Anda di halaman 1dari 22

0

JURNAL BELAJAR
(MK. Landasan dan Problematika Pendidikan)




Dosen Pembina :
Dr. H. Agus Ramdani, M.Sc

Disusun oleh :
Ahmad Syukran
NIM. I2K013005



UNIVERSITAS MATARAM
PROGRAM MAGISTER ADMINISTRASI PENDIDIKAN
TAHUN AKADEMIK 2013/2014
1

JURNAL BELAJAR I

Nama Mata Kuliah : Landasan dan Problematika Pendidikan
Dosen Pembina : Dr. H. Agus Ramdani, M.Sc
Nama Mahasiswa : Ahmad Syukran
NIM : I2K013005
Hari, Tanggal : Kamis, 5 September 2013

Hari ini, Kamis 5 September 2013 adalah hari pertama dan kuliah perdana bagi
mahasiswa Pascasarjana Magister Administrasi Pendidikan Universitas Mataram Tahun
Akademik 2013/2014. Perkuliahan diawali dengan suasana kekakuan dan situasi yang
formal, namun dengan perkenalan dan simulasi kartu ZOFF (Zeil Oriented Project
Planning) serta sikap ramah Dosen Pembina yaitu Bapak Dr. H. Agus Ramdani, M.Sc,
menjadikan suasana perkuliahan berikutnya berlangsung dengan rileks dan penuh
keakraban.
Pembelajaran mata kuliah Landasan dan Problematika Pendidikan dimulai dengan
simulasi kartu ZOFF dimana mahasiswa menuliskan problematika pendidikan menurut
sudut pandang dan pengalaman masing-masing di dunia pendidikan. Dan setelah itu
dosen pembina memaparkan kontrak perkuliahan yang akan diikuti selama 8 pekan ke
depan.

Hasil Refleksi :
Secara garis besar ada 14 Problematika Pendidikan yang dikemukakan oleh 23
Mahasiswa Magister Administrasi Pendidikan di kelas A, yaitu:
1. Sarana dan prasarana sekolah yang belum memadai;
2. Media Pembelajaran/Iptek;
3. Dukungan dari orang tua;
4. Tenaga Pendidik/Kinerja Guru;
5. Kurikulum;
6. Peserta Didik;
2

7. Disiplin kerja;
8. Kebijakan Pemerintah;
9. Sumber Daya Manusia;
10. Assesmen;
11. Pengawasan pendidikan;
12. Diklat guru;
13. Penempatan guru tidak sesuai keahlian;
14. Biaya Pendidikan.
Pada pertemuan ini dosen memberikan motivasi dan memberikan tugas analisis kritis.
Kami membuat analisis kritis dengan tema Mencari Visi Pendidikan dengan referensi
artikel/makalah yang terdapat dalam buku Menggagas Paradigma Baru Pendidikan:
Demokratisasi, Otonomi, Civil Society, Globalisasi oleh Shindunata (editor).
Mencari Visi Pendidikan merupakan bagian ketiga dari buku tersebut dengan
artikel/makalah :
1. Ilmu untuk Kehidupan dan Penghidupan oleh Andi Hakim Nasoetion,.
2. Pengembangan Masyarakat dalam Konteks Pendidikan untuk Semua oleh J.C.
Tukiman Taruna.
3. Dampak Konsep Manusia Filsafat Manusia yang Bersifat Personalistik pada
Pendidikan oleh Alex Lanur.
4. Renungan tentang Filsafat Pendidikan Dewasa ini oleh Imam Bernabib.
5. Strategi Kebudayaan untuk Sistem Pendidikan oleh Mursal Esten, dan
6. Sumbangan Visi Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional oleh Zamakhsyari
Dhofier.
Mahasiswa dibagi menjadi 6 kelompok untuk membuat analisis kritis dan saya bersama
tiga rekan lainnya mendapat tugas membahas artikel ke-2 dan akan dipresentasikan pada
pertemuan berikutnya.
Gambaran kuliah perdana ini memberikan semangat bagi saya pribadi dan rekan-rekan
mahasiswa lainnya guna mengikuti perkuliahan berikutnya. Karena masalah dan
problematika pendidikan tidak akan selesai tanpa kepedulian dan kesungguhan kami
sebagai insan pendidikan.
3

JURNAL BELAJAR II

Nama Mata Kuliah : Landasan dan Problematika Pendidikan
Dosen Pembina : Dr. H. Agus Ramdani, M.Sc
Nama Mahasiswa : Ahmad Syukran
NIM : I2K013005
Hari, Tanggal : Kamis, 12 September 2013

Kamis, 12 September 2013, pertemuan kedua dan hari pertama dari rangkaian
pembahasan buku Menggagas Paradigma Baru Pendidikan: Demokratisasi, Otonomi,
Civil Society, Globalisasi, yang disusun oleh Sindhunata (editor) dan diterbitkan oleh
Kanisius Yogyakarta tahun 2000. Presenter Bapak Ahmad Jauhari mewakili kelompok I
dengan artikel berjudul Ilmu untuk Kehidupan dan Penghidupan yang ditulis oleh
Andi Hakim Nasution.

