Anda di halaman 1dari 27

231

14. BEBERAPA HUBUNGAN ANTARA SIFAT BATUAN



14.1. Model Volumetrik suatu Sistem Persamaan Linier Untuk Komposisi Batuan
dan Penentuan Porositas

Model volumetric (model yang mempertimbangkan volume unsur penyusun
batuan) dapat dimulai dengan menghubungkannya definisi densitas dengan parameter lain.
Densitas batuan berpori adalah:
d = (1 -).d
m
+ .d
fluid
(14-1)
Atau biasanya untuk batuan dengan n komponen:

=
=
n
i
i i
d V d
1
.

=
=
n
i
i
V
1
1 (14-2)
dengan V
i
adalah volume fraksi, d
i
densitas komponen ke-i. Persamaan ini menunjukkan
bahwa nilai efek densitas batuan tidak ambigu ditentukan oleh densitas masing-masing
komponen dan volume fraksi masing-masing.
Dalam formulasi umum, nilai efektif sifat fisik diberikan oleh jumlahan perkalian
antara sifat X dengan volume fraksi V masing-masing komponen:

=
=
n
i
i i
X V X
1
.

=
=
n
i
i
V
1
1 (14-3)
Hubungan ini dan model volumetric valid untuk seluruh sifat scalar (contoh, densitas,
profil nuklir). Penerapan varaiasi sifat, berbentuk persamaan linier sistim (system of linier
equation), yang mana adalah bagian dasar dari algoritma dan strategi interpretasi beberapa
log.
Sebagai tambahan penentuan densitas dengan pengukuran densitas gamma-gamma-
densitas porositas neutron
N
(sebagai sifat skalar kedua) juga digunakan kedua bentuk
sistim ini dari persamaan linier:

=
=
n
i
i GG i GG
d V d
1
,
. (14-4)

=
=
n
i
i N i N
H V
1
,
. (14-5)
d
GG
adalah densitas yang diukur dengan instrumen gamma-gamma. Jika instrumen
dikalibrasi dengan menggunakan suatu material dengan perbandingan nomor atom (Z)
dengan massa atom (A) yaitu Z/A = 0.5, maka hubungan antara densitas gamma-gamma
d
GG
dan densitas massa d, didefinisikan oleh persamaan:
( )
( )
eff
eff
GG
A Z d
A Z
d d . . 2
5 . 0
. = = (14-6)
dengan (Z/A)
eff
adalah perbandingan efektif rata-rata batuan. Tabel 14.1 memperlihatkan
nilai rata-rata beberapa material.
N
adalah porositas neutron. Instrumen neutron-neutron
(atau neutron-gamma) membaca menurun perlahan dan bersifat menangkap radiasi neutron
pada batuan. Hidrogen jarang tinggi, profilnya menurun perlahan untuk neutron.
Komponen-komponen dengan kandungan hydrogen tinggi (air, minyak) mempunyai efek
232

dominan pada pengukuran ini. Instrumen-instrumen neutron karena memantulkan porositas
liquid-filed dalam formasi bersih. Pengaruh komponen gas (dengan konsentrasi hidrogen
relatif rendah ditentukan oleh liquid) dan mineral-mineral sebagian adalah kecil. Jika
mineral berisi hodrogen atau air dalam kisi-kisi kristal atau mempunyai bound water
maka, keadaan ini dengan cara yang sama pada flux neutron sebagai air bebas dalam pori-
pori. Hal ini disebabkan oleh efek neutron dari gypsum dan lempung.
Efek neutron dari komponen-komponen batuan digambarkan oleh indeks
hidrogen H. Untuk air murni H
fresh water
= 1, dengan kalibrasi instrumen. Seluruh material
yang lain berhubungan dengan nilai referensi ini. Maka indeks hidrogen beberapa material
adalah sebanding dengan air murni dengan respek terhadap respon neutron. Dalam praktek,
instrumen neutron biasanya dikalibrasi pada batu gamping berpori yang dijenuhkan oleh
air murni. Dengan kalibrasi ini, indeks hidrogen dari kalsit adalah nol.



Tabel XIV.1 memperlihatkan beberapa nilai rata-rata densitas, untuk lempung bernilai
relatif tinggi pada lapisan dalam dan batas air. Gipsum tidak berpori bernilai tinggi yang
dihasilkan oleh hydrogen dalam kisi-kisi kristal.
Untuk air dilarutkan NaCl (atau ion lain) menempati ruang dan karena itu
menurunkan densitas hydrogen dan indeks hydrogen (Table XIV.2).
H
solution
= 1 - 0.4.C
NaCl
(14-6)
dengan C
NaCl
adalah konsentrasi dalam ppm, pada temperatur 75
0
F = 24
0
C (Schlumberger,
1989). Untuk memperkirakan indeks hidrogen dari hidrokarbon cair (minyak bumi)
pengukuran relatif dari konten hidrogen pada air adalah:
9
1
16 2
2
2 2 2
*
O H O H O H
d d H =
+
= (14-7)
Tabel XIV.1.
233




Berat atom hydrogen dan karbon rata-rata 1 dan 12. Untuk hidrokarbon dengan rumus
n(CH
2
) adalah:
7
2
2 1 2
2
) ( ) (
*
) (
2 2 2
H C n H C n CH n
d d H =
+
= (14-8)
Indeks hidrogen dari hidrokarbon:
) ( ) (
* *
) (
*
) (
2 2 2 2 2
. 286 . 1
7
9
/
H C n H C n O CH CH n CH n
d d H H H = = = (14-9)
Densitas minyak 0.85, maka indeks hidrogen 1.09. Persamaan (14-25) untuk hidrokarbon
lebih berat (atau n lebih besar). Untuk hidrokarbon cerah (light) adalah >0.25 persamaan
menjadi H2.2.d (Schlumberger, 1989).
Indeks untuk hidrokarbon gas bergantung pada komposisi gas, tekanan dan
temperatur. Beberapa contoh pada Tabel XIV.3. Porositas neutron
N
untuk suatu poro-
pori,

sebagian batuan jenuh adalah:

