Anda di halaman 1dari 11

MATERIALISME KEBUDAYAAN

MATERIALISME KEBUDAYAAN
(ASEP RAHMAT HIDAYAT. MAHASISWA JURUSAN SEJARAH UNJ)
1. HAKIKAT MATERIALISME KEBUDAYAAN
Materialisme didasarkan pada konsep bahwa dunia ini terdiri dari objek-objek materi
yang berinteraksi dan berpotongan satu sama lain dalam berbagai keadaan, baik tetap maupun
bergerak. Kaum materialis memandang manusia sebagai materi, realitas konkret, bersama
dengan produk-produk pikiran manusia dan perilaku manusia, yang terdiri dari objek-objek
fisik seperti peralatan dan benda-benda, dan produk pikiran seperti teknologi, ilmu
pengetahuan, pengetahuan, nilai-nilai, hukum, agama, dan kebudayaan.
Daya tarik terbesar materialisme pada masa kini adalah pendekatannya yang sesuai
dengan prinsip-prinsip teori dan metode ilmiah, yang berlandaskan pada data empiris untuk
mendukung dan memverifikasi hipotesis-hipotesis dalam ilmu-ilmu social.
Materialisme kebudayaan tidak dapat dilepaskan dari nama Marvin Harris.
Materialisme kebudayaan didasarkan pada konsep bahwa kondisi-kondisi materi masyarakat
menentukan kesadaran manusia, dan bukan sebaliknya. Harris sangat dipengaruhi gagasan
Marxis tentang basis (base) dan suprastruktur (superstructure). Ia menyebut basis sebagai
infrastruktur. Ia memodifikasi skema Marxis dengan memasukkkan unsur reproduksi
manusia ke dalam basis (infrastruktur), bersama-sama dengan mode ekonomi dari produksi.
Selain itu, ia juga mengusulkan suatu kategori antara (intermediate category), yakni
struktur (structure), di antara basis dan suprastruktur, suatu kategor yang tidak terdapat dalam
skema Marxis.
Harris memandang ketiga kategori tersebut, yaitu basis, struktur, dan suprastruktur,
sebagai fenomena etik. Artinya ketiga kategori tersebut dapat ditemukan oleh ahli ilmu sosial
yang menelitinya sebagai ilmuwan. Suprastruktur mengandung fenomena etik maunpun emik.
Fenomena emik adalah komponen mental dalam pikiran orang-orang yang merupakan
anggota suatu kebudayaan atau masyarakat, yang memandang diri mereka sendiri dan dunia
dari perspektif spesifik mereka sendiri, atas dasar nilai-nilai, pengetahuan, dan sikap yang
dipelihara dalam kebudayaan. Bahasa adalah suatu kategori yang terpisah dari semua kategori
lainnya, yang menurut Harris berperan sebagai instrumen untuk mengkoordinasikan kegiatan-
kegiatan basis, struktur, dan suprastruktur. Karena itu, bahasa memberikan suplai dan
termasuk ke dalam ketiga kategori, karena semua perilaku sosial manusia berimplikasi
terhadap penggunaan bahasa.
Materialisme kebudayaan Harris dilandasi Marx, tetapi berbeda dari Marxisme ia
sangat menganjurkan agar memberikan prioritas bagi suatu strategi penelitian yang terdiri
dari: berawal dari kajian mengenai basis (infrastruktur), kemudian struktur, dan akhirnya
suprastruktur. Perbedaan yang lain antara Marxisme dan materialisme kebudayaan adalah
materialisme kebudayaan mengemukakan hipotesis bahwa peilaku manusia dikontrol oleh
persyaratan kebutuhan protein, energi, atau faktor-faktor alamiah lainnya. Metodologi
materialisme kebudayaan terletak pada metode ilmiah dan aturan-aturannya dalam
menghimpun data, memverifikasi hipotesis, dan mengembangkan analisis logika dan
pembuktian yang tepat.
Prinsip umum yang harus dipegang mengenai Materialisme Kebudayaan adalah
budaya dikembangkan oleh suatu masyarakat berdasarkan pada materi (benda) yang
dimilikinya. Selain itu, Materialisme Kebudayaan berbanding lurus dengan benda-benda
yang dimiliki suatu masyarakat dalam suatu wilayah tertentu dan kebudayaan berkembang
seiring dengan berkembangnya pemikiran manusia.
2. PRINSIP PRINSIP MATERIALISME KEBUDAYAAN
Struktur universal sistem sosial budaya yang dikonsepsikan oleh materialisme
kebudayaan terletak pada konstanta biologi dan psikologi dari hakikat alamiah manusia, dan
pada pembedaan antara pikiran dan perilaku, emik, dan etik. Pertama, setiap masyarakat harus
menghadapi masalah produksi. Kedua, setiap masyarakat harus menghindari masalah
reproduksi, menghindari peningkatan atau pengurangan jumlah dan ukuran penduduk yang
bersifat menganggu atau merusak. Ketiga masyarakat harus menghadapi masalah perlunya
memelihara hubungan-hubungan perilaku yang teratur dan aman di kalangan kelompok-
kelompok penyusunnya dan dengan masyarakat lainnya. Keempat, anggaplah pentingnya
bahasa dan proses simbolik bagi psike manusia, orang dapat menyimpulkan adanya
keberulangan universal dari perilaku produktif yang menuju kepada produk dan servis etik,
erekreasi, sportif, dan estetik.
Kategori-kategori perilaku etik utama bersama dengan beberapa contoh fenomena
sosial budaya yang termasuk ke dalam setiap domain (ranah) adalah :
Mode Produksi
Teknologi dan praktik-praktik yang digunakan untuk memperluas atau membatasi
produksi subsistensi dasar, khususnya produksi makanan dan bentuk-bentuk energi
lainnya. Perhatikan misalnya hambatan dan kesempatan yang timbul karena interaksi
teknologi spesifik tertentu dengan habitat tertentu.
Teknologi subsistensi
Hubungan tekno-lingkungan
Ekosistem
Pola-pola kerja
Mode Reproduksi
Teknologi dan praktik-praktik yang diterapkan untuk memperluas, membatasi, dan
mempertahankan ukuran populasi.
Demografi
Pola-pola perkawinan
Fertilitas, natalitas, dan mortalitas
Pengasuhan anak
Pengendalian medis atas pola-pola demografi
Kontrasepsi, aborsi, infantisida.
Ekonomi Domestik
Pengorganisasian reproduksi dan produksi dasar, tukar-menukar, dan konsumsi dalam
rumah tangga, apartemen, atau tatanan domestik lainnya.
Struktur keluarga
Pembagian kerja domestik
Sosialisasi domestik, enkulturasi, pendidikan
Peranan usia dan jenis kelamin
Displin domestik, hierarki, sanksi.
Ekonomi Politik
Pengorganisasian reproduksi, produksi, pertukaran dan konsumsi dalam dan di antara
band-band, desa-desa, chiefdoms, negara, dan kerajaan.
Organisasi politik, faksi, klub, asosiasi, korporasi
Pembagian kerja, pajak, dan pungutan
Sosialisasi politik, enkulturasi, pendidikan
Kelas, kasta, hierarki kota-desa
Displin, kontrol polisi/tentara
Perang
Suprastruktur Perilaku
Seni musik, tari-tarian, sastra, periklanan
Ritual
Olahraga, permainan, hobi
Ilmu pengetahuan
Marvin Harris dapat menyederhanakan kategori-kategori di atas dengan
menghubungkan mode produksi dan reproduksi bersama di bawah rubrik infrastruktur, dan
menggabungkan ekonomi domestik dan ekonomi politik di bawah rubrik struktur. Maka,
terbentuklah skema tripartit sebagai berikut :
Infrastruktur (produksi dan reproduksi)
Sturktur (ekonomi domestik dan ekonomi politik)
Suprastruktur (suprastruktur perilaku)
3. KRITIK TERHADAP MATERIALISME KEBUDAYAAN
Materialisme Kebudayaan dikritik terutama karena konsentrasinya pada infrastruktur
sehingga tampak mengecilkan arti penting ideologi dan kegiatan politik sebagai kekuatan
perubahan (determinisme Infrastruktur). Terhadap kritik ini, Harris mengatakan bahwa ia
tidak dapat menolak peranan aktivisme politik dalam mengubah sistim sosial. Ia juga
memandang ideologi memiliki peran dalam proses percepatan atau perlambata bagi perubahan
dalam infrastruktur. Namun, ia menegaskan bahwa apabila kondisi-kondisi dalam
infrastruktur tidak matang, maka tidak akan ada aktivisme politik yang embawa perubahan.


