Anda di halaman 1dari 37

SEL DARAH MANUSIA

DI SUSUN OLEH:

WAHYUNI YUYUN ASTUTI
PO.71.4.203.13.2.050
A/D.4





PROGRAM STUDI DIPLOMA IV ANALIS KESEHATAN
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
MAKASSAR
2014



DARAH
Definisi darah
Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup (kecuali
tumbuhan) tingkat tinggi yang berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen yang
dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme,
dan juga sebagai pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri. Istilah medis yang
berkaitan dengan darah diawali dengan kata hemo- atau hemato- yang berasal dari
bahasa Yunani haima yang berarti darah.

Darah Manusia
Darah manusia adalah cairan di dalam tubuh yang berfungsi untuk
mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel di seluruh tubuh. Darah juga
menyuplai jaringan tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat-zat sisa metabolisme, dan
mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun yang bertujuan mempertahankan
tubuh dari berbagai penyakit. Hormon-hormon dari sistem endokrin juga diedarkan
melalui darah.
Darah manusia berwarna merah, antara merah terang apabila kaya oksigen
sampai merah tua apabila kekurangan oksigen. Warna merah pada darah disebabkan
oleh hemoglobin, protein pernapasan (respiratory protein) yang mengandung besi
dalam bentuk heme, yang merupakan tempat terikatnya molekul-molekul oksigen.
Manusia memiliki sistem peredaran darah tertutup yang berarti darah mengalir
dalam pembuluh darah dan disirkulasikan oleh jantung. Darah dipompa oleh jantung
menuju paru-paru untuk melepaskan sisa metabolisme berupa karbon dioksida dan
menyerap oksigen melalui pembuluh arteri pulmonalis, lalu dibawa kembali ke
jantung melalui vena pulmonalis. Setelah itu darah dikirimkan ke seluruh tubuh oleh
saluran pembuluh darah aorta. Darah membawa oksigen ke seluruh tubuh melalui
saluran halus darah yang disebut pembuluh kapiler. Darah kemudian kembali ke
jantung melalui pembuluh darah vena cava superior dan vena cava inferior.
Darah juga mengangkut bahan bahan sisa metabolisme, obat-obatan dan
bahan kimia asing ke hati untuk diuraikan dan dibawa ke ginjal untuk dibuang
sebagai air seni.

Komposisi Darah Manusia
Darah terdiri dari pada beberapa jenis korpuskula yang membentuk 45%
bagian dari darah, angka ini dinyatakan dalam nilai hermatokrit atau volume sel darah
merah yang dipadatkan yang berkisar antara 40 sampai 47. Bagian 55% yang lain
berupa cairan kekuningan yang membentuk medium cairan darah yang disebut
plasma darah.
Korpuskula darah terdiri dari:
1. Sel darah merah atau eritrosit (sekitar 99%).
Eritrosit tidak mempunyai nukleus sel ataupun organela, dan tidak dianggap
sebagai sel dari segi biologi. Eritrosit mengandung hemoglobin dan mengedarkan
oksigen. Sel darah merah juga berperan dalam penentuan golongan darah. Orang
yang kekurangan eritrosit akan menderita penyakit anemia.
2. Keping-keping darah atau trombosit (0,6 - 1,0%)
Trombosit bertanggung jawab dalam proses pembekuan darah.
3. Sel darah putih atau leukosit (0,2%)
Leukosit bertanggung jawab terhadap sistem imun tubuh dan bertugas untuk
memusnahkan benda-benda yang dianggap asing dan berbahaya oleh tubuh, misal
virus atau bakteri. Leukosit bersifat amuboid atau tidak memiliki bentuk yang tetap.
Orang yang kelebihan leukosit akan menderita penyakit leukimia, sedangkan orang
yang kekurangan leukosit akan menderita penyakit leukopenia.







Darah manusia:
a - eritrosit;
b - neutrofil;
c - eosinofil;
d - limfosit.
Susunan Darah. serum darah atau plasma terdiri atas:
1. Air: 91,0%
2. Protein: 8,0% (Albumin, globulin, protrombin dan fibrinogen)
3. Mineral: 0.9% (natrium klorida, natrium bikarbonat, garam dari kalsium,
fosfor, , kalium dan zat besi, nitrogen, dan lain-lain)
4. Garam
Plasma darah pada dasarnya adalah larutan air yang mengandung :
1. Albumin
2. Bahan pembeku darah
3. Immunoglobin (antibodi)
4. Hormon
5. Berbagai jenis protein
6. Berbagai jenis garam





SEL DARAH MANUSIA

Eritrosit
Definisi Eritrosit
Sel darah merah atau eritrosit (bahasa Inggris: red blood cell (RBC),
erythrocyte) adalah jenis sel darah yang paling banyak dan berfungsi membawa
oksigen ke jaringan-jaringan tubuh lewat darah Bagian dalam eritrosit terdiri dari
hemoglobin, sebuah biomolekul yang dapat mengikat oksigen. Hemoglobin akan
mengambil oksigen dari paru-paru dan insang, dan oksigen akan dilepaskan saat
eritrosit melewati pembuluh kapiler. Warna merah sel darah merah sendiri berasal
dari warna hemoglobin yang unsur pembuatnya adalah zat besi.
Pada manusia, sel darah merah dibuat di sumsum tulang belakang, lalu
membentuk kepingan bikonkaf. Di dalam sel darah merah tidak terdapat nukleus. Sel
darah merah sendiri aktif selama 120 hari sebelum akhirnya dihancurkan.
Sel darah merah atau yang juga disebut sebagai eritrosit berasal dari Bahasa
Yunani, yaitu erythros berarti merah dan kytos yang berarti selubung/sel)

