0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
149 tayangan7 halaman
Berbagai kasus pencemaran lingkungan dan memburuknya kesehatan masyarakat yang banyak terjadi dewasa ini diakibatkan oleh limbah cair dari berbagai kegiatan industri, rumah sakit, pasar, restoran hingga rumah tangga. Hal ini disebabkan karena penanganan dan pengolahan limbah tersebut kurang serius.
Berbagai kasus pencemaran lingkungan dan memburuknya kesehatan masyarakat yang banyak terjadi dewasa ini diakibatkan oleh limbah cair dari berbagai kegiatan industri, rumah sakit, pasar, restoran hingga rumah tangga. Hal ini disebabkan karena penanganan dan pengolahan limbah tersebut kurang serius.
Berbagai kasus pencemaran lingkungan dan memburuknya kesehatan masyarakat yang banyak terjadi dewasa ini diakibatkan oleh limbah cair dari berbagai kegiatan industri, rumah sakit, pasar, restoran hingga rumah tangga. Hal ini disebabkan karena penanganan dan pengolahan limbah tersebut kurang serius.
Berbagai kasus pencemaran lingkungan dan memburuknya kesehatan masyarakat yang banyak terjadi dewasa ini diakibatkan oleh limbah cair dari berbagai kegiatan industri, rumah sakit, pasar, restoran hingga rumah tangga. Hal ini disebabkan karena penanganan dan pengolahan limbah tersebut kurang serius. Berbagai teknik pengolahan limbah baik cair maupun padat unutk menyisihkan bahan polutannya yang telah dicoba dan dikembangkan selama ini belum memberikan hasil yang optimal. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka diperlukan suatu metode penanganan limbah yang tepat, terarah dan berkelanjutan. Salah satu metode yang dapat diaplikasikan adalah dengan cara BIO-PROSES, yaitu mengolah limbah organik baik cair maupun organik secara biologis menjadi biogas dan produk alternatif lainnya seperti sumber etanol dan methanol. Dengan metode ini, pengolahan limbah tidak hanya bersifat penanganan namun juga memiliki nilai guna/manfaat. Teknologi pengolahan limbah baik cair maupun padat merupakan kunci dalam memelihara kelestarian lingkungan. Apapun macam teknologi pengolahan limbah cair dan limbah padat baik domestik maupun industri yang dibangun harus dapat dioperasikan dan dipelihara masyarakat setempat. Jadi teknologi yang dipilih harus sesuai dengan kemampuan teknologi masyarakat yang bersangkutan Bioproses Berbagai teknik pengolahan limbah cair untuk menyisihkan bahan polutannya yang telah dicoba dan dikembangkan selama ini belum memberikan hasil yang optimal. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka diperlukan suatu metode penanganan limbah yang tepat, terarah dan berkelanjutan. Salah satu metode yang dapat diaplikasikan adalah dengan cara BIO-PROSES, yaitu mengolah limbah organik baik cair maupun organik secara biologis menjadi biogas dan produk alternatif lainnya seperti sumber etanol dan methanol. Dengan metode ini, pengelolaan limbah tidak hanya bersifat penanganan namun juga memiliki nilai guna/manfaat. Selain itu, dengan metode bio-proses, teknologi yang digunakan sederhana, mudah dipraktekkan dengan peralatan yang relatif murah dan mudah didapat sehingga para industri kecil dan menengah tidak lagi beranggapan bahwa pengolahan limbah cair merupakan beban yang sangat mahal. Metode Penelitian Pada penelitian kali ini kami melakukan satu kali percobaan. Didahului dengan pembuatan starter terlebih dahulu dengan menggunakan bahan berupa EM4 sebanyak 50 ml dan juga sampel sebanyak 500 ml, lalu dilanjutkan dengan pembuatan Biogas dengan menggunakan limbah tahu sebanyak 1,5 liter dengan starter sebanyak 150 ml yang kemudian difermentasi selama tiga hari. Adapun fermentasi yang dilakukan yaitu fermentasi secara anaerob. Kendala pada percobaan ini yaitu pembuatan starter yang memakan waktu cukup lama dan juga pencarian bahan berupa EM4 yang sebelumnya belum kami ketahui maksudnya, selain itu percoban ini juga mendapatkan hasil yang minim karena proses fermentasi yang kurang lama, karena pada dasarnya proses fermenatsi yang dibutuhkan adalah 8-10 hari. Pembahasan Sebagian besar limbah cair yang dihasilkan oleh industri pembuatan tahu adalah cairan kental yang terpisah dari gumpalan tahu yang disebut air dadih. Cairan