Break event point adalah suatu keadaan dimana dalam suatu operasi perusahaan tidak mendapat untung maupun rugi/ impas (penghasilan = total biaya). Sebelum memproduksi suatu produk, perusahaan terlebih dulu merencanakan seberapa besar laba yang diinginkan. Ketika menjalankan usaha maka tentunya akan mengeluarkan biaya produksi, maka dengan analisis titik impas dapat diketahui pada waktu dan tingkat harga berapa penjualan yang dilakukan tidak menjadikan usaha tersebut rugi dan mampu menetapkan penjualan dengan harga yang bersaing pula tanpa melupakan laba yang diinginkan. Hal tersebut dikarenakan biaya produksi sangat berpengaruh terhadap harga jual dan begitu pula sebaliknya, sehingga dengan penentuan titik impas tersebut dapat diketahui jumlah barang dan harga yang pada penjualan. Analisis break even sering digunakan dalam hal yang lain misalnya dalam analisis laporan keuangan. Dalam analisis laporan keuangan kita dapat menggunakan rumus ini untuk mengetahui: 1. Hubungan antara penjualan, biaya, dan laba 2. Struktur biaya tetap dan variable 3. Kemampuan perusahaan memberikan margin unutk menutupi biaya tetap 4. Kemampuan perusahaan dalam menekan biaya dan batas dimana perusahaan tidak mengalami laba dan rugi Selanjutnya, dengan adanya analisis titik impas tersebut akan sangat membantu manajer dalam perencanaan keuangan, penjualan dan produksi, sehingga manajer dapat mengambil keputusan untuk meminimalkan kerugian, memaksimalkan keuntungan, dan melakukan prediksi keuntungan yang diharapkan melalui penentuan harga jual persatuan, produksi minimal, pendesainan produk, dan lainnya
Dalam penentuan titik impas perlu diketahui terlebih dulu hal-hal dibawah ini agar titik impas dapat ditentukan dengan tepat, yaitu: Tingkat laba yang ingin dicapai dalam suatu periode Kapasitas produksi yang tersedia, atau yang mungkin dapat ditingkatkan Besarnya biaya yang harus dikeluarkan, mencakup biaya tetap maupun biaya variable. B.Penjelasan break even point Teknik break even poin analysis atau cost volume profit analysis sering digunakan dalam menganalisis keuangan perusahaan. Model ini mencoba mencari dan menganalisis aspek hubungan antara besarnya investasi dan besarnya volume rupiah yang diperlukan untuk mencapai tingkat laba tertentu. Dalam perusahaan peranan penjualan sudah jelas yaitu sebagai generating income yaitu sumber pembentukan laba. Kita menginginkan agar penjualan dapat menutupi biaya total yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variable. Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tidak dipengaruhi oleh volume kegiatan. Beroperasi atau tidak, biaya ini harus dikeluarkan, misalnya biaya penyusutan, biaya sewa, biaya gaji, dan lain lain. Sebaliknya semakin banyak volume kegiatan atau produksi semakin rendah biaya per unit biaya variable adalah biaya yang jumlahnya tergantung pada volume kegiatan. Jika ada kegiatan pasti ada biaya variable ini. Semakin banyak volume kegiatan maka semakin banyak biaya variable. Namun biaya per unit relative sama. Misalnya biaya bahan, gaji tenaga kerja langsung, komisi penjualan, dll. Pengetahuan terhadap biaya inisangat penting dalam melakukan analisis break even. Break even berarti suatu keadaan dimana perusahaan tidak mengalami laba dan juga tidak mengalami rugi, artinya seluruh biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan produksi itu dapat ditutupi oleh penghasilan penjualan. Total biaya( biaya tetap dan biaya variable) sama dengan total penjualan, sehingga tidak terjadi laba dan juga kerugian.
