Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH UJIAN KASUS

FORENSIK KLINIK







Disusun Oleh:
Samuel willyarto
11-2011-234

Penguji:
dr.Tjetjep Dwidja Siswaja, SpF





DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT NASIONAL CIPTO MANGUNKUSUMO
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA
2013

BAB I
ILUSTRASI KASUS

No. Registrasi RSCM :
Waktu pemeriksaan : Senin, 2 Juli 2013, pukul 16:00 WIB

IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny.S
Usia : 40 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Kawin
Kebangsaan : Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jl.Bendungan Hilir no. 9 RT 05/03 Kel. Bendungan Hilir Kec. Tanah
Abang, Jakarta Pusat

RIWAYAT MEDIS
Anamnesis
Pasien datang dengan Surat Permintaan Visum (SPV) untuk meminta pemeriksaan dan
pembuatan Visum et Repertum (VeR). Menurut keterangan dari pasien bahwa pasien telah
dicekik, ditonjok dan didorong oleh suaminya 4 jam sebelum pemeriksaan, yaitu pukul
12.00 WIB. Setelah kejadian pasien mengeluh wajah dan tangannya sakit serta sakit kepala.
Tidak terdapat riwayat pusing, pingsan, mual atau muntah, perdarahan dari telinga, hidung
ataupun tenggorok. Kejadian tersebut sudah sering dialami oleh pasien.
A. Pemeriksaan Fisik Umum
Kesadaran : compos mentis
Keadaan umum : tampak sakit ringan
Tekanan darah : 100/80 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit

B. Status Lokalis Luka atau Cedera
1. Pada dahi tepat garis pertengahan depan tiga sentimeter di atas alis ditemukan memar
berwarna biru keunguan disertai pembengkakan berukuran tiga sentimeter kali dua
sentimeter.
2. Mulai dari pangkal batang hidung sampai ke pipi kiri pada garis pertengahan depan
tiga sentimeter dibawah sudut luar mata ditemukan memar berwarna merah keunguan
berukuran enam sentimeter kali tiga sentimeter.
3. Pada leher depan sisi kiri empat sentimeter dari garis pertengahan depan tujuh
sentimeter diatas tulang selangka ditemukan dua memar masing-masing berukuran
satu sentimeter kali nol koma lima sentimeter dan satu sentimeter kali nol koma lima
sentimeter.
4. Pada punggung tangan kanan tiga sentimeter dibawah pergelangan tangan ditemukan
memar berwarna ungu kehijauan berukuran satu koma lima sentimeter kali satu
sentimeter.
5. Pada lengan atas kiri sisi luar sebelas sentimeter diatas siku ditemukan memar
berwarna biru keunguan, terbesar enam sentimeter kali tiga sentimeter dan terkecil
dua milimeter kali dua milimeter.

C. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan

D. Tindakan
Mengambil foto-foto luka
Membuat Visum et Repertum









BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Prosedur Medikolegal
Ilmu kedokteran forensik (Legal Medicine) adalah salah satu cabang spesialistik dari
ilmu kedokteran yang mempelajari pemafaatan ilmu kedokteran untuk kepentingan
penegakkan hukum serta keadilan pada kasus-kasus yang berhubungan dengan kesehatan
dan jiwa manusia, serta kecelakaan lalu lintas, pembunuhan, perkosaan, penganiyaan
maupun korban meninggal yang pada pemeriksaan pertama polisi dicurigai suatu tindak
pidana.
Seorang dokter dituntut untuk dapat memanfaatkan ilmu kedokteran yang dimilikinya
secara optimal untuk dapat memberi bantuan yang maksimal bagi berbagai keperluan
diatas. Dalam menjalankan fungsinya sebagai dokter yang diminta untuk membantu dalam
pemeriksaan kedokteran forensik oleh penyidik, dokter tersebut dituntut oleh undang-
undang untuk melakukannya dengan sejujur-jujurnya serta menggunakan pengetahuan
yang sebaik-baiknya. Bantuan yang wajib diberikan oleh dokter apabila diminta oleh
penyidik antara lain adalah melakukan pemeriksaan kedokteran forensik terhadap
seseorang, baik terhadap bagian tubuh atau benda yang diduga berasal dari tubuh manusia.
Penyidik berwenang untuk meminta keterangan ahli berupa Visum et Repertum
melalui surat permintaan visum (SPV) dalam proses penegakan hukum pada suatu kasus
yang diduga merupakan suatu tindak pidana. Hal tersebut tercantum pada pasal 133 ayat
(1) KUHAP yang berbunyi Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani
seorang korban baik luka, keracunan, ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang
merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada
ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya.. Visum et Repertum (VeR)
merupakan keterangan yang dibuat oleh dokter atas permintaan penyidik yang berwenang
mengenai hasil pemeriksaan medik terhadap manusia, baik hidup atau mati ataupun bagian
yang diduga bagian dari tubuh manusia, berdasarkan keilmuannya dan di bawah sumpah,
untuk kepentingan peradilan.

