Anda di halaman 1dari 14

1

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas rahmat dan kurnia-Nya,
penulisan Makalah: Epidural Hematom, dapat diselesaikan. Makalah ini diajukan untuk
melengkapi tugas pada Kepaniteraan Klinik Senior Departemen Neurologi, Fakultas Kedokteran,
Universitas Sumatera Utara.
Meskipun penulisan makalah ini banyak mengalami hambatan, kesulitan dan kendala, namun
karena adanya bimbingan, petunjuk, nasihat dan motivasi dari berbagai pihak, penulisan makalah
ini dapat diselesaikan. Di sini saya mengambil kesempatan untuk mengucapkan jutaan terima
kasih kepada pembimbing saya, dr.Alfansuri Kadri, Sp.S.
Akhir kata, meskipun berbagai usaha telah dilakukan semaksimal mungkin dalam menyelesaikan
makalah ini, namun karena keterbatasan pengalaman, pengetahuan, kepustakaan dan waktu,
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk ini, kritik dan saran dari berbagai pihak sangat
diharapkan untuk menyempurnakan makalah ini.

Medan, 19 Mei 2014
SALINI NALLAPPEN








2

DAFTAR ISI



Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................ 1
DAFTAR ISI ............................................................................................... 2
BAB 1 PENDAHULUAN .......................................................................... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.................................................................. 5
BAB 3 KESIMPULAN............................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 14















3

BAB 1
PENDHULUAN


1.1 Latar Belakang

Epidural hematoma adalah salah satu jenis perdarahan intracranial yang paling sering
terjadi karena fraktur tulang tengkorak. Otak di tutupi oleh tulang tengkorak yang kaku dan
keras. Otak juga di kelilingi oleh sesuatu yang berguna sebagai pembungkus yang disebut dura.
Fungsinya untuk melindungi otak, menutupi sinus-sinus vena, dan membentuk periosteum tabula
interna. Ketika seorang mendapat benturan yang hebat di kepala kemungkinan akan terbentuk
suatu lubang, pergerakan dari otak mungkin akan menyebabkan pengikisan atau robekan dari
pembuluh darah yang mengelilingi otak dan dura, ketika pembuluh darah mengalami robekan
maka darah akan terakumulasi dalam ruang antara dura dan tulang tengkorak, keadaan inilah
yang dikenal dengan sebutan epidural hematom (EDH).

EDH sebagai keadaan neurologis yang bersifat emergency dan biasanya berhubungan
dengan linear fraktur yang memutuskan arteri yang lebih besar, sehingga menimbulkan
perdarahan. Venous epidural hematom berhubungan dengan robekan pembuluh vena dan
berlangsung perlahan-lahan. Arterial hematom terjadi pada middle meningeal artery yang
terletak di bawah tulang temporal. Perdarahan masuk ke dalam ruang epidural, bila terjadi
perdarahan arteri maka hematom akan cepat terjadi.

1.2 Insidensi dn epidemiologi

Di Amerika Serikat, 2% dari kasus trauma kepala mengakibatkan EDH dan sekitar 10%
mengakibatkan koma. Secara Internasional frekuensi kejadian hematoma epidural hampir sama
dengan angka kejadian di Amerika Serikat. Orang yang beresiko mengalami EDH adalah orang
tua yang memiliki masalah berjalan dan sering jatuh.
4

60 % penderita EDH adalah berusia dibawah 20 tahun, dan jarang terjadi pada umur kurang dari
2 tahun dan di atas 60 tahun. Angka kematian meningkat pada pasien yang berusia kurang dari 5
tahun dan lebih dari 55 tahun. Lebih banyak terjadi pada laki-laki dibanding perempuan dengan
perbandingan 4:1.
Tipe- tipe :
1. Epidural hematoma akut (58%) perdarahan dari arteri
2. Subacute hematoma ( 31 % )
3. Cronic hematoma ( 11%) perdarahan dari vena


1.3Ruang Lingkup Pembahasan
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai Epidural Hematoma.


1.4 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik senior
Departemen Neurologi Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan dan meningkatkan
pemahaman mahasiswa mengenai Epidural Hematoma.












