Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELOMPOK LANSIA

DI WISMA MAWAR DIRUMAH PERLINDUNGAN SOSIAL TRESNA


WREDHA BUDHI DAYA TELUK JAMBE
KARAWANG


Laporan ini Disusun guna memenuhi salah satutugas Mata ajaran Keperawatan
gerontik pada Semester VII

Disusunoleh :











MAHASISWA STIKes KHARISMA KARAWANG
TINGKAT IV PRODI S1 KEPERAWATAN ANGKATAN III
TAHUN AKADEMIK 2013/2014




STIKes KHARISMA KARAWANG
JalanPangkalPerjuangan Km. 1 By Pass, Karawang (41316)
Januari 2014
1. Asep Sudrajat 433131420110008
2. Endan Permana 433131420110014
3. Fitri Susanti 433131420110017
4. Septian Hidayat 433131420110027

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkah dan rahmatNya kami
dapat melakukan praktek Mata Ajaran Keperawatan Gerontik di Panti Sosial Tresna
Wredha Budhi Daya Telukjambe Karawang sejak tanggal 20-24 Januari 2014 dengan
baik. Sebagai akhir dari praktek keperawatan lansia di Panti Sosial Tresna Wredha
Budhi Daya Telukjambe Karawang, kami telah menyusun laporan akhir asuhan
keperawatan kelompok lanjut usia di wisma Mawar dalam bentuk makalah.Terima
kasih yang sebesar-besarnya kami ucapkan kepada :
1. Ibu Yulis Erlinawati selaku Koordinator Mata Ajaran Keperawatan Gerontik
yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama kami berada di Panti Sosial
Tresna Wredha Budhi Daya Telukjambe Karawang.
2. Kepala Panti Sosial Tresna Wredha Budhi Daya Telukjambe Karawang yang
telah memberikan kesempatan untuk memberikan asuhan keperawatan lansia di
wisma-wisma Panti Sosial Tresna Wredha Budhi Daya Telukjambe Karawang.
3. Para dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingannya selama kami di
Panti Sosial Tresna Wredha Budhi Daya Telukjambe Karawang.
4. Para petugas panti yang telah membantu kami selama di Panti Sosial Tresna
Wredha Budhi Daya Telukjambe Karawang.
5. Orang tua dan teman-teman yang telah memberikan semangat, kasih sayang dan
dukungan morilnya yang sangat berarti bagi kami.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun.



Karawang, 22 Januari 2014


Kelompok Wisma Mawar
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lansia adalah seseorang yang berumur 60 tahun keatas (UU No. 13 Tahun
1998). Sejalan dengan program keluarga berencana yang telah dicanangkan dan
dilaksanakan oleh pemerintah, pada tahun 2000 jumlah lansia berdasarkan sensus
penduduk adalah sekitar 7,5% dari jumlah penduduk Indonesia atau sekitar 15,9
juta orang berusia diatas 60 tahun (BPS dan SUPAS 1995 dan 2000). Didalam
kehidupan nasional, usia lanjut dapat merupakan sumber daya yang bernilai
karena pengetahuan, pengalaman hidup serta kasrifan yang dimiliki yang dapat
dimanfaatkan unutk upaya peningkatan mutu kehidupan keluarga dan masyarakat.
Seorang yang menua akan mengalami perubahan-perubahan baik fisik,
mental, sosial dan spiritual. Perubahan ini akan mempengaruhi setiap aspek
kehidupan termasuk kesehatan yang memerlukan perhatian khusus dimana lansia
merupakan salah satu kelompok rawan dalam keluarga karena kepekaan dan
kerentanannya yang tinggi terhadap gangguan kesehatan. Oleh karena itu asuhan
keperawatan yang komprehensif perlu dilakukan untuk mempertahankan dan
maninggikan derajat kesehatan lansia sehinngga tetap mejadi produktif sesuai
kemampuan.
Berdasarkan hasil pengkajian kelompok khususnya di Wisma Mawar
didapatkan data yang berhubungan dengan masalah kesehatan lansia, yaitu
sebanyak 60% lansia dengan masalah kesehatan rematik, 20% lansia dengan
katarak, dan 20% lansia dengan gastritis.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum
Memberikan pengkayaan tentang perubahan-peruabahan yang terjadi
pada lansia yang dapat menyebabkan masalah kesehatan.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu mengidentifikasi perubahan-peruabahan fisik, mental, dan
spiritual yang terjadi pada lansia khususnya di Wisma Mawar Rumah
Perlindungan Sosial Tresna Wredha Budhi Daya Karawang.
b. Mampu mengidentifikasi masalah-masalah kesehatan yang terjadi akibat
perubahan-perubahan pada lansia di Wisma Mawar Rumah Perlindungan
Sosial Tresna Wredha Budhi Daya Karawang.
c. Mampu melakukan asuhan keperawatan terkait dengan masalah
kesehatan yang telah teridentifikasi.
d. Mampu melaporkan keberhasilan asuhan keperawatan yang telah
dilakukan selama praktek di Wisma Mawar Rumah Perlindungan Sosial
Tresna Wredha Budhi Daya Karawang.