C.Rumus BEP Pengetahuan akan angka break even ini sangatlah penting dalam melakukan analisis keuangan, maupun dalam perencanaan laba dan pengambilan keputusan. Perhitungan break even inidapat dijelaskan melalui contoh sebagai berikut: Misalkan biaya tetap(fixed cost) Rp 40.000,-, biaya ini dikeluarkan kendatipun tidak ada penjualan. Biaya variable Rp 1,2 per unit artinya berap unit yang dijual biaya variabelnya dikalikan Rp 1,2. Bertambah besar volume penjualan bertambah besar pula biaya variable. Penjualan per unit dimisalkan Rp 2.
Dari data ini dapat kita cari break even sebagai berikut: Penjualan adalah harga x Volume (unit) Sales = Price x Quantity S = P . Q S =Rp 2 . Q P menggambarkan harga per unit, Q menggambarkan volume penjualan dalam unit, sedangkan S menggambarkan nilai total penjualan (sales). Total biaya adalah biaya tetap + biaya variable TC = FC + VC Jika FC = Rp 40.000,- maka : TC = 40.000+ 1,2.Q Dari rumusan ini kita dapat membuat rumus break even. a. Rumus break even point Kalau kita ingin mengetahui total cost atau total penerimaan dari penjualan maka yang diperlukan hanya volume penjualan dalam unit (Q). setiap jumlah Q akan kita dapat menghitung sales,total cost, dan juga laba/rugi. Namun dalam BEP yang menjadi pegangan bagi kita adalah titik dimana perusahaan tidak mengalami laba dan tidak mengalami rugi atau istilah lainnya titik IMPAS. Titik impas ini terjadi apabila: TR (Sales) = P. Q TC = FC + VC Jadi pada titik break even: Harga x Kuantitas Penjualan = biaya tetap + biaya variable P . Q = FC+ VC P .Q = FC + (V . Q ) (P. Q) (V. Q) = FC Q (P-V) = FC V= harga variable cost per unit Jadi : Q= FC / (P-V) Dalam rumus dan contoh di atas maka break even dapat kita hitung sebagai berikut: Q = = Q = 50.000
b. Metode sederhana Dari hasil perhitungan ini dapat diketahui bahwa jumlah yang harus dijual kalau perusahaan berada pada titik impas (break even) adalah 50.000 unit. Perhitungan dengan cara lain dapat dilihat dari table sebagai berikut:
Harga penjualan adalah Rp 2/unit. Biaya variable Rp 1,2 Biaya tetap Rp 40.000,- Jumlah unit
Dari table ini dapat dilihat bahwa titik break even adalah pada jumlah volume penjualan sebesar 50.000 unit. Ini berarti bahwa apabila penjualan perusahaan 50.000 unit maka perusahaan berada dalam posisi tidak mendapat laba dan tidak mengalami rugi. Oleh karena itu kalau ingin beruntung maka usahakan agar penjualan di atas break even tersebut. D. Kegunaan Lain dari BEP Break even analysis sangat bermanfaat dalam mengetahui hubungan antar cost, volume, harga, dan laba. Misalnya kita ingin mencapai laba tertentu maka kita akan dapat mengetahui berapa unit barang yang harus kita jual. Apabila misalnya dalam contoh diatas kita ingin laba Rp 8.000,- maka perhitungannya adalah sebagai berikut: Pertama jika tidak ada laba rumusnya: P x Q = FC + VC Kalau kita ingin laba Rp 8.000,- maka rumusnya : P x Q = FC + VC + 8.000 2 Q = 