Yang termasuk dalam kategori penyidik menurut KUHAP pasal 6 ayat 1 PP no.27
tahun 1983 pasal 2 dan 3 ayat 1 yaitu Polisi Negara RI yang diberi wewenang khusus oleh
undang-undang dengan pangkat serendah-rendahnya Sersan Dua.
Apabila disuatu kepolisian sektor tidak terdapat penjabat penyidik seperti diatas, maka
Kepala Kepolisian Sektor yang berpangkat bintara di bawah Pembantu Letnan dua
dikategorikan pula sebagai penyidik karena jabatannya (PP no.27 tahun 1983 pasal 2
ayat 2).
Sebagai pihak yang diminta bantuannya oleh pihak berwenang, dokter wajib
membantu untuk memberikan keterangan berupa VeR sesuai pasal 179 KUHAP, Setiap
orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau dokter atau ahli
lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan. Jika dokter menolak untuk
melakukan keterangan ahli dapat dikenakan sanksi sesuai pasal 216 ayat (1) KUHP, .
Keterangan ahli dalam surat pada pasal 184 KUHAP ayat (1) tersebut sepadan dengan
yang dimaksud dengan Visum et Repertum dalam Statsbald 350 tahun 1937.

B. Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT)
Menurut pasal 1 UU nomor 2004 tentang penghapusan kekerasan dalam Rumah
Tangga (UU PKDRT), Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) adalah setiap perbuatan
terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau
penderitaan secara fisik, seksual, psikologis dan atau penelantaraan rumah tangga
termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan
kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga. Pelaku atau korban
KDRT adalah suami, istri, anak, (yang memiliki hubungan darah, perkawinan, pensusuan,
perwalian yang menetap dalam rumah tangga) dan orang-orang yang bekerja membantu
rumah tangga dan menetap dalam rumah tangga tersebut.
Kekerasan fisik adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit atau luka
berat. Kekerasan seksual adalah perbuatan yang berupa pemaksaan hubungan seksual,
pemaksaan hubungan seksual dengan cara tidak wajar dan atau tidak disukai, pemaksaan
hubungan seksual dengan orang lain untuk tujuan komersial dan atau tujuan tertentu.
Kekerasan psikis adalah perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya
diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya dan atau penderitaan psikis
berat pada seseorang. Penelantaran rumah tangga berupa tidak memberikan kehidupan,
perawatan atau pemeliharaan, mengakibatkan ketergantungan ekonomi dengan cara
membatasi dan atau melarang untuk bekerja dengan layak di dalam atau di luar rumah.
Pada pemeriksaan korban kekerasan fisik, perlu memperhatikan klasifikasi luka sesuai
dengan UU RI 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga
pasal 44, yaitu mengenai ketentuan pidana:
1. Setiap orang yang melakukan perbuatan kekerasan fisik dalam lingkup rumah tangga
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a dipidana dengan pidana penjara
paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak Rp. 15.000.000,00 (lima belas
juta rupiah).
2. Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakitbatkan korban
mendapat jatuh sakit atau luka berat, dipidana dengan pidana penjara paling lama
10 (sepuluh) tahun atau denda paling banyak Rp.30.000.000,00 (tiga puluh juta
rupiah).
3. Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mengakibatkan matinya
korban, dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun atau
denda paling banyak Rp. 45.000.000,00 (empat puluh lima juta rupiah).
4. Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh suami
terhadap isteri atau sebaliknya yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan
untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau mata pencaharian atau kegiatan sehari-
hari, dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) bulan atau denda paling
banyak Rp. 5.000.000,00 (lima juta rupiah).