C. Metode Telaahan

Penulisan laporan asuhan keperawatan kelompok gerontik ini menggunakan
metode deskriktif yaitu metode yang menggambarkan keadaan yang lebih nyata,
menganalisa dan menguraikannya dengan pendekatan studi kasus, dimana
kelompok mengambil satu kasus kelolaan kemudian kelompok memberikan
asuhan keperawatan sesuai dengan permasalahan yang ada. Adapaun tehnik-
tehnik yang dipergunakan dalam mengumpulkan data diantaranya :

1. Observasi / Pengamatan
2. Wawancara
3. Studi Kepustakaan
4. Pemeriksaan Fisik
5. Dokumentasi Keperawatan, dan
6. Asuhan Keperawatan Langsung


D. Sistematika Penulisan

Studi analisa situasi ini terdiri dari empat BAB yang tersusun dengan sistematika
sebagai berikut :
BABI :Pendahuluan meliputi latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan
dan sistematika penulisan
BAB II : Tinjauan teoritis meliputi konsep penuaan
BAB III : Tinjauan kasus dan pembahasan
BAB IV : Penutup meliputi kesimpulan dan saran





















BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Dasar Keperawatan Kelompok Khusus
2.1.1 Definisi Kelompok
Kelompok merupakan himpunan satu kesatuan manusia yang hidup bersama,
yang dilandasi oleh kriteria tertentu seperti : usia, jenis kelamin, latar belakang
pendidikan, pekerjaan, kepentingan tertentu, kebutuhan yang sama, hubungan timbal
balik dan saling mempengaruhi, serta saling tolong menolong untuk mencapai tujuan
yanh diinginkan.

2.1.2 Proses Pembentukan Kelompok
Menurut Solita Sarwono (1993), prose pembentukan kelompok mengikuti
tahap berikut ini :
1. Tahap Pembentukan
Kelompok mengatur dan menentukan kedudukan tiap anggotanya, sehingga
setelah mapan mereka akan menjadi saling dekat, mengenal, akrab, dan terbuka.
2. Tahap Perpecahan
Keakraban akan mengundang konflik dan menimbulkan masalah, sehingga akan
mengundang perpecahan karena ada yang tidak setuju dengan pendapat orang
lain.
3. Tahap Penyesuaian
Perpecahan yang terjadi berlangsung sementara, makin akrab hubungan anggota
kelompok, maka makin mudah untuk menyesuaikan diri dengan sifat, kehendak,
gaya, dan kepribadian masing-masing anggota, sehingga perpecahan dan
pertentangan dapat dibatasi atau dihindari. Pada tahap ini kelompok dapat
berfungsi secara efektif untuk saling membantu dan bekerja sama demi
kepentingan kelompok.


4. Tahap Perubahan
Terjadi perubahan fisik, posisi, dan aktivitas kelompok sehingga berdampak pada
perubahan kelompok. Hal ini berdampak pada timbulnya masalah kelompok
yang memerlukan pengaturan kembali berkaitan dengan struktur organisasi,
prosedur kerja, kegiatan, hubungan antar anggota, dan sebagainya.

2.1.3 Persyaratan Kelompok
Menurut Soerjono Soekanto (1982), persyaratan dalam kelompok sosial antara
lain sebagai berikut :
1. Setiap anggota kelompok harus sadar bahwa dia merupakan sebagian dari
kelompok yang bersangkutan
2. Adanya hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan yang lainnya
3. Terdapat suatu faktor yang dimiliki bersama oleh anggota kelompok, sehingga
hubungan diantara mereka bertambah erat. Faktor tersebut adalah nasib yang
sama; kepentingan yang sama; tujuan yang sama; serta berstruktur, berkaidah, dan
mempunyai pola perilaku.