ini mengandung kadar protein yang tinggi dan dapat segera terurai. Limbah cair ini sering dibuang secara langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu sehingga menghasilkan bau busuk dan mencemari sungai. Sumber limbah cair lainnya berasal dari pencucian kedelai, pencucian peralatan proses, pencucian lantai dan pemasakan serta larutan bekas rendaman kedelai. Jumlah limbah cair yang dihasilkan oleh industri pembuat tahu kira-kira 15-20 l/kg bahan baku kedelai, sedangkan bahan pencemarnya kira-kira untuk TSS sebesar 30 kg/kg bahan baku kedelai, BOD 65 g/kg bahan baku kedelai dan COD 130 g/kg bahan baku kedelai. Pada industri tempe, sebagian besar limbah cair yang dihasilkan berasal dari lokasi pemasakan kedelai, pencucian kedelai, peralatan proses dan lantai. Karakter limbah cair yang dihasilkan berupa bahan organik padatan tersuspensi (kulit, selaput lendir dan bahan organik lain) Industri pembuatan tahu dan tempe harus berhati-hati dalam program kebersihan pabrik dan pemeliharaan peralatan yang baik karena secara langsung hal tersebut dapat mengurangi kandungan bahan protein dan organik yang terbawa dalam limbah cair. Kunci untuk mengurangi pencemaran adalah mencegah bahan-bahan yang masih bermanfaat terbawa limbah cair. Larutan bekas pemasakan dan perendaman dapat didaur ulang kembali dan digunakan sebagai air pencucian awal kedelai. Perlakuan hati-hati juga dilakukan pada gumpalan tahu yang terbentuk dilakukan seefisien mungkin untuk mencegah protein yang terbawa dalam air dadih. Perombakan (degradasi) limbah cair organik akan menghasilkan gas metana, karbondioksida dan gas-gas lain serta air. Perombakan tersebut dapat berlangsung secara aerobik maupun anaerobik. Pada proses aerobik limbah cair kontak dengan udara, sebaliknya pada kondisi anaerobik limbah cair tidak kontak dengan udara luar. Biasanya biogas dibuat dari limbah peternakan yaitu kotoran hewan ternak maupun sisa makanan ternak, namun pada prinsipnya biogas dapat juga dibuat dari limbah cair. Biogas sebenarnya adalah gas metana (CH4). Gas metana bersifat tidak berbau, tidak berwarna dan sangat mudah terbakar. Pada umumnya di alam tidak berbentuk sebagai gas murni namun campuran gas lain yaitu metana sebesar 65%, karbondioksida 30%, hidrogen disulfida sebanyak 1% dan gas-gas lain dalam jumlah yang sangat kecil. Biogas sebanyak 1000 ft3 (28,32 m3) mempunyai nilai pembakaran yang sama dengan 6,4 galon (1 US gallon = 3,785 liter) butana atau 5,2 gallon gasolin (bensin) atau 4,6 gallon minyak diesel. Untuk memasak pada rumah tangga dengan 4-5 anggota keluarga cukup 150 ft3 per hari. Proses dekomposisi limbah cair menjadi biogas memerlukan waktu sekitar 8-10 hari. Proses dekomposisi melibatkan beberapa mikroorganisme baik bakteri maupun jamur, antara lain : a. Bakteri selulolitik Bakteri selulolitik bertugas mencerna selulosa menjadi gula. Produk akhir yang dihasilkan akan mengalami perbedaan tergantung dari proses yang digunakan. Pada proses aerob dekomposisi limbah cair akan menghasilkan karbondioksida, air dan panas, sedangkan pada proses anaerobik produk akhirnya berupa karbondioksida, etanol dan panas. b. Bakteri pembentuk asam Bakteri pembentuk asam bertugas membentuk asam-asam organik seperti asam-asam butirat, propionat, laktat, asetat dan alkohol dari subtansi-subtansi polimer kompleks seperti protein, lemak dan karbohidrat. Proses ini memerlukan suasana yang anaerob. Tahap perombakan ini adalah tahap pertama dalam pembentukan biogas atau sering disebut tahap asidogenik. c. Bakteri pembentuk metana Golongan bakteri ini aktif merombak asetat menjadi gas metana dan karbondioksida. Tahap ini disebut metanogenik yang membutuhkan suasana yang anaerob, pH tidak boleh terlalu asam karena dapat mematikan bakteri metanogenik. Penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan tentang pengolahan limbah cair tahu dan tempe menjadi biogas melalui teknologi alternatif bioproses. Penelitian diharapkan juga memberi masukan kepada para pelaku industri tahu dan tempe sebagai bahan pertimbangan dalam pengelolaan limbah cair yang dihasilkannya sehingga pencemaran limbah cair organik yang dihasilkan dapat dikurangi.
