Anda di halaman 1dari 4

Bagus Pambudi 12/333451/TK/39792

Stefani Nikelia K 12/338730/TK/40257




Pengawet Asam benzoat
Asam benzoat, C7H6O2 (atau C6H5COOH), adalah padatan kristal berwarna putih dan merupakan asam
karboksilat aromatik yang paling sederhana. Nama asam ini berasal dari gum benzoin (getah kemenyan),
yang dahulu merupakan satu-satunya sumber asam benzoat. Asam lemah ini beserta garam turunannya
digunakan sebagai pengawet makanan. Asam benzoat adalah prekursor yang penting dalam sintesis
banyak bahan-bahan kimia lainnya.Asam benzoat pertama kali ditemukan pada abad ke-16. Distilasi
kering getah kemenyan pertama kali dideskripsikan oleh Nostradamus (1556), dan selanjutnya oleh
Alexius Pedemontanus (1560) dan Blaise de Vigenre (1596).Justus von Liebig dan Friedrich Whler
berhasil menentukan struktur asam benzoat pada tahun 1832. Mereka juga meneliti bagaimana asam
hipurat berhubungan dengan asam benzoat.Pada tahun 1875, Salkowski menemukan bahwa asam
benzoat memiliki aktivitas anti jamur.

Pembuatan secara industri
Asam benzoat diproduksi secara komersial dengan oksidasi parsial toluena dengan oksigen. Proses ini
dikatalisis oleh kobalt ataupun mangan naftenat. Proses ini menggunakan bahan-bahan baku yang
murah, menghasilkan rendemen yang tinggi, dan dianggap sebagai ramah lingkungan.
reaksi
Sintesis laboratorium
Laboratorium asam benzoat umumnya hanya dipraktekkan untuk tujuan pedagogi. Ia umumnya
diajarkan kepada mahasiswa universitas.Untuk semua metode sintesis, asam benzoat dapat dimurnikan
dengan rekristalisasi dari air, karena asam benzoat larut dengan baik dalam air panas namun buruk
dalam air dingin. Penghindaran penggunaan pelarut organik untuk rekristalisasi membuat eksperimen
ini aman. Pelarut lainnya yang memungkinkan meliputi asam asetat, benzena, eter petrolium, dan
campuran etanol dan air.

Dengan hidrolisis
Sama seperti nitril ataupun amida lainnya, benzonitril dan benzoamida dapat dihidrolisis menjadi asam
benzoat ataupun basa konjugatnya dalam keadaan asam maupun basa.
Dari benzaldehida

Disproporsionasi benzaldehida yang diinduksi oleh basa dalam reaksi Cannizzaro akan menghasilkan
sejumlah asam benzoat dan benzil alkohol dalam jumlah yang sama banyak. Benzil alkohol kemudian
dapat dipisahkan dari asam benzoat dengan distilasi.

Dari bromobenzena

Bromobenzena dapat diubah menjadi asam benzoat dengan karbonasi zat anatara fenilmagensium
bromida:

C6H5MgBr + CO2 C6H5CO2MgBr

C6H5CO2MgBr + HCl C6H5CO2H + MgBrCl

Dari benzil alkohol

Benzil alkohol dapat direfluks dengan kalium permanganat ataupun oksidator lainnya dalam air.
Campuran ini kemudian disaring dalam keadaan panas untuk memisahkan mangan dioksida, dan
kemudian didinginkan untuk mendapatkan asam benzoat.

Pembuatan secara historis
Proses industri pertama melibatkan reaksi antara benzotriklorida (triklorometil benzena) dengan
kalsium hidroksida dalam air, menggunakan besi sebagai katalis. Kalsiun benzoat yang dihasilkan
kemudian diubah menjadi asam benzoat dengan menggunakan asam klorida. Produk proses ini
mengandung turunan asam benzoat yang terklorinasi dalam jumlah yang signifikan

Kristalisasi asam glutamat
Proses isolasi dilakukan untuk memisahkan produk hasil fermentasi (HB/Hakko Broth). Dalam tahap
isolasi ini terdapat 4 proses, antara lain :

1. Asidifikasi
Proses asidifikasi juga disebut proses kristalisasi I. HB (Hakko Broth) dialirkan melalui heat exchanger
(HE) untuk menurunkan suhu broth dari 40C menjadi 25C ke dalam tangki kristalisasi I. Tangki tersebut
dilengkapi agitator untuk menghomogenkan konsentrasi H2SO4 yang ditambahkan.

