Anda di halaman 1dari 114

APLIKASI KARAGINAN DALAM PEMBUATAN

SKIN LOTION








Oleh:

SYENI BUDI ANITA
C34104017






















DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008

RINGKASAN

SYENI BUDI ANITA. C34104017. Aplikasi Karaginan dalam Pembuatan Skin
Lotion. Dibawah bimbingan ANNA CAROLINA ERUNGAN dan SRI
PURWANINGSIH.
Skin lotion merupakan salah satu produk kosmetika yang sudah dikenal
sejak lama, berfungsi melembutkan kulit dan menjaga kulit dari kekeringan.
Salah satu bahan yang digunakan dalam pembuatan skin lotion adalah setil
alkohol yang merupakan bahan pengental, pengemulsi, dan penstabil. Karaginan
adalah bahan alami yang memiliki fungsi yang sama dengan setil alkohol
sehingga dapat menggantikan peran setil alkohol dalam pembuatan skin lotion.
Kelebihan yang dimiliki oleh karaginan dibandingkan setil alkohol adalah
fungsinya sebagai humektan.
Penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan karaginan dalam pembuatan
skin lotion sebagai pengental, penstabil, dan pengemulsi serta humektan.
Konsentrasi karaginan yang digunakan adalah 0%, 1%, 2%, dan 3. Analisis yang
dilakukan meliputi: uji sensori kesukaan, pH, viskositas, stabilitas emulsi, total
mikroba, kelembaban kulit, dan penyusutan berat. Skin lotion disimpan pada suhu
ruang yaitu 27-30
o
C namun skin lotion yang akan diuji stabilitas emulsi disimpan
pada suhu 37
o
C. Uji total mikroba juga dilakukan setelah skin lotion disimpan
selama tiga bulan.
Skin lotion terbaik berdasarkan metode Bayes diperoleh dari penambahan
karaginan 2% dengan karakteristik antara lain, memiliki tingkat kesukaan
terhadap karakteristik sensori yang berkisar antara agak suka sampai suka, nilai
pH 7,5; viskositas 5675 cP, stabilitas emulsi 100%, dan tidak terdapat mikroba.
Skin lotion ini kemudian dibandingkan terhadap skin lotion dengan setil alkohol,
dan skin lotion tanpa karaginan dan tanpa setil alkohol selama satu bulan.
Penambahan karaginan lebih dari 3% menyebabkan skin lotion yang dihasilkan
tidak dapat dituang atau berbentuk krim.
Nilai kelembaban kulit yang diukur dengan alat Scalar Moisture Checker
menunjukkan bahwa skin lotion dengan karaginan 2% memiliki persentase
kelembaban kulit tertinggi dan penurunan persentase kelembaban kulit terkecil
dibandingkan skin lotion dengan setil alkohol, dan skin lotion tanpa karaginan dan
tanpa setil alkohol. Tingkat kesukaan panelis terhadap karakteristik sensori skin
lotion dengan karaginan 2% selama penyimpanan mulai mengalami penurunan
yang signifikan pada hari ke-30 walaupun karakteristik fisika dan kimia skin
lotion tersebut masih baik hingga satu bulan penyimpanan. Selama penyimpanan
nilai pH cenderung stabil sedangkan nilai viskositas mengalami peningkatan.
Hasil uji total mikroba setelah penyimpanan tiga bulan pada skin lotion
dengan karaginan 2% menunjukkan bahwa terdapat 1,0 x 10
1
koloni per gram
(< 3,0 x 10
2
koloni per gram), sedangkan skin lotion dengan setil alkohol tidak
terdapat koloni mikroba, dan skin lotion tanpa setil alkohol dan tanpa karaginan
terdapat 2,0 x 10
1
koloni per gram (< 3,0 x 10
2
koloni per gram). Hasil uji ini
menunjukkan bahwa skin lotion masih aman digunakan karena total mikroba
masih berada dibawah batas total mikroba yang disyaratkan SNI 16-4399-1996
yaitu maksimal 1,0 x 10
2
koloni per gram.
APLIKASI KARAGINAN DALAM PEMBUATAN
SKIN LOTION






Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana
pada Departemen Teknologi Hasil Perairan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor



Oleh:

SYENI BUDI ANITA
C34104017














DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : APLIKASI KARAGINAN DALAM PEMBUATAN
SKIN LOTION
Nama : Syeni Budi Anita
NRP : C34104017
Program Studi : Teknologi Hasil Perikanan



Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II



Ir. Anna Carolina Erungan, MS Dr. Ir. Sri Purwaningsih, MSi
NIP. 131 601 219 NIP. 131 878 935


Mengetahui,
Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan



Prof. Dr. Ir. Indra Jaya, MSc
NIP. 131 578 799




Tanggal lulus :





PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul Aplikasi
Karaginan dalam Pembuatan Skin Lotion adalah karya saya sendiri dibawah
bimbingan Ir. Anna Carolina Erungan, MS dan Dr. Ir. Sri Purwaningsih, MSi
yang belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada pihak manapun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan penulis
lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian
akhir skripsi ini.




Bogor, September 2008

Syeni Budi Anita
C34104017

















RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Syeni Budi Anita, lahir di
Jakarta pada tanggal 10 Maret 1986, dan merupakan anak kedua
dari tiga bersaudara pasangan Amser Hutauruk dan Rida
Mardiani. Penulis mengawali pendidikan di SD Negeri 05
Jakarta lalu melanjutkan pendidikan menengah pertama di
SLTP Negeri 267 Jakarta. Penulis menyelesaikan pendidikan di
SMU Negeri 47 Jakarta pada tahun 2004 dan di terima pada
Program Studi Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI pada tahun yang sama.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis mendapatkan beasiswa dari PPA
(Peningkatan Prestasi Akademik). Penulis adalah asisten mata kuliah Penanganan
Hasil Perikanan (2006/2007) dan staf Departemen Informasi dan Komunikasi
Himpunan Mahasiswa Hasil Perikanan (2005/2006). Skripsi yang berjudul
Aplikasi Karaginan dalam Pembuatan Skin Lotion disusun sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor di bawah bimbingan Ir. Anna Carolina
Erungan, MS dan Dr. Ir. Sri Purwaningsih, MSi.



















DAFTAR ISI














































DAFTAR TABEL ................................................................................................
DAFTAR GAMBAR................................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................
DAFTAR ISTILAH................................................................................................
1. PENDAHULUAN.........................................................................................
1.1 Latar Belakang........................................................................................
1.2 Tujuan ................................................................................................
2. TINJAUAN PUSTAKA................................................................................
2.1 Kulit ................................................................................................
2.2 Skin lotion ...............................................................................................
2.3 Bahan Penyusun Skin lotion ................................................................
2.3.1 Asam stearat .................................................................................
2.3.2 Setil alkohol..................................................................................
2.3.3 Minyak mineral ................................................................
2.3.4 Gliserin.........................................................................................
2.3.5 Triethanolamin ................................................................
2.3.6 Metil paraben................................................................................
2.3.7 Pewangi ........................................................................................
2.3.8 Air murni ......................................................................................
2.4 Stabilitas Emulsi .....................................................................................
2.5 Karaginan................................................................................................
2.5.1 Kelarutan.......................................................................................
2.5.2 Viskositas......................................................................................
2.5.3 Pembentukan gel................................................................
2.5.4 Stabilitas karaginan pada pH........................................................
3. METODE PENELITIAN................................................................
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ...............................................................
3.2 Alat dan Bahan......................................................................................
3.3 Metode Penelitian .................................................................................
3.3.1 Penelitian pendahuluan................................................................
3.3.2 Penelitian utama................................................................
3.4 Prosedur Kerja ........................................................................................
3.5 Analisis Skin lotion .................................................................................
Halaman
x
xi
xii
xv
1
1
2
3
3
5
8
8
8
9
10
11
11
12
12
12
15
17
18
18
20
21
21
21
21
21
22
23
25
















































