Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Laporan Kasus
OD ULKUS KORNEA
Identitas Pasien
Nama : Tn. I
Umur : 28 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku Bangsa : Makassar/Indonesia
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Mamajang
Tanggal Pemeriksaan : 21 Maret 2014
Tempat Pemeriksaan : Poliklinik Mata Balai Kesehatan Mata Masyarakat
ANAMNESIS
Keluhan utama: Penglihatan kabur pada mata kanan
Anamnesis terpimpin : Dialami sejak 10 hari yang lalu secara perlahan-lahan,
nyeri (+) rasa mengganjal (+), mata merah (+), terlihat putih di mata hitam sejak
1 minggu yang lalu yang semakin lama semakin membesar. Air mata berlebih (+),
kotoran mata berlebih (-), gatal (+), silau (+). Riwayat keluar darah (-). Riwayat
memakai kacamata (-). Riwayat trauma (+) mata kemasukan sesuatu saat sedang
bekerja mencangkul tanah tetapi pasien tidak mengetahui jenis benda asingnya.
Riwayat berobat ke dokter Puskesmas 2 hari setelah kejadian, diberikan obat
berupa obat minum dan tetes mata (nama obat tidak diketahui pasien) namun
belum ada perbaikan. Riwayat DM (-), riwayat HT (-), riwayat alergi (-).
Status Generalisata
Status Umum : Sakit Sedang/Gizi Cukup/Sadar
Tanda Vital :
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Pernapasan : 18 x/menit
Suhu : 36,5
o
C
2
Foto Klinis
OD
Foto Pemeriksaan Fluorescein
OD
Pemeriksaan
A. Inspeksi
OD OS
Palpebra Edema (+) Edema (-)
Apparatus Lakrimalis Lakrimasi (+) Lakrimasi (-)
Silia Sekret (-) Sekret (-)
Konjungtiva Hiperemis (+), inj.
Konjungtiva (+), inj
perikornea (+)
Hiperemis (-)
Mekanisme muscular
- ODS
Normal ke segala arah :
Normal ke segala arah:
3
Kornea Keruh, tampak ulkus di
sentral-perifer uk + 6,5 x
7 mm
Jernih
Bilik mata depan Sulit dievaluasi Normal
Iris Sulit dievaluasi Cokelat, krypte (+)
Pupil Sulit dievaluasi Bulat, sentral
Lensa Sulit dievaluasi Jernih
B. Palpasi
OD OS
Tensi ocular Tn Tn
Nyeri tekan - -
Massa tumor - -
Glandula pre-aurikuler Tidak ada pembesaran Tidak ada pembesaran
C. Tonometri
Tidak dilakukan pemeriksaan
D. Visus
VOD :1/300 +
+ +
+
VOS : 6/6
E. Campus Visual
Tidak dilakukan pemeriksaan
F. Color Sense
Tidak dilakukan pemeriksaan
G. Light Sense
Tidak dilakukan pemeriksaan
4
H. Penyinaran Oblik
`OD OS
Konjungtiva Hiperemis (+), injeksio
konjungtiva (+), injeksio
perikornea (+)
Hiperemis (-)
Kornea Keruh, tampak ulkus di
sentral-perifer ukuran
6,5x7 mm pada 1/3
permukaan kornea
Jernih
BMD Sulit dievaluasi Normal
Iris Sulit dievaluasi Cokelat, kripte (+)
Pupil Sulit dievaluasi Bulat, sentral , RC (+)
I. Diafanoskopi
Tidak dilakukan pemeriksaan
J. Oftalmoskopi
Tidak dilakukan pemeriksaan
K. Slit Lamp
SLOD : Konjungtiva hiperemis (+), ijeksio konjungtiva (+), injeksio
perikornea (+), kornea floresense (+), ulkus (+) di sentral-perifer dengan ukuran
6,5 mm x 7 mm, iris sulit dinilai, pupil sulit dinilai, lensa sulit dinilai.