Ciri-Ciri Eritrosit

Sel darah merah atau eritrosit
Manusia


Apakah Sel Darah Merah
- Juga dikenal sebagai eritrosit, sel-sel ini adalah sel-sel mikroskopis besar tanpa
inti. Dari total volume darah, 40-50% adalah sel darah merah.
- Ini adalah dukungan utama dari sistem peredaran darah, yaitu sistem
kardiovaskular. Sel-sel mendapat warna merah dari protein kimia yang disebut
hemoglobin.
- Eritrosit mengandung hemoglobin, yang membantu dalam memberikan oksigen
ke jantung.
- Sel-sel oksigen dalam jantung menghubungkan diri dengan hemoglobin dan
dengan demikian, diangkut ke berbagai organ tubuh.
- Ketika hemoglobin telah memberikan semua partikel oksigen, partikel
hemoglobin kosong diambil alih oleh karbon dioksida dalam perjalanan kembali
ke jantung.
Ukuran dan Jumlah Sel
- Dua puluh sampai 30.000.000.000.000 sel darah merah (eritrosit) bersirkulasi
dalam aliran darah orang dewasa rata-rata.
- Setiap sel darah secara unik direncanakan untuk menyalurkan dan pertukaran
oksigen dan karbon dioksida.
- Dalam waktu satu menit, 5 liter darah yang dipompa jantung dapat melepaskan
lebih kurang 250 ml oksigen yang terikat pada hemoglobin dan eritrosit. Sebagian
kecil oksigen juga diangkut oleh plasma darah. Dalam jaringan tubuh,
hemoglobulin akan mengikat sebagian karbon dioksida dalam bentuk
karbominohemoglobin.
- Banyak oksigen yang dilepaskan dari Hb seperti nilai di atas, terjadi saat
seseorang dalam keadaan istirahat. Aktivitas seseorang akan berpengaruh pada
peredaran darah sehingga oksigen yang dilepaskan akan berbeda-beda pula untuk
setiap orang.
- Eritrosit yang berbentuk cakram dan dengan ukuran diameter 6-8 mikrometer
(m) . Sekitar 200 miliar sel darah merah diproduksi setiap hari dan jangka hidup
mereka adalah sekitar 120-125 hari.
- Kadar hemoglobin (Hb) dalam darah bervariasi, tergantung pada jenis kelamin
dan umur seseorang. Pada kondisi normal
a. Kadar Hb laki-laki dewasa adalah 13-18 g/100 ml darah
b. Kadar Hb wanita dewasa adalah 12-16 g/ml darah
c. Kadar Hb bayi 14-20 g/ml darah.
- Jumlah eritrosit bervariasi, tergantung jenis kelamin, usia, dan ketinggian tempat
tinggal seseorang. Orang yang tinggal di daratan tinggi cenderung memiliki
jumlah eritrosit lebih banyak, dibandingkan orang yang tinggal di daratan rendah.
Jumlah eritrosit dapat berkurang, misalnya karena luka yang mengeluarkan
banyak darah atau karena anemia.
- Dibandingkan dengan sel-sel lainnya dalam tubuh sel darah merah yang terkecil.
Setiap sel terdiri dari sekitar 270 juta molekul hemoglobin dan masing-masing
membawa empat kelompok heme.

Proses Pembentukan Sel Darah Merah
Proses pembentukan eritrosit disebut eritropoisis. Dari minggu-minggu
pertama kehidupan embrio, eritrosit primitif yang berinti dihasilkan dalam kantong
kuning telur. Selama 3 bulan kedua (trimester pertengahan) dari kehamilan, hati
merupakan organ utama membentuk eritrosit dan pada saat yang sama eritrosit juga
dibentuk di limpa dan kelenjar limfe, Produksi eritrosit ini dirangsang oleh hormon
eritropoietin. Selanjutnya dalam tiga bulan terakhir kehamilan dan setelah lahir,
eritrosit semata-mata dibentuk oleh sumsum tulang.
Pada dasarnya semua sumsum tulang membentuk eritrosit sampai usia 5
tahun, tapi pada sumsum tulang panjang (kecuali pada proksimal humerus dan tibia)
menjadi sangat berlemak sehingga pada usia kira-kira 20 tahun sumsum tulang
panjang tidak lagi menghasilkan eritrosit. Di atas usia 20 tahun, sebagian besar
eritrosit dihasilkan oleh sumsum tulang membranosa, seperti vertebrata, sternum,
costae dan pelvis.
Pembentukan eritrosit diatur oleh suatu hormon glikoprotein yang disebut
eritropoietin, berikut ini beberapa tahan eritropoiesis manusia:
1. Tahap Proeritroblas : Tahap pertama setelah koloni eritroit membentuk unit
suatu sel dengan nukleus yang sangat besar. Proeritoblas kemudian akan
membelah beberapa kali.
2. Tahap eritroblas basofilik : Tahap dimana mulainya sintesis hemoglobin.
3. Tahap eritroblas polikromatik (tahap normoblas) : Tahap akhir dari sintesis
DNA, dan pembelahan sel.
4. Tahap eritroblas ortokromatik : Menunjukkan pengisutan dan autolisis
nukleus. Nukleus sisa akan disingkirkan dan dipisahkan dari sel.
5. Tahap Retikolosit : Sel ini tidak memiliki nukleus dan memasuki sirkulasi
tempat ia menjadi eritrosit matang. Eritrosit berbentuk diskus atau lempengan
yang mana selnya dapat bergerak dalam ruang yang rapat untuk mengambil
atau melepaskan oksigen.







Kelainan dan/atau Penyakit Sel Darah Merah pada Manusia
Berikut ini merupakan kelainan-kelainan yang terjadi pada sel darah merah
manusia, di antaranya adalah
1. Polisitemia : peningkatan jumlah sel darah merah dalam sirkulasi.
a. Polisitemia Relatif : Peningkatan konsentrasi sel darah merah tetapi tidak
disertai peningkatan jumlah masa total sel darah merah (karena dehidrasi
dan hemokonsentrasi)
b. Polisitemia Vera (Primer) : Peningkatan sel darah merah disertai
peningkatan masa total sel darah merah (akibat hiperaktivitas produksi sel
darah merah oleh sumsum tulang)
c. Polisitemia Sekunder : Merupakan polisitemia fisiologi (normal) karena
merupakan respon terhadap hipoksia
2. Hiperbilirubinemia : Merupakan peningkatan bilirubin darah yang berlebihan
ditandai dengan terjadinya ikterus, hal ini dapat diakibatkan karena
- Peningkatan penghancuran eritrosit
- Sumbatan saluran empedu
- Penyakit hati
3. Anemia : Kekurangan sel darah merah yang dapat disebabkan karena hilangnya
darah yang terlalu cepat atau produksi sel darah merah yang terlalu lambat.
Berikut macam-macam anemia :
a. Anemia Hemoragis
Anemia akibat kehilangan darah secara berlebihan. Secara normal cairan
plasma yg hilang akan diganti dalam waktu 1-3 hari namun dengan konsentrasi sel
darah merah yang tetap rendah. Sel darah merah akan kembali normal dalam
waktu 3-6 minggu.
b. Anemia Aplastika
Sumsum tulang yang tidak berfungsi sehingga produksi sel darah merah
terhambat. Dapat dikarenakan oleh radiasi sinar gamma (bom atom), sinar X yang
berlebihan, bahan-bahan kimia tertentu, obat-obatan atau pada orang-orang dengan
keganasan.
c. Anemia Megaloblasitik
Vitamin B12, asam folat dan faktor intrinsic (terdapat pd mukosa lambung)
merupakan faktor
2
yang berpengaruh terhadap pembentukan sel darah merah. Bila
salah satu faktor di atas tidak ada maka produksi eritroblas dalam sumsum tulang
akan bermasalah. Akibatnya sel darah tumbuh terlampau besar dengan bentuk
yang aneh, memiliki membran yg rapuh dan mudah pecah. Cirri-ciri ini disebut
sebagai Megaloblas.
Dapat terjadi pada:
- Atropi mukosa lambung (faktor intrinsik terganggu)
- Gastrektomi total (hilangnya faktor intrinsik)
- Sariawan usus (absorbsi asam folat dan B12 berkurang)
d. Anemia Hemolitik
Sel darah merah yang abnormal ditandai dengan rapuhnya sel dan masa
hidup yg pendek (biasanya ada faktor keturunan)
Contoh :
1. Sferositosis, sel darah merah kecil, bentuk sferis, tidak mempunyai struktur
bikonkaf yg elastis (mudah sobek)
2. Anemia sel sabit, 0,3-10 % orang hitam di Afrika Barat dan Amerika sel-
sel nya mengandung tipe Hb yg abnormal (HbS), bila terpapar dengan O
2

