Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

PENGUJIAN DIABETES DAN ANTIDIABETES



Disusun oleh :
1. Raja Suriya (260110113059) (Teori & Daftar Pustaka)
2. M. Aiman (260110113051) (Alat Bahan Dan Prosedur)
3. R.Thineskumaran (260110113053) (Tujuan & Prinsip)
4. Raksah Priya (260110113057) (Pembahasan & Kesimpulan
Editing)
5. V Shamini (260110113062) (Data, Penghitungan, Grafik)

LABORATORIUM FARMAKOLOGI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2013



Pengujian Diabetes dan Antidiabetes
I. Tujuan
- Mengetahui secara lebih baik peran insulin dalam tubuh dan pengaruhnya
pada penyakit diabetes.
- Mengenal teknik untuk mengevaluasi penyakit diabetes dengan cara
konvensional dan komputerisasi.

II. Prinsip
1. Penyakit diabetes merupakan gangguan metabolisme yang salah satu
symptomnya berupa kadar glukosa dalam darah di atas batas normal yang
disebabkan oleh defisiensi insulin relative atau absolute.
2. Obat hipoglikemik adalah obat yang merangsang sekresi insulin oleh sel
pancreas dan meningkatkan pengikatan insulin pada jaringan target dan
reseptor sehingga menurunkan kadar glukosa dalam darah.
3. Pengujian diabetes dan antidiabetes dapat dilakukan dengan cara
komputerisasi (dry lab) atau konvensional (wet lab).

III. Teori
Diabetes melitus merupakan suatu penyakit yang terjadi akibat adanya
gangguan pada metabolime glukosa, disebabkan kerusakan proses pengaturan
sekresi insulin dari sel-sel beta. Insulin, yang diahasilkan oleh kelenjar pankreas
sangat penting untuk menjaga keseimbangan kadar glukosa darah. Kadar glukosa
darah normal pada waktu puasa antara 60-120 mg/dl, dan dua jam sesudah makan
dibawah 140 mg/dl. Bila terjadi gangguan pada kerja insulin, baik secara kualitas
maupun kuantitas, keseimbangan tersebut akan terganggu, dan kadar glukosa
darah cenderung naik (hiperglikemia) ( Hayes,1996 ).
Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan
hiperglikemia dan glukosuria yang berhubungan dengan abnormalitas
metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang diakibatkan kurangnya insulin
yang diproduksi oleh sel pulau Langerhans kelenjar Pankreas baik absolut
maupun relatif (Herman, 1993; Adam, 2000; Sukandar, 2008). Kelainan
metabolisme yang paling utama ialah kelainan metabolisme karbohidrat. Oleh
karena itu, diagnosis diabetes melitus selalu berdasarkan kadar glukosa dalam
plasma darah ( Herman, 1993 ).
Diabetes melitus merupakan salah satu jenis penyakit yang ditandai
dengan meningkatnya kadar glukosa darah (hiperglikemia) sebagai akibat dari
rendahnya sekresi insulin, gangguan efek insulin, atau keduanya. Diabetes
mellitus bukan merupakan patogen melainkan secara etiologi adalah kerusakan
atau gangguan metabolisme. Gejala umum diabetes adalah hiperglikemia,
poliuria, polidipsia, kekurangan berat badan, pandangan mata kabur, dan
kekurangan insulin sampai pada infeksi. Hiperglikemia akut dapat menyebabkan
sindrom hiperosmolar dan kekurangan insulin dan ketoasidosis. Hiperglikemia
kronik menyebabkan kerusakan jangka panjang, disfungsi dan kegagalan
metabolisme sel, jaringan dan organ. Komplikasi jangka panjang diabetes adalah
macroangiopathy, microangiopathy, neuropathy, katarak, diabetes kaki dan
diabetes jantung ( Reinauer, 2002 ).

Gejala penyakit diabetes melitus dari satu penderita ke penderita lainnya
tidak selalu sama. Gejala yang disebutkan dibawah ini adalah gejala yang
umumnya timbul dengan tidak mengurangi kemungkinan adanya variasi gejala
lain. Ada pula penderita diabetes melitus yang tidak menunjukkan gejala apa pun
sampai pada saat tertentu ( Tjoktoprawiro, 1998 ).
1. Pada permulaan, gejala yang ditunjukkan meliputi tiga P yaitu:
a. Polifagia (meningkatnya nafsu makan, banyak makan)
b. Polidipsia (meningkatnya rasa haus, banyak minum)
c. Poliuria (meningkatnya keluaran urin, banyak kencing)

