Anda di halaman 1dari 23

I.

IDENTITAS
1.1 Nama Praktikan : Nurul Khusniyah (0913031011)
Ngh. Sangging Apriadi (0913031019)
Luh Nyoman Suma Hadiati (0913031020)
Kadek Sony Restiawan (0913031024)
1.2 Jurusan/Fak : Pendidikan Kimia/MIPA
1.3 Tanggal Percobaan : 27 Oktober 2011
1.4 Tujuan :
a. Mengetahui beberapa reaksi pendahuluan tentang tembaga.
b. Mengetahui pembuatan tembaga (I) oksida.
c. Mengetahui reaksi antara tembaga (I) oksida dan tembaga (II) oksida
dengan asam.
d. Mengetahui pembuatan tembaga (I) klorida.
e. Mengetahui penguraian thermal tembaga (II) halida.
f. Mengetahui pembuatan tembaga (I) yodida.

II. DASAR TEORI
Tembaga adalah suatu unsur kimia yang dalam tabel sistem periodik termasuk ke dalam
golongan 11 dengan lambang Cu dan nomor atom 29. Lambangnya berasal dari bahasa Latin
Cuprum. Tembaga merupakan konduktor panas dan listrik yang baik sehingga dapat dipakai
sebagai kabel listrik. Selain itu unsur ini mengalami korosi dengan proses yang sangat
lambat. Tembaga murni sifatnya halus dan lunak sehingga mudah ditempa dengan permukaan
berwarna jingga kemerahan. Tembaga dicampurkan dengan timah untuk membuat perunggu.
Logam tembaga digunakan secara luas dalam industri peralatan listrik. Tembaga juga
digunakan dalam alloys seperti dalam kuningan dan dapat larut secara baik dalam emas.
Tembaga sangat lambat teroksidasi dan terjadi hanya pada permukaan dalam udara yang
lembab, sering memberikan lapisan hijau dari hidrokso karbonat dan hidrokso sulfat (dari
CO
2
dan SO
2
di udara).
Beberapa data fisika logam tembaga dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
No Sifat Nilai (Harga)
1 Nomor atom 29
2 Konfigurasi elektron [Ar] 3d
10
4s
1
3 Energi ionisasi pertama/kJ mol
-1
745
4 Energi ionisasi kedua/kJ mol
-1
1956
5 Kerapatan/ g cm
-3
8,92
6 Titik leleh/ K 1356
7 Titik didih/K 2868
8 Jari-jari atom/ nm 0,177
9 Jari-jari ion/ nm 0,096
10 Energi hidrasi Cu
2+
(g)/ kJ mol
-1
-2244
11 Energi hidrasi Cu
+
(g)/ kJ mol
-1
-481
12 Potensial elektroda/ V
Cu
2+
+ 2 Cu
Cu
+
+ Cu
Cu
2+
+ Cu
+

+ 0,34
+ 0,52
+ 0,15
(Sumber: Hiskia Achmad, 1990)
Karena potensial elektrode standarnya positif, tembaga tidak larut dalam asam klorida
dan asam sulfat encer, meskipun dengan adanya oksigen bisa larut sedikit. Tembaga tidak
larut dalam asam yang bukan pengoksidasi tetapi tembaga teroksidasi oleh HNO
3
sehingga
tembaga larut dalam HNO
3
.
Secara umum garam tembaga (I) tidak larut dalam air. Senyawa-senyawa tembaga (II),
yang dapat diturunkan dari tembaga (II) oksida, CuO hitam. Garam-garam tembaga (II)
umumnya berwarna biru, baik dalam bentuk hidrat, padat, muapun dalam larutan-air. Warna
ini benar-benar khas hanya untuk ion tetraakuokuprat (II) [Cu (H
2
O)
4
]
2+
saja. Garam-garam
tembaga (II) anhidrat, seperti tembaga (II) sulfat anhidrat CuSO
4
, berwarna putih (atau sedikit
kuning). Senyawa-senyawa Cu (I) berwarna putih kecuali oksidasinya merah. Sedangkan
senyawa Cu (II) hidratnya biru dan anhidratnya abu-abu. Senyawa-senyawa Cu (II) lebih
stabil dalam larutan. Senyawa-senyawa ini bersifat racun dan mengion dan menghasilkan
warna gelap (biru gelap) bila direaksikan dengan larutan amonia berlebihan. Cu umumnya
digunakan dalam pembuat kabel/kawat/peralatan listrik; dalam logam-logam paduan; monel,
perunggu kuningan, perak jerman, perak nikel untuk ketel dan lain sebagainya. Umumnya
bijih tembaga hanya mengandung 0,5% Cu. Untuk memperoleh tembaga yang lebih murni,
Cu
2
O direduksi dengan karbon (C).
2Cu
2
O + C 4Cu + CO
2

Tembaga memiliki elektron s tunggal di luar kulit 3d yang terisi. Ini agak kurang
umum dengan golongan alkali kecuali stoikimetri formal dalam tingkat oksidasi +1. Kulit d
yang terisi jauh kurang efektif daripada kulit gas mulia dalam melindungi elektron s dari
muatan inti, sehingga potensial pengionan pertama Cu lebih tinggi daripada golongan alkali.
Karena elektron-elektron pada kulit d juga dilibatkan dalam ikatan logam, maka panas
penyubliman dan titik leleh tembaga jauh lebih tinggi daripada alkali.
Tembaga larut dalam asam nitrat dan dalam asam sulfat dengan kehadiran oksigen.
Tembaga larut dalam asam nitrat menghasilkan tembaga (II) dimana asam nitrat sebagai
oksidator. Tembaga juga larut dalam KCN atau dalam larutan ammonia dalam kehadiran
oksigen, yang diindikasikan oleh potensialnya.
Cu + 2NH
3
[Cu(NH
3
)
2
]
+
[Cu(NH
3
)
4
]
2+