Hasil Refleksi :
Andi Hakim Nasution, dalam tulisannya mengemukankan beberapa gagasan tentang
pendidikan, ide dan gagasan beliau antara lain :
1. Pengajaran sains seharusnya bertolak dari latihan pemahaman dan penguasaan fakta
dasar mengenai ilmu yang kemudian berkembang ke tahapan penerapan, analisis,
dan sintesis. Latihan membaca kritis sehingga membuat siswa dapat meramu
sendiri pengetahuan baru dari kumpulan pengetahuan yang sudah ada.
2. Melek huruf harus didampingi melek angka, kemampuan berhitung diperlukan,
disamping itu memerlukan juga kemampuan bernalar yang diajarkan melalui
logika, matematika diskret, dan analisis data.
3. Belajar dari sejarah dan kesusastraan dunia. Selain perlunya pandangan sejarah
yang
4. menyeluruh bagi siswa, diperlukan juga upaya agar siswa diberi kewajiban
membaca dari khazanah susastra dunia.
4

5. Matematika dan bahasa asing modern sebagai modal penguasaan ilmu untuk
penghidupan. Untuk dapat menguasai ilmu sebagai penghidupan diperlukan
kemampuan berkomunikasi dalam bahasa ilmu itu dan bahasa pengantar ilmu itu.
6. Bahasa ilmu adalah matematika karena prinsip ilmu selain kesemestaan adalah juga
sifat penyederhanaannya. Penyederhanaan adalah abstraksi pemasalahan dan
abstraksi pemasalahan dicapai melalui pemodelan secara matematika.
7. Memaksimalkan penggunaan internet dalam pendidikan sains. Informasi yang
tersedia digunakan untuk eksplorasi pengetahuan sains, terlebih untuk memperoleh
informasi perkembangan sains terbaru dan perkembangan proses pembelajaran
yang lebih maju. Internet digunakan dalam kerangka kegiatan yang bernuansa
akademik sehingga perlu dibangun cyber-acadecmic community.
Pada presentasi dibahas tentang Ilmu untuk Kehidupan dan Penghidupan. Mengikuti
pandangan al-Ghazali, Ibnu Khaldun menyebut dua jenis ilmu yakni: ilmu naqliah dan
ilmu aqliah. Ilmu Naqliah merupakan ilmu yang diturunkan sebagai wahyu oleh Sang
Maha Pencipta kepada manusia. Sedangkan ilmu Aqliah merupakan ilmu yang
diajarkan oleh Yang Kuasa kepada manusia melalui akal manusia. Contoh ilmu Aqliah
untuk kehidupan diantaranya fenomena mengenai kerupuk dan abu rokok, pelajaran
kapilaritas dan higroskopi, fenomena siswa yang kembali ke Indonesia setelah
mengikuti orang tuanya tugas belajar di luar negeri.
Setelah mendengar dan mengikuti presentasi yang disampaikan, muncul pertanyaan
mendasar pada diri saya untuk diajukan yaitu: pembelajaran apa yang dapat kita ambil
dari tulisan tersebut untuk diterapkan dalam dunia pendidikan kita sekarang?

5

JURNAL BELAJAR III

Nama Mata Kuliah : Landasan dan Problematika Pendidikan
Dosen Pembina : Dr. H. Agus Ramdani, M.Sc
Nama Mahasiswa : Ahmad Syukran
NIM : I2K013005
Hari, Tanggal : Kamis, 19 September 2013

Pertemuan ketiga Kamis, 19 September 2013 adalah pembahasan dua artikel lanjutan
yaitu:
1. Pengembangan Masyarakat dalam Konteks Pendidikan untuk Semua oleh J.C.
Tukiman Taruna, dengan presenter Andy Eddy (007), Ahmad Syukran (005),
Alfian Satriadi (006), dan Ayu Suhartiny (008).
2. Dampak Konsep Manusia Filsafat Manusia yang Bersifat Personalistik pada
Pendidikan oleh Alex Lanur, dengan presenter Dian Yanuarti (011), Baiq Jasni
Mahayani (009), Bambang Siswanto (010), dan Dina Nurlaily Aprinaida (012).

Hasil Refleksi :
Section pertama adalah pembahasan tentang Pengembangan Masyarakat dalam Konteks
Pendidikan untuk Semua, tulisan J.C. Tukiman Taruna. Pengembangan masyarakat
yang dimaksudkan dalam tulisan ini adalah process through which the human being is
assisted in his growth and development within the scope of his potential. Dengan
demikian, kata-kata kunci dari pernyataan tersebut adalah; 1) proses, 2) manusia, 3)
dibantu pertumbuhannya, dan 4) pengembangannya disesuaikan dengan potensi yang
dimiliki oleh masing-masing orang.
Bagaimana relevansi antara pengembangan masyarakat dan pendidikan seharusnya
dimaknai ketika dewasa ini banyak pihak meng-quovadis-kan pendidikan di Indonesia?
Salah satu alternatif jawabannya adalah perlu disebarluaskan konsep pendidikan untuk
semua (Education For All/EFA), sebuah konsep yang menegaskan keterlibatan semua
pihak dalam kependidikan. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) merupakan program
6