Dalam fase ini biasanya penderita menunjukkan berat badan yang terus
meningkat, bertambah gemuk, mungkin sampai terjadi kegemukan. Pada keadaan
ini jumlah insulin masih dapat mengimbangi kadar glukosa dalam darah (
Hayes,1996 ).
2. Bila keadaan diatas tidak segera diobati, kemudian akan timbul gejala
yang disebabkan oleh kurangnya insulin, yaitu :
a. Banyak minum
b. Banyak kencing
c. Berat badan menurun dengan cepat (dapat turun 5-10 kg dalam waktu
2-4 minggu)
d. Mudah lelah
e. Bila tidak lekas diobati, akan timbul rasa mual jika kadar glukosa
darah melebihi 500 mg/dl, bahkan penderita akan jatuh koma (tidak
sadarkan diri) dan disebut koma diabetik.
Koma diabetik adalah koma pada penderita diabetes melitus akibat kadar
glukosa darah terlalu tinggi, biasanya 600 mg/dl atau lebih. Dalam praktik,
gejala dan penurunan berat badan inilah yang paling sering menjadi keluhan
utama penderita untuk berobat ke dokter ( Tjokroprawiro, 1998 ).
Kadang-kadang penderita diabetes melitus tidak menunjukkan gejala akut
(mendadak), tetapi penderita tersebut baru menunjukkan gejala setelah beberapa
bulan atau beberapa tahun mengidap penyakit diabetes melitus. Gejala ini dikenal
dengan gejala kronik atau menahun ( Katzung, 2002 ).
Gejala kronik yang sering timbul pada penderita diabetes adalah seperti
yang disebut dibawah ini :
1. Kesemutan
2. Kulit terasa panas, atau seperti tertusuk-tusuk jarum
3. Rasa tebal pada kulit telapak kaki, sehingga kalau berjalan seperti diatas
bantal atau kasur
4. Kram
5. Capai, pegal-pegal
6. Mudah mengantuk
7. Mata kabur, biasanya sering ganti kacamata
8. Gatal di sekitar kemaluan, terutama wanita
9. Gigi mudah goyah dan mudah lepas
10. Kemampuan seksual menurun, bahkan impoten, dan
Para ibu hamil sering mengalami gangguan atau kematian janin dalam
kandungan, atau melahirkan bayi dengan berat lebih dari 3,5 kg. (
Tjokroprawiro, 1998 ).
Klasifikasi dan Etiologi Diabetes Mellitus
1. Diabetes Mellitus tergantung Insulin (DMTI, tipe 1)
Diabetes mellitus tergantung insulin (DMTI atau IDDM) merupakan
istilah yang digunakan untuk kelompok pasien diabetes mellitus yang tidak dapat
bertahan hidup tanpa pengobatan insulin. Penyebab yang paling umum dari
IDDM ini adalah terjadinya kerusakan otoimun sel-sel beta () dari pulau-pulau
Langerhans ( Katzung, 2002 ).
Kebanyakan penderita IDDM berusia masih muda, dan usia puncak
terjadinya serangan adalah 12 tahun. Namun demikian, 10% pasien diabetes diatas
65 tahun merupakan pengidap IDDM ( Katzung, 2002 ).
IDDM dapat juga disebabkan adanya interaksi antara faktor-faktor
lingkungan dengan kecenderungan sebagai pewaris penyakit diabetes mellitus.
Hal ini menunjukkan bahwa IDDM dapat timbul karena adanya hubungan dengan
gen-gen pasien dan dapat pula dipicu oleh faktor lingkungan yang ada, termasuk
bermacam-macam virus ( Jones , 1998 ).
2. Diabetes mellitus tidak tergantung Insulin (DMTTI ,Tipe II)
Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (DMTTI atau NIDDM)
merupakan istilah yang digunakan untuk kelompok diabetes mellitus yang tidak
memerlukan pengobatan dengan insulin supaya dapat bertahan hidup, meskipun
hampir 20% pasien menerima insulin dengan tujuan untuk membantu mengontrol
kadar glukosa darah. NIDDM biasanya ditunjukkan oleh adanya kombinasi yang
beragam dari tahanan insulin dan kekurangan insulin ( Tunbridge, 1991 ).

