Pengertian Boiler
Boiler atau disebut juga ketel uap adalah sebuah bejanan tertutup yang dapat
membentuk uap dengan tekanan lebih besat dari sari atmosfer dengan cara
memanaskan air boiler yang berada di dalamnya dengan gas-gas anas dari hasil
pembakaran bahan bakar. Uap hasil boiler biasanya digunakan sebagai pemanas, baik
pemanas bahan bakar, pemanas ruangan, pemanas air, pemanasan kargo, ataupun
untuk operasional lainnya. Sebuah boiler atau ketel uap harus di lengkapi paralatan
agar dapat membantu kinerjanya sehingga operasional boiler berjalan dengan aman.
Boiler atau ketel uap harus mempunyai persyaratan, yaitu sebagai berikut:
1. Dapat menghasilkan uap dengan berat tertentu dalam waktu tertentu pula, dan
tekanannya lebih besar dari satu atmosfer.
2. Kadar air yang di hasilkan pada uap panas harus sedikit mungkit.
3. Kalau memakai alat pemanas lanjut uap, maka suhu uap pada pemakaian uap
yang terakhir tidak berubah terlalu banyak.
4. Uap harus di bentuk dengan jumblah bahan bakar sehemat mungkin.
5. Jika pemakaian uap berubah-ubah, maka tekanan uap tidak boleh berubah
banyak.
Air di dalam boiler dipanaskan oleh panas dari hasil pembakaran bahanbakar
(sumber panas lainnya) sehingga terjadi perpindahan panas dari sumber panas
tersebut ke air yang mengakibatkan air tersebut menjasi panas atau berubah
wujud menjadi uap. Air yang lebih panas memiliki berat jenis yang lebih
rendah dibanding air yang lebih dingin, sehingga terjadi perubahan berat jenis
air di dalam boiler. Air yang memiliki berat jenis kecil akan naik, dan
sebaliknya air yang memiliki berat jenis yang lebih tinggi akan turun ke dasar
(Djokosetyarjo, M.J.1990)
B. Jenis Boiler dan Appedansinya/Perlengkapannya
Boiler dapat dibedakan jenis-jenisnya berdasarkan bahan bakar, posisi air dan
gas panas, tekanan, serta sirkulasi.
1. Berdasarkan Bahan Bakar
Jenis boiler berdasarkan bahan bakar dapat dikelompokkan menjadi:
Boiler bahan bakar padat
Boiler bahan bakar cair
Boiler bahan bakar gas
2. Berdasarkan Posisi Air dan Gas Panas
Jenis boiler berdasarkan posisi air dan gas panas dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
Boiler pipa air
Boiler pipa api (fire tube)
Boiler kombinasi
3. Berdasarkan Tekanan
Jenis boiler berdasarkan tekanan dapat dibagi menjadi:
Boiler tekanan rendah
Boiler tekanan sedang
Boiler tekanan tingi
4. Berdasarkan Sirkulasi
Jenis boiler berdasarkan sirkulasi air dapat dibagi atas:
Boiler sirkulasi alami
Boiler sirkulasi paksa
Boiler harusdi dilengkapi dengan appedansi (perlengkapan) dan beberapa
peralatan agar boiler dapat berjalan lancar dan untuk menjamin keamanan boiler.
Menurut hukum uap maka yang termasuk dalam appendansi adalah:
1. Yang berhubungan dengan ruang uap
Katub keamanan
Katub ini mempunyai fungsi untuk mencegah agar tekanan di
dalam boiler tidak melebihi dari tekanan kerja yang ditentukan
menurut peraturan.
Katub utama dan bantu
adalah katub yang dipakai untuk mengatur pemberian uap
untuk pemanasan muatan, sedangkan katub bantu dipergunakan
untuk mengatur aliran ke pesawat-pesawat bantu. Katub harus
dipasang sedekat mungkin dengan boiler dan katub harus dapat
di buka dan ditutup dengan baik dan lancar.
Manometer
Alat ini untuk menunjukkan dan mengetahui tekanan uap
sambungan yang berada dalam sebuah ketel dengan jelas dan
tepat, dengan adanya manometer ini pengoperasian boiler akan
lebih aman.
2. Yang berhubungan dengan ruang air
Katub pengisian boiler
Fungsi katub ini adalah untuk mengatur jumlah air pengisian
yang masuk ke dalam boiler dan mencegah air boiler tidak
kembali ke saluran pengisian.