rintisan sebagai pendekatan pendidikan untuk semua (Education For All/EFA) dan
sebuah upaya peningkatan pemberdayaan masyarakat.
Section kedua adalah pembahasan artikel Dampak Konsep Manusia Filsafat Manusia
yang Bersifat Personalistik pada Pendidikan, tulisan Alex Lanur. Dalam pembahasan
kelompok III dikemukakan bahwa dalam diri manusia terdapat beberapa struktur dasar
yang sangat menentukan. Struktur tersebut adalah: 1) manusia adalah makhluk
jasmaniah-rohaniah, 2) manusia adalah makhluk individual-sosial, 3) manusia adalah
makhluk yang bebas, dan 4) manusia adalah makhluk yang menyejarah.
Bila manusia dicirikan secara personal, maka yang dimaksud adalah pribadi yang
ditandai oleh empat dimensi tersebut. Penjelasannya sebagai berikut:
1. Manusia adalah makhluk jasmaniah-rohaniah; implementasi dari dimensi
kejasmanian manusia menunjuk pentingnya pendidikan jasmani sebagai bagian
integral dan praksis pendidikan. Adapun dimensi rohani mengharuskan praksis
pendidikan mengusahakan agar peserta didik dapat mengembangkan kemampuan
olah rohaninya, pengolahan rasa, kepekaan, religiositas, dan lain-lain mendapat
tempatnya.
2. Manusia adalah makhluk individual-sosial; dimensi individu-sosial yang melekat
pada manusia menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk individu yang berada
dalam realitas sosialnya. Namun eksistensi manusia yang mempunyai ciri individu
ini tidak boleh dikaburkan dengan dimensi sosialnya. Oleh karena itu, dalam
praksis pendidikan dimensi individu ini harus mendapat tekanan lebih dahulu.
3. Manusia adalah makhluk yang bebas; salah satu hal penting dalam diri manusia
adalah dimensi kebebasan. Dengan adanya dimensi ini, seyogianya pendidikan
akan mengarahkan peserta didik menjadi manusia yang mempunyai kemandirian
dan sekaligus rasa tanggungjawab. Kemandirian itu mengandaikan manusia
mempunyai pengetahuan yang cukup, keterampilan yang memadai, dan tata nilai
yang benar sehingga dapat mengambil sikap hidup yang konsisten dalam
membangun interaksi dengan lingkungan dan sesamanya.
4. Manusia adalah makhluk yang menyejarah; dimensi manusia sebagai makhluk yang
menyejarah menandaskan bahwa manusia adalah makhluk yang bisa membuat
sejarah dan sekaligus hidup dan berkembang dalam kesejarahannya. Konsekuensi
7

dari pengakuan atas dimensi ini adalah peserta didik bukanlah kertas kosong.
Peserta didik sudah tumbuh dalam sejarah tertentu dan diharapkan mampu untuk
membuat sejarahnya sendiri.
Pada bagian akhir dari presentasi dibuka diskusi, ada beberapa hal yang dipertanyakan
oleh audiens, namun pertanyaanya berupa pengembangan dan terlalu teknis untuk
dibahas. Pertanyaannya seperti : 1) apakah ada dampak negatif dari konsep
pengembangan masyarakat? 2) apakah MBS telah berhasil mencapai tujuannya? 3)
menurut konsep MBS, kepada siapakah kepala sekolah bertanggung jawab? 4) metode
pembelajaran seperti apa agar peserta didik dapat dikembangkan sejalan dengan empat
stuktur dasar manusia (sebagai makhluk yang jasmaniah-rohaniah, makhluk yang
individual-sosial, makhluk yang bebas, dan makhluk yang menyejarah) ?
Setelah menelaah dan mengikuti pembahasan tentang kedua tulisan di atas, tulisan
tentang Pengembangan Masyarakat dalam Konteks pendidikan untuk Semua oleh
J.C. Tukiman Taruna dapat memberikan inspirasi dalam mengembangkan peran serta
dan dukungan masyarakat dalam proses pendidikan.
Tulisan Alex Lanur yaitu Dampak Konsep Manusia Filsafat Manusia yang Bersifat
Personalistik pada Pendidikan, memberikan gambaran kepada kita tentang struktur
dasar yang terdapat dalam diri manusia. Peserta didik merupakan subjek dari seluruh
proses dan kegiatan pendidikan. Untuk itu, semestinya dalam pelaksanaan pendidikan
senantiasa memperhatikan empat struktur dasar yang dimiliki oleh manusia.

