n
n i
XiPxi TFC
Keterangan:
TFC = Biaya Tetap Total
Xi = Jumlah fisik dari input yang membentuk biaya tetap
Pxi = Harga input
n = Banyaknya input
Dimana nilai penyusutan menurut Rosyidi (1999), yaitu sebagai berikut:
t
Ps Pb
D
Keterangan :
D = Biaya penyusutan peralatan produksi
Pb = Nilai awal dari peralatan Produksi
Ps = Nilai akhir dari peralatan
t = Perkiraan umur peralatan
B. Biaya Variabel ( Variable Cost)
Menurut Arsyad (1991), biaya variabel atau variable cost (VC)
berubah-ubah sesuai dengan perubahan output. Jadi VC ini merupakan fungsi
dari tingkat output. Termasuk dalam biaya variabel ini adalah pengeluaran
bahan baku, depresiasi yang disebabkan oleh penggunaan peralatan, biaya
tenaga kerja, komisi-komisi penjualan dan semua biaya input-input lainnya
yang berubah-ubah sesuai tingkat output. Dalam jangka panjang biaya adalah
variabel. Menurut Sudarsono (1986), biaya variabel didefinisikan sebagai
biaya yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan kuantitas
produk yang dihasilkan. Makin besar kuantitas produk makin besar pula
jumlah biaya variabel.
Dengan rumus menurut Soekartawi (2006), yaitu sebagai berikut:
17
n
n i
XiPxi TVC
Keterangan:
TVC = Biaya Variabel Total
Xi = Jumlah fisik dari input yang membentuk biaya variabel
Pxi = Harga input
n = Banyaknya input
C. Biaya Total (Total Cost)
Menurut Rahardja dan Mandala (1999), biaya total jangka pendek
(total cost) sama dengan biaya tetap ditambah biaya variabel. Biaya total
secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:
TC = TFC + TVC
Dimana :
TC = Biaya Total
TFC = Biaya Tetap Total
TVC = Biaya Variabel Total
2.6.3 Analisis Penerimaan dan Keuntungan
1. Perhitungan Penerimaan usaha
Menurut Boediono (2000), revenue (penerimaan) merupakan
penerimaan produsen dari hasil penjualan outputnya. Total Revenue (TR)
yaitu Penerimaan total produsen dari hasil penjualan outputnya. Total revenue
adalah output kali harga jual outputnya.
TR = Q.P
Q
Keterangan :
T = Total Penerimaan
Q = Jumlah Produksi (output)
P
Q
= Harga Q
2. Perhitungan keuntungan usaha
Keuntungan adalah selisih antara total penerimaan dengan semua biaya
produksi. Secara matematis menurut Soekartawi (2006), yaitu sebagai berikut:
18
= TR TC
Keterangan :
= Keuntungan
TR = Penerimaan Total
TC = Biaya Total
2.7 Tinjauan Tentang Kelayakan
Menurut Alex Nitisemito dan M. Umar Burhan (1995) dalam Walhi
(2008), studi kelayakan pada hakekatnya adalah suatu metode penjajakan dari
suatu gagasan usaha tentang kemungkinan layak atau tidaknya suatu usaha
tersebut dilaksanakan. Tujuan diadakannya studi kelayakan adalah untuk
menganalisa terhadap usaha tertentu, baik usaha yang akan dilaksanakan, sedang
dan selesai dilaksanakan untuk bahan perbaikan dan penilaian pelaksanaan usaha
tersebut.
Studi kelayakan menganalisis apakah suatu investasi yang direncanakan
layak atau tidak untuk dilaksanakan. Selain itu dapat pula digunakan untuk
menentukan prioritas investasi atas sejumlah rencana usaha yang feasible.
