Anda di halaman 1dari 6

RINITIS VASOMOTOR

A. DEFINISI
Rhinitis vasomotor adalah gangguan pada mukosa hidung yang ditandai dengan
adanya edema yang persisten dan hipersekresi kelenjar pada mukosa hidung apabila terpapar
oleh iritan spesifik. Kelainan ini merupakan keadaan yang non-infektif dan non-alergi.

B. ETIOLOGI
Etiologi dari rhinitis dapat di klasifikasikan dalam 3 (tiga) kategori utama, yaitu :
a Rhinitis alergi
b Rhinitis infeksi
c Rhinitis non-alergi, non-infeksi (rhinitis vasomotor)
Etiologi pasti rhinitis vasomotor belum diketahui dan diduga akibat gangguan
keseimbangan sistem saraf otonom yang dipicu oleh zat-zat tertentu. Beberapa faktor yang
mempengaruhi keseimbangan vasomotor :
Obat-obatan yang menekan dan mengahambat kerja saraf simpatis, seperti ergotamin,
chlorpromazin, obat anti hipertensi dan obat vasokonstriktor topikal.
Faktor fisik, seperti iritasi oleh asap rokok, udara dingin, kelembaban udara yang
tinggi dan bau yang merangsang.
Faktor endokrin, seperti keadaan kehamilan, pubertas, pemakai pil anti hamil dan
hipotiroidisme.
Faktor psikis, seperti stress, ansietas dan fatique.

C. PATOFISIOLOGI
Sistem saraf otonom mengontrol aliran darah ke mukosa hidung dan sekresi dari
kelenjar. Diameter resistensi pembuluh darah di hidung diatur oleh sistem saraf simpatis
sedangkan parasimpatis mengontrol sekresi kelenjar. Pada rinitis vasomotor terjadi disfungsi
sistem saraf otonom yang menimbulkan peningkatan kerja parasimpatis yang disertai
penurunan kerja saraf simpatis. Baik sistem simpatis yang hipoaktif maupun sistem
parasimpatis yang hiperaktif, keduanya dapat menimbulkan dilatasi arteriola dan kapiler
disertai peningkatan permeabilitas kapiler, yang akhirnya akan menyebabkan transudasi
cairan, edema dan kongesti.
Teori lain mengatakan bahwa terjadi peningkatan peptide vasoaktif dari selsel seperti
sel mast. Termasuk diantara peptide ini adalah histamin, leukotrin, prostaglandin, polipeptide
intestinal vasoaktif dan kinin. Elemen-elemen ini tidak hanya mengontrol diameter pembuluh
darah yang menyebabkan kongesti, tetapi juga meningkatkan efek asetilkolin dari sistem
saraf parasimpatis terhadap sekresi hidung, yang menyebabkan rinore. Pelepasan peptide-
peptide ini tidak diperantarai oleh Ig-E (non-Ig E mediated) seperti pada rinitis alergi.
Adanya reseptor zat iritan yang berlebihan juga berperan pada rinitis vasomotor. Banyak
kasus yang dihubungkan dengan zat-zat atau kondisi yang spesifik. Beberapa diantaranya
adalah perubahan temperatur atau tekanan udara, perfume, asap rokok, polusi udara dan
stress (emosional atau fisikal). Dengan demikian, patofisiologi dapat memandu
penatalaksanaan rinitis vasomotor yaitu :
1. meningkatkan perangsangan terhadap sistem saraf simpatis
2. mengurangi perangsangan terhadap sistem saraf parasimpatis
3. mengurangi peptide vasoaktif
4. mencari dan menghindari zat-zat iritan.