Insulin adalah hormon yang disekresi oleh sel pulau Langerhans dalam
pankreas. Berbagai stimulus melepaskan insulin dari granula penyimpanan dalam
sel , tetapi stimulus yang paling kuat adalah peningkatan glukosa plasma
(hiperglikemia). Insulin terikat pada reseptor spesifik dalam membran sel dan
memulai sejumlah aksi, termasuk peningkatan ambilan glukosa oleh hati, otot,
dan jaringan adipose ( Katzung, 2002 ).
Insulin adalah polipeptida yang mengandung 51 asam amino yang tersusun
dalam dua rantai (A dan B) dan dihubungkan oleh ikatan disulfida. Suatu
prekursor, yang disebut proinsulin, dihidrolisis dalam granula penyimpan untuk
membentuk insulin dan peptida C residual. Granula menyimpan insulin sebagai
kristal yang mengandung zink dan insulin ( Katzung, 2002 ).
Glukosa merupakan stimulus paling kuat untuk pelepasan insulin dari sel-sel
pulau Langerhans. Terdapat sekresi basal yang kontinu dengan lonjakan pada
waktu makan. Sel-sel memiliki kanal K
+
yang diatur oleh adenosin trifosfat
(ATP) intraselular. Saat glukosa darah meningkat, lebih banyak glukosa
memasuki sel dan metabolismenya menyebabkan peningkatan ATP intraselular
yang menutup kanal
ATP
. Depolarisasi sel Depolarisasi sel yang diakibatkannya
mengawali influks ion Ca 2+ melalui kanal Ca2+ yang sensitif tegangan dan ini
memicu pelepasan insulin ( Katzung, 2002 ).
Reseptor insulin adalah glikoprotein pembentuk membran yang terdiri dari
dua subunit dan dua subunit yang terikat secara kovalen oleh ikatan disulfida.
Setelah insulin terikat pada subunit , kompleks insulin-reseptor memasuki sel,
dimana insulin dihancurkan oleh enzim lisosom. Internalisasi dari kompleks
insulin-reseptor mendasari down-regulation reseptor yang dihasilkan olh kadar
insulin tinggi (misalnya pada pasien obes). Ikatan insulin pada reseptor
mengaktivasi aktivitas tirosin kinase subunit dan memulai suatu rantai kompleks
reaksi-reaksi yang menyebabkan efek insulin ( Neal, 2006 ).
Perawatan diabetes mellitus diambil dari empat faktor fundamental :
pengajaran pasien tentang penyakit; latihan fisik; diet dan agen-agen
hipoglikemia. Agen-agen yang baru digunakan sebagai kontrol diabetes mellitus
adalah obat-obat dari golongan sulfonilurea, biguanida, turunan thiazolidinedione,
dan insulin (diberikan secara injeksi). Meskipun obat-obat ini telah digunakan
secara intensif karena efek yang baik dalam kontrol hiperglikemia, agen-agen ini
tidak dapat memenuhi kontrol yang baik pada diabetes mellitus, tidak dapat
menekan komplikasi akut maupun kronis ( Galacia , 2002 ).
A. Sekretagok Insulin
Sekretagok insulin mempunyai efek hipoglikemik dengan cara stimulasi
sekresi insulin oleh sel pankreas. Golongan ini meliputi:
1. Golongan sulfonilurea
Obat ini hanya efektif pada penderita diabetes melitus tipe 2 yang tidak
begitu berat, yang sel-sel masih bekerja cukup baik. Mekanisme kerja dari
golongan sulfonilurea antara lain:
a. Merangsang fungsi sel-sel pulau Langerhans pankreas agar dapat
menghasilkan insulin.
b. Mencegah (inhibisi) konversi glikogen hati kembali ke glukosa.
c. Meningkatkan penggunaan glukosa darah
Sulfonilurea dibagi dalam dua golongan/generasi yaitu:Generasi pertama
meliputi: Tolbutamide, Acetohexamide, Tolazamide, Chlorpropamide
Generasi kedua meliputi: Glibenclamide, Gliclazide, Glipizide, Gliquidon,
Glibonuride.
2. Golongan glinida
Sekretagok insulin baru, yang kerjanya melalui reseptor sulfonilurea dan
mempunyai struktur yang mirip dengan sulfonilurea. Repaglinid dan
nateglinid kedua-duanya diabsorpsi dengan cepat setelah pemberian secara
oral. Repaglinid mempunyai masa paruh yang singkat dan dapat
menurunkan kadar glukosa darah puasa. Sedangkan nateglinid mempunyai
masa tinggal yang lebih singkat dan tidak dapat menurunkan kadar glukosa
darah puasa ( Soegondo, 2006 ).