(Sumber: Sudria, 2002)
Senyawa-senyawa tembaga pada umumnya bersifat racun bagi kebanyakan makhluk
hidup, sehingga banyak diantaranya digunakan sebagai insektisida, fungisida dan algasida.
Contohnya adalah senyawa tembaga (II) sulfat, CuSO
4
. Tembaga (II) sulfat secara komersial
dibuat dengan mengoksidasi logam tembaga dengan H
2
SO
4
.
2Cu + 2H
2
SO
4
2CuSO
4
+ 2H
2
O
Selain itu dengan mengoksidasi tembaga (II) sulfida di udara, sesuai dengan reaksi
berikut ini :
2CuS + 2O
2
CuSO
4
(Sumber: Cotton, 1989)
Ekstrasi Tembaga
Di beberapa tempat dapat dijumpai logam tembaga dalam keadaan bebas namun 80%
tembaga diperoleh dari bijihnya seperti CuFeS
2
(pirit tembaga) dan Cu
2
S (copper glance).
Oleh karena itu, pada umumnya bijih tembaga hanya mengandung beberapa persen tembaga.
Ekstraksi tembaga dari bijih sulfida dapat dilakukan dengan proses thermal yaitu
pirometalurgi. Pada proses ini, bijih pekat dipanaskan dalam kondisi udara terbatas. Proses
ini menguraikan garam rangkap sulfida menjadi besi (III) oksida dan tembaga (I) sulfida
menurut persamaan reaksi :
4CuFeS
2(s)
+ 9O
2(g)
2Cu
2
S
(l)
+ 6SO
2(g)
+ 2Fe
2
O
3(s)

Pasir ditambahkan ke dalam lelehan campuran untuk mengubah besi (III) oksida
menjadi ampas atau atau kerak besi (III) silikat menurut persamaan reaksi :
2Fe
2
O
3(s)
+ 3SiO
2(s)
Fe
2
(SiO
3
)
3(l)
Cairan ini mengapung pada permukaan dan dapat dituang terpisah. Udara kemudian
ditambahkan lagi untuk mengubah tembaga (I) sulfida menjadi tembaga(I) oksida :
2Cu
2
S
(l)
+ 3O
2(g)
2Cu
2
O
(s)
+ 2SO
2(g)

-0,01 V -0,12 V
Penambahan udara dihentikan setelah kira-kira 2/3 tembaga(I) sulfida telah teroksidasi.
Campuaran tembaga (I) sulfida dengan tembaga(I) oksida kemudian mengalami reaksi redoks
khusus dan menghasilkan logam tembaga. Persamaan reaksinya:
Cu
2
S
(l)
+ Cu
2
O
(s)
6Cu
(l)
+ SO
2(g)

Sampai dengan tahap ini, tembaga masih mengandung kurang lebih 3% zat pengotor
terutama besi dan belerang. Tahap terakhir dalam manufaktur tembaga ialah pemurnian
tembaga. Hal ini dilakukan dengan cara elektrolisis. Pada elektrolisis ini anoda tembaga
melarut sedangkan tembaga murni menempel pada katoda. Hasil samping dari proses
pengilangan tembaga dapat berupa perak dan emas. Sifat kimia tembaga sangat berkaitan
dengan energi ionisasi yang besar, kalor atomisasi besar dan energi hidrasi yang relatif
rendah yang mengakibatkan harga potensial elektroda positif dan pada umumnya
kereaktifannya rendah. (Sumber: Hiskia Achmad, 1990)
Sifat Katalitik Dari Senyawa-Senyawa Tembaga
Senyawa-senyawa tembaga mengkatalisis banyak reaksi baik sebagai katalitik
homogen, heterogen, dalam fase gas, denga pelarut organik, maupun dalam air. Kebanyakan
dari reaksi-reaksi ini, khususnya jika dalam larutan dalam air melibatkan sistem oksidasi-
reduksi dan sebuah siklus redoks Cu
I
-Cu
II
. Oksigen molekular sering dapat digunakan
sebagai oksidan, seperti oksidasi asam askorbat yang dikatalisis tembaga dan dalam proses
Wecker (pembuatan PdCl
2
dengan melibatkan CuCl
2
, HCl, dan O
2
).
Oksidasi mungkin melibatkan reaksi adisi oksidatif awal sebagai berikut
Cu
+
+ O
2
CuO
2
+

CuO
2
+
+ H
+
Cu
2+
+ HO
2

Cu
2+
+ HO
2
Cu
2+
+ HO
2
-

H
+
+ HO
2
H
2
O
2

Senyawa-senyawa tembaga mempunyai banyak kegunaan dalam kimia organik untuk
oksidasi seperi fenol oleh kompleks amina dari Cu
2+
dan halogenasi. Tembaga (II) juga
mempunyai kedudukan cukup penting dalam biokimia
Persenyawaan Tembaga
a. Tembaga(II)
Tembaga membentuk senyawa dengan tingkat oksidasi +1 dan +2, namun hanya
tembaga (II) yang stabil dan mendominasi dalam larutan air. Dalam larutan air, hampir semua
garam tembaga(II) berwarna biru, yang karakteristik dari warna ion kompleks koordinasi 6,
[Cu(H
2
O)
6
]
2+
.
Jika larutan amonia ditambahkan ke dalam larutan ion Cu
2+
larutan biru akan berubah
menjadi biru tua karena terjadinya pendesakan ligan air oleh ligan amonia menurut reaksi :
[Cu(H
2
O)
6
]
2+
(aq)
+ 5NH
3(aq)
[Cu(NH
3
)
(4-5)
(H
2
O)
(2-1)
]
2+
+ H
2
O
(l)


Reaksi antara Cu
2+
dengan OH
-
dalam berbagai konsentrasi bergantung pada
metodenya. Penambahan ion hidroksida ke dalam larutan tembaga (II) sulfat (0,1-0,5M)
secara bertetes dengan kecepatan ~ 1 mL/menit mengakibatkan terjadinya endapan biru muda
garam tembaga(II) hidroksi sulfat, menurut persamaan reaksi :
(n + 1) [Cu(H
2
O)
6
]
2+
(aq)
+ SO
4
2-
(aq)
+ 2nOH
-
(aq)
[CuSO
4
.nCu(OH)]
2(s)
+ 6(n+1) H
2
O
(l)

