Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Etika dan integritas merupakan suatu keinginan yang murni dalam


membantu orang lain. Kejujuran yang ekstrim, kemampuan untuk mengenalisis
batas-batas kompetisi seseorang, kemampuan untuk mengakui kesalahan dan
belajar dari kegagalan. Kompetisi inilah yang harus memanas belakangan ini.
Kata itu mengisyaratkan sebuah konsep bahwa mereka yang berhasil adalah yang
mahir menghancurkan musuh-musuhnya. Banyak yang mengatakan kompetisi
lambang ketamakan. Padahal, perdagangan dunia yang lebih bebas dimasa
mendatang justru mempromosikan kompetisi yang juga lebih bebas. Lewat ilmu
kompetisi kita dapat merenungkan, membayangkan eksportir kita yang ditantang
untuk terjun ke arena baru yaitu pasar bebas dimasa mendatang. Kemampuan
berkompetisi seharusnya sama sekali tidak ditentukan oleh ukuran besar kecilnya
sebuah perusahaan. Inilah yang sering dikonsepkan berbeda oleh penguasa kita.

Jika kita ingin mencapai target ditahun 2009, sudah saatnya dunia bisnis
kita mampu menciptakan kegiatan bisnis yang bermoral dan beretika, yang
terlihat perjalanan yang seiring dan saling membutuhkan antara golongan
menengah kebawah dan pengusaha golongan atas.

Dalam menciptakan etika bisnis, ada beberapa hal yang perlu


diperhatikan antara lain yaitu pengendalian diri, pengembangan tanggung jawab
sosial, mempertahankan jati diri, menciptakan persaingan yang sehat, menerapkan
konsep pembangunan tanggung jawab sosial, mempertahankan jati diri,
menciptakan persaingan yang sehat, menerapkan konsep pembangunan yang
berkelanjutan, menghindari sikap 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi,
Kolusi, dan Komisi) mampu mengatakan yang benar itu benar, dll. Dengan
adanya moral dan etika dalam dunia bisnis, serta kesadaran semua pihak untuk
melaksanakannya, kita yakin jurang itu dapat dikurangi, serta kita optimis salah
satu kendala dalam menghadapi era globalisasi pada tahun 2009 dapat diatasi.

Apabila moral merupakan sesuatu yang mendorong orang untuk


melakukan kebaikan etika bertindak sebagai rambu-rambu (sign) yang merupakan
kesepakatan secara rela dari semua anggota suatu kelompok. Dunia bisnis yang
bermoral akan mampu mengembangkan etika (patokan/rambu-rambu) yang

1
menjamin kegiatan bisnis yang seimbang, selaras, dan serasi.
Etika sebagai rambu-rambu dalam suatu kelompok masyarakat akan dapat
membimbing dan mengingatkan anggotanya kepada suatu tindakan yang terpuji
(good conduct) yang harus selalu dipatuhi dan dilaksanakan.

Pada perkembangan dunia bisnis di Samarinda juga masih banyak


pelaku bisnis yang kurang menyadari etika dalam berbisnis dalam kegiatan
usahanya padahal sudah ada prosedurnya untuk membangun bisnis dengan etika
dan bermoral. Rendahnya perilaku etis pada pelaku bisnis di Samarinda juga
merupakan suatu masalah yang dapat merugikan masyarakat, konsumen pada
khususnya hal ini yang menjadi tanda Tanya besar bagi masyarakat Samarinda
mengapa masi banyak penyimpangan-penyimpangan dalam menjalankan bisnis.
Berdasarkan penjelasan diatas maka dalam hal ini, penulis mencoba membuat
makalah yang bertema “Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya perilaku
etis pada pelaku usaha di Samarinda”.

2. Rumusan masalah

Apa faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya perilaku etis pada pelaku


usaha di Samarinda ?

3. Tujuan penelitian dan manfaat penelitian

Untuk mengetahui apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi


rendahnya prilaku pada pelaku usaha di samarinda. Dan manfaat penulisan
makalah ini adalah mengetahui betapa pentingnya etika dalam berbisnis tersebut.

BAB II

2
PEMBAHASAN
1. Konsep teori

Etika adalah ajaran atau ilmu tentang adat kebiasaan yang berkenaan
dengan kebiasaan baik dan buruk, dan tentang hak dan kewajiban moral
yang diterima umum mengenai sifat, perbuatan serta akhlak juga nilai
mengenai benar dan salah yang dianut oleh suatu golongan atau
masyarakat.