8

JURNAL BELAJAR IV

Nama Mata Kuliah : Landasan dan Problematika Pendidikan
Dosen Pembina : Dr. H. Agus Ramdani, M.Sc
Nama Mahasiswa : Ahmad Syukran
NIM : I2K013005
Hari, Tanggal : Kamis, 26 September 2013

Hari ini Kami, 26 September 2013 merupakan pertemuan keempat dan hari ketiga untuk
pembahasan artikel dalam buku Menggagas Paradigma Baru Pendidikan. Presentasi
pada kesempatan kali ini adalah :
1. Renungan tentang Filsafat Pendidikan Dewasa Ini (Imam Bernabib), dengan
presenter kelompok IV : Dwi Sunarto (013), Eka Prihatin (014), Erti Jumainah
(015), dan Gusti Ayu Aryanthi (016).
2. Strategi Kebudayaan untuk Sistem Pendidikan (Mursal Esten), oleh kelompok V :
Hasbullah (018), Hadi Rasyid Mustawin (017), dan Gusti Ayu Aristianti Pratiwi
(019).
3. Sumbangan Visi Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional (Zamakhsyari Dhofier),
oleh kelompok VI : Imanto Rahadi (020), Indri Selfiani (021), Jayadi Putra (022),
dan Laziza Iklima Khairatun (023).

Hasil Refleksi :
Pada bagian awal dari presentasi ini dibahas tentang Renungan tentang Filsafat
Pendidikan Dewasa ini karya Imam Bernabib. Bertitik tolak dari sebuah kenyataan
problematis mengenai pendidikan, penulis mulai dengan mempersoalkan mengenai
masalah peserta didik yang berada dalam dikotomi subjek dan objek. Penulis
menyarankan seyogianya pendidikan memberi tempat yang seimbang bagi pesertadidik,
baik sebagai objek ataupun subjek pendidikan. Penulis juga mendeskripsikan persoalan
pokok yang sekarang ini melanda dunia pendidikan di Indonesia. Persoalan itu dia
rumuskan dalam hubungan antara proses pembentukan individu peserta didik,
9

masyarakat, serta nilai-nilai dan arah dari pendidikan itu sendiri. Dari sudut individu,
penulis mendukung bahwa individu sudah semestinyalah diarahkan untuk menjadi
pribadi yang mandiri. Untuk itu, intervensi terhadap peserta didik haruslah dilakukan
dengan bijaksana, mengingat bahwa individu yang sedang dalam proses pendidikannya
adalah pribadi yang sedang menjadi. Dalam proses atau garis hidup semacam itulah
pribadi itu sedang membentuk diri.
Pembahasan berikutnya adalah tulisan tentang Strategi Kebudayaan untuk Sistem
Pendidikan karya Mursal Esten. Sejumlah fenomena yang terjadi di tanah air
memperlihatkan betapa pentingnya suatu strategi kebudayaan untuk sebuah bangsa yang
besar dan majemuk seperti Indonesia. Ancaman disintegrasi bangsa, arogansi kesukuan,
terpinggirkannya daerah-daerah, konflik antaretnis dan agama, masalah transmigrasi
dan permukiman, fenomena KKN (korupsi, kolusi, dan nepotisme), dan sejumlah
fenomena budaya lainnya, merupakan akibat dari tiadanya atau kelirunya strategi
kebudayaan.
Beberapa kontroversi dan kerancuan di dalam politik kebudayaan telah terjadi sejak
puluhan tahun. Di satu sisi ingin mengembangkan masyarakat dan kebudayaan yang
memiliki identitas, namun di sisi lain dikembangkan pula sistem dan proses sentralisasi
yang mengabaikan daerah-daerah sebagai sumber nilai dan identitas.
Kebudayaan nasional hanya menjadikan puncak-puncak kebudayaan daerah sebagai
bagiannya (UUD 1945). Proses reformasi yang tengah berlangsung pada hakikatnya
adalah proses kebudayaan. Reformasi hukum, reformasi sistem pemerintahan, reformasi
pendidikan, reformasi politik, reformasi sistem keamanan, dan reformasi sistem-sistem
lainnya haruslah dilihat sebagai reformasi budaya.
Perkembangankebudayaan Indonesia dalam milenium III akan terjadi proses
desentralisasi dan proses globalisasi. Untuk itu, strategi kebudayaan harus memberi
tempat bagi hal itu di dalam proses pendidikan. Sebagaimana pendapat dari John
Naisbitt, yang mengatakan bahwa suku bangsa (tribe) yang bisa mengglobal adalah
suku yang memiliki identitas yang kuat dan lentur. Peranan suku-suku bangsa yang
demikian akan semakin besar dan berprospek cerah.
10