b. Sensitizer Insulin
Golongan obat ini meliputi obat hipoglikemik golongan biguanida dan
thiazolidinedione, yang dapat membantu tubuh untuk memanfaatkan
insulin secara lebih efektif
1. Golongan Biguanida
Saat ini golongan biguanid yang banyak dipakai adalah metformin.
Mekanisme kerja golongan biguanid (metformin):
a. Meningkatkan glikolisis anaerobik hati.
b. Meningkatkan uptake glukosa di jaringan perifer atau mengurangi
glukoneogenesis.
c. Menghambat absorpsi glukosa dari usus ( Herman, 1993 )
2. Golongan Thiazolidinedione atau Glitazon
Golongan obat ini mempunyai efek farmakologis untuk meningkatkan
sensitivitas insulin. Glitazon merupakan agonist peroxisome proliferator-activated
receptor gamma (PPAR) yang sangat selektif dan poten. Reseptor PPAR gamma
terdapat di jaringan target kerja insulin yaitu jaringan adiposa, otot skelet dan hati,
sedang reseptor pada organ tersebut merupakan regulator homeostasis lipid,
diferensiasi adiposit, dan kerja insulin. Glitazon dapat merangsang ekspresi
beberapa protein yang dapat memperbaiki sensitivitas insulin dan memperbaiki
glikemia, seperti GLUT 1, GLUT 4, p85alphaPI-3K dan uncoupling protein-2
(UCP) ( Herman, 1993 ).
Aloksan (2,4,5,6-tetraoksipirimidin; 2,4,5,6-pirimidintetron) adalah suatu
senyawa yang sering digunakan untuk penelitian diabetes menggunakan hewan
coba. Aloksan dapat menghasilkan radikal hidroksil yang sangat reaktif dan dapat
menyebabkan diabetes pada hewan coba. Efek diabetogenik aloksan ini dapat
dicegah oleh senyawa penangkap radikal hidroksil ( Santosa, 2005 ).
Glibenklamid
Sinonim : Gliburid
Indikasi : NIDDM ringan - sedang
Kontraindikasi : wanita menyusui, profiria, dan ketoasidosis
Peringatan : Penggunaan harus hati-hati pada pasien usia lanjut,
gangguan fingsi hati dan ginjal.
Efek samping gejala saluran cerna dan sakit kepala. Gejala
hematologik termasuk trombositopenia,
agranulositosis, dan anemia aplastik dapat terjadi walau
jarang sekali.
Interaksi : Dengan penghambat ACE dapat menambah efek
hipoglikemik. alkohol meningkatkan efek hipoglikemik,
analgesik meningkatkan efek sulfonilurea
(glibenklamid).
Dosis : Dosis awal 2,5 mg bersama sarapan, maksimal 15 mg.
( Depkes RI, 2000 ).

IV. Alat dan Bahan
a. Percobaan Uji Diabetes Menggunakan Komputerisasi (Dry Lab)
b. Percobaan Uji Diabetes Secara Konvensional (Wet Lab)
Alat
a ) Alat sonde oral 1 ml