Kran spui atau blown down
Adalah untuk mengeluarkan sebagian atau seluruhnya air boiler
untuk membuang kotoran yang mengendap di bagian bawah
boiler.
Gelas penduga
Adalah sebagai pengontrol air yang ada di dalam boiler.
Disamping itu, terdapat alat tambahan tetapi tidak termasuk appendansi, yaitu
diantaranya:
Kran brain
Kran garam
Garis api
Plat stempel
Pada boiler modern, disamping alat-alat tersebut masih dilengkapi dengan
alat-alat lain untuk mempertinggi daya guna boiler, yaitu:
Pemanas uap lanjut atu OVO
Pemanas udara atu LUVO
Pemanas awal air pengisi ketel atau ECO
C. Kondisi Air Umpan Boiler
Air yang digunakan pada proses pengolahan dan air umpan boiler diperoleh
dari air sungai, air waduk, sumur bor dan sumber mata air lainnya. Kualitas air
tersebut tidak sama walaupun menggunakan sumber air sejenis, hal ini dipengaruhi
oleh lingkungan asal air tersebut. Sumber mata air sungai umumnya sudah mengalami
pencemaran oleh aktivitas penduduk dan kegiatan industri, oleh sebab itu perlu
dilakukan pemurnian. (Santika,Sri. 1984)
Air umpan boiler harus memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan agar tidak
menimbulkan masalah-masalah pada pengoperasian boiler. Air tersebut harus bebas
dari mineral-mineral yang tidak diinginkan serta pengotor-pengotor lainnya yang
dapat menurunkan efisiensi kerja dari boiler.
Air umpan boiler harus memenuhi persyaratan tertentu seperti yang diuraikan
dalam tabel di bawah ini:
Tabel 1. Persyaratan Air Umpan Boiler
Referensi:NALCOH
D. Pengoperasian Boiler
E. Izin Pengoperasian Boiler
Untuk mengoperasikan boiler haruslah memiliki izin sesuai peraturan yang
ada. Peraturan tersebut mencakup Undang-Undang Uap 1930, UU No. 1 Tahun 1970
tentang Keselamatan Kerja, serta peraturan daerah masing-masing. Izin pengoperasian
boiler pun harus dibarengi oleh pengawasan.
Dalam pengoperasian boiler, terdapat dua kualifikasi operator, yaitu:
1. Operator kelas I
Sekurang-kurangnya berpendidikan SLTA Jurusan mekanik,
listrik, atau IPA.
Telah berpengalaman dibidang pelayanan pesawat uap
sekurang-kurangnya 2 tahun.
Harus lulus paket Al + A2 dan lulus ujian yang
diselenggarakan oleh Departemen Tenaga Kerja cq. Ditjen
Binawas.
Operator kelas I ini berwenang malayani:
Sebuah ketel uap dengan kapasitas uap lebih besar dari 10
ton/jam.
Pesawat uap selain uap untuk semua ukuran.
Mengawasi kegiatan operator kelas II bila menurut ketentuan
pada peraturar ini
perlu didampingi operator kelas II.
2. Operator kelas II
Sekurang-kurangnya berpendidikan SLTP, dan diutamakan
teknik mekanik, atau listrik.
Pernah sebagai pembantu operator selama 1 tahun.
Mengikuti kursus operator paket A1
Lulus ujian yang diselenggarakan oleh Departemen Tenaga
Kerja cq. Ditjen Binawas.
Operator kelas II ini berwenang melayani:
Sebuah ketel uap dengan kapasitas uap paling tinggi 10
ton/jam.
Pesawat uap selain ketel uap untuk semua ukuran.
F. Masalah-Masalah pada Boiler dan Upaya Pencegahannya
Suatu bolier pembangkit uap yang dioperasikan tanpa kondisi air yang baik,
cepat atau lambat akan menimbulkan masalah-masalah yang berkaitan dengan kinerja
dan kualitas dari sistem pembangkit uap. Banyak masalah-masalah yang ditimbulkan
akibat dari kurangnya penanganan dan perhatian khusus terhadap air umpan boiler.
Akibat dari kurangnya penanganan terhadap air umpan boiler akan
menimbulkan masalah-masalah sebagai berikut:
1. Pembentukkan Kerak
Terbentuk kerak pada dinding boiler terjadi akibat adanya
mineral-mineral pembentukkan kerak, misalnya ion-ion kesadahan
seperti Ca
2+
dan Mg
2+
dan akibat pengaruh gas penguapan. Disamping
itu pula dapat disebabkan oleh mekanisme pemekatan didalam boiler
karena adanya pemanasan. Jenis-jenis kerak yang umum dalam boiler
adalah kalsium sulfat, senyawa silikat dan karbonat. Zat-zat dapat
membentuk kerak yang keras dan padat sehingga bila lama
penanganannya akan sulit sekali untuk dihilangkan. Silika diendapkan
bersama dengan kalsium dan magnesium sehingga membuat kerak
semakin keras dan semakin sulit untuk dihilangkan. (Gaffert,Gustaf A.
