Anda di halaman 1dari 28

1

UNIVERSITAS ANDALAS
FAKULTAS KEDOKTERAN
KEPANITERAAN KLINIK ROTASI TAHAP II

BAB I
PENDAHULUAN

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu masalah kesehatan yang
ada di negara berkembang dan negara maju. Hal ini disebabkan karena masih tingginya angka
kesakitan dan angka kematian karena ISPA khususnya pneumonia, terutama pada bayi dan
balita. Di Amerika, pneumonia menempati peringkat ke-6 dari semua penyebab kematian dan
peringkat pertama dari seluruh penyakit infeksi. Di Spanyol angka kematian akibat pneumonia
mencapai 25%, sedangkan di Inggris dan Amerika sekitar 12% atau 25-30 per 100.000
penduduk, sedangkan untuk angka kematian akibat ISPA dan Pneumonia pada tahun 1999 untuk
negara Jepang yaitu 10%, Singapura sebesar 10,6%, Thailand sebesar 4,1%, Brunei sebesar
3,2% dan Philipina tahun 1995 sebesar 11,1%.
Di Indonesia, ISPA masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang
utama terutama pada bayi (0-11 bulan) dan balita (1-4 tahun). Diperkirakan kejadian ISPA pada
balita di Indonesia yaitu sebesar 10-20%. Berdasarkan hasil SKRT, penyakit ISPA pada tahun
1986 berada di urutan ke-4 (12,4%) sebagai penyebab kematian bayi, sedangkan pada tahun
1992 dan 1995 menjadi penyebab kematian bayi yang utama yaitu 37,7% dan 33,5% (Depkes
RI, 2001). Hasil SKRT pada tahun 2001 menunjukkan bahwa prevalensi tinggi ISPA yaitu
sebesar 39% pada bayi dan 42% pada balita (Depkes RI, 2001). ISPA cenderung terjadi lebih
tinggi pada kelompok dengan pendidikan dan tingkat pengeluaran rumah tangga yang rendah.
Ada banyak faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit ISPA baik secara langsung
maupun tidak langsung. Menurut Sutrisna (1993), faktor risiko yang menyebabkan ISPA pada
balita adalah sosio-ekonomi (pendapatan, perumahan, pendidikan orang tua), status gizi, status
imunisasi tingkat pengetahuan ibu dan faktor lingkungan (kualitas udara). Sedangkan Depkes RI
(2002) menyebutkan bahwa faktor penyebab ISPA pada balita adalah berat badan bayi rendah
(BBLR), status gizi buruk, imunisasi yang tidak lengkap, kepadatan tempat tinggal dan sanitasi
fisik rumah seperti ventilasi, pencahayaan, kelembaban yang tidak sesuai dengan syarat rumah
sehat.
2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


Definisi
Menurut Depkes RI (2004) Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan istilah yang
diadaptasi dari istilah Bahasa Inggris, Acute Respiratory Infections (ARI). Istilah ISPA meliputi
tiga unsur penting yaitu infeksi, saluran pernafasan, dan akut. Dengan pengertian sebagai
berikut: Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan
berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit. Saluran pernafasan adalah organ mulai
dari hidung hingga alveoli beserta organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah
dan pleura. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai 14 hari.
Definisi ISPA menurut Lopez-Alarcon (1997) yaitu suatu penyakit yang ditandai dengan batuk,
pilek paling sedikit dua hari berturut-turut diikuti satu atau lebih gejala-gejala seperti
Erythematous mucusa, tangisan atau suara parau, kesulitan bernafas, dengan atau tanpa demam.
(Wati, 2005)

Klasifikasi
a. Berdasarkan anatomi
1. Infeksi pernapasan akut bagian atas yaitu infeksi akut yang menyerang hidung sampai
epiglotis misalnya Rhinitis akut dan Sinusitis.
2. Infeksi pernapasan akut bagian bawah yaitu infeksi akut yang menyerang bagian bawah
epiglotis sampai alveoli paru.
b. Berdasarkan derajat keparahan
1. Bukan Pneumonia adalah salah satu atau lebih gejala berikut batuk pilek biasa (common
cold) yang tidak menunjukkan gejala peningkatan frekuensi nafas dan tidak menunjukkan
penarikan dinding dada ke dalam.
2. Pneumonia adanya batuk dan atau kesukaran bernafas disertai peningkatan frekuensi
nafas (nafas cepat) sesuai umur. Adanya nafas cepat (Rapid breathing), hal ini ditentukan
dengan alat menghitung frekuensi pernapasan. Batas nafas cepat adalah frekuensi nafas
sebanyak :
3

a) 60 kali per menit atau lebih pada usia kurang 2 bulan.
b) 50 kali per menit atau lebih pada usia 2 bulan sampai kurang
dari 1 tahun.
c). 40 kali per menit atau lebih pada usia 1 sampai 5 tahun.
3. Pneumonia berat adanya nafas cepat, yaitu frekuensi nafas sebanyak 60 kali per menit
atau lebih atau adanya penarikan yang kuat pada dinding dada sebelah bawah ke dalam
(severe chest indrawing). (Depkes RI, 2004)