Pada proses ini ditambahkan H2SO4, dibuat kondisi pH isoelektris, yaitu sekitar 3,2 3,4 pada HB
sehingga diperoleh konsentrat asam glutamat. Kesetimbangan ion yang terjadi pada kondisi isoelektris
menyebabkan menurunnya kelarutan dan terjadi kristalisasi.

2. Separasi I
Separasi dilakukan dengan alat Super Decanter Centrifuge (SDC). Dimana kristal asam glutamat yang
mempunyai berat jenis besar akan mendapat gaya yang lebih besar, sehingga akan terpisah ke tepi.
Sedangkan cairannya akan berada ditengah.

Hasil pemisahannya disebut GH (Glutamic Hakko) berupa asam glutamat dan larutan induk GM
(Glutamic Mother). Kemudian larutan GM yang masih mengandung sisa asam glutamat, sisa mikroba
serta sisa media fermentasi ini dievaporasi dengan Falling Film Evaporator (FFE) dua efek sampai total
solid kira-kira 30-40%, setelah dipekatkan cairan ini disebut didinginkan dengan cooling water (CW) dan
dipisahkan lagi dengan Super Decanter Sentrifuge (SDC).

3. Pencucian
Pencucian dilakukan pada kristal asam glutamat (GH) dengan cara penyemprotan air ke kristal asam
glutamat, dan laju air dijaga secara optimal agar menghindari hilangnya kristal asam glutamat.
Selanjutnya, larutan tersebut dipisahkan kembali dengan Super Decanter Sentrifuge (SDC) untuk
memisahkan kristal GH dari air sisa pencucian (GM). Kemudian pada GM yang masih mengandung asam
glutamat dalam jumlah cukup besar dipekatkan dan dievaporasi menggunakan Falling Film Evaporator
(FFE) tiga efek.

4. Pengubahan Kristal
Proses selanjutnya adalah mengubah bentuk kristal pada GH menjadi kristal . Tujuan pengubahan ini
adalah untuk mengurangi kandungan pengotor (impurities) yang terdapat pada kristal . Kristal
berbentuk prisma heksagonal pipih dan berukuran lebih kecil dari pada kristal dan juga kristal
memiliki kestabilan yang jauh lebih tinggi daripada kristal .

Proses pengubahan kristal ini dilakukan dengan cara pemanasan steam 80C. Pada kondisi temperatur
demikian kristal akan melarut dan terbentuk kristal . Kristal yang keluar masih bertemperatur tinggi,
oleh karena itu perlu didinginkan sampai 40-50C dengan cara mengalirkan air pendingin, proses ini
terjadi di tangki Transform Crystal Cooling (TCC).

5. Netralisasi
Tujuan dari netralisasi adalah menstabilkan molekul asam amino yang masih dipengaruhi pH yang asam,
dengan cara dinetralkan dengan NaOH 20% hingga mencapai pH 6,7 7,2 dan proses ini dilakukan pada
temperatur sekitar 90C. Demikian reaksinya :

C5H9O4N + NaOH C5H9O4NNa + H2O

Pada proses ini asam glutamat akan diubah menjadi Monosodium Glutamat cair yang disebut NL
(Neutral Liquor), kemudian NL menuju tahap purifikasi
Pembuatan garam dapur
Mula-mula air laut ditampung dalam suatu tambak, kemudian dengan bantuan sinar matahari dibiarkan
menguap. Setelah proses penguapan, dihasilkan garam dalam bentuk kasar dan masih bercampur
dengan pengotornya, sehingga untuk mendapatkan garam yang bersih diperlukan proses rekristalisasi
(pengkristalan kembali)
pembuatan gula putih dari tebu.
Batang tebu dihancurkan dan diperas untuk diambil sarinya, kemudian diuapkan dengan penguap
hampa udara sehingga air tebu tersebut menjadi kental, lewat jenuh, dan terjadi pengkristalan gula.
Kristal ini kemudian dikeringkan sehingga diperoleh gula putih atau gula pasir.

Anda mungkin juga menyukai