Laporan ini Disusun guna memenuhi salah satutugas Mata ajaran Keperawatan gerontik pada Semester VII
Disusunoleh :
MAHASISWA STIKes KHARISMA KARAWANG TINGKAT IV PRODI S1 KEPERAWATAN ANGKATAN III TAHUN AKADEMIK 2013/2014
STIKes KHARISMA KARAWANG JalanPangkalPerjuangan Km. 1 By Pass, Karawang (41316) Januari 2014 1. Asep Sudrajat 433131420110008 2. Endan Permana 433131420110014 3. Fitri Susanti 433131420110017 4. Septian Hidayat 433131420110027
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkah dan rahmatNya kami dapat melakukan praktek Mata Ajaran Keperawatan Gerontik di Panti Sosial Tresna Wredha Budhi Daya Telukjambe Karawang sejak tanggal 20-24 Januari 2014 dengan baik. Sebagai akhir dari praktek keperawatan lansia di Panti Sosial Tresna Wredha Budhi Daya Telukjambe Karawang, kami telah menyusun laporan akhir asuhan keperawatan kelompok lanjut usia di wisma Mawar dalam bentuk makalah.Terima kasih yang sebesar-besarnya kami ucapkan kepada : 1. Ibu Yulis Erlinawati selaku Koordinator Mata Ajaran Keperawatan Gerontik yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama kami berada di Panti Sosial Tresna Wredha Budhi Daya Telukjambe Karawang. 2. Kepala Panti Sosial Tresna Wredha Budhi Daya Telukjambe Karawang yang telah memberikan kesempatan untuk memberikan asuhan keperawatan lansia di wisma-wisma Panti Sosial Tresna Wredha Budhi Daya Telukjambe Karawang. 3. Para dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingannya selama kami di Panti Sosial Tresna Wredha Budhi Daya Telukjambe Karawang. 4. Para petugas panti yang telah membantu kami selama di Panti Sosial Tresna Wredha Budhi Daya Telukjambe Karawang. 5. Orang tua dan teman-teman yang telah memberikan semangat, kasih sayang dan dukungan morilnya yang sangat berarti bagi kami. Kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun.
Karawang, 22 Januari 2014
Kelompok Wisma Mawar BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Lansia adalah seseorang yang berumur 60 tahun keatas (UU No. 13 Tahun 1998). Sejalan dengan program keluarga berencana yang telah dicanangkan dan dilaksanakan oleh pemerintah, pada tahun 2000 jumlah lansia berdasarkan sensus penduduk adalah sekitar 7,5% dari jumlah penduduk Indonesia atau sekitar 15,9 juta orang berusia diatas 60 tahun (BPS dan SUPAS 1995 dan 2000). Didalam kehidupan nasional, usia lanjut dapat merupakan sumber daya yang bernilai karena pengetahuan, pengalaman hidup serta kasrifan yang dimiliki yang dapat dimanfaatkan unutk upaya peningkatan mutu kehidupan keluarga dan masyarakat. Seorang yang menua akan mengalami perubahan-perubahan baik fisik, mental, sosial dan spiritual. Perubahan ini akan mempengaruhi setiap aspek kehidupan termasuk kesehatan yang memerlukan perhatian khusus dimana lansia merupakan salah satu kelompok rawan dalam keluarga karena kepekaan dan kerentanannya yang tinggi terhadap gangguan kesehatan. Oleh karena itu asuhan keperawatan yang komprehensif perlu dilakukan untuk mempertahankan dan maninggikan derajat kesehatan lansia sehinngga tetap mejadi produktif sesuai kemampuan. Berdasarkan hasil pengkajian kelompok khususnya di Wisma Mawar didapatkan data yang berhubungan dengan masalah kesehatan lansia, yaitu sebanyak 60% lansia dengan masalah kesehatan rematik, 20% lansia dengan katarak, dan 20% lansia dengan gastritis.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum Memberikan pengkayaan tentang perubahan-peruabahan yang terjadi pada lansia yang dapat menyebabkan masalah kesehatan. 2. Tujuan Khusus a. Mampu mengidentifikasi perubahan-peruabahan fisik, mental, dan spiritual yang terjadi pada lansia khususnya di Wisma Mawar Rumah Perlindungan Sosial Tresna Wredha Budhi Daya Karawang. b. Mampu mengidentifikasi masalah-masalah kesehatan yang terjadi akibat perubahan-perubahan pada lansia di Wisma Mawar Rumah Perlindungan Sosial Tresna Wredha Budhi Daya Karawang. c. Mampu melakukan asuhan keperawatan terkait dengan masalah kesehatan yang telah teridentifikasi. d. Mampu melaporkan keberhasilan asuhan keperawatan yang telah dilakukan selama praktek di Wisma Mawar Rumah Perlindungan Sosial Tresna Wredha Budhi Daya Karawang.