Penyebab
ISPA disebabkan oleh bakteri atau virus yang masuk ke saluran nafas. Penyebab lain adalah
faktor lingkungan rumah, seperti halnya pencemaran udara dalam rumah, ventilasi rumah dan
kepadatan hunian rumah. Pencemaran udara dalam rumah yang sangat berpengaruh terhadap
kejadian ISPA adalah asap pembakaran yang digunakan untuk memasak. Dalam hal ini misalnya
bahan bakar kayu. Selain itu, asap rokok yang ditimbulkan dari salah satu atau lebih anggota
yang mempunyai kebiasaan merokok juga menimbulkan resiko terhadap terjadinya ISPA
(Depkes RI, 2004).
Menurut Notoatmodjo (2007), ventilasi rumah dibedakan menjadi dua yaitu ventilasi alamiah
dan ventilasi buatan. Ventilasi alamiah yaitu dimana aliran udara di dalam ruangan tersebut
terjadi secara alamiah melalui jendela, pintu, lubang angin, dan lubang-lubang pada dinding.
Ventilasi alamiah tidak menguntungkan, karena juga merupakan jalan masuknya nyamuk dan
serangga lainnya ke dalam rumah. Ventilasi buatan yaitu dengan menggunakan alat-alat khusus
untuk mengalirkan udara misalnya kipas angin dan mesin penghisap udara. Namun alat ini tidak
cocok dengan kondisi rumah di pedesaan.
Ventilasi rumah yang kurang akan lebih memungkinkan timbulnya ISPA pada bayi dan anak
balita karena mereka lebih lama berada di rumah sehingga dosis pencemaran tentunya akan lebih
tinggi. (Hidayat, 2010)

Faktor risiko
Menurut Depkes RI (2004), faktor risiko terjadinya ISPA secara umum yaitu faktor lingkungan,
faktor individu anak, serta faktor perilaku.
4

a. Faktor lingkungan
1. Keberadaan anggota keluarga yang merokok dalam rumah
Rokok bukan hanya masalah perokok aktif tetapi juga perokok pasif. Asap rokok terdiri dari
4.000 bahan kimia, 200 diantaranya merupakan racun antara lain Carbon Monoksida (CO),
Polycyclic Aromatic Hidrocarbons (PAHs) dan lain-lain.
Berdasarkan hasil penelitian Pradono dan Kristanti (2003), secara keseluruhan prevalensi
perokok pasif pada semua umur di Indonesia adalah sebesar 48,9% atau 97.560.002 penduduk.
Prevalensi perokok pasif pada laki-laki 32,67% atau 31.879.188 penduduk dan pada perempuan
67,33% atau 65.680.814 penduduk. Sedangkan perokok aktif pada laki-laki umur 10 tahun ke
atas adalah sebesar 54,5%, pada perempuan 1,2%.
Prevalensi perokok pasif pada balita sebesar 69,5 %, pada kelompok umur 5-9 tahun sebesar
70,6% dan kelompok umur muda 10-14 tahun sebesar 70,5%. Tingginya prevalensi perokok
pasif pada balita dan umur muda disebabkan karena mereka masih tinggal serumah dengan
orangtua ataupun saudaranya yang merokok dalam rumah.

2. Ventilasi
Ventilasi adalah proses penyediaan udara segar ke dalam rumah dan pengeluaran udara kotor
dari ruangan rumah secara alamiah maupun mekanis. Secara alamiah dengan pemasangan
jendela, pintu atau lubang udara. Secara mekanis pertukaran udara menggunakan alat-alat bantu.
Fungsi ventilasi menjaga aliran udara dalam rumah tetap bersih atau segar, keseimbangan
oksigen tetap terjaga, membebaskan udara ruangan dari bakteri terutama bakteri patogen,
menjaga rumah dalam kelembaban yang optimal. Kelembaban udara dan suhu ruangan yang
ideal yaitu 20 - 25C. Berdasarkan Kepmenkes RI no. 829/Menkes/SK/VII/1999, menetapkan
syarat ventilasi rumah sehat yaitu 10 % dari luas lantai (Dahlan, 2001).
3. Kepadatan hunian
Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni didalamnya, artinya luas lantai
banguan tersebut harus disesuaikan dengan jumlah penghuninya. Luas lantai bangunan yang
tidak sebanding dengan jumlah penghuninya akan menyebabkan kepadatan penghuni rumah
(over crowding). Hal ini tidak sehat, karena di samping menyebabkan kurangnya konsumsi
oksigen juga bila salah satu anggota keluarga terkena penyakit infeksi, akan mudah menular
5

kepada anggota keluarga yang lain. Berdasarkan SK Menkes RI No:829/Menkes/VII/1999
mengenai rumah layak huni adalah rumah sehat, jika jumlah anggota keluarga yang menempati
satu kamar tidur maksimal 2 orang dewasa dan 1 balita untuk luas kamar 8m
2
. (Notoatmodjo,
2010)
Berdasarkan penelitian Desra di Kurao Pagang Kecamatan Nanggalo tahun 2007 disimpulkan
bahwa ibu yang mempunyai hunian kamar balita padat berpeluang 3,4 kali terjadinya ISPA pada
balita dibandingkan dengan ibu yang mempunyai hunian kamar balita tidak padat.

b. Faktor individu anak
1. Umur anak
Risiko untuk terkena ISPA pada anak yang lebih muda umurnya lebih besar dibandingkan
dengan anak yang lebih tua umurnya . Dari hasil penelitian Sukamawa pada tahun 2006 pada
balita di wilayah kerja Puskesmas Blahbatuh II, Bali, menunjukkan bahwa umur merupakan
determinan dari kejadian ISPA dengan risiko untuk mendapatkan ISPA pada balita yang berumur
<3 tahun sebesar 2,56 kali lebih besar dari pada balita yang berumur 3 tahun.
2. Berat badan lahir
Anak-anak dengan riwayat berat badan lahir rendah akan meningkatkan resiko kesakitan dan
kematian bayi karena bayi rentan terhadap kondisi-kondisi infeksi. Berat badan lahir rendah
ditetapkan sebagai suatu berat lahir yang kurang dari 2500 gram.
Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) mempunyai resiko kematian yang lebih besar
dibandingkan dengan berat badan lahir normal, terutama pada bulan-bulan pertama kelahiran
karena pembentukan zat anti kekebalan kurang sempurna sehingga lebih mudah terkena penyakit
infeksi, terutama pneumonia dan sakit saluran pernapasan lainnya.

