Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

SISTEM KOMUNIKASI DIGITAL


FSK MODULATOR




Oleh kelompok 2B/ TT2-C :
1. M. IMRON WAHYU ()
2. RATIH DWI SETYAWARDANI (19)

PROGRAM STUDI TEKNIK TELEKOMUNIKASI
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI MALANG
2014

MODULATOR FSK

1. TUJUAN
1) Untuk memahami teori operasi modulator FSK.
2) Untuk memahami teori modulator FSK dengan menggunakan teori
matematika.
3) Untuk mendesain dan mengimplementasikan modulator FSK dengan VCO.

2. ALAT DAN BAHAN
1) Modul
2) Power supply
3) Osiloskop
4) Generator fungsi
5) Banana to banana
6) T connector
7) BNC to BNC
8) BNC to aligator

3. DASAR TEORI
Dalam transmisi sinyal digital, repeater digunakan untuk memulihkan
sinyal data, hal ini akan meningkatkan kekebalan terhadap kebisingan. Jadi
teknik coding dapat digunakan untuk mendeteksi, memperbaiki dan
mengenkripsi sinyal. Selama transmisi jangka panjang, bagian frekuensi
tinggi dari sinyal digital akan mudah menipis dan menyebabkan distorsi. Oleh
karena itu, sinyal harus dimodulasi sebelum transmisi, dan salah satu metode
adalah memasukkan frekuensi-shift (FSK) modulasi.
FSK Teknik adalah untuk memodulasi sinyal data ke dua frekuensi yang
berbeda untuk mencapai efektif transmisi. Pada penerima, sinyal data akan
dipulihkan berdasarkan dua berbeda frekuensi dari sinyal yang diterima.
Hubungan sinyal FSK dan data sinyal ditunjukkan pada Gambar 13.1. Ketika
sinyal data 5V, setelah lulus sinyal melalui buffer, S1 saklar ON akan, maka
frekuensi FSK sinyal f1. Ketika sinyal data 0 V, setelah lulus sinyal melalui
buffer, switch S2 akan ON, frekuensi sinyal FSK adalah f2. Biasanya,
perbedaan antara frekuensi f1 dan f2 harus sebesar mungkin. Hal ini karena
korelasi kedua sinyal rendah, oleh karena itu, efek transmisi dan menerima
akan lebih baik. Namun, bandwidth yang dibutuhkan harus ditingkatkan.
Gambar 13.2 adalah bentuk gelombang sinyal modulasi FSK.


Pada bagian ini, kami menggunakan teori matematika untuk memecahkan
modulasi FSK seperti yang ditunjukkan dalam persamaan (7.1). Ekspresi adalah
sebagai berikut:

Teknik FSK banyak digunakan dalam transmisi kawat komersial dan
industri dan transmisi nirkabel. Dalam percobaan, kita akan membahas bagaimana
untuk menghasilkan sinyal FSK. Di aplikasi tertentu, sinyal FSK adalah tetap.
Misalnya, untuk transmisi nirkabel, tanda sinyal 2124 Hz dan sinyal ruang 2975
Hz. Untuk transmisi kawat seperti telepon, frekuensi adalah sebagai berikut:
Spasi = 1370 Hz
Mark = 870 Hz
Atau
Spasi = 2225 Hz
Mark = 2025 Hz
Dalam FSK modulator, kami menggunakan data sinyal (gelombang
Persegi) sebagai sumber sinyal. Sinyal output frekuensi modulator didasarkan
pada tingkat gelombang persegi dari sinyal data. Dalam hal ini eksperimen,
frekuensi pembawa adalah 870 Hz dan 1370 Hz. Kedua frekuensi dapat
diproduksi dengan menggunakan Voltage Controlled Oscillator (VCO). Output
frekuensi sinyal yang bervariasi dengan tingkat perbedaan dari pulsa masukan
untuk menghasilkan dua frekuensi yang berbeda. Masing-masing frekuensi sinyal
output sesuai dengan tingkat tegangan input (yaitu "0" atau "1").
Dalam percobaan ini, kami menggunakan IC 2206 generator gelombang
dan LM566 tegangan dikendalikan osilator untuk menghasilkan sinyal
termodulasi FSK. Pertama-tama mari kita memperkenalkan karakteristik 2206 IC.
2206 IC adalah generator gelombang, yang mirip dengan IC 8038. Gambar 7.3
adalah sirkuit 3 diagram modulasi FSK dengan menggunakan IC 2206. Pada
Gambar 7.3, resistor R3, R4 terdiri tegangan dibagi sirkuit. Fungsi utama dari
tegangan dibagi sirkuit adalah membiarkan negatif gelombang tegangan dari IC
2206 beroperasi secara normal. Osilasi frekuensi 2206 IC ditentukan oleh resistor
R1 dan R5. Frekuensi osilasi nya adalah