C. Metode Telaahan
Penulisan laporan asuhan keperawatan kelompok gerontik ini menggunakan metode deskriktif yaitu metode yang menggambarkan keadaan yang lebih nyata, menganalisa dan menguraikannya dengan pendekatan studi kasus, dimana kelompok mengambil satu kasus kelolaan kemudian kelompok memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan permasalahan yang ada. Adapaun tehnik- tehnik yang dipergunakan dalam mengumpulkan data diantaranya :
1. Observasi / Pengamatan 2. Wawancara 3. Studi Kepustakaan 4. Pemeriksaan Fisik 5. Dokumentasi Keperawatan, dan 6. Asuhan Keperawatan Langsung
D. Sistematika Penulisan
Studi analisa situasi ini terdiri dari empat BAB yang tersusun dengan sistematika sebagai berikut : BABI :Pendahuluan meliputi latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan BAB II : Tinjauan teoritis meliputi konsep penuaan BAB III : Tinjauan kasus dan pembahasan BAB IV : Penutup meliputi kesimpulan dan saran
BAB II TINJAUAN TEORITIS
2.1 Konsep Dasar Keperawatan Kelompok Khusus 2.1.1 Definisi Kelompok Kelompok merupakan himpunan satu kesatuan manusia yang hidup bersama, yang dilandasi oleh kriteria tertentu seperti : usia, jenis kelamin, latar belakang pendidikan, pekerjaan, kepentingan tertentu, kebutuhan yang sama, hubungan timbal balik dan saling mempengaruhi, serta saling tolong menolong untuk mencapai tujuan yanh diinginkan.
2.1.2 Proses Pembentukan Kelompok Menurut Solita Sarwono (1993), prose pembentukan kelompok mengikuti tahap berikut ini : 1. Tahap Pembentukan Kelompok mengatur dan menentukan kedudukan tiap anggotanya, sehingga setelah mapan mereka akan menjadi saling dekat, mengenal, akrab, dan terbuka. 2. Tahap Perpecahan Keakraban akan mengundang konflik dan menimbulkan masalah, sehingga akan mengundang perpecahan karena ada yang tidak setuju dengan pendapat orang lain. 3. Tahap Penyesuaian Perpecahan yang terjadi berlangsung sementara, makin akrab hubungan anggota kelompok, maka makin mudah untuk menyesuaikan diri dengan sifat, kehendak, gaya, dan kepribadian masing-masing anggota, sehingga perpecahan dan pertentangan dapat dibatasi atau dihindari. Pada tahap ini kelompok dapat berfungsi secara efektif untuk saling membantu dan bekerja sama demi kepentingan kelompok.
4. Tahap Perubahan Terjadi perubahan fisik, posisi, dan aktivitas kelompok sehingga berdampak pada perubahan kelompok. Hal ini berdampak pada timbulnya masalah kelompok yang memerlukan pengaturan kembali berkaitan dengan struktur organisasi, prosedur kerja, kegiatan, hubungan antar anggota, dan sebagainya.
2.1.3 Persyaratan Kelompok Menurut Soerjono Soekanto (1982), persyaratan dalam kelompok sosial antara lain sebagai berikut : 1. Setiap anggota kelompok harus sadar bahwa dia merupakan sebagian dari kelompok yang bersangkutan 2. Adanya hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan yang lainnya 3. Terdapat suatu faktor yang dimiliki bersama oleh anggota kelompok, sehingga hubungan diantara mereka bertambah erat. Faktor tersebut adalah nasib yang sama; kepentingan yang sama; tujuan yang sama; serta berstruktur, berkaidah, dan mempunyai pola perilaku.