3. Status gizi
Salah satu fungsi zat gizi bagi tubuh adalah untuk pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan
tubuh. Zat gizi diperlukan tubuh untuk membentuk sel-sel baru, memelihara dan mengganti sel
yang rusak. Konsumsi makanan sangat berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi
yang baik terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat gizi yang digunakan secara efisien sehingga
memungkinkan untuk pertumbuhan fisik dan pemeliharaan tubuh. (Almatsier, 2009)
6

Status gizi balita diukur berdasarkan umur, berat badan (BB), dan tinggi badan (TB). Variabel
BB dan TB tersebut disajikan dalam tiga indikator antropometri, yaitu berat badan menurut umur
(BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB).
Angka berat badan dan tinggi badan setiap balita dikonversikan ke dalam bentuk terstandar (Z-
score) dengan menggunakan baku antropometri WHO 2006. (Depkes RI, 2008)
Dalam keadaan gizi yang baik, tubuh mempunyai cukup kemampuan untuk mempertahankan diri
terhadap penyakit infeksi. Jika keadaan gizi menjadi buruk, maka reaksi kekebalan tubuh akan
menurun yang berarti kemampuan tubuh mempertahankan diri terhadap serangan penyakit
menjadi menurun. Gizi anak yang tidak baik mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk
menderita penyakit infeksi. (Almatsier, 2009)

c. Faktor perilaku
Menurut Skinner (1938), perilaku adalah respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus
(rangsangan dari luar). Oleh karena itu perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus
terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespon. Sedangkan perilaku kesehatan
adalah suatu proses seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan
penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman serta lingkungan. (Notoatmodjo,
2010)
Menurut Francisco (1993), pemanfaatan pelayanan kesehatan pada waktu melahirkan serta
imunisasi dapat menurunkan risiko kesakitan akibat ISPA.

Patogenesis
Menurut Baum (1980), saluran pernapasan selalu terpapar dengan dunia luar sehingga untuk
mengatasinya dibutuhkan suatu sistem pertahanan yang efektif dan efisien. Ketahanan saluran
pernapasan terhadap infeksi mauapun partikel dan gas yang ada di udara tergantung pada tiga
unsur alami yang selalu terdapat pada orang sehat, yaitu:
1. Keutuhan epitel mukosa dan gerak mukosilia.
2. Makrofag alveoli.
3. Antibodi setempat.
7

Sudah menjadi suatu kecenderungan bahwa infeksi bakteri mudah terjadi pada saluran napas
yang sel-sel epitel mukosanya rusak, akibat infeksi terdahulu. Selain itu, hal-hal yang dapat
menggangu keutuhan lapisan mukosa dan gerak sila adalah :
1. Asap rokok dan gas SO yang merupakan polutan utama dalam pencemaran udara.
2. Sindrom immotil.
3. Pengobatan dengan O konsentrasi tinggi (25 % atau lebih).
Makrofag banyak terdapat di alveolus dan akan dimobilisasikan ke tempat lain bila terjadi
infeksi. Asap rokok dapat menurunkan kemampuan makrofag membunuh bakteri, sedangkan
alkohol akan menurunkan mobilitas sel-sel ini.
Antibodi setempat yang ada pada saluran pernapasan ialah imunoglobulin A (IgA). Antibodi ini
banyak terdapat di mukosa. Kekurangan antibodi ini akan memudahkan terjadinya infeksi
saluran pernapasan, seperti yang sering terjadi pada anak. Mereka dengan defisiensi IgA akan
mengalami hal yang serupa dengan penderita yang mengalami imunodefisiensi lain, seperti
penderita yang mendapat terapi sitostatik atau radiasi, penderita dengan neoplasma yang ganas
dan lain-lain (immunocompromised host).
Menurut Baum (1980) gambaran klinik radang yang disebabkan oleh infeksi sangat tergantung
pada:
1. Karakteristik inokulum meliputi ukuran aerosol, jumlah dan tingkat virulensi jasad renik
yang masuk.
2. Daya tahan tubuh seseorang tergantung pada utuhnya sel epitel mukosa, gerak mukosilia,
makrofag alveoli dan IgA.
3. Umur mempunyai pengaruh besar. ISPA yang terjadi pada anak dan bayi akan
memberikan gambaran klinis yang lebih buruk bila dibandingkan dengan orang dewasa.
Gambaran klinis yang buruk dan tampak lebih berat tersebut terutama disebabkan oleh infeksi
virus pada bayi dan anak yang belum memperoleh kekebalan alamiah. (Hidayat, 2010)

Gejala klinis
Menurut Djojodibroto (2009) penyakit saluran pernapasan atas dapat memberikan gejala klinik
yang beragam, antara lain:
8