Analisis studi kelayakan dibedakan atas analisis financial yang menekankan
analisis pada financial benefit suatu rencana usaha dari sisi kepentingan investor
atau perusahaan dan analisis ekonomi yang menekankan pada economic benefit
yaitu benefit dari sisi perekonomian masyarakat secara keseluruhan, baik yang
terlibat maupun yang tidak terlibat langsung dengan usaha (Rahayu, 2010)
19
1. Pendekatan R/C rasio
RC Rasio merupakan metode analisis untuk mengukur kelayakan usaha
dengan menggunakan rasio penerimaan (revenue) dan biaya (cost) (Darsono,
2008). Menurut Rahmanto et al, (1998) dalam Elisabeth et al (2006), analisis
kelayakan usaha digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian usaha dalam
menerapkan suatu teknologi. Dengan kriteria hasil:
Jika R/C ratio > 1 usaha menguntungkan dan layak
Jika R/C ratio < 1 usaha tidak menguntungkan dan tidak layak
Jika R/C ratio = 1 usaha impas (tidak untung maupun merugi)
Menurut Rahmanto et al, (1998) dalam Elisabeth et al (2006) secara
sederhana dapat ditulis rumus perhitungan R/C Rasio
Penerimaan = P
Q
.Q
Total Biaya = TFC + TVC
R/C ratio = {( P
Q
.Q) / (TFC +TVC)}
Keterangan :
P
Q
= Harga output
Q = Output
TFC = Total Biaya tetap (fixed cost)
TVC= Total Biaya tidak tetap (variable cost)
2. Analisis BEP
Menurut Soekartawi (2006), analisis BEP atau nilai impas adalah suatu
teknis analisis untuk mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel,
keuntungan, volume penjualan BEP dalam penelitian merupakan pengukuran
dimana kapasitas riil pengolahan bahan baku menjadi output menghasilkan total
penerimaan yang sama dengan pengeluaran BEP dalam unit dan dalam Rupiah
yang dirumuskan sebagai berikut:
1. BEP dalam unit produksi
BEP Volume Produksi =
20
Keterangan
TFC = total biaya tetap (Rp)
TVC= biaya variabel per Kg (Rp)
P = harga jual (Rp)
Q = total produksi
2. BEP dalam rupiah
BEP Volume Penjualan =
) / ( 1 TR TVC
TFC
Keterangan
TFC = total biaya tetap (Rp)
TVC= total biaya variabel (Rp)
TR = Total Revenue/penerimaan (Rp)
21
III. KERANGKA KONSEP PENELITIAN
3.1 Kerangka Penelitian
Trenggalek merupakan salah satu daerah penghasil ubi kayu yang memiliki
potensi agroindustri yang berbahan baku ubi kayu. Namun mengingat sifat-sifat
produk pertanian yang memiliki karakteristik perishable atau mudah rusak, maka
diperlukan adanya suatu strategi yang dapat mengubah produk pertanian menjadi
lebih tahan lama dan memiliki nilai tambah yaitu dengan menjaga keterkaitan
antara sektor pertanian dan sektor industri melalui agroindustri.
Hal ini diperkuat oleh pendapat Soekartawi (2001) menyebutkan bahwa
agroindustri adalah pengolahan hasil pertanian dan karena itu agroindustri
merupakan bagian dari enam subsistem agribisnis yang disepakati selama ini yaitu
subsistem penyediaan sarana produksi dan peralatan, subsistem usahatani,
subsistem pengolahan hasil (agroindustri), subsistem pemasaran, subsistem sarana
dan subsistem pembinaan.
Agroindustri sebagai suatu subsistem dapat dipandang sebagai kegiatan
yang memerlukan input dan merubahnya untuk mencapai tujuan tertentu. Input
dalam kegiatan industri terdiri atas bahan mentah hasil pertanian maupun bahan
tambahan, tenaga kerja, modal dan faktor pendukung lainnya. Kegiatan
agroindustri meliputi usaha untuk meningkatkan nilai tambah produk-produk
pertanian melalui pengolahan lebih lanjut dari bahan-bahan mentah hasil pertanian
maupun memberikan jasa kepada pengrajin.
Salah satu agroindustri yang ada adalah agroindustri tepung mocaf
(Modified Cassava Flour) yang dicetuskan oleh Koperasi Gemah Ripah Loh
Jinawi di Desa Kerjo, Kecamatan Karangan, Kabupaten Trenggalek. Pada usaha
pembuatan mocaf ini Koperasi berperan sebagai pengawas dan pemberi pinjaman
kepada agroindustri sebagai pengrajin chip (penyedia bahan baku mocaf).
Agroindustri chip merupakan pengrajin ubi kayu menjadi chip, yang bertugas
mengolah ubi kayu menjadi bahan setengah jadi berupa chip untuk selanjutnya
disetorkan pada PT. Bangkit Cassava Mandiri. PT. Bangkit Cassava Mandiri
22
bertindak sebagai pengolah lebih lanjut (penepungan) hingga proses pengepakan
dan pemasaran.