2.1.4 Kriteria Kelompok Berikut ini adalah klasifikasi kriteria/ukuran kelompok sosial dalam masyarakat : 1. Besar kecilnya jumlah anggota kelompok sosial 2. Derajat interaksi dalam kelompok sosial tersebut 3. Kepentingan dan wilayah 4. Berlangsungnya suatu kepentingan 5. Derajat organisasi 6. Kesadaran akan jenis yang sama, hubungan sosial dan tujuan
2.2 Proses Asuhan Keperawatan Kelompok Khusus 2.2.1 Definisi Kelompok Khusus Kelompok khusus merupakan sekelompok masyarakat atau individu yang karena keadaan fisik, mental, sosial budaya, dan ekonominya perlu mendapatkan bantuan, bimbingan, pelayanan kesehatan, serta asuhan keperawatan karena ketidakmampuan dan ketidaktahuan mereka dalam memelihara kesehatan terhaddap dirinya.
2.2.2 Perawatan Kelompok Khusus Perawatan kelompok khusus merupakan suatu upaya di bidang keperawatan kesehatan masyarakat yang ditujukan kepada sekelompok individu yang mempunyai kesamaan jenis kelamin, usia, permasalahan kesehatan, dan rawan terhadap masalah kesehatan. Perawatan kelompok khusus ini dilaksanakan secara terorganisir dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan kelompok dan derajat kesehatannya. Perawatan ini lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif dengan tidak melupakan upaya kuratif dan rehabilitatif yang ditujukan kepada mereka yang tinggal di panti serta kepada kelompok-kelompok yang ada di masyarakat yang diberikan oleh tenaga keperawatan dengan pendekatan pemecahan masalah melalui proses keperawatan.
2.2.3 Tujuan Kelompok Khusus 1. Tujuan Umum Meningkatkan kemampuan dan derajat kesehatan kelompok untuk dapat menolong diri mereka sendiri (self care) dan tidak terlalu bergantung pada orang lain. 2. Tujuan Khusus Agar kelompok khusus mampu : a. Mengidentifikasi masalah kesehatan dan keperawatan kelompok khusus sesuai dengan macam, jenis, dan tipe kelompok; b. Menyusun perencanaan asuhan keperawatan yang mereka hadapi berdasarkan permasalahan yang terdapat pada kelompok; c. Penanggulangan masalah kesehatan dan keperawatan yang mereka hadapi berdasarkan permasalahan yang terdapat pada kelompok; d. meningkatkan kemampuan kelompok khusus dalam memelihara kesehatan mereka sendiri; e. Mengurangi ketergantungan kelompok khusus dari pihak lain dalam pemeliharaan dan perawatan diri sendiri; f. Meningkatkan produktivitas kelompuk khusus untuk lebih banyak berbuat dalam rangka meningkatkan kemampuan diri mereka sendiri; g. Memperluas jangkauan pelayanan kesehatan dan keperawatan dalam menunjang fungsi puskesmas dalam rangka pengembangan pelayanan kesehatan masyarakat
2.2.4 Sasaran Kelompok Khusus Ada dua sasaran pembinaan, diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Melalui institusi-institusi yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan terhadap kelompok khusus 2. Pelayanan kelompok khusus yang ada di masyarakat yang telah diorganisir secara baik atau melalui posyandu, atau kelompok-kelompok khusus dengan ciri khas tertentu, misalnya kelompok lansia, kelompok penderita kusta, dan lain sebagainya.
2.2.5 Proses Keperawatan Kelompok Khusus 1. Pengkajian Pengumpulan Data a. Identitas kelompok Data yang biasanya diperlukan dalam pengumpulan data identitas kelompok adalah besar kecilnya kelompok, latar belakang pendidikan, tingkat sosial ekonomi, kebiasaan, adat istiadat, pekerjaan, agama yang dianut, kepercayaan, dan lokasi tempat tinggal. b. Masalah kesehatan Hal yang dikaji adalah masalah kesehatan yang sering terjadi, besarnya anggota kelompok yang mempunyai masalah, keadaan kesehatan anggota kelompok umumnya, serta sifat masalah pada kelompokapakah mengancam kesehatan atau telah mengancam kehidupan. c. Pemanfaatan fasilitas kesehatan dalam pemerikasaan kesehatan Puskesmas, posyandu, polindes, pos obat desa. d. Keikutsertaan dalam upaya kesehatan Mengkaji apakah klien sering ikut serta dalam kegiatan dalam upaya kesehatan masyarakat. e. Status kesehatan kelompok Penyakit yang pernah diderita (akut, subakut, kronis, atau menular), keadaan umum gizi kelompok, imunisasi, keadaan personal hygiene anggota kelompok. f. Kondisi sanitasi lingkungan tempat tinggal anggota kelompok Perumahan (permanen, semipermanen, sementara, ventilasi, penerangan, dan kebersihannya), sumber air minum, pembuangan air limbah, pembuangan sampah, dan tempat pembuangan tinja.