N
=
.
H
fluid
+ (1 - ).H
matriks
(14-10)


porositas sebenarnya, H
matriks
: indeks hydrogen matriks, H
fluid
: indeks hodrogen pori
fluida. Untuk gas dan air perbandingan (bearing) batuan, H
fluid
adalah:
H
fluid
= H
w
.S
w
+ H
gas
(1 S
w
) S
w
(14-11)
Model volumetrik ini dan hubungan persamaan linier digunakan sebagai dasar variasi
metode interpretasi log untuk memperkirakan porositas dan jenis batuan (litologi)
Seringkali sonik log dan parameternya, waktu pindah t termasuk dengan waktu
liniear berhubungan rata-rata adalah:
t = (1 - ) t
ma
+ t
fluid
(14-12)
Atau bentuk umum untuk n komponen:
t =

n
i
ti Vi
1
. (14-13)
Walaupun sifat elastik (seismik) sebagai sifat tensorial, namun tidak dapat diketahui secara
eksak mengikuti model volumetrik sederhana yang tidak mempertimbangkan distribusi
ruang komponen-komponennya, bonding dan sebagainya.

Berikut ini beberapa model volumetrik:
Tabel XIV.2.
234

a. Litologi, atau identifikasi matrik dan penentuan porositas menggunakan dua
sifat terukur (logs)
Contoh pada gambar 14.1 grafik sonic neutron dihitung dengan sifat pada
tabel XIV.3.



Tiga batuan monomineral berpori (jenuh air) ditunjukkan 3 garis lurus dengan
suatu skala porositas yang linear. Bahan-bahan murni (kuarsa, kalsit, dolomit, dan air)
menentukan titik ujung garis ini. Untuk penerapan praktis, biasanya:
Bagian kiri (porositas di bawah 0,3) diplot dan
Kurva-kurva modifikasi empiris.
Beberapa kumpulan terukur dari travel time sonic dan porositas neutron
berhubungan dengan satu titik pada crossplot dan menentukan jenis batuan dan porsitas.
Tanda bintang pada gambar. 14.1 adalah suatu contoh (batu gamping dengan porositas
=0,10).

b) Litologi atau identifikasi matriks dan penentuan porositas menggunakan padatan
dari tiga sifat log terukur
Jika tersedia tiga log porositas (sonik, neutron dan densitas), crossplot simultan 3
dimensi menyatakan ketiganya. Burke, dkk., (1969) mendefinisikan 2 parameter M dan N.
M kombinasi sifat sonik dan densitas, N mengkombinasikan neutron dan sifat densitas .
Perhitungan maju didasarkan pada matrik-matriks yang diketahui dan sifat fluida, yaitu:
Tabel XIV.3.
Gambar 14.1.
235

M =
n GG m GG
m n
d d
t t


,
.100 (14-14)
N =
n GG m GG
m n
, d , d
H H

(14-15)
Menggunakan nilai matriks dan Fluida (contoh tabel XIV.2) parameter bebas
porositas M dan N dapat dihitung untuk berbagai jenis matriks dan diplot pada gambar
14.2. Versi kedua dua parameter yang digunakan untuk interpretasi
M =
n GG GG
, d d
t tn

.100 (14-16)
N =
n GG GG
N n
, d d
H


(14-17)
dengan t , d
GG
,
N
adalah nilai terukur dari log. Ini menentukan posisi titik profil terukur
atau pemotongan dalam plot M N dan memberikan estimasi litologi. Dengan mengikuti
langkah ini, porositas dapat dihitung berdasarkan pada penentuan jenis matriks dan
hubungan sifat matriks. Pasangan data M, N antara titik-titik matrik terhitung pada plot M-
N merepresentasikan matriks komposit(composit matrik).

c) Penyelesaian numerik dari sistem persamaan dalam estimasi litologi dan porositas
Langkah utama mengikuti gambaran terbaik oleh Doveton (1986) dari filosofi
metode ini, dasar-dasar fisika dan matematika dari metode aljabar matrik.
Untuk batuan berpori yang jenuh air dengan penyusun matriks, terdiri dari Kalsit
(c), dolomit (D), dan kuarsa atau chert (Q), masing-masing pada tabel XIV-3 adalah
d
GG
= 2.71 Vc + 2.87 V
D
+ 2.65 V
Q
+ 1.00 (14-18)

N
= 0.00 Vc + 0.02 Vb 0,02 V
Q
+ 1.00 (14-19)
t = 156 Vc + 143 V
D
+ 180V
Q
+ 620 (14-20)
dan persamaan kesetimbangan volum adalah
1 = V
C
+ V
D
+ V
Q
+ (14-21)
Gambar 14.2.
236

dengan V
C
, V
D
, dan V
Q
adalah fraksi volume dari komponen mineral. Sistem dari empat
sistem persamaan liniear dapat ditulis sebagai persamaan matrik
(
(
(
(

1
t
d
N
GG
=
(
(
(
(

00 . 1 00 . 1 00 . 1 00 . 1
620 180 143 156
00 . 1 02 . 0 02 . 0 00 . 0
00 . 1 65 . 2 87 . 2 71 . 2

(
(
(
(

Q
D
C
V
V
V
(14-22)

M = RV (14-23)
dengan M adalah matrik sifat terukur, R matrik respon dan V matrik respon, dan V matrik
fraksi volum dengan:
V = R
-1
M (14-24)
R
-1
= Invers koefisien matrik. Pada kasus ini persamaan matriks dalam bentuk diperluas
adalah :
(
(
(
(

Q
D
C
V
V
V
=
(
(
(
(


651 . 0 0004 . 0 70 . 0 05 . 0
78 . 20 0445 . 0 91 . 11 11 . 5
03 . 24 0216 . 0 02 . 3 63 . 7
74 . 45 0665 . 0 19 . 8 68 . 12
(
(
(
(

