau bagian yang kurang penting.
Ataukah kita harus membiarkan hanya argument-argument yang menunjang kita
saja atau harus membicarakan yang pro dan kontra sekaligus.untuk menjawab
sekaligus pertanyaan yang pertama banyak penelitian telah dilakukan disekitar
konsep primacy-recency. Koehler et al. (1978:170-172), dengan mengutip Cohen,
menyebutkan kesimpulan penelitian tersebut sebagai berikut :
1. Bila pembicara menyajikan dua sisi persoalan (yang pro dan kontra), tidak ada
keuntungan untuk berbicara yang pertama, karena berbagai kondisi (waktu,
khalayak, tempat dan sebagainya) akan menentukan pembicara yang paling
berpengaruh.

19 | P a g e

P S I K O L O G I K O M U N I K A S I
KELOMPOK VIII
PSIKOLOGI PESAN
2. Bila pendengar secara terbuka memihak satu sisi argumen, sisi yang lain tidak
mungkin mengubah posisi mereka. Sikap nonkompromistis ini mungkin timbul
karena kebutuhan untuk mempertahankan harga diri. Mengubah posisi akan
membuat orang kelihatan tidak konsisten, mudah dipengaruhi dan bahkan tidak
jujur.
3. Jika pembicara menyajikan dua sisi persoalan, kita biasanya lebih mudah
dipengaruhi oleh sisi yang disajikan lebih dahulu. Jika ada kegiatan di antara
penyajian, atau jika kita diperingati oleh pembicara tentang kemungkinan
disesatkan orang, maka apa yang dikatakan terakhir akan lebih banyak
memberikan efek. Jika pendengar tidak tertarik pada subjek pembicaraan kecuali
setelah menerima informasi tentang hal itu, mereka akan sukar mengingat dan
menerapkan informasi tersebut. Sebaliknya, jika mereka sudah tertarik pada
suatu persoalan, mereka akan mengingatnya baik-baik dan menerapkannya.
4. Perubahan sikap lebih sering terjadi jika gagasan yang dikehendaki atau yang
diterima disajikan sebelum gagasan yang kurang dikehendaki. Jika pada awal
penyajian, komunikator menyampaikan gagasan yang menyenangkan kita, kita
akan cenderung dan memperhatikan dan menerima pesan-pesan berikutnya.
Sebaliknya, jika ia memulai dengan hal-hal yang tidak menyenagkan kita, kita
akan menjadi kristis dan cenderung menolak gagasan berikutnya, betapapun
baiknya.
5. Urutan pro-kontra lebih efektif daripada urutan kontra-pro bila digunakan oleh
sumber yang memiliki otoritas dan dihormati oleh khalayak.
6. Argumen yang terakhir didengar akan lebih efektif bila ada jangka waktu cukup
lama di antara dua pesan, dan pengujian segera terjadi setelah pesan kedua.

Imbauan Pesan (Message Appeals)
Bila pesan-pesan kita dimaksudkan untuk mempengaruhi orang lain maka kita
harus menyentuh motif yang menggerakan atau mendorong perilaku komunikan.
Dengan perkataan lain, kita secara psikologis mengimbau khalayak untuk menerima
dan melaksanakan gagasan kita. Dalam uraian kita yang terakhir ini, kita akan
membicarakan imbauan rasional, imbauan emosional, imbauan takut, imbauan
ganjaran dan imbauan motivasional.