kadar rendah maka Hb akan mengendap menjadi Kristal-kristal panjang di
dalam sel darah merah.. sehingga sel darah merah menjadi lebih panjang
dan berbentuk mirip seperti bulan sabit. Endapan Hb merusak membran
sel. Tekanan O
2
jaringan yg rendah menghasilkan bentuk sabit dan mudah
sobek. Penurunan tekanan O
2
lebih lanjut membentuk sel darah semakin
sabit dan penghancuran sel darah merah meningkat hebat.
3. Eritroblastosis Fetalis, Ibu dengan Rh (-) yang memiliki janin Rh (+) pada
saat kehamilah pertama setelah ibu terpapar darah janin maka ibu secara
otomatis akan membentuk anti bodi terhadap Rh (+), sehingga pada
kehamilan yang ke dua anti Rh ibu akan menghancurkan darah bayi, dan
bayi akan mengalami anemia yg hebat hingga meninggal.
4. Hemolisis karena malaria atau reaksi dengan obat-obatan.
e. Nutrional Anemia
- Anemia defisiensi besi (Fe)
- Anemia defisiensi asam folat (akibat kekurangan asupan atau gangguan
absorbsi GI track)
f. Anemia Pernisiosa
Vitamin B12 penting untuk sintesa DNA yang berperan dalam penggandaan
dan pematangan sel. Faktor intrinsik berikatan dengan B12 sebagai transport
khusus absorbsi B12 dari usus. Anemia pernisiosa bukan karena kekurangan
Intake B12 melainkan karena defisiensi faktor intrinsik yg mengakibatkan absorbsi
B12 terganggu.
g. Renal Anemia
Terjadi karena sekresi eritropoietin dari ginjal berkurang akibat penyakit
ginjal.

Leukosit
Definisi Leukosit
Sel darah putih atau leukosit (bahasa Inggris: white blood cell, WBC,
leukocyte) adalah sel yang membentuk komponen darah. Sel darah putih ini berfungsi
untuk membantu tubuh melawan berbagai penyakit infeksi sebagai bagian dari sistem
kekebalan tubuh.

Karakteristik Leukosit
A. Ciri-Ciri Leukosit
1. Sel darah putih tidak berwarna
2. Memiliki inti sel berbentuk bulat atau cekung
3. Dapat bergerak secara amoebeid (bergerak seperti amoeba)
4. Dapat menembus dinding kapiler atau diapedesis
5. Leukosit tidak memiliki kemampuan untuk membelah diri untuk
memperbanyak dirinya namun, leukosit adalah hasil dari produksi sel punca
hematopoietic pluripotent yang berada di sumsum tulang.
6. Umur leukosit 6-9 hari. Jika sudah mati, leukosit diserap oleh hati. Leukosit
dapat melawan kuman dengan cara memakannya (fagositosis).



B. Jumlah Leukosit
Dalam keadaan normalnya terkandung 4x10
9
hingga 11x10
9
sel darah putih di
dalam seliter darah manusia dewasa yang sehat sekitar 7000-25000 sel/tetes. Dalam
setiap milimeter kubik darah terdapat 6000-10000 (rata-rata 8000) sel darah putih.
Dalam kasus leukemia, jumlahnya dapat meningkat hingga 50000 sel/tetes.
Rata-rata jumlah leukosit dalam darah manusia normal adalah 5000-
9000/mm
3
, bila jumlahnya lebih dari 10.000/mm
3
, keadaan ini disebut leukositosis,
bila kurang dari 5000/mm
3
disebut leukopenia. (Effendi, Z., 2003)
Jumlah leukosit per mikroliter darah, pada orang dewasa normal adalah 5000-
9000/mm
3
, waktu lahir 15000-25000/mm
3
, dan menjelang hari ke empat turun sampai
12.000, pada usia 4 tahun sesuai jumlah normal. (Effendi, Z., 2003)

C. Fungsi leukosit
Fungsi sel darah putih dalam melawan gangguan virus dan bakteri dari luar
tubuh ini dilihat dari mikroskop, ketika dapat dijumpai sebanyak sekitar 20
mikroorganisme dapat di telan leukosit, oleh sebutir granulosit. Peranan
penting Granulosit dan Monosit memberikan perlindungan dengan sifatnya sebagai
fagosit (fago-memakan). Sehingga akan memakan bakteria hidup yang masuk dalam
sistem peredaran darah.
Keleluasaan bergerak secara amuboidnya ini, membuatnya dapat berjalan
mengitari seluruh bagian tubuh dan dapat keluar pembuluh darah.
Mengepung daerah yang telang terinfeksi atau cidera
Menangkap organisme asing yang hidup dan menghancurkannya
Menyingkirkan bahan tidak berguna, seperti kotoran-kotoran, serpihan-
serpihan dan lainnya
Lalu sebagai granulosit mempunyai enzim yang memecah protein dan
memungkinkan untuk merusak jaringan hidup dan membuangnya.
Pada jaringan yang rusak atau terluka dapat dibuang dan memungkinkan
untuk penyembuhan
fagostik yang berhasil akan membuat peradangan terhenti
Tapi jika tidak berhasil sempurna, akan membentuk nanah dari fagosit
yang mati
Kemudian akan disingkirkan oleh granulosit yang sehat yang bekerja sebagai
fagosit.

Jenis-Jenis Leukosit
Ada beberapa jenis sel darah putih yang disebut granulosit atau sel
Polimorfonuklear yaitu: Basofil, eosinofil, dan neutrofil. Dan dua jenis lain tanpa
granula (agranular) dalam sitoplasma yaitu : limfosit dan monosit.

A. Granular
Leukosit granular mengandung granula spesifik (yang dalam keadaan hidup
berupa tetesan setengah cair) dalam sitoplasmanya dan mempunyai inti yang
memperlihatkan banyak variasi dalam bentuknya. Terdapat tiga jenis leukosit granula
yakni, Basofil, eosinofil, dan neutrofil
1. Basofil


Gambar basofil Diagram basofil
Basofil adalah granulosit dengan populasi paling minim, yaitu sekitar 0,01 -
0,3% dari sirkulasi sel darah putih.
Basofil mengandung banyak granula sitoplasmik dengan dua lobus. Seperti
granulosit lain, basofil dapat tertarik keluar menuju jaringan tubuh dalam kondisi
tertentu. Saat teraktivasi, basofil mengeluarkan antara lain histamin, heparin,
kondroitin, elastase dan lisofosfolipase, leukotriena dan beberapa macam sitokina.
Basofil memainkan peran dalam reaksi alergi (seperti asma).