1
t
d
N
GG
(14-25)
Sistem dapat ditentukan jika
Jumlah log = jumlah komponen 1
Penggunaan teknik ini, komposisi sebarang bagian profil dapat diperoleh dengan
perkalian awal vektor kolom dari log yang terbaca dan yang satu oleh invers matrik
koefisien (Doveton, 1986). Dari dua dasar ini diperoleh arah yang penting:
1. Termasuk sifat penambahan dan hubungan persamaan liniear
Sifat-sifat ini ditentukan oleh teknik nuklir. Langkah pertama adalah mengukur profil
fotolistrik. Profil fotolistrik dikontrol oleh interaksi sinar gamma (gamma ray) dengan
material pada level energi rendah, dimana efek fotolistrik berada. Instrumen
berdasarkan pada respon dan tinggi (z = nomor atom) yang dapat digunakan untuk
menentukan batuan. Profil fotolistrik digambarkan oleh parameter P
e
(dalam
barn/elektron) atau U (dalam barn/cm
3
) pas liniear untuk U adalah
U =

=
n
i
i i
U V
1
. (14-26)
Tabel XIV.1 adalah beberapa nilai rata-rata U (barit bernilai tinggi). Metode lain
didasarkan pada teknik variasi spektoral dengan pemilihan elemen. Sistem persamaan
dihasilkan dalam log geokimia (Schlumberger), sebagaimana telah diterapkan untuk
menentukan komposisi mineral dari profil KTB (Draxter, 1990).
2. Pertimbangan dari kasus sistem underdetermined, (jumlah log < (jumlah komponen - l)
dan kasus sistem overdeterminan: (jumlah log) > (jumlah komponen l). Dalam
praktek, sistem overdetermined diselesaikan dengan kriteria eror minimum dari
penyelesaian akhir sebagai kemungkinan jawaban terbaik.
Langkah pertama, seluruh teknik ini menghendaki suatu bentuk model. Termasuk
pemilihan bentuk (formation), respon instrumen dan kendala fisika.

237

14.2. Model sederhana untuk patahan batuan (Defect model)
Pada bab sebelumnya dibahas model sederhana patahan batuan untuk menghitung
kecepatan Gelombang Elastis yang telah diperkenalkan dan diterapkan pada sifat-sifat
termal yang menghasilkan persamaan:
Kecepatan = (1 D )

.
m
(14-27)
Konduktivitas termal = (1 D).
m
(14-28)
dengan D adalah efek kerusakan seperti retakan kecil (microcrack) patahan dll. Pada kedua
sifat, indek m menunjukkan sifat bahan matrik padat yang tidak patah.
Penerapan dari model yang sama pada kedua sifat memberikan kemungkinan untuk
menurunkan hubungan antara keduanya hubungan bagian model (connectivity model part)
adalah parameter defect D (defect parameter D).
2 2
m
v
m
v

= (14-29)
atau
2
2
). (

m
v
m
= = A

.
2
(14-30)
artinya adalah sebagai hubungan defect pada batuan patahan, perbandingan antara
konduktivitas termal dengan kuadrat kecepatan gelombang elastik,

2
(14-31)
) (
2
m
v
v
m
A

= dikontrol oleh sifat matriks.



Gambar 14.3 memperlihatkan suatu contoh plot bilogaritmik konduktivitas termal
vs kecepatan. Pers. (14-30) dilukiskan berupa garis-garis lurus sejajar dengan slop 2 dan
Gambar 14.3.
238

parameter kurva A
x
. Beberapa nilai A

untuk beberapa macam mineral ditunjukkan pada


bagian atas sumbu axis. Data eksperimen untuk gneiss, schist, melaphyre dan basalt
disusun pada dua kelompok, yaitu:
A

= 0.09-0.13 = gneiss dan phyllite, rata-rata A

0.1
A

= 0.04-0.06 = basalt dan melaphyre, rata-rata A

0.045
Nilai A

untuk genis dan filit condong ke komponen terhadap mineral asam (kwarsa),
sedangkan basalt dan melaphyre condong ke komponen mineral basa. Pendekatan pertama,
dua persamaan sebagai korelasi antara konduktivitas termal dengan kecepatan gelombang
elastic 0,1
2
untuk gneiss dan phyllite dan 0,045 v
2
untuk basalt dan melaphyre.

14.3. Model dengan variabel struktur internal
Pada model dengan variabel struktur internal ditunjukkan dengan sudut struktur
Model ini diaplikasikan untuk sifat-sifat penting:
elastik,
termal, dan
listrik
Hubungan persamaan tersebut memperlihatkan arsitektur yang sama untuk menghitung
sifat makro (berhubungan dengan model atau batuan secara keseluruhan).
Macroproperty = f (microproperties, volume fraksi, struktur, bonding.)
Dalam hubungan umum ini, sifat-sifat mikro (contoh konduktivitas termal batuan) dari
mineral dihubungkan dengan sifat makro; hal ini juga betul untuk sifat bonding. Tetapi
fraksi volume dan struktur selalu mempunyai sifat-sifat yang sama antara lain, elastik,
listrik, termal dan sifat-sifat fisik lebih jauh. Karena itu fraksi volume dan struktur
berperan sebagai joint connection (penghubung) antara berbagai macam sifat fisik batuan.
Adalah menguntungkan dengan menggunakan parameter tidak berdimensi
(dinormalkan) untuk menurunkan prinsip korelasi. Sifat-sifat ini tediri dari microproperty
of dominant influence yaitu:
Untuk kecepatan gelombang elastik, kecepatan material matrik padat (
m
)
Untuk konduktivitas batuan, konduktivitas mat matrik padat (
m
)
Untuk konduktivitas batuan elektrik, konduktivitas pori-pori air (
w
=
-1
w)
dinormalkan dalam fraktur fromasi.