Moralitas adalah suatu system nilai tentang bagaimana seseorang harus


berperilaku sebagai manusia, dan system ini terkandung dalam ajaran-
ajaran yang member manusia aturan dan petunjuk konkrit tentang
bagaimana harus hidup, bagaimana harus bertindak dalam hidup ini
sebagai manusia yang baik dan bagaimana menghindari perilaku-perilaku
yang tidak baik.

Bisnis adalah kagiatan manusia dalam mengorganisasikan sumber daya


untuk menghasilkan dan mendistribusikan barang dan jasa guna memenuhi
kebutuhan dan keinginan masyarakat serta kegiatan ini mendatangkan
keutungan dan terdapat persaingan didalamnya dengan norma-norma yang
berada dalam masyarakat.

Etika Bisnis merupakan salah bagian dari prinsip etika yang diterapkan
dalam dunia bisnis, mengandung pengertian sebuah rentang aplikasi etika
yang khusus mempelajari tindakan yang diambil oleh bisnis dan pelaku
bisnis.

Kecurangan atau fraud adalah Kesengajaan atas salah pernyataan terhadap


suatu kebenaran atau keadaan yang disembunyikan dari sebuah fakta
material yang dapat mempengaruhi orang lain untuk melakukan perbuatan
atau tindakan yang merugikannya, biasanya merupakan kesalahan namun
dalam beberapa kasus (khususnya dilakukan secara disengaja)
memungkinkan merupakan suatu kejahatan.

2. Pembahasan

3
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi rendahnya prilaku bisnis pada
pelaku bisnis di Samarinda adalah:

a. Egois pada pelaku bisnis.


Dimana egois pelaku bisnis yang ingin memiliki semua hak dari setiap
orang atau para pesaingnya. Untuk mendapatkan keuntungan yang
berlimpah dengan cara apapun pelaku bisnis bisa menjatuhkan para
pesaingnya dengan cara penipuan pun bisa dilakukan. Walaupun
sebenarnya berbisnis yang tidak beretika terkadang hanya mendapatkan
keuntungan jangka pendek saja, dibandingkan bisnis yang beretika.
Namun keuntungan jangka pendek terkadang dipilih oleh beberapa pelaku
bisnis di samarinda yang mengabaikan etika dalam berbisnis yang benar.

b. Persaingan.

Banyaknya pelaku bisnis yang menggeluti suatu usaha dengan


memproduksi suatu barang dan jasa yang memiliki banyak pesaing di
kalangan bisnis di Samarinda menyebabkan terkadang para pelaku bisnis
menggunakan cara berbisnis yang tidak mengikuti etika bisnis yang ada,
sehingga sering terdapat kecurangan baik didalam pemasaran produk itu
sendiri maupun didalam produk atau jasa yang ditawarkannya.

c. Pribadi Pelaku Bisnis

Kepribadian dari para pelaku bisnis itu sendiri merupakan titik awal dalam
menentukan apakah suatu bisnis yang di gelutinya akan menjadi bisnis
yang beretika ataukah sebaliknya menjadi bisnis kotor yang tidak beretika,
serta lemahnya diri manusia dalam mempertahankan nilai-nilai moral yang
ada didalam jiwanya. Mentalitas dari manusia yang ingin selalu
menempuh jalan pintas, sehingga merugikan masyarakat dan keinginan
manusia yang selalu ingin menimbun harta kekayaan tanpa mementingkan
kesempatan orang lain merupakan faktor penting penyebab etika bisnis
dilanggar oleh para pelaku bisnis di Samarinda. Dengan ini bisa disebut
bahwa penyimpangan tersebut bisa berasal dari diri pelaku bisnis itu
tersebut.

4
d. Adanya kesempatan.

Dengan adanya kesempatan atau celah-celah untuk berbuat curang maka


pelaku bisnis tidak akan menyia-nyiakan kesempatan tersebut karena
setiap manusia memiliki nafsu untuk memiliki semua yang ia ingin kan.

e. Munculnya sifat-sifat tidak benar seperti kecurangan, penipuan dan kkn.

Sifat-sifat ini adalah sifat yg sangat merugikan dipihak konsumen,


masyarakat sekitar, dan bisa saja merugikan negara.