1. Gejala koriza (coryzal syndrome), yaitu pengeluaran cairan (discharge) nasal yang
berlebihan, bersin, obstruksi nasal, mata berair, konjungtivitis ringan. Sakit tenggorokan (sore
throat), rasa kering pada bagian posterior palatum mole dan uvula, sakit kepala, malaise, nyeri
otot, lesu serta rasa kedinginan (chilliness), demam jarang terjadi.
2. Gejala faringeal, yaitu sakit tenggorokan yang ringan sampai berat. Peradangan pada
faring, tonsil dan pembesaran kelenjar adenoid yang dapat menyebabkan obstruksi nasal, batuk
sering terjadi, tetapi gejala koriza jarang. Gejala umum seperti rasa kedinginan, malaise, rasa
sakit di seluruh badan, sakit kepala, demam ringan, dan parau (hoarseness).
3. Gejala faringokonjungtival yang merupakan varian dari gejala faringeal. Gejala faringeal
sering disusul oleh konjungtivitis yang disertai fotofobia dan sering pula disertai rasa sakit pada
bola mata. Kadang-kadang konjungtivitis timbul terlebih dahulu dan hilang setelah seminggu
sampai dua minggu, dan setelah gejala lain hilang, sering terjadi epidemi.
4. Gejala influenza yang dapat merupakan kondisi sakit yang berat. Demam, menggigil,
lesu, sakit kepala, nyeri otot menyeluruh, malaise, anoreksia yang timbul tiba-tiba, batuk, sakit
tenggorokan, dan nyeri retrosternal. Keadaan ini dapat menjadi berat. Dapat terjadi pandemi
yang hebat dan ditumpangi oleh infeksi bakterial.
5. Gejala herpangina yang sering menyerang anak-anak, yaitu sakit beberapa hari yang
disebabkan oleh virus Coxsackie A. Sering menimbulkan vesikel faringeal, oral dan gingival
yang berubah menjadi ulkus.
6. Gejala obstruksi laringotrakeobronkitis akut (cruop), yaitu suatu kondisi serius yang
mengenai anak-anak ditandai dengan batuk, dispnea, dan stridor inspirasi yang disertai sianosis.
(Hidayat, 2010)

Sedangkan tanda dan gejala menurut Departemen Kesehatan RI (2004) adalah :
1. ISPA ringan
Seseorang yang menderita ISPA ringan apabila ditemukan gejala batuk pilek dan sesak.


2. ISPA sedang
9

ISPA sedang apabila timbul gejala sesak napas, suhu tubuh lebih dari 39
0
C dan bila bernapas
mengeluarkan suara seperti mengorok.
3. ISPA berat
Gajala meliputi : kesadaran menurun, nadi cepat atau tidak teraba, nafsu makan menurun, bibir
dan ujung nadi membiru (sianosis) dan gelisah.

Penatalaksaan
Penatalaksanaa ISPA berdasarkan derajat keparahan :
a. Pneumonia berat : dirawat dirumah sakit, diberikan antobiotik parenteral dan oksigen
b. Pneumonia : diberikan antibiotik coxtrimoksasol per oral. Bila penderita tidak
memungkingkan diberi coxtrimoksasol atau dengan pemberian coxtrimoksasol keadaan
penderita menetap, dapat dipakai antibiotik pengganti seperti ampisilin atau amoxicilin.
c. Bukan pneumonia : tanpa pemberian antibiotik. Diberikan perawatan di rumah, untuk
mengatasi batuk dapat diberikan codein, dekstrometrofan, mukolitik dan antihistamin.
Demam diberikan antipiretik seperti parasetamol.

Pencegahan
Sesuai dengan cara terjadinya ISPA, maka cara pencegahan menurut dr. Runizar roesin dan dr.
Indriyono (1985) perlu dilakukan terhadap :
1. Menghindarkan diri dari kuman
a. Hindari berdekatan dengan penderita ISPA, karena kuman penyebab ISPA sangat mudah
menular dari satu orang ke orang lain.
b. Jika seorang ibu menderita ISPA sedangkan ia butuh mengasuh anak atau menyusui
bayinya, ibu tersebut harus menutup hidung dan mulutnya dengan sapu tangan.
2. Meningkatkan daya tahan tubuh
Meningkatkan daya tahan dapat dilakukan dengan jalan berikut ini
a. Mengkonsumsi makanan yang cukup bergizi (cukup protein, kalori, lemak,
vitamin dan mineral). Untuk bayi sedapat mungkin mendapat air susu ibu sampai
usia 2 tahun.
b. Menjaga kebersihan.
10

c. Memberikan kekebalan kepada anak dengan memberikan imunisasi.