SLOS : Konjungtiva hiperemis (-), kornea jernih, BMD normal, iris:
coklat, kripte (+), pupil: bulat, sentral, RC (+), lensa jernih.
L. Resume
Seorang laki-laki umur 28 tahun datang ke poliklinik mata Badan
Kesehatan Mata Masyarakat dengan keluhan utama visus menurun pada mata
kanan. Dialami sejak 10 hari yang lalu secara perlahan-lahan, nyeri (+) rasa
mengganjal (+), mata merah (+), terlihat putih di mata hitam sejak 1 minggu
5
yang lalu yang semakin lama semakin membesar. Air mata berlebih (+), kotoran
mata berlebih (-), gatal (+), fotofobia (+). Riwayat keluar darah (-). Riwayat
memakai kacamata (-). Riwayat trauma (+) mata kemasukan sesuatu saat sedang
bekerja mencangkul tanah tetapi pasien tidak mengetahui jenis benda asingnya.
Riwayat berobat ke dokter Puskesmas 2 hari setelah kejadian, diberikan obat
berupa obat minum dan tetes mata (nama obat tidak diketahui pasien) namun
belum ada perbaikan. Riwayat DM (-), riwayat HT (-). Riwayat alergi (-).
Pada pemeriksaan oftalmologi pada inspeksi tampak kelopak mata
kanan edema, pada pemeriksaan visus VOD 1/300 dan VOS 6/6. Pada palpasi
tidak ditemukan kelainan. Penyinaran oblik dan Slit lamp pada OD didapatkan
pada konjungtiva tampak hiperemis, injeksi konjungtiva, injeksi perikornea,
kornea flouresense (+) tampak ulkus di sentral-perifer ukuran 6,5x7 mm, detail
lain sulit dievaluasi. Pada OS tidak ditemukan kelainan, kesan normal.
M. Diagnosis
OD Ulkus kornea
N. Penatalaksanaan :
Oral :
Ciprofloxacin 500 mg 2x1
Topikal :
C. Levofloxacin 6x1 gtt OD
C. Hyaloph 6x1 gtt OD
Anjuran:
Kornea swab dan kultur sensitivitas
O. Prognosis
Qua ad vitam : Bonam
Qua ad sanationam : Dubia ad malam
Qua ad visam : Dubia ad malam
Qua ad cosmeticam : Dubia
6
DISKUSI
Seorang laki-laki umur 28 tahun datang ke poliklinik mata Balai
Kesehatan Mata Masyarakat dengan keluhan utama visus menurun pada mata
kanan. Dialami sejak 10 hari yang lalu secara perlahan-lahan, nyeri (+) rasa
mengganjal (+), mata merah (+), terlihat putih di mata hitam sejak 1 minggu
yang lalu yang semakin lama semakin membesar. Air mata berlebih (+), kotoran
mata berlebih (-), gatal (+), fotofobia (+). Riwayat keluar darah (-). Riwayat
memakai kacamata (-). Riwayat trauma (+) mata kemasukan sesuatu saat sedang
bekerja mencangkul tanah tetapi pasien tidak mengetahui jenis benda asingnya.
Riwayat berobat ke dokter Puskesmas 2 hari setelah kejadian, diberikan obat
berupa obat minum dan tetes mata (nama obat tidak diketahui pasien) namun
belum ada perbaikan. Riwayat DM (-), riwayat HT (-), riwayat alergi (-).
Pada pemeriksaan oftalmologi pada inspeksi tampak kelopak mata
kanan edema, pada pemeriksaan visus VOD 1/300 dan VOS 6/6. Pada palpasi
tidak ditemukan kelainan. Penyinaran oblik dan Slit lamp pada OD didapatkan
pada konjungtiva tampak hiperemis, injeksi konjungtiva, injeksi perikornea,
kornea flouresense (+) tampak ulkus di sentral-perifer ukuran 6,5x7 mm, detail
lain sulit dievaluasi. Pada OS tidak ditemukan kelainan, kesan normal.