Gambar 14.4 memperlihatkan contoh plot kecepatan ternormalisasi,

P,norm
=
2
1
33
33
) , ( .
1
|
|

\
|
(

f S
G

(14-32)
Versus kondiktivitas termal ternormalisasi,

3, norm
=
|
|

\
|
s

3
(14-33)

239


Kecepatan ternomalisasi, pada kasus ini adalah gelombang longitudinal
(pergerakan vertikal) dalam batuan berpori kering. Termasuk di dalamnya efek prositas,
struktur internal, dan sifat bonding, besar nilai kecepatan sebenarnya untuk batuan adalah
perkalian dengan suatu faktor yang mengandung sifat-sifat matriks. Konduktivitas termal
ternormalisasi adalah konduktivitas batuan (atau model) dibagi dengan konduktivitas
material matrik padat.
Plot kurva memperlihatkan suatu jaringan dari dua keluarga kurva. (1) parameter
porositas, (2) struktur sebagai parameter. Ini berarti bahwa beberapa korelasi antara
kecepatan dan konduktivitas termal dikontrol oleh:
Porositas dan struktur internal (jaringan parameter)
Kontak atau sifat bonding (f=4 dan
e
/
s
= 0,5)
Grain dan sifat geometri pori (jaringan dihitung untuk
g
/
p
= 0,5)
Sifat matriks (faktor normalisasi)
Pada contoh di atas jaringan ini digunakan untuk suatu analisis of experimental results.

Gambar 14.5 menunjukkan plot terkonversi kurva kecepatan versus konduktivitas
termal oleh faktor empiris:

p
= (4.700 m/s).
p, norm
, = 2 (W/mK)
3,norm

Relatif rendah untuk
s
=2 (W/mK) disebabkan oleh kandungan lempung (clay). Data
eksperimen disusun dalam jaringan dan dalam range porositas. Penyebaran data dapat
diinterpretasi sebagai kombinasi pengaruh poristas dan perubahan struktur. Setiap titik
pengukuran dapat dihitung dengan persamaan pada bab 8.45 dengan p = air dan
menggunakan persamaan Biot Geerstamasmith untuk menghitung kecepatan pada batuan
yang jenuh air (dihitung dari kecepatan batuan kering)
Gambar 14.6 adalah contoh pada kasus ini. Konduktivtas termal dan kecepatan Gel
longitudinal ditentukan pada core (pusat) batuan sedimen tak terkonsolidasi dari lubang
bor di Danau Surich, Swiss. Perhitungan kurva memberikan suatu pendekatan yang baik
dan memperlihatkan bahwa struktur sedimen relatif konstan ( = 60
0
) tetapi porositas
berubah cukup signifikan (karena tekanan maksimum).

Gambar 14.4.
240





Gambar 14.5.
Gambar 14.6.
241

Dalam perbandingan dengan cara yang sama, dapat juga dihitung untuk
konduktivitas termal vs faktor formasi dan faktor formasi vs kecepatan. Gambar 14.7
sebagai contoh korelasi antara konduktivitas termal vs. faktor formasi. Suatu jala kurva
dengan porositas konstan dan kurva dengan sudut struktur konstan juga ada pada kasus ini.
Peng-grid-an diterapkan pada data eksperimen pada batu pasir Cambrian dengan
kandungan kuarsa relatif tinggi (69-87%). Penyebaran data dapat diinterpretasi sebagai
variasi porositas dan struktur. Nilai tinggi untuk
s
= 5,4 W/mK yang disebabkan oleh
kandungan kuarsa yang tinggi.


Seluruh perhitungan didasarkan pada model struktur dalam krosplot ternormalisasi.
Terdapat jaringan 2 keluarga kurva, (1) porositas, dan (2) sudut struktur. Hal ini berarti
bahwa korelasi dikontrol oleh:
Prositas dan struktur internal (parameter jaringan)
Kontak atau sifat bonding
Grain dan sifat geometri pori-pori, dan sifat matrik sebagai faktor normalisasi.

14.4. Hubungan Antar Sifat yang Ditentukan dengan Metode Geofisika dan Sifat
Geoteknik
Salah satu arah pengembangan dalam penerapan metode geofisika antara lain
dipusatkan pada problem geoteknik. Sebagai aplikasi, ada 2 pertanyaan besar yaitu:
Struktur atau arsitektur di bawah permukaan tanah (batas di bawah, patahan dll).
Sifat-sifat/ bentuk di bawah permukaan.
Dengan memperhatikan sifat-sifat di atas dapat dibedakan antara:
Gambaran umum atau klasifikasi batuan yang berhubungan dengan kelakuan
geotektonik (contoh, jenis batuan, derajat patahan, densitas, dll).
Estimasi langsung sifat-sifat geoteknik (modulus deformasi, sifat kekuatan).
Gambar 14.7.
242

Dalam prakteknya kombinasi metode geofisika dan geoteknik sangat
menguntungkan. Model bawah permukaan dalam bentuk fisik dapat diperoleh dengan
metode geofisika. Hal ini mengikuti definisi potongan bawah permukaan homogen. Maka
bagian-bagian yang jadi obyek studi dapat dipilih untuk pendetailan karakterisasi
geoteknik dengan tes geoteknik (di lokasi atau dengan sampel di laboratorium).
Perluasan pengukuran geofisika atau pengulangannya memberikan informasi
bernilai tentang perubahan sifatnya. Pengamatan pada subyek yang sama dalam waktu
yang berbeda dapat merubah informasi yang berbeda dilihat dari sifat kekuatan atau dalam
kasus penelitian lingkungan hidup, dan kandungan pori.
Korelasi langsung diantara sifat-sifat geofisika (misal kecepatan Resistivitas) dan
sifat-sifat geokimia (misal modulus deformasi) dapat dihubungkan dengan problem yang
sama dan didasarkan pada prinsip yang sama sebagai korelasi antara berbagai sifat
geofisika:
Sifat-sifat dari perbedaan fisik, sebagai contoh, tidak ada hubungan antara kecepatan
gelombang elastik dan kekuatan material batuan.
Kedua kelompok sifat bergantung kepada beberapa joint influencing parameters
parositas atau pecahan. Atas dasar ini maka, korelasi antara jenis batuan individu
diperoleh dan ini secara fisika masuk akal.
Dalam bagian berikut, 3 problem yang akan dibahas:
Karakterisasi batuan pecahan (fractured rocks)
Hubungan antara penentuan statistik dan penentuan dinamik sifat elastis.
Korelasi sifat-sifat bkekuatan dan sifat-sifat geofisika.
Diskusi ini menyangkut deskripsi sangat singkat masalah geoteknik. Pembahasan lebih
dalam diberikan dalam texbook dan literatur khusus tentang geomekanik.