Reaksi pengendapan terjadi sempurna pada pH 8, dan nilai n bervariasi tergantung
pada temperatur reaksi dan laju penambahan reaktan.
Jika prosedur penambahan dibalik, yaitu ke dalam larutan NaOH ditambahkan larutan
CuSO
4
, maka peran ion sulfat dalam endapan akan berkurang bahkan lenyap hingga endapan
biru didominasi oleh Cu(OH)
2
.
2OH
-
(aq)
+ [Cu(H
2
O)
6
]
2+
(aq)
Cu(OH)
2(s)
+ 6H
2
O
(l)

Pemanasan kedua jenis endapan biru tersebut, menyebabkan dekomposisi menjadi
hitam, CuO.
Cu(OH)
2(s)
CuO
(s)
+ H
2
O
(l)


CuSO
4
.3Cu(OH)
2(s)
3CuO
(s)
+ 3H
2
O
(l)
+ SO
2(g)
+ 1/2H
2(g)


Tembaga (II) hidroksida tidak larut dalam basa encer, tetapi larut dalam hidroksida
pekat membentuk larutan biru tua ion tetrahidroksokuprat (II), [Cu(OH)
4
]
-
. Tembaga (II)
hidroksida juga larut dalam larutan ammonia memberikan larutan biru tua ion [Cu(NH
3
)
(4-
5)
(H
2
O)
(2-1)
]
2+
.
Larutan tembaga (II) dengan berbagai ligan sangat stabil secara termodinamik, tetapi
ligan pereduksi seperti iodida akan mereduksi menjadi endapan tembaga(I) :
2Cu
2+
(aq)
+ 4I
-
(aq)
2CuI
(s)
+ I
2(aq)
b. Tembaga (I)
Pada dasarnya, tembaga bukanlah logam reaktif, namun logam ini dapat diserang oleh
asam-asam pekat. Secara khusus, tembaga bereaksi dengan asam hidroklorida pekat-
mendidih dengan menghasilkan larutan tak berwarna dan gas hidrogen. Ion tembaga (I) yang
terjadi, dengan ion klorida segera membentuk ion kompleks tak berwarna diklorokuprat (I),
biru biru tua
Biru muda
hitam
hitam
[CuCl
2
]
-
. Tahap reaksi ini diduga berlangsung sangat cepat sehingga memicu terjadinya tahap
reaksi pertama seperti berikut ini :
Cu
(s)
+ H
3
O
+
(aq)
Cu
+
(aq)
+ H
2(g)
+2H
2
O
(l)

Cu
+
(aq)
+ 2Cl
-
[CuCl
2
]
-
(aq)
Jika larutan ini dituangkan dalam air suling bebas udara, diperoleh endapan putih
tembaga (I) klorida menurut persamaan reaksi :
[CuCl
2
]
-
(aq)
CuCl
(s)
+ Cl
-
(aq)

Pada umumnya senyawa tembaga (I) tidak berwarna atau putih, karena ion ini
mempunyai konfigurasi elektron penuh, 3d
10
. Dalam larutan air, ion tembaga (I) terhidrat
tidak stabil dan mengalami disproporsionasi menjadi ion tembaga (II).
2Cu
+
(aq)
Cu
2+
(aq)
+ Cu
(s)
Senyawa Kompleks
Suatu ion (molekul) kompleks terdiri dari satu atom (ion pusat) dan sejumlah ligan
yang terikat erat dengan atom (ion) pusat tersebut. Atom pusat ini ditandai oleh bilangan
koordinasi, suatu angka bulat, yang menunjukkan jumlah ligan (monodentat) yang dapat
membentuk kompleks yang stabil dengan satu atom pusat. Bilangan koordinasi menyatakan
jumlah ruangan yang tersedia sekitar atom atau ion pusat, yang masing-masingnya dapat
ditempati satu ligan (monodentat). Ion-ion tembaga seperti Cu
2+
dan Cu
+
memiliki bilangan
koordinasi 4. Suatu kompleks dengan satu atom pusat dengan bilangan koordinasi 4 biasanya
menunjukkan suatu susunan simetris yang berbentuk tetrahedron, meskipun susunan yang
datar (hampir datar), dimana ion pusat berada di pusat suatu bujur sangkar dan keempat ion
menempati keempat sudut bujur sangkar itu (Cotton, 1989).
Ion-ion dan molekul-molekul anorganik sederhana seperti NH
3
, CN
-
, Cl
-
, H
2
O
membentuk ligan monodentat, yaitu satu ion atau molekul menempati salah satu ruang yang
tersedia sekitar ion pusat dalam bulatan koordinasi. Ligan yang mengandung dua atau lebih
atom yang masing-masing secara serempak membentuk ikatan dua donor elektron kepada ion
logam yang sama disebut ligan polidentat. Ligan ini juga disebut ligan khelat. Salah satu
kompleks yang dihasilkan dalam percobaan ini adalah ion tetraaminakuprat (II).




Muatan suatu ion kompleks merupakan jumlah muatan ion-ion yang membentuk
kompleks itu, misalnya : Cu
2+
+ 4 CN
-
[ Cu (CN)
4
]
2+

Cu
NH
3
NH
3
NH
3
NH
3
2+
Dalam rumus bangun ion tetraamina
kuprat (II) anak panah menunjukkan
bahwa sepasang elektron
disumbangkan oleh setiap ion
nitrogen kepada ion tembaga
Jika molekul-molekul netral yang terlibat sebagai ligan dalam membentuk kompleks, muatan
pada ion kompleks tetap sama seperti muatan pada atom pusatnya, misalnya:
Cu
2+
+ 4 NH
3
[ Cu (NH
3
)
4
]
2+