1974)
Kerak yang menyelimuti permukaan boiler berpengaruh
terhadap perpindahan panas permukaan dan menunjukkan dua akibat
utama yaitu berkurangnya panas yang dipindahkan dari dapur ke air
yang mengakibatkan meningkatkan temperatur disekitar dapur, dan
menurunnya efisiensi boiler.
Untuk mengurangi terjadinya pembentukkan kerak pada boiler
dapat dilakukan pencegahan-pencegahan sebagai berikut:
Mengurangi jumlah mineral dengan unit softener
Melakukan blowdown secara teratur jumlahnya
Memberikan bahan kimia anti kerak
Zat terlarut dan tersuspensi yang terdapat pada semua air alami
dapat dihilangkan/dikurangi pada proses pra-treatment 9pengolahan
awal) yang terbukti ekonomis. Menurut Gustaf Gaffert penanggulangan
kerak yang sudah ada dapat dilakukan dengan cara:
On-line cleaning, yaitu pelunakan kerak-kerak lama
dengan bahankimia selama boiler beroperasi normal.
Off-line cleaning (acid cleaning), yaitu melarutkan
kerak-kerak lama dengan asam-asam khusus tetapi
boiler harus berhenti beroperasi
Mechanical cleaning, yaitu penanggulangan dengan
menggunakan sikat, pahat, scrub, dan lain-lain.
2. Peristiwa Korosi
Korosi dapat disebabkan oleh oksigen dan karbon dioksida
yang terdapat dalam uap yang terkondensasi. Korosi merupakan
peristiwa logam kembali kebentuk asalnya di alam misalnya besi
menjadi oksida besi, alumunium dan lain-lain. Peristiwa korosi dapat
terjadi disebabkan oleh:
Gas-gas yang bersifat korosif seperti O
2
, CO
2
, H
2
S, dll.
Kerak dan deposit
Perbedaan logam (korosi galvanis)
pH yang terlalu rendah dan lain-lain
Jenis korosi yang dijumpai pada boiler dan sistem uap adalah
general corrosion, pitting (terbentuknya lubang) dan embrittlement
(peretakan baja). Adanya gas yang terlaru, oksigen dan karbon dioksida
pada air umpan boiler adalah penyebab utama general corrosion dan
pitting corrosion (tipe oksigen elektro kimia dan differensial).
Kelarutan gas-gas ini di dalam air umpan boiler menurun jika suhu
naik. Kebanyakan oksigen akan memisah pada ruang uap, tetapi
sejumlah kecil residu akan tertinggal dalam larutan atau terperangkap
pada kantong-kantong atau dibawah deposit, hal ini dapat
menyebabkan korosi pada logam-logam boiler.karena itu penting untuk
melakukan proses deoksigenasi air boiler.
Jumlah rata-rata korosi atau serangan elektrokimia akan akan
naik jika nilai pH air menurun. Selain itu air umpan boiler akan
dikondisikan secara kimia mencapai nilai pH yang relatif tinggi.
Bentuk korosi yang tidak umum tetapi berbahaya adalah bentuk korosi
embrittlement atau keretakan inter kristalin pada baja yang terjadi jika
berada pada tekanan yang tinggi dan lingkungan kimia yang tidak
sesuai. Caustic embrittlement atau keretakan inter kristalin pada baja
yang terjadi jika berada pada tekanan yang tinggi dan lingkungan kimia
yang tidak sesuai. Caustic embrittlement terhadi pada sambungan
penyumbat dan meluas pada ujung tabing dimana celah memungkinkan
perkembangan suatu lingkungan caustic yang terkonsentrasi.
(Diilon,C.P. 1989)
Hidrogen embrittlement adalah bentuk lain dari retakan
interkristalin yang terjadi pada tabung air boiler yang disebakan
tekanan tinggi dan kondisi temperatur yang tertentu.