Sifat patahan yang diperoleh dari pengukuran seismik
Hubungan frakture/retakan dan pecahan (cracks) dalam penurunan gelombang
seismik teori dasar fenomena ini dibahas di depan. Untuk mengetahui kekuatan pengaruh
retakan maka kecepatan gelombang elastik digunakan untuk pengukuran retakan.
Kofisien retakan dapat ditentukan oleh hubungan waktu rata-rata
akture
f solid

=
1 1
(14-34)
frecture solid
solid

= (14-35)
kecepatan batuan terukur,
solid
: kecepatan pada material matriks padat non-fractured.

fracture
: kecepatan dari retakan yang terisi fluida. Pengukuran defect (kerusakan)
diperkenalkan dengan D parameter defect/ kerusakan. Parameter ini merupakan parameter
utama retakan yang berpengaruh pada parameter geofisika (kecepatan, waktu
perambahan). Korelasi dengan parameter ini sulit digunakan dalam praktek geoteknik,
parameter demikian adalah frekuensi kejadian atau jumlah retakan per panjang (atau per
meter) dan indeks yang menunjukkan kualtias batuan (rock quality designation Indeks
RQD). Indeks RQD menggambarkan persentase inti batuan dalam setiap drill run
243

(pemboran) lebih dari 4 inchi (10.16 cm) terhadap keberadaan diskontinuitas, diskontinu
beberapa retakan mekanik atau patahan diberikan pada tabel XIV.4a. Kajian detail korelasi
antara parameter indeks RQD, jumlah retakan per meter, dan kecepatan Gelombang
longitudinal di daerah magma dan metamorfik Scandinavia dipublikasikan oleh Sjogren et
al (1979). Tabel XIV.4b adalah nilai rata-rata 3 parameter.

Gambar 14.8a dan 14.8b memperlihatkan ketergantungan siknifikan kecepatan
p
pada
kedua sifat geoteknik. Pada gambar 14.8c, parameter crack per meter dibandingkan
dengan defect parameter D. Kecepatan terukur (tabel IX.4b) dikonversi ke nilai D,
dimana kecepatan Material padat yang tidak retak diasumsikan m = 6000 m/s.
Menghasilkan korelasi antara parameter D dan log C (jumlah crack per meter)
D = 0.70 log C 0,123 (14-36)
Jamscikov. et.al (1985) dan Savic et.al (1969) menerapkan pengukuran kecepatan
untuk karakteristik retakan batuan. Hubungan antara kecepatan Gelombang Elastik dan
jumlah retakan per meter C juga ditemukan Idziak (1981) untuk batuan sedimen (gamping,
dolomit) pada Uppersilesian, Coal Basin, Polandia. Nilai C antara 3 -11 crack per meter.
Data eksperimen dicocokkan dengan persamaan regresi:

rock
=
m
(1 + a.C
m
)
-1
(14-37)
Untuk kecepatan gelombang kompresional atau longitudinal adalah:

p
= 770 (1 + 0.252 C.
3/2
)
-1
(14-38)
Dan untuk kecepatanGelombang shear (geser) atau transversal adalah:

s
= 4260 (1 + 0.245 C.
3/2
)
-1
(14-39)
King. et. al (1986) juga melaporkan pengukuran seismik untuk karakterisasi batuan
patahan (columnar jointed) dan dibahas efek ansiotropi pada kecepatan.


Tabel XIV.4b.
Tabel XIV.4a.
244





Modulus Statik dan Dinamis
Pada sifat elastis modulus elastis, yang dihubungkan dengan kecepatan Gelombang
Elastik dengan persamaan dapat diturunkan teori elastisitas klasik. Untuk medium
homogen isotrop ,
2
1
) 1 )( 2 1 (
1
.
(

d
E
p
(14-40)
2
1
2
1
) 1 ( 2
1
.
(

=
(

d
E
d
p
(14-41)
Gambar 14.8.
Tabel XIV.4b.
245

Dari persamaan di atas, parameter elastis E(modulus young), (modulus geser/ shear) dan
(poisson rasio) menunjukkan hubungan secara terpisah penentuan densitas batuan (d)
(contoh, oleh instrumen gamma-gamma densitas)
=
) 1 ( 2
2


= (14-42)
dengan
2
|

\
|
=
s
p
v
v

=
s
2
.d (14-43)

(

+
=


1
) 1 )( 2 - (1
.d. E
2
P
(14-44)
Parameter elastik yang lain dapat juga diperoleh, ditentukan dengan seismik atau
pengukuran ultrasonik pada frekuensi 10 Hz hingga MHz. Penentuan ini merupakan
pengukuran dinamik (dynamic measurement). Pengukuran dinamik berbeda dari metode
tes geoteknik. Pengukuran ini didasarkan pada keadaan statik atau quasistatik loading dan
pengukuran deformasi sebagai fungsi tekanan (definisi Hooke). Hubungan non linear
antara stress dan strain menurut Hk Hooke dalam bentuk diferensial untuk modulus Young
adalah:
d
dp
p E = ) ( (14-45)
Dimana modulus itu sendiri adalah fungsi tekanan. Dalam keteknikan, sifat deformasi
digambarkan oleh suatu bilangan moduli;
a. Tangen modulus, diukur pada tingkatan stres yaitu berapa persen fixed dari batas
kekuatan (50% dari kuat uniaxial).
b. Modulus rata-rata, ditentukan dari rata-rata slope kurva stress-strain yang lebih lurus.
c. Secant modulus, diperoleh dari gradien garis hubung origin ke beberapa persen fixed
dari batas uniaxial kuat kompresi pada kurva stres strain (50%).
Batuan alam memperlihatkan fenomena deformasi histerisis ada, dan tidak ada perbedaan
sebagai hasil deformasi non elastik. Modulus ditentukan dengan teknik statik yang sering
disebut modulus statik. Penentuan secara statis dari moduli penting untuk beberapa
perhitungan dalam geoteknik, mekanika tanah dan problem dasar. Hal ini dilakukan teknik
tes khusus pada disiplin ini. Pengukuran statis meliputi deformasi non elastik (misal:
kekentalan), maupun deformasi elastik. Pada umumnya, penentuan modulus statis lebih
rendah dari pada moduli dinamis dalam batuan riil. Hanya untuk material elastis ideal
kedua moduli adalah sama (gambar 14.9). Dari gambar tersebut diperoleh hubungan
sebagai berikut:
1. Modulus statis lebih kecil dari modulus dinamis
2. Bertambahnya perbedaan dengan patahan dan porositas, perbedaan yang sangat
tinggi terjadi pada batuan yang tidak terkonsolidasi.
3. Perbedaan berkurang dengan bertambahnya pembatasan stres.
Kecenderungan ini pada gambar 14.9 untuk nilai rendah dari modulus (ditunjukan oleh
batuan yang tidak terkonsolidasi atau patahan), kita menemukan perbedaan yang besar.
Untuk modulus bernilai tinggi (sebagai indikator untuk batuan kompak yang tidak
246