Dengan keberadaan agroindustri pembuatan mocaf ini, maka akan
meningkatkan nilai tambah dari ubi kayu, meningkatkan pendapatan masyarakat
sekitar dan memberikan lapangan pekerjaan. Keberadaan agroindustri pembuatan
mocaf ini dikatakan mampu meningkatkan pendapatan serta mampu memberikan
lapangan pekerjaan karena dalam pembuatan mocaf terlebih pada agroindustri
pembuatan chip dilakukan oleh masyarakat sekitar, dengan agroindustri berbentuk
padat karya. Pembuatan chip dilakukan pada agroindustri kecil sebagai penyedia
bahan baku pada agroindustri mocaf. Apabila keberadaan chip tinggi maka
produksi tepung mocaf pun akan semakin tinggi dan tujuan kemandirian pangan
akan tercapai dalam hal penyediaan tepung lokal sebagai subtitusi terigu.
Akan tetapi upaya mencapai kemandirian pangan melalui proses
pembuatan mocaf belum dapat terpenuhi. Produksi mocaf yang seharusnya dapat
dilakukan pada skala yang lebih besar belum terwujud. Hal ini disebabkan oleh
permasalahan mengenai keberadaan agroindustri pengrajin chip yang menurun
sebagai penyedia bahan baku dalam proses pembuatan tepung mocaf. Jumlah
agroindustri chip penyedia bahan baku mocaf pernah mencapai pada angka 60an
pada tahun 2009, dan kini keberadaan agroindustri pengrajin chip menurun hingga
ke angka 15 agroindustri chip pada akhir tahun 2010 saat penelitian berlangsung.
Dengan menurunnya jumlah pengrajin chip berarti juga penurunan terhadap
produksi tepung mocaf, hal ini menyebabkan produksi tepung mocaf belum
optimal secara kuantitas. Penyediaan chip sebagai bahan baku mocaf semakin
menurun jumlahnya dan kapasitas maksimal produksi mocaf tidak dapat tercapai.
Dari uraian di atas dapat ditarik dugaan sementara bahwa agroindustri chip
di Kabupaten Trenggalek mempunyai nilai tambah yang sedang, agroindustri chip
memberikan keuntungan yang belum maksimal, namun mengingat sampai saat
penelitian berlangsung yaitu bulan November sampai bulan Desember 2010
agroindustri pengrajin chip ubi kayu masih ada yang tetap bertahan sehingga
diduga agroindustri pengrajin chip ubi kayu ini layak untuk diusahakan walaupun
keuntungannya sedikit.
23
Menurut Koperasi Serba Usaha Gemah Ripah Loh Jinawi dalam Mocaf
Indonesia (2010), permintaan pasar terhadap tepung mocaf 1000ton per
bulannya, namun kapasitas maksimal produksi penepungan yang dimiliki oleh PT.
Bangkit Cassava Mandiri hanya sekitar 400ton perbulannya dan maksimal
kapasitas produksi itupun belum tercapai karena penyediaan bahan baku mocaf
berupa chip hanya mampu menghasilkan mocaf sekitar 200ton perbulannya.
Keberadaan agroindustri chip sebagai penyedia bahan baku mocaf yang
semakin berkurang ini menimbulkan pertanyaan apakah penurunan agroindustri
disebabkan oleh perolehan nilai tambah dan keuntungan yang dirasa kurang oleh
para pengrajin chip atau disebabkan oleh faktor lain seperti keadaan cuaca yang
tidak menentu saat ini mengingat agroindustri pembuatan chip ini mengandalkan
sinar matahari dalam proses produksinya, Hal inilah yang mendorong peneliti
ingin mengetahui tentang berapa besar nilai tambah, penerimaan dan keuntungan,
serta kelayakan usaha pada proses pembuatan chip ubi kayu ini. Sehingga
penelitian ini penting dilakukan guna mengetahui informasi mengenai nilai
tambah, penerimaan dan keuntungan maupun kelayakan usaha pada agroindustri
pembuat chip. Sasaran penelitian ini adalah menganalisis seberapa besar nilai
tambah, penerimaan dan keuntungan, serta apakah usaha agroindustri pembuatan
chip layak untuk dikembangkan. Kemudian selanjutnya pengembangan
keberadaan mocaf yaitu terutama pada pengembangan agroindustri chip.