C. Derajat Luka
Pada pembuatan VeR kasus perlukaan, perlu diperhatikan penggolongan derajat luka.
Tujuan pemeriksaan kedokteran forensik ini jelas untuk rumusan delik dalam KUHP dan
bukan untuk pengobatan. Hal ini diperlukan karena derajat luka menentukan hukuman
yang akan diterima oleh pelaku dalam persidangan. Derajat luka ringan tertuang dalam
bentuk penganiayaan ringan seperti dalam pasal 352 KUHP yang berbunyi:
1. Kecuali yang tersebut dalam pasal 353 dan 356, maka penganiayaan yang tidak
menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau
pencaharian, diancam, sebagai penganiyaan ringan, dengan pidana penjara
paling lama tiga bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus
rupiah. Pidana dapat ditambah sepertiga bagi orang yang melakukan kejahatan
itu terhadap orang yang bekerja padanya atau menjadi bawahannya.
2. Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.

Penganiayaan ini diatur dalam KUHP pasal 351, yaitu sebagai berikut:
1. Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan
bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah
2. Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam dengan
pidana penjara paling lama lima tahun
3. Jika mengakibatkan mati, diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun
4. Dengan penganiyaan disamakan sengaja merusak kesehatan
5. Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana

Batasan-batasan mengenai definisi luka berat telah dipaparkan dengan jelas dalam
KUHP pasal 90, yaitu:
jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh
sama sekali, atau yang emnimbulkan bahaya maut
tidak mampu terus-menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan
pencaharian
kehilangan salah satu panca indera
mendapat cacat berat
menderita sakit lumpuh
terganggunya daya pikir selama 4 minggu lebih
gugur atau matinya kandungan seorang perempuan

D. Luka akibat Kekerasan Benda Tumpul
Luka Memar
Memar adalah suatu perdarahan pada jaringan bawah kulit akibat pecahnya kapiler
dan atau vena yang disebabkan oleh kekerasan tumpul. Letak, bentuk, dan besarnya
memar dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, yaitu besarnya kekerasan, jenis benda
penyebab, kondisi dan jenis jaringan yang dilakukan kekerasan, usia, jenis kelamin, corak
serta warna kulit, kekuatan pembuluh darah dan penyakit seperti hipertensi. Usia memar
dapat ditentukan berdasarkan warna memar. Pada saat muncul, memar berwarna merah,
kemudian berubah menjadi ungu atau kehitaman, setelah 4-5 hari, memar berubah warna
menjadi hijau yang dalam usia 7-10 hari akan berubah menjadi kuning, dan menghilang
setelah 14-15 hari. Interpretasi luka memar menjadi penting apabila terdapat luka lecet di
sekitarnya.

Luka Lecet
Luka lecet terjadi akibat cedera pada epidermis yang bersentuhan dengan benda yang
memiliki permukaan kasar atau runcing, contohnya pada kejadian kecelakaan lalu-lintas,
tubuh terbentur aspal jalan, atau sebaliknya benda tersebut yang bergerak dan bersentuhan
dengan kulit. Luka lecet dapat diklasifikasi sebagai luka lecet gores (scratch), luka lecet
serut (graze), luka lecet tekan (impression, impact abrasion), dan luka lecet geser (friction
abrasion) berdasarkan mekanisme terjadinya luka.
Luka lecet gores
Luka lecet gores disebabkan benda runcing yang menggores epidermis di
depannya sehingga lapisan kulit ini terangkat. Luka lecet ini biasanya berbentuk garis
sehingga pada deskripsi luka hanya disebutkan ukuran panjang luka. Terkadang arah
pergerakan luka dapat ditentukan, yaitu dari ujung luka yang tidak terangkat ke ujung
luka yang terangkat.

Luka lecet serut
Luka ini serupa dengan luka lecet gores, tetapi penampangnya lebih luas,
sehingga deskripsi luka meliputi ukuran panjang dan lebar luka. Arah luka ditentukan
dengan melihat letak tumpukan kulit ari.

Luka lecet tekan
Luka lecet tekan terbentuk karena penekanan benda tumpul pada kulit dengan
gambaran kulit yang kaku, keras dan warnanya lebih gelap dari sekitarnya karena
jaringan yang tertekan menjadi lebih padat dan mengering. Benda penyebab luka
kemungkinan dapat diketahui berdasarkan pola yang terdapat pada kulit.

Luka lecet geser
Luka lecet geser timbul karena adanya gerakan bergeser disertai dengan
tekanan linear pada kulit.