2. Eosinofil


Gambar Eosinofil
dikelilingi sel darah
merah
Diagram
eosinofil
Eosinofil (bahasa Inggris: eosinophil, acidophil) adalah sel darah putih dari
kategori granulosit yang berperan dalam sistem kekebalan dengan melawan parasit
multiselular dan beberap infeksi pada makhluk vertebrata. Bersama-sama dengan sel
biang, eosinofil juga ikut mengendalikan mekanisme alergi.
Eosinofil terbentuk pada proses haematopoiesis yang terjadi pada sumsum
tulang sebelum bermigrasi ke dalam sirkulasi darah.
Eosinofil mengandung sejumlah zat kimiawi antara lain histamin, eosinofil
peroksidase, ribonuklease, deoksiribonuklease, lipase, plasminogen dan beberapa
asam amino yang dirilis melalui proses degranulasi setelah eosinofil teraktivasi. Zat-
zat ini bersifat toksin terhadap parasit dan jaringan tubuh. Eosinofil merupakan sel
substrat peradangan dalam reaksi alergi. Aktivasi dan pelepasan racun oleh eosinofil
diatur dengan ketat untuk mencegah penghancuran jaringan yang tidak diperlukan.
Individu normal mempunyai rasio eosinofil sekitar 1 hingga 6% terhadap sel
darah putih dengan ukuran sekitar 12 - 17 mikrometer.
Eosinofil dapat ditemukan pada medulla oblongata dan sambungan antara
korteks otak besar dan timus, dan di dalam saluran pencernaan, ovarium, uterus,
limpa dan lymph nodes. Tetapi tidak dijumpai di paru, kulit, esofagus dan organ
dalam lainnya, pada kondisi normal, keberadaan eosinofil pada area ini sering
merupakan pertanda adanya suatu penyakit.
Eosinofil dapat bertahan dalam sirkulasi darah selama 8-12 jam, dan bertahan
lebih lama sekitar 8-12 hari di dalam jaringan apabila tidak terdapat stimulasi.
3. Neurofil


Gambar Neutrofil.
Bercak darah menunjukkan
granulosit neutrofil, di mana tiga
lobus nukleus dapat terlihat.
Diagram
Neutrofil
Neutrofil (bahasa Inggris: neutrophil, polymorphonuclear neutrophilic
leukocyte, PMN) adalah bagian sel darah putih dari kelompok granulosit. Bersama
dengan dua sel granulosit lain: eosinofil dan basofil yang mempunyai granula pada
sitoplasma, disebut juga polymorphonuclear karena bentuk inti sel mereka yang aneh.
Granula neutrofil berwarna merah kebiruan dengan 3 inti sel.
Neutrofil berhubungan dengan pertahanan tubuh terhadap infeksi bakteri dan
proses peradangan kecil lainnya, serta menjadi sel yang pertama hadir ketika terjadi
infeksi di suatu tempat. Dengan sifat fagositik yang mirip dengan makrofaga,
neutrofil menyerang patogen dengan serangan respiratori menggunakan berbagai
macam substansi beracun yang mengandung bahan pengoksidasi kuat, termasuk
hidrogen peroksida, oksigen radikal bebas, dan hipoklorit.
Rasio sel darah putih dari neutrofil umumnya mencapai 50-60%. Sumsum
tulang normal orang dewasa memproduksi setidaknya 100 miliar neutrofil sehari, dan
meningkat menjadi sepuluh kali lipatnya juga terjadi inflamasi akut.
Setelah lepas dari sumsum tulang, neutrofil akan mengalami 6 tahap
morfologis: mielocit, metamielocit, neutrofil non segmen (band), neutrofil segmen.
Neutrofil segmen merupakan sel aktif dengan kapasitas penuh, yang mengandung
granula sitoplasmik (primer atau azurofil, sekunder, atau spesifik) dan inti sel
berongga yang kaya kromatin. Sel neutrofil yang rusak terlihat sebagai nanah.
B. Agranular
Leukosit agranular mempunyai sitoplasma yang tampak homogen, dan intinya
berbentuk bulat atau berbentuk ginjal. Terdapat 2 jenis leukosit agranular yaitu;
limfosit yang terdiri dari sel-sel kecil dengan sitoplasma sedikit, dan monosit yang
terdiri dari sel-sel yang agak besar dan mengandung sitoplasma lebih banyak.
1. Limfosit



Gambar Limfosit Diagram Limfosit Citra mikroskop elektron
limfosit manusia
Limfosit (en:lymphocyte) adalah sejenis sel darah putih pada sistem kekebalan
makhluk vertebrata. Ada dua kategori besar limfosit, limfosit berbutiran besar (large
granular lymphocytes) dan limfosit kecil. Limfosit memiliki peranan penting dan
terpadu dalam sistem pertahanan tubuh.
Limfosit dibuat di sumsum tulang hati (pada fetus) dengan bentuk awal yang
sama tetapi kemudian berdiferensiasi. Limfosit dapat menghasilkan antibodi pada
anak-anak dan akan meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Terdapat 25 %
limfosit dalam tubuh manusia.
Limfosit lebih umum dalam sistem limfa. Darah mempunyai tiga jenis
limfosit:
Sel B : Sel B membuat antibodi yang mengikat patogen lalu
menghancurkannya. (Sel B tidak hanya membuat antibodi yang dapat
mengikat patogen, tapi setelah adanya serangan, beberapa sel B akan
mempertahankan kemampuannya dalam menghasilkan antibodi sebagai
layanan sistem 'memori')
Sel T : CD4+ (pembantu) Sel T mengkoordinir tanggapan ketahanan (yang
bertahan dalam infeksi HIV) serta penting untuk menahan bakteri intraseluler.
CD8+ (sitotoksik) dapat membunuh sel yang terinfeksi virus.
Sel natural killer : Sel pembunuh alami (natural killer, NK) dapat membunuh
sel tubuh yang tidak menunjukkan sinyal bahwa dia tidak boleh dibunuh
karena telah terinfeksi virus atau telah menjadi kanker.
2. Monosit



Gambar sel monosit mempunyai inti
sel berwarna biru.
Diagram Monosit
Monosit (bahasa Inggris: monocyte, mononuclear) adalah kelompok darah
putih yang menjadi bagian dari sistem kekebalan. Monosit dapat dikenali dari warna
inti selnya.
Pada saat terjadi peradangan, monosit :
1. Bermigrasi menuju lokasi infeksi
2. Mengganti sel makrofaga dan DC yang rusak atau bermigrasi, dengan
membelah diri atau berubah menjadi salah satu sel tersebut.
Monosit diproduksi di dalam sumsum tulang dari sel punca haematopoetik
yang disebut monoblas. Setengah jumlah produksi tersimpan di dalam limpa pada
bagian pulpa. Monosit tersirkulasi dalam peredaran darah dengan rasio plasma 3-5%
selama satu hingga tiga hari, kemudian bermigrasi ke seluruh jaringan tubuh.
Sesampai di jaringan, monosit akan menjadi matang dan terdiferensiasi menjadi
beberapa jenis makrofaga, sel dendritik dan osteoklas.
Monosit membagi fungsi "pembersih vakum" (fagositosis) dari neutrofil,
tetapi lebih jauh dia hidup dengan tugas tambahan: memberikan potongan patogen
kepada sel T sehingga patogen tersebut dapat dihafal dan dibunuh, atau dapat
membuat tanggapan antibodi untuk menjaga.
Umumnya terdapat dua pengelompokan makrofaga berdasarkan aktivasi
monosit, yaitu makrofaga hasil aktivasi hormon M-CSF dan hormon GM-CSF.
Makrofaga M-CSF mempunyai sitoplasma yang lebih besar, kapasitas fagositosis
yang lebih tinggi dan lebih tahan terhadap infeksi virus stomatitis vesikular.
Kebalikannya, makrofaga GM-CSF lebih bersifat sitotoksik terhadap sel yang tahan
terhadap sitokina jenis TNF, mempunyai ekspresi MHC kelas II lebih banyak, dan
sekresi PGE yang lebih banyak dan teratur. Setelah itu, turunan jenis makrofaga akan
ditentukan lebih lanjut oleh stimulan lain seperti jenis hormon dari kelas interferon
dan kelas TNF.
Stimulasi hormon sitokina jenis GM-CSF dan IL-4 akan mengaktivasi
monosit dan makrofaga untuk menjadi sel dendritik.
Makrofaga