Analisis Data Analisis data dilakukan untuk melihat kesenjangan yang terjadi dalam kelompok dikaitkan dengan konsep, prinsip, dan teori yang relevan. Sehingga dapat ditarik kesimpulan apa saja permasalahan yang dialami kelompok serta kebutuhan kelompok akan pelayanan kesehatan dan keperawatan. Perumusan Masalah dan Prioritas Masalah Perumusan masalah didapatkan dari analisis data, setelah itu diprioritaskan dengan mempertimbangkan hal-hal berikut ini : a. Sifat masalah yang dihadapi kelompok b. Tingkat bahaya yang mengancam kelompok c. Kemungknan masalah untuk dapat diatasi d. Berat ringannya masalah yang dihadapi kelompok e. Sumber daya yang tersedia dalam kelompok
2. Diagnosis Keperawatan Kelompok Berikut ini dasar penetapan diagnosis keperawatan kelompok : a. Masalah kesehatan yang dijumpai pada kelompok dengan mempertimbangkan faktor risiko dan potensial terjadinya masalah/penyakit b. Kemampuan kelompok dalam memecahkan masalah dilihat dari segi sumber daya kelompok yang berkaitan dengan kemampuan finansial, pengetahuan, dukungan keluarga masing-masing anggota kelompok, dan sebagainya.
3. Perencanaan Asuhan Keperawatan Dibuat berdasarkan diagnosis keperawatan dengan melibatkan anggota kelompok yang bersangkutan. Rencana keperawatan kelompok mencakup tujuan keperawatan yang ingin dicapai, rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan, dan kriteria keberhasilan. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menyusun rencana keperawatan diantaranya adalah sebagai berikut : a. Keterlibatan pengurus dan anggota kelompok dalam menyusun perencanaan keperawatan b. Keterpaduan dengan pelayanan kesehatan lainnya, baik tenaga, biaya, sarana, maupun, waktu c. Kerja sama lintas program dan lintas sektoral, sehingga program pelayanan yang diberikan bersifat menyeluruh.
4. Pelaksanaan Berikut ini hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan gerontik : 1. Tindakan keperawatan dapat dilaksanakan oleh tenaga keperawatan, petugas/pengurus panti atau kader kesehatan sesuai dengan kewenangan yang diberikan 2. Dilakukan dalam rangka alih teknologi dan keterampilan keperawatan 3. Di institusi lebih ditekankan kepada penghunu panti, pengelola/pengurus panti, dan lingkungan panti 4. Di masyarakat lebih ditekankan kepada anggota kelompok, kader kesehatan, pengurus kelompok, dan keluarga 5. Bila ada masalah yang tak tertanggulangi dilakukan rujukan medis dan rujukan kesehatan 6. Adanya keterpaduan pelayanan dengan sektor lain 7. Dicatat dalam catatan keperawatan yang telah ditetapkan
5. Evaluasi Evaluasi dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya dalam perencanaan, membandingkan hasil tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, dan menilai efektifitas proses keperawatan mulai dari tahap pengkajian, perencanaan, dan pelaksanaan.
BAB III PEMBAHASAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELOMPOK DI WISMA MAWAR PANTI SOSIAL TERSNA WREDA BUDHI DAYA TELUK JAMBE KARAWANG
Nama Kelompok : Kelompok III Tingkat : IV Lahan Praktik : Rumah Perlindungan Sosial Tresna Wreda Budhi Daya Teluk Jambe Karawang Tanggal Pengkajian : 21 Januari 2014 Nama Wisma : Mawar Pimpinan Panti : Drs. Turnaeni Dikelola Oleh : Departemen Sosial RI
A. PENGKAJIAN 1. Karakteristik Penghuni a. Berdasarkan umur Karakteristik umur Perempuan Laki-laki Jumlah Prosentase < 60 60 70 71 90 > 90 1 1 3 - - - - - 1 1 3 - 20 % 20 % 60 % - Jumlah 5 0 5 100 %
b. Berdasarkan pendidikan Tingkat Pendidikan Jumlah Prosentase Tidak sekolah Tidak tamat SD Tamat SD/sederajat Tamat SMP/sederajat Tamat SMA D3 1 3 1 - - - 20 % 60 % 20% - - - Jumlah 5 100 %
c. Berdasarkan agama Agama Jumlah Prosentase Muslim Non Muslim 5 - 100 % - Jumlah 5 100 %
2. Data khusus a. Biologis 1) Keadaan kesehatan 5 Besar Keluhan Lansia Jumlah Prosentase Nyeri persendian Gangguan fungsi pencernaan Penglihatan kabur Tidak senang berinteraksi Lain lain 3 1 1 - - 60 % 20 % 20 % - - Jumlah 5 100 %
Dari hasil pengkajian didapatkan sekolompok lansia di wisma mawar yaitu sekitar 3 orang mengeluh (persendian) pegal dan nyeri pada daerah pinggang, tangan dan kaki. 1 orang mengeluh sakit maag (gastritis), 1 orang mengeluh penglihatan kabur (katarak). 3 orang lansia merasa pegal dan nyeri pada saat istirahat (tidur), sebagian lansia mengatakan pegal dan nyeri tersebut saat atau setelah melakukan aktivitas.