3. Memperbaiki lingkungan.
Untuk mencegah ISPA, lingkungan harus diperbaiki khususnya lingkungan perumahan.
Rumah harus berjendela agar aliran dan pertukaran udara cukup baik.
Asap dapur dan asap rokok tidak boleh berkumpul dalam rumah. Orang dewasa tidak
boleh merokok dekat anak atau bayi.
Rumah harus kering tidak boleh lembab.
Sinar matahari pagi harus diusahakan agar dapat masuk ke rumah.
Rumah tidak boleh terlalu padat dengan penghuni.
Kebersihan di dalam dan di luar rumah harus dijaga, rumah harus mempunyai jamban
yang sehat, dan sumber air bersih.
Air buangan dan pembuangan sampah harus diatur dengan baik, agar nyamuk, lalat dan
tikus tidak berkeliaran di dalam dan di sekitar rumah. (Hidayat, 2010)
11

BAB III
KELUARGA BINAAN

3.1 Pengenalan keluarga binaan

Keluarga Tn. Yasman merupakan keluarga yang kami pilih untuk dijadikan keluarga binaan yang
merupakan salah satu aktivitas yang diwajibkan saat menjalani Rotasi II di Puskesmas Padang Pasir.
Keluarga ini kami kenali bermula saat kunjungan Tn. Yasman ke puskesmas. Setelah melakukan
anamnesis dan pemeriksaan fisik kami mendiagnosis pasien dengan diagnosa kerja Infeksi saluran
pernapasan akut. Penyakit ini termasuk penyakit yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan
memerlukan perhatian khusus sehingga kami memilih keluarga ini untuk dijadikan keluarga binaan. Hal
hal yang kami lakukan diantaranya adalah berupa :
Melakukan home visit / kunjungan kerumah.
Melakukan evaluasi permasalahan pada keluarga tersebut secara holistik.
Memberi edukasi pemecahan masalah serta diskusi tentang permasalahan yang dialami
keluarga tersebut.

Berikut merupakan informasi yang kami peroleh mengenai anggota keluarga binaan kami :

Tn. Yasman / Pasien / laki-laki / 43 tahun / Tukang becak.
Ny. Rahmi / Isteri / perempuan / 44 tahun / Ibu rumah tangga.
Arif / Anak / laki-laki / 22 tahun / Pekerja konstruksi.

3.2 Identifikasi permasalahan
Identifikasi permasalahan pada keluarga ini kami telusuri berdasarkan beberapa faktor, secara
garis besar sebagai berikut :
12



3.2.1 Kesehatan individu
Permasalahan utama yang kami temui pada keluarga ini bermula saat kunjungan Tn. Yasman ke
balai pengobatan Puskesmas Padang Pasir pada tanggal 24 April 2014 dengan keluhan batuk kering yang
dialaminya sejak 3 hari yang lalu. Permasalahan kesehatan pada anggota keluarga lainnya kami lakukan
di rumah pasien saat kunjungan rumah untuk pertama kalinya. Berikut merupakan anamnesis dan
pemeriksaan fisik yang kami lakukan pada Tn. Yasman di puskesmas :











13

ANAMNESIS

Nama/Kelamin/Umur/MR : Yasman / Laki Laki / 43 tahun / X.0009
Pekerjaan/Pendidikan : Tukang Becak / tamat SD
Alamat : Jl. Berok II No. 18 B

Keluhan Utama: Batuk kering yang terasa terus menerus sejak 3 hari yang lalu
Riwayat Penyakit Sekarang :
Batuk kering yang mengganggu aktivitas sejak 3 hari yang lalu, batuk tidak
berdarah dan sekali sekali dirasakan mengeluarkan dahak berwarna putih, Pasien
merasakan ada sesuatu yang mengganjal di kerongkongan ketika batuk.
Demam sejak 3 hari yang lalu, demam dirasakan hilang timbul, tidak tinggi, tidak
disertai menggigil, tidak berkeringat dan dirasakan membaik ketika dibawa
istirahat
Hidung tersumbat dirasakan sejak 3 hari yang lalu, pasien merasakan tersumbat
pada salah satu hidungnya secara bergantian, namun berkurang jika pasien
membawa tidur miring ke arah yang berlawanan dengan hidung yang tersumbat,
pasien juga merasakan hidung tersumbat disertai dengan ingus encer berwarna
putih. keluhan ini membuat pasien merasa sulit bernafas
Pegal-pegal di sendi sejak 2 hari yang lalu, pegal dirasakan meningkat terutama
setelah pasien beraktivitas
Nafsu makan dirasakan berkurang sejak 2 hari yang lalu, pasien hanya mampu
menghabiskan setengah piring dibandingkan sebelumnya
Buang air kecil warna dan jumlah biasa
Buang air besar jumlah dan konsistensi biasa

Riwayat Penyakit dahulu / Penyakit Keluarga
Sebelumnya, pada tahun 2005, pasien menderita TBC, minum obat sebanyak 3
macam selama 6 bulan, kemudian dilanjutkan 2 macam obat selama 2 bulan
dengan hasil sputum ( - ) selama 3 x pengambilan setelah pengobatan selesai
14

Istri pasien juga mengalami keluhan yang sama dengan pasien.
Pasien memiliki riwayat bersin-bersin di pagi hari.

Aspek Psikologis di keluarga
Pasien tinggal bersama isteri dan satu orang anak laki-laki. 1 orang anak perempuan
pasien tinggal dengan suaminya di Teluk Bayur.
Hubungan dengan anggota keluarga yang lain baik.
Faktor stress dalam keluarga tidak ada.