Untuk mengurangi terjadinya peristiwa korosi dapat dilakukan
pencegahan seabagi berikut:
mengurangi gas-gas yang bersifat korosif
mencegah terbentuknya kerak dan deposit dalam boiler
mencegah korosi galvanis
menggunakan zat yang dapat menghambat peristiwa
korosif
mengatur pH dan alkalinitas air boiler dan lain-lain
3. Pembentukkan Deposit
Deposit merupakan peristiwa penggumpalan zat dalam air
unpan boiler yang desebabkan oleh adanya zat tersuspensi misalnya
oksida besi, oksida tembaga dan lain-lain. Peristiwa ini dapat juga
disebabkan oleh kontaminasi uap dari produk hasil proses produksi.
Sumber deposit didalam air seperti garam-garam yang terlarut dan zat-
zat yang tersuspensi didalam air umpan boiler. Pemanasan dan dengan
adanya zat tersuspensi dalam air pada boiler menyebabkan
mengendapnya sejumlah muatan yang menurunkan daya kelarutan, jika
temperaturnya dinaikkan. Hal ini menjelaskan mengapa kerak dan
sludge (lumpur) terbentuk. Kerak merupakan bentuk deposit-deposit
yang tetap berada pada permukaan boiler sedangkan lumpur
merupakan bentuk deposit-deposit yang tidak menetap atau deposit
lunak. (Milton, J.H. 1990)
Pada ketel bertekanan tinggi, silika muda mengendap dengan
uap dan dapat membentuk deposit yang menyulitkan pada daun turbin.
Pencegahan-pencegahan yang dapat dilakukan untuk
mengurangi terjadinya peristiwa deposit dapat dilakukan diantaranya:
Meminimalisasi masuknya mineral-mineral yang dapat
menyebabkan deposit seperti oksida besi, oksida
tembaga dan lain-lain
Mencegah korosi pada sistem kondensat dengan proses
netralisasi (mengatur pH 8,2 9,2) dapat juga dilakukan
dengan mencegah terjadinya kebocoran udara pada
sistem kondensat.
Mencegah kontaminasi uap selanjutnya menggunakan
bahan kimia untuk mendispersikan mineral-mineral
penyebab deposit.
Penanggulangan terjadinya deposit yang telah ada dapat
dilakukan dengan acid cleaning, online cleanig, dan
mechanical cleaning.
4. Kontaminasi Uap (Steam Carryover)
Ketika air boiler mengandung garam terlarut dan zat
tersuspensi dengan konsentrasi yang tinggi, ada kecenderungan
baginya untuk membentuk busa secara berlebihan sehingga dapat
menyebabkan steam carryover zat-zat padat dan cairan pengotor
kedalam uap.
Steam carryover terjadi jika mineral-mineral dari boiler ikut
keluar bersama uap ke alat-alat seperti superheater, turbin, dan lain-
lain. Kontaminasi-kontaminasi ini dapat diendapkan kembali pada
sistem uap atau zat-zat itu akan mengotaminasi proses atau material-
material yang diperlukan steam. (Naibaho, P.M. 1996)
Steam carryover dapat dihindari dengan menahan zat-zat padat
terlarut pada air boiler dibawah tingkat tertentu melalui suatu analisa
sistematis dan kontril pada pemberian zat-zat kimia dan blowdown.
Carryover karbon dioksida dapat mengembalikkan uap dan asam-asam
terkondensasi.
G. Pemeliharaan dan Perawatan Boiler
Boiler yang berperan dalam proses pengubahan air menjadi uap
memerlukan perlakuan dan perawatan khusus. Masalah yang timbul pada boiler
umumnya disebabkan oleh perlakuan air umpan boiler yang tidak memenuhi
persyaratan. Untuk perawatan dan pemeliharaan boiler dapat dilakukan dengan cara
sebagai berikut:
1. Proses Commisioning Awal
Proses persiapan awal yang dilakukan baik terhadap boiler
yang baru ataupun boiler yang sudah lama adalah suatu
pemeriksaan utama yang terdiri dari proses penghilangan kerak
ataupun material asing pada boiler setelah uji hidrostatik dan
pemeriksaan pada kebocoran boiler. Ketel dioperasikan dengan cara
pendidihan yang menggunakan larutan alkali untuk menghilangkan
material-material yang mengandung minyak dan deposit-deposit yang
lain. Selama pendidihan, boiler dioperasikan pada tekanan rendah
yang dijaga setengah dari tekanan penuh. Waktu pendidihan lebih
kurang 24 jam. Untuk boiler tekanan tinggi pembersihan secara kmia
dengan mengurangi zat-zat dilakukan untuk menghilangkan kerak.