2.1.4 Kriteria Kelompok
Berikut ini adalah klasifikasi kriteria/ukuran kelompok sosial dalam
masyarakat :
1. Besar kecilnya jumlah anggota kelompok sosial
2. Derajat interaksi dalam kelompok sosial tersebut
3. Kepentingan dan wilayah
4. Berlangsungnya suatu kepentingan
5. Derajat organisasi
6. Kesadaran akan jenis yang sama, hubungan sosial dan tujuan

2.2 Proses Asuhan Keperawatan Kelompok Khusus
2.2.1 Definisi Kelompok Khusus
Kelompok khusus merupakan sekelompok masyarakat atau individu yang
karena keadaan fisik, mental, sosial budaya, dan ekonominya perlu mendapatkan
bantuan, bimbingan, pelayanan kesehatan, serta asuhan keperawatan karena
ketidakmampuan dan ketidaktahuan mereka dalam memelihara kesehatan terhaddap
dirinya.

2.2.2 Perawatan Kelompok Khusus
Perawatan kelompok khusus merupakan suatu upaya di bidang keperawatan
kesehatan masyarakat yang ditujukan kepada sekelompok individu yang mempunyai
kesamaan jenis kelamin, usia, permasalahan kesehatan, dan rawan terhadap masalah
kesehatan. Perawatan kelompok khusus ini dilaksanakan secara terorganisir dengan
tujuan untuk meningkatkan kemampuan kelompok dan derajat kesehatannya.
Perawatan ini lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif dengan tidak
melupakan upaya kuratif dan rehabilitatif yang ditujukan kepada mereka yang tinggal
di panti serta kepada kelompok-kelompok yang ada di masyarakat yang diberikan
oleh tenaga keperawatan dengan pendekatan pemecahan masalah melalui proses
keperawatan.

2.2.3 Tujuan Kelompok Khusus
1. Tujuan Umum
Meningkatkan kemampuan dan derajat kesehatan kelompok untuk dapat
menolong diri mereka sendiri (self care) dan tidak terlalu bergantung pada orang lain.
2. Tujuan Khusus
Agar kelompok khusus mampu :
a. Mengidentifikasi masalah kesehatan dan keperawatan kelompok khusus sesuai
dengan macam, jenis, dan tipe kelompok;
b. Menyusun perencanaan asuhan keperawatan yang mereka hadapi berdasarkan
permasalahan yang terdapat pada kelompok;
c. Penanggulangan masalah kesehatan dan keperawatan yang mereka hadapi
berdasarkan permasalahan yang terdapat pada kelompok;
d. meningkatkan kemampuan kelompok khusus dalam memelihara kesehatan
mereka sendiri;
e. Mengurangi ketergantungan kelompok khusus dari pihak lain dalam
pemeliharaan dan perawatan diri sendiri;
f. Meningkatkan produktivitas kelompuk khusus untuk lebih banyak berbuat dalam
rangka meningkatkan kemampuan diri mereka sendiri;
g. Memperluas jangkauan pelayanan kesehatan dan keperawatan dalam menunjang
fungsi puskesmas dalam rangka pengembangan pelayanan kesehatan masyarakat

2.2.4 Sasaran Kelompok Khusus
Ada dua sasaran pembinaan, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Melalui institusi-institusi yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan terhadap
kelompok khusus
2. Pelayanan kelompok khusus yang ada di masyarakat yang telah diorganisir
secara baik atau melalui posyandu, atau kelompok-kelompok khusus dengan ciri
khas tertentu, misalnya kelompok lansia, kelompok penderita kusta, dan lain
sebagainya.

2.2.5 Proses Keperawatan Kelompok Khusus
1. Pengkajian
Pengumpulan Data
a. Identitas kelompok
Data yang biasanya diperlukan dalam pengumpulan data identitas kelompok
adalah besar kecilnya kelompok, latar belakang pendidikan, tingkat sosial
ekonomi, kebiasaan, adat istiadat, pekerjaan, agama yang dianut, kepercayaan,
dan lokasi tempat tinggal.
b. Masalah kesehatan
Hal yang dikaji adalah masalah kesehatan yang sering terjadi, besarnya anggota
kelompok yang mempunyai masalah, keadaan kesehatan anggota kelompok
umumnya, serta sifat masalah pada kelompokapakah mengancam kesehatan atau
telah mengancam kehidupan.
c. Pemanfaatan fasilitas kesehatan dalam pemerikasaan kesehatan
Puskesmas, posyandu, polindes, pos obat desa.
d. Keikutsertaan dalam upaya kesehatan
Mengkaji apakah klien sering ikut serta dalam kegiatan dalam upaya kesehatan
masyarakat.
e. Status kesehatan kelompok
Penyakit yang pernah diderita (akut, subakut, kronis, atau menular), keadaan
umum gizi kelompok, imunisasi, keadaan personal hygiene anggota kelompok.
f. Kondisi sanitasi lingkungan tempat tinggal anggota kelompok
Perumahan (permanen, semipermanen, sementara, ventilasi, penerangan, dan
kebersihannya), sumber air minum, pembuangan air limbah, pembuangan
sampah, dan tempat pembuangan tinja.