Pembentukan kompleks dapat diamati dari perubahan warna dalam larutan. Contohnya:
Cu
2+
+ 4 NH
3
[ Cu (NH
3
)
4
]
2+


biru biru tua gelap

Dalam larutan air, hampir semua garam tembaga (II) berwarna biru, yang karakteristik dari
warna ion kompleks koordinasi 6, [Cu(H
2
O)
6
]
2+
. Kekecualian yang terkenal yaitu tembaga
(II) klorida yang berwarna kehijauan oleh karena ion kompleks [CuCl
4
]
2-
yang mempunyai
bangun geometri dasar tetrahedral atau bujursangkar bergantung pada kation pasangannya.
Dalam larutan encer menjadi berwarna biru oleh karena pendesakan ligan Cl
-
oleh ligan H
2
O.
Oleh karena itu, jika warna hijau ingin dipertahankan, ke dalam larutan pekat CuCl
2
dalam air
ditambahkan ion senama Cl
-
dengan penambahan padatan NaCl atau HCl pekat atau gas.
[CuCl
4
]
2-
(aq)
+ 6 H
2
O
(l)
[Cu(H
2
O)
6
]
2+
(aq)
+ 4 Cl-
(aq)


hijau biru
Jika larutan amoniak ditambahkan ke dalam larutan ion Cu
2+
, larutan biru berubah menjadi
biru tua karena terjadi pendesakan ligan air oleh ligan amoniak menurut reaksi berikut.

[Cu(H
2
O)
6
]
2+
(aq)
+ 5 NH
3
[Cu(NH
3
)
(4-5)
(H
2
O)
(2-1)
]
2+
+ 5 H
2
O
(l
)
biru biru tua
Penambahan ion hidroksida ke dalam larutan tembaga (II) sulfat (0,1-0,5 M) secara
bertetes dengan kcepatan ~ 1 mL/ menit mengakibatkan terjadinya endapan gelatin biru muda
garam tembaga (II) hidroksi sulfat, [CuSO4.ncu(OH)]2, bukan Cu(OH)2 menurut persamaan
reaksi:

(n+1) [Cu(H
2
O)
6
]
2+
(aq)
+ SO
4
2-
(aq)
+2nOH
-(aq)
[CuSO
4
.nCu(OH)]
2
(s) + 6(n+1)+H
2
O
(l)



Biru muda
Ion tembaga (I) jika direaksikan dengan ion klorida segera membentuk ion kompleks
tak berwarna diklorokuprat (I), [CuCl
2
]
-
. Tahap reaksi ini diduga berlangsung sangat cepat
sehingga memicu terjadinya tahap reaksi pertama seperti berikut ini :
Cu
(s)
+ H
3
O
+
(aq)
Cu
+
(aq)
+ H
2(g)
+ 2H
2
O
Cu
+
(aq)
+ 2Cl
-
(aq)
[CuCl
2
]
-
(aq)

Jika larutan ini dituangkan ke dalam air suling bebas udara, diperoleh endapan putih tembaga
(I) klorida menurut persamaan reaksi :
[CuCl
2
]
-
(aq)
CuCl
(s)
+ Cl
-
(aq)

Terdapat lima reaksi kimia tembaga yang melibatkan tembaga (II) sulfat (tembaga
vitriol), yaitu :








III. Alat dan Bahan
Alat:
- Tabung reaksi 10 buah
- Rak tabung reaksi 1 buah
- Tabung lebur 2 buah
- Gelas kimia 100 mL 2 buah
- Gelas kimia 250 mL 2 buah
- Corong 1 buah
- Pipet tetes 2 buah
- Penjepit tabung 2 buah
- Gelas ukur 10 mL 1 buah
- Pembakar Bunsen 1 buah
Bahan:
- Tembaga beberapa keeping
- Serbuk tembaga 1 gram
- Kalium natrium tartarat (garam Rochelle) 1 gram
- Glukosa 1 gram
- Tembaga (II) oksida 0,5 gram
- Tembaga (II) klorida secukupnya
- Tembaga (II) bromida secukupnya
- HCl 2 M secukupnya
- H
2
SO
4
1 M secukupnya
NH
3
K
2
C
2
O
4
Fe
KOCN
Cu
CuCl
K[Cu(OCN)
3
]
Cu

CuSO
4

CuSO
4

CuSO
4

Kompleks Khelat
K
2
[Cu(C
2
O
4
)
2
]

Reaksi pengenalan Cu
CuSO
4

[Cu(NH
3
)
4
]SO
4
CuSO
4

Sementasi
Garam Rangkap

NH
3
Disproporsionasi
NH
3

- HNO
3
1 M 2 mL
- HCl pekat 10 mL
- NaOH 1 M secukupnya
- CuSO
4
0,25 M 14 mL
- KI 3 mL
- Na
2
S
2
O
3
secukupnya
- Aquades 200 mL
IV. Prosedur Kerja dan Hasil Pengamatan
a. Eksperimen Pendahuluan
No. Prosedur Kerja Hasil/Perubahan yang Terjadi
a. Memanaskan sekeping logam pada
nyala pembakar dengan menggunakan
penjepit.
Muncul nyala berwarna hijau. Setelah
dibakar, tembaga yang berwarna
merah menjadi merah kehitaman.

b. Memasukkan sekeping tembaga ke
dalam 2 mL asam nitrat encer,
memanaskan dan memeriksa gas yang
terbentuk.
Larutan HNO
3
yang semula berwarna
bening berubah menjadi biru dan
timbul gas berwarna cokelat.

c. Menambahkan setetes demi setetes
larutan natrium hidroksida encer pada
2 mL larutan tembaga sulfat sampai
natrium hidroksida berlebih.
Setelah ditambahkan NaOH, pada
larutan timbul endapan berwarna biru-
kehijauan.