Cara Pembuatan Biogas dari limbah tahu dapat berfungsi sebagai gas LPG atau pun BBM. Cara pembuatan energy biogas limbah tahu tidak berbeda dengan cara pembuatan limbah biogas dari kotoran sapi hanya berbeda dari segi bahan dan waktu permentasinya yang berbeda. Untuk menghasilakan biogas dari limbah tahu sangat mudah dan sederhana, yaitu dengan cara mengayak ampas tahu dan dipisahkan dari cetakannya, kemudian air limbahnya di masukkan kedalam bak penampungan untuk dialirkan ke dalam digester. Jumlah ampas cair limbah tahu untuk menghasilkan energy biogas setara dengan 2 liter minyak tanah di butuhkan minimum 50 kg limbah tahu. Proses pembuatan energi biogas dari ampas tahu sebagai berikut : 1. Siapkan bahan berupa limbah cair dari industry pembuatan tahu sebanyak 200 liter dan masukan kedalam bak penampungan, tunggu hingga dingin. 2. Masukan bahan tersebut kedalam bak yang menghubungkan dengan lubang pemasukan digester hingga penuh. 3. Diamkan selam 30 45 hari agar terbentuk gas uang di inginkan. 4. Untuk mengetahui telah terbentuknya gas, buka keran yang menghubungkan dengan kompor, lalu nyalakan. Jika menyala, berari biogas telah terbentuk dan bisa di gunakan sesui dengan kebutuhan 5. Tambahkan 10 kg limbah biogas setiap hari, agar produksi gas dapat di gunakan setiap hari. Penelitian ini mempunyai tujuan akhir pemanfaatan limbah cair tahu sebagai bahan baku alternatif pembuatan biogas. Sehingga didapatkan biogas yang murah dan ramah lingkungan. Tahapan Pelaksanaan a. Tahap Awal i. Pembelian peralatan ii. Pembelian bahan
b. Tahap Pelaksanaan Alat dan bahan Bahan: Limbah cair tahu Kelat besi Larutan NaOH Alat: Bak pengisi Bak digester Tabung pengontrol gas Bak penampung gas Pipa penyalur gas Bak output digester
Cara kerja : 1. Pengambilan sampel Pengambilan sampel dilakukan dengan cara mengambil langsung dari limbah industri pengolahan tahu. Kita hanya membutuhkan limbah cairnya saja, bukan limbah padatnya. 2. Proses pembuatan sampel menjadi biogas di dalam digester
Konstruksi reaktor biogas secara umum terdiri dari bagian pencampur, bagian utama reaktor dan bagian pembuangan hasil fermentasi. Fungsi dari masing masing komponen adalah sebagai berikut : a. Saluran masuk slurry ( air limbah/ kotoran segar ) Saluran ini digunakan untuk memasukkan slurry ke dalam reaktor utama. Pencampuran ini berfungsi untuk memaksimalkan potensi biogas, memudahkan pengaliran, serta menghindari terbentuknya endapan pada saluran masuk. b. Saluran keluar residu Saluran ini digunakan untuk mengeluarkan kotoran yang telah difermentasi oleh bakteri. Saluran ini bekerja berdasarkan prinsip kesetimbangan tekanan hidrostatik. Residu yang keluar pertama kali merupakan slurry masukan yang pertama setelah waktu retensi tertentu ( 20 30 hari ). c. Katup pengaman tekanan ( control valve) Katup pengaman ini digunakan sebagai pengatur tekanan gas dalam reaktor biogas. Katup pengaman ini menggunakan prinsip pipa T. Bila tekanan gas dalam saluran gas lebih tinggi dari kolom air, maka gas akan keluar melalui pipa T, sehingga tekanan dalam reaktor biogas akan turun. d. Sistem Pengaduk Pengadukan dilakukan dengan berbagai cara, yaitu pengadukan mekanis, sirkulasi substrat reaktor biogas, atau sirkulasi produksi biogas ke atas reaktor biogas menggunakan pompa. Pengadukan ini bertujuan untuk mengurangi pengendapan dan meningkatkan produktifitas reaktor biogas karena kondisi subsrat yang seragam. e. Saluran Gas Saluran gas ini disarankan terbuat dari bahan polimer atau plastik seperti pipa paralon untuk menghindari korosi. Ujung saluran pipa bisa disambung dengan pipa baja anti karat untuk bagian pembakaran gas. f. Tangki Penyimpanan Gas Terdapat dua jenis tangki penyimpanan gas, yaitu sumur pencerna bersatu dengan tangki pengumpul gas (floating dome) dan terpisah dengan pengumpul gas (fixed dome). Untuk tangki terpisah, konstruksi dibuat khusus sehingga tidak bocor dan tekanan yang terdapat dalam tangki seragam, serta dilengkapi H 2 S removal untuk mencegah korosi. 3. Proses fermentasi an-aerobik
Pada digester terjadi proses fermentasi an-aerob. Proses fermentasi anaerobik untuk menghasilkan biogas berlangsung selama 8-10 hari. Dan dalam proses fermentasi an-aerobik ini terjadi dalam 3 tahap secara berantai, yaitu: a. Hidrolisis, pada tahap ini terjadi penguraian bahan-bahan organik mudah larut dan pencernaan bahan organik yang komplek menjadi sederhana, perubahan struktur bentuk polimer menjadi bentuk monomer. b. Pengasaman, pada tahap pengasaman komponen monomer (gula sederhana) yang terbentuk pada tahap hidrolisis akan menjadi bahan makanan bagi bakteri pembentuk asam. Produk akhir dari perombakan gula-gula sederhana ini yaitu asam asetat, propionat, format, laktat, alkohol, dan sedikit butirat, gas karbondioksida, hidrogen dan ammonia. c. Metanogenik, pada tahap metanogenik terjadi proses pembentukan gas metan. Bakteri pereduksi sulfat juga terdapat dalam proses ini, yaitu mereduksi sulfat dan komponen sulfur lainnya menjadi hydrogen sulfida .
4. Pemurnian biogas Teknologi pemisahan yang digunakan untuk pemurnian biogas tergantung kepada komposisi biogas dan tujuan penggunaannya (Monnet, F., 2003). Tujuan penggunaan biogas biasanya mensyaratkan standar komposisi tertentu sehingga diperlukan pemurnian bahan baku agar memenuhi spesifikasi yang ditetapkan. Sebagai contoh, agar memiliki nilai kalor tinggi dapat dilakukan dengan memisahkan kandungan gas karbon dioksida dan hidrogen sulfidanya. a. Penambahan NaOH secara kontinu ke dalam reaktor. Penambahan larutan NaOH secara terus menerus ke dalam reaktor dimaksud untuk mengurangi kadar CO 2 , NaOH mengabsorb CO 2 sehingga perbandingan CO 2 dan NH 4 dalam biogas menjadi lebih tinggi NH 4 . b. Absorbsi H 2 S Sebagaimana diketahui bahwa H 2 S merupakan salah satu polutan dalam gas H 2 S. Usaha mengurangi kandungan H 2 S sama artinya dengan meningkatkan kemurnian biogas. Absorsi H 2 S dilakukan dengan proses kimia yaitu dengan mengabsorbsi H 2 S menggunakan kelat besi. Cara ini dianggap efisien mereduksi H 2 S dari biogas karena kemampuan yang tinggi dari kelat besi dalam mengabsorbsi H 2 S sehingga pemakaian bahan kimia tidak banyak. Sifat kelat besi yang pseudo katalis menyebabkan kelat besi dapat dipakai berulang ulang sehingga menghemat biaya pemurnian H 2 S.