Analisis Data
Analisis data dilakukan untuk melihat kesenjangan yang terjadi dalam
kelompok dikaitkan dengan konsep, prinsip, dan teori yang relevan. Sehingga dapat
ditarik kesimpulan apa saja permasalahan yang dialami kelompok serta kebutuhan
kelompok akan pelayanan kesehatan dan keperawatan.
Perumusan Masalah dan Prioritas Masalah
Perumusan masalah didapatkan dari analisis data, setelah itu diprioritaskan
dengan mempertimbangkan hal-hal berikut ini :
a. Sifat masalah yang dihadapi kelompok
b. Tingkat bahaya yang mengancam kelompok
c. Kemungknan masalah untuk dapat diatasi
d. Berat ringannya masalah yang dihadapi kelompok
e. Sumber daya yang tersedia dalam kelompok


2. Diagnosis Keperawatan Kelompok
Berikut ini dasar penetapan diagnosis keperawatan kelompok :
a. Masalah kesehatan yang dijumpai pada kelompok dengan mempertimbangkan
faktor risiko dan potensial terjadinya masalah/penyakit
b. Kemampuan kelompok dalam memecahkan masalah dilihat dari segi sumber
daya kelompok yang berkaitan dengan kemampuan finansial, pengetahuan,
dukungan keluarga masing-masing anggota kelompok, dan sebagainya.

3. Perencanaan Asuhan Keperawatan
Dibuat berdasarkan diagnosis keperawatan dengan melibatkan anggota kelompok
yang bersangkutan. Rencana keperawatan kelompok mencakup tujuan keperawatan
yang ingin dicapai, rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan, dan
kriteria keberhasilan. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menyusun rencana
keperawatan diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Keterlibatan pengurus dan anggota kelompok dalam menyusun perencanaan
keperawatan
b. Keterpaduan dengan pelayanan kesehatan lainnya, baik tenaga, biaya, sarana,
maupun, waktu
c. Kerja sama lintas program dan lintas sektoral, sehingga program pelayanan yang
diberikan bersifat menyeluruh.

4. Pelaksanaan
Berikut ini hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan gerontik :
1. Tindakan keperawatan dapat dilaksanakan oleh tenaga keperawatan,
petugas/pengurus panti atau kader kesehatan sesuai dengan kewenangan yang
diberikan
2. Dilakukan dalam rangka alih teknologi dan keterampilan keperawatan
3. Di institusi lebih ditekankan kepada penghunu panti, pengelola/pengurus panti,
dan lingkungan panti
4. Di masyarakat lebih ditekankan kepada anggota kelompok, kader kesehatan,
pengurus kelompok, dan keluarga
5. Bila ada masalah yang tak tertanggulangi dilakukan rujukan medis dan rujukan
kesehatan
6. Adanya keterpaduan pelayanan dengan sektor lain
7. Dicatat dalam catatan keperawatan yang telah ditetapkan

5. Evaluasi
Evaluasi dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya dalam
perencanaan, membandingkan hasil tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan
dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, dan menilai efektifitas proses
keperawatan mulai dari tahap pengkajian, perencanaan, dan pelaksanaan.















BAB III
PEMBAHASAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELOMPOK
DI WISMA MAWAR PANTI SOSIAL TERSNA WREDA
BUDHI DAYA TELUK JAMBE KARAWANG

Nama Kelompok : Kelompok III
Tingkat : IV
Lahan Praktik : Rumah Perlindungan Sosial Tresna Wreda Budhi Daya
Teluk Jambe Karawang
Tanggal Pengkajian : 21 Januari 2014
Nama Wisma : Mawar
Pimpinan Panti : Drs. Turnaeni
Dikelola Oleh : Departemen Sosial RI

A. PENGKAJIAN
1. Karakteristik Penghuni
a. Berdasarkan umur
Karakteristik umur Perempuan Laki-laki Jumlah Prosentase
< 60
60 70
71 90
> 90
1
1
3
-
-
-
-
-
1
1
3
-
20 %
20 %
60 %
-
Jumlah 5 0 5 100 %





b. Berdasarkan pendidikan
Tingkat Pendidikan Jumlah Prosentase
Tidak sekolah
Tidak tamat SD
Tamat SD/sederajat
Tamat SMP/sederajat
Tamat SMA
D3
1
3
1
-
-
-
20 %
60 %
20%
-
-
-
Jumlah 5 100 %

c. Berdasarkan agama
Agama Jumlah Prosentase
Muslim
Non Muslim
5
-
100 %
-
Jumlah 5 100 %