BAB III
PEMBAHASAN
A. Prosedur Medikolegal
Pada kasus ini, Surat Permintaan Visum (SPV) sudah sesuai dengan ketentuan yang
diatur dalam KUHAP pasal 133 ayat (2), yaitu secara tertulis dengan komponen-
komponen sebagai berikut:
1. Institusi pengirim : Polri Resor Metropolitan Jakarta Pusat Sektor Metro Tanah
Abang
2. Nomor surat : 132/VER/VII/2013/SEKTOR TNB
3. Tujuan surat : Kepala Bagian Forensik RSCM
4. Identitas : Nama, umur, jenis kelamin, kebangsaan, pekerjaan, agama,
alamat
5. Dugaan luka : Mengalami penganiayaan
6. Permintaan penyidik : Pemeriksaan dan pembuatan Visum et Repertum
7. Jabatan pengirim : IPDA Ka.SPK POLRES Jakarta Pusat

B. Pemeriksaan Korban
Pada pemeriksaan ditemukan beberapa memar pada dahi, pangkal batang hidung
sampai ke pipi kiri, leher,punggung tangan kanan dan pada lengan atas yang diakibatkan
kekerasan tumpul. Temuan tersebut sesuai dengan keterangan yang didapatkan dari
korban. Klarifikasi penganiayaan pada kasus ini tergolong penganiayaan/luka derajat
satu. Pada pemeriksaan tanda vital Tekanan darah: 100/80 mmHg, frekuensi nadi: 88
x/menit, frekuensi napas : 20 x/menit.
Tindakan yang dilakukan pada korban ini adalah pembuatan visum et repertum
sesuai dengan kewajiban dokter untuk kepentingan peradilan sesuai permintaan penyidik
dalam surat permintaan penyidik dalam surat permintaan visum.

C. Hukuman bagi Pelaku
Sesuai dengan UU RI no.23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam
Rumah Tangga pasal 44:
1. Setiap orang yang melakukan perbuatan kekerasan fisik dalam lingkup rumah
tangga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a dipidana dengan
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak Rp.
15.000.000,00 (lima belas juta rupiah).
2. Dalam hal perbuatan sebagaimaa dimaksud pada ayat (1) mengakitbatkan
korban mendapat jatuh sakit atau luka berat, dipidana dengan pidana penjara
paling lama 10 (sepuluh) tahun atau denda paling banyak Rp.30.000.000,00
(tiga puluh juta rupiah).
3. Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mengakibatkan
matinya korban, dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas)
tahun atau denda paling banyak Rp. 45.000.000,00 (empat puluh lima juta
rupiah).
4. Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh
suami terhadap isteri atau sebaliknya yang tidak menimbulkan penyakit atau
halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau mata pencaharian atau
kegiatan sehari-hari, dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat)
bulan atau denda paling banyak Rp. 5.000.000,00 (lima juta rupiah).
Karena berdasarkan hasil pemeriksaan, luka-luka dapat digolongkan sebagai luka
derajat ringan, maka pelaku dapat dituntut dengan UU nomor 23 tahun 2004 pasal 44 ayat
(1). Suami korban selaku terdakwa dalam kasus ini dapat dikenakan hukuman pidana
penjara paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak Rp. 15.000.000,00 (lima
belas juta rupiah).

D. Kesimpulan
Pada pemeriksaan korban wanita berusia 40 tahun ini ditemukan beberapa memar
akibat kekerasan tumpul. Luka-luka tersebut tidak menimbulkan penyakit atau halangan
dalam menjalankan pekerjaan, jabatan dan pencaharian.
Tindakan yang dilakukan pada korban pada kasus ini adalah pembuatan visum et
repertum sesuai dengan kewajiban dokter untuk kepentingan peradilan sesuai permintaan
yang diminta dalam surat permintaan visum.






RUMAH SAKIT DR CIPTO MANGUNKUSUMO
Jalan Diponegoro no.71, Jakarta Pusat 10430, Kotak Pos1086
Telp. 3918301, 31930808 (Hunting), Fax 3148991
Nomor : 132/TU FK/VER/VII/2013 Jakarta, 2 Juli 2013
Perihal : Hasil pemeriksaan terhadap Ny.S
Lampiran: -