Ulkus kornea adalah keadaan patologik kornea yang ditandai oleh adanya
infiltrat supuratif disertai defek kornea bergaung, diskontinuitas jaringan kornea
dapat terjadi dari epitel sampai stroma. Penyebab ulkus kornea sering diakibatkan
oleh infeksi bakteri, jamur, infeksi virus herpes simpleks, atau trauma. Penyebab
bakteri yang paling sering adalah Pseudomonas aeruginosa, Stapilokokus aureus,
dan Stapilokukokus epidermidis. Sedangkan jamur biasanya disebabkan oleh
Candida albicans.
Dari anamnesis, didapatkan predisposisi terjadinya kasus ini adalah mata
pasien mengalami trauma akibat terkena benda asing yang merupakan penyebab
terjadinya infeksi pada kornea. Awalnya pasien merasakan nyeri pada mata kanan,
gejala nyeri terjadi oleh karena kornea memiliki banyak serabut saraf nyeri dan
tidak bermyelin sehingga setiap lesi pada kornea baik superfisial maupun dalam
7
akan memberikan rasa sakit dan rasa sakit ini diperhebat oleh adanya gesekan
palpebra pada kornea. Ditemukan juga hiperlakrimasi karena nervus yang
mempersarafi apparatus lakirimalis sama dengan yang mempersarafi kornea, yaitu
N.Trigeminus cabang I sehingga apabila terjadi inflamasi di kornea maka
berpengaruh pada apparatus lakirimalis.
Pada pemeriksaan fisis ditemukan penurunan visus pada mata yang
mengalami infeksi oleh karena adanya defek pada kornea sehingga menghalangi
refleksi cahaya yang masuk ke media refrakta terutama jika letaknya disentral.
Ulkus kornea terjadi akibat adanya reaksi radang pada epitel karena yang
kemudian dapat masuk kelapisan bawahnya, bisa juga intoksikasi dari bakteri
sehingga terjadi reaksi imun yang mengeluarkan sitokin. Hiperemis didapatkan
oleh karena adanya injeksi konjungtiva dan perikornea.
Pada pemeriksaan slit lamp, ulkus kornea akan memberikan kekeruhan
berwarna putih pada kornea dengan defek pada lapisan stroma yang bila diberi
pewarna flouresen akan berwarna hijau ditengahnya. Iris sukar terlihat akibat
edema dan infiltrasi sel radang pada kornea.
Pengobatan pada ulkus kornea bertujuan menghalangi hidupnya bakteri
dengan antibotika. Selain pemberian antibiotik pada pasien ini juga diberikan
atropin untuk menghilangkan rasa sakit, sebagai dekongestif menurunkan tanda-
tanda radang, menyebabkan paralysis M. siliaris dan M. konstriktor pupil. Dengan
lumpuhnya M. siliaris mata tidak mempunyai daya akomodasi sehingga mata
dalam keadaan istirahat. Dengan lumpuhnya M. konstriktor pupil, terjadi
midriasis sehinggga sinekia posterior yang telah ada dapat dilepas dan mencegah
pembentukan sinekia posterior yang baru.
Pengobatan yang diberikan pada pasien ini adalah pengobatan oral dan
topikal, diberikan Ciprofloxacin 500mg 2x1 untuk oral, sedangkan C. LFX ED 6
dd 1 gtt OD, C. Hyaloph 6 dd 1 gtt OD, dan atropin 1% 2 dd 1 tts OD untuk
topikal.
Pasien seharusnya diberikan terapi AMT (Amniotic Membrane Transplant)
tetapi saat ini pasien masih dalam masa infeksi sehingga penanganan saat ini yang
diberikan yaitu untuk mengatasi infeksi dari ulkus korneanya.