Anda di halaman 1dari 7

1

PEMERIKSAAN SARAF HYPOGLOSUS



ANATOMI DAN FISIOLOGI
Saraf XII mengandung serabut somato- motorik yang menginervasi otot ekstrinsik
dan otot intrinsik lidah. Fungsi otot ekstrinsik lidah ialah menggerakkan lidah, dan
otot intrinsik mengubah bentuk lidah. Inti saraf ini menerima serabut dari korteks
traktus piramidalis dari satu sisi, yaitu sisi kontralateral. Dengan demikian ia
sering terkena pada gangguan peredaran darah di otak (strok), misalnya di korteks
dan kapsula interna
(1,2)
.


2




3

PEMERIKSAAN
Inspeksi: minta penderita membuka mulut dan perhatikan lidah dalam keadaan
istirahat dan bergerak. Dalam keadaan istirahat kita perhatikan besarnya lidah,
kesamaan bagian kiri dan kanan, dan adanya atrofi. Apakah lidah berkerut? Pada
lesi perifer didapatkan atrofi dan lidah berkerut. Selain itu apakah sikap lidah
mencong? Bila lidah digerakkan atau dijulurkan, perhatikan apakah julurannya
mencong. Pada parese satu sisi, lidah dijulurkan mencong ke sisi yang lumpuh.
Pada lesi nervus VII kita mendapatkan kesukaran dalam menentukan apakah lidah
dijulurkan secara mencong. Hal ini disebabkan karena posisi mulut yang mencong
pada kelumpuhan nervus VII. Untuk mempermudah, sudut mulut perlu diangkat
dan setelah itu baru lidah disuruh julurkan. Cara lain: kita dapat memakai garis
diantara kedua gigi seri (insivius) atas sebagai patokan, sebab garis ini biasanya
terletak di tengah. Selain itu, adakah tremor, fasikulasi dan gerakan yang tidak
terkendali pada lidah.
Tremor lidah dapat dijumpai pada pasien yang sakit berat (lemah), demensia
paralitika, dan intoksikasi. Kadang- kadang kita sulit membedakan antara tremor
dan fasikulasi, terlebih lagi pada lidah yang terjulur. Untuk memudahkan
pembedaannya, lidah diistirahatkan pada dasar mulut. Pada keadaan ini, tremor
biasanya berkurang atau menghilang. Pada atetose didapatkan gerakan yang tidak
terkendali. Lidah sulit dijulurkan atau hal ini dilakukan dengan sekonyong-
konyong dan kemudian tanpa terkendali ditarik secara mendadak.
Jika terdapat kelumpuhan pada dua sisi, lidah tidak dapat digerakkan atau
dijulurkan. Terdapat disartria (cadel, pelo) dan kesukaran menelan. Selain itu,
juga didapatkan kesukaran bernafas, karena lidah dapat terjatuh ke belakang,
sehingga menghalangi jalan nafas.
Untuk menilai tenaga lidah kita suruh penderita menggerakkan lidahnya ke segala
jurusan dan perhatikan kekuatan geraknya. Kemudian penderita disuruh menekan
lidahnya pada pipinya. Kita nilai daya letaknya ini dengan jalan menekankan jari
kita pada pipi sebelah luar. Jika terdapat parese lidah bagian kiri, lidah tidak dapat
ditekankan ke pipi sebelah kanan, tetapi ke sebelah kiri dapat.
(1,2)

4

GANGGUAN PADA N XII DAN PENYEBABNYA
Lesi nervus XII dapat bersifat supranuklir, misalnya pada lesi di korteks atau
kapsula interna, yang dapat disebebkan oleh misalnya pada stroke. Dalam hal ini
didapatkan kelumpuhan otot lidah tanpa adanya atrofi dan fasikulasi. Pada lesi
nuklir didapatkan atrofi dan fasikulasi, hal ini dapat disebabkan oleh siringobulbi,
ALS, radang, gangguan peredaran darah, dan neoplasma. Pada lesi infranuklir
didapatkan atrofi. Hal ini dapat disebabkan oleh proses di luar medulla oblongata,
tetapi masih di dalam tengkorak, misalnya trauma, fraktur dasar tulang tengkorak,
meningitis, atau dapat juga oleh kelainan yang berada di luar tulang tengkorak,
misalnya abses, atau dislokasi vertebra servikalis.
(3,4)