Ada komparator internal IC 2206. Asumsikan bahwa ketika input 5V,
output frekuensi f1, dan ketika input 0V, frekuensi output f2. Kita bisa
memanfaatkan TTL sinyal pada pin 9 untuk mengontrol frekuensi output menjadi
f1 atau f2. Jenis struktur mirip dengan struktur pada gambar 7.1. Oleh karena itu,
dengan menggunakan karakteristik struktur ini, kita dapat mencapai modulasi
FSK dengan mudah.

Gambar 7.6 adalah diagram sirkuit modulasi FSK. Teori operasi untuk
mengubah tingkat tegangan sinyal data (tingkat TTL) ke level tegangan yang
sesuai. Tegangan ini akan masukan ke terminal input dari LM566 VCO.
Kemudian, VCO akan menghasilkan dua frekuensi sehubungan dengan tingkat
tegangan input (870 Hz dan 1370 Hz). Q1, Q2, R1, R2, R3, VR1 dan VR2 terdiri
konverter tegangan. Di sirkuit ini, Q1 akan beroperasi sebagai gerbang NOT.
Ketika sinyal input dari dasar Q1 tinggi, maka Q1 akan beralih pada. Pada saat ini,
sinyal output dari kolektor akan rendah (sekitar 0,2 V), sehingga Q2 akan
mematikan. Ketika sinyal input dari dasar Q1 rendah (0 V), Q1 akan mematikan.
Pada saat ini, sinyal output dari kolektor Q1 tinggi (5 V), jadi, Q2 akan
mengaktifkan. Ketika Q2 saklar off, tegangan input dari VCO adalah:

VCO sinyal frekuensi output f1. Ketika Q2 aktifkan, tegangan input dari
VCO (Asumsikan hambatan dari Q2 hanya beberapa ohm)

Pada saat ini, frekuensi sinyal output dari VCO f2. Jadi, kita hanya perlu
menyesuaikan VR1 dan VR2, maka output sinyal frekuensi VCO akan menjadi f1
dan f2 yang 1.370 Hz dan 870 Hz, masing-masing. Dalam gambar 7.6, dua
A741, R5, R6, R7, R8, R9, R10, C3, C4, C5 dan C6 terdiri order ke 4 low-pass
filter. Tujuannya adalah untuk menghilangkan sinyal yang tidak diinginkan dari
yang LM566 output VCO (TP2), sehingga kita dapat memperoleh sinyal
gelombang sinusoidal.
4. LANGKAH KERJA
Praktikum 1 : XR 2206 FSK modulator
1. Arahkan pada gambar 13-3 dengan R
1
= 1k, R
5
= 10 k atau arahkan
pada gambar module DCT13-1 pada GOTT DCT-6000-07. Biarkan J2 dan
J4 menjadi rangkaian terhubung singkat dan J5 menjadi rangkaian
terhubung buka.
2. Dari gambar DCT13-1, biarkan dua terminal dari I/P menjadi rangkaian
terhubung singkat dan JP1 menjadi rangkaian terhubung buka. Pada
terminal sinyal masukan data (Data I/P), tegangan masukan 0V DC.
Dengan menggunakan osiloskop, amati bentuk gelombang sinyal keluaran
dari sinyal FSK (FSK O/P), kemudian catat hasil pengukuran pada tabel
13-1.
3. Dari gambar DCT 13-1, biarkan dua terminal dari I/P menjadi rangkaian
terhubung buka dan JP1 menjadi rangkaian terhubung singkat. Pada
terminal sinyal masukan data (Data I/P), tegangan masukan 5V DC.
Dengan menggunakan osiloskop, amati bentuk gelombang sinyal keluaran
dari sinyal FSK (FSK O/P), kemudian catat hasil pengukuran pada tabel
13-1.
4. Pada terminal sinyal masukan data (Data I/P),amplitudo masukan 5V,
sinyal TTL 100 Hz. Dengan menggunakan osiloskop, amati bentuk
gelombang sinyal keluaran dari sinyal FSK (FSK O/P), kemudian catat
hasil pengukuran pada tabel 13-1.
5. Sesuaikan sinyal masukan pada tabel 13-1, ulangi langkah 4 dan catat hasil
pengukuran pada tabel 13-1.
6. Arahkan pada gambar 13-3 dengan R
1
= 7.5 k, R
5
= 15 k atau arahkan
pada gambar module DCT13-1 pada GOTT DCT-6000-07. Biarkan J2 dan
J4 menjadi rangkaian terhubung buka dan J5 menjadi rangkaian terhubung
singkat.
7. Sesuaikan sinyal masukan pada tabel 13-2, ulangi langkah 2 ke langkah 4
dan catat hasil pengukuran pada tabel 13-2.