b ) Alat timbangan hewan






d ) Glukometer







e ) Komputer







f ) Pisau cutter







c ) Stopwatch






Bahan

a ) Larutan suspensi gom arab
b ) Glukosa 1g/kg bb
c ) Mecit putih jantan
d ) Obat Glibenclamide
V. Prosedur
a. Percobaan Uji Diabetes Menggunakan Komputerisasi (Dry Lab)
Percobaan I : Pembuatan Kurva Standard dan Glukosa
Tube 1-5 disiapkan, dengan cara diklik dan didrag tabung kedalam slot
incubator sesuai nomor yang telah disediakan. Diklik dan ditahan mouse pada
pipet tetes botol Glucose Standard, kemudian didrag dan diteteskan pada tabung
no.1 denga melepaskan tombol mouse. Langkah tadi diulangi untuk tabung no.2-
5. Tiap tabung otomatis akan mendapat larutan standar glukosa satu tetes lebih
banyak (Tabung no.2 mendapat 2 tetes, no.3 mendapat 3 tetes, no.4 mendapat 4
tetes, dan no.5 mendapat 5 tetes). Diklik dan ditahan mouse pada pipet tetes
botol Deionized Water, kemudian didrag dan diteteskan pada tabung no.1
dengan melepaskan tombol mouse, otomatis akan memberikan 4 tetes pada
tabung no 1. Langkah tadi diulangi untuk tabung no.2-4. Tiap tabung otomatis
akan mendapat larutan standar glukosa satu tetes lebih sedikit (tabung no.2
mendapat 3 tetes, no.3 mendapat 2 tetes, no. 4 mendapat 1 tetes). Tombol Mix
diklik pada incubator yang mencampur bahan dalam tabung. Diklik tombol
Centrifuge, maka tabung akan turun kedalam incubator dan disentrifugasi
sehingga partikel yang mengendap di bagian bawah tabung yang disebut pellet.
Diklik tombol Remove Pellet untuk menghilangkan endapan yang terbentuk .
Diklik dan tahan mouse pada pipet tetes botol Enzyme-Colour Reagent,
kemudian drag dan teteskan pada tabung no.1 dengan melepaskan tombol
mouse, otomatis akan memberikan 5 tetes. Diulangi langkah tadi untuk tabung
no.2-5. Diklik tombol incubate, tabung akan masuk kedalam incubator untuk
diinkubasi. Tombol Set Up diklik pada spektrofotometer yang memanaskan alat
dan mengkalibrasinya sehingga siap digunakan dalam pengukuran. Klik dan
drag tabung no.1 ke dalam spektrofotometer kemudian lepaskan tombol mouse,
tabung akan terkunci pada tempatnya. Diklik tombol Analyze, akan terlihat pada
layer nilai Optical Density dan Glucose. Diklik tombol Record Data. Diklik dan
Didrag kedalam pencuci tabung. Ulangi langkah 13-16 untuk tabung yang
lainnya. Setelah semua tabung dianalisis, klik tombol Graph sehingga terbentuk
kurva yang dapat digunakan pada percobaan tahap II.
Percobaan II : Membandingkan kadar glukosa sebelum dan sesudah injeksi
insulin
Alat suntik Saline pada tikus control diklik dan didrag kemudian
dilepaskan tombol untuk menginjeksi hewan tersebut. Diklik dan Didrag alat
suntik Alloxan pada tikus percobaan dan lepaskan tombol mouse untuk
menginjeksi hewan tersebut. Diklik dan Didrag tabung baru pada tikus control
dan lepaskan tombol, sehingga 3 tetes darah dari ekor tikus akan masuk ke
dalam tabung, kemudian diklik dan didrag tabung ke tempat no.1 pada
inkubator. Diklik dan didrag tabung baru pada ekor tikus percobaan dan
dilepaskan tombol, sehingga 3 tetes darah dari ekor akan masuk ke dalam
tabung, kemudian diklik dan didrag tabung ke tempat no.2 pada incubator.
Diklik dan didrag alat suntik Insulin pada tikus control dan dilepaskan tombol
mouse untuk menginjeksi hewan tersebut. Diulangi langkah tersebut untuk
hewan percobaan. Diulangi langkah ke 3 dan 4 untuk memperoleh sample darah
dari tiap tikus dan disimpan ditempat no.3 dan 4 pada incubator. Diklik tombol
Obtainreagent pada cabinet sehingga alat sunti dan tikus akan hilang dan muncul
3 botol tetes pada layar. Diklik dan tahan mouse pada pipet tetes botol Deionized
Water, kemudian didrag dan diteteskan pada tabung no.1 dengan melepaskan
tombol mouse, otomatis akan memberikan 5 tetes pada tabung no.1. Diulangi
langkah tadi untuk tabung yang lainnya. Diklik dan ditahan mouse pada pipet
tetes tombol Barium Hydroxide (untuk menghilangkan protein) kemudian didrag
dan diteteskan pada tabung no.1 dengan melepaskan tombol mouse, otomatis
akan memberikan 5 tetes pada tabung no.1. Diulangi langkah tadi untuk tabung
yang lainnya. Diklik dan Ditahan mouse pada pipet tetes botol Heprin (sebagai
antikoagulan sehingga darah tidak menggumpal selama pengujian) kemudian
didrag dan diteteskan pada tabung no.1 dengan melepaskan tombol mouse.
Diulangi langkah tadi untuk tabung yang lainnya . Diklik tombol Mix pada
incubator untuk mencampur bahan dalam tabung. Diklik tombol Centrifuge,
maka tabung akan turun ke dalam incubator dan disentrifugasi. Diklik tombol
Remove Pellet untuk menghilangkan endapan yang terbentu. Diklik dan ditahan
mouse pada pipet tetes botol Enzyme-Colour Reagent, kemudian didrag dan
diteteskan pada tabung no.1 dengan melepaskan tombol mouse. Diulangi
langkah tadi untuk tabung yang lainnya. Diklik tombol Incubate, tabung akan
masuk ke dalam incubator untuk inkubasi. Diklik tombol Set Up pada
spektrofotometer untuk memanaskan alat dan mengkalibrasinya sehingga siap
digunakan pada pengukuran. Diklik tombol Graph Glucose Standard untuk
memunculkan grafik dari percobaan 1. Diklik dan drag tabung no.1 ke dalam
spektrofotometer kemudian lepaskan tombol mouse, tabung akan terkunci pada
tempatnya. Diklik tombol Analyze, akan terlihat pada layar garis horizontal dan
nilai Optical Density. Drag moveable rule (garis vertical merah pada bagian
kanan monitor spektrofotometer) melewati garis horizontal melewati garis
glukosa standar. Lihatlah apa yang terjadi pada layar glukosa ketika
memindahkan garis tersebut ke kiriBacalah kadar glukosa ketika garis horizontal
melewati garis standar glukosaKlik tombol Record Data. Klik dan drag tabung
dari spektrofotometer ke dalam pencuci tabung, kemudian klik Clear. Ulangi
langkah 22-27 untuk tabung yang lainnya dan catatlah kadar glukosanya
b. Percobaan Uji Diabetes Secara Konvensional (Wet Lab)

Pada percobaan ini dilakukan pengukuran glukosa darah menggunakan
glucose meter dan glucose test scripts. Bagian ujung ekor mencit dipotong,
kemudian darah diteteskan ke bagian ujung strips dan setelah 20 detik kadar
glukosa darah akan terlihat pada monitor glucosemeter. Sebelum percobaan
hewan dipuasakan, tidak diberi makan teteapi tetap diberikan minum. Mencit
ditimbang, dan diamati sebelum pemberian obat. Mencit dikelompokkan menjadi
3 kelompok yaitu :
a. Kelompok control negative
b. Kelompok uji I
c. Kelompok uji II
Kelompok control negative diberikan PGA 2%, kelompok uji diberikan Gliben-
klamid. Sebelum pemberian glukosa dilakukan pengambilan darah pada semua
mencit (t=0). Kemudian semua mencit diberikan glukosa setelah t=30
menit.Dilakukan pengambilan darah pada semua mencit pada menit 60 setelah
diberikan glukosa. Pengukuran glukosa darah dilakukan menggunakan glucose
meter dan glucose test strips. Bagian ujung ekor mencit dipotong, kemudian
darah diteteskan ke bagian ujung strip dan setelah 20 detik kadar glukosa darah
akan terlihat pada monitor glucose meter. Data yang diperoleh diananlisis secara
statistik berdasarkan analisis variansi dan kebermakna perbedaan kadar glukosa
antara kelompok control negative, dan kelompok uji kemudian.