40.000+ 1,2 Q+ 8.000 0,8Q =48.000 Q = 60.000 unit. Untuk mendapatkan laba sebesar Rp 8.000,- maka kita harus dapat menjual 60.000 unit atau volume penjualan harus Rp 120.000,-. Rumus ini bisa juga dipakai dengan harga per unit, dengan menggunakan rumus tersebut di atas. Misalnya kita ingin mendapat laba sebesar Rp 8.000,- tapi menurut manajer penjualan kita hanya dapat menargetkan penjulaan sebanyak 50.000 unit saja. Jadi berapa harga per unit yang dapat kita jual (agar keuntungan sebesar Rp 8.000 dengan penjualan sebanyak 50.000 unit) ? Untuk itu gunakan kembali rumusan yang sebelumnya: P.Q = FC + VC+ 8.000 P. 50.000 = 40.000+ 0,8(50.000) +8.000 50.000 P = 8.000 P = 1,76 Jadi jika kita ambil laba Rp 8.000 dan jumlah unit yang dijual hanya 50.000 unit, maka harga yang dapat kita ambil adalah sebesar Rp 1,76. Kalau P= 1,76 maka laba dapat dihitung sebagai berikut: Sales (TR) 50.000 x 1,76 = Rp 88.000,- Biaya: Biaya tetap = Rp 40.000,- Biaya variable 50.000 x 0,8 = Rp 40.000,- Total biaya = Rp 80.000,- Laba = Rp 8.000,-
E. Kelemahan Penggunaan BEP Dalam pemakaian analisis ini kita harus menyadari keterbatasan yang dikandung model ini. Kelemahan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Asumsi yang menyebutkan harga jual konstan padahal kenyataannya harga ini kadang- kadang harus berubah sesuai dengan kekuatan permintaan dan penwaran di pasar. Untuk menutupi kelemahan itu, maka harus dibuat analisis sensitivitas untuk harga jual yang berbeda. 2. Asumsi terhadap cost Penggolongan biaya tetap dan biaya variable juga mengandung kelemahan. Dalam keadaan tertentu untuk memenuhi volume penjualan , biaya tetap mau tidak mau harus berubah karena pembelian mesin-mesin atau peralatan baru guna meningkatkan volume produksi untuk penjualan. Begitu pula pada perhitungan biaya variable per unit mengalami perubahan karena pada saat tertentu dapat terjadi kenaikan harga bahan baku sehingga menaikkan biaya produksi perusahaan. 3. Jenis barang yang dijual tidak selalu satu jenis 4. Biaya tetap juga tidak selalu tetap pada berbagai kapasitas 5. Biaya variable juga tidak selalu berubah sejajar dengan perubahan volume penjualan.
Namun begitu,asumsi-asumsi terhadap analisis titik impas seperti asumsi terhadap biaya yang dianggap tetap, kapasitas produksi serta tingkat penjualan dengan jumlah dan harga yang juga diasumsikan tetap, maupun biaya variable yang disumsikan berubah sebanding dengan perubahan volume penjualan perlu dilakukan karena untuk dapat membuat suatu model analisis mau tidak mau perlu adanya asumsi yang mendasari perhitungan tersebut, agar perhitungan yang dilakukan dapat menghasilkan hal-hal yang ingin kita prediksi. Kelemahan- kelemahan yang terjadi merupakan resiko dari prediksi yang dilakukan sehingga dalam pengambilan keputusan melalui analisis titik impas tetap perlu adanya kehati-hatian dari manajer guna menghindari kesalahan yang berakibat pada kerugian usaha.