Praktikum 2 :
1. Arahkan pada gambar 13-6 atau pada gambar module DCT13-2 pada
GOTT DCT-6000-07.
2. Dari gambar DCT13-2, biarkan dua terminal dari I/P menjadi rangkaian
terhubung singkat dan JP1 menjadi rangkaian terhubung buka. Pada
terminal sinyal masukan data (Data I/P), tegangan masukan 0V DC.
Dengan menggunakn osiloskop, amati bentuk gelombang port sinyal
keluaran dari VCO ( TP2) dari LM 566. Perlahan atur VR
2
sehingga
frekuensi dari TP2 adalah 1370 Hz. Amati lagi bentuk gelombang sinyal
keluaran ..(TP1), low pass filter orde dua (TP3) dan port sinyal
keluaran FSK (FSK O/P). terakhir, catat hasil pengukuran pada tabel 13-3.
3. Dari gambar DCT13-2, biarkan dua terminal dari I/P menjadi rangkaian
terhubung bukadan JP1 menjadi rangkaian terhubung singkat. Pada
terminal sinyal masukan data (Data I/P), tegangan masukan 5V DC.
Dengan menggunakn osiloskop, amati bentuk gelombang port sinyal
keluaran dari VCO ( TP2) dari LM 566. Perlahan atur VR
2
sehingga
frekuensi dari TP2 adalah 870 Hz. Amati lagi pada TP1, TP3 dan FSK O/P.
Terakhir, catat hasil pengukuran pada tabel 13-3.
4. Pada terminal sinyal masukan data (Data I/P), amplitudo masukan 5V dan
sinyal TTL 200 Hz. Dengan menggunakan osiloskop, amati bentuk
gelombang keluaran pada Data I/P, TP1, TP2, TP3 dan FSK O/P. Terakhir,
catat hasil pengukuran pada tabel 13-4.
5. Sesuaikan sinyal masukan pada tabel 13-4, ulangi langkah 2 ke langkah 4
dan catat hasil pengukuran pada tabel 13-4.








5. HASIL PRAKTIKUM
Tabel 13-1 Hasil pengukuran dari modulasi FSK dengan menggunakan IC
2206
Input
Sinyal
0 V 5 V
J2, J4
SC
J3, J5
OC


Input
Sinyal
Sinyal TTL dengan
Vp = 5 Vp, f = 100 Hz
Sinyal TTL dengan
Vp = 5 Vp, f = 200 Hz
J2, J4
SC
J3, J5
OC














Tabel 13-2 Hasil pengukuran dari modulasi FSK dengan menggunakan IC
2206
Input
Sinyal
0 V 5 V
J3, J5
SC
J2, J4
OC







Input
Sinyal
Sinyal TTL dengan
Vp = 5 Vp, f = 100 Hz
Sinyal TTL dengan
Vp = 5 Vp, f = 200 Hz
J3, J5
SC
J2, J4
OC



Tabel 13-3 Hasil pengukuran dari modulasi FSK dengan menggunakan LM566
Input
Sinyal
TP1 TP2
0 V


TP3 FSK O/P




Tabel 13-3 Hasil pengukuran dari modulasi FSK dengan menggunakan LM566
(Lanjutan)
Input
Sinyal
TP1 TP2
5 V


TP3 FSK O/P








Tabel 13-4 Hasil pengukuran dari modulasi FSK dengan menggunakan LM566
Input
Sinyal
TP1 TP2
Sinyal
TTL
dengan
Vp=5 V
f=200Hz


TP3 FSK O/P




Tabel 13-4 Hasil pengukuran dari modulasi FSK dengan menggunakan
LM566. (Lanjutan)
Input
Sinyal
TP1 TP2
Sinyal
TTL
dengan
Vp=5 V
f=100Hz