D. PATOGENESIS
Rinitis vasomotor merupakan suatu kelainan neurovaskular pembuluhpembuluh darah
pada mukosa hidung, terutama melibatkan sistem saraf parasimpatis. Tidak dijumpai alergen
terhadap antibodi spesifik seperti yang dijumpai pada rinitis alergi. Keadaan ini merupakan
refleks hipersensitivitas mukosa hidung yang non spesifik. Serangan dapat muncul akibat
pengaruh beberapa faktor pemicu.
1. Latar Belakang
Adanya paparan terhadap suatu iritan memicu ketidakseimbangan sistem saraf otonom dalam
mengontrol pembuluh darah dan kelenjar pada mukosa hidung, vasodilatasi dan edema
pembuluh darah mukosa hidung, hidung tersumbat dan rinore
2. Pemicu (Triggers)
- Alkohol
- Perubahan temperatur / kelembaban
- Parfum, hair spray ataupun pewangi ruangan
- Bahan pembersih rumah tangga ataupun bau tinta pada koran, buku ataupun majalah
- Bau yang menyengat seperti aroma masakan atau makanan (strong odor)
- Asap rokok atau polusi lainnya asap diesel
- Faktor psikis seperti stress dan ansietas
- Penyakit-penyakit endokrin
- Obat-obatan seperti anti hipertensi dan kontrasepsi oral

E. GEJALA KLINIS
Gejala penderita rinitis alergi atau rinitis vasomotor kadang kadang sulit dibedakan
karena gejala gejalanya mirip, yaitu obstruksi hidung, rinorea dan bersin. Biasanya
penderita rinitis alergika lebih merasakan gatal dan bersin berulang seperti staccato.
Biasanya ia tidak ditemukan atau tidak jelas pada rinitis vasomotor.Reaksi bisa disebabkan
oleh disfungsi sistem saraf autonom, tetapi disamping itu, obstruksi hidung, rinorea dan
bersin dapat disebabkan oleh faktor iritasi , fisik, endokrin dan faktor lain.Hidung mungkin
sensitive terhadap pengaruh hormone, oleh karena itu reaksi rhinitis vasomotor mungkin
berhubungan dengan kehamilan atau kontrasepsi per oral, tapi rhinitis vasomotor pada
kehamilan segera menyembuh setelah melahirkan dan mungkin berhubungan dengan
keseimbangan hormone.
Penderita dengan anamnesis rinitis vasomotor bisa menggambarkan sensitivitas yang
tidak biasa terhadap kelembaban udara. Biasanya rinitis non alergika ini disertai dengan
gejala gejala obstruksi saluran pernafasan hidung dan rinorea yang hebat. Biasanya tidak
terdapat variasi musim, tetapi gejalanya dapat menyerupai rinitis alergika sepanjang tahun.
Tetapi karena mungkin terdapat remisi dan eksaserbasi, maka ia dapat pula menyerupai rinitis
alergika musiman. Hal ini terjadi bila pasien sensitif pada perubahan suhu yag menyertai
perubahan musim. Biasanya penderita rinitis vasomotor tidak mempunyai riwayat alergi pada
keluarganya. Mereka menjelaskan fenomena iritatifnya dimulai di usia dewasa. Jarang terjadi
bersin dan rasa gatal.
Hidung tersumbat, bergantian kiri dan kanan, tergantung pada posisi pasien. Terdapat
rinorea yang mukus atau serosa, kadang agak banyak. Jarang disertai bersin dan tidak disertai
gatal di mata. Gejala memburuk pada pagi hari waktu bangun tidur karena perubahan suhu
yang ekstrim, udara lembab, juga karena asap rokok dan sebagainya. Keluhan bersin-bersin
tidak begitu nyata bila dibandingkan dengan rhinitis alergi dan tidak terdapat rasa gatal di
hidung dan mata.
Gejala dapat memburuk pada pagi hari waktu bangun tidur oleh karena adanya
perubahan suhu yang ekstrim, udara lembab, dan juga oleh karena asap rokok dan
sebagainya. Selain itu juga dapat dijumpai keluhan adanya ingus yang jatuh ke tenggorok
(post nasal drip). Berdasarkan gejala yang menonjol, rhinitis vasomotor dibedakan dalam dua
golongan, yaitu golongan obstruksi (blockers) dan golongan rinore (runners/sneezers). Oleh
karena golongan rinore sangat mirip dengan rhinitis alergi, perlu anamnesis dan pemeriksaan
yang teliti untuk memastikan diagnosisnya.