2) Pola makan dan minum Frekuensi makan 3 x sehari. Para lansia biasa makan di dalam kamar. Semua orang lansia yang makan dikamar mereka masing-masing dengan alasan lebih nyaman makan dikamar. Menu makanan pagi hari nasi, sayur, tempe. Makan siang terdiri dari nasi, sayur, tempe dan telur. Menu makan sore sama dengan dengan menu makan siang. Para lansia kadang-kadang membeli makanan sendiri di luar seperti roti, dan lain-lain setiap sore atau pagi, kadang-kadang para lansia mendapat makanan tambahan (snack) seperti bubur kacang, roti, gorengan, buah- buahan. 4 orang lansia minum sebanyak 5 6 gelas kecil dalam sehari (1 gelas kecil = 200 ml). 1 orang lansia yang memakai gelas besar dan dalam sehari mereka minum 5 6 gelas (1 gelas besar = 600 ml). Hasil observasi kelompok di dapat mukosa bibir dan kulit lansia lembab.
3) Pola tidur Para lansia masuk kamar tidur sekitar pukul 20.00 WIB setelah menonton acara TV. Namun ada sebagian lansia ada yang langsung masuk kamar setelah melaksanakan sholat Isya sekitar pukul 19.30 WIB. Kegiatan yang dilakukan sebelum tidur diantaranya menonton TV, radio, mengaji. Semua orang lansia bangun jam 03.00 WIB pagi untuk bersiap-siap melaksanakan sholat shubuh berjamaah. Jika dijumlahkan, jumlah jam tidur lansia adalah 6 8 jam dalam sehari.
4) Kebersihan diri Penampilan sebagian besar penghuni wisma Mawar tampak bersih dan rapih. Setiap lansia mandi dan gosok gigi 2 3 kali dalam satu hari dilakukan terutama jika mereka akan melaksanakan sholat. Tercium bau mulut saat berkomunikasi dengan beberapa lansia terdapat kotoran pada rangkaian gigi dan warna gigi yang menguning. 4 orang lansia keramas 2 -3 kali setiap minggu dengan menggunakan shampoo, baju klien ganti 2 hari sekali. Namun 1 orang lansia jarang mengganti pakaian bila tidak di suruh.
b. Psikologis dan sosial 1) Kebiasaan buruk kelompok 5 lansia mempunyai kebiasaan buruk seperti melanggar pantrangan yang seharusnya tidak boleh dimakan seperti jeroan ayam, kangkung, bayam, dan sering telat makan.
2) Keadaan emosi Ada satu lansia yang bila disuruh ganti pakaian tidak mau, kadang-kadang bila disuruh ganti pakaian malah balik marah
3) Pengambilan keputusan Di wisma Mawar tidak ada lansia yang berperan sebagai pengambil keputusan. Masing masing berhak menentukan yang terbaik bagi dirinya. Bila ada anggota wisma yang sakit, maka lansia yang lain hanya melaporkan kepada petugas wisma.
4) Rekreasi Kegiatan rekreasi yang dilakukan anggota wisma Mawar antara lain menonton TV, mendengarkan radio atau bercakap cakap di ruang tengah. Pengurus panti mengadakan program rekreasi dalam setahun sekali dan diikuti oleh seluruh lansia di Rumah Perlindungan Sosial Tresna Wredha Budhi Daya Karawang. 5) Perilaku mencari pelayanan kesehatan Lansia yang sakit hanya minum obat yang di berikan oleh petugas puskesmas yang datang ke panti setiap hari kamis pagi. Jika obatnya habis para lansia tidak mencari obat warung karena keadaan ekonomi para lansia yang kurang, kecuali ada satu lansia yang suka membeli obat warung.