TP3 FSK O/P



6. ANALISA DATA
Percobaan 1
6.1 Tabel 13-1 Hasil pengukuran dari modulasi FSK dengan menggunakan IC
2206
Sinyal informasi /sumber berupa sinyal TTL 5Vp yang pertama
mempunyai frekuensi sebesar 100 Hz dan sinyal analog untuk cariernya.
Output yang dihasilkan modulator FSK ini apabila sinyal TTL bernilai 1
maka gelombangnya menjadi sangat rapat dan apabila sinyal TTL bernilai
0 maka hasil keluaran merenggang. Kemudian frekuensinya di naikan
menjadi 200 Hz maka output yang dihasilkan sama dengan 100 Hz akan
tetapi outputnya lebih rapat dibandingkan dengan 200 Hz.
6.2 Tabel 13-2 Hasil pengukuran dari modulasi FSK dengan menggunakan IC
2206 input 0 V.
Sama dengan tabel sebelumnya bahwa output yang dihasilkan modulator
FSK ini apabila sinyal TTL bernilai 1 maka gelombangnya menjadi
sangat rapat dan apabila sinyal TTL bernilai 0 maka hasil keluaran
merenggang. Perbedaannya dari tabel sebelumnya bahwa pada output yang
dihasilkan pada 100Hz yang dihasilkan lebih lebar dibandingkan dengan
sebelumnya dan apabila frekuensinya di naikkan sebesar 200 Hz maka
lebar sinyalnya semakin besar.
Percobaan 2
6.3 Tabel 13-3 Hasil pengukuran dari modulasi FSK dengan menggunakan
LM566
Pada percobaan ini dengan input 0 V TP1 sinyal keluarannya berbentuk
sinyal kotak , sedangkan pada TP2 memiliki keluaran sinyal kotak.
Selanjutnya pada TP3 memiliki keluaran sinyal sinus agak rapat
dibandingan dengan keluaran FSK O/P tetapi pada FSK O/P memiliki
amplitude yang lebih besar.
Selanjutnya, apabila tegangan input dinaikan sebesar 5V sama dengan
sebelumnya, akan tetapi perbedaan terdapat pada TP1 dan TP2. Dimana,
TP1 sinyal segitiganya lebih banyak dan amplitudonya lebih besar.
Sedangkan pada TP2 sinyal kotaknya lebih rapat dan juga amplitudonya
juga lebih besar.
6.4 Tabel 13-4 Hasil pengukuran dari modulasi FSK dengan menggunakan
LM566
Frekuensi pada TTL sebesar 100 Hz
Pada TP1 didapati bahwa sinyal outnya berbentuk sinyal segitiga
dimana apabila sinyal TTL (sinyal input) bernilai 1 atau bernilai
maksimum maka gelombangnya menjadi merenggang dan apabila
sinyal TTL(sinyal input) bernilai 0 atau bernilai minimum maka hasil
keluaran merapat.
Pada TP2 didapati bahwa sinyal outnya berbentuk sinyal kotak dimana
apabila sinyal TTL(sinyal input) bernilai 1 atau bernilai maksimum
maka gelombangnya menjadi merenggang dan apabila sinyal TTL
(sinyal input)bernilai 0 atau bernilai minimum maka hasil keluaran
merapat.
Ketika pada TP3 maka sinyal output berupa sinyal sinus dan
frekuensinya mengikuti sinyal TTL(sinyal input) bernilai 1 atau
bernilai maksimum, maka gelombang outputnya lebih lebar daripada
gelombang output ketika amplitude informasi minimum.
Ketika pada FSK O/P maka sinyal output berupa sinyal sinus dan
frekuensinya mengikuti sinyal TTL(sinyal input) bernilai 1 atau
bernilai maksimum memiliki gelombang lebih renggang dan amplitude
lebih besar. Sedangkan apabila sinyal TTL (sinyal input)bernilai 0
atau bernilai minimum gelombangnya lebih rapat dan amplitudonya
minimum.

Saat Frekuensi 200 Hz
Pada dasarnya hasilnya sama saat frekuensi 100 Hz tapi gelombang yang
dihasilkan pada TP1 aplitudonya lebih besar, pada TP3 dan TP4
gelombangnya lebih sedikit disbanding dengan menggunakan 100 Hz.


7. KESIMPULAN
Dari percobaan maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
Sinyal FSK dihasilkan akibat pengaruh informasi yang berupa sinyal digital
terhadap frekuensi carier.
Pada percobaan pertama bahwa sinyal informasi masimum maka output
FSK merapat dan apabila minimum maka merenggang. Frekuensi juga
berpengaruh terhadap hasil keluaran FSK.
Pada percobaan ke dua bahwa sinyal informasi masimum maka output FSK
merenggang dan apabila minimum maka merapat. Frekuensi semakin tinggi
maka jumlah keluaran FSK semakin sedikit.
Saat sinyal informasi renggang maka frekuensi lebih kecil dari sinyal carier,
sedangkan saat sinyal informasi rapat maka frekuensi lebih besar dari sinyal
carier.

Anda mungkin juga menyukai