3.5.1 Analisis pH.................................................................................
3.5.2 Analisis viskositas ................................................................
3.5.3 Analisis stabilitas emulsi ............................................................
3.5.4 Analisis total mikroba................................................................
3.5.5 Uji sensori ...................................................................................
3.5.6 Penyusutan berat ................................................................
3.5.7 Uji kelembaban kulit................................................................
3.7 Rancangan Percobaan ................................................................
3.7.1 Analisis karakteristik skin lotion sebelum
penyimpanan ................................................................
3.7.2 Analisis kelembaban kulit...........................................................
3.7.3 Analisis skin lotion selama penyimpanan................................
4. HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................
4.1 Karakteristik Skin lotion................................................................
4.1.1 Karakteristik sensori ................................................................
4.1.1.1 Penampakan ................................................................
4.1.1.2 Warna ................................................................
4.1.1.3 Homogenitas ................................................................
4.1.1.4 Kekentalan................................................................
4.1.1.5 Kesan lembab................................................................
4.1.1.6 Rasa lengket ................................................................
4.1.2 Karakteristik kimia dan fisik ......................................................
4.1.2.1 Nilai pH................................................................
4.1.2.2 Viskositas ................................................................
4.1.2.3 Stabilitas emulsi ............................................................
4.1.3 Total mikroba................................................................
4.2 Pemilihan Skin lotion Terbaik...............................................................
4.3 Kelembaban Kulit .................................................................................
4.4 Karakteristik Skin lotion selama Penyimpanan................................
4.4.1 Karakteristik sensori ................................................................
4.4.1.1 Penampakan ................................................................
4.4.1.2 Warna ................................................................
4.4.1.3 Homogenitas ................................................................
4.4.1.4 Kekentalan................................................................
4.4.1.5 Kesan lembab................................................................
4.4.1.6 Rasa lengket ................................................................
4.4.2 Karakteristik kimia dan fisik ......................................................
4.4.2.1 pH..................................................................................
4.4.2.2 Viskositas ................................................................
4.4.2.3 Stabilitas emulsi ............................................................
4.4.2.5 Penyusutan Berat...........................................................
25
25
25
25
26
26
26
27

27
29
30
32
32
32
32
33
35
36
37
39
40
40
41
43
44
44
47
49
49
49
50
52
54
55
57
58
58
59
60
63

















































4.4.3 Total mikroba skin lotion setelah penyimpanan tiga bulan.............
5. KESIMPULAN DAN SARAN................................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................
LAMPIRAN ................................................................................................

64
66
67
71

DAFTAR TABEL














































No
Halaman
1.

2.
3.
4.
5.
6.
7.

8.

9.




Syarat mutu pelembab kulit (berdasarkan SNI 16-4399-1996
(sediaan tabir surya)) ................................................................................................
Spesifikasi mutu karaginan menurut FAO, FCC dan EEC ................................
Daya kelarutan karaginan pada berbagai media pelarut................................
Karakteristik gel karaginan........................................................................................
Stabilitas larutan karaginan pada berbagai media pelarut ................................
Formulasi bahan penyusun skin lotion ................................................................
Formulasi bahan penyusun skin lotion pada penelitian tahap
utama .......................................................................................................................
Karakteristik dan nilai kepentingan parameter objektif dan
subjektif ................................................................................................
Hasil perhitungan skin lotion terbaik................................................................


6
17
18
19
20
22

23

45
46

DAFTAR GAMBAR














































No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.

15.

16.

17.

18.

19.

20.
21.
22.