Analisis nilai tambah merupakan metode yang digunakan untuk
mengetahui seberapa besar imbalan bagi tenaga kerja dan keuntungan yang
diperoleh pengusaha untuk setiap kilogram bahan baku yang digunakan dalam
proses produksi. Nilai tambah yang tinggi dapat digunakan sebagai parameter
untuk pengembangan suatu agroindustri. Produk agroindustri yang mempunyai
nilai tambah yang tinggi menunjukkan bahwa produk tersebut layak untuk
dikembangkan lebih lanjut.
Analisis penerimaan dan keuntungan, analisis penerimaan dipengaruhi
oleh total produksi dan total biaya yang dikeluarkan selama proses produksi.
Apabila penerimaan suatu usaha lebih besar dari biaya yang dikeluarkan maka
usaha tersebut memperoleh keuntungan. Analisis penerimaan dan keuntungan
24
dihitung untuk selanjutnya diperlukan dalam perhitungan mengenai analisis
kelayakan usaha.
Untuk mengetahui apakah usaha agroindustri layak atau tidak untuk
dikembangkan dapat diketahui dengan menggunakan pendekatan return per cost
ratio (R/C ratio). R/C ratio yaitu imbangan antara penerimaan usaha dengan total
biaya produksi. Suatu usaha dikatakan layak apabila nilai hasil perhitungan R/C
ratio > 1, sedangkan impas jika R/C ratio = 1, rugi jika R/C ratio < 1. Semakin
tinggi nilai R/C ratio maka semakin menguntungkan dan layak suatu usaha.
Sedangkan BEP merupakan salah satu bentuk perhitungan yang mempelajari
hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan volume produski.
Dalam hal ini BEP digunakan untuk mengetahui berapa volume produksi
minimum dimana perusahaan tidak mengalami kerugian dan juga tidak
memperoleh laba.
25
Berdasarkan penjelasan diatas dapat ditarik sebuah kerangka konsep
penelitian seperti gambar 3.1.
Keterangan :
Alur penelitian
Alur analisis
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian Analisis Nilai Tambah dan Kelayakan
Usaha Agroindustri Chip Sebagai Bahan Baku Pembuatan Mocaf
Analisis
Usaha
Potensi Trenggalek
Produksi Ubi Kayu Melimpah
Potensi Agroindustri
1. Memberikan nilai
tambah
2. Meningkatkan
pendapatan
masyarakat
3. Memberi lapangan
pekerjaan
Pengembangan Usaha
Agroindustri Mocaf
Usaha Pembuatan Mocaf
Agroindustri ubi kayu menjadi
chip (bahan baku mocaf)
Analisis Nilai
Tambah
1.Analisis Biaya
2.Analisis Penerimaan dan
keuntungan
3.Kelayakan Usaha (R/C rasio dan
BEP)
Analisis Nilai
Tambah Metode
Hayami
Kendala :
-Penurunan jumlah pengrajin chip
sebagai penyedia bahan baku
mocaf
Koperasi Serba Usaha Gemah
Ripah Loh Jinawi
26
3.2 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka pemikiran yang ada pada gambar 3.1, maka dapat
disusun hipotesis terhadap seluruh masalah penelitian, antara lain:
1. Diduga Agroindusri chip dapat memberikan nilai tambah yang sedang.
2. Diduga usaha Agroindusri chip memberikan keuntungan yang belum
maksimal.
3. Diduga usaha Agroindusri chip layak untuk dikembangkan.
3.3 Batasan Masalah
Agar penelitian yang dilakukan tidak terlalu luas dan dapat lebih fokus
maka batasan masalah dalam penelitian ini yaitu terdiri dari:
1. Penelitian ini dilakukan pada seluruh agroindustri chip aktif di bawah binaan
Koperasi Serba Usaha Gemah Ripah Loh Jinawi yang terletak di Kabupaten
Trenggalek.
2. Analisis yang digunakan adalah analisis nilai tambah, analisis penerimaan dan
keuntungan, dan analisis kelayakan usaha menggunakan R/C ratio dan
BEP(unit).