PRO JUSTITIA
VISUM ET REPERTUM
Yang bertanda tangan dibawah ini, Samuel willyarto, dokter pada Departemen Ilmu
Kedokteran Forensik & Medikolegal Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo di Jakarta, atas
permintaan tertulis dari Kepala Kepolisian Sektor Tanah Abang tertanggal 02 Juli 2013, No.
Pol : 132/VER/VII/2013/Sektor Tanah Abang, dengan ini menerangkan bahwa pada tanggal
dua Juli dua ribu tiga belas pukul enam belas Waktu Indonesia Barat, bertempat di Rumah
Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo, telah melakukan pemeriksaan korban, yang menurut surat
tersebut adalah:
Nama : Ny.S-----------------------------------------------------------------------------
Jenis kelamin : Perempuan----------------------------------------------------------------------
Umur : 40 tahun-------------------------------------------------------------------------
Warga negara : Indonesia------------------------------------------------------------------------
Agama : Islam-----------------------------------------------------------------------------
Pekerjaan : Swasta---------------------------------------------------------------------------
Alamat : Jl. Bendungan Hilir no. 9 RT 05/03 Kel. Bendungan Hilir Kec. Tanah
Abang, Jakarta Pusat-------------------------------------------------------------
Hasil pemeriksaan----------------------------------------------------------------------------------------
1. Korban datang dalam keadaan sadar penuh dengan keadaan umum baik, tampak sedih
secara emosional, tekanan darah seratus per delapan puluh milimeter air raksa,
frekuensi nadi delapan puluh delapan kali per menit, frekuensi napas dua puluh kali
per menit.-------------------------------------------------------------------------------------------
2. Korban mengaku empat jam sebelum pemeriksaan, korban dicekik, ditonjok dan
didorong oleh suaminya. Setelah kejadian pasien mengeluh wajah dan tangannya
sakit serta sakit kepala----------------------------------------------------------------------------
Tidak terdapat riwayat pusing, pingsan, mual atau muntah, perdarahan dari telinga,
hidung ataupun tenggorok.-----------------------------------------------------------------------
3. Sebelumnya korban juga sering mendapatkan perlakuan kekerasan fisik dari
suaminya.-------------------------------------------------------------------------------------------
4. Pada koran didapatkan:---------------------------------------------------------------------------
a. Pada dahi tepat garis pertengahan depan tiga sentimeter di atas alis ditemukan
memar berwarna biru keunguan disertai pembengkakan berukuran tiga sentimeter
kali dua sentimeter.---------------------------------------------------------------------------
b. Mulai dari pangkal batang hidung sampai ke pipi kiri pada garis pertengahan
depan tiga sentimeter dibawah sudut luar mata ditemukan memar berwarna merah
keunguan berukuran enam sentimeter kali tiga sentimeter.-----------------------------
c. Pada leher depan sisi kiri empat sentimeter dari garis pertengahan depan tujuh
sentimeter diatas tulang selangka ditemukan dua memar masing-masing
berukuran satu sentimeter kali nol koma lima sentimeter dan satu sentimeter kali
nol koma lima sentimeter.-------------------------------------------------------------------


d. pada punggung tangan..............
Lanjutan visum et repertum Nomor: 132/TUFK/VER/RSCM/2013
Halaman ke 2 dari 2 halaman

e. Pada punggung tangan kanan tiga sentimeter di bawah pergelangan tangan
ditemukan memar berwarna ungu kehijauan berukuran satu koma lima sentimeter
kali satu sentimeter.--------------------------------------------------------------------------
f. Pada lengan atas kiri sisi luar sebelas sentimeter diatas siku ditemukan memar
berwarna biru keunguan, terbesar enam sentimeter kali tiga sentimeter dan
terkecil dua milimeter kali dua milimeter.------------------------------------------------
5. Korban dipulangkan karena menolak perawatan lebih lanjut.-------------------------------

Kesimpulan-----------------------------------------------------------------------------------------------
Pada pemeriksaan korban wanita berusia empat puluh tahun ini ditemukan beberapa memar
akibat kekerasan tumpul. Luka-luka tersebut tidak menimbulkan penyakit atau halangan
dalam menjalankan pekerjaan, jabatan, atau pencaharian.------------------------------------------
Demikian telah saya uraikan dengan sejujur-jujurnya dan menggunakan pengetahuan saya
yang sebaik-baiknya, mengingat sumpah jabatan, sesuai dengan Kitab Undang-undang
Hukum Acara Pidana (KUHAP).-----------------------------------------------------------------------


Dokter tersebut di atas,



Samuel willyarto
NIM 11-2011-234
















DAFTAR PUSTAKA

1. Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, Mun'im TWA, Sidhi, Hertian S, et.al. Ilmu
kedokteran forensik. Edisi ke-1. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 1997.
2. Peraturan perundang-undangan bidang kedokteran. Edisi ke-2. Jakarta: Bagian
Kedokteran Forensk FKUI; 1994; hal 11-6, 37-9.
3. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan
Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Diunduh dari focalpointgender.kejaksaan.go.id. 25
Oktober 2013.

Anda mungkin juga menyukai