Saat ditambahkan sampai NaOH
berlebih, tidak terjadi perubahan pada
endapan.
d. Menambahkan setetes demi setetes
larutan ammonia pada 2 mL larutan
tembaga sulfat sampai larutan
ammonia berlebih.
Setelah penambahan ammonia,
terbentuk endapan berwarna biru.
Setelah ditambahkan ammonia
berlebih endapan melarut dan larutan
berwarna biru tua.

e. Menambahkan setetes demi setetes
asam klorida pekat ke dalam pada 2
mL larutan tembaga sulfat sampai
tidak terjadi perubahan selanjutnya.
Setelah penambahan HCl, larutan
berubah menjadi kehijauan. Warna
hijau semakin pekat seiring semakin
banyaknya HCl yang digunakan.


b. Tembaga (I ) dan Tembaga (I I )
No. Prosedur Kerja Hasil/Perubahan yang Terjadi
1. Pembuatan Tembaga (I) Oksida
a. Memasukkan 5 mL tembaga (II) sulfat
ke dalam tabung reaksi.
Larutan tembaga (II) sulfat mula-mula
berwarna biru muda bening.

b. Mencampurkan 5 mL larutan natrium
hidroksida dan 1 gram kalium natrium
tartarat (garam Rochelle) ke dalam
tabung reaksi yang lain.
Kalium natrium tartarat (garam
Rochelle) berbentuk kristal berwarna
putih. Setelah dicampurkan dengan
NaOH, larutan mula-mula berubah
menjadi keruh lalu lama kelamaan
menjadi bening.
c. Menambahkan larutan (b) pada larutan
tembaga sulfat sampai endapan yang
terbentuk tepat melarut.
Setelah larutan (b) ditambahkan,
terbentuk larutan berwarna biru tua.
d. Menambahkan 1 gram glukosa pada
campuran (c) lalu memanaskannya
sampai terbentuk endapan merah-
jingga.
Glukosa mula-mula berbentuk serbuk
berwarna putih. Setelah ditambahkan
glukosa, terbentuk campuran berwarna
biru kehijauan yang setelah dipanaskan
berubah menjadi berwarna merah-
jingga.
e. Membiarkan endapan mengendap
kemudian mendekantasi dan mencuci
endapan dengan air.
Endapan didekantasi lalu disaring,
didapat endapan berwarna merah-
jingga.
Endapan merah-jingga yang terbentuk
adalah tembaga (I) oksida dan
digunakan untuk eksperimen 2.
2. Reaksi antara Tembaga (I) Oksida dan Tembaga (II) Oksida dengan Asam
a. Memasukkan masing-masing sedikit
(0,1 gram) tembaga (I) oksida dan
tembaga (II) oksida ke dalam 2 tabung
reaksi berbeda lalu menambahkan
asam klorida encer secara perlahan-
lahan sampai asam berlebih
Tembaga (I) oksida ditambahi HCl
encer, pada tabung terdapat endapan
berwarna putih kekuningan.
Ketika ditambahi sampai HCl berlebih,
endapan larut dan larutan tak
berwarna.

Tembaga (II) oksida ditambahi HCl
encer, larutan dalam tabung berwarna
biru kehitaman (pekat). Ketika
ditambahkan sampai HCl berlebih,
warna larutan tetap gelap.
b. Memasukkan masing-masing sedikit
(0,1 gram) tembaga (I) oksida dan
tembaga (II) oksida ke dalam 2 tabung
reaksi lalu menambahkan asam sulfat
encer secara perlahan-lahan sampai
asam berlebih
Tembaga (I) oksida ditambahi H
2
SO
4

encer, larutan pada tabung berwarna
kehitaman.
Ketika ditambahi sampai H
2
SO
4

berlebih, terdapat endapan berwarna
kehitaman.
Tembaga (II) oksida ditambahi H
2
SO
4

encer, larutan dalam tabung tidak
berwarna namun terdapat endapan.
Ketika ditambahkan sampai H
2
SO
4
berlebih, warna larutan biru dan
endapan berwarna hitam.
c. Memasukkan masing-masing sedikit
(0,1 gram) tembaga (I) oksida dan
tembaga (II) oksida ke dalam 2 tabung
reaksi lalu menambahkan asam nitrat
encer secara perlahan-lahan sampai
Tembaga (I) oksida ditambahi HNO
3

encer, larutan pada tabung berwarna
biru.
Ketika ditambahi sampai HNO
3
berlebih, larutan tetap berwarna biru.
asam berlebih Tembaga (II) oksida ditambahi HNO
3
encer, larutan dalam tabung berwarna
biru kehitaman (pekat). Ketika
ditambahkan sampai HNO
3
berlebih,
terdapat endapan berwarna hitam.
d. Memanaskan tabung dan mengamati
perubahan yang terjadi
Pada penambahan HCl, ketika
dipanaskan, larutan tembaga (I) oksida
berubah menjadi berwarna hijau muda
sementara pada tembaga (II) oksida
larutan menjadi berwarna biru.
Pada penambahan H
2
SO
4
, ketika
dipanaskan, larutan tembaga (I) oksida
terdapat endapan kehitaman dan
larutan berwarna biru sementara pada
tembaga (II) oksida larutan menjadi
larutan berwarna biru dan endapan
berwarna hitam.
Pada penambahan HNO
3
, ketika
dipanaskan, pada larutan tembaga (I)
oksida larutan berwarna biru dan
terdapat endapan hitam sementara
pada tembaga (II) oksida larutan juga
menjadi berwarna biru dan terdapat
endapan berwarna hitam.
3. Pembuatan Tembaga (I) Klorida
a. Memasukkan 0,5 gram tembaga (II)
oksida ke dalam tabung reaksi
Tembaga (II) oksida dimasukkan ke
dalam tabung reaksi sesuai prosedur.
b. Menambahkan 5-10 mL asam klorida
pekat.
Ketika ditambahkan HCl pekat, larutan
berwarna hijau pekat.
c. Memanaskan campuran sampai
memperoleh larutan hijau tembaga (II)
klorida
Campuran tembaga (II) oksida
ditambah HCl setelah dipanaskan
menjadi berwarna hijau pekat.

d. Menambahkan 1 gram tembaga lalu
mendidihkannya selama 5 menit.
Setelah ditambahkan tembaga, warna
hijau pada larutan bertambah pekat.

e. Menyaring dan memasukkan filtrat ke
dalam 200 mL air dalam bejana gelas.
Ketika filtrat dituangkan ke dalam 200
mL air dalam bejana gelas, air berubah
menjadi keruh dan berwarna agak
kebiruan.

4. Penguraian Thermal Tembaga (II) Halida
a. Memanaskan sedikit anhidrat tembaga
(II) klorida dan tembaga (II) bromida
dalam tabung lebur
Saat dipanaskan, terbentuk gas
berwarna kehijauan serta residu
endapan berwarna coklat kehitaman.

b. Mengamati apakah terbentuk gas dan
mencatat bentuk residu.
Ketika dipanaskan lebih lanjut, zat
dalam tabung berwarna coklat
kehitaman dan terbentuk gas berwarna
kuning-kehijauan.