terganggu) perbedaannya kecil. Berikut ini diberikan beberapa perbandingan contoh pada
kedua modulus pada batuan beku, batuan sedimen yang tidak terkosolidasi dan batuan
lemah lainnya. Gambar 14.10 memperlihatkan prediksi trend dari gambar 14.9 dengan data
eksperimen.


Rasio bertambah dengan bertambahnya porositas crack. Kerusakan cenderung
mempengaruhi deformasi seluruh contoh batuan selama pengukuran statis terhadap
karakteristik perambatan gelombang ultrasonik selama pengukuran dinamis. Klosur
crack dengan bertambahnya tekanan akan menurunkan rasio. Sebuah perbandingan
hasil untuk batuan pasir Boise dipublikasikan oleh King (1970).
Gambar 14.11 memberikan gambaran pengukuran pada granit mikroline:
Kedua moduli berkurang dengan bertambahnya prositas crack, tetapi modulus statis
menunjukkan penurunan yang lebih kuat daripada modulus dinamis.
Karena itu rasio E
dyn
/E
stat
bertambah dengan bertambahnya porositas crak
Kekompakan relatif (patahan lemah) mempunyai moduli yang tinggi dan rasio
E
dyn
/E
stat
rendah tetapi batuan yang mempunyai moduli rendah dan rasio E
dyn
/E
stat

tinggi (d)

Gambar 14.9.
Gambar 14.10.
247



E
stat
vs E
dyn
diplot pada gambar 14.11c. Kurva menunjukkan korelasi linear sebagai
pendekatan pertama untuk fit data dimana E dalam Gpa; koefisien regresi 0,98. Sebagai
tambahan dan perbandingan, dalam gambar 14.11d adalah hubungan liniear empiris yang
diturunkan oleh King (1983) dari pengukuran 152 sampel batuan beku dan metamorf di
Canadian Shield.
E
stat
= 1.263 E
din
29,5 (14-46)
koefisien regresi 0.094. Dari persamaan (14-62) diperoleh rasio:
stat
stat
dyn
E
E
E
. 52 . 8 88 . 0 + = (14-47)
Perbedaan antara moduli statik dan dinamik cukup ekstrim pada batuan yang tidak
kuat. Deformasi pada rangka batuan menunjukkan modulus stiatik rendah. Moduli
merupakan sifat dasar dalam perhitungan mekanika tanah.
Tabel XIV.5 menunjukkan range rata-rata dua modulus Young. Pada gambar 14.12 nilai
tersebut diperoleh pada plot E
din
/E
stat
versus E
stat
. Penjelasan gambar 14.12 adalah;
Merupakan luas penyebaran dan nilai jangkauan untuk berbagai jenis batuan,
dihasilkan oleh variasi komposisi batuan, distribusi ukuran butir, bentuk butir,
kandungan uap air dan tekanan.
Nilai rata-rata rasio E
din
/E
stat
untuk batuan tidak kuat/lemah adalah 5 untuk batuan
nonkohesi dan 20 untuk batuan kohesi, 100-200 untuk lumpur halus dan material
aluvial.
Karena korelasi kuat antara kedua moduli tidak dapat diharapkan. Namun demikian,
suatu korelasi adalah kenyataan bahwa kedua moduli bergantung pada porositas dan
memperlihatkan kesamaan yang menaik terhadap ketergantungan pada tekanan.
Tekanan tergantung pada kecepatan sehingga diperoleh:

m
o
p
p
|
|

\
|
= .
0
(14-48)
Gambar 14.11.
248


Maka diperoleh, persamaan modulus dinamik,
m
o
dyn dyn
p
p
E E
2
0 .
.
|
|

\
|
= (14-49)
Persamaan untuk modulus statis
n
o
stat stat
p
p
E E
|
|

\
|
= .
0 .
(14-50)
Eksponen n bergantung pada jenis batuan dan sama dengan eksponen untuk modulus
dinamik, kecenderungan meningkat dari pasir ke lempung.
Gorjinov dan Ljachowickij (1979) menentukan modulus Young statik dan dinamik
dari pengukuran Seismik dangkal dan uji mekanika tanah pada kedalaman hingga 10 m
dan menerapkan linier regresi pada data yang sama dengan persamaan 10.62 sehingga
diperoleh :
E
stat
= a E
dyn
+ b (14-51)
Beberapa nilai rata-rata koefisien a dan b pada tabel XIV.6.