Pembahasan terakhir adalah Tulisan tentang Sumbangan Visi Islam dalam Sistem
Pendidikan Nasional karya Zamakhsyari Dhofier. Dari sudut pandang sosio-historis,
perbedaan maupun persamaan tujuan pendidikan Islam dan pendidikan nasional akan
mengalami perubahan sesuai dengan konteks sosialnya. Karena memang pendidikan
Islam dan sistem pendidikan nasional secara keseluruhan memiliki latar belakang sosio-
historis yang sama maka persoalan yang muncul dan upaya-upaya pemecahannya akan
menuju ke arah yang sering kali sama dan serasi. Perbedaan yang mungkin ada antara
tujuan pendidikan Islam dengan pendidikan nasional lebih bersifat sementara, bukan
perbedaan yang substansial, dan lebih diwarnai oleh perbedaan kepentingan
antarkelompok sosial yang memegang kendali pengelolaannya. Contoh, perbedaan yang
paling menonjol adalah pandangan epistemologis sejumlah pengamat pendidikan yang
mengatakan bahwa pendidikan pesantren menekankan pembangunan moral dan akhlak
peserta didik dengan melupakan aspek pencerdasan, sedangkan pendidikan di sekolah-
sekolah modern menekankan pengembangan intelektual dengan mengabaikan
pembinaan moral. Pada saat pesantren, madrasah, dan perguruan tinggi agama Islam
memasuki milenium ketiga, terjadi proses konvergensi antara keduanya.
Lembaga-lembaga pendidikan agama Islam sedang memperbaiki kelemahannya dengan
memperkaya kurikulum bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Proses konvergensi
tersebut dilakukan dengan strategi menyambut uluran tangan pemerintah.
Pada bagian akhir dari persentasi dibuka diskusi, ada beberapa hal yang dipertanyakan
oleh audiens, namun pertanyaanya berupa pengembangan dan terlalu teknis untuk
dibahas.
Setelah menelaah dan mengikuti pembahasan tentang tulisan diatas, tulisan Renungan
tentang Filsafat Pendidikan Dewasa ini karya Imam Bernabib memberikan saran
seyogianya pendidikan memberi tempat yang seimbang bagi peserta didik, baik sebagai
objek ataupun subjek pendidikan. Kemudian, individu sudah semestinyalah diarahkan
untuk menjadi pribadi yang mandiri. Untuk itu, intervensi terhadap peserta didik
haruslah dilakukan dengan bijaksana, mengingat bahwa individu yang sedang dalam
proses pendidikannya adalah pribadi yang sedang menjadi.
Tulisan tentang Strategi Kebudayaan untuk Sistem Pendidikan karya Mursal Esten
mengemukakan kepada kita bahwa strategi kebudayaan harus memberi tempat bagi
11

desentaralisasi dan globalisasi di dalam proses pendidikan. Sejalan dengan pendapat
John Naisbitt, yang mengatakan bahwa suku bangsa (tribe) yang bisa mengglobal
adalah suku yang memiliki identitas yang kuat dan lentur. Peranan suku-suku bangsa
yang demikian akan semakin besar dan prospek.
Tulisan tentang Sumbangan Visi Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional karya
Zamakhsyari Dhofier memberikan gambaran bahwa secara sosio-historis perbedaan
maupun persamaan tujuan pendidikan Islam dan pendidikan nasional akan mengalami
perubahan sesuai dengan konteks sosialnya. Sudah saatnya pendidikan kita terjadi
proses konvergensi antara keduanya. Dimana pendidikan melakukan pengembangan
intelektual serta pembangunan moral dan akhlak peserta didik secara bersama dalam
pembelajaran.

12

JURNAL BELAJAR V

Nama Mata Kuliah : Landasan dan Problematika Pendidikan
Dosen Pembina : Dr. H. Agus Ramdani, M.Sc
Nama Mahasiswa : Ahmad Syukran
NIM : I2K013005
Hari, Tanggal : Kamis, 3 Oktober 2013

Hari ini Kamis, 3 Oktober 2013 merupakan pertemuan kelima. Setelah empat hari
sebelumnya enam artikel dalam buku Menggagas Paradigma Baru Pendidikan:
Demokratisasi, Otonomi, Civil Society, Globalisasi, yang disusun oleh Sindhunata
(editor) dan diterbitkan oleh Kanisius Yogyakarta tahun 2000, dosen memberikan
refleksi singkat tentang artikel-artikel yang telah dibahas pada pertemuan kedua sampai
pertemuan keempat.
Ada beberapa point penting yang disampaikan oleh beberapa penulis dalam buku
tersebut, pokok-pokok pikirannya sebagai berikut :
1. Dalam tulisan Ilmu untuk Kehidupan dan Penghidupan, Andi Hakim Nasoetion
memberikan ide dan pikirannya, antara lain:
a. Pengajaran sains seharusnya bertolak dari latihan pemahaman dan penguasaan
fakta dasar mengenai ilmu.
b. Kemudian berkembang ke tahapan penerapan, analisis , dan sintesis.
c. Latihan membaca kritis sehingga membuat siswa dapat meramu sendiri
pengetahuan baru dari kumpulan pengetahuan yang sudah ada.
d. Melek huruf harus didampingi melek angka.
e. Belajar dari Sejarah dan Kesusastraan Dunia.
f. Untuk dapat menguasai ilmu sebagai penghidupan diperlukan kemampuan
berkomunikasi dalam bahasa ilmu itu dan bahasa pengantar ilmu itu.
g. Internet digunakan dalam kerangka kegiatan yang bernuansa akademik
sehingga Perlu dibangun cyber-acadecmic community.