F. DIAGNOSIS
Dalam anamnesis dicari faktor yang mempengaruhi keseimbangan vasomotor dan
disingkirkan kemungkinan rhinitis alergi. Biasanya penderita tidak mempunyai riwayat alergi
dalam keluarganya dan keluhan dimulai pada usia dewasa. Beberapa pasien hanya
mengeluhkan gejala sebagai respon terhadap paparan zat iritan tertentu tetapi tidak
mempunyai keluhan apabila tidak terpapar.
Pada pemeriksaan rhinoskopi anterior tampak gambaran klasik berupa edema mukosa
hidung, konkha hipertropi dan berwarna merah gelap atau merah tua (karakteristik), tetapi
dapat juga dijumpai berwarna pucat. Permukaan konkha dapat licin atau berbenjol. Pada
rongga hidung terdapat sekret mukoid, biasanya sedikit. Akan tetapi pada golongan rinore,
sekret yang ditemukan bersifat serosa dengan jumlah yang banyak.
Pada rhinoskopi posterior dapat dijumpai post nasal drip.
Pemeriksaan laboraturium dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan rhinitis
alergi. Test kulit (skintest) biasanya negatif, demikian pula test RAST (phadebas
radioallergosobent test), serta kadar Ig E total dalam batas normal. Kadang-kadang
ditemukan juga eosinofil pada sekret hidung, akan tetapi dalam jumlah yang sedikit. Infeksi
sering menyertai yang ditandai dengan adanya sel neutrofil dalam sekret.
Pemeriksaan radiologik sinus memperlihatkan mukosa yang edema dan mungkin
tampak gambaran cairan dalam sinus apabila sinus telah terlibat.

G. DIAGNOSIS BANDING
1. Rhinitis alergi
2. Rhinitis hipertrofik kronik
3. Rhinitis medikamentosa
4. Rhinitis hiperplastik kronik
\

Rhinitis Vasomotor Rhinitis Medikamentosa
Penyebab Ketidakseimbangan saraf simpatis &
parasimpatis (otonom)
- Obat-obatan yang menekan kerja
simpatis
- Faktor fisik: asap rokok, udara
dingin, bau yang merangsang
- Faktor endokrin
- Faktor psikis
Pemakaian vasokonstriktor
topikal (tetes
hidung/semprot hidung)
dalam waktu lama dan
berlebihan sumbatan
menetap
Gejala Klinis Hidung tersumbat bergantian kiri dan
kanan (tergantung posisi)
Rinore (mukus/serosa)
Bersin jarang, tidak ada gatal
Gejala memburuk pada pagi waktu
bangun tidur
RA: edema mukosa hidung, konka
merah tua/gelap/pucat
Hidung tersumbat terus
menerus dan berair
RA: edema konka, sekret
hidung berlebihan
Pengujian dengan adrenalin:
edema konka tidak
berkurang
Terapi - hindari penyebab
- simptomatis (dekongestan oral,
diatermi, kauterisasi konka,
kortikosteroid topikal)
- Operasi (bedah beku, elektrokauter,
konkatomi inferior)
- Neurektomi n. Vidianus
- Hentikan obat
- kortikosteroid
- dekongestan oral