VI. Data Pengamatan

kelompok
Bobot mencit t=0 (
mg/dl)
T=30
(mg/dl)
T=60
(mg/dl)

1

PGA 2% ( oral)
1. 20
2. 23.9
3. 21
RATA-RATA
86
140
167
131
124
228
265
205.67
139
244
278
217

2


GLIBENHLAMID
1,3 mg/kb BB
( oral)
1. 20.8
2. 13.8
3. 19.1
RATA-RATA
143
129
172
148
111
124
170
135
99
147
128
124.67


3

GLINBENHAMID
0.65 mg/kg BB
(Oral)
1. 19.5
2. 25.9
3. 20.07
RATA-RATA
139
162
165
155.33
120
157
162
146.33
119
209
215
114.38


VII. Penghitungan



1. 21/20 x 0,5 = 0,53 ml
2. 19.1/20 x 0,5 = 0,47 ml
3. 20.07/20 x 0,5= 0,50 ml



% PENURUNA N DOSIS I = 553,67 407,67 / 553,67 X 100%
= 26.37 %

% PENURUNAN DOSIS II = 553,67 416.04 / 553.67 X 100%
= 24,86 %



1. t 30 = 205 / 131 X 100% = 157%
t 60 = 217/131 X 100% = 165,65%

2. t 30 = 135/ 148 X 100% = 91.22%
t 60 = 124,67/ 148 X 100% = 84,24%

3. t 30 = 146,33/155,33 x 100% = 94,21%
t 60 = 114,38/155,33 x 100% = 73,64%
Perhitungan dengan tabel ANAVA
Hipotesis:
H
0
:
2
P = 0 ; rata-rata setiap perlakuan memberikan efek anti dibetes yang relative
yang relative sama terhadap mencit.
H
1
: rata-rata setiap perlakuan memberikan efek anti diabetes yang berbeda.
Statistikuji : = 5% = 0,05
VOL.PEMBERIAN ORAL
=BB/20 X O,5 ml
% penurunan = kontrol uji / kontrol X 100%
% INHIBISI = KADAR GLUKOSA DARAH WAKTU I /
KADAR GLUKOSA AWAL X 100%
Ry = (553.67 + 407,67 + 416.04)
3 3
=210797.296
Ay =(553.67)+ (407.67) +( 416.04) - 210797.296
3
=4480.89
y
2
= 131 + 205.67 + 217 + 148 + 135 + 124.67 + 155.33 + 146.33 +
114.38
= 220844.42
Dy =y
2
Ry Ay
= 220844.42 210797.296-4480.89
= 5566.234
Untuk tabel ANAVA
k = 3
ni = 9
( ni-1 ) = 6
Tabel ANAVA
Sv dK JK KT Fhit
Rata-rata 1 210797.296 210797.296
0.41 Antar
Kelompok
2 4480.89 2240.45
Dalam
Kelompok
6 5566.234 927.70
Jumlah 9 220844.42


Untuk perlakuan :
F
0.05
( 2.6 ) = 5.14
5.14 > 0.41
F tabel> F hitung, maka H
0
diterima

Kadar Gula Darah pada Dosis Tertentu vs. Waktu Pemberian Glukosa pada
Mencit

Kadar Gula Darah pada Dosis Tertentu vs. Waktu Pemberian Glukosa pada
Mencit




0
50
100
150
200
250
300
t=0' t=30' t=60'
PGA 2%
Glinbenclamid
1.3mg/kg
Glinbenclamid
0.65mg/kg
0
50
100
150
200
250
300
t=0' t=30' t=60'
PGA 2%
GLINBECAMID
1,3mg/kg
GLIBENCAMID
0.65 mg/kg