13

2. J.C. Tukiman Taruna dalam tulisannya Pengembangan Masyarakat dalam
Konteks Pendidikan untuk Semua, menyampaikan ide dan gagasannya berupa :
a. Relevansi antara pengembangan masyarakat dan pendidikan seharusnya
dimaknai.
b. Perlu disebarluaskan konsep pendidikan untuk semua (Education For
All/EFA).
c. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) merupakan program rintisan sebagai
pendekatan pendidikan untuk semua (Education For All/EFA) dan sebuah
upaya peningkatan Pemberdayaan Masyarakat.
d. Indikator keberhasilan MBS.
3. Alex Lanur, dengan tulisan Dampak Konsep Manusia Filsafat Manusia yang
Bersifat Personalistik pada Pendidikan mengemukakan idenya tentang:
a. Dalam manusia terdapat beberapa struktur dasar yang sangat menentukan,
struktur tersebut adalah : 1) manusia adalah makhluk jasmaniah-rohaniah; 2)
manusia adalah makhluk individual-sosial; 3) manusia adalah makhluk yang
bebas; dan 4) manusia adalah makhluk yang menyejarah.
b. Implementasi dari dimensi kejasmanian manusia menunjuk pentingnya
pendidikan jasmani sebagai bagian integral dan praksis pendidikan.
c. Adapun dimensi rohani mengharuskan praksis pendidikan mengusahakan agar
peserta didik dapat mengembangkan kemampuan-kemampuan olah rohaninya.
Pengolahan rasa, kepekaan, religiositas, dan lain-lain mendapat tempatnya.
d. Dimensi individu-sosial yang melekat pada manusia menunjukkan bahwa
manusia adalah makhluk individu yang berada dalam realitas sosialnya. Namun
eksistensi manusia yang mempunyai ciri individu ini tidak boleh dikaburkan
dengan dimensi sosialnya. Oleh karena itu, dalam praksis pendidikan dimensi
individu ini harus mendapat tekanan lebih dahulu.
e. Seyogianya pendidikan akan mengarahkan peserta didik menjadi manusia yang
mempunyai kemandirian dan sekaligus rasa tanggungjawab. Kemandirian itu
mengandaikan manusia mempunyai pengetahuan yang cukup, keterampilan
yang memadai, dan tata nilai yang benar sehingga dapat mengambil sikap
hidup yang konsisten dalam membangun interaksi dengan lingkungan dan
sesamanya.
14

f. Manusia adalah makhluk yang bisa membuat sejarah dan sekaligus hidup dan
berkembang dalam kesejarahannya. Konsekuensi dari pengakuan atas dimensi
ini adalah peserta didik bukanlah kertas kosong. Peserta didik sudah tumbuh
dalam sejarah tertentu dan diharapkan mampu untuk membuat sejarahnya
sendiri.
4. Imam Bernabib dalam tulisannya Renungan tentang Filsafat Pendidikan Dewasa
Ini, menuangkan ide dan gagasannya, ialah:
a. Seyogianya pendidikan memberi tempat yang seimbang bagi peserta didik,
baik sebagai objek ataupun subjek pendidikan.
b. Individu/peserta didik sudah semestinyalah diarahkan untuk menjadi pribadi
yang mandiri. Untuk itu, intervensi terhadap peserta didik haruslah dilakukan
dengan bijaksana.
c. Individu yang sedang dalam proses pendidikannya adalah pribadi yang sedang
menjadi. Dalam proses atau garis hidup semacam itulah pribadi itu sedang
membentuk diri.
5. Mursal Esten dalam tulisannya Strategi Kebudayaan untuk Sistem Pendidikan
mengemukakan ide dan gagasannya, antara lain:
a. Pentingnya suatu strategi kebudayaan untuk sebuah bangsa yang besar dan
majemuk seperti Indonesia.
b. Proses reformasi yang tengah berlangsung pada hakikatnya adalah proses
kebudayaan.
c. Strategi kebudayaan harus memberi tempat bagi desentralisasi dan globalisasi
di dalam proses pendidikan.
d. Sistem Pendidikan adalah bagian terpenting dari strategi kebudayaan.
6. Dalam tulisannya Sumbangan Visi Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional
Zamakhsyari Dhofier menyampaikan ide sebagai berikut:
a. Perbedaan maupun persamaan tujuan pendidikan Islam dan pendidikan
nasional akan mengalami perubahan sesuai dengan konteks sosialnya.
b. Saatnya pendidikan kita terjadi proses konvergensi, dimana pendidikan
melakukan pengembangan intelektual serta pembangunan moral dan akhlak
peserta didik secara bersama dalam pembelajaran.
15

Pada akhir perkuliahan dosen memberikan Tugas Analisis Kritis untuk buku
Paradigma Baru Pendidikan Nasional tulisan Prof. H.A.R Tilaar tahun 2010 terbitan
Rineka Cipta Jakarta.