3. Penelitian ini dilakukan pada satu kali proses produksi pembuatan chip oleh
agroindustri pengrajin chip aktif yaitu proses produksi pada saat peneliti
melakukan penelitian pada bulan November - Desember 2010.
3.4 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
1. Nilai Tambah adalah selisih antara nilai output (chip) dikurangi dengan harga
input (ubi kayu) dan sumbangan input lain dalam satu kali proses produksi dan
dinyatakan dalam satuan Rp/Kg.
2. Output berupa chip adalah kuantitas chip yang dihasilkan dari proses
pengolahan oleh kluster dari bahan baku ubi kayu dalam satuan kg/proses
produksi.
3. Input berupa ubi kayu adalah kuantitas yang diproses menjadi chip dalam
satuan Kg/proses produksi.
4. Tenaga Kerja adalah jumlah pekerja yang terlibat dalam proses pembuatan
chip ubi kayu dalam satuan HOK (Hari orang kerja)/proses produksi.
27
5. Koefisien Tenaga Kerja adalah banyaknya tenaga kerja langsung yang
digunakan dalam mengolah ubi kayu dalam satu kali proses proses produksi
dalam satuan HOK (Hari orang kerja).
6. Harga output (chip) adalah harga yang besarnya ditentukan oleh perusahaan
sebagai penerima dan pembeli chip, dinyatakan dengan satuan rupiah.
7. Upah tenaga kerja langsung adalah upah rata-rata yang diterima tenaga kerja
langsung yang terlibat dalam proses pembuatan chip dalam satuam Rp/HOK.
8. Harga bahan baku adalah besarnya nilai yang harus dikeluarkan untuk
pembelian bahan baku ubi kayu dalam proses produksi dan dinyatakan dalam
satuan rupiah/kg.
9. Nilai output adalah nilai chip yang dihasilkan dalam satu kali proses produksi
dalam satuan Rp/Kg.
10. Rasio nilai tambah adalah persentase nilai tambah dari nilai otput (chip)
dalam satuan persen (%).
11. Pendapatan tenaga kerja adalah upah yang diterima tenaga kerja langsung
untuk mengolah satu kilogram ubi kayu dalam satuan Rp/Kg.
12. Pangsa Tenaga Kerja adalah persentase pendapatan tenaga kerja langsung dari
nilai tambah yang diperoleh dalam satuan persen (%).
13. Keuntungan agroindustri chip adalah selisih antara penerimaan dengan total
biaya yang dikeluarkan selama proses produksi dalam satuan Rp/proses
produksi.
14. Total penerimaan adalah jumlah output (chip) yang dihasilkan dikalikan
dengan harga output tersebut dalam satuan Rp/proses produksi.
15. Biaya tetap adalah total biaya yang tetap dikeluarkan selama proses produksi,
tidak tergantung pada besar kecilnya kuantitas produksi. Biaya tetap yaitu
meliputi : sewa atau pajak tempat usaha, depresiasai bak rendam, depresiasi
mesin (slicer, spiner), depresiasi oven dan depresiasai peralatan (timbangan,
terpal, idik, gerobak, angkong, pisau, pompa air, selang, keranjang, terpal,
plastik) dimana biaya penyusutan per tahun dihitung dengan cara membagi
harga mesin dengan umur ekonomis alat tersebut dalam satuan yang
digunakan adalah Rp/proses produksi.
28
16. Biaya variabel adalah total biaya yang besarnya tergantung dari volume
produksi yang dihasilkan dan terlibat langsung dalam proses produksi dalam
satuanRp/proses produksi termasuk didalamnya biaya bahan baku (ubi kayu),
biaya pembelian garam, biaya tenaga kerja, biaya listrik, biaya bahan bakar,
biaya transportasi dalam satuan Rp/proses produksi.
17. Biaya total adalah semua pengeluaran yang digunakan selama berlangsungnya
proses produksi untuk menghasilkan produk. Biaya total diperoleh dengan
menjumlahkan biaya tetap dan biaya variabel, dinyatakan dengan satuan
rupiah (Rp) dalam satu kali proses produksi.
18. Kelayakan adalah rasio antara penerimaan yang diperoleh dengan total biaya
yang dikeluarkan selama proses produksi, dimana jika nilai rasio tersebut lebih
dari 1 maka agroindustri pembuatan chip layak, jika rasio kurang dari 1 maka
agroindustri tersebut tidak layak dan jika rasionya sama dengan 1 maka
agroindustri tersebut tidak rugi dan tidak mendapat keuntungan.