3. Fakta-fakta

Pengusaha Tertipu Rp609 Juta


Sewakan Alat Berat, Diberi Cek, Mau Dicairkan, Eh, Sudah Terblokir
, 26/12/2005 Samarinda-Para pengusaha, tampaknya harus semakin hati-hati
menjalin kerjasama dengan pihak lain. Jangan sampai bernasib seperti Muhaimin
(34), pengusaha penyewaan alat berat di Jl AW Sjahranie, Samarinda, yang
mengaku tertipu Rp609 juta.
Ceritanya, pada Maret 2005 lalu, Muhaimin kedatangan seorang pengusaha, yang
disebutnya, bernama Anwar Subagyo. Kedatangan Anwar ke kantor CV Graha
Benua Etam (GBE) yang dipimpin Muhaimin tersebut bertujuan untuk menjalin
kerjasama antarperusahan. Karena pada saat itu, perusahaan yang dipimpin Anwar
sedang membutuhkan alat berat untuk kelancaran operasional.

Karena perusahaan yang dipimpin Muhaimin bergerak di bidang jasa penyewaan


alat berat, maka selaku Direktur CV GBE, Muhaimin pun menyanggupi
permohonan yang diajukan Anwar, dengan kesepakatan pembayaran akan
dilakukan setelah alat tersebut dikirim ke lokasi perusahaan Anwar di Kota
Bangun, Kukar.

"Alat yang kami sewakan pada saat itu sesuai permintaan Anwar, yakni,
ekscavator, dozer, loader, dan dum truk," tutur Trisnawati, karyawan CV GBE
yang melaporkan ke Poltabes Samarinda, Sabtu (24/12) lalu sekitar pukul 11.00
Wita.

Permasalahan baru muncul sebulan kemudian, ketika alat berat yang dimaksud
sudah dikirim ke perusahaan Anwar. "Sebulan setelah alat berat kami digunakan,
Anwar menyerahkan 4 lembar cek Bank Danamon. Hanya saja, saat perusahaan
kami berniat mencairkan dana tersebut sebagai pembayaran sewa alat berat milik
kami, ternyata nomor rekening tersebut sudah diblokir," ungkap Trisnawati.

Akibat penipuan berkedok kerjasama tersebut, CV GBE mengalami kerugian


senilai Rp609 juta. Pihak GBE pun melaporkan kejadian tersebut ke Poltabes

5
Samarinda dengan melampirkan 4 lembar cek Danamon yang diberikan Anwar ke
perusahaannya sebagai barang bukti.

Sementara itu, Kapoltabes Samarinda Kombes Pol Drs Maruli Wagner Damanik
melalui Kasat Reskrim Kompol Toni Harsono SIK MSi membenarkan bahwa
pihaknya telah menerima laporan dari CV GBE atas penipuan yang dilakukan
rekan kerjanya. Pihaknya kini tengah meminta keterangan dan beberapa bukti
yang menguatkan indikasi penipuan yang dilakukan Anwar.

"Keterangan awal sudah kami terima. Hanya saja kami akan meminta keterangan
lanjutan untuk memperdalam dugaan penipuan yang dilakukan Anwar. Penyidik
kami pun telah kami turunkan untuk mencari keberadaan Anwar untuk dimintai
keterangannya seputar kasus tersebut," ungkap Toni.
Dari artikel diatas ini meyimpulkan bahwa sampe sekarang masi banyak
penyimpangan etika-etika dalam berbisnis dan modus yang sering di pakai di kota
Samarinda ini adalah penipuan.

6
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan

Kesimpulan dari penulisan makalah ini adalah bahwa di kota samarinda ini
masih banyak pelaku bisnis yang berbuat curang, dan tingkat penilaian etika yang
di terapkan di kota Samarinda ini sangatlah rendah. Dan faktor-faktor yang
mempengaruhi etika dalam berbisnis adalah:

1. Egois pada pelaku bisnis

2. Pesaing

3. Pribadi pelaku bisnis

4. Adanya kesempatan untuk melakukan penyimpangan

5. Munculnya sifat-sifat kecurangan, kkn, dan penipuan

2. Saran

Penulis disini memberikan saran bahwa jika kita melakukan bisnis atau
berbisnis hendaknya harus menggunakan etika yang sesuai dan tidak
menyimpang. Ingat apa yang akan terjadi jika kita tidak menggunakan etika akan
banyak yang merasa di rugikan atau bisa membuat kita bangkrut atau rugi.

7
Daftar Pustaka
http://www.samarinda.go.id/node/5441

http://google.com

http://scribd.com

Anda mungkin juga menyukai