6) Ketergantungan obat 2 orang lansia mempunyai kebiasaan mengkonsumsi obat warung seperti obat sakit kepala dan sakit perut. Mereka merasa keluhannya berkurang tetapi tidak mengetahui akibat kebiasaan ini pada kesehatannya. 3 orang lansia tidak mempunyai kebiasaan mengkonsumsi obat warung namun setiap lansia sering memeriksakan kesehatannya di panti.
7) Kecacatan Di wisma Mawar tidak ada lansia yang mengalami kecacatan.
8) Keadaan ekonomi Semua lansia di wisma Mawar tidak ada yang mempunyai tunjangan pensiun, mereka hanya mendapatkan uang santunan dari panti sebesar Rp 3.000.- / minggu. Namun ada satu lansia yang berdagang di wisma mawar berpenghasilan rata-rata Rp. 15.000/hari.
9) Kegiatan organisasi sosial 3 orang lansia mengikuti pengajian dan senam lansia yang diadakan di panti. Pengajian setiap hari Senin dan Rabu serta senam setiap hari Selasa dan Jumat. 2 orang lansia tidak mengikuti pengajian dan senam karena tidak memungkinkan dengan kondisinya
10) Hubungan antara anggota kelompok Sebagian besar lansia di dalam kelompok mementingkan kepentingan pribadi masing masing dan cenderung membiarkan dan tidak perduli satu sama lain. Lansia lansia sering berkomunikasi dan terlibat dalam interaksi kelompok.
11) Hubungan di luar kelompok Sebagian besar lansia menyatakan jarang berkunjung dan berhubungan dengan lansia yang tinggal di wisma yang lain, hubungan dengan lansia di wisma lain dilakukan melalui kegiatan pengajian dan senam/olah raga.
12) Hubungan dengan anggota keluarga Tidak ada waktu khusus untuk kunjungan keluarga. Keluarga bisa mengunjungi lansia kapan saja sesuai kebutuhan keluarga. Tetapi sebagian lansia tidak pernah lagi di kunjungi oleh keluarga karena sanak keluarganya sudah tidak ada.
c. Spiritual 1) Ketaatan beribadah Semua lansia di wisma Mawar beragama Islam dan taat menjalankan ibadah ( shalat lima waktu ) dan 3 orang lansia selalu mengikuti pengajian yang diadakan oleh panti. Semua lansia percaya akan tibanya kematian dan lansia pasrah bila kematian menjemput mereka.
2) Keyakinan tentang kesehatan Lansia percaya bahwa sakit dan sehat adalah hal yang wajar terjadi pada manusia. 3 orang lansia sering mengeluh pegal dan nyeri, biasanya jika hal itu terjadi mereka biasanya menggunakan minyak kayu putih atau balsem pada daerah yang terasa sakit. Cara tersebut cukup mengurangi rasa sakit. 1 orang lansia sering mengeluh sakit maag (gastritis).
d. Kultural 1) Adat yang mempengaruhi kesehatan Lansia di wisma Mawar sebagian berasal dari pulau jawa, sunda, tidak ada adat istiadat yang mempengaruhi kesehatan.
2) Tabu tabu Tidak ada pantrangan budaya yang dianut oleh lansia di wisma Mawar.
e. Keadaan lingkungan dalam 1) Penerangan Semua kamar umumnya mendapatkan penerangan yang cukup baik masing masing kamar diberi lampu 10 watt. Penerangan di ruang tengah dan di pintu menuju kamar mandi menggunakan 10 watt pada malam hari sebagian lampu dimatikan.
2) Kebersihan dan kerapihan Secara umum kondisi kamar kamar cukup bersih dan rapi, juga ruang tamu, kamar mandi dan wc. Setiap hari wisma Mawar dibersihkan oleh para lansia dan kamar kamar lansia di bersihkan oleh para lansia yang menempati kamar tersebut. Namun lantai di wisma Mawar agak licin, terutama di depan kamar mandi. Di kamar mandi tidak terdapat pegangan pengaman.