29
IV. METODE PENELITIAN
4.1 Metode Penentuan Lokasi
Penelitian dilakukan pada agroindustri pengrajin chip binaan Koperasi
Serba Usaha Gemah Ripah Loh Jinawi di Kabupaten Trenggalek. Penentuan
lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan
bahwa Koperasi Serba Usaha Gemah Ripah Loh Jinawi merupakan Koperasi
pencetus keberadaan mocaf (modified cassava flour). Penelitian ini dilakukan
pada bulan November - Desember 2010.
4.2 Metode Penentuan Sampel
Penentuan responden dilakukan dengan metode sensus, artinya seluruh
anggota populasi di lokasi penelitian dijadikan responden. Responden penelitian
adalah pengrajin chip, sedangkan populasi merupakan keseluruhan pengrajin chip
binaan Koperasi Serba Usaha Gemah Ripah Loh Jinawi, Kabupaten Trenggalek
yang melakukan usaha pembuatan chip ubi kayu yang sedang aktif pada bulan
November - Desember 2010.
4.3 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari
3 metode, yaitu:
1. Wawancara atau interview
Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian
dengan cara tanya jawab kepada responden yaitu pengrajin chip dengan
menggunakan pedoman kuisioner.
2. Observasi atau pengamatan langsung
Observasi dilakukan dengan pengamatan secara langsung terhadap proses
produksi pembuatan chip ubi kayu dan pengolahan chip ubi kayu menjadi
tepung mocaf. Kemudian dideskripsikan secara tertulis maupun lisan,
sehingga peneliti dapat mengetahui kebenaran fakta akan obyek yang diteliti.
3. Dokumentasi
30
Dokumetasi merupakan teknik yang digunakan untuk menunjang data yang
telah diperoleh dilapang dengan melakukan pengambilan gambar,
mengumpulkan data otentik dari sumber langsung maupun dokumen yang
terkait dengan penelitian.
Data yang akan diperoleh terdiri dari dua jenis data, yaitu:
1. Data primer
Data primer adalah data yang diambil dari sumber data primer atau sumber
pertama di lapangan (Bungin, 2001). Data primer diperoleh peneliti dengan
cara mendatangi nara sumber yang terkait dengan obyek penelitian secara
langsung dengan mengajukan pertanyaan serta melihat tempat penelitian dan
lingkungan tempat penelitian.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber data kedua atau sumber
sekunder (Bungin, 2001). Data sekunder bisa diperoleh dari BPS (Biro Pusat
Statistik), majalah, internet dan koperasi sebagai instansi yang terkait. Data
sekunder digunakan sebagai data pelengkap yang berhubungan dengan
penelitian yang dilakukan. Data sekunder ini juga berfungsi sebagai data yang
memperkuat data primer yang diperoleh oleh peneliti.
4.4 Metode Analisis Data
4.4.1 Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif berguna untuk menganalisis data-data yang bersifat
kualitatif yaitu menggambarkan, meringkas berbagai kondisi, berbagai situasi
keadaan tempat penelitian sesuai dengan kondisi lapang. Analisis ini memberikan
gambaran yang lebih baik bila tidak ada data kuantitatif untuk menggambarkan
keadaan lokasi penelitian, keadaan sampel penelitian, proses produksi pengolahan
ubi kayu menjadi chip ubi kayu pada agroindustri binaan koperasi dan pengolahan
chip ubi kayu menjadi mocaf.
4.4.2 Analisis Kuantitatif
Analisis kuantitatif digunakan untuk lebih mudah menyimpulkan berbagai
tujuan penelitian dengan tingkat kepercayaan yang dapat dipertanggungjawabkan.
31
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: (1) analisis nilai
tambah menggunakan metode Hayami (2) analisis penerimaan dan keuntungan (3)
analisis kelayakan usaha. Secara rinci dijelaskan sebagai berikut:
1. Analisis Nilai Tambah
Besarnya nilai tambah karena proses pengolahan diperoleh dari
pengurangan biaya bahan baku ditambah input lainnya terhadap nilai produk yang
dihasilkan, tidak termasuk tenaga kerja. Adapun format yang digunakan dalam
analisis nilai tambah menggunakan metode Hayami. Menurut Hayami (1990)
dalam Sudiyono (2002), ada dua cara untuk menghitung nilai tambah yaitu nilai
tambah pengolahan dan nilai tambah pemasaran, pada perhitungan nilai tambah
pembuatan chip ini menggunakan format analisis nilai tambah pengolahan.