Latar Belakang sosial-ekonomi-demografi-lingkungan keluarga
a. Status Perkawinan : Menikah
b. Jumlah Anak : 2 orang
c. Status Ekonomi Keluarga : Berasal dari golongan ekonomi miskin, penghasilan per-
bulan Rp. 1.000.000 bekerja sebagai tukang becak
d. KB : -
e. Kondisi Rumah :
- Rumah semi permanen, 1 kamar tidur, 1 dapur, wc di luar rumah, perkarangan
sempit
- Ventilasi dan sirkulasi udara sedikit, di rumah hanya ada 3 jendela. 2 buah di
ruang tamu jarang dibuka, dibuka hanya pagi saja, siang dan malam ditutup untuk
menghindari nyamuk masuk
- Listrik ada
- Sumber air : air sumur (mandi, cuci, kakus ), air minum dari air sumur yang
dimasak dengan tungku ( kayu bakar )
- Jamban ada 1 buah, di luar rumah. Jarak septitenk dengan sumber air 5 meter
- Sampah dibakar di belakang rumah
Kesan : hygiene dan sanitasi kurang baik
f. Kondisi Lingkungan Keluarga
- Jumlah penghuni 3 orang terdiri dari pasien, istri pasien, 1 orang anak pasien.

15


PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : CMC
Nadi : 80x/ menit
Nafas : 24x/menit
TD : 110/80 mmHg
Suhu : 37,2
0
C
BB : 48 Kg
TB : 158 cm
BMI : 19,27 (normoweight)

Kepala : bentuk bulat, simetris, rambut hitam
Mata : Konjungtiva tidak anemis, Sklera tidak ikterik
Hidung : Nafas cuping hidung ( - )
Mulut : lidah dan mulut basah, sianosis sirkum oral ( - )
Kulit : Turgor kulit baik
Telinga : tidak ada kelainan
Tenggorokan : T1 T1 tidak hiperemis, faring tidak hiperemis
Dada :
Paru :
Inspeksi : simetris kiri = kanan, retraksi dinding dada ( - )
Palpasi : fremitus kiri = kanan
Perkusi : sonor
Auskultasi : suara nafas vesikuler, wheezing (-/-), ronkhi (-/-)

Jantung
16

Inspeksi : iktus tidak terlihat
Palpasi : iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V
Perkusi : dalam batas normal
Auskultasi : bunyi jantung murni, irama teratur, bising (-)

Abdomen
Inspeksi : Perut tidak tampak membuncit
Palpasi : Hati dan lien tidak teraba, Nyeri Tekan ( - )
Perkusi : Timpani
Auskultasi : BU (+) N
Anggota gerak : reflex fisiologis +/+, reflex patologis -/-, Oedem tungkai -/-

Pemeriksaan Anjuran : Tidak ada

Diagnosis Kerja : Infeksi saluran pernapasan akut

Diagnosis Banding : -

Manajemen
a. Preventif
- Hindari faktor pencetus seperti paparan asap rokok, debu dan polusi udara.
- Jangan membakar sampah di halaman belakang.
- Meningkatkan daya tahan tubuh sehingga tidak mudah tertular infeksi dengan
cara makan makan bergizi ( 4 sehat 5 sempurna ), cukup minum air putih, dan
cukup istirahat ( 6-8 jam sehari ).
- Selalu membuka pintu ataupun jendela sehingga terjadi pertukaran udara di dalam
rumah.
- Anjurkan untuk memakai masker bila bekerja di luar rumah.
- Membersihkan rumah dengan disapu/dipel minimal 1x sehari.
- Tidak menumpuk barang di dalam kamar untuk mencegah menumpuknya debu.
17

- Menganjurkan untuk membawa istrinya berobat ke puskesmas

b. Promotif :
- Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakitnya disebabkan oleh peradangan saluran
napas akibat faktor-faktor pencetus seperti debu, asap rokok atau kendaraan, dan
diperberat oleh daya tahan tubuh yang lemah.
- Menerangkan kepada pasien komplikasi penyakit ISPA ini dan pencegahannya.

c. Kuratif :
- Paracetamol 500 mg tablet 3 x 1
- Ambroxol 30 mg tablet 3 x 1
- CTM 4 mg tablet 3 x 1
- Vitamin C tablet 3 x 1

d. Rehabilitatif :
- Kontrol kembali ke puskesmas dalam 2 minggu jika keluhan masih ada.
Prognosis
Quo ad sanam : dubia ad bonam
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionum : dubia ad bonam











18

Kesehatan individu pada anggota keluarga yang lain kami lakukan dengan anamnesis ringkas
pada saat melakukan kunjungan rumah / home visit pertama pada tanggal 26 April 2014. Berikut status
kesehatan individu yang kami temukan pada keluarga ini :
Tn. Yasman / Pasien / 43 tahun
Status gizi : Normoweight, Tidak merokok, Aktivitas fisik cukup, jarang olahraga, sering
minum kopi
Ny. Rahmi / Isteri / 44 tahun
Status gizi : Underweight, tidak merokok, Aktivitas fisik kurang, tidak minum kopi.
Arif / Anak / 22 tahun
Status gizi : Normoweight, Perokok, Aktivitas fisik cukup, jarang olahraga, sering minum
kopi

3.2.2 Kesehatan rumah dan lingkungan
Berikut adalah beberapa permasalahan pokok yang kami temukan pada keluarga ini yang
berkaitan dengan kesehatan lingkungan :
Halaman rumah sempit dan kurang bersih.
Kondisi rumah : Rumah terdiri dari 1 kamar tidur, satu ruang tamu yang berhubungan
dengan dapur. Ventilasi udara kurang, pencahayaan dalam rumah kurang, banyak
terdapat barang menumpuk di kamar. Jarak diantara dapur dan jamban cukup jauh.
Kebersihan jamban dan kamar mandi cukup bersih. Sampah dibakar, listrik ada, dan
sumber air dari air sumur.
Terdapat tumpukan sampah dan tanaman-tanaman liar di belakang rumah.
Pasien tidak tidur di kamar. Tempat tidur pasien berada di dekat dapur dan tidak ada
pembatas.

3.2.3 Kebiasaan hidup sehat
Berikut adalah beberapa permasalahan pokok yang kami temukan pada keluarga ini berkaitan
dengan kebiasaan hidup sehat :
Kebiasaan makan makanan kurang bergizi, kurang mengonsumsi sayuran dan buah
buahan.
Kebiasaan merokok 1 bungkus sehari pada anak laki-laki pasien.
Kebiasaan minum kopi 2 gelas per hari pada pasien dan anaknya.
19


3.2.4 Permasalahan sosial dan ekonomi
Status sosial dan ekonomi pada keluarga ini termasuk pada ekonomi rendah dengan penghasilan
anak laki-laki pasien sebagai pekerja konstruksi sebanyak Rp.1.000.000/bulan dan pasien sebagai tukang
becak sebanyak Rp.500.000-1.000.000/bulan.

3.2.5 Permasalahan psikologi
Tidak ditemukan permasalahan psikologis ataupun kejiwaan pada keluarga pasien ini.
3.3 Pemecahan Masalah
Setelah mengetahui pasti permasalahan yang ada pada keluarga ini kami lakukan diskusi tentang
cara pemecahan masalah yang dihadapi oleh keluarga ini dengan bantuan serta pandangan oleh preseptor,
petugas kesehatan Puskesmas Padang Pasir dan berdasarkan beberapa tinjauan kepustakaan. Berikut
adalah solusi pemecahan masalah yang kami dapatkan dan kami sampaikan kepada keluarga binaan pada
saat home visit / kunjungan rumah berikutnnya :

3.3.1 Kesehatan individu
Pasien diedukasi tentang penyakitnya yang dipengaruhi faktor seperti asap, debu, dan
polusi serta pencegahannya dengan menghindari faktor tersebut ( misalnya dengan
memakai masker )
Pasien dan keluarga dianjurkan untuk cukup beristirahat (6-8jam).
Memberikan edukasi tentang gizi yang baik dan seimbang, banyak makan sayur dan
buah, dan agar tidak bekerja terlalu berat guna mencegah penurunan daya tahan tubuh.
Istri pasien memiliki keluhan utama yang sama dengan pasien sehingga dianjurkan untuk
berobat ke puskesmas besoknya.
Anak laki-laki pasien memiliki kebiasaan merokok sehingga diedukasi kepada pasien
dan anaknya ini merupakan kebiasaan ini dapat memperburuk penyakit keluarganya di
rumah. Anak pasien dianjurkan tidak merokok di dalam rumah dan dijelaskan mengenai
kerugian dan bahaya kesehatan bagi perokok.
Pasien dan anaknya mempunyai kebiasaan mengkonsumsi kopi sebanyak 2 gelas per hari.
Memberikan edukasi kepada pasien tentang efek kopi terhadap peningkatan tekanan
darah dan beresiko menimbulkan sakit kepala dan menyebabkan gangguan tidur.

20

3.3.2 Kesehatan rumah dan lingkungan
Berikut adalah pemecahan masalah pada keluarga ini yang berkaitan dengan kesehatan
lingkungan :

Ventilasi dan sirkulasi udara diperbaiki dengan membuka pintu dan jendela saat sedang dirumah
agar terjadi sirkulasi udara.
Mencegah debu menumpuk dengan tidak menumpuk barang di dalam kamar dan membersihkan
rumah dengan disapu/dipel minimal 1x sehari.
Tidak membakar sampah di belakang rumah, sampah sebaiknya diikat dan dibuang di TPA.
Keluarga dianjurkan untuk tidur di kamar dan tidak tidur di dekat dapur.

3.3.3 Kebiasaan hidup sehat
Berikut adalah beberapa pemecahan masalah pada keluarga ini berkaitan dengan kebiasaan hidup sehat :
Anak laki-laki pasien memiliki kebiasaan merokok. Dianjurkan untuk meninggalkan kebiasaan
merokok tersebut secara bertahap dengan cara mengurangi kebiasaannya merokok ini sedikit
demi sedikit sampai menghentikannya. Kebiasaan ini tidak hanya merugikan kepada dirinya
tetapi juga dapat merugikan diri orang lain yang berada di sekitar pasien. Kebiasaan ini juga
memberi pengaruh terhadap penyembuhan penyakit pasien.
Kebiasaan kurang mengkonsumsi sayur dan buah pada seluruh anggota keluarga dapat
menurunkan daya tahan tubuh. Oleh sebab itu dianjurkan kepada keluarga pasien untuk
mengkonsumsi makanan yang bergizi seimbang, cukup minum air putih, meningkatkan makanan
seperti sayur-sayuran dan buah-buahan.
Kebiasaan pasien dan anaknya mengkonsumsi kopi 2 gelas per hari haruslah dikurangi untuk
mencegah resiko sakit kepala dan gangguan tidur.