Grafik Kadar Gula Darah pada Waktu Tertentu vs. Dosis Pemberian pada Mencit

Grafik Kadar Gula Darah pada Waktu Tertentu vs. Dosis Pemberian pada Mencit





0
50
100
150
200
250
300
PGA Dosis 1 Dosis 2
t=0
t=30'
t=60'
0
50
100
150
200
250
300
PGA Dosis 1 Dosis 2
t=0'
t=30'
t=60'
VIII. Pembahasan
Percobaan kali ini bertujuan untuk mengetahui secara lebih baik peran
insulin dalam tubuh dan pengaruhnya terhadap penyakit diabetes, serta mengenal
teknik untuk mengevaluasi penyakit diabetes dengan cara konvensional.
Percobaan ini didasarkan pada prinsip bahwa obat antidiabetes yang diberikan
kepada hewan percobaan (mencit) dapat menurunkan kadar glukosa darah, yang
mana dapat diukur dengan menggunakan glucose test strips dan glucose meter.
Diabetes mellitus merupakan penyakit gangguan kronik, khususnya
menyangkut metabolisme glukosa di dalam tubuh. Diabetes mellitus dapat digolongkan
menjadi:
1. IDDM (Insulin Dependent Diabetes Mellitus)
Tipe ini disebut juga diabetes mellitus tipe I, yang mana penderitanya
senantiasa membutuhkan insulin. Pada tipe ini terjadi destruksi dari sel
pancreas yang mengarah kepada keadaan defisiensi insulin absolute, yaitu sel
pancreas tidak mampu memproduksi insulin lagi dengan kaibat sel-sel tidak
bias menyerap glukosa dari darah.
2. NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus)
Tipe ini disebut juga diabetes mellitus tipe II, yang mana umumnya
penderita diabetes tipe ini tidak memerlukan pengobatan dengan insulin untuk
mempertahankan hidupnya karena defisiensi insulin yang terjadi hanya
bersifat relatif, dimana sel pancreas masih mampu memproduksi insulin.
Pada umumnya, pengobatan dilakukan dengan pemberian obat yang dapat
memicu sekresi insulin dan sensitifitas insulin.
3. Diabetes mellitus Gestasional
Tipe ini terjadi pada wanita yang sedang hamil. Kenaikan kadar
glukosa darah yang terjadi dianggap sebagai suatu hal yang lazim, dimana
kenaikan kadar glukosa darah dapat teradi karena intake makanan yang tinggi
pada wanita hamil dan pengaruh hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar
ketika hamil untuk tujuan-tujuan tertentu.
Dari ketiga tipe diabetes mellitus tersebut, tipe yang diujikan dalam percobaan
kali ini adalah diabetes mellitus tipe II / NIDDM, yakni dengan melihat pengaruh
yang diberikan obat antihiperglikemik oral terhadap kadar glukosa darah mencit.
Percobaan diawali dengan mempuasakan mencit sehari sebelum percobaan
dengan tidak diberi makan, tetapi tetap diberikan minum. Tujuannya adalah untuk
memperoleh kadar glukosa puasa mencit. Sebenarnya, terdapat dua tipe
pengukuran kadar glukosa, yakni:
1. Pengukuran kadar glukosa puasa
2. Pengukuran kadar glukosa 2 jam setelah makan
Pada percobaan kali ini dipilih kadar glukosa puasa mencit untuk menghilangkan
variabel-variabel yang ada, misalnya nafsu makan mencit yang berbeda-beda,
yang mana dapat menyebabkan intake/masukan glukosa dari makanan yang
berbeda pula. Mencit dengan intake makanan yang tinggi akan menghasilkan
kadar glukosa darah yang tinggi dan sebaliknya, mencit dengan intake makanan
yang rendah akan menghasilkan kadar glukosa darah yang rendah. Selain itu,
apabila dianalogikan pengukuran kadar glukosa darah ini pada manusia,
pengukuran kadar glukosa 2 jam setelah makan lebih rentan terhadap pengaturan
pola makan pasien sebelum pemeriksaan, dimana tipe pengukuran ini lebih
memungkinkan pasien untuk mengurangi asupan makanannya sebelum
pemeriksaan supaya hasil test kadar glukosa darahnya baik. Tentunya, hal ini
salah, karena itulah pengukuran kadar glukosa puasa dipilih.
Setelah dipuasakan selama sehari, mencit kemudian ditimbang. Mencit
dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yang terdiri dari:
1. Kelompok Kontrol
Kelompok kontrol diberikan PGA 2% secara per oral, yang mana akan
digunakan sebagai pembanding. Mencit kontrol dengan berat 21,0 g diberikan
PGA sebanyak 0,50 ml
2. Kelompok Uji Dosis
Kelompok uji diberikan obat antihiperglikemik secara per oral, yakni
glibenklamid. Kelompok uji digunakan untuk mengetahui bagaimana efek
yang ditimbulkan dari pemberian glibenklamid. Mencit uji I dengan berat 19,1
g diberikan glibenklamid sebanyak 0,47 ml dan mencit uji II dengan berat
20,7 g diberikan glibenklamid sebanyak 0,50 ml.
Kadar glukosa kelompok uji nantinya akan dibandingkan dengan kadar
glukosa kelompok kontrol untuk mengetahui ada atau tidaknya penurunan kadar
glukosa darah dengan pemberian obat antidiabetes, yakni glibenklamid.
Glibenklamid merupakan obat antihiperglikemik oral golongan
sulfonilurea yang bekerja dengan mekanisme merangsang sekresi insulin dari
granul sel-sel Langerhans pankreas. Rangsangannya melalui interaksinya
dengan ATP-sensitif K channel pada membran sel-sel yang menimbulkan
depolarisasi membrane dan keadaan ini akan membuka kanal Ca. Dengan
terbukanya kanal Ca, maka ion Ca
2+
akan masuk ke sel , merangsang granula
yang beris insulin dan akan terjadi sekresi insulin dengan jumlah yang ekuivalen
dengan peptide C. Kecuali itu, sulfonilurea dapat mengurangi klirens insulin di
hepar. Akan tetapi, apabila glibenklamid digunakan dalam jangka panjang atau
dosis besar dapat menyebabkan hipoglikemik.
Sebelum pemberian glukosa, dilakukan pengukuran kadar glukosa darah
pada semua mencit, yakni ketika menit ke-0. Tujuannnya adalah untuk
mengetahui kadar glukosa darah mencit sebelum pemberian obat
antihiperglikemik oral. Kadar glukosa darah mencit ini nantinya akan digunakan
sebagai pembanding untuk melihat ada atau tidaknya penurunan kadar glukosa
mencit sebelum dan sesudah pemberian obat antihiperglikemik oral. Pengukuran
kadar glukosa darah mencit dilakukan dengan menggunakan glucose meter dan
glucose test strips, dimana bagian ujung ekor mencit dipotong, kemudian darah
diteteskan ke bagian ujung strip dan setelah 20 detik kadar glukosa darah akan
terlihat pada monitor glucose meter. Hasilnya:
1. Kadar glukosa darah mencit kontrol adalah 167