2. Data khusus
a. Biologis
1) Keadaan kesehatan
5 Besar Keluhan Lansia Jumlah Prosentase
Nyeri persendian
Gangguan fungsi pencernaan
Penglihatan kabur
Tidak senang berinteraksi
Lain lain
3
1
1
-
-
60 %
20 %
20 %
-
-
Jumlah 5 100 %



Dari hasil pengkajian didapatkan sekolompok lansia di wisma mawar yaitu
sekitar 3 orang mengeluh (persendian) pegal dan nyeri pada daerah pinggang,
tangan dan kaki. 1 orang mengeluh sakit maag (gastritis), 1 orang mengeluh
penglihatan kabur (katarak). 3 orang lansia merasa pegal dan nyeri pada saat
istirahat (tidur), sebagian lansia mengatakan pegal dan nyeri tersebut saat atau
setelah melakukan aktivitas.

2) Pola makan dan minum
Frekuensi makan 3 x sehari. Para lansia biasa makan di dalam kamar. Semua
orang lansia yang makan dikamar mereka masing-masing dengan alasan lebih
nyaman makan dikamar. Menu makanan pagi hari nasi, sayur, tempe. Makan
siang terdiri dari nasi, sayur, tempe dan telur. Menu makan sore sama dengan
dengan menu makan siang. Para lansia kadang-kadang membeli makanan sendiri
di luar seperti roti, dan lain-lain setiap sore atau pagi, kadang-kadang para lansia
mendapat makanan tambahan (snack) seperti bubur kacang, roti, gorengan, buah-
buahan.
4 orang lansia minum sebanyak 5 6 gelas kecil dalam sehari (1 gelas kecil =
200 ml). 1 orang lansia yang memakai gelas besar dan dalam sehari mereka
minum 5 6 gelas (1 gelas besar = 600 ml). Hasil observasi kelompok di dapat
mukosa bibir dan kulit lansia lembab.

3) Pola tidur
Para lansia masuk kamar tidur sekitar pukul 20.00 WIB setelah menonton
acara TV. Namun ada sebagian lansia ada yang langsung masuk kamar setelah
melaksanakan sholat Isya sekitar pukul 19.30 WIB. Kegiatan yang dilakukan
sebelum tidur diantaranya menonton TV, radio, mengaji. Semua orang lansia
bangun jam 03.00 WIB pagi untuk bersiap-siap melaksanakan sholat shubuh
berjamaah. Jika dijumlahkan, jumlah jam tidur lansia adalah 6 8 jam dalam
sehari.

4) Kebersihan diri
Penampilan sebagian besar penghuni wisma Mawar tampak bersih dan rapih.
Setiap lansia mandi dan gosok gigi 2 3 kali dalam satu hari dilakukan terutama
jika mereka akan melaksanakan sholat. Tercium bau mulut saat berkomunikasi
dengan beberapa lansia terdapat kotoran pada rangkaian gigi dan warna gigi yang
menguning. 4 orang lansia keramas 2 -3 kali setiap minggu dengan menggunakan
shampoo, baju klien ganti 2 hari sekali. Namun 1 orang lansia jarang mengganti
pakaian bila tidak di suruh.

b. Psikologis dan sosial
1) Kebiasaan buruk kelompok
5 lansia mempunyai kebiasaan buruk seperti melanggar pantrangan yang
seharusnya tidak boleh dimakan seperti jeroan ayam, kangkung, bayam, dan
sering telat makan.

2) Keadaan emosi
Ada satu lansia yang bila disuruh ganti pakaian tidak mau, kadang-kadang
bila disuruh ganti pakaian malah balik marah

3) Pengambilan keputusan
Di wisma Mawar tidak ada lansia yang berperan sebagai pengambil
keputusan. Masing masing berhak menentukan yang terbaik bagi dirinya.
Bila ada anggota wisma yang sakit, maka lansia yang lain hanya melaporkan
kepada petugas wisma.

4) Rekreasi
Kegiatan rekreasi yang dilakukan anggota wisma Mawar antara lain
menonton TV, mendengarkan radio atau bercakap cakap di ruang tengah.
Pengurus panti mengadakan program rekreasi dalam setahun sekali dan
diikuti oleh seluruh lansia di Rumah Perlindungan Sosial Tresna Wredha
Budhi Daya Karawang.
5) Perilaku mencari pelayanan kesehatan
Lansia yang sakit hanya minum obat yang di berikan oleh petugas
puskesmas yang datang ke panti setiap hari kamis pagi. Jika obatnya habis
para lansia tidak mencari obat warung karena keadaan ekonomi para lansia
yang kurang, kecuali ada satu lansia yang suka membeli obat warung.