Rhinitis Alergi Rhinitis Vasomotor
Mulai serangan Usia belasan tahun Dekade ke 3-4
Alergen Terpapar (+) Terpapar (-)
Etiologi Reaksi Ag Ab terhadap
rangsangan spesifik
Reaksi neurovaskular terhadap beberapa
rangsangan mekanis atau kimia, juga
faktor psikis
Gatal & bersin Menonjol Tidak menonjol
Gatal di mata Sering dijumpai Tidak dijumpai
Test kulit Positif Negatif
Sekret hidung Eosinofil meningkat Eosinofil tidak meningkat
Eosinofil darah Meningkat Normal
Ig E darah Meningkat Tidak meningkat
Neurektomi
n.vidianus
Tidak membantu Membantu
H. PENATALAKSANAAN
Pengobatan rinitis vasomotor bervariasi, tergantung kepada faktor penyebab
dan gejala yang menonjol.
Secara garis besar, pengobatan dibagi dalam :
1. Menghindari penyebab / pencetus ( Avoidance therapy )
2. Pengobatan konservatif (Farmakoterapi) :
Dekongestan atau obat simpatomimetik digunakan untuk mengurangi keluhan hidung
tersumbat. Obat tetes atau semprot hidung dapat menghilangkan simptom rhinitis
vasomotor secara dramatis dengan kemampuannya menciutkan pembuluh
darah. Namun penggunaan preparat ini yang berkelanjutan dapat
menimbulkan rebound swelling yang akhirnya dapat menimbulkan efek merugikan.
Contohnya: Pseudoephedrine dan Phenylpropanolamine (oral) serta Afrin,
Neosynephrine, Phenylaphrine dan Oxymetazoline (semprot hidung).
Anti histamin : paling baik untuk golongan rinore.
Kortikosteroid topikal mengurangi keluhan hidung tersumbat, rinore dan bersin-bersin
dengan menekan respon inflamasi lokal yang disebabkan oleh mediator
vasoaktif. Biasanya digunakan paling sedikit selama 1 atau 2 minggu sebelum dicapai
hasil yang memuaskan. Contoh steroid topikal : Budesonide, Fluticasone,
Flunisolide atau Beclomethasone.
Anti kolinergik juga efektif pada pasien dengan rinore sebagai keluhan
utamanya. Contoh: Ipratropium bromide (nasal spray). William W. Storms, MD dari
Colorado melakukan penelitian terhadap 426 pasien dengan penggunaan Azelastine
Nasal Spray dapat menghilangkan secara signifikan gejala yang ditimbulkan oleh
rhinitis vasomotor dalam 3 minggu, dibandingkan dengan respon terapi anti alergi biasa.

3. Terapi operatif (dilakukan bila pengobatan konservatif gagal) :
Kauterisasi konkha yang hipertropi dengan larutan AgNO3 25% atau triklorasetat
pekat (Chemical cautery) maupun secara elektrik (Electric cautery).
Diatermi submukosa konkha inferior (submucosal diathermy of the inferior turbinate).
Bedah beku konkha inferior (Cryosurgery).
Reseksi konkha parsial atau total (Partial or total turbinate resection).
Turbinektomi dengan laser (Laser turbinectomy).
Neurektomi n. vidianus (vidian neurectomy), yaitu dengan melakukan pemotongan
pada n. vidianus, bila dengan cara diatas tidak memberikan hasil. Operasi sebaiknya
dilakukan pada pasien dengan keluhan rinore yang hebat. Terapi ini sulit dilakukan,
dengan angka kekambuhan yang cukup tinggi dan dapat menimbulkan berbagai
macam komplikasi.

I. KOMPLIKASI
Infeksi sinus rekuren
Infeksi telinga rekuren



J. PROGNOSIS
Prognosis dari rhinitis vasomotor bervariasi. Penyakit kadang-kadang dapat membaik
dengan tiba-tiba, tetapi bisa juga resisten terhadap pengobatan yang diberikan. Prognosis
pengobatan golongan obstruksi lebih baik daripada golongan rinore. Oleh karena golongan
rinore sangat mirip dengan rhinitis alergi, perlu anamnesis dan pemeriksaan yang teliti untuk
memastikan diagnosisnya.

Anda mungkin juga menyukai