2. Kadar glukosa darah mencit uji I adalah 172


3. Kadar glukosa darah mencit uji II adalah 165


Setelah pengukuran kadar glukosa darah sebelum pemberian PGA dan
glibenklamid, semua mencit diberikan glukosa sebanyak 1


. Glukosa ini
digunakan sebagai parameter untuk melihat adanya kenaikan kadar glukosa darah
atau tidak. Kenaikan kadar glukosa mencit yang diberikan glibenklamid nantinya
kaan dibandingkan dengan kenaikan kadar glukosa mencit kontrol.
Prosedur berikutnya adalah pengukuran kadar glukosa darah mencit pada
menit ke-60 setelah pemberian glibenklamid. Cara yang sama dilakukan dalam
pengukuran kadar glukosa darah, yakni dengan glucose test strips dan glucose
meter. Hasil yang diperoleh adalah:
1. Kadar glukosa darah mencit kontrol I adalah 278


2. Kadar glukosa darah mencit uji I adalah 128


3. Kadar glukosa darah mencit uji II adalah 215


Berdasarkan hasil pengamatan kadar glukosa darah mencit sesudah
pemberian glukosa, terlihat adanya kenaikan kadar glukosa darah pada mencit
kontrol, yakni sebesar 111

Sebaliknya, terlihat adanya penurunan kadar


glukosa darah pada mencit uji, yakni sebesar 42

pada mencit uji I tetapi


kenaikan kadar glukosa pada uji II sebesar 50

pada mencit uji II. Dengan


demikian, terlihat jelas bahwa pemberian glibenklamid sebagai obat
anihiperglikemik oral terbukti dapat menurunkan kadar glukosa darah.

VIII. Kesimpulan
Daripada percobaan kali ini,telah diketahui secara lebih baik peran insulin
dalam tubuh dan pengaruhnya pada penyakit diabetes.Teknik untuk mengevaluasi
penyakit diabetes dengan cara konvensional dan komputerisasi telah dikenal .
Persen penurunan pada dosis I adalah 26,87% dan pada dosis II adalah 24,86%.
Persen kadar glukosa relatif pada dosis I adalah 94,21% dan pada dosis II adalah
73,64%.




Daftar pustaka
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2000. Informatorium Obat Nasional
Indonesia. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Jakarta.
Galacia, 2002 , Diabetes, available online at : http://fkunsri. wordpress .com
/2000/02/09 /diabetes-part-1/ [ Diakses pada 15 Mei 2013 ]

Hayes, 1996.The Pharmacologic Basis of Therapeutics- 11th Ed.available online
at : http://digilib.unsri.ac.id/download/MGSO4%20.pdf [ Diakses pada
15 Mei 2013]
Herman, F. 1993. Penggunaan obat hipoglikemik oral pada penderita diabetes
melitus. Pharos Bulletin No.1.
Jones G.V. 1998. Insulin-Dependent Diabetes Mellitus : An Overview . In J.
Pickup and G. Williams (Eds): Textbook of Diabetes. Vol.1. second Edition.
Blackwell Science. United Kingdom.
Katzung Bertram G, 2002. Basic and clinical pharmacology -10 th Edition.
University of California, San Francisco
Neal. 2006. Penggolongan Diabetes . Dalam : Farmakologi dan Terapi,
edisi 5. Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai