Anda di halaman 1dari 12

215

AMELIORASI TANAH TERCEMAR INSEKTISIDA


KARBOFURAN PADA TANAMAN PADI SAWAH
Mulyadi, R. Artanti, dan Y. Hendarwati
Balai Penelitian Lingkungan Pertanian
ABSTRAK
Peningkatan sektor pertanian memerlukan berbagai sarana yang
mendukung agar dapat dicapai hasil yang memuaskan dan terutama dalam hal
mencukupi kebutuhan nasional dalam bidang pangan/sandang dan meningkatkan
perekonomian nasional dengan mengekspor hasil ke luar negeri. Sarana-sarana
yang mendukung peningkatan hasil di bidang pertanian ini adalah alat-alat
pertanian, pupuk, bahan-bahan kimia yang termasuk di dalamnya adalah
pestisida. Dalam upaya meminimisasi kontaminasi residu pestisida dalam tanah,
perhatian mulai dicurahkan kepada penggunaan bahan organik. Bahan organik
merupakan salah satu bahan amelioran yang dapat digunakan untuk menurunkan
kation dan anion dari larutan tanah. Penelitian Ameliorasi tanah tercemar
insekisida karbofuran pada tanaman padi sawah dilakukan tahun 2009 di rumah
kasa Balingtan, menggunakan rancangan acak kelompok, diulang 4 kali.
Perlakuan pemberian berbagai bahan amelioran yaitu: 1) kontrol, 2) kascing
limbah teh, 3) zeolit, 4) petroganik, 5) tanin dari bakau, dan 6) pupuk kandang.
Dosis bahan amelkioran 10 t/ha kecuali zeolit 5 t/ha. Bibit padi varietas Ciherang
setelah berumur 21 hari setelah tebar, air yang digunakan untuk mengairi media
pot adalah air suling murni yang bebas dari unsur logam. Kebutuhan pupuk untuk
tanaman padi 112,5 kg N, 45 kg P
2
O
5
dan 60 kg K
2
O/ha, pupuk N, P dan K
bersumber dari Urea, SP 36 dan KCl. Hasil penelitian adalah pemberian bahan
amelioran mampu menjerap karbofuran dalam tanah sehingga tidak tersedia dan
dapat menekan yang terangkut dalam jaringan tanaman. Pemberian petroganik
dan kascing limbah teh mampu menekan kadar karbofuran dalam beras masing-
masing sebesar 78,76 dan 70,08% dari kontrol. Berat gabah/rumpun dan berat
jerami kering/rumpun tertinggi dari pemberian pupuk kandang masing-masing
naik sebesar 3,75 dan 15,66% dibandingkan kontrol demikian pula pada tinggi
tanaman, jumlah malai/rumpun dan persentase gabah isi, sedangkan berat gabah
1000 butir dari pemberian tanin dari bakau.
PENDAHULUAN
Kelestarian lingkungan dan keragaman hayati alamiah semakin
memperoleh perhatian masyarakat, baik di tingkat grass root (pelaksana
usahatani di pedesaan), pemerhati lingkungan di daerah, para LSM nasional
maupun internasional. Pertanian modern sering dikritik kurang ramah lingkungan,
Mulyadi et al.
216
mengurangi keragaman hayati, serta mengakibatkan sistem produksi terlalu
bergantung pada input anorganik dari luar ekosistem yang berpengaruh terhadap
keberlanjutan sistem produksi (Sumarno, 2001).
Dalam penerapan di bidang pertanian, ternyata tidak semua pestisida
mengenai sasaran. Kurang lebih hanya 20% pestisida mengenai sasaran
sedangkan 80% lainnya jatuh ke tanah. Akumulasi residu pestisida tersebut
mengakibatkan pencemaran lahan pertanian. Apabila masuk ke dalam rantai
makanan, sifat beracun bahan pestisida dapat menimbulkan berbagai penyakit
seperti kanker, mutasi, bayi lahir cacat, CAIDS (Chemically Acquired Deficiency
Syndrom) dan sebagainya (Said, 1994).
Gangguan pestisida oleh residunya terhadap tanah biasanya terlihat
pada tingkat kejenuhan karena tingginya kandungan pestisida persatuan volume
tanah. Unsur-unsur hara alami pada tanah makin terdesak dan sulit melakukan
regenerasi hingga mengakibatkan tanah masam dan tidak produktif (Frank C. Lu,
1995)
Hasil penelitian di J awa menunjukkan tingkat residu beberapa insektisida
pada tanaman (padi), tanah mendekati BMR (Batas Maksimum Residu) (Soejitno
et al, 1997). Residu insektisida dalam tanah dapat menurunkan populasi mikroba
tanah (Kentjanasari et al., 1999). Di daerah Karawang ternyata penggunaan
insektisida pada masa lampau masih meninggalkan residu di tanah. Residu
insektisida di tanah (92%) jauh lebih tinggi dibandingkan di beras (1%) dan air
(7%) (Ardiwinata et al., 1999). Residu insektisida karbofuran, klorpirifos, dan
endosulfan ditemukan pada beras, tanah, dan air di sentra produksi padi di J awa
Barat, J awa Tengah dan J awa Timur (Murtado et al , 1996; J atmiko et al., 1999 ;
dan Harsanti et al ., 1999). Demikian pula pada sentra pada sentra produksi
sayuran di J awa Barat ditemukan residu BHC, Klorpirifos, Endosulfan, Karbofuran
dan Dieldrin dalam sayuran dan beberapa telah melampui ambang batas
maksimum (Anonim, 2000).
Dalam upaya meminimisasi kontaminasi residu pestisida dalam tanah,
perhatian mulai dicurahkan kepada penggunaan bahan organik. Bahan organik
merupakan salah satu bahan amelioran yang dapat digunakan untuk menurunkan
kation dan anion dari larutan tanah. Bahan ini selain berkontribusi terhadap unsur
hara juga dapat menurunkan reaktifitas kation-kation meracun sehingga
kerusakan yang mungkin timbul dapat dikurangi.
Tjuan penelitian adalah untuk meminimalisasi kandungan karbofuran
dalam tanaman/beras melalui bahan amelioran.
Ameliorasi Tanah Tercemar Insektisida Karbofuran pada Tanaman Padi Sawah