Prosedur perhitungan nilai tambah pengolahan dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1 Format Analisis Nilai Tambah Pengolahan
N
o
Variabel Nilai
Output, Input dan Harga
1 Output (Kg) (1)
2 Input (Kg) (2)
3 Tenaga Kerja (HOK) (3)
4 Faktor Konversi (4)=(1)/(2)
5 Koefisien Tenaga Kerja (5)=(3)/(2)
6 Harga Output (Rp/Kg) (6)
7 Upah Tenaga Kerja (Rp/HOK) (7)
Penerimaan dan Keuntungan
8 Harga Bahan Baku (Rp/Kg) (8)
9 Sumbangan Input Lain (Rp/Kg) (9)
10 Nilai Output (Rp/Kg) (10)=(4) x (6)
11 a. Nilai Tambah (Rp/Kg) (11a) = (10) (9) (8)
32
b. Rasio Nilai Tambah (%) (11b) = (11a)/(10) x 100%
12 a. Pendapatan Tenaga Kerja (Rp/Kg) (12a) = (5) x (7)
b. PangsaTenaga Kerja (%) (12b) = (12a)/(11a) x 100%
13 a. Keuntungan (Rp/Kg) (13a) = (11a) (12a)
b.Tingkat Keuntungan (%) (13b) = (13a) /(11a) x 100%
Sumber : Sudiyono, 2002 dimodifikasi
Pada perhitungan nilai tambah dapat diketahui kategori suatu
agroindustri berdasarkan rasio nilai tambahnya yaitu termasuk dalam kategori
agroindustri bernilai tambah rendah, sedang atau tinggi. Menurut Hubeis
dalam Apriadi (2003), kategori nilai tambah ditentukan dengan kriteria hasil:
Jika nilai rasio <15% maka nilai tambah dikatakan rendah
Jika nilai rasio berkisar 15%-40% maka nilai tambah dikatakan sedang
Jika nilai rasio >40% maka nilai tambah dikatakan tinggi
2. Analisis Biaya, Penerimaan dan Keuntungan
a) Biaya Tetap adalah biaya yang tidak tergantung pada tingkat output. Dalam
agroindustri chip yang termasuk biaya tetap adalah biaya depresiasi perlatan
produksi dan biaya sewa lahan atau pajak tanah.
n
n i
XiPxi TFC
Keterangan:
TFC = Total biaya tetap proses produksi chip
Xi = Jumlah fisik dari input yang membentuk biaya tetap
Pxi = Harga input peralatan yang digunakan dalam produksi chip
n = Banyaknya input yang digunakan dalam produksi chip
Dimana nilai penyusutan
t
Ps Pb
D
Keterangan :
D = Biaya penyusutan peralatan produksi chip
Pb = Nilai awal peralatan Produksi chip
33
Ps = Nilai akhir dari peralatan produksi chip
t = Perkiraan umur peralatan
b) Biaya Variabel
n
n i
XiPxi TVC
Keterangan:
TVC = Total biaya variabel proses produksi chip
Xi = Jumlah fisik dari input yang membentuk biaya variabel
Pxi = Harga input biaya variabel yang digunakan pada produksi chip
n = Banyaknya input yang digunakanan pada produksi chip
c) Biaya Total
Biaya total pada agroindustri chip adalah seluruh biaya yang dikeluarkan yaitu
biaya tetap ditambah biaya variabel dalam proses produksi chip dengan rumus
sebagai berikut:
TC = TFC + TVC
Keterangan:
TC = Biaya Total dalam satu kali produksi chip
TFC = Biaya Tetap dalam satu kali produksi chip
TVC = Biaya Variabel dalam satu kali produksi chip
d) Analisis Penerimaan Usaha
Penerimaan pada usaha pembuatan chip adalah hasil kali antara harga jual
chip dengan total produksi chip yang dihasilkan, secara matematis perhitungan
penerimaan yaitu sebagai berikut:
TR = Q. P
Q
Keterangan :
TR = Total Penerimaan dalam satu kali produksi chip
Q = Jumlah Produksi chip
P
Q
= Harga chip
e) Analisis Keuntungan Usaha
34
Keuntungan pada agroindustri chip adalah selisih antara total penerimaan pada
usaha pembuatan chip dalam satu kali proses produksi dengan total biaya
produksi dalam satu kali proses produksi. Secara matematis yaitu sebagai
berikut:
= TR TC
Keterangan :
= Keuntungan
TR = Penerimaan Total yaitu hasil yang diterima dari penjualan chip
TC = Biaya Total pembuatan chip
3. Kelayakan Usaha
Kelayakan usaha dapat dihitung menggunakan NPV (Net Present Value)
dan IRR (Internal Rate of Return). Akan tetapi perhitungan kelayakan usaha
dalam perhitungan ini hanya menggunakan R/C dan BEP (Break Event Point), hal
ini dikarenakan data produksi yang ada bukan bersifat data series sehingga tidak
dapat diketahui data produksi setiap tahunnya. Penggunaan analisis R/C ratio dan
Break Even Point (BEP) hanya digunakan untuk menghitung kelayakan usaha
dalam satu kali proses produksi.