5

BAB 2
Tinjauan Pustaka

2.1 Definisi (1,2)
Epidural hematom adalah suatu akumulasi darah yang terletak diantara meningen
(membran duramter) dan tulang tengkorak yang terjadi akibat trauma. Duramater merupakan
suatu jaringan fibrosa atau membran yang melapisi otak dan medulla spinalis. Epidural
dimaksudkan untuk organ yang berada disisi luar duramater dan hematoma dimaksudkan sebagai
masa dari darah.


2.2 Etiologi
Hematoma Epidural dapat terjadi pada siapa saja dan umur berapa saja, beberapa
keadaan yang bisa menyebabkan EDH adalah misalnya benturan pada kepala pada kecelakaan
motor. Hematoma epidural terjadi akibat trauma kepala, yang biasanya berhubungan dengan
fraktur tulang tengkorak dan laserasi pembuluh darah.

2.3 Patofisiologi (1,3,4,5)

Cedera kepala yang berat dapat merobek, meremukkan atau menghancurkan saraf,
pembuluh darah dan jaringan di dalam atau di sekeliling otak. Bisa terjadi kerusakan pada jalur
saraf, perdarahan atau pembengkakan hebat. Perdarahan, pembengkakan dan penimbunan cairan
(edema) memiliki efek yang sama yang ditimbulkan oleh pertumbuhan massa di dalam
tengkorak. Karena tengkorak tidak dapat bertambah luas, maka peningkatan tekanan bisa
merusak atau menghancurkan jaringan otak. Karena posisinya di dalam tengkorak, maka tekanan
cenderung mendorong otak ke bawah, otak sebelah atas bisa keadaan ini disebut dengan herniasi.
Sejenis herniasi serupa bisa mendorong otak kecil dan batang otak melalui lubang di dasar
tengkorak (foramen magnum) kedalam medulla spinalis. Herniasi ini bisa berakibat fatal karena
batang otak mengendalikan fungsi fital (denyut jantung dan pernafasan).Cedera kepala yang
6

tampaknya ringan kadang bisa menyebabkan kerusakan otak yang hebat. Usia lanjut dan orang
yang mengkonsumsi antikoagulan, sangat peka terhadap terjadinya perdarahan di sekeliling otak.
Perdarahan epidural timbul akibat cedera terhadap arteri atau vena meningeal. Arteri
yang paling sering mengalami kerusakan adalah cabang anterior arteri meningea media. Suatu
pukulan yang menimbulkan fraktur kranium pada daerah anterior inferior os parietal, dapat
merusak arteri. Cidera arteri dan venosa terutama mudah terjadi jika pembuluh memasuki
saluran tulang pada daerah ini. Perdarahan yang terjadi melepaskan lapisan meningeal duramater
dari permukaan dalam kranium. Tekanan ntracranial meningkat, dan bekuan darah yang
membesar menimbulkan tekanan ntra pada daerah motorik gyrus presentralis dibawahnya. Darah
juga melintas kelateral melalui garis fraktur, membentuk suatu pembengkakan di bawah
m.temporalis.
Apabila tidak terjadi fraktur, pembuluh darah bisa pecah juga, akibat daya kompresinya.
Perdarahan epidural akan cepat menimbulkan gejala gejala, sesuai dengan sifat dari tengkorak
yang merupakan kotak tertutup, maka perdarahan epidural tanpa fraktur, menyebabkan tekanan
intrakranial yang akan cepat meningkat. Jika ada fraktur, maka darah bisa keluar dan membentuk
hematom subperiostal (sefalhematom), juga tergantung pada arteri atau vena yang pecah maka
penimbunan darah ekstravasal bisa terjadi secara cepat atau perlahan lahan. Pada perdarahan
epidural akibat pecahnya arteri dengan atau tanpa fraktur linear ataupun stelata, manifestasi
neurologik akan terjadi beberapa jam setelah trauma kapitis.
2.4 Manifestasi Klinis
(1,2,3,4,5,6)