217
METODOLOGI
Percobaan telah dilaksanakan tahun 2009 di rumah kasa Balai Penelitian
Lingkungan Pertanian, menggunakan tanah sawah yang diambil dari Desa
Sukarahayu, Kecamatan Tambelang, Kabupeten Bekasi.
Tanah setelah dikeringanginkan, ditumbuk dan diayak dengan menggunakan
saringan 2 mm lalu dimasukkan dalam pot, berat tanah setiap pot 7,5 kg
BKM.
Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok, diulang 4 (empat) kali.
Perlakuan menggunakan bahan amelioran, ada 6 yaitu:
a. Kontrol
b. Kascing limbah teh
c. Zeolit
d. Petroganik
e. Tanin dari bakau
f. Pupuk kandang.
Tanah setelah ditumbuk dan lolos saringan 2 mm selanjutnya diinkubasi
dalam pot dengan memberikan air aquadest sampai kondisi tetap tergenang.
Karbofuran 0,1875 gr diencerkan dengan 250 ml air aquadest, larutan yang
sudah jadi dipipet 5 ml dan diaplikasikan pada tanah yang sudah diinkubasi.
Inkubasi amelioran pada media tanah: dosis bahan organik (kascing limbah
teh, petroganik, pupuk kandang) yang digunakan sebagai amelioran adalah
10 t/ha setara dengan 37,5 gr/pot, sedangkan zeolit dosis =5 t/ha setara
dengan 18,75 gr/pot. Sedangkan perlakuan tanin dari bakau dosis yang
digunakan berdasarkan kadar tanin, kadar tanin hasil ekstrak adalah sebesar
7% atau setara dengan 2,625 gr/pot.
Bibit padi varietas Ciherang dipesemaian setelah berumur 21 hari dicabut
selanjutnya ditanam sebanyak 3 bibit per pot dan diperjarang menjadi 2 bibit/
pot setelah berumur 1 mimnggu.
Dosis pemupukan untuk tanaman padi adalah 112,5 kg N, 45 kg P
2
O
5
dan
60 kg K
2
O/ha, adapun pupuk N, P dan K yang digunakan bersumber dari
Urea, SP 36 dan KCl.
Pengairan dilakukan secara maksimal sesuai kebutuhan tanaman. Air yang
digunakan untuk mengairi media pot adalah air suling murni.

Mulyadi et al.
218
Parameter yang diamati meliputi: Analisis kandungan sifat kimia tanah awal
sebelum tanam, daya serap bahan amelioran, kandungan karbofuran dalam
tanah dan beras, hasil gabah dan komponen hasil.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisa tanah awal
Tanah untuk media tanam diambil dari Desa Sukarahayu, Kecamatan
Tambelang, Kabupeten Bekasi. Dari hasil analisis sifat kimia, tanah memiliki pH
sedang, KTK tinggi sebesar 33,63 cmol/kg, kandungan N-total sangat tinggi,
Karbon organik tinggi dan sudah memenuhi syarat kecukupan C organik untuk
lahan pertanian yaitu sebesar 3%, dan P-total tanah sangat tinggi (Tabel 1).
Tingginya kandungan P total dalam tanah diduga karena pemupukan P yang
sangat intensif di lahan tersebut.
Tabel 1. Sifat-sifat kimia tanah Vertisol Tambelang, Bekasi
Parameter Satuan Nilai
pH H
2
O - 5,73
C-Org % 3,88
N-Total % 1,16
P-Total mg/100g 1241,69
KTK cmol/kg 33,63

Uji daya serap Iod
Bahan amelioran dapat mengurangi ketersediaan logam berat dan residu
pestisida dalam tanah. Untuk mengetahui daya serap bahan amelioran yang
diberikan ke dalam media, analisis daya serap perlu dilakukan. Pengekstrak yang
sesuai untuk melihat daya serap bahan amelioran terhadap residu insektisida
adalah Iod. Dari uji nilai Iod nilai daya serap terbaik adalah bahan amelioran dari
kascing limbah teh (Tabel 2). Hasil analisis menunjukkan bahwa kemampuan
bahan amelioran untuk menjerap logam berat berbeda.
Ameliorasi Tanah Tercemar Insektisida Karbofuran pada Tanaman Padi Sawah

219
Tabel 2. Daya serap Iod bahan amelioran
Perlakuan Hasil
(mg/g)
Metode Uji/Teknik
Kascing limbah teh 337,4 SNI
Zeolit 100,6 ,,
Petroganik 167,2 ,,
Tanin dari bakau 103,9 ,,
Pupuk kandang 158,7 ,,
Karbofuran dalam jerami dan beras
Dengan pemberian berbagai bahan amelioran, ternyata kadar karbofuran
yang terangkut dalam jerami dan gabah/beras pada saat panen lebih rendah
daripada kontrol. Pemberian tanin dari bakau dan kascing limbah teh mampu
menekan kadar karbofuran dalam jerami masing-masing sebesar 89,77 dan
88,06% dibandingkan dengan kontrol. Sedangakan pada beras pemberian
petroganik dan dan kascing limbah teh mampu menekan kadar karbofuran dalam
beras masing-masing sebesar 78,76 dan 70,08% dibandingkan dengan kontrol,
(Gambar 1). Prijambada (2005), menyatakan bahan organik mengandung bahan
humin dan bahan humat. Bahan humat mengandung asam humat dan asam
fulfat terjadi reaksi pengomplekan membentuk kelat, yang dapat menjerap
senyawa organik dan logam berat sehingga tidak mudah larut dan tidak tersedia
bagi tanaman. Bachman dan Patterson (1999) dalam Ardiwinata (2008),
melaporkan interaksi pengikatan pestisida ke bahan organik terlarut (DOM) telah
diperlihatkan melambatkan laju penguraian biologis. Kedua hal ini diduga menjadi
faktor yang meningkatkan persistensi karbofuran pada tanah dengan bahan
organik tinggi.
Residu pestisida lebih persisten pada tanah yang mempunyai kandungan
bahan organik tinggi (tanah lempung) dibandingkan tanah tanah pasir. Bahan
organik seperti pupuk kandang, diketahui dapat berasosiasi secara erat dengan
komponen organik tanah, dan memperbesar luas pemukaan tanah karena
struktur molekulnya yang porous. Oleh karena itu peluang insektisida untuk untuk
kontak pertama kali dengan permukaan bahan organik sangat tinggi. Distribusi
residu karbofuran pada profil tanah mengikuti pola distribusi karbon organik dan
kandungan C-organik tanah yang cenderung menyebabkan pengurangan
mobilitas residu karbofuran dalam tanah Fermanich dan Daniel, (1991) dalam
Marmer ( 2000).
Mulyadi et al.
220
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
Beras Jerami
Kontrol
Kascinglimbahteh
Zeolit
Petroganik
Tanindaribakau
Pupukkandang
K
a
d
a
r