5

MANIFESTASI KLINIS
Lesi pada satu nervus hipoglosus akan akan memperlihatkan di sisi pipi lateral:
1. Separuh lidah yang menjadi atrofis, dengan mukosa yang menjadi longgar
dab berkeriput. Mungkin pula akan tampak fibrilasi pada otot-otot lidah
yang atrofis.
2. Bila lidah itu dijulurkan keluar akan tampak bahwa ujung lidah itu
memperlihatkan deviasi ke sisi yang sakit. Deviasi ujung lidah ke sisi yang
sakit timbul karena kontraksi M. genioglussus di sisi kontralateral (bila M.
genioglossus kanan dan kiri berkontraksi dan kedua otot itu sama kuatnya,
maka lidah itu akan dijulurkan lurus ke depan, Bila satu otot adalah lebih
lemah dari yang lainnya, maka akan timbul deviasi dari ujung lidah ke sisi
otot yang lumpuh).
3. Di dalam mulut sendiri akan tampak bahwa ujung lidah itu mencong ke
sisi yang sehat. Keadaan ini timbul karena tonus otot-otot lidah di sisi
yang sehat adalah melebihi tonus otot-otot lidah di sisi yang sakit.
4. Motilitas lidah akan terganggu sehingga di sisi yang sakit misalnya akan
tampak ada sisa-sisa makanan di antara pipi dan gigi-geligi.
5. Karena lidah berperanan dalam mekanisme menelan dan artikulasi, maka
gejala-gejala kelumpuhan paralysis nervus hipoglosus berupa sukar
menelan dan bicara pelo.
(1,4)

Nervus hipoglosus mungkin mengalami lesi sendiri-sendiri terlepas daripada yang
lainnya, tetapi dapat pula mengalami gangguan bersama, misalnya parese nervus
hipoglosus, parese nervus asesorius, parese nervus vagus, dan parese nervus
glosofaringeus.
(4)




6

DIAGNOSIS
Diagnosis parese nervus hipoglosus ditegakkan dengan anamnesis serta gejala
kinis yang ada, anamnesis mengenai ada tidaknya riwayat trauma kapitis
(sebagaimana telah dijelaskan diatas bahwa trauma kapitis dapat menyebabkan
traksi pada nervus hipoglosus sehingga terjadi parese pada nervus hipoglosus)
atau fraktur basis kranii.
Ananmesis yang lain yang tentunya akan mengarahkan kita kepada riwayat-
riwayat penyakit ataupun tumor yang secara lansung ataupun tidak langsung akan
menyebabkan parese nervus hipoglosus.
Untuk mengetahui gejala-gejala atau manifestasi yang ditimbulkan oleh parese
nervus hipoglosus, dapat dilakukan pemeriksaan nervus hipoglosus dengan cara:
Menyusuh pasien menjulurkan lidah lurus-lurus, kemudian menarik dan
menjulurkan lagi dengan cepat.
Lidah kemudian disuruh bergerak ke kiri dan ke kanan dengan cepat
kemudian menekankan pada pipi kiri dan kanan sementara pemeriksa
melakukan palpasi pada kedua pipi untuk mengetahui/merasakan kekuatan
lidah.
Pada lesi bilateral gerakan lidah kurang lincah
Pada lesi unilateral lidah akan membelok ke sisi lesi saat dijulurkan dan
akan membelok ke sisi yang sehat saat diam di dalam mulut.
Lesi N. hipoglosus tipe LMN aksonal atropi.
Lesi N. hipoglosus tipe LMN nuklear atropi dan fasikulasi.
Paralisis N. hipoglosus sukar menelan dan bicara pelo.
(1,2,4)




7

DAFTAR PUSTAKA


1. Mardjono M, Sidharta P. Sarafotak dan Patologinya. Dalam: Neurologi Klinis
Dasar. Penerbit PT. Dian Rakyat. Jakarta. 2000: 114 82.
2. Judana A, Santoso D, Kusumoputro S. Saraf saraf Otak. Dalam: Pedoman
Praktis Pemeriksaan Neurologi. Penerbit Bagian Neurologi Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 1978: 10 21.
3. Lumbantobing, S. Neurologi Klinik. Penerbit Bagian Neurologi Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 1998: 84-85
4. Prof. Dr. I. Gusti Ng. Gd. Ngoerah. Nervi Kranialis. Dalam: Dasar-Dasar
Ilmu Penyakit Saraf. Penerbit Universitas Airlangga. Surabaya. 1990: 103
130.

Anda mungkin juga menyukai