Gambar 14.12.
Tabel XIV.5.
Tabel XIV.6.
249

14.5. Korelasi antara sifat-sifat geofisika dan sifat kekuatan batuan
Sifat kekuatan batuan penting dalam menghitung kestabilan konstruksi tanah dan
batuan, kemiringan alami, proses penggalian dan pemboran. Kriteria kegagalan penelitian
diukur dari kegagalan proses dan penentuan karakter parameter sebagai subyek penelitian
dan penerapan pada mekanika tanah dan batuan. Menurut Coloumb, Shear Stress
menyebabkan perubahan pada bidang (Gambar 14.13) berlawanan dengan kohesi c dari
material dan oleh parameter dari stress normal pada bidang. Kriteria ini memberikan
persamaan:
= .
n
+ c (14-52)
Dengan : shear stress,
n
= stress normal menyilang bidang, c: kohesi dan : koefisien
gesekan internal, dengan sudut gesek internal .
= tan (14-53)
Komponen stress utama (principal stress),
3
sumbu stress utama
1
=
2
stress utama
radial) adalah:

1
=
3
tan
2
(45-/2) 2c tan (45-/2) (14-54)

Pada kurva versus
n
, bentuk ini adalah kriteria Mohr yang menghasilkan lingkaran
(Mohrs Circles) dengan amplop sebagai grafik failure criterion (daerah failure diatas
garis). Tabel XIV.7 adalah nilai rata-rata dan c beberapa material.

Sifat kekuatan batuan bergantung pada:
Jenis bonding (ikatan) dan kualitas partikel padat (ikatan padat dalam kasus batuan
beku, sementasi pada sedimen kuat, kohesi pada lempung, pecahan pada sedimen
lemah tanpa kohesi yaitu pasir dan gravel).
Struktur internal batuan dari kerangka batuan .
Gambar 14.13.
Tabel XIV.7.
250

Untuk beberapa problem praktis, uniaxial compressive strength digunakan. Parameter
kekuatan ini didefinisikan sebagai kuat sumbu (
3
), dari sampel silinder dengan
1
=
2
=
0, maka pesamaan (14-54) menjadi
)
2
45 tan(
2
= =
c 3

c
(14-55)

Tabel XIV.8 adalah nilai rata-rata
c
beberapa batuan.


Klasifikasi teknik batuan utuh (tidak rusak) didasarkan pada kuat c (tabel XIV.9)

Sifat kekuatan batuan beku, metamorf dan sedimen kuat di pengaruhi oleh patahan dan
porositas. Rshewski dan Novik (1978) merekomendasikan persamaan liniear dalam
bentuk,

c
= a . (1 - b.)
2
(14-56)
Untuk batu gamping diperoleh a 277 MPa dan b antara 2 dan 5.
Tabel XIV.8.
Tabel XIV.9.
251

Batuan sedimen lemah memilik nilai kekuatan paling kecil, untuk sedimen tidak
kohesif (pasir dan gravel) kekuatannya dikonrol oleh friksi pada kontak antar butiran.
Koefisien friksi internal antara 0,5 1 (Kezdi, 1964) dan kohesi hanya untuk kasus saturasi
parsial sebagai hasil gaya kapilaritas. Koefisien friksi bergantung pada bentuk butiran dan
porositas (Feda, 1982). Gambar 14.14 mendemonstrasikan pengaruh porositas pada
koefisien friksi internal pada pasir.

Hubungan uji eksperimen ini, Lundrgen (1960) menurunkan persamaan empiris untuk
sudut friksi internal gravel dan batu pasir termasuk pengaruhnya.
= 36 +
1
+
2
+
3
+
4


(14-57)
dengan,

1
: +1
0
untuk butiran bersudut hingga -6
0
C untuk grain bulat

2
: 0 untuk batu pasir, + 1
0
untuk gravel halus, +2
0
untuk medium dan coarse gravel.

3
: -3
0
C untuk penyebaran ukuran butiran yang sama dan +3
0
penyebaran ukuran butiran
yang tidak sama.

4:
-6
0

untuk packing bebas/longgar 0
0
medium dan +6
0
untuk packing tebal. Untuk
batuan lemah kohesif (lempung), kekuatannya dikontrol terutama oleh kosiasi. Nilainya
antara sekitar 10
-3
Mpa untuk lempung laut halus dan 1 Mpa untuk lempung kuat,
Besarnya tergantung pada derajat konsolidasi, kandungan air, dan konsistensi.

Korelasi
Sifat-sifat seperti porositas, jenis bonding, kandungan air dan lainnya berpengaruh
pada kecepatan kecepatan gelombang elastik dan sifat kekuatan. Korelasi antara kecepatan
gelombang dan sifat kekuatan didasarkan pada kenyataan ini. Sebagaimana dalam kasus
moduli statik dan dinamik, kekomplekan pengaruh dan ketergantungan merupakan
perbedaan dasar antara dua sifat fisis yang menyebabkan penyebaran data secara luas dan
ketidakpasian yang tinggi dalam memperoleh korelasinya.
Gambar 14.15 memeperlihatkan satu contoh korelasi antara kekuatan kompresif
uni-axial dan kecepatan gelombang longitudinal. Untuk sampel batu pasir, persamaan
linier regresi (Freyburg, 1972):

c
= 0.035,
p
3.15 (14-58)
dengan
p
dalam m/s dan
c
dalam MPa.
Gambar 14.14.
252


Beberapa contoh hubungan empirik antara kecepatan gelombang seismik (km/s) dan kuat
kompresi uniaxial (Mpa) adalah:
Gorjainov dan Ljachovikij (1979) memperoleh hubungan polimonial pada batuan
Sandy dan Shall:

c
= - 0.98
p
+ 0.68
p
2
+ 0.98 (14-59)
Untuk batu gamping, Militzer dan Stoll (1973)

c
= 2.45
p
1.82
(14-60)
Golubev dan Robinovich (1976) dan logaritma
Log
c
= 0.358
p
+ 0.283, batu gamping (14-61)
Log
c
= 0.444
p
+ 0.283, sekis (14-62)
McNally (1987) mengkaji hubungan antara kekuatan kompresi uniaxial dan waktu
perlambatan yang diukur dengan instrumen sonic log. Untuk batu pasir dengan butiran
halus sampai medium dari formasi Creeck Jerman (Queensland, Australia) diperoleh
hubungan pada 142 sampel dengan koefisien korelasi 0,91. untuk
c
dalam MPa dan v
dalam s/ ft. Konversi nya adalah,
|
|

\
|
=
p
c

11200
exp 1227 (14-63)
data eksperimen diperlihat pada gambar 14.16

Gambar 14.15.
Gambar 14.16.
253


Fjaer (1995) menyelidiki korelasi antara kecepatan gelombang shear atau modulus
shear dinamik dan kuat shear pada batu pasir alam dan sintetik (gambar 14.17).