k
a
r
b
o
f
u
r
a
n

(
p
p
m
)
Gambar 1. Kadar karbofuran dalam beras dan jerami

Remediasi tanah dengan teknik menggunakan limbah pertanian memberi
harapan cukup baik untuk mengatasi pencemaran tanah oleh pencemar organik
atau anorganik (Cunningham et al., 1995). Secara umum pengaruh kandungan
bahan organik dalam tanah terhadap adsorpsi residu sama seperti pengaruh
kadar liat tanah. Semakin besar kandungan bahan organiknya maka semakin
besar adsorpsinya. Fraksi organik dalam tanah berpotensi dapat berperan untuk
menurunkan kandungan pestisida secara nonbiologis, yaitu dengan cara
mengadsorbsi pestisida dalam tanah. Mekanisme ikatan pestisida dengan bahan
organik tanah dapat melalui: pertukaran ion, protonisasi, ikatan hidrogen, gaya
vander Waals dan ikatan koordinasi dengan ion logam (pertukaran ligan). Tiga
faktor yang menentukan adsorbsi pestisida dengan bahan organik: (1)
karakteristik fisika-kimia adsorbinya (koloid humus), (2) sifat pestisidanya, dan (3)
Sifat tanahnya, yang meliputi kandungan bahan organik, kandungan dan jenis
lempungnya, pH, kandungan kation tertukarnya, lengas, dan temperatur tanahnya
(Stevenson, 1982).
Selain itu, insektisida memiliki kecepatan untuk seluruh yang berbeda-
beda (waktu paruh). Waktu paruh ini akan mempengaruhi sifat resisten dari
residu yang tertinggal di dalam tanah. Semakin besar waktu paruhnya maka akan
semakin lama residu tersebut tinggal di dalam tanah dan semakin sulit untuk
didegradasi. Sebaliknya jika waktu paruhnya kecil maka residu akan lebih cepat
terurai di dalam tanah dan semakin cepat hilang, (karbofuran misalnya) memiliki
waktu paruh sekitar 30-60 hari (Ardiwinata (2008).

Ameliorasi Tanah Tercemar Insektisida Karbofuran pada Tanaman Padi Sawah

221
Pertumbuhan tanaman, hasil dan komponen hasil
Tinggi tanaman pada saat panen dan berat jerami kering, dengan
pemberian pupuk kandang menunjukkan lebih tingi dan beda nyata dibandinglkan
kontrol, demikian pula berat gabah/rumpun walaupun tidak beda nyata pemberian
pupuk kandang memberikan hasil hasil tertinggi dibandingkan kontrol maupun
bahan amelioran lainnya (Tabel 3). Pupuk kandang merupakan salah satu
sumber bahan organik tanah. Pemberian pupuk kandang akan meningkatkan
ketersediaan unsur nitrogen, fospor, kalium, unsur mikro serta memperbaiki
pertumbuhan akar tanaman (Supriyadi et al., 2002). Hal yang sama juga
disampaikan Agus (1999), penggunaan pupuk kandang 10-15 t/ha dapat
menyumbangkan hara sebanyak 26 kg N, 60 kg P dan 10 kg K, sehingga dapat
menyediakan sebagian kebutuhan hara bagi tanaman. Selanjutnya Nursyamsi et
al., (1997) melaporkan, bahan organik yang diberikan ke dalam tanah akan
mengalami dekomposisi menghasilkan C-organik dan amonium (NH
4
+
) yang
segera teroksidasi menghasilkan nitrat (NO
3
-
). Karena pupuk kandang matang
lebih cepat tersedia sehingga NH
4
+
dalam keadaan reduksi (tergenang) akan
segera diserap tanaman, yang pada gilirannya akan memberikan pengaruh yang
cepat bagi pertumbuhan tanaman.
Tabel 3. Tinggi tanaman, hasil dan komponen hasil dari Uji ameliorasi tanah
tercemar Karbofuran pada tanaman padi, J akenan 2009.
Perlakuan
Tinggi tanaman
panen (cm)
Berat jerami
kering (g)
Berat gabah/
rumpun (g)
Kontrol 89,35 b 22,15 b 26,98 a
Kascing limbah teh 91,50 b 23,53 b 27,98 a
Zeolit 89,33 b 22,43 b 27,23 a
Petroganik 87,83 b 24,12 ab 26,83 a
Tanin dari bakau 88,83 b 22,98 b 27,72 a
Pupuk kandang 94,83 a 25,62 a 27,99 a
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom menujukkan tidak berbeda
nyata pada Uji Duncan taraf 5.