4. DAFTAR PUSTAKA
- Bakker, J.W.M. Filsafat Kebdayaan Sebuah Pengantar. Yogyakarta : Kanisius. 1984.
- Havilland, William A. Antropologi. Jakarta : Erlangga. 1995.
- Kessing, Roger M. Antropologi Budaya : Suatu Perspektif Kontemporer Jilid II. Jakarta :
Erlangga. 1992.
- Saifudin, Achma Fedyani. Antropologi Kontemporer : Suatu Pendekata Terhadap Realitas
Sosial. Jakarta : Rajawali Press. 1993.

82.

Bahan-bahan
kuliah Prof. Dr.
Noerhadi
Magetsari, 29
Oktober 2008.3.

Harris, Marvin,
Cultural
Materialism is
Alive and Well
and Wont Go
UntilSomething
Better Comes
Along, dalam
Brodsky,
Assessing
Cultural Anthrop
ology
.4.

Hodder, Ian. The
Interpretation of
Documents and
Material Culture.
5.

Christomy, T.,
dan Untung
Yuwono (ed.).
2004.
Semiotika Budaya
. Depok:Pusat
Penelitian
Kemasyarakatan
dan Budaya,
Direktorat Riset
danPengabdian
Masyarakat UI

Anda mungkin juga menyukai