16

JURNAL BELAJAR VI

Nama Mata Kuliah : Landasan dan Problematika Pendidikan
Dosen Pembina : Dr. H. Agus Ramdani, M.Sc
Nama Mahasiswa : Ahmad Syukran
NIM : I2K013005
Hari, Tanggal : Kamis, 10 Oktober 2013

Kamis, 10 Oktober 2013 merupakan pertemuan keenam. Pada hari ini mahasiswa
ditugaskan untuk mengaitkan Visi Pendidikan Nasional dengan enam artikel/makalah
yang telah dibahas pada empat pertemuan sebelumnya dengan referensi pada Bagian III
buku Menggagas Paradigma Baru Pendidikan oleh Sindhunata (editor).

Hasil Refleksi :
Setelah membaca dan mengkaji Visi Pendidikan Nasional, saya dapat menemukan
beberapa keterkaitan antara Visi Pendidikan Nasional dengan ide dan gagasan keenam
penulis tersebut, sebagai berikut:
Tujuan Pendidikan Nasional menurut Undang-Undang Sisdiknas adalah:
1. Meningkatkan iman, takwa, dan akhlak mulia; (seperti gagasan Zamakhsyari
Dhofier)
2. Meningkatkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi; (sebagaimana gagasan
Andi Hakim Nasoetion)
3. Meningkatkan sensitivitas dan kemampuan ekspresi estetis;
4. Meningkatkan kualitas jasmani; (selaras dengan gagasan Alex Lanur)
5. Meningkatkan pemerataan kesempatan belajar kepada semua jalur, jenis, dan
jenjang pendidikan bagi semua warga negara secara adil, tidak diskriminatif, dan
demokratis tanpa membedakan tempat tinggal, status sosial-ekonomi, jenis
kelamin, agama, kelompok etnis, dan kelainan fisik, emosi, mental serta intelektual;
(konsep pendidikan untuk semua seperti dalam tulisan J.C. Tukiman Taruna)
17

6. Menuntaskan program wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun secara efisien,
bermutu, dan relevan sebagai landasan yang kokoh bagi pengembangan kualitas
manusia Indonesia; (sumbangsih gagasan J.C. Tukiman Taruna).
7. Menurunkan secara signifikan jumlah penduduk buta aksara; (seirama dengan
tulisan Andi Hakim Nasoetion dan J.C. Tukiman Taruna).
8. Memperluas akses pendidikan nonformal bagi penduduk laki-laki ataupun
perempuan yang belum sekolah, tidak pernah sekolah, buta aksara, putus sekolah
dalam dan antar jenjang serta penduduk lainnya yang ingin meningkatkan
pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan.
9. Meningkatkan daya saing bangsa dengan menghasilkan lulusan yang mandiri,
bermutu, terampil, ahli dan profesional, mampu belajar sepanjang hayat, serta
memiliki kecakapan hidup yang dapat membantu dirinya dalam menghadapi
berbagai tantangan dan perubahan; (selaras dengan gagasan Imam Bernabib)
10. Meningkatkan kualitas pendidikan dengan tersedianya standar pendidikan nasional
dan standar pelayanan minimal (SPM), serta meningkatkan kualifikasi minimum
dan sertifikasi bagi tenaga pendidik dan tenaga kependidikan lainnya.
11. Meningkatkan relevansi pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan
melalui peningkatan hasil penelitian, serta pengembangan dan penciptaan ilmu
pengetahuan dan teknologi oleh perguruan tinggi serta penyebarluasan dan
penerapannya pada masyarakat.
12. Menata sistem pengaturan dan pengelolaan pendidikan yang semakin efisien,
produktif, dan demokratis dalam suatu tata kelola yang baik dan akuntabel; (senada
dengan tulisan Mursal Esten).
13. Meningkatnya efisiensi dan efektifitas manajemen pelayanan pendidikan melalui
peningkatan pelaksanaan manajemen berbasis sekolah, peran serta masyarakat
dalam pembangunan pendidikan, serta efektivitas pelaksanaan otonomi dan
desentralisasi pendidikan termasuk otonomi keilmuan (sumbangsih gagasan J.C.
Tukiman Taruna) .
14. Mempercepat pemberantasan korupsi, kolusi, dan nepotisme untuk mewujudkan
Departemen Pendidikan Nasional yang bersih dan berwibawa.

18

Dengan adanya keterkaitan ide dan gagasan para penulis artikel tersebut, memberikan
inspirasi pada saya sebagai insan pendidikan untuk terus menambah pengetahuan dan
wawasan tentang pendidikan, sehingga kelak dapat memberikan ide dan gagasan dalam
membenahi problematika pendidikan, tentunya dengan arahan dan bimbingan dari
dosen pembina kami.