Saat awal kejadian, pada sekitar 20% pasien, tidak timbul gejala apa apa.Tapi kemudian pasien
tersebut dapat berlanjut menjadi pingsan dan bangun bangun dalam kondisi kebingungan.
Beberapa penderita epidural hematom mengeluh
Sakit kepala
Muntah muntah
Kejang kejang
7

Pasien dengan epidural hematom yang mengenai fossa posterior akan menyebabkan
keterlambatan atau kemunduran aktivitas yang drastis. Penderita akan merasa kebingungan dan
berbicara kacau, lalu beberapa saat kemudian menjadi apneu, koma, kemudian
meninggal.Respon chusing yang menetap dapat timbul sejalan dengan adanya peningkatan
tekanan intara kranial, dimana gejalanya dapat berupa :
Hipertensi
Bradikardi
Bradipneu

Kontusio, laserasi atau tulang yang retakdapat diobservasi di area traumadilatasi pupil, lebam,
pupil yang terfixasi, bilateral atau ipsilateral kearah lesi, adanya gejala gejala peningkatan
tekanan intrakranial, atau herniasi.Adanya tiga gejala klasik sebagai indikasi dari adanya herniasi
yang menetap, yaitu:
Coma
Fixasi dan dilatasi pupil
Deserebrasi

Adanya hemiplegi kontralateral lesi dengan gejala herniasi harus dicurigai adanya epidural
hematom
2.5 Diagnosa
(2)

Adanya gejala neurologist merupakan langkah pertama untuk mengetahui tingkat
keparahan dari trauma kapitis. Kemampuan pasien dalam berbicara, membuka mata dan respon
otot harus dievaluasi disertai dengan ada tidaknya disorientasi (apabila pasien sadar) tempat,
waktu dan kemampuan pasien untuk membuka mata yang biasanya sering ditanyakan. Apabila
pasiennya dalam keadaan tidak sadar, pemeriksaan reflek cahaya pupil sangat penting dilakukan.
Pada epidural hematom dan jenis lainnya dapat mengakibatkan peningkatan tekanan intra
kranial yang akan segera mempengarungi nervus kranialis ketiga yang mengandung beberapa
serabut saraf yang mengendalikan konstriksi pupil. Tekanan yang menghambat nervus ini
8

menyebabkan dilatasi dari pupil yang permanen pada satu atau kedua mata. Hal tersebut
merupakan indikasi yang kuat untuk mengetahui apakah pasien telah mengalami hematoma
intrakranial atau tidak.
Untuk membedakan antara epidural, subdural dan intracranial hematom dapat dilakukan
dengan CT Scan atau MRI. Dari hasil tersebut, maka seorang dokter ahli bedah dapat
menentukan apakah pembengkakannya terjadi pada satu sisi otak yang akan mengakibatkan
terjadinya pergeseran garis tengah atau mid line shif dari otak. Apabila pergeserannya lebih dari
5 mm, maka tindakan kraniotomi darurat mesti dilakukan.
Pada pasien dengan epidural spinal hematom, onset gejalanya dapat timbul dengan segera, yaitu
berupa nyeri punggung atau leher sesuai dengan lokasi perdarahan yang terjadi. Batuk atau
gerakan -gerakan lainnya yang dapat meningkatkan tekanan pada batang tubuh atau vertebra
dapat memperberat rasa nyeri. Pada anak, perdarahan lebih sering terjadi pada daerah servikal
(leher) dari pada daerah toraks.
Pada saat membuat diagnosa pada spinal epidural hematom, seorang dokter harus
memutuskan apakah gejala kompresi spinal tersebut disebabkan oleh hematom atau tumor. CT-
Scan atau MRI sangat baik untuk membedakan antara kompresi pada medulla spinalis yang
disebabkan oleh tumor atau suatu hematom.
(2)

2.6 Diagnosa Banding
(1)

Perdarahan subarachnoid
Subdural hematom






9

2.7 Penatalaksanaan
(1)

2.7.1 Perawatan sebelum ke Rumah Sakit

Stabilisasi terhadap kondisi yang mengancam jiwa dan lakukan terapi suportiv dengan
mengontrol jalan nafas dan tekanan darah.
Berikan O
2
dan monitor
Berikan cairan kristaloid untuk menjaga tekanan darah sistolik tidak kurang dari 90
mmHg.
Pakai intubasi, berikan sedasi dan blok neuromuskuler
2.7.2 Perawatan di bagian Emergensi