Setelah pendidihan atau pembersihan secara asam (acid cleaning)
boiler dikosongkan, diisi kembali dan dicuci dengan air segar. Boiler
kemudian siap untuk beroperasi pada tekanan uap optimal dan
menggunakan tombol pengaman.
2. Operasi pada Keadaan Normal dan Emergency (Darurat)
Pengoperasian pada keadaan normal dilakukan oleh pabrik-
pabrik ketel yang memerlukan pemeliharaan dan kondisi air ketel
yang baik untuk mencegah timbulnya kerak atau korosi. Untuk
memeriksa secara benar/baik perlu diperhatikan uap dan temperature
uap yang dihasilkan serta menjaga kebersihan gas. Jangka waktu
untuk memulai dan untuk pendinginan boiler setelah dimatikan,
ditetapkan dalam petunjuk manual ketel dan harus diikuti/dipatuhi
dengan baik.
Pengoperasian pada keadaan darurat, merupakan hal yang
penting untuk diperhatikan. Keadaan ini dapat berupa kesalahan pada
sediaan air umpan atau sediaan bahan bakar. Kehilangan udara atau
kesalahan pada api pembakaran. Unit boiler yang modern dilengkapi
dengan kunci pengaman yang otomatis untuk aliran sediaan bahan
bakar dan pada saat ketel berhenti beroperasi., jika terjadi keadaan
yang membahayakan.
3. Pembersihan Boiler
Pembersihan eksternal sering dilakukan dengan penyiaktan
dan pengaliran gas atau dengan air mengalir. Pembersihan internal
dengan air dan uap dilakukan dengan cara manual jika mungkn dan
dapat juga dengan menggunakan pembersih kimia secara otomatis
untuk ketel yang modern pada unit boiler terutama pada bagian ketel
yang tidak semuannya dapat dijangkau oleh tangan.
Pembersihan secara kimia harus dilakukan dibawah
pengawasan supervisor. Kebanyakan asam hidroklorik digunakan
bersama-sama dengan zat kimia untuk menghilangkan kerak-kerak
yang keras. Pembersihan asam jika dibuat oleh orang yang tidak
kompeten dapat menyebabkan kelebihan zat-zat kimai pada boiler.
Setelah pencucian dengan asam, dinetralkan dengan larutan alkali dan
terakhir kali boiler dioperasikan pada pemanasan tekanan rendah
dengan larutan inert.
Pada saat ketel dihentikan uttuk periode yang lama sekitar 1
atau 2 bulan. Metode storage kering dianjurkan untuk melindungi
boiler dari serangan korosi. Ini memerlukan pembersihan dan
pengeringan yang seksama terhadap boiler dan penutup semua lubang
juga menghilangkan air dan udara diruangan boiler dan alat-alat
pengukur tekanan. Penampang material penyerap air ditempatkan
untuk membersihkan kelembapan yang rendah.
Adapun pelaksanaan perawatan boiler dapat dilakukan mulai dari harian,
mingguan, dan bulanan.
1. Perawatan Harian (Daily Maintenance)
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada tiap 1 jam, diantaranya:
Water level dari tanki condensate
Fuel oil level dari dari service tank dan strong tank
Cooling Water
Suhu dan tekanan minyak pelumas dari seluruh peralatan katel
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada tiap 4 jam, diantaranya:
Buka drain valve tanki penampungan udara, pemanas udara
dan tank compressor
Analisa boiler feed Water dan boiler Water tiap 2 jam sekali
Gantu Burner dan bersihkan Burner tip (bila menggunakan
Burner)
Lakukan damping stocker
Lakukan Soot blowing.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada tiap 8 jam, diantaranya:
Lakukan Blow Down lower drum
Lakukan pembersihan total diseluruh area boiler
Penggantian/pemberian chemical baru untuk boiler Water
2. Perawatan Mingguan (Weekly Maintenance)
Pembersihan saringan (screen) pada masing-masing bagian
atau alat
Cek kekencanan rantai dan belt
Lakukan blow pada bagian bawah
Lakukan pelumasan-pelumasan pada bearing
3. Perawatan Bulanan (Mountly Maintenance)
Lakukan blow pada header
Keluarkan abu dari dalam ketel
Cek pelumasan pada coupling-coupling
Cek I.D.F impeller dan Dust collector.
Berbagai cara yang dapat dilakukan untuk perawatan boiler diharapkan umur teknis
dan umur ekonomis dari sebuah boiler dapat terjamin sehingga umurnya relatif
panjang.