6) Ketergantungan obat
2 orang lansia mempunyai kebiasaan mengkonsumsi obat warung seperti
obat sakit kepala dan sakit perut. Mereka merasa keluhannya berkurang tetapi
tidak mengetahui akibat kebiasaan ini pada kesehatannya. 3 orang lansia tidak
mempunyai kebiasaan mengkonsumsi obat warung namun setiap lansia sering
memeriksakan kesehatannya di panti.

7) Kecacatan
Di wisma Mawar tidak ada lansia yang mengalami kecacatan.

8) Keadaan ekonomi
Semua lansia di wisma Mawar tidak ada yang mempunyai tunjangan
pensiun, mereka hanya mendapatkan uang santunan dari panti sebesar Rp
3.000.- / minggu. Namun ada satu lansia yang berdagang di wisma mawar
berpenghasilan rata-rata Rp. 15.000/hari.

9) Kegiatan organisasi sosial
3 orang lansia mengikuti pengajian dan senam lansia yang diadakan di
panti. Pengajian setiap hari Senin dan Rabu serta senam setiap hari Selasa dan
Jumat. 2 orang lansia tidak mengikuti pengajian dan senam karena tidak
memungkinkan dengan kondisinya

10) Hubungan antara anggota kelompok
Sebagian besar lansia di dalam kelompok mementingkan kepentingan
pribadi masing masing dan cenderung membiarkan dan tidak perduli satu
sama lain. Lansia lansia sering berkomunikasi dan terlibat dalam interaksi
kelompok.

11) Hubungan di luar kelompok
Sebagian besar lansia menyatakan jarang berkunjung dan berhubungan
dengan lansia yang tinggal di wisma yang lain, hubungan dengan lansia di
wisma lain dilakukan melalui kegiatan pengajian dan senam/olah raga.

12) Hubungan dengan anggota keluarga
Tidak ada waktu khusus untuk kunjungan keluarga. Keluarga bisa
mengunjungi lansia kapan saja sesuai kebutuhan keluarga. Tetapi sebagian
lansia tidak pernah lagi di kunjungi oleh keluarga karena sanak keluarganya
sudah tidak ada.

c. Spiritual
1) Ketaatan beribadah
Semua lansia di wisma Mawar beragama Islam dan taat menjalankan
ibadah ( shalat lima waktu ) dan 3 orang lansia selalu mengikuti pengajian
yang diadakan oleh panti. Semua lansia percaya akan tibanya kematian dan
lansia pasrah bila kematian menjemput mereka.

2) Keyakinan tentang kesehatan
Lansia percaya bahwa sakit dan sehat adalah hal yang wajar terjadi pada
manusia. 3 orang lansia sering mengeluh pegal dan nyeri, biasanya jika hal itu
terjadi mereka biasanya menggunakan minyak kayu putih atau balsem pada
daerah yang terasa sakit. Cara tersebut cukup mengurangi rasa sakit. 1 orang
lansia sering mengeluh sakit maag (gastritis).

d. Kultural
1) Adat yang mempengaruhi kesehatan
Lansia di wisma Mawar sebagian berasal dari pulau jawa, sunda, tidak
ada adat istiadat yang mempengaruhi kesehatan.

2) Tabu tabu
Tidak ada pantrangan budaya yang dianut oleh lansia di wisma Mawar.

e. Keadaan lingkungan dalam
1) Penerangan
Semua kamar umumnya mendapatkan penerangan yang cukup baik
masing masing kamar diberi lampu 10 watt. Penerangan di ruang tengah dan
di pintu menuju kamar mandi menggunakan 10 watt pada malam hari
sebagian lampu dimatikan.

2) Kebersihan dan kerapihan
Secara umum kondisi kamar kamar cukup bersih dan rapi, juga ruang
tamu, kamar mandi dan wc. Setiap hari wisma Mawar dibersihkan oleh para
lansia dan kamar kamar lansia di bersihkan oleh para lansia yang menempati
kamar tersebut. Namun lantai di wisma Mawar agak licin, terutama di depan
kamar mandi. Di kamar mandi tidak terdapat pegangan pengaman.

3) Sirkulasi udara
Sirkulasi udara secara umum cukup baik karena di wisma Mawar
terdapat cukup jendela termasuk disetiap kamar lansia yang selalu dibuka
setiap pagi selain itu dikamar kamar lansia terdapat cukup ventilasi.




f. Keadaan lingkungan dan halaman
1) Pemanfaatan halaman
Halaman wisma Mawar dimanfaatkan untuk penghijauan, terdapat
beberapa pohon yang tunbuh di depan halaman.