Pasang oksigen (O
2
), monitor dan berikan cairan kristaloid untuk mempertahankan
tekanan sistolik diatas 90 mmHg.Pakai intubasi, dengan menggunakan premedikasi lidokain dan
obat obatan sedative misalnya etomidate serta blok neuromuskuler. Intubasi digunakan sebagai
fasilitas untuk oksigenasi, proteksi jalan nafas dan hiperventilasi bila diperlukan.
Elevasikan kepala sekitar 30
O
setelah spinal dinyatakan aman atau gunakan posis trendelenburg
untuk mengurangi tekanan intra kranial dan untuk menambah drainase vena.
Berikan manitol 0,25 1 gr/ kg iv. Bila tekanan darah sistolik turun sampai 90 mmHg dengan
gejala klinis yang berkelanjutan akibat adanya peningkatan tekanan intra kranial.
Hiperventilasi untuk tekanan parsial CO
2
(PCO
2
) sekitar 30 mmHg apabila sudah ada
herniasi atau adanya tanda tanda peningkatan tekanan intrakranial (ICP).
Berikan phenitoin untuk kejang kejang pada awal post trauma, karena phenitoin tidak akan
bermanfaat lagi apabila diberikan pada kejang dengan onset lama atau keadaan kejang yang
berkembang dari kelainan kejang sebelumnya.


10


2.7.3 Terapi obat obatan
(1)

Etonamid digunakan sebagai sedasi untuk induksi cepat, untuk mempertahankan tekanan
darah sistolik, dan menurunkan tekanan intrakranial dan metabolisme otak. Pemakaian tiophental
tidak dianjurkan, karena dapat menurunkan tekanan darah sistolik. Manitol dapat digunakan
untuk mengurangi tekanan intrakranial dan memperbaiki sirkulasi darah. Phenitoin digunakan
sebagai obat propilaksis untuk kejang kejang pada awal post trauma. Pada beberapa pasien
diperlukan terapi cairan yang cukup adekuat yaitu pada keadaan tekanan vena sentral (CVP) > 6
cmH
2
O, dapat digunakan norephinephrin untuk mempertahankan tekanan darah sistoliknya
diatas 90 mmHg.Berikut adalah obat obatan yang digunakan untuk terapi pada epidural
hematom:

Diuretik Osmotik
Misalnya Manitol : Dosis 0,25 1 gr/ kg BB iv.
Kontraindikasi pada penderita yang hipersensitiv, anuria, kongesti paru, dehidrasi, perdarahan
intrakranial yang progreasiv dan gagal jantung yang progresiv.
Fungsi : Untuk mengurangi edema pada otak, peningkatan tekanan intrakranial, dan mengurangi
viskositas darah, memperbaiki sirkulasi darah otak dan kebutuhan oksigen.

Antiepilepsi
Misalnya Phenitoin : Dosis 17 mg/ kgBB iv, tetesan tidak boleh lebihn dari 50 (Dilantin)
mg/menit.
Kontraindikasi; pada penderita hipersensitiv, pada penyakit dengan blok sinoatrial, sinus
bradikardi, dan sindrom Adam-Stokes.
Fungsi : Untuk mencegah terjadinya kejang pada awal post trauma.

11


2.8 Komplikasi
(1)

Kelainan neurologik (deficit neurologis), berupa sindrom gegar otak dapat terjadi dalam
beberapa jam sampai bebrapa bulan.
Kondisi yang kacau, baik fisik maupun mental
Kematian


2.9 Prognosa
(1)

Prognosa biasanya baik, kematian tidak akan terjadi untuk pasien pasien yang belum koma
sebelum operasi.Kematian terjadi sekitar 9% pada pasien epidural hematom dengan kesadaran
yang menurun.20% terjadi kematian terhadap pasien pasien yang mengalami koma yang dalam
sebelum dilakukan pembedahan.