20 | P a g e

P S I K O L O G I K O M U N I K A S I
KELOMPOK VIII
PSIKOLOGI PESAN
Imbauan rasional didasarkan pada anggapan bahwa manusia pada dasarnya
makhluk rasional yang baru bereaksi pada imbauan rasional, bila imbauan rasional
tidak ada. Menggunakan imbauan rasional artinya menyakinkan orang lain dengan
pendekatan logis atau penyajian bukti-bukti. Secara keseluruhan, imbauan rasional
belum dapat ditentukan efektivitasnya. Ini agak berbeda dengan imbauan emosional.
Imbauan emosional menggunakan pernyataan-pernyataan atau bahasa yang
menyentuh emosi komunikan. Harmann (1936) meneliti bahwa pesan yang
menggunakan imbauan emosional lebih berhasil daripada pesan-pesan rasional.
Bettinghaus (1973) menyarankan kepada kita hal-hal berikut ini untuk
membangkitkan emosi manusia :
1. Gunakan bahasa yang penuh muatan emosional untuk melukiskan situasi
tertentu.
2. Hubungkan gagasan yang diajukan dengan gagasan yang tengah populer atau
tidak populer.
3. Hubungkan gagasan dengan unsur-unsur visual dan nonverbal yang
membangkitkan emosi, misalnya meminta sumbangan untuk korban banjir
dengan menampilkan foto-foto yang melukiskan mereka.
4. Tampakkan pada diri komunikator petunjuk nonverbal yang emosional, misalnya
suara yang bergetar, air muka yang melankolis dan mata yang berlinang-linang.
Imbauan takut menggunakan pesan yang mencemaskan, mengancam, atau
meresahkan. Peneliatian melaporkan bahwa efektivitas imbauan takut bergantung
pada jenis pesan, kredibilitas komunikator, dan jenis kepribadian penerima.
Imbauan ganjaran menggunakan rujukan yang menjanjikan komunikan
sesuatu yang mereka perlukan atau yang mereka inginkan. Imbauan motivasional
menggunakan imbauan motif (motive appeals) yang menyentuh kondisi intern dalam
diri manusia. Kita dapat mengklasifikasikan motif pada dua kelompok besar : motif
biologis dan motif psikologis. Manusia bergerak saja didorong oleh kebutuhan
biologis seperti lapar dan dahaga, tetapi juga karena dorongan psikologis seperti
rasa ingin tahu, kebutuhan akan kasih sayang, dan keinginan untuk memuja.





21 | P a g e

P S I K O L O G I K O M U N I K A S I
KELOMPOK VIII
PSIKOLOGI PESAN


Untuk memahami dan mengetahui makna dari pesan yang disampaikan oleh
seorang komunikator, maka komunikan harus paham dengan psikologi pesan.
Sehingga, bagaimanapun dan apapun pesan yang disampaikan oleh komunikator
dalam kondisi tertentu, komunikan dapat menangkap isi pesan tersebut sesuai
dengan makna dan maksud yang diinginkan oleh komunikator. Tentunya untuk
pemahaman itu komunikan dan komunikator juga harus memahami bagaimana
pesan dalam bentuk verbal dan nonverbal.
Dalam psikologi pesan, muatan psikologi sebuah pesan yang disampaikan
oleh komunikator bukan terletak atau terkandung di dalam kata-kata yang
diucapkannya saja, melainkan ada pada pemahaman dan perasaan si komunikan
serta relasi sosial yang baik antara komunikator dan komunikan. Jadi, kekuatan
pesan bukan pada kerasnya suara yang diteriakkan oleh komunikator ataupun
kedudukan/status yang dimiliki para pelaku komunikasi.
Dalam komunikasi interpersonal yang dilakukan secara tatap muka, makna
dikirim oleh komunikator melalui pesan verbal dan noverbal. Secara terpisah, pesan
verbal lebih sesuai digunakan untuk menyampaikan fakta, ilmu, atau keadaan,
sedangkan pesan nonverbal lebih potensial untuk menyatakan perasaan.
Dalam tataran praktik, komunikator cenderung menggunakan kedua jenis
pesan itu secara berdampingan. Untuk menangkap makna yang disampaikan,
komunikan harus mengolah kedua jenis pesan dengan melibatkan pikiran dan
perasaannya. Oleh karena itu, makna yang diterima komunikan pada hakikatnya
merupakan hasil interaksi antara pesan verbal dengan pesan noverbal dan antara
kedua pesan itu dengan pikiran dan emosi komunikan.

BAB III. KESIMPULAN

iv | P a g e

P S I K O L O G I K O M U N I K A S I
KELOMPOK VIII
PSIKOLOGI PESAN


Buku
Devito, Joseph A. 2011. Komunikasi Antarmanusia, terj. Agus Maulana. Tangerang :
Karisma Publishing Group.
Rakhmat, Jalaluddin. 2011. Psikologi Komunikasi. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya.
Riswandi. 2013. Psikologi Komunikasi. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Internet
Bahasa Tubuh. www.id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_tubuh. (diakses : 23 Mei 2014).
Husin, Bahtiar. Psikologi Pesan. www.mrlungs.wordpress.com. (diakses : 23 Mei
2014).
Kohar, Abdullah. Definisi dan Unsur-Unsur Komunikas. www.jiwareformasi.
blogspot.com. (diakses : 23 Mei 2014).
Komunikasi. www.id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi. (diakses : 23 Mei 2014).
Mulyanto, Agus. Bahasa Sebagai Representasi Budaya. www.mulyanto.
blogdetik.com. (diakses : 24 Mei 2014).
Sharief, Felix. Komunikasi Verbal dan Non-Verbal. www.felixsharieff.
wordpress.com. (diakses : 23 Mei 2014).

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai