A. Pendahuluan
Salah satu upaya pencegahan dan pengendalian infeksi adalah sanitasi makanan yang
menitik beratkan pada kegiatan dan tindakan yang perlu membebaskan makanan dan
minuman dari segala bahaya yang dapat mengganggu atau Merusak kesehatan mulai dari
makanan produksi, selama proses pengolahan, penyiapan, pengangkutan, penjualan
sampai makanan tersebut siap dikonsumsi.
B. Latar Belakang
Jika tidak dikendalikan dan dicegah dengan sungguh-sungguh, infeksi bisa
mengakibatkan kesakitan dan kematian. Orang-orang yang berada di lingkungan rumah
sakit seperti pasien, petugas kesehatan, penunggu / pengunjung juga sangat berisiko
terinfeksi. Penderita yang sedang dalam proses asuhan perawatan di rumah sakit, baik
dengan penyakit dasar tunggal maupun penderita dengan penyakit dasar lebih dari satu,
secara umum keadaan umumnya tidak/kurang baik, sehingga daya tahan tubuh
menurun. Hal ini akan mempermudah terjadinya infeksi silang karena kuman-kuman,
virus dan sebagainya akan masuk ke dalam tubuh penderita yang sedang dalam proses
asuhan keperawatan dengan mudah. Infeksi yang terjadi pada setiap penderita yang
sedang dalam proses asuhan keperawatan ini disebut infeksi nosokomial. Resiko infeksi
di rumah sakit atau yang biasa dikenal dengan infeksi nosokomial merupakan masalah
penting di seluruh dunia. Infeksi ini terus meningkat dari 1% di beberapa Negara Eropa
dan Amerika, sampai lebih dari 40% di Asia, Amerika Latin dan Afrika. Penyakit infeksi
masih merupakan penyebab utama tingginya angka kesakitan dan kematian di dunia.
Salah satu jenis infeksi adalah infeksi nosokomial. Infeksi ini menyebabkan 1,4 juta
kematian setiap hari di seluruh dunia. Saat ini infeksi nosokomial lebih dikenal sebagai
Health-care Associated Infections (HAIs).
Untuk itu Rumah Sakit perlu menyusun program pencegahan dan pengendalian infeksi .
Pelaksanaan program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI), sendiri merupakan
salah satu bentuk dari program patient safety (keselamatan pasien).
Pelaksanaan peningkatan program PPI saat ini memiliki tantangan di masa mendatang.
Jumlah rumah sakit dan fasilitas yankes sangat banyak dan terus bertambah, serta
keterbatasan sumber daya manusia yang terampil di bidang HAIs. Untuk itu, perlu
pelatihanpelatihan agar didapat tenaga kesehatan yang profesional dan terampil.
Tujuan dari Program PPI adalah untuk meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit dan
fasilitas kesehatan lainnya melalui pencegahan dan pengendalian infeksi; Melindungi
sumber daya manusia kesehatan dan masyarakat dari penyakit infeksi yang berbahaya;
serta menurunkan angka kejadian Infeksi Nosokomial. Ruang lingkup dari program PPI
meliputi Pencegahan Infeksi, Pendidikan dan Pelatihan, Surveilans, dan Penggunaan
Obat Antibiotik secara Rasional.
Dalam Kepmenkes no. 129 tahun 2008 ditetapkan suatu standar minimal pelayanan
rumah sakit, termasuk didalamnya pelaporan kasus infeksi nosokomial untuk melihat
sejauh mana rumah sakit melakukan pengendalian terhadap infeksi ini. Data infeksi
nosokomial dari surveilans infeksi nosokomial di setiap rumah sakit dapat digunakan
sebagai acuan pencegahan infeksi guna meningkatkan pelayanan medis bagi pasien
(Kepmenkes, 2008).
Tim PPI dulu diawali dengan nama panitia infeksi nosokomial dengan keanggotaan
dokter, perawat, bagian CSSD, Sanitasi & limbah dan bagian Linen. Sasaran / target inos
saat itu meliputi pasien, petugas dan lingkungan RS. Pasien dibedakan menjadi pasien
infeksius dan non infeksius. Petugas menganggap sumber infeksi dari pasien. Tahun
2007 panitia infeksi nosokomial berubah nama menjadi Tim Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi (Tim PPI), dengan sasaran target lebih luas meliputi pasien,
petugas, lingkungan RS & di sekitar RS, pengunjung RS, praktikan / Mahasiswa dan
masyarakat di sekitar RS. Kebijakan Tim PPI tidak mengkategorikan pasien infeksius dan
non infeksius, tetapi semua pasien dianggap infeksius, sehingga saat menangani/
melakukan tindakan prosedur ke semua pasien, petugas diharuskan memakai APD ( Alat
Pelindung Diri).
Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (KPPI) bertugas membuat dan
mengevaluasi kebijakan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI), melaksanakan
sosialisasi kebijakan PPIRS, membuat SPO, menyusun serta mengevaluasi pelaksanaan
program & pelatihan PPI, bekerjasama dengan Tim PPI dalam melakukan investigasi
masalah atau Kejadian Luar Biasa (KLB) Infeksi Nosokomial, memberikan usulan untuk
mengembangkan dan meningkatkan cara Pencegahan dan Pengendalian Infeksi,
memberikan usulan kepada Direktur untuk pemakaian antibiotika yang rasional di RS
berdasarkan hasil pantauan kuman dan resistensinya terhadap antibiotika serta
menyebar luaskan data resistensi antibiotika, memberikan masukan yang menyangkut
Konstuksi Bangunan, Pengadaan Alat, Bahan Kesehatan, Renovasi Ruangan, cara
pemprosesan alat, penyimpanan alat dan linin sesuai dengan prinsip PPI.
Infection Prevention Control Officer (IPCO)
bertugas dalam berkontribusi dalam
diagnosis dan terapi infeksi yang benar,
menyusun pedoman penulisan resep
antibiotika dan surveilenss,
mengindentifikasi, melaporkan kuman
patogen dan pola resistensi antibiotika,
bekerjasama dengan Perawat PPI
memonitor kegiatan Surveilenss Infeksi dan
mendeteksi serta menyelidiki KLB,
membimbing dan mengajarkan praktek
serta prosedur PPI yang berhubungan
dengan prosedur terapi, memonitor cara
kerja tenaga Kesehatan dalam merawat Pasien dan membantu semua Petugas
Kesehatan untuk memahami PPI.
Infection Prevention Control Nurse (IPCN) mempunyai tugas dan wewenang untuk
mengunjungi ruangan setiap hari untuk memonitor kejadian infeksi yang terjadi di RS,
memonitor pelaksanaan PPI, penerapan SOP dan kewaspadaan isolasi, melaksanakan
Surveilenss Infeksi dan melaporkan kepada KPPI, bersama KPPI melakukan Pelatihan
Petugas Kesehatan tentang PPI di Rumah Sakit, melakukan Investigasi terhadap KLB dan
bersama-sama KPPI memperbaiki kesalahan yang terjadi, memonitor kesehatan
petugas untuk mencegah penularan infeksi dari petugas kesehatan kepada pasien atau
sebaliknya. menganjurkan prosedur isolasi dan memberi konsultasi tentang PPI yang
diperlukan pada kasus yang terjadi di RS, audit PPI terhadap Limbah, Loundry, Gizi dan
lain-lain dengan menggunakan daftar titik, monitor pengendalian penggunaan
antibiotika yang rasional, mendesain, melaksanakan, memonitor dan mengevaluasi
surveilenss infeksi yang terjadi di Rumah Sakit, membuat laporan Surveilenss dan
melaporkan ke KPPI, memberikan motivasi dan teguran tentang pelaksanaan kepatuhan
PPI, meningkatkan kesadaran Pasien dan pengunjung Runah Sakit tentang PPIRS,
memprakarsai penyuluhan bagi petugas kesehatan, Pengunjung dan keluarga tentang
topik infeksi yang sedang berkembang di masyarakat (infeksi dengan insiden tinggi).
Infection Prevention Control Link Nurse (IPCLN) bertugas mengisi dan mengumpulkan
formulir Surveilenss setiap pasien di Unit Rawat Inap masing-masing, kemudian
menyerahkannya kepada Infection Prevention Control Nurse (IPCN), memberikan
motivasi dan teguran tentang pelaksanaan kepatuhan PPI pada setiap personil Ruangan
di Unit Rawat masing-masing, memberitahukan kepada IPCN apabila ada kecurigaan
adanya Infeksi Nosokomial pada Pasien, berkoordinasi IPCN saat terjadi infeksi potensial
KLB, memberikan penyuluhan bagi pengunjung di Ruang Rawat masing-masing,
konsultasi prosedur yang harus dijalankan bila belum paham, memonitor kepatuhan
Petugas Kesehatan yang lain dalam menjalankan Standart Isolasi.
Kegiatan yang telah dilaksanakan PPI RS Panti NugrohoYogyakarta meliputi gerakan cuci
tangan ke seluruh pengunjung rumah sakit (indoor). Selain itu tim PPI mengadakan
pelatihan in house untuk petugas medis, non medis dan cleaning service secara
berkelanjutan. Kegiatan surveilen rutin dilakukan setiap hari di semua ruangan
keperawatan pada semua pasien rawat inap. Surveilen ini dilakukan oleh IPCN dan
IPCLN / supervisor di ruangan. Hasil surveilen mendapatkan data angka infeksi selama
triwulan kemudian untuk selanjutnya dilaporkan ke direktur utama dan unit yang
bersangkutan. Rumah sakit dikatakan mutu pelayanannya bagus bila angka infeksinya
sedikit.
C. TUJUAN
Tujuan Umun adalah terlaksananya program pengendalian dan pencegahan infeksi di
unit PGPM Tujuan Khusus adalah
Menurunnya kejadian resiko penularan penyakit atau gangguan kesehatan melalui
makanan.
Terwujudnya perilaku kerja yang sehat dan benar dalam penanganan makanan.
Tersedianya makanan yang berkuwalitas yang baik dan aman bagi kesehatan
konsumen
D. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN
Sebelum bekerja dan masuk area dapur produksi harus sudah menggunakan alat
pelindung kerja selama di dapur produksi seperti celemek,kerpus (topi) ,masker,dan
sandal
Melakukan pemeriksaan kuku tangan setiap mulai bekerja.
Monitoring menjamah makanan yang sudah masak menggunakan tangan langsung
tanpa menggunakan sarung tangan.
Monitoring kepatuhan mencuci tangan sebelum masuk ke dapur produksi,sebelum
menjamah makanan,setelah memegang bahan makanan mentah,setelah dari
kamar mandi.
E. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN
Membuat form penilaian pribadi
F. SASARAN
Semua karyawan di unit
G. SKEDUL(JADWAL) PELAKSANAAN KEGIATAN
Sebelum kita melakukan kegiatan pengolahan makanan pendistribusian makanan.
H. EVALUASI DI LAKSANAKAN
Setiap bulan sekali
I. PENCATATAN,PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN
Setiap bulan