Dalam praktek beberapa parameter penambahan untuk
c
digunakan sebagai
karakterisasi sifat mekanik. Uji Schmidt-Hammer adalah metode sederhana.
Untuk batuan lemah, nilai N sering ditentukan dengan Uji Penetrasi standar untuk
memperoleh nilai indeks formasi kekerasan dan perbandingan kapasitas. Nilai N adalah
jumlah pukulan palu (berat palu 63.5 kg, panjang tangkai 75 cm) diperlukan untuk
penetrasi 30 cm ke dalam formasi batuan. Kompresi siesmik dan kecepatan Gelombang
Shear pada tanah (aluvial, diluvial, tersier) dan dibandingkan hasilnya dengan uji nilai-N.
Dari 756 nilai pengukuran, korelasi siknifikan hanya pada kecepatan gelombang shear
diperoleh,

s
= 89.8 N
0,341
(m/s) (14-64)
Suayama et al (1984) juga mengukur kecepatan seismik (menggunakan refleksi
gelombang SH dan metode VSP) pada tanah alluvial (Japan) dan membandingkan hasilnya
dengan uji nilai-N (Gambar 14.17, dan 14.18). Dari 1654 nilai pengukuran, korelasi
siknifikan (koefisien korelasi pada r=0,868) diturunkan hanya untuk kecepatan gelombang
shear, yaitu

s
= 97.0 N
0.314
(14-65)
Hasil perbandingan oleh Davis (1989) untuk lempung Oxford diperoleh:

s
= 78,52 N
0.321
(14-66)
Korelasi yang siknifikan untuk batuan lemah antara sifat mekanik N dan sifat siesmik
hanya pada gelombang shear. Hal ini disebabkan oleh ketergantungan yang kuat kedua
parameter pada rock skeleton properties (sifat rangka batuan). Kecepatan gelombang
kompresi dominan dikontrol oleh sifat fluida pori-pori.



Gambar 14.16.
254



14.6. Model yang disarankan
Berdasarkan uji model sederhana pada patahan batuan diperoleh bentuk umum
hubungan antara kecepatan dan kekuatan kompresi uniaxial. Secara obyektif tidak
diperoleh solusi numeris yang eksak, tetapi sebuah formulasi dasar keterhubungan sebagai
dasar model yang disarankan.
Asumsi bahwa kekuatan material dikontrol oleh bagian material tanpa defect
diperoleh hubungan sederhana untuk model:

c
=
c,m
(1 - D) (14-67)
dengan
c,m
kuat material matrik utuh (tidak rusak). Hubungan antara kekuatan dan
kuadrat kecepatan adalah,
2
v
2
2
. A
p
cm
p C
v
m
v

= = (14-68)
A =
c,m
/
m
2
dikontrol sifat material matriks. Gambar 14.19 memperlihatkan hubungan
antara persamaan di atas dengan perbandingan
c
v
2
dan data eksperimen.
Gambar 14.17.
Gambar 14.18.
255






14.7. Catatan tentang perubahan parameter fisik dihubungkan dengan proses
kerusakan.
Kerusakan berhubungan dengan perubahan dalam batuan. Sebelum dan setelah
kerusakan, merupakan subyek kajian tentang proses kerusakan dan juga merupakan
problem dalam memprediksi terjadinya gempa bumi. Walaupun banyak permasalahan dan
terbuka pertanyaan dalam banyak pengamatan eksperimen, memperlihatkan perubahan
sebelum adanya kerusakan (pre failure changes).

p
/
s

Resistivitas jenis
Emisi radon
Pada analisis model struktur internal merupakan suatu cara interpretasi perubahan
berhubungan yang dengan tekanan uniaxial pada sampel patahan mikro didasarkan pada
plot v
p
/v
s
versus v
s
.
Volarich dan Budnikov (1979) meneliti perubahan kecepatan gelombang kompresi
dan Shear selama ekperimen tekanan uniaxial pada blok plagiogranit dan gneiss.
Kecepatan teramati diplot pada gambar 14.20 dalam v
p
/ v
s
versus v
s
. Pada fase sebelum
kerusakan, perubahan dominan dari struktur dan bonding. Struktur dapat berubah pada
arah utama sistem patahan aktif (direction of active fracture systems) di bawah kondisi
stres. Perubahan bonding dengan bertambahnya nilai parameter f dapat diinterpretasi
sebagai hilangnya hubungan mekanik (loss of mechanical connection) antara butiran dan
mineral sepanjang patahan dan kerusakan lainnya. Fenomena ini kemungkinan
berhubungan dengan dilatasi (pergeseran). Contoh ini menunjukkan bahwa konsep suatu
model termasuk struktur dan bonding dapat memenuhi untuk analisis fenomena kerusakan.
Observasi seismologi kecepatan gelombang tranversal dan longitudinal (gambar 14.21a)
pada period 11 tahun, diplot pada gambar 14.21b dan 14.21c. Dari gambar tersebut
Gambar 14.19.
256

diperlihatkan tipe loop untuk gempa bumi. Loop yang lebih kecil berhubungan dengan
magnitude rendah pada tahun 1964 dan loop besar adalah gempabumi San Fernando pada
tahun 1971. Perubahan tahanan listrik dapat juga diinteprestasi karena adanya perubahan
orientasi patahan aktif utama dengan jenis model ini (Schon, 1983).





Gambar 14.21.
Gambar 14.20.
257

DAFTAR PUSTAKA

1. Husein, S. 2009. Handout Geologi Dasar. Jurusan Teknik Geologi, UGM.

2. Schn, J.H., (1998), Physical properties of rocks, fundamentals and principles of
petrophysics., Handbook of geophysical exploration, Section 1, Seismic
exploration, Pergamon, Netherland.

3. Sismanto, 2003. Estimasi Permeabilitas Reservoar Batupasir Tebal dan Homogen
dengan Menggunakan Analisis Atenuasi Inelastik Data Seismik. Disertasi, Institut
Teknologi Bandung. Bandung.

Anda mungkin juga menyukai