2) Pembuangan air limbah
Semua limbah dari kamar mandi dan WC dialirkan melalui saluran
tertutup dan di teruskan ke sungai Citarum.

3) Pembuangan sampah
Kebanyakan sampah di wisma Mawar adalah sampah organik, sampah
tersebut ditampung menggunakan tempat sampah dan setiap pagi diangkut ke
penampungan sampah.

4) Sumber pencemaran
Letak wisma Mawar yang berdekatan dengan jalan raya utama merupakan
penyebab pencemaran udara dan sumber kebisingan.











B. Analisa Data
Data Diagnosa Keperawatan
Data Subjektif
3 orang lansia mengeluh pegal dan nyeri pada
pinggang, tangan dan kaki.
Mereka mengatakan belum tahu cara yang tepat
untuk mengatasi pegal dan nyeri.
Mereka mengatakan pegal dan nyeri yang
dirasakan muncul pada saat istirahat (tidur)
sebagian lansia mengatakan pegal dan nyeri
tersebut saat atau setelah melakukan aktivitas.
Jika timbul nyeri mereka menggunakan minyak
kayu putih atau balsem pada daerah yang pegal
atau nyeri. Cara tersebut cukup mengurangi rasa
sakit atau pegal yang dialami.

Data Objektif
3 orang dari 5 orang lansia di Wisma Mawar
RPSTW Budhi Daya menderita rematik atau 60%.
Gangguan rasa nyaman : nyeri
sendi pada kelompok lansia di
wisma Mawar RPSTW Budhi
Daya berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan tentang
proses degenerasi/penurunan
fungsi muskuluskeletal, yang
dimanifestasikan dengan 60%
lansia mengeluh nyeri dan
pegal pada daerah pinggang
dan ekstremitas
Data Subjektif
1 orang lansia mengeluh penglihatannya kabur
atau sekitar 10%,

Data Objektif
Di kamar mandi tidak terdapat pegangan
pengaman.
Lantai di wisma Mawar agak licin.
Resiko cedera pada kelompok
lansia khususnya Ny. K di
wisma Mawar RPSTW Budhi
Daya Telukjambe Karawang
berhubungan dengan kurang
pengetahuan tentang gangguan
penglihatan (penglihatan
kabur) dan cara perawatannya
dengan dimanifestasikan 10%
lansia mengalami penglihatan


C. DAFTAR MASALAH
Dari keluhan keluhan diatas didapatkan maslah keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman : nyeri sendi pada kelompok lansia di wisma Mawar
RPSTW Budhi Daya berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang
proses degenerasi/penurunan fungsi muskuluskeletal, yang dimanifestasikan
dengan 60% lansia mengeluh nyeri dan pegal pada daerah pinggang dan
ekstremitas
2. Resiko cedera pada kelompok lansia khususnya Ny. K di wisma Mawar RPSTW
Budhi Daya Telukjambe Karawang berhubungan dengan kurang pengetahuan
tentang gangguan penglihatan (penglihatan kabur) dan cara perawatannya
dengan dimanifestasikan 10% lansia mengalami penglihatan kabur.
3. Gangguan rasa nyaman nyeri : pada abdomen pada lansia khususnya Ny. R di
wisma Mawar RPSTW Budhi Daya Telukjambe Karawang berhubungan
dengan pola makan yang tidak baik.




kabur.
Data Subjektif
1 orang lansia di wisma Mawar RPSTW Budhi
Daya mengeluh sakit maag (gastritis), sekitar
10 %.

Data Objektif
Pada pemeriksaan fisik didapatkan data adanya lansia
yang mengalami gangguan pencernaan.