Gambar makrofaga
seekor tikus.
Diagram
Makrofaga
Makrofaga (bahasa Inggris: macrophage, MAC, bahasa Yunani: makros,
"pemakan besar" dan bahasa Yunani: phagein, "makan") adalah sel pada jaringan
yang berasal dari sel darah putih yang disebut monosit. Monosit dan makrofaga
merupakan fagosit, berfungsi baik pada pertahanan tidak spesifik dan juga pada
pertahanan spesifik vertebrata. Peran mereka adalah untuk memfagositosis selular
dan patogen baik sebagai sel tak berubah atau bergerak, dan untuk menstimulasikan
limfosit dan sel imun lainnya untuk merespon patogen.
Makrofaga berasal dari monosit yang terdapat pada sirkulasi darah, yang
menjadi dewasa dan terdiferensiasi dan kemudian bermigrasi ke jaringan. Makrofaga
dapat ditemukan dalam jumlah besar terutama pada jaringan penghantar, seperti yang
terhubung dengan saluran pencernaan, di dalam paru-paru (di dalam cairan tubuh
maupun alveoli), dan sepanjang pembuluh darah tertentu di dalam hati seperti sel
Kupffer, dan pada keseluruhan limpa tempat sel darah yang rusak didaur keluar
tubuh.
Makrofaga mampu bermigrasi hingga keluar sistem vaskuler dengan melintasi
membran sel dari pembuluh kapiler dan memasuki area antara sel yang sedang
diincar oleh patogen. Makrofaga adalah fagosit yang paling efisien, dan bisa
mencerna sejumlah besar bakteri atau sel lainnya. Pengikatan molekul bakteri ke
reseptor permukaan makrofaga memicu proses penelanan dan penghancuran bakteri
melalui "serangan respiratori", menyebabkan pelepasan bahan oksigen reaktif.
Patogen juga menstimulasi makrofaga untuk menghasilkan kemokina, yang
memanggil sel fagosit lain di sekitar wilayah terinfeksi.
Makrofaga tidak teraktivasi oleh stimulasi sejumlah sitokina seperti TNF,
IL-1, IL-15 dan IL-8.

Kelainan dan/atau Penyakit Sel Darah Putih pada Manusia
Peningkatan jumlah leukosit (disebut Leukositosis), di antaranya :
1. Pergeseran ke kiri (Shift To The Left)
Peningkatan jumlah leukosit muda dalam darah tepi. Misalnya peningkatan
jumlah netrofil batang > 10 % dalam darah tepi.
2. Netrofilia
Peningkatan jumlah neutrofil dalam darah tepi lebih dari normal, ini bisa
disebabkan :
Infeksi akut contoh : radang paru, pneumonia, meningitis
Infeksi lokal yang disertai dengan produksi dan penimbunan nanah
Intoksikasi, missal pada zat-zat kimia, uremia.
Selain itu ada juga Netrofilia Fisiologik yang disebabkan oleh olah raga
yang berlebihan, stress, ini disebut juga Pseudonetrofilia.
3. Eosinofilia
Eosinofilia adalah jumlah eosinofil yang sangat tinggi di dalam darah.
Eosinofilia bukan merupakan suatu penyakit, tetapi merupakan respon terhadap suatu
penyakit. Peningkatan jumlah eosinofil dalam darah biasanya menunjukkan respon
yang tepat terhadap sel-sel abnormal, parasit atau bahan-bahan penyebab reaksi alergi
(alergen).
Setelah dibuat di dalam sumsum tulang, eosinofil akan memasuki aliran darah
dan tinggal dalam darah hanya beberapa jam, kemudian masuk ke dalam jaringan di
seluruh tubuh.
Jika suatu bahan asing masuk ke dalam tubuh, akan terdeteksi oleh limfosit
dan neutrofil, yang akan melepaskan bahan untuk menarik eosinofil ke daerah ini.
Eosinofil kemudian melepaskan bahan racun yang dapat membunuh parasit dan
menghancurkan sel-sel yang abnormal.
Sindroma Hiper-Eosinofilik Idiopatik
Sindoma hiper-eosinofilik idiopatik adalah suatu penyakit dimana jumlah
eosinofil meningkat sampai lebih dari 1.500 sel/mikroL darah selama lebih dari 6
bulan tanpa penyebab yang jelas. Penyakit ini bisa mengenai usia berapapun, tetapi
lebih sering menyerang pria diatas 50 tahun.
Peningkatan jumlah eosinofil bisa merusak jantung, paru-paru, hati, kulit dan
sistem saraf. Misalnya jantung bisa mengalami peradangan (suatu keadaan yang
disebut endokarditis Lffler), yang menyebabkan terbentuknya bekuan darah, gagal
jantung, serangan jantung atau kelainan fungsi katup jantung.
Gejalanya tergantung kepada organ mana yang mengalami kerusakan.
Gejalanya bisa berupa:
- Penurunan berat badan
- Demam
- Keringat pada malam hari
- Kelelahan menyeluruh
- Batuk
- Nyeri dada
- Pembengkakan
- Sakit perut
- ruam kulit
- Kelemahan
- Linglung
- Koma.
Diagnosis ditegakkan jika peningkatan jumlah eosinofil yang bersifat menetap
ditemukan pada orang-orang yang memiliki gejala-gejala tersebut.
Sebelum dimulainya pengobatan, harus yakin bahwa penyebabnya bukan
infeksi parasit ataupun suatu reaksi alergi. Tanpa pengobatan, biasanya lebih dari
80% penderita meninggal dalam waktu 2 tahun. Dengan pengobatan, lebih dari 80%
penderita yang bisa bertahan hidup.
Penyebab utama dari kematian adalah kerusakan jantung. Beberapa penderita
tidak memerlukan pengobatan selain pengawasan ketat selama 3-6 bulan; sedangkan
sebagian besar penderita memerlukan pengobatan dengan prednison atau
hidroksiurea. Jika pengobatan ini gagal, digunakan obat lainnya yang bisa
digabungkan dengan suatu prosedur untuk membuang eosinofil dari darah
(leukoferesis).