Struktur lapisan kulit................................................................................................
Struktur molekul dan posisi ion sulfat karaginan ......................................................
Sruktur gel karaginan................................................................................................
Diagram alir prosedur pembuatan skin lotion............................................................
Histogram nilai kesukaan panelis terhadap penampakan ................................
Histogram nilai kesukaan panelis terhadap warna................................
Histogram nilai kesukaan panelis terhadap homogenitas ................................
Histogram nilai kesukaan panelis terhadap kekentalan................................
Histogram nilai kesukaan panelis terhadap kesan lembab................................
Histogram nilai kesukaan panelis terhadap kesan lengket................................
Histogram nilai pH ................................................................................................
Histogram nilai viskositas..........................................................................................
Histogram persentase kelembaban ................................................................
Histogram nilai kesukaan panelis terhadap penampakan selama
penyimpanan................................................................................................
Histogram nilai kesukaan panelis terhadap warna selama
penyimpanan................................................................................................
Histogram nilai kesukaan panelis terhadap homogenitas selama
penyimpanan................................................................................................
Histogram nilai kesukaan panelis terhadap kekentalan selama
penyimpanan................................................................................................
Histogram nilai kesukaan panelis terhadap kesan lembab selama
penyimpanan................................................................................................
Histogram nilai kesukaan panelis terhadap rasa lengket selama
penyimpanan................................................................................................
Histogram nilai pH selama penyimpanan................................................................
Histogram nilai viskositas selama penyimpanan......................................................
Histogram persentase penyusutan berat................................................................
Halaman
4
15
19
24
32
34
35
37
38
39
41
42
47

49

51

53

54

56

57
59
60
63
DAFTAR LAMPIRAN














































No Halaman
1.
2.
3.
4.

5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.

19.

20.
21.
22.

23.

24.
25.

26.
Spesifikasi karaginan produksi PT. Araminta Sidhakarya ................................
Lembar uji sensori skala hedonik skin lotion ............................................................
Lembar uji sensori skala hedonik skin lotion selama penyimpanan..........................
Perwakilan data mentah uji sensori skala hedonik
(parameter kekentalan skin lotion)................................................................
Hasil uji Kruskal-Wallis karakteristik sensori skin lotion ................................
Hasil uji Multiple Comparison penampakan .............................................................
Hasil uji Multiple Comparison kekentalan................................................................
Hasil uji Multiple Comparison kesan lembab ...........................................................
Nilai pH dan viskositas..............................................................................................
Hasil pengukuran nilai pH dan viskositas skin lotion komersial ...............................
Uji normalitas nilai pH dan viskositas................................................................
Hasil analisis ragam pH.............................................................................................
Uji lanjut Duncan pH................................................................................................
Hasil analisis ragam viskositas ................................................................
Uji lanjut Duncan viskositas................................................................
Hasil perhitungan bobot dengan manipulasi matrik ................................
Persentase kelembaban kulit dengan alat Scalar Moisture Checker .........................
Uji normalitas persentase kelembaban dengan alat Scalar
Moisture Checker................................................................................................
Hasil uji keragaman kelembaban kulit dengan alat Scalar
Moisture Checker................................................................................................
Hasil uji lanjut Duncan pengaruh bahan penyusun ................................
Hasil uji lanjut Duncan pengaruh waktu pengamatan ................................
Hasil uji lanjut Duncan pengaruh interaksi bahan penyusun
dengan waktu pengamatan.........................................................................................
Perwakilan data mentah uji sensori skala hedonik
(parameter kekentalan skin lotion) selama penyimpanan................................
Hasil uji Kruskal-Wallis penampakan selama penyimpanan................................
Hasil uji lanjut Multiple Comparisons pengaruh lama
penyimpanan terhadap penampakan................................................................
Hasil uji lanjut Multiple Comparisons pengaruh bahan penyusun
terhadap penampakan ................................................................................................

72
73
74

75
76
76
76
76
77
77
77
78
78
78
78
79
80

80

80
81
81

81

82
85

85

85

















































27.

28.
29.

30.

31.

32.

33.

34.

35.

36.

37.

38.