Gangguan rasa nyaman nyeri :
pada abdomen pada lansia
khususnya Ny. R di wisma
Mawar RPSTW Budhi Daya
Telukjambe Karawang
berhubungan dengan pola
makan yang tidak baik.
INTERVENSI KEPERAWATAN
Tgl
Diagnosa
Keperawatan
Rencana Tindakan
Rasional Tujuan Kriteria
Hasil
Intervensi
21
janua
ri
2014
Gangguan rasa
nyaman : nyeri
sendi pada
kelompok
lansia di wisma
Mawar
RPSTW Budhi
Daya
berhubungan
dengan
kurangnya
pengetahuan
tentang proses
degenerasi/pen
urunan fungsi
muskuluskeleta
l, yang
dimanifestasika
n dengan 60%
lansia
mengeluh nyeri
dan pegal pada
daerah
pinggang dan
ekstremitas
Tupan:
Nyeri berkuarang
dan proses
inflamasi dapat
diatasi dengan
ROM
Tupen :
Rasa Nyeri dan
ngilu berkurang/
teratasi sekala 0-1
dengan kriteria
hasil
Setelah
dilakukan
intervensi
hasil yang
diharapkan:
-klien
melaporkan
rasa nyeri
dan ngilu
berkurang
-klien dapat
beraktifitas
tanpa rasa
ngilu dan
nyeri.
-kaji
keluhan
yang
dirasakan
klien, catat
faktor yang
mempercepa
t dan tanda-
kaji keluhan yang
dirasakan klien, catat
faktor yang
mempercepat dan
tanda-tanda rasa sakit
non verbal.
anjurkan klien untuk
mandi air hangat,
kompres sendi- sendi
yang sakit dengan
kompres hangat
berikan masase yang
lembut.

ajarkan teknik
relaksasi dan
distraksi tarik nafas
dalam.

ajarkan cara ROM.

Membantu dalam
menentukan
kebutuhan
manajemen nyeri
dan keefektifan
program
Panas
meningkatkan
relaksasi otot dan
mobilitas

menurunkan rasa
sakit.

Meningkatkan
relaksasi/
mengurangi
tegangan otot
memberikan
rasakontrol dan
mungkin
meningkatkan
tanda rasa
sakit non
verbal.

Meningk
atkan
relaksasi.



pemberian
pelatihan senam
sesuai indikasi
yang diberikan
kemampuan
koping.





Memudahkan
untuk ikut serta
dalam terapi dan
mengurangi
tegangan otot /
spasme.













BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Lansia adalah seseorang yang berumur 60 tahun keatas (UU No. 13 Tahun
1998). Sejalan dengan program keluarga berencana yang telah dicanangkan dan
dilaksanakan oleh pemerintah, pada tahun 2000 jumlah lansia berdasarkan sensus
penduduk adalah sekitar 7,5% dari jumlah penduduk Indonesia atau sekitar 15,9
juta orang berusia diatas 60 tahun (BPS dan SUPAS 1995 dan 2000). Didalam
kehidupan nasional, usia lanjut dapat merupakan sumber daya yang bernilai
karena pengetahuan, pengalaman hidup serta kasrifan yang dimiliki yang dapat
dimanfaatkan unutk upaya peningkatan mutu kehidupan keluarga dan
masyarakat.
Seorang yang menua akan mengalami perubahan-perubahan baik fisik,
mental, sosial dan spiritual. Perubahan ini akan mempengaruhi setiap aspek
kehidupan termasuk kesehatan yang memerlukan perhatian khusus dimana lansia
merupakan salah satu kelompok rawan dalam keluarga karena kepekaan dan
kerentanannya yang tinggi terhadap gangguan kesehatan. Oleh karena itu asuhan
keperawatan yang komprehensif perlu dilakukan untuk mempertahankan dan
maninggikan derajat kesehatan lansia sehinngga tetap mejadi produktif sesuai
kemampuan.
Hasil pengamatan kami selama praktek keperawatan gerontik di RPSTW
Budhi Daya Karawang, masalah keperawatan yang sering timbul pada penghuni
wisma (lansia) adalah gangguan rasa nyaman; nyeri berhubungan dengan proses
degenerasi (rheumatik) dan resiko cedera berhubungan dengan penurunan fungsi
penglihatan (katarak). Dan untuk mengobati masalah tersebut di usahakan tidak
dengan pengobatan medis tapi dengan pengobatan tradisional karena masalah
tersebut hubungannya dengan proses penuaan (kecuali parah).


B. Rekomendasi
Dalam penanganan masalah pada lansia di panti umumnya sudah baik,
namun demi tercapainya kesehatan dan kesejahteraan para penghuni kelompok
ingin menyampaikan beberapa masukan, antara lain :
1. Agar pihak panti memfasilitasi para lansia untuk menanam bahan-bahan
pengobatan alternatif.
2. Memperhatikan keselamatan para lansia, terutama di dalam wisma. Membuan
pegangan lansia untuk berjalan, terutama menuju dan dalam kamar mandi.
3. Tidak membiarkan para lansia keluar sendiri, karena posisi panti dekat dengan
jalan raya.
4. Tidak mencampurkan penghuni lansia laki-laki dan perempuan dalam satu
wisma

Demikian masukan yang dapat kelompok berikan yang sekiranya dapat
dijadikan pertimbangan bagi panti untuk terus meningkatkan kesehatan,
keselamatan dan kesejahteraan para lansia penghuni panti.

Anda mungkin juga menyukai