5. Pembuatan Tembaga (I) Yodida
a. Menambahkan 3 mL larutan kalium
yodida ke dalam 3 mL larutan
tembaga (II) sulfat dalam suatu tabung
reaksi.
KI dimasukkan ke dalam CuSO
4
.
b. Mencatat apa yang terjadi dihasilkan larutan berwarna coklat
kekuningan dan terbentuk endapan
kecoklatan
c. Membiarkan isi tabung reaksi
mengendap
Isi tabung reaksi mengendap pada
bagian dasar tabung.
d. Menambahkan larutan natrium
tiosulfat ke dalam tabung sampai
larutan menjadi jernih. Warna padatan
yang terbentuk diperhatikan,
Natrium tiosulfat pada awalnya
berwarna bening. Setelah ditambahkan
ke dalam larutan, larutan menjadi
jernih dan endapan melarut.



V. Pembahasan
1. Eksperimen Pendahuluan
Pada eksperimen pendahuluan dilakukan beberapa percobaan. Pada percobaan
pertama yang dilakukan adalah memanaskan sekeping logam pada nyala api. Pada saat
sekeping logam dipanaskan, api berubah menjadi hijau di sekeliling logam dan warna logam
menjadi berwarna kemerahan kehitaman. Hal ini menunjukkan bahwa tembaga mengalami
oksidasi menjadi tembaga (I) oksida. Sesuai persamaan reaksi berikut.
2 Cu (s) + O
2
(g) Cu
2
O (s)
Percobaan selanjutnya yaitu sekeping logam tembaga dimasukkan ke dalam tabung
reaksi kemudian ditambahkan larutan HNO
3
encer dan dipanaskan. Hal tersebut
menghasilkan gelembung-gelembung pada larutan dan larutan berubah warna dari tak
berwarna menjadi berwarna biru dan timbul gas berwarna coklat. Adapun reaksi yang terjadi
adalah sebagai berikut.
2 HNO
3
+ 3Cu 2 NO + H
2
O + 3CuO
Percobaan lainnya yaitu penambahan larutan NaOH encer tetes demi tetes kedalam 2
mL larutan CuSO
4
sehingga menghasilkan larutan serta endapan berwarna biru muda. Saat
ditambahkan NaOH berlebih, tidak terjadi perubahan pada endapan. Adapun reaksi yang
terjadi adalah sebagai berikut :
CuSO
4
+ NaOH Cu(OH)
2
+ Na
2
SO
4

Praktikum selanjutnya yaitu mereaksikan 2 mL larutan CuSO
4
dengan tetes demi tetes
larutan ammonia. Hal ini menghasilkan endapan berwarna biru. Setelah penambahan amonia
berlebih endapan ini melarut dan larutan berwarna biru tua. Dalam hal ini, amonia berperan
sebagai basa maupun ligan. Dengan jumlah amonia yang sedikit, ion hidrogen dihilangkan
secara pasti seperti pada kasus ion hidrogen menghasilkan kompleks netral. Dimana amonia
menggantikan air sebagai ligan untuk menghasilkan ion tetraamindiaquotembaga (II).
Adapun reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
Penambahan amonia : CuSO
4
+ 2NH
4
OH Cu(OH)
2
+ 2NH
4
+

Penambahan amonia berlebih : endapan Cu(OH)
2
melarut
Pada percobaan selanjutnya, yaitu penambahan tetes demi tetes HCl pekat ke dalam 2
mL CuSO
4
. Pencampuran ini menghasilkan larutan berwarna kehijauan. Warna hijau semakin
pekat seiring banyaknya HCl yang ditambahkan. Adapun reaksi yang terjadi adalah sebagai
berikut:
2HCl + CuSO
4
CuCl
2
+ H
2
SO
4
2. Tembaga (I) dan Tembaga (II)
Pada percobaan ini, tembaga (I) oksida dibuat terlebih dahulu. Mula mula 5 mL
CuSO
4
yang berwarna biru muda dimasukan ke dalam tabung reaksi (larutan 1). Larutan 2
dibuat dengan mencampurkan 5 mL larutan NaOH dan 1 gram kalium natrium tartarat
(garam Rochelle berbentuk kristal berwarna putih). Mula mula campuran ini menghasilkan
larutan keruh yang kemudian berubah menjadi bening. Kemudian larutan 2 dimasukkan ke
dalam larutan 1, pencampuran ini menghasilkan larutan berwarna biru tua.
Satu gram glukosa (berbentuk serbuk berwarna putih) ditambahkan ke dalam larutan
di atas. Campuran ini menghasilkan larutan berwarna biru kehijauan yang setelah dipanaskan
berubah menjadi merah jingga. Larutan didiamkan agar endapan mengendap kemudian di
dekantasi agar antara endapan dan larutan dapat dipisahkan sehingga mendapatkan endapan
berwarna merah jingga. Kemudian endapan di cuci dengan air. Endapan merah jingga adalah
tembaga (I) oksida. Adapun reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut.



CuSO
4
+ NaOH + + Na
2
SO
4

Kompleks Cu
2+

Glukosa + kompkleks Cu
2+
Cu
2
O (merah jingga)
Setelah selesai membuat tembaga (I) oksida, selanjutnya dilakukan identifikasi
mengenai reaksi antara tembaga (I) oksida dan tembaga (II) oksida dengan asam. Adapun
asam yang digunakan adalah asam klorida, asam sulfat, dan asam nitrat.