19

JURNAL BELAJAR VII

Nama Mata Kuliah : Landasan dan Problematika Pendidikan
Dosen Pembina : Dr. H. Agus Ramdani, M.Sc
Nama Mahasiswa : Ahmad Syukran
NIM : I2K013005
Hari, Tanggal : Kamis, 17 Oktober 2013

Perkuliahan ketujuh, Kamis, 17 Oktober 2013 membahas tentang buku Paradigma
Baru Pendidikan Nasional yang ditulis oleh Prof. Dr. H.A.R. Tilaar terbitan Rineka
Cipta Jakarta tahun 2000.
Presentasi hari ini terdiri dari dua pembahasan, yaitu:
1. Paradigma Lama, Anomali, dan Paradigma Baru Pendidikan Nasional. Dengan
presenter dari kelompok I, Ahmad Riyadi (004) dan Adenan Muktamar (002) dan
kelompok IV, Dwi Sunarto (013), Eka Prihatin (014), Erti Jumainah (015), dan
Gusti Ayu Aryanthi (016).
2. Desentralisasi Pendidikan Nasional dalam Rangka Pelaksanaan UU No. 22 Tentang
Pemerintahan Daerah dan UU No. 25 Tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Presenter dari kelompok III, Ayu
Suhartiny (008), Ahmad Syukran (005), Alfian Satriadi (006) dan Andy Eddy (007)
dan kelompok V, Hasbullah (018), Hadi Rasyid Mustawin (017), dan Gusti Ayu
Aristianti Pratiwi (019).

Hasil Refleksi
Pada bagian awal dari presentasi hari ini dibahas bagian 2 dari Buku diatas tentang
Paradigma Lama, Anomali, dan Paradigma Baru Pendidikan Nasional. Bahwa
tujuan kita membentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia ialah untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa. Oleh sebab itu pendidikan nasional telah menempatkan diri dalam
kehidupan berbangsa dan bermasyarakat sejak lahirnya Republik Proklamasi.
20

Perubahan-perubahan fundamental telah terjadi didalam sisdiknas, suatu sistem
pendidikan kolonial yang elistis diubah menjadi pendidikan yang populis. Ada empat
Indikator Perkembangan Sistem Pendidikan Nasional, yaitu: 1) Popularasi Pendidikan,
2) Sistematisasi Pendidikan, 3) Proliferasi Pendidikan, dan 4) Politisasi Pendidikan.
Bangsa Indonesia dilanda krisis total yang menerpa seluruh aspek kehidupan
masyarakat dan berbangsa. Krisis yang menyeluruh tersebut pada hakekatnya
merupakan refleksi krisis kebudayaan yang merupakan krisis pendidikan pula. Oleh
sebab itu sudah pada waktunya kita meninjau kembali paradigma-paradigma yang telah
mendasari krisis pendidikan nasional. Dari hasil yang telah kita capai selama masa era
pra-krisis akan kita temukan anomali-anomali yang terjadi. Metodologi gestalt atau
metodologi holistik sangat kita perlukan oleh karena krisis yang kita alami merupakan
suatu krisis total.
Berdasarkan analisis terhadap pengalaman sisdiknas era orde baru serta anomali-
anomali yang terjadi. Maka dapat disusun berbagai paradigma untuk era reformasi
dalam pengembangan sisdiknas. Pertama, penulis mengusulkan program prioritas
pasca-krisis, kemudian usulan program prioritas 1999-2004. Metode yang digunakan
mengikuti metode yang telah diterapkan dalam analisis kajian era Orde Baru yaitu
dengan bertitik tolak pada empat indikator sisdiknas yang telah disebutkan sebelumnya.
Penulis sangat runut dan kongkrit dalam menyampaikan gagasannya tersebut.
Pembahasan berikutnya adalah tulisan tentang Desentralisasi Pendidikan Nasional
dalam Rangka Pelaksanaan UU No. 22 Tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 25
Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
Arus reformasi total sedang melanda kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Tujuan
reformasi adalah menuju kepada masyarakat madani Indonesia. Di masa Orde Baru
untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, digunakan cara-cara paksaan
yang sentralistik yakni mengerahkan rakyat untuk melaksanakan keinginan sekelompok
elit penguasa. Oleh karena itu, di era reformasi diperlukan adanya partisipasi rakyat
yang bertanggung jawab. Pendidikan yang terlepas dari masyarakat dan budaya
masyarakatnya, adalah pendidikan yang tidak mempunyai akuntabilitas karena
pendidikan yang benar adalah pendidikan yang hidup dari, oleh, dan untuk
masyarakatnya. Di dalam pengembangan kebudayaan, kita menghadapi dua tugas yang
21

besar, yakni: pengembangan budaya daerah dan pengembangan budaya nasional. Oleh
karena itu, dalam rangka desentralisasi pendidikan dan kebudayaan diperlukan
perangkat undang-undang pengaturan. Di dalam hal ini, diperlukan koordinasi dan kerja
sama antar-daerah agar kedua jenis kebudayaan ini tetap merupakan kekayaan yang
tidak ternilai dari bangsa dalam menghadapi gelombang globalisasi dengan kebudayaan
globalnya. Bangsa yang dilanda oleh kebudayaan global akan kehilangan identitasnya
apabila bangsa itu tidak menghargai dan tidak mengembangkan kebudayaannya sendiri.
Di akhir pembahasan, saya dan rekan-rekan mahasiswa berharap kiranya pembahasan-
pembahasan yang telah kami lakukan dapat menambah khazanah pengetahuan dan
pemahaman kami dalam menghadapi tantangan dinamika dan perkembangan dunia
pendidikan dewasa ini.

Anda mungkin juga menyukai