3) Sirkulasi udara Sirkulasi udara secara umum cukup baik karena di wisma Mawar terdapat cukup jendela termasuk disetiap kamar lansia yang selalu dibuka setiap pagi selain itu dikamar kamar lansia terdapat cukup ventilasi.
f. Keadaan lingkungan dan halaman 1) Pemanfaatan halaman Halaman wisma Mawar dimanfaatkan untuk penghijauan, terdapat beberapa pohon yang tunbuh di depan halaman.
2) Pembuangan air limbah Semua limbah dari kamar mandi dan WC dialirkan melalui saluran tertutup dan di teruskan ke sungai Citarum.
3) Pembuangan sampah Kebanyakan sampah di wisma Mawar adalah sampah organik, sampah tersebut ditampung menggunakan tempat sampah dan setiap pagi diangkut ke penampungan sampah.
4) Sumber pencemaran Letak wisma Mawar yang berdekatan dengan jalan raya utama merupakan penyebab pencemaran udara dan sumber kebisingan.
B. Analisa Data Data Diagnosa Keperawatan Data Subjektif 3 orang lansia mengeluh pegal dan nyeri pada pinggang, tangan dan kaki. Mereka mengatakan belum tahu cara yang tepat untuk mengatasi pegal dan nyeri. Mereka mengatakan pegal dan nyeri yang dirasakan muncul pada saat istirahat (tidur) sebagian lansia mengatakan pegal dan nyeri tersebut saat atau setelah melakukan aktivitas. Jika timbul nyeri mereka menggunakan minyak kayu putih atau balsem pada daerah yang pegal atau nyeri. Cara tersebut cukup mengurangi rasa sakit atau pegal yang dialami.
Data Objektif 3 orang dari 5 orang lansia di Wisma Mawar RPSTW Budhi Daya menderita rematik atau 60%. Gangguan rasa nyaman : nyeri sendi pada kelompok lansia di wisma Mawar RPSTW Budhi Daya berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang proses degenerasi/penurunan fungsi muskuluskeletal, yang dimanifestasikan dengan 60% lansia mengeluh nyeri dan pegal pada daerah pinggang dan ekstremitas Data Subjektif 1 orang lansia mengeluh penglihatannya kabur atau sekitar 10%,
Data Objektif Di kamar mandi tidak terdapat pegangan pengaman. Lantai di wisma Mawar agak licin. Resiko cedera pada kelompok lansia khususnya Ny. K di wisma Mawar RPSTW Budhi Daya Telukjambe Karawang berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang gangguan penglihatan (penglihatan kabur) dan cara perawatannya dengan dimanifestasikan 10% lansia mengalami penglihatan
C. DAFTAR MASALAH Dari keluhan keluhan diatas didapatkan maslah keperawatan 1. Gangguan rasa nyaman : nyeri sendi pada kelompok lansia di wisma Mawar RPSTW Budhi Daya berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang proses degenerasi/penurunan fungsi muskuluskeletal, yang dimanifestasikan dengan 60% lansia mengeluh nyeri dan pegal pada daerah pinggang dan ekstremitas 2. Resiko cedera pada kelompok lansia khususnya Ny. K di wisma Mawar RPSTW Budhi Daya Telukjambe Karawang berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang gangguan penglihatan (penglihatan kabur) dan cara perawatannya dengan dimanifestasikan 10% lansia mengalami penglihatan kabur. 3. Gangguan rasa nyaman nyeri : pada abdomen pada lansia khususnya Ny. R di wisma Mawar RPSTW Budhi Daya Telukjambe Karawang berhubungan dengan pola makan yang tidak baik.
kabur. Data Subjektif 1 orang lansia di wisma Mawar RPSTW Budhi Daya mengeluh sakit maag (gastritis), sekitar 10 %.
Data Objektif Pada pemeriksaan fisik didapatkan data adanya lansia yang mengalami gangguan pencernaan.