a) Perhitungan R/C rasio
Kelayakan usaha agroindustri chip dapat diketahui dengan menghitung per
cost rasio (R/C rasio), yaitu imbangan dari penerimaan usaha agroindustri chip
dengan total biaya produksi yang dikeluarkan dalam satu kali proses produksi
pembuatan chip. Dengan kriteria hasil:
Jika R/C ratio > 1 usaha menguntungkan dan layak
Jika R/C ratio < 1 usaha tidak menguntungkan dan tidak layak
Jika R/C ratio = 1 usaha impas (tidak untung maupun merugi)
Menurut Rahmanto et al, (1998) dalam Elisabeth et al (2006), secara
sederhana dapat ditulis rumus perhitungan R/C ratio
Penerimaan = P
Q
.Q
Total Biaya = TFC + TVC
35
R/C ratio = {( P
Q
.Q) / (TFC +TVC)}
Keterangan :
P
Q
= Harga chip
Q = Output berupa chip kering ubi kayu
TFC = Total Biaya tetap (fixed cost) penyusutan peralatan produksi yang
digunakan dalam agroindustri chip
TVC= Total Biaya tidak tetap (variable cost) yaitu biaya bahan baku, bahan
penolong, listrik, transportasi, bahan bakar dan biaya tenaga kerja.
b) BEP Analisis titik impas
Analisis BEP adalah suatu teknik analisis untuk mempelajari hubungan antara
biaya variabel, biaya tetap, keuntungan, dan volume penjualan baik dalam unit
maupun rupiah dalam proses produksi chip. Dengan rumus yang digunakan
sebagai berikut:
BEP dalam unit produksi
BEP Volume Produksi =
Keterangan :
TFC = total biaya tetap pada satu kali produksi chip (Rp)
TVC = Total biaya variabel per kilogram (Rp)
P = harga jual (Rp)
Q = jumlah chip yang dihasilkan
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Kondisi Umum Daerah Penelitian
5.1.1 Keadaan Geografis, Iklim dan Batas Wilayah
Kabupaten Trenggalek merupakan salah satu Kabupaten di Propinsi Jawa
Timur yang terletak di bagian selatan dari wilayah Propinsi Jawa Timur.
Kabupaten ini terletak pada koordinat 111
24 hingga 112
63 hingga 80
= 157,78
Pada perhitungan BEP hanya dilakukan perhitungan BEP unit hal ini
dengan maksud bahwa pada agroindustri Chip tidak dapat bertindak sebagai
pencipta harga melainkan sebagai penerima harga sehingga tujuan untuk
mencapai titik impas hanya dilakukan dengan perhitungan BEP unit. Titik impas
pada agroindustri chip ubi kayu akan terjadi apabila agroindustri chip ubi kayu
melakukan produksi sebanyak 157,78 kilogram chip ubi kayu kering.
Lampiran 32. Gambar Proses Pengolahan Chip Ubi kayu
Bahan Baku (Singkong) Pengupasan
Pencucian Fermentasi
Penggaraman Pengeringan Pada Idek (Sinar Matahari)
Lampiran 33. Peta Kabupaten Trenggalek