Follow up tanggal 3 Mei 2014
S/
Demam (-)
Batuk (+) kadang-kadang
Pilek (+)
Hidung tersumbat (-)
21

Pegal-pegal (-)
Nafsu makan membaik, istirahat sudah cukup
Istri pasien sudah dibawa ke puskesmas 3 hari yang lalu dan sedang dalam pengobatan
Rumah sudah dibersihkan meskipun kamar masih bertumpuk barang, keluarga pasien masih tidur
diluar kamar
Halaman belakang masih ada tumpukan sampah, sampah kadang-kadang masih dibakar karena
pasien mengaku kerepotan membawa ke TPS
Jendela sudah dibuka dan sudah ada sirkulasi udara
Pencahayaan dalam rumah sudah lebih terang
Anak pasien masih merokok
Pasien dan anaknya sudah mengurangi minum kopi

O/ Tidak ada kelainan
A/ ISPA dalam perbaikan
P/
- Menganjurkan istri pasien untuk berobat sesuai anjuran dokter
- Menganjurkan pasien untuk tetap menjaga kebersihan rumah dan lingkungan dan membawa
sampahnya ke TPS karena sampah yang dibakar bisa jadi faktor resiko untuk penyakitnya
- Barang yang bertumpuk di dalam kamar dianjurkan untuk dirapikan secara rutin agar tidak
bertumpuk debu
- Menganjurkan pasien dan keluarga untuk tetap menjaga daya tahan tubuh
- Menganjurkan anak pasien untuk berhenti merokok atau setidaknya tidak merokok dalam rumah


Follow up tanggal 9 Mei 2014
S/
Demam (-)
Batuk (-)
Pilek (+)
Hidung tersumbat (-)
22

Pegal-pegal (-)
Nafsu makan baik dan istirahatnya sudah cukup
Keluhan istri pasien dirasakan sudah berkurang
Rumah sudah dibersihkan rutin 1x sehari, barang masih bertumpuk di kamar namun sudah
dibongkar dan dibersihkan 4 hari yang lalu.
Halaman belakang dan tempat memasak diluar sudah dibersihkan
Anak pasien sudah tidak merokok di rumah

O/ Tidak ada kelainan
A/ ISPA dalam perbaikan
P/
- Menganjurkan pasien dan keluarga untuk menjaga kebersihan rumah dan lingkungan
- Menganjurkan pasien dan keluarga untuk tetap menjaga daya tahan tubuh
- Menganjurkan anak pasien untuk perlahan-lahan mengurangi kebiasaan merokoknya



Follow up tanggal 17 Mei 2014
S/
Demam (-)
Batuk (-)
Pilek (-)
Hidung tersumbat (-)
Pegal-pegal (-)
Nafsu makan membaik, BB dirasakan meningkat
Keluhan pada istri pasien dirasakan sudah tidak ada
Anak pasien sudah tidak merokok di dalam rumah
Barang yang ditumpuk dalam kamar saat ini rutin dibongkar dan dibersihkan tiap minggu


23

O/ Tidak ada kelainan
A/ ISPA dalam perbaikan
P/
- Menganjurkan pasien untuk menjaga kebersihan rumah dan lingkungan
- Menganjurkan pasien untuk menjaga daya tahan tubuh
- Menganjurkan anak pasien untuk perlahan-lahan mengurangi kebiasaan merokoknya


24

BAB III
ANALISIS MASALAH
A. Menetapkan masalah kesehatan dalam keluarga
- Kurangnya pengetahuan pasien dan keluarga tentang penyakit ISPA.
- Kebersihan rumah dan lingkungan kurang.
- Istri pasien memiliki keluhan yang sama dengan pasien.
- Pasien dan keluarga kurang mengonsumsi sayur dan buah-buahan.
- Pasien dan anaknya mempunyai kebiasaan minum kopi 2 gelas per hari
- Anak pasien punya kebiasaan merokok.

B. Rekomendasi solusi sesuai dengan masalah kesehatan keluarga melalui pendekatan
komprehensif dan holistik

a. Preventif :
- Hindari faktor pencetus seperti paparan asap rokok, debu dan polusi udara.
- Jangan membakar sampah di halaman belakang.
- Meningkatkan daya tahan tubuh sehingga tidak mudah tertular infeksi dengan
cara makan makan bergizi ( 4 sehat 5 sempurna ), cukup minum air putih, dan
cukup istirahat ( 6-8 jam sehari )
- Selalu membuka pintu ataupun jendela sehingga terjadi pertukaran udara di dalam
rumah.
- Anjurkan untuk memakai masker bila bekerja di luar rumah.
- Membersihkan rumah dengan disapu/dipel minimal 1x sehari.
- Tidak menumpuk barang di dalam kamar untuk mencegah menumpuknya debu.
- Menganjurkan untuk membawa istrinya berobat ke puskesmas

b. Promotif :
25

- Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakitnya disebabkan oleh peradangan saluran
napas akibat faktor-faktor pencetus seperti debu, asap rokok atau kendaraan, dan
diperberat oleh daya tahan tubuh yang lemah.
- Menerangkan kepada pasien komplikasi penyakit ISPA ini dan pencegahannya.

c. Kuratif :
- Paracetamol 500 mg tablet 3 x 1
- Ambroxol 30 mg tablet 3 x 1
- CTM 4 mg tablet 3 x 1
- Vitamin C tablet 3 x 1

d. Rehabilitatif :
- Kontrol kembali ke puskesmas dalam 2 minggu jika keluhan masih ada.












26

LAMPIRAN :


Jendela sudah dibuka
dan pencahayaan dalam
rumah sudah lebih baik
27



Karpet yang berdebu sudah diganti dengan tikar dan kasur dijemur tiap hari


28


Baju dijemur diluar rumah

Kunjungan ke rumah pasien tanggal 17 Mei 2014

Anda mungkin juga menyukai