12

BAB 3
KESIPULAN

3.1 Kesimpulan

Otak dan medulla spinalis terbungkus dalam tiga sarung membranosa yang konsentrik.
Membran yang paling luar tebal, kuat dan fibrosa disebut duramater, membrane tengah tipis dan
halus serta diketahui sebagai arachnoidea mater, dan membrane paling dalam halus dan bersifat
vaskuler serta berhubungan erat dengan permukaan otak dan medulla spinalis serta dikenal
sebagai piamater.

Epidural hematom adalah suatu akumulasi darah yang terletak diantara meningen
(membran duramter) dan tulang tengkorak yang terjadi akibat trauma. Duramater merupakan
suatu jaringan fibrosa atau membran yang melapisi otak dan medulla spinalis. Epidural
dimaksudkan untuk organ yang berada disisi luar duramater dan hematoma dimaksudkan sebagai
masa dari darah.
Epidural hematom terjadi akibat suatu trauma kepala, biasanya disertai dengan fraktur
pada tulang tengkorak dan adanya laserasi arteri. Epidural hematom juga bisa disebabkan akibat
pemakaian obat obatan antikoagulan, hemophilia, penyakit liver, penggunaan aspirin, sistemik
lupus erimatosus, fungsi lumbal. Spinal epidural hematom disebabkan akibat adanya kompresi
pada medulla spinalis.
Manifestasi Klinis dari epidural hematom dapat berupa; sakit kepala, muntah muntah,
kejang kejang. Pasien dengan epidural hematom yang mengenai fossa posterior akan
menyebabkan keterlambatan atau kemunduran aktivitas yang drastis. Penderita akan merasa
kebingungan dan berbicara kacau, lalu beberapa saat kemudian menjadi apneu, koma, kemudian
meninggal.Respon chusing yang menetap dapat timbul sejalan dengan adanya peningkatan
tekanan intara kranial, dimana gejalanya dapat berupa : hipertensi, bradikardi, bradipneu.
13

Kontusio, laserasi atau tulang yang retak dapat diobservasi di area trauma, dilatasi pupil,
lebam, pupil yang terfixasi, bilateral atau ipsilateral kearah lesi, adanya gejala gejala
peningkatan tekanan intrakranial, atau herniasi. Adanya tiga gejala klasik sebagai indikasi dari
adanya herniasi yang menetap, yaitu: coma, fixasi dan dilatasi pupil, deserebrasi.
Adanya hemiplegi kontralateral lesi dengan gejala herniasi harus dicurigai adanya
epidural hematom. Penatalaksanaan dapat berupa perawatan sebelum di bawa kerumah sakit,
perawatan di bagian emergensi dan terapi obat obatan.
Komplikasi dapat berupa; Kelainan neurologik (deficit neurologis), berupa sindrom gegar
otak dapat terjadi dalam beberapa jam sampai bebrapa bulan. Kondisi yang kacau, baik fisik
maupun mental serta kematian.
Prognosa biasanya baik, kematian tidak akan terjadi untuk pasien pasien yang belum
koma sebelum operasi. Kematian terjadi sekitar 9% pada pasien epidural hematom dengan
kesadaran yang menurun. 20% terjadi kematian terhadap pasien pasien yang mengalami koma
yang dalam sebelum dilakukan pembedahan.









14

DAFTAR PUSTAKA

1. http://www.emedicine-epidural hematoma: articly by Daniel D Price, MD.

2. http://www.enotes.com/neurological-disorder-encyclopedia:epidural-hematom

3. http://www.medicastore.com.

4. Snell R.S. Neurologi Klinik. Editor, Sjamsir, edisi ke dua, cetakan pertama, penerbit buku
kedokteran EGC, Jakarta 1996. hal 521-532.

5. Mardjono M., Sidarta P., dalam Neurologi Klinis Dasar, cetakan kedelapan, Penerbit Dian
Rakyat, Jakarta, 2000. hal 255-256.

6. http://www.emedicine-case-based-pediatrics.htm.

Anda mungkin juga menyukai