Demikian pula komponen hasil pada jumlah malai/rumpun dan
persentase gabah isi dengan pemberian pupuk kandang menunjukkan nilai lebih
tinggi dari kontrol maupun bahan amelioran yang lain walaupun tidak beda nyata
(Tabel 4). Hasil penelitian Undang Kurnia (1996) dan Irianto et al, (1993) dalam
Kurnia et al, (2002) menunjukkan bahwa pemberian bahan hijau dan sisa-sisa
tanaman serta pupuk kandang dapat memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah,
hasil tanaman, meningkatkan berat isi, pori aerasi, stabilitas agregat tanah dan
Mulyadi et al.
222
kandungan C organik dan unsur-unsur hara N, P dan K dalam tanah. Selanjtnya
Ponnamperuma, (1984) menyatakan pupuk kandang matang nyata dapat
meningkatkan hasil gabah maupun komponen hasil. Bahan organik pupuk
kandang dari ternak relatif cepat tersedia dibandingkan bahan organik dari
seresah jerami, sehingga memberikan pengaruh yang lebih cepat. Hal yang sama
juga disampaikan oleh Hesse, (1985), unsur hara mikro seperti Mn, Cu, Zn dan
Fe menjadi tersedia bagi tanaman dengan pemberian bahan organik. Bahan
organik berupa pupuk kandang yang mengandung 0,03% dan 0,05% asam fulvik
dapat meningkatkan hasil gabah masing-masing 56% dan 85%.
Sedangkan jumlah gabah/malai nilai tertinggi dari pemberian zeolit,
sedangkan berat gabah 1000 butir tertinggi dari pemberian tanin dari bakau
walaupun keduanya tidak beda nyata. Zeolit adalah mineral alumino-silikat yang
terhidrasi logam alkali dan alkali tanah (Na dan Ca) dengan struktur sangkar tiga.
Salah satu sifat kimianya adalah kemampuan dalam mengikat kation (KTK) yang
tinggi. Zeolit yang sudah diproses diberikan pada lahan pertanian akan
meningkatkan nilai KTK dan meningkatkan kesuburan tanah. Selain itu
penggunaan zeolit dapat berfungsi sebagai sumber unsur kalium dan unsur mikro
seperti Cu, Mn dan Zn.
Tabel 4. Komponen hasil padi dari Uji ameliorasi tanah tercemar Karbofuran
pada tanaman padi, J akenan 2009.
Perlakuan
J umlah malai/
rumpun
Persentase
Gabah isi
J umlah
gabah/ malai
Berat 1000 btr
gabah (g)
Kontrol 14,00 a 91,33 a 106,00 a 20,81 a
Kascing limbah teh 14,00 a 90,67 a 107,33 a 20,97 a
Zeolit 13,33 a 93,33 a 118,00 a 20,95 a
Petroganik 14,67 a 94,00 a 103,33 a 20,67 a
Tanin dari bakau 14,67 a 92,33 a 107,00 a 21,09 a
Pupuk kandang 15,00 a 95,33 a 103,00 a 20,32 a
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom menujukkan tidak berbeda
nyata pada Uji Duncan taraf 5

KESIMPULAN
Pemberian bahan amelioran mapu menjerap karbofuran dalam tanah
sehingga tidak tersedia dan dapat menekan yang terangkut dalam jaringan
tanaman. Pemberian petroganik dan kascing limbah teh mampu menekan
kadar karbofuran dalam beras masing-masing sebesar 78,76 dan 70,08%
dari kontrol.
Ameliorasi Tanah Tercemar Insektisida Karbofuran pada Tanaman Padi Sawah

223

Berat gabah/rumpun dan berat jerami kering/rumpun tertinggi dari pemberian
pupuk kandang masing-masing naik sebesar 3,75 dan 15,66% dibandingkan
kontrol demikian pula pada tinggi tanaman, jumlah malai/rumpun dan
persentase gabah isi, sedangkan berat gabah 1000 butir dari pemberian
tanin dari bakau.
DAFTAR PUSTAKA
Agus, F. 1999. Kontribusi bahan organik untuk meningkatkan produksi pangan
pada lahan kering bereaksi masam. Prosiding Seminar Nasional Sumber
Daya Lahan. Pusat Penelirian Tanah dan Agroklimat. Bogor p. 9-11.
Anonim. 2000. Laporan Tahunan: Penenlitian Tanah dan Agroklimat TA 1999.
Puslittanak, Badan Litbang, Deptan.
Ardiwinata, A.N., S.Y. J atmiko, dan E.S. Harsanti. 1999. Monitorong residu
insektisida di J awa Barat. Risalah Seminar Hasil Penelitian Emisi Gas
Rumah Kaca dan Peningkatan Produktivitas Padi di Lahan Sawah. Bogor
24 April 1999. 91-105.
Ardiwinata, A.N. 2008. Peran Karbon Aktif Dalam Proses Degradasi Residu
Karbofuran di Tanah oleh Mikroba. Prosiding Seminar Nasional
Pengendalian Pencemaran Lingkungan Pertanian Melalui Pendekatan
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Secara Terpadu. Surakarta, 28
Maret 2006. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya
Lahan Pertanian. 171-189.
Cunningham, S.D., W.R. Berti dan J .W. Huang. 1995. Phytoremediation of
contaminated soils. TIBTECH. 13: 393-397.
Frank C. Lu. 1995, Toksikologi Dasar (Azas, Organ Sasaran dan Penilaian
Resiko) J akarta: Penerbit Universitas Indonesia
Harsanti, E.S., S.Y.J atmiko dan A.N. Ardiwinata. 1999. Monitoring residu
insektisida di J awa Barat. Risalah Seminar Hasil penelitian EMISI Gas
Rumah Kaca dan Peningkatan produktivitas Padi di Lahan Sawah, Bogor
24 April 1999. 119-128.
Hesse, P.R. 1985. Potential of organic materials for soil improment. P. 35-44- In:
Organic matter and rice. International Rice Research Institute. Losbanos
Laguna Philippines.
J atmiko, S.Y., E.S. Harsanti dan A.N. Ardiwinata. 1999. Pencemaran pestisida
pada agroekosistem lahan sawah irigasi dan tadah hujan di J awa Tengah.
Risalah Seminar Hasil penelitian EMISI Gas Rumah Kaca dan Peningkatan
produktivitas Padi di Lahan Sawah, Bogor 24 April 1999. 106-118.
Mulyadi et al.
224
Kentjanasari, A., J . Soejitno, J . Purwani, A.N. Ardiwinata dan Tini Prihatini. 1999.
Dampak Residu Pestisida Terhadap Mikroorganisme Tanah Lahan
Intensifikasi dan Gambut. Laporan Hasil Penelitian. Puslitbangtanak. 27p.
Kurnia, U., J . Sriadiningsih dan A. Abdurachman. 2002. Strategi pencegahan dan
penanggulangan pencemaran lingkungan pertanian. Makalah disampaikan
dalam Seminar Nasional Peningkatan Kualitas Produk Pertanian Kudus, 4
November 2002.
Marmer, W. 2000. Pengaruh bahan organik terhadap persisten karbofuran dalam
tanah, residu dalam limpasan permukaan dan perkolasi pada tanah
Andisol. Proseding Seminar Nasional Olah Tanah dan Konservasi Fak.
Pert. UPN Veteran Yogyakarta. P. 114-125
Murtado, A. Nugraha, I. NAsution, I.M. Samudra, P. Lestina dan Ismiyatun. 1996.
Status residu pestisida pada sentra produksi padi sawah. Laporan Hasil
Penelitian Balitbio, Bogor, 1996.p.15.
Nursyamsi, D., J .S. Adiningsih., Sholeh dan A. Adi. 1997. Penggunaan bahan
organik untuk meningkatkan efisiensi pupuk N. Pros. Konggres Nasional VI
HITI.
Ponnamperuma, F.N. 1984. Straw as a soerce of nutrients for wetland rice, In:
Organic Matter and Rice. International Rice Research Institute. Los Banos,
Philippines. 311-328.
Prijambada, I.D. 2005. Pengelolaan lahan pertanian tercemar logam berat melalui
upaya bioemediasi. Makalah disampaikan dalam Workshop Pengemangan
Teknolgi Ramah Lingkungan Dalam Rangka Pengendalian Dampak
Kerusakan lahan Pertanian. Di BPSP Suropadan Temanggung 14 J uli
2005.
Said, E.G., 1994. Dampak Negatif Pestisida, Sebuah Catatan bagi Kita Semua.
Agrotek, Vol. 2(1). IPB, Bogor, hal 71-72.
Soemarno, 2001. Konsep Usahatani lestari dan ramah lingkungan. Prosiding
Seminar Nasional Budidaya Tanaman Pangan Berwawasan Lingkungan.
J akenan, 7 Maret 2001 hal 1-7.
Soejitno J ., A.N. Ardiwinata, S.Y. J atmiko. 1997. Status residu pestisida di
ekosistem tanaman pangan. Laporan Penelitian Lolittan J akenan. Raker
Badan Litbang Pertanian di Yogyakarta.
Stevenson, F.T. (1982) Humus Chemistry. J ohn Wiley and Sons, Newyork
Supriyadi, S. Abdulrachman, I. Yuliardi dan Pahim, 2002. Pemupukan berimbang
pada tanaman padi di lahan awah irigasi dan tadah hujan. Prosiding
Seminar Nasional Membangun Sistem Produksi Tanaman Pangan
Berwawasan Lngkungan.Puslitbang Tanaman Pangan.Bogor p. 139-144.
Ameliorasi Tanah Tercemar Insektisida Karbofuran pada Tanaman Padi Sawah