Sindroma Eosinofilia-Mialgia
Sindroma eosinofilia-mialgia adalah sutu penyakit dimana eosinofilia disertai
dengan nyeri otot, kelelahan, pembengkakan, nyeri sendi, batuk, sesak nafas, ruam
kulit dan kelainan neurologis.
Sindroma ini muncul pada awal tahun 1990, yaitu pada orang-orang yang
mengkonsumsi sejumlah besar triptofan, yang merupakan suatu produk toko makanan
sehat yang populer, yang kadang dianjurkan oleh dokter untuk menambah tidur.
Kemungkinan penyebabnya adalah pencemaran pada produk tersebut, bukan
triptofannya sendiri.
Sindroma ini bisa berlangsung selama beberapa minggu sampai beberapa
bulan setelah pemakaian triptofan dihentikan dan bisa menyebabkan kerusakan saraf
yang menetap, bahkan kematian.
Obatnya tidak diketahui, biasanya penderita dianjurkan untuk menjalani
rehabilitisi fisik.(medicastore)
4. Basofilia
Peningkatan jumlah basofil dalam darah, ditemukan pada :
Infeksi oleh virus (Smallpox, Chickenpox)
Kadang-kadang sesudah Spleenektomi, Anemia hemolitik kronis



5. Monositosis
Monosit bekerja sama dengan sel darah putih lainnya untuk membuang
jaringan yang rusak atau mati, menghancurkan sel-sel kanker dan mengatur
kekebalan melawan bahan-bahan asing.
Monosit dibuat di sumsum tulang dan masuk ke dalam aliran darah.
Dalam beberapa jam, monosit akan berpindah ke dalam jaringan dimana mereka
mengalami pematangan menjadi makrofag, yang merupakan sel pemangsa (fagosit)
dari sistem kekebalan.
Makrofag tersebar di seluruh tubuh, tetapi terdapat dalam jumlah yang sangat
banyak di dalam paru-paru, hati, limpa, sumsum tulang dan lapisan pada rongga
tubuh yang utama; dan bertahan selama beberapa bulan.
Penyebab
Infeksi tertentu (misalnya tuberkulosis), kanker dan kelainan sistem kekebalan
bisa meningkatkan jumlah monosit. Pada penyakit keturunan, seperti penyakit
Gaucher dan penyakit Niemann-Pick, sel-sel sisa berkumpul di dalam makrofag
sehingga makrofag mengalami kelainan fungsi.(medicastore)
6. Limpositosis
Peningkatan jumlah limposit dalam darah, ditemukan pada :
Infeksi akut (Pertusis, hepatitis, Mononucleusis infeksiosa) dan Infeksi
menahun
Pada infant (bayi dan anak-anak)
Radang kronis misal Kolitis Ulseratif
Kelainan metabolic (Hipertiroidisme)
Penurunan jumlah leukosit (disebut dengan leucopenia), di antaranya :
1. Neutropenia
Neutropenia adalah jumlah neutrofil yang sangat sedikit dalam darah.
Pematangan neutrofil dalam sumsum tulang memerlukan waktu selama 2 minggu.
Setelah memasuki aliran darah, neutrofil mengikuti sirkulasi selama kurang lebih 6
jam, mencari organisme penyebab infeksi dan benda asing lainnya.
Jika menemukannya, neutrofil akan pindah ke dalam jaringan, menempelkan
dirinya kepada benda asing tersebut dan menghasilkan bahan racun yang membunuh
dan mencerna benda asing tersebut. Reaksi ini bisa merusak jaringan sehat di daerah
terjadinya infeksi. Keseluruhan proses ini menghasilkan respon peradangan di daerah
yang terinfeksi, yang tampak sebagai kemerahan, pembengkakan dan panas.
Neutrofil biasanya merupakan 70% dari seluruh sel darah putih, sehingga
penurunan jumlah sel darah putih biasanya juga berarti penurunan dalam jumlah total
neutrofil. Jika jumlah neutrofil mencapai kurang dari 1.000 sel/mikroL, kemungkinan
terjadinya infeksi sedikit meningkat; jika jumlahnya mencapai kurang dari 500
sel/mikroL, resiko terjadinya infeksi akan sangat meningkat. Tanpa kunci pertahan
neutrofil, seseorang bisa meninggal karena infeksi.
Penyebab
Penurunan jumlah neutrofil bisa disebabkan karena berkurangnya
pembentukan neutrofil di sumsum tulang atau karena penghancuran sejumlah besar
sel darah putih dalam sirkulasi.
1. Anemia aplastik menyebabkan neutropenia dan kekurangan jenis sel darah
lainnya
2. Penyakit keturunan lainnya yang jarang terjadi, seperti agranulositosis genetik
infantil dan neutropenia familial, juga menyebabkan berkurangnya jumla sel
darah putih.
3. Pada neutropenia siklik (suatu penyakit yang jarang), jumlah neutrofil turun-
naik antara normal dan rendah setiap 21-28 hari; jumlah neutrofil bisa
mendekati nol dan kemudian secara spontan kembali ke normal setelah 3-4
hari. Pada saat jumlah neutrofilnya sedikit, penderita penyakit ini cenderung
mengalami infeksi.
4. Beberapa penderita kanker, tuberkulosis, mielofibrosis, kekurangan viatamin
B12 dan kekurangan asam folat mengalami neutropenia.
Obat-obat tertentu, terutama yang digunakan untuk mengobati kanker
(kemoterapi), bisa mengganggu kemampuan sumsum tulang dalam
membentuk neutrofil.
Obat-obatan yang bisa menyebabkan neutropenia:
- Antibiotik (penisilin, sulfonamid, kloramfenikol)
- Anti-kejang
- Obat anti-tiroid
- Kemoterapi untuk kanker
- Garam emas
- Fenotiazin
Pada infeksi bakteri tertentu, beberapa penyakit alergi, beberapa penyakit
autoimun dan beberapa pengobatan; penghancuran neutrofil lebih cepat daripada
pembentukannya. Pada pembesaran limpa (misalnya pada sindroma Felty, malaria
atau sarkoidosis), bisa terjadi penurunan jumlah neutrofil karena neutrofil
terperangkap dan dihancurkan dalam limpa yang membesar.