39.

40.

41.

42.

43.

44.
45.
46.
47.
48.

Hasil uji lanjut Multiple Comparisons pengaruh interaksi bahan
penyusun................................................................................................
Hasil uji Kruskal-Wallis parameter warna selama penyimpanan..............................
Hasil uji lanjut Multiple Comparisons pengaruh lama
penyimpanan terhadap warna ................................................................
Hasil uji lanjut Multiple Comparisons pengaruh bahan penyusun
terhadap warna................................................................................................
Hasil uji Kruskal-Wallis parameter homogenitas selama
penyimpanan................................................................................................
Hasil uji lanjut Multiple Comparisons pengaruh lama
penyimpanan terhadap homogenitas ................................................................
Hasil uji Kruskal-Wallis parameter kekentalan selama
penyimpanan................................................................................................
Hasil uji lanjut Multiple Comparisons pengaruh bahan penyusun
terhadap kekentalan................................................................................................
Hasil uji lanjut Multiple Comparisons pengaruh lama
penyimpanan terhadap kekentalan ................................................................
Hasil uji lanjut Multiple Comparisons pengaruh interaksi bahan
penyusun dan lama penyimpanan terhadap kekentalan ................................
Hasil uji Kruskal-Wallis parameter kesan lembab selama
penyimpanan................................................................................................
Hasil uji lanjut Multiple Comparisons pengaruh bahan penyusun
terhadap kesan lembab ..............................................................................................
Hasil uji lanjut Multiple Comparisons pengaruh lama
penyimpanan terhadap kesan lembab................................................................
Hasil uji lanjut Multiple Comparisons pengaruh interaksi bahan
penyusun dan lama penyimpanan terhadap kesan lembab................................
Hasil uji Kruskal-Wallis parameter rasa lengket selama
penyimpanan................................................................................................
Hasil uji lanjut Multiple Comparisons pengaruh bahan penyusun
terhadap rasa lengket ................................................................................................
Hasil uji lanjut Multiple Comparisons pengaruh lama
penyimpanan terhadap rasa lengket................................................................
Nilai pH selama penyimpanan................................................................
Nilai pH yang telah ditransformasi................................................................
Uji normalitas pH selama penyimpanan................................................................
Hasil uji keragaman pH selama penyimpanan ..........................................................
Hasil uji lanjut Duncan pengaruh bahan penyusun terhadap pH...............................

86
86

87

87

87

88

88

89

89

89

90

90

90

91

92

92

92
92
93
93
93
95

















































49.
50.
51.
52.

53.

54.

55.
56.
57.
58.
59.
60

Nilai viskositas selama penyimpanan ................................................................
Uji normalitas viskositas selama penyimpanan .........................................................
Hasil uji keragaman viskositas selama penyimpanan................................
Hasil uji lanjut Duncan pengaruh bahan penyusun terhadap
viskositas................................................................................................
Hasil uji lanjut Duncan pengaruh lama penyimpanan terhadap
viskositas................................................................................................
Hasil uji lanjut Duncan pengaruh interaksi bahan penyusun dan
lama penyimpanan terhadap viskositas................................................................
Persentase penyusutan berat................................................................
Uji normalitas persentase penyusutan berat...............................................................
Hasil uji keragaman persentase penyusutan berat................................
Hasil uji lanjut Duncan persentase penyusutan berat................................
Data mentah total mikroba setelah penyimpanan tiga bulan ................................
Gambar skin lotion, bahan-bahan dan alat-alat yang digunakan ...............................