Gangguan rasa nyaman nyeri : pada abdomen pada lansia khususnya Ny. R di wisma Mawar RPSTW Budhi Daya Telukjambe Karawang berhubungan dengan pola makan yang tidak baik. INTERVENSI KEPERAWATAN Tgl Diagnosa Keperawatan Rencana Tindakan Rasional Tujuan Kriteria Hasil Intervensi 21 janua ri 2014 Gangguan rasa nyaman : nyeri sendi pada kelompok lansia di wisma Mawar RPSTW Budhi Daya berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang proses degenerasi/pen urunan fungsi muskuluskeleta l, yang dimanifestasika n dengan 60% lansia mengeluh nyeri dan pegal pada daerah pinggang dan ekstremitas Tupan: Nyeri berkuarang dan proses inflamasi dapat diatasi dengan ROM Tupen : Rasa Nyeri dan ngilu berkurang/ teratasi sekala 0-1 dengan kriteria hasil Setelah dilakukan intervensi hasil yang diharapkan: -klien melaporkan rasa nyeri dan ngilu berkurang -klien dapat beraktifitas tanpa rasa ngilu dan nyeri. -kaji keluhan yang dirasakan klien, catat faktor yang mempercepa t dan tanda- kaji keluhan yang dirasakan klien, catat faktor yang mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit non verbal. anjurkan klien untuk mandi air hangat, kompres sendi- sendi yang sakit dengan kompres hangat berikan masase yang lembut.
ajarkan teknik relaksasi dan distraksi tarik nafas dalam.
ajarkan cara ROM.
Membantu dalam menentukan kebutuhan manajemen nyeri dan keefektifan program Panas meningkatkan relaksasi otot dan mobilitas
menurunkan rasa sakit.
Meningkatkan relaksasi/ mengurangi tegangan otot memberikan rasakontrol dan mungkin meningkatkan tanda rasa sakit non verbal.
Meningk atkan relaksasi.
pemberian pelatihan senam sesuai indikasi yang diberikan kemampuan koping.
Memudahkan untuk ikut serta dalam terapi dan mengurangi tegangan otot / spasme.
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan Lansia adalah seseorang yang berumur 60 tahun keatas (UU No. 13 Tahun 1998). Sejalan dengan program keluarga berencana yang telah dicanangkan dan dilaksanakan oleh pemerintah, pada tahun 2000 jumlah lansia berdasarkan sensus penduduk adalah sekitar 7,5% dari jumlah penduduk Indonesia atau sekitar 15,9 juta orang berusia diatas 60 tahun (BPS dan SUPAS 1995 dan 2000). Didalam kehidupan nasional, usia lanjut dapat merupakan sumber daya yang bernilai karena pengetahuan, pengalaman hidup serta kasrifan yang dimiliki yang dapat dimanfaatkan unutk upaya peningkatan mutu kehidupan keluarga dan masyarakat. Seorang yang menua akan mengalami perubahan-perubahan baik fisik, mental, sosial dan spiritual. Perubahan ini akan mempengaruhi setiap aspek kehidupan termasuk kesehatan yang memerlukan perhatian khusus dimana lansia merupakan salah satu kelompok rawan dalam keluarga karena kepekaan dan kerentanannya yang tinggi terhadap gangguan kesehatan. Oleh karena itu asuhan keperawatan yang komprehensif perlu dilakukan untuk mempertahankan dan maninggikan derajat kesehatan lansia sehinngga tetap mejadi produktif sesuai kemampuan. Hasil pengamatan kami selama praktek keperawatan gerontik di RPSTW Budhi Daya Karawang, masalah keperawatan yang sering timbul pada penghuni wisma (lansia) adalah gangguan rasa nyaman; nyeri berhubungan dengan proses degenerasi (rheumatik) dan resiko cedera berhubungan dengan penurunan fungsi penglihatan (katarak). Dan untuk mengobati masalah tersebut di usahakan tidak dengan pengobatan medis tapi dengan pengobatan tradisional karena masalah tersebut hubungannya dengan proses penuaan (kecuali parah).
B. Rekomendasi Dalam penanganan masalah pada lansia di panti umumnya sudah baik, namun demi tercapainya kesehatan dan kesejahteraan para penghuni kelompok ingin menyampaikan beberapa masukan, antara lain : 1. Agar pihak panti memfasilitasi para lansia untuk menanam bahan-bahan pengobatan alternatif. 2. Memperhatikan keselamatan para lansia, terutama di dalam wisma. Membuan pegangan lansia untuk berjalan, terutama menuju dan dalam kamar mandi. 3. Tidak membiarkan para lansia keluar sendiri, karena posisi panti dekat dengan jalan raya. 4. Tidak mencampurkan penghuni lansia laki-laki dan perempuan dalam satu wisma
Demikian masukan yang dapat kelompok berikan yang sekiranya dapat dijadikan pertimbangan bagi panti untuk terus meningkatkan kesehatan, keselamatan dan kesejahteraan para lansia penghuni panti.