Gejala
Neutropenia dapat terjadi secara tiba-tiba dalam beberapa jam atau beberapa
hari (neutropenia akut) atau bisa berlangsung selama beberapa bulan atau beberapa
tahun (neutropenia kronik).
Neutropenia tidak mempunyai gejala yang spesifik, sehingga cenderung tidak
diperhatikan sampai terjadinya infeksi. Pada neutropenia akut, bisa terjadi demam
dan luka terbuka (ulkus, borok) yang terasa nyeri di sekitar mulut dan anus. Yang
akan diikuti oleh pneumonia bakteri dan infeksi lainnya. Pada neutropenia kronik,
perjalanan penyakitnya tidak terlalu berat jika jumlah neutrofilnya tidak terlalu
rendah.
Diagnose
Jika seseorang mengalami infeksi yang berulang atau infeksi yang tidak biasa,
maka dicurigai suatu neutropenia dan dilakukan hitung jenis darah komplit untuk
menegakkan diagnosis. Jumlah neutrofil yang sedikit menunjukkan neutropenia.
Selanjutnya dicari penyebab dari neutropenia. Dilakukan aspirasi atau biopsi
sumsum tulang. Contoh sumsum tulang diperiksa dibawah mikroskop untuk
menentukan keadaan sumsum tulang, jumlah prekursor neutrofil dan jumlah sel darah
putih.
Dengan menentukan jumlah se prekursor dan pematangannya, bisa
diperkirakan waktu yang diperlukan untuk mengembalikan jumlah neutrofil ke angka
yang normal. Jika jumlah sel prekursornya berkurang, neutrofil yang baru tidak dkan
muncul dalam aliran darah dalam waktu 2 minggu atau lebih; jika jumlahnya cukup
dan pematangannya normal, maka neutrofil yang baru akanmuncul dalam aliran darah
dalam waktu beberapa hari.
Kadang pemeriksaan sumsum tulang bisa menemukan adanya penyakit lain,
seperti leukemia atau kanker sel darah lainnya.
Pengobatan
Pengobatan neutropenia tergantung kepada penyebab dan beratnya penyakit.
Obat-obatan yang mungkin menyebabkan neutropenia dihentikan pemakaiannya.
Kadang sumsum tulang sembuh dengan sendirinya, tidak memerlukan pengobatan.
1. Penderita neutropenia ringan (memiliki lebih dari 500 neutrofil/mikroL
darah), biasanya tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan pengobatan.
2. Pada neutropenia berat (memiliki kurang dari 500 sel/mikroL darah) bisa
segera terjadi infeksi karena tubuh tidak mampu melawan organisme
penyebab infeksi.
3. Jika terjadi infeksi, penderita harus dirawat di rumah sakit dan segera diberi
antibiotik yang kuat, bahkan sebelum penyebab dan daerah yang terkena
infeksi ditemukan.
4. Demam (gejala yang biasanya menunjukkan adanya infeksi pada penderita
neutropenia) merupakan pertanda penting yang memerlukan pertolongan
medis segera.
5. Faktor pertumbuhan yang merangsang pembentukan sel darah putih, terutama
granulocyte colony-stimulating factor (G-CSF) dan granulocyte-macrophage
colony-stimulating factor (GM-CSF), kadang bisa membantu. Pengobatan ini
bisa mengurangi episode neutropeni pada neutropenia siklik.
6. Jika penyebabnya adalah reaksi alergi atau reaksi autoimun, diberikan
kortikosteroid. Globulin anti-timosit atau jenis terapi imunosupresif (terapi
yang menekan aktivitas sistem kekebalan) lainnyabisa digunakan jika
dicurigai suatu penyakit autoimun (misalnya anemia aplastik tertentu).
7. Jika neutrofil terperangkap dalam limpa yang membesar, maka pengangkatan
limpa bisa meningkatkan jumlah neutrofil. Jika terapi imunosupresif gagal,
penderia anemia aplastik mungkin perlu menjalani pencangkokan sumsum
tulang.
8. Pencangkokan sumsum tulang bisa menimbulkan efek racun yang berarti,
memerlukan perawatan rumah sakit jangka panjang dan hanya bisa dilakukan
pada keadaan tertentu. Biasanya untuk neutropenia saja tidak dilakukan
pencangkokan sumsum tulang. (medicastore)
2. Limfositopenia
Limfositopenia adalah jumlah limfosit yang rendah di dalam darah (dibawah
1.500 sel/mikroL darah pada dewasa atau dibawah 3.000 sel/mikroL pada anak-anak).
Penyebab
Penyakit yang dapat menyebabkan limfositopenia:
- Kanker (leukemia, limfoma, penyakit Hodgkin)
- Artritis rematoid
- Lupus eritematosus sistemik
- Infeksi kronik
- Penyakit keturunan yang jarang terjadi (agamaglobulinemia tertentu, sindroma
Di George, sindroma Wiskott-Aldrich, sindroma imunodefisiensi gabungan
yang berat, ataksia-telangiektasi)
- AIDS
- Beberapa infeksi virus.


Gejala
Penurunan jumlah limfosit yang sangat drastis bisa menyebabkan timbulnya infeksi
karena virus, jamur dan parasit.
Diagnosa
Berkurangnya jumlah limfosit mungkin tidak menyebabkan penurunan yang
berarti dalam jumlah total sel darah putih, karena limfosit menempati proporsi yang
relatif kecil dari sel darah putih. Limfositopenianya sendiri tidak menimbulkan gejala
dan biasanya ditemukan pada hitung jenis darah komplit yang dilakukan untuk
mendiagnosis penyakit lain.
Dengan teknologi laboratorium yang canggih, bisa diketahui adanya
perubahan jumlah jenis limfosit tertentu. Sebagai contoh, berkurangnya jumlah
limfosit yang dikenal sebagai sel T4 merupakan salah satu cara untuk mengukur
progresivitas dari AIDS.
Pengobatan
Pengobatan tergantung kepada penyebabnya. Limfositopenia karena obat-obatan,
biasanya akan mereda dalam beberapa hari setelah pemakaian obat dihentikan.
Jika penyebabnya adalah AIDS, biasanya hanya sedikit yang bisa dilakukan
untuk meningkatkan jumlah limfosit, meskipun obat tertentu (misalnya AZT
atau zidovudin dan ddI atau didanosin) bisa meningkatkan jumlah sel T-
penolong.
Jika terjadi kekurangan limfosit B, maka konsentrasi antibodi dalam darah
bisa turun dibawah normal. Pada keadaan ini, diberikan gamma globulin
untuk membantu mencegah infeksi.
Jika terjadi infeksi diberikan antibiotik, anti-jamur atau anti-virus untuk
melawan organisme penyebabnya. (medicastore)
3. Agranulosiosis
Menghilangnya granulosit dalam darah tepi secara mendadak pada seseorang
yang sebelumnya normal. Pada agranulositosis yang umum jumlah leukosit rendah
dan limposit matang merupakan satu-satunya jenis leukosit yang ada dalam darah
tepi. Penyebabnya : Penyakit autoimmune, juga obat contoh obat : Antalgin dan
sulfonamide
4. Reaksi Leukemoid
Leukositosis reaktif yang bukan proses keganasan (Benigna) dengan sel-sel
leukosit belum matang dan matang yang memasuki sirkulasi dalam jumlah
berlebihan.

Trombosit
Definisi Trombosit
Keping darah, lempeng darah, trombosit (en:platelet, thrombocyte)
(el: - "klot" dan - "sel") adalah sel anuclear nulliploid (tidak
mempunyai nukleus pada DNA-nya) dengan bentuk tak beraturan dengan ukuran
diameter 2-3 m

yang merupakan fragmentasi dari megakariosit. Keping darah
tersirkulasi dalam darah dan terlibat dalam mekanisme hemostasis tingkat sel dalam
proses pembekuan darah dengan membentuk darah beku.