94
94
94

95

95

95
96
96
96
96
97
97


DAFTAR ISTILAH

Depkes RI : Departemen Kesehatan Republik Indonesia
EEC : European Economic Community
FAO : Food Agriculture Organization
FCC : Food Chemical Codex
kDa : Kilo dalton
NMF : Natural Moisturizing Factor
PCA : Plate Count Agar
SE : Stabilitas emulsi
SNI : Standar Nasional Indonesia
TEA : Triethanolamin





























1. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang
Pada saat ini penggunaan kosmetika di kalangan masyarakat sudah
menjadi salah satu kebutuhan yang mendasar. Hal ini dikarenakan penggunaan
kosmetika tidak hanya terbatas untuk mempercantik dan merawat diri saja tetapi
juga untuk tujuan kesehatan. Data Persatuan Perusahaan Kosmetika Indonesia
menunjukkan bahwa pasar industri kosmetika tumbuh sekitar 15-20% setiap
tahunnya dan hingga saat ini terdapat 744 perusahaan kosmetika baik skala kecil,
sedang, maupun menengah (Wahyuana 2008).
Kosmetika adalah bahan atau campuran bahan yang dikenakan pada kulit
manusia untuk membersihkan, memelihara, menambah daya tarik, dan mengubah
rupa (Wasitaatmadja 1997). Namun, pada saat ini banyak beredar produk-produk
kosmetika yang membahayakan bagi kesehatan pemakainya akibat kandungan
bahan didalamnya yang menimbulkan efek negatif. Pada saat ini banyak produk
kosmetika yang diproduksi dengan menggunakan bahan-bahan alami agar aman
bagi kesehatan pemakainya.
Meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap kosmetika terutama
kosmetika yang berasal dari bahan alami memberikan peluang bagi penggunaan
rumput laut sebagai bahan baku kosmetika. Soraya (2002) menyatakan bahwa
para ahli kosmetik dan kecantikan sepakat rumput laut dan ekstrak rumput laut
baik untuk perawatan kulit. Ekstrak koloid dari rumput laut menunjukkan
kompatibilitas yang tinggi dalam sediaan kosmetik.
Karaginan merupakan salah satu jenis hidrokoloid yang dihasilkan dari
rumput laut merah (Rhodophyceae) dan digunakan sebagai bahan penstabil
(stabilizer), pengental (thickener), pengemulsi (emulsifier), pembentuk gel
(gelling agent), pensuspensi (suspention agent), pelindung koloid (protective),
pembentuk film (film former), penghalang terjadinya pelepasan air (syneresis
inhibitor), dan pengkelat atau pengikat bahan-bahan lain (flocculating agent).
Sifat-sifat karaginan tersebut banyak dimanfaatkan dalam industri makanan,
obat-obatan, kosmetik, tekstil, cat, pasta gigi, dan industri lainnya (Winarno
1990).
Skin lotion merupakan salah satu jenis produk industri kosmetik hasil
emulsi minyak dalam air (oil on water atau o/w) yang digunakan untuk
menjadikan kulit halus, segar, dan bercahaya. Campuran skin lotion terdiri dari
air, emolien, humektan, bahan pengental, pengawet, dan pewangi (Mitsui 1997).
Berbagai jenis bahan penstabil emulsi telah banyak digunakan dalam
formula skin lotion untuk menghasilkan produk yang mampu mempertahankan
kestabilannya bila disimpan dalam waktu yang cukup lama. Karaginan
merupakan salah satu jenis bahan penstabil yang dapat digunakan dalam
pembuatan skin lotion dan juga berfungsi sebagai bahan pengental serta
pengemulsi (Angka dan Suhartono 2000). Karaginan juga dipercaya dapat
menghaluskan dan melembutkan kulit, sehingga baik digunakan dalam produk-
produk perawatan kulit (Anonim
d
2008).
Setil alkohol merupakan salah satu bahan kimia yang umum digunakan
dalam pembuatan skin lotion yang berfungsi sebagai pengental, penstabil, dan
pengemulsi (KKI 1993). Sifat fungsional karaginan dapat menggantikan fungsi
setil alkohol. Karaginan memiliki kelebihan karena berfungsi sebagai humektan
yang dapat mempertahankan kelembaban kulit. Penggunaan karaginan juga
dimaksudkan untuk mengurangi komposisi