F. ANALISIS SENSITIVITAS (SENSITIVITY ANALYSIS) Merupakan suatu analisis untuk dapat melihat pengaruh2 yang akan terjadi akibat keadaan yang berubah-ubah Tujuan Analisis Sensitivitas : 1. Memperbaiki cara pelaksanaan proyek/bisnis yang sedang dilaksanakan 2. Memperbaiki design proyek/bisnis sehingga dapat meningkatkan NPV 3. Mengurangi resiko kerugian dgn menunjukkan beberapa tindakan pencegahan yang harus diambil Proyek pertanian sangat sensitif (berubah-ubah) akibat 4 hal, yaitu :
1. Harga Output (apabila penetapan harganya berbeda dengan kenyataan yang terjadi)
2. Keterlambatan pelaksanaan (keterlambatan inovasi teknologi, pemesanan dan penerimaan teknologi) 3. Kenaikan Biaya (Input) Umumnya proyek sangat sensitif terhadap perubahan biaya terutama biaya konstruksi
4. Hasil (memperkirakan hasil, gangguan hama/penyakit, gamgguan musim) Perubahan keempat variabel tersebut akan mempengaruhi komponen Cashflow (inflow ataupun outflow) yang pada akhirnya akan mempengaruhi Net benefit dan mengubah kriteria investasi. Cara melakukan Analisis Sensitivitas Kita memilih sejumlah nilai yang dengan nilai tersebut kita melakukan perubahan terhadap masalah yg dianggap penting pada analisis proyek & kemudian menentukan pengaruh perubahan tsb terhadap daya tarik proyek. Sejumlah nilai tersebut berdasarkan data-data yang tersedia (ada dasarnya) Misalnya, 1. perubahan kenaikan biaya 10 persen karena 2. perubahan penurunan produksi sebesar 30 % karena hama penyakit, 3. Dll NPV proyek irigasi pada DF 12 % adalah Rp 8.14 ribu juta rupiah
IRR = 20 + 5((0.29/(0.29-(-0.85)) = 21 persen NPV pada DF 12 % = Rp 2.37 ribu juta
IRR = 15 + 5(0.14/1.96) = 15 % DAFTAR PUSTAKA Khasmir, Pengantar Manajemen Keuangan, Syafri Sofyan, Analisis Kritis Laporan Keuangan, Rajawali Pres, Jakarta, 2008. http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=analisis+sensitivitas&source=web&cd=1&ved =0CCIQFjAA&url=http%3A%2F%2Fmikolehi.files.wordpress.com%2F2009%2F11%2Fan alisis-sensitivitas-sensitivity- analysis.ppt&ei=jZmeT8iCJsqHrAeopYVE&usg=AFQjCNFPF6Be9ObjerMrlasAMu6rnFYy wg Break Even point atau BEP adalah suatu analisis untuk menentukan dan mencari jumlah barang atau jasa yang harus dijual kepada konsumen pada harga tertentu untuk menutupi biaya-biaya yang timbul serta mendapatkan keuntungan / profit. BEP amatlah penting kalau kita membuat usaha agar kita tidak mengalami kerugian, apa itu usaha jasa atau manufaktur, diantara manfaat BEP adalah 1. alat perencanaan untuk hasilkan laba 2. Memberikan informasi mengenai berbagai tingkat volume penjualan, serta hubungannya dengan kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat penjualan yang bersangkutan. 3 Mengevaluasi laba dari perusahaan secara keseluruhan 4 Mengganti system laporan yang tebal dengan grafik yang mudah dibaca dan dimengerti Setelah kita mengetahui betapa manfaatnya BEP dalam usaha yang kita rintis, kompenen yang berperan disini yaitu biaya, dimana biaya yang dimaksud adalah biaya variabel dan biaya tetap, dimana pada prakteknya untuk memisahkannya atau menentukan suatu biaya itu biaya variabel atau tetap bukanlah pekerjaan yang mudah, Biaya tetap adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh kita untuk produksi ataupun tidak, sedangkan biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan satu unit produksi jadi kalau tidak produksi maka tidak ada biaya ini Salah satu kelemahan dari BEP yang lain adalah Bahwa hanya ada satu macam barang yang diproduksi atau dijual. Jika lebih dari satu macam maka kombinasi atau komposisi penjualannya (sales mix) akan tetap konstan. Jika dilihat di jaman sekarang ini bahwa perusahaan untuk meningkatkan daya saingnya mereka menciptakan banyak produk jadi sangat sulit dan ada satu asumsi lagi yaitu Harga jual persatuan barang tidak akan berubah berapa pun jumlah satuan barang yang dijual atau tidak ada perubahan harga secara umum. Hal ini demikian pun sulit ditemukan dalam kenyataan dan prakteknya. Bagaimana cara menghitungnya? Dalam menyusun perhitungan BEP, kita perlu menentukan dulu 3 elemen dari rumus BEP yaitu : 1. Fixed Cost (Biaya tetap) yaitu biaya yang dikeluarkan untuk menyewa tempat usaha, perabotan, komputer dll. Biaya ini adalah biaya yang tetap kita harus keluarkan walaupun kita hanya menjual 1 unit atau 2 unit, 5 unit, 100 unit atau tidak menjual sama sekali 2. Variable cost (biaya variable) yaitu biaya yang timbul dari setiap unit penjualan contohnya setiap 1 unit terjual, kita perlu membayar komisi salesman, biaya antar, biaya kantong plastic, biaya nota penjualan 3. Harga penjualan yaitu harga yang kita tentukan dijual kepada pembeli Adapun rumus untuk menghitung Break Even Point ada 2 yaitu : 1. Rumus BEP untuk menghitung berapa unit yang harus dijual agar terjadi Break Even Point :Total Fixed Cost __________________________________ Harga jual per unit dikurangi variable cost Contoh : Fixed Cost suatu toko lampu : Rp.200,000,- Variable cost Rp.5,000 / unit Harga jual Rp. 10,000 / unit Maka BEP per unitnya adalah Rp.200,000 __________ = 40 units 10,000 5,000 Artinya perusahaan perlu menjual 40 unit lampu agar terjadi break even point. Pada pejualan unit ke 41, maka took itu mulai memperoleh keuntungan 2. Rumus BEP untuk menghitung berapa uang penjualan yang perlu diterima agar terjadi BEP : Total Fixed Cost __________________________________ x Harga jual / unit Harga jual per unit dikurangi variable cost Dengan menggunakan contoh soal sama seperti diatas maka uang penjualan yang harus diterima agar terjadi BEP adalah Rp.200,000 __________ x Rp.10,000 = Rp.400,000,- 10,000 5,000 ANALISIS BREAK EVEN POINT Anlisis BEP dapat memberikan hasil yang memadai, apabila asumsi berikut terpenuhi : _ Perilaku penerimaan dan pengeluaran dilukiskan dengan akurat dan bersifat sepanjang rentang yang relevan _ Biaya dapat dipisahkan antara biaya tetap dan biaya variabel _ Efisiensi dan produktivitas tidak berubah _ Harga jual tidak berubah _ Biaya- biaya tidak berubah _ Bauran penjualan akan konstan _ Tidak ada perbedaan yang signifikan antara persediaan awal dan persediaan akhir Pendekatan dalam mengitung BEP _ Pendekatan Persamaan _ Pendekatan Marjin Kontribusi _ Pendekatan Grafik Pendekatan persamaan _ Y=cx bx a _ Y = laba _ c = harga jual per unit _ x = jumlah produk _ b = biaya variabel satuan _ a =biaya tetap total _ cx = hasil penjualan _ bx = biaya variabel total _ X(BEP dalam unit) = a/(c-b) _ CX(BEP dalam unit) = ac/(c-b) = a/(1 b/c) Biaya Tetap Vs Biaya Variabel Dalam hubungannya dengan volume produksi : (1)Biaya Variabel Karakteristik : _ biaya berubah total sebanding perubahan tingkat aktivitas _ Biaya satuan tidak dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan (biaya satuan konstan) Contoh dalam perusahan furniture _ Biaya perlengkapan _ Biaya bahan bakar _ Biaya sumber tenaga _ Biaya perkakas kecil _ Asuransi aktiva tetap dan kewajiban _ Gaji satpam dan pesuruh pabri Dalam hubungannya dengan volume produksi : (2)Biaya Tetap Karakteristik : _ Totalitas tidak berubah terhadap perubahan tingkat aktivitas _ Biaya satuan berbanding terbalik terhadap perubahan volume kegiatan Contoh dalam perusahan furniture _ Biaya penyusutan _ Gaji eksekutif _ Pajak bumi dan bangunan _ Amortisasi paten _ Biaya penerimaan barang _ Biaya komunikasi _ Upah lembur Dengan metoda 1. Pendekatan Persamaan 2. Pendekatan Marjin Kontribusi 3. Pendekatan Grafik Pendekatan Margin Kontribusi _ Mengurangkan nilai penjualan total (total revenue =TR) dengan biaya variabel total (total Variabel cost = TVC) _ Mengurangkan harga jual per unit dengan biaya variabel per unit guna menghitung margin kontribusi per unit. Pada Kasus CV. Donut Kotak Harga Jual per unit Rp. 5.000 Biaya variabel Per Unit Rp. 3.000 Margin kontribusi Rp. 2.000 BEP(unit) = (Biaya tetap Total : Margin kontribusi per unit) BEP(unit) = 7.500.000/2.000 = 3.750 unit _ BEP (rupiah) Terlebih dahulu harus dihitung Rasio Margin Kontribusi _ Harga penjualan per unit Rp. 5.000,- 100 % _ Biaya Variabel per unit Rp. 3.000,- 60 % _ Margin kontribusi Rp. 2.000,- 40 % Ratio margin kontribusi = 0,40 BEP (rupiah)= (Biaya tetap Total : Rasio Margin kontribusi) = Rp. 7.500.000/0,40 = Rp. 18.750.000,-
A. Pengertian Break Even Point adalah kondisi dimana perusahaan tidak mengalami untung dan tidak mengalami kerugian. Jadi dapat dikatakan bahwa perusahaan yang mencapai titik break event point ialah prusahaan yang telah memiliki kesetaraan antara modal yang dikeluarkan untuk proses produksi dengan pendapatan produk yang dihasilkan.
B. Analisa BEP (Break Even Point) Analisa BEP adalah alat yang digunakan untuk menentukan besaran harga dan anggaran yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan untuk mencapai BEP. Dalam melakukan analisa BEP, perusahaan akan meperoleh volume produksi, penjualan, dan keuntungan yang akan diperoleh, serta waktu yang diperlukan untuk mencapai BEP.
Note : semakin banyak barang yang diproduksi, semakin rendah nilai harga jual, dan semakin lama proses mencapai BEP, namun semakin mudah untuk mengikat konsumen. Begitu pula sebaliknya, semakin sedikit barang yang diproduksi, semakin tinggi nilai jual barang, dan semakin cepat untuk mencapai BEP.
Rumus analisa BEP : BEP = Total Fixed Cost / (Harga perunit - Variabel Cost Perunit)
Contoh perhitungan : Seseorang dengan modal Rp 10.000.000 ingin melakukan bisnis usaha makanan martabak telor dengan harga jual per unitnya ialah Rp 15.000. Besar biaya produksi martabak telor tersebut ialah Rp 10.000. Berapa buah kah martabak telor yang harus diproduksi dengan harga Rp. 15.000 untuk mencapai titik BEP? Jawab :
BEP = 10.000.000 / ( 15.000 - 10.000 )
BEP = 10.000.000 / 5.000
BEP = 2.000 buah
Jadi, untuk mencapai titik BEP, martabak yang harus diproduksi ialah sebanyak 2.000 buah. Asumsi - asumsi dalam mengadakan BEP : 1. Harga jual produk harus tetap 2. Tidak menggunakan lebih dari satu jenis produk, apabila menggunakan lebih dari satu jenis produk maka menggunakan perhitungan analisa BEP tersendiri 3. Produksi haruslah konstan 4. Semua biaya besaran produksi dapat diukur secara realistik
C. Kegunaan Break Even Point BEP sangat berguna bagi perusahaan untuk menentukan besaran jumlah produksi yang akan dihasilkan dan nilai harga jual barang tersebut. Dengan menerapkan analisa BEP, perusahaan dapat melihat laba, kerugian, harga jual, produksi, keuntungan, dan lain sebagainya yang telah dapat diprediksi sebelumnya, sehingga mempermudah bagi pemimpin perusahaan untuk menentukan kebijaksanaan.
D. Kelemahan Break Even Point Sekalipun Analisa break even ini banyak digunakan oleh perusahaan, tetapi tidak dapat dilupakan bahwa analisa ini mempunyai beberapa kelemahan. Kelemahan utama dari analisa break even point ini antara lain : asumsi tentang linearity, kliasifikasi cost dan penggunaannya terbatas untuk jangka waktu yang pendek. (Soehardi,2004).
1 Asumsi tentang linearityPada umumnya baik harga jual per unit maupun variabel cost per unit, tidaklah berdiri sendiri terlepas dari volume penjualan. Dengan perkataan lain, tingkat penjualan yang melewati suatu titik tertentu hanya akan dicapai dengan jalan menurunkan harga jual per unit. Hal ini tentu saja akan menyebabkan garis renevue tidak akan lurus, melainkan melengkung. Disamping itu variabel operating cost per unit juga akan bertambah besar dengan meningkatkan volume penjualan mendekati kapasitas penuh. Hal ini bisa saja disebabkan karena menurunnya efesiensi tenaga kerja atau bertambah besarnya upah lembur.
2. Klasifikasi biayaKelemahan kedua dari analisa break even point adalah kesulitan di dalam mengklasifikasikan biaya karena adanya semi variabel cost dimana biaya ini tetap sampai dengan tingkat tertentu dan kemudian berubah-ubah setelah melewati titik tersebut.
3. Jangka waktu penggunaan Kelemahan lain dari analisa break even point adalah jangka waktu penerapanya yang terbatas, biasanya hanya digunakan di dalam pembuatan proyeksi operasi selama setahun. Apabila perusahaan mengeluarkan biaya-biaya untuk advertensi ataupun biaya lainnya yang cukup besar dimana hasil dari pengeluaran tersebut (tambahan investasi) tidak akan terlihat dalam waktu yang dekat sedangkan operating cost sudah meningkat, maka sebagai akibatnya jumlah pendapatan yang harus dicapai menurut analisa break even point agar dapat menutup semua biaya-biaya operasi yang bertambah besar juga.
Pengertian analisa break even menurut Sigit (1993, p. 2) adalah suatu cara atau suatu teknik yang digunakan oleh seorang petugas atau manajer perusahaan untuk mengetahui pada volume (jumlah) penjualan dan volume produksi berapakah perusahaan yang bersangkutan tidak menderita kerugian dan tidak pula memperoleh laba.
Definisi analisa break even menurut Schmidgall, Hayes, dan Ninemeier (2002) adalah, Break even analysis is a management tool that can help restaurant managers examine the relationship between various costs, revenues and sales volume. It allows to determine revenue required at any desired profit level that called Cost-Volume-Profit (CVP) analysis (p. 169). yang kurang lebih memiliki arti : analisa titik impas adalah suatu alat manajemen yang dapat membantu manajer restoran untuk melihat hubungan antara bermacam-macam biaya, pendapatan dan volume penjualan. Melalui analisa titik impas, manajer juga dapat menentukan jumlah pendapatan yang diperlukan pada suatu tingkat pencapaian laba yang diinginkan yang juga biasa disebut Analisis Biaya-Volume-Laba .
Menurut Mulyadi (1993, 230) Analisa break even adalah suatu cara untuk mengetahui volume penjualan minimum agar suatu usaha tidak menderita rugi, tetapi juga belum memperoleh laba yang dengan kata lain labanya sama dengan nol.
Menurut Matz, Usry, dan Hammer (1991, p. 202), Analisa break even merupakan suatu analisa yang digunakan untuk menentukan tingkat penjualan dan bauran produk yang diperlukan agar semua biaya yang terjadi dalam periode tersebut dapat tertutupi, yang mana analisa tersebut dapat menunjukkan suatu titik dimana perusahaan tidak memperoleh laba ataupun menderita rugi.
Menurut Rony (1990, p. 358) Analisa break even atau disebut Analisis titik impas merupakan sarana bagi manajemen untuk mengetahui pada titik berapa hasil penjualan sama dengan jumlah biaya sehingga perusahaan tidak memperoleh keuntungan maupun kerugian.
Bambang Riyanto, dalam bukunya "Dasar-dasar pembelanjaan Perusahaan" mengemukakan pengertian Analisa Break Even sebagai berikut: "Analisa Break Even adalah suatu teknik analisa untuk mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan volume kegiatan. Oleh karena analisa tersebut mempelajari hubungan antara biaya - keuntungan - volume, maka analisa tersebut sering juga disebut 'cost-profit volume analysis (CPV analysis)', (1982: 290)".
Manfaat Analisa Break Even Point. Menurut Rony (1990, p. 357) analisis titik impas atau analisis Break Even Point sangat bermanfaat bagi manajemen dalam menjelaskan beberapa keputusan operasional yang penting dalam tiga cara berbeda namun tetap berkaitan yaitu: a. Pertimbangan tentang produk baru dalam menentukan berapa tingkat penjualan yang harus dicapai agar perusahaan memperoleh laba. b. Sebagai kerangka dasar penelitian pengaruh ekspansi terhadap tingkat operasional. c. Membantu manajemen dalam menganalisis konsekuensi penggeseran biaya variabel menjadi biaya tetap karena otomisasi mekanisme kerja dengan peralatan yang canggih. Matz, Usry dan Hammer (1991, p. 224) juga menjelaskan beberapa manfaat analisa break even untuk manajemen, yaitu : a. Membantu pengendalian melalui anggaran. b. Meningkatkan dan menyeimbangkan penjualan. c. Menganalisa dampak perubahan volume. d. Menganalisa harga jual dan dampak perubahan biaya. e. Merundingkan upah. f. Manganalisa bauran produk. g. Manerima keputusan kapitalisasi dan ekspansi lanjutan. h. Menganalisa margin of safety.
Sedangkan menurut Sigit (1993, p. 1) analisa Break Even Point mempunyai beberapa manfaat, diantaranya adalah : a. Sebagai dasar merencanakan kegiatan operasional dalam usaha mencapai laba tertentu. b. Sebagai dasar atau landasan untuk mengendalikan aktivitas yang sedang berjalan. c. Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan harga jual. d. Sebagai bahan atau dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan
Asumsi-Asumsi Dasar Analisa Break Even Point : Beberapa asumsi yang berpengaruh dalam analisa break even menurut Mulyadi (1993, p. 259) adalah sebagai berikut : a. Variabilitas biaya dianggap akan mendekati pola perilaku yang diramalkan. b. Harga jual produk dianggap tidak berubah-ubah pada berbagai tingkat kegiatan. c. Kapasitas produksi pabrik dianggap secara relative konstan. d. Harga faktor-faktor produksi dianggap tidak berubah. e. Efisiensi produksi dianggap tidak berubah. f. Perubahan jumlah persediaan awal dan akhir dianggap tidak signifikan. g. Komposisi produk yang dijual dianggap tidak berubah. h. Volume merupakan faktor satu-satunya yang mempengaruhi biaya
Dampak Perubahan dari Beberapa Faktor dalam Analisa Break Even Point Menurut Mulyadi dalam buku Akuntansi Manajemen (1993, 259): a. Suatu perubahan dalam biaya variabel akan mengakibatkan perubahan dalam contribution margin dan impas. b. Suatu perubahan dalam harga jual akan mengakibatkan perubahan pada contribution margin dan impas. c. Angka laba kontribusi hanya akan dipengaruhi oleh perubahan pada biaya variabel dan harga jual. d. Suatu perubahan dalam biaya tetap mengakibatkan perubahan pada impas tapi tidak mempengaruhi laba kontribusi. e. Suatu perubahan gabungan dalam biaya tetap dan biaya variabel pada arah yang sama akan menyebabkan perubahan tajam terhadap impas.
Manajemen Risiko Dan Uang Untuk Trading Harian Dan Swing Trading: Panduan Lengkap Cara Memaksimalkan Keuntungan Anda Dan Meminimalkan Risiko Anda Dalam Perdagangan Forex, Futures, Dan Saham