Karakteristik Trombosit
A. Ciri-Ciri Trombosit



Gambaran mikroskopik dengan
pewarnaan Wright Giemsa
Diagram Trombosit
1. Berbentuk cakram bulat, oval, bikonveks
2. Tidak berinti
3. Dengan sitoplasma berwarna biru keabu-abuan pucat yang berisi granula
merah-ungu yang tersebar merata
4. Berukuran 1-4 mikron
5. Hidup sekitar 10 hari
6. Sering disebut sel darah pembeku karena fungsinya dalam proses pembekuan
darah
7. Berukuran lebih kecil daripada eritrosit maupun leukosit dan tidak berinti
8. Dalam setiap mm
3
terdapat 200.000 - 400.000 trombosit
9. Dibentuk pada sel megakariosit sumsum tulang
10. Mempunyai waktu hidup sekitar 10 hari
11. Mudah pecah bila tersentuh benda kasar
B. Jumlah Trombosit
Jumlah trombosit normal adalah 150.000 450.000 per mm
3
darah. Dikatakan
trombositopenia ringan apabila jumlah trombosit antara 100.000 150.000 per mm
3

darah. Apabila jumlah trombosit kurang dari 60.000 per mm
3
darah maka akan
cenderung terjadi perdarahan. Jika jumlah trombosit di atas 40.000 per mm
3
darah
biasanya tidak terjadi perdarahan spontan, tetapi dapat terjadi perdarahan setelah
trauma. Jika terjadi perdarahan spontan kemungkinan fungsi trombosit terganggu atau
ada gangguan pembekuan darah. Bila jumlah trombosit kurang dari 40.000 per mm
3

darah, biasanya terjadi perdarahan spontan dan bila jumlahnya kurang dari 10.000 per
mm
3
darah perdarahan akan lebih berat. Dilihat dari segi klinik, penurunan jumlah
trombosit lebih memerlukan perhatian daripada kenaikannya (trombositosis) karena
adanya resiko perdarahan.
C. Fungsi Trombosit
Trombosit memiliki peran dalam sistem hemostasis, suatu mekanisme faali
tubuh untuk melindungi diri terhadap kemungkinan perdarahan atau kehilangan
darah. Fungsi utama trombosit adalah melindungi pembuluh darah terhadap
kerusakan endotel akibat trauma-trauma kecil yang terjadi sehari-hari dan mengawali
penyembuhan luka pada dinding pembuluh darah. Mereka membentuk sumbatan
dengan jalan adhesi (perlekatan trombosit pada jaringan sub-endotel pada pembuluh
darah yang luka) dan agregasi (perlekatan antar sel trombosit).

Proses Pembekuan Darah
Proses pembekuan darah merupakan suatu proses yang rumit dan melibatkan
banyak faktor antihemofili, yaitu faktor-faktor yang berperan untuk menghentikan
perdarahan. Proses pembekuan darah dimulai ketika terjadi kerusakan pada pembuluh
darah yang menyebabkan keping-keping darah keluar dari pembuluh bersama-sama
dengan komponen darah lainnya. Keping-keping darah mudah pecah setelah
bersinggungan dengan udara atau permukaan yang kasar sehingga enzim
tromboplastinogenase yang terdapat di dalamnya keluar dan bercampur dengan
plasma darah.
Pada plasma darah terdapat tromboplastinogen yang merupakan salah satu
komponen globulin, zat ini diaktifkan oleh enzim tromboplastinogenase menjadi
tromboplastin. Sementara itu pada plasma darah terdapat pula protrombin yang
dihasilkan hati dengan bantuan vitamin K. Protrombin hanya dapat berperan dalam
proses pembekuan darah jika telah diaktifkan menjadi enzim trombin. Untuk
mengaktifkannya dibutuhkan pula tromboplastin dan ion kalsium (Ca2+).
Peranan enzim trombin ialah mengubah fibrinogen, yaitu salah satu protein
darah yang larut dalam plasma darah menjadi fibrin berbentuk jalinan serat-serat
halus yang akan menjaring sel-sel darah. Dengan demikian, terjadilah gumpalan
darah pada bagian pembuluh darah yang rusak dan gumpalan ini menghalangi darah
agar tidak ke luar dari pembuluh tersebut.
Proses pembekuan darah tidak akan terjadi jika salah satu dari faktor-faktor
antihaemofili tidak tersedia. Artinya pendarahan tidak dapat dihentikan atau dikenal
sebagai hemofilia. Namun, jika proses pembekuan terjadi di dalam pembuluh darah
maka gumpalan darah (embolus) dapat menyumbat pembuluh-pembuluh darah.
Keadaan yang disebut embolisme ini menghambat pemberian zat-zat makanan dan
oksigen bagi jaringan sehingga dapat menyebabkan kematian jaringan tersebut.
Pada keadaan yang normal, darah yang keluar dari pembuluh darah akan
mengalami proses pembekuan. Namun, darah yang diambil dari seseorang untuk
dipindahtugaskan harus diupayakan agar tidak membeku, salah satu cara di
antaranya, yaitu dengan menambahkan senyawa organik tertentu, misalnya natrium
sitrat yang akan mengikat ion Ca2+ sehingga menghambat pembekuan trombin.
Selain itu, perlu juga penyimpanan pada ruang bersuhu rendah agar enzim-enzim
yang berperan sebagai faktor antihemofili tidak berfungsi.
Kelainan dan /atau Penyakit Trombosit pada Manusia
Suatu kelainan atau penyakit dari trombosit disebut thrombocytopathy. Ada
gangguan yang mengurangi jumlah trombosit, seperti heparin-induced
trombositopenia (HIT) atau Thrombotic Thrombocytopenic Purpura (TTP) yang
biasanya menyebabkan trombosis, atau bekuan, bukannya pendarahan.















DAFTAR PUSTAKA
http://10prdpta.blogspot.com/2012/02/ciri-ciri-sel-darah.html
http://blog-guru-tik.blogspot.com/2012/03/1-darah.html
http://darah-medis.blogspot.com/2012/10/kelainan-sel-darah-putih.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Basofil
http://id.wikipedia.org/wiki/Darah
http://id.wikipedia.org/wiki/Eosinofil
http://id.wikipedia.org/wiki/Eritrosit_pada_manusia
http://id.wikipedia.org/wiki/Keping_darah
http://id.wikipedia.org/wiki/Limfosit
http://id.wikipedia.org/wiki/Makrofag
http://id.wikipedia.org/wiki/Monosit
http://id.wikipedia.org/wiki/Neutrofil
http://id.wikipedia.org/wiki/Sel_darah_merah
http://id.wikipedia.org/wiki/Sel_darah_putih
http://labkesehatan.blogspot.com/2009/12/hitung-trombosit.html
http://mengobati.net/ciri-ciri-sel-darah-merah
http://miranda-aprili.blogspot.com/2013/03/komponen-komponen-darah.html
http://rizqimurtafiah.wordpress.com/2011/09/17/kelainan-kelainan-leukosit/
http://serpihanilmuku.blogspot.com/2011/02/kelainan-kelainan-pada-sel-darah-
merah.html
http://www.materi-sma.com/2014/01/penjelasan-fungsi-dan-komposisi-darah.html
http://www.sridianti.com/ciri-ciri-sel-darah-merah-manusia.html
http://www.sridianti.com/penyakit-sel-darah-putih.html
http://yahooiklan.blogspot.com/2010/11/sel-darah-eritrosit-leukosit-trombosit.html

Anda mungkin juga menyukai