Reaksi antara tembaga (I) oksida dan tembaga (II) oksida dengan asam
Pada reaksi antara tembaga (I) oksida dan tembaga (II) oksida dengan asam, dilakukan
dengan cara mereaksikan masing-masing tembaga (I) oksida dan tembaga (II) oksida dengan
HCl encer, H
2
SO
4
dan HNO
3
.
Tembaga (I) oksida yang telah dibuat selanjutnya dimasukkan ke dalam tiga tabung
reaksi yang berbeda yang kemudian diberi label tabung 1, 2 dan 3.
- Ke dalam tabung 1 dimasukan larutan HCl encer. Pada penambahan HCl encer
menghasilkan endapan putih kekuningan. Adapun reaksi yang terjadi adalah:

Setelah penambahan HCl encer berlebih menghasilkan larutan tidak berwarna dan
endapan yang ada melarut, larutan kemudian dipanaskan. Adapun reaksi yang
terjadi adalah:


- Ke dalam tabung 2 dimasukkan larutan H
2
SO
4
. Pada penambahan ini menghasilkan
larutan berwarna kehitaman. Adapun reaksi yang terjadi adalah:
Cu
2
O + H
2
SO
4
CuSO
4
+ H
2
O
Setelah penambahan asam sulfat berlebih menimbulkan endapan hitam yang
kemudian dipanaskan. Hasil pemanasan menghasilkan endapan hitam dan larutan
berwarna biru. Adapun reaksi yang terjadi adalah :
O
CH
2
CH
2
C
O
C
O
-
Na
+
O
-
Na
+
Cu
2+
O
O
C
O
CH
2
C
CH
2
O
O
C
H
2
C
O
C
O
O
H
2
C
CuSO
4
+ H
2
SO
4
Cu
(s)
+ CuSO
4
+ H
2
O

- Ke dalam tabung 3 dimasukkan larutan HNO
3
. Pada penambahan ini menghasilkan
larutan berwarna biru.
Cu
2
O + HNO
3
Cu(NO
3
) + H
2
O
Setelah dilakukan penambahan asam nitrat dilanjutkan dengan pemanasan yang
bertujuan untuk mempercepat terjadinya reaksi. Setelah dilakukan pemanasan
terentuk endapan hitam dan larutan berwarna biru.
Tembaga (II) oksida yang telah dibuat selanjutnya dimasukkan ke dalam tiga tabung
reaksi yang berbeda yang kemudian diberi label tabung 1, 2 dan 3.
- Ke dalam tabung 1 dimasukan larutan HCl encer. Pada penambahan HCl encer
larutan berubah warna menjadi hitam. Setelah penambahan HCl encer berlebih
menghasilkan larutan berwarna biru kehitaman dan ketika dipanasskan larutan
berubah warna menjadi biru.Adapun reaksi yang terjadi adalah :
CuO + 2HCl CuCl
2
+ H
2
O
- Ke dalam tabung 2 dimasukkan larutan H
2
SO
4
. Pada penambahan ini menghasilkan
larutan berwarna tidak berwarna dan ada endapan. Setelah penambahan asam sulfat
berlebih larutan berubah warna menjadi biru dan ada endapan hitam yang kemudian
dipanaskan. Hasil pemanasan menghasilkan larutan berwarna biru dengan endapan
hitam. Adapun reaksi yang terjadi adalah :
CuO + H
2
SO
4
CuSO
4
+ H
2
O
- Ke dalam tabung 3 dimasukkan larutanHNO
3
. Pada penambahan asam nitrat
menghasilkan larutan berwarna kehitaman. Ketika penambahan asam nitrat berlebih
menghasilkan endapan hitam. Setelah dipanaskan menghasilkan larutan berwarna
biru dan endapan hitam. Adapun reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
CuO + 2HNO
3
Cu(NO
3
)
2
+ H
2
O

Pembuatan tembaga (I) Klorida.
Pada percobaan ini, kurang lebih 0,5 gram tembaga (II) oksida ke dalam tabung reaksi
kemudian ditambahkan 5 10 mL asam klorida pekat menghasilkan larutan berwarna hijau
pekat. Kemudian larutan dipanaskan warna larutan menjadi hijau pekat. Adapun reaksi yang
terjadi yaitu:
CuO + 2HCl CuCl
2
+ H
2
O
Satu gram tembaga ditambahkan ke dalam larutan kemudian didihkan selama kurang
lebih 5 menit. Penambahan tembaga ini mengakibatkan warna hijau larutan menjadi semakin
pekat. Adapun reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
CuCl
2
+ Cu 2CuCl
Kemudian larutan ini disaring, dimana filtratnya dimasukan ke dalam 200 mL air dalam
bejana gelas sehingga menghasilkan larutan keruh dengan warna agak kebiruan.

Penguraian Thermal Tembaga (II) Halida
Memanaskan sedikit anhidrat tembaga (II) klorida dan tembaga (II) bromida dalam
tabung lebur. Pada saat pemanasan terbentuk gas berwarna kehijauan serta residu endapan
berwarna coklat kehitaman. Ketika dipanaskan lebih lanjut, zat dalam tabung berwarna coklat
kehitaman dan terbentuk gas berwarna kekuningan.
CuCl
2
Cu + Cl
2

CuBr
2
Cu + Br
2


Pembuatan Tembaga (I) yodida
Pembuatan tembaga (I) yodida dilakukan dengan menambahkan 3 ml KI pada 3 ml
tembaga (II) sulfat, pada warna awal larutan berwarna biru kemudian berubah menjadi
cokelat dan terbentuk endapan coklat. Campuran tersebut diatas ditambahkan dengan natrium
thiosulfat (tidak berwarna), sehingga larutan yang pada awalnya berwarna cokelat berubah
menjadi warna putih susu dan endapan melarut.. Reaksinya sebagai berikut:
KI
(l)
+ CuSO
4 (l)
CuI
(s)
+ K
2
SO
4 (l)

Perubahan larutan berwarna putih susu jika didiamkan terdapat endapan dan hal tersebut
menunjukkan bahwa pada larutan telah terbentuk tembaga (I) yodida.