225
TANYA-JAWAB
Pertanyaan : M. Al Jabri (Balai Penelitian Tanah)
Bagaimana dengan kualitas zeolit yang digunakan untuk penelitian, dan
darimana memperoleh zeolit tersebut. Saran gunakan zeolit mempunyai
kemurnian tinggi dan kualitas baik. Bahan baku pembuatan zeolit adalah bahan
yang mengandung silika dan alumunium.
Jawaban :
Terima kasih sarannyaa, zeolit yang kami gunakan dari UD. Indrasari
yang menyediakan bahan kimia laboratorium, adapun kualitas zeolit sudah kami
lakukan analisa terhadap nilai IOD memang dari hasil analisa tersebut
kualitasnya masih rendah dibandingkan bahan ameliorant lainnya.
Pertanyaan : Santun RP. Sitorus (IPB-Bogor)
J udul sebaiknya ditambahkan kata Areal jadi Ameliorasi....pada areal
tanaman padi sawah
Apakah kadar karbofuran dalam beras juga melebihi ambang batas yang
diijinkan ? (berapa ambang batasnya ?)
Jawaban :
Terima kasih sarannya pak, judul akan kami perbaiki menjadi Ameliorasi
tanah sawah tercemar insektisida karbofuran pada areal tanaman padi
sawah
Hasil identifikasi Balingtan pada sentra produksi padi di J awa Tengah dan
J awa Barat terdapat karbofuran di dalam beras yang kadarnya melebihi
ambang batas. Ambang batas karbofuran dalam beras =0,1 ppm
Pertanyaan : M. Al-Jabri (Balittanah)
Darimana zeolit diperoleh, karena banyak zeolit dipasaran yang
kualitasnya buruk dan KTK-nya rendah, apakah dianalisa KTK-nya

Mulyadi et al.
226
Jawaban :
Zeolit kami peroleh dari toko resmi penjualan bahan-bahan kimia
laboratorium.
KTK zeolit tidak kami analisis, yang kami analisis adalah nilai iod ; karena
iod lebih berpengaruh terhadap daya serap polutan termasuk karbofuran

Anda mungkin juga menyukai