VI. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan
beberapa hal mengenai tembaga, yatitu:
a. beberapa reaksi pendahuluan tentang tembaga yaitu sebagai berikut.
2 Cu (s) + O
2
(g) Cu
2
O (s)
2 HNO
3
+ 3Cu 2 NO + H
2
O + 3CuO
2HCl + CuSO
4
CuCl
2
+ H
2
SO
4
b. Tembaga (I) oksida dapat dibuat dengan mereaksikan tembaga (II) sulfat dengan NaOH
yang sebelumnya telah dicampur dengan kalium natrium tartarat (garam Rochelle)
kemudian hasil reaks yang diperoleh ditambahkan dengan glukosa dan dilanjutkan
dengan pemanasan.
c. Reaksi tembaga (I) oksida dengan asam adalah sebagai berikut.
Reksi dengan asam klorida :
Reaksi dengan asam klorida berlebih :
Reaksi dengan asam sulfat : Cu
2
O + H
2
SO
4
CuSO
4
+ H
2
O
Reaksi dengan asam sulfat berlebih : CuSO
4
+ H
2
SO
4
Cu
(s)
+ CuSO
4
+ H
2
O
Reaksi denngan asam nitrat : Cu
2
O + HNO
3
Cu(NO
3
) + H
2
O
Reaksi tembaga (II) dengan asam adlah sebagai berikut.
Reaksi dengan asam klorida : CuO + 2HCl CuCl
2
+ H
2
O
Reaksi dengan asam sulfat : CuO + H2SO4 CuSO4 + H2O
Reaksi dengan asam nitrat : CuO + 2HNO
3
Cu(NO
3
)
2
+ H
2
O
d. Tembaga (I) klorida dapat dibuat dengan mereaksikan tembaga (II) oksida dan asam
klorida pekat dan selanjutnya dipanaskan hingga terbentuk larutan berwarna hijau
kemudian ditambahkan tembaga dan didihkan kemudian hasilnya disaring untuk
memperoleh filtratnya yang selanjutnya filtrate tersebut dimasukkan ke dalam air.
e. Penguraian thermal pada tembaga II halide dapat dilakukan dengan memanaskan sedikit
anhidrat tembaga (II) klorida dan tembaga (II) bromida dalam tabung lebur.
f. Tembaga (I) iodida dapat dibuat dengan mereaksikan larutan kalium iodida dengan
larutan tembaga (II) sulfat. Setelah terbentuk endapan, dilakukan penambahan larutan
natrium tiosulfat lhingga terbentuk larutan yang jernih.












DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Hiskia. 1990. Penuntun Praktikum Kimia Anorganik. Bandung : Jurusan Kimia
FMIPA ITB
Annisanfushie. 2008. Kimia Tembaga. Diakses pada tanggal 7 November 2011 pada
http://annisanfushie.wordpress.com/2008/12/16/kimia-tembaga/.
Anonim. 2011. Tembaga. Diakses pada tanggal 7 November 2011 pada
http://id.wikipedia.org/wiki/Tembaga.
Mohsin, Yulianto. 2006. Tembaga. Diakses pada tanggal 7 November 2011 pada
http://www.chem-is-try.org/tabel_periodik/tembaga/.
Suwuh, Andrio. 2011. Laporan Praktikum Kimia Anorganik II-Kimia Tembaga. Diakses
pada tanggal 7 November 2011 pada http://www.slideshare.net/andriosuwuh/laporan-
praktikum-kimia-anorganik-ii-kimia-tembaga.





















JAWABAN PERTANYAAN
1. Bilangan oksidasi dari tembaga pada :
a. CuCO
3

Cu + 4 + (-2.3) = 0
Cu = +2
b. Cu(OH)
2

Cu + (-2) = 0
Cu = +2
c. Cu(NH
3
)
4
SO
4

Cu + 0 + 6 + (-8) = 0
Cu = +2
d. CuCl
4
2-

Cu + (-4) = -2
Cu = +2
2. Reaksi antara Cu
2
O dan H
2
SO
4

Cu
2
O + H
2
SO
4
Cu + CuSO
4
+ H
2
O
Yang bersifat sebagai oksidator dan reduktor adalah Cu
2
O karena mengalami reaksi
disproporsionasi.
3. Senyawa tembaga (I) stabil dalam air jika tembaga (I) berbentuk senyawa tembaga (I)
klorida. Dimana tidak melarut dalam air sehingga dengan demikian Cu
+
tidak mengalami
disproporsionasi. Karena tembaga (I) klorida membentuk ion kompleks CuCl
2
-
.
4. Konfigurasi dari : tembaga dengan nomor atom adalah 29
a. Cu : 1s
2
2s
2
2p
6
3s
2
3p
6
3d
10
4s
1

Cu
+
: 1s
2
2s
2
2p
6
3s
2
3p
6
3d
10
4s
0

Cu
2+
: 1s
2
2s
2
2p
6
3s
2
3p
6
3d
9
4s
0
atau Cu
2+
= 1s
2
, 2s
2
, 2p
6
, 3s
1
, 3p
6
, 3d
10

b. Dilihat dari struktur elekron lebih stabil tembaga (I) dibandingkan tembaga (II), karena
tembaga (I) susunan elektron pada orbitalnya penuh, sedangkan tembaga (II) susunan
elektron pada orbitalnya tidak penuh. Pada kenyataannya tembaga (II) lebih stabil dari
pada tembaga (I) secara termodinamik.
5. Potensial elektrode
a. 2Cu
+
Cu
2+
+ Cu
Reduksi : 2Cu
+
+ 2e 2Cu E
o
= 0,52 V
Oksidasi : Cu Cu
2+
+ 2e E
o
= 0,34 V
Reaksi : 2Cu
+
Cu
2+
+ Cu E
o
= 0,18 V
b. Ion Cu
+
mengalami disproporsionasi dalam larutan air meskipun stabil dalam keadaan
bebas air. Tembaga (I) klorida tidak melarut dalam air sehingga dengan demikian Cu
+

tidak mengalami disproporsionasi. Tembaga (I) klorida membentuk ion Cu (I) klorida
lebih stabil terhadap Cu (II) klorida. Hal ini terjadi karena Cu
+
mudah teroksidasi
menjadi Cu (II). Tembaga (I) klorida cukup stabil dan mudah dibuat dengan
terurainya tembaga (II) klorida pada saat pemanasan menjadi tembaga (I) klorida.
c. Contohnya :
Cu
2+
+ 4H
2
O Cu(H
2
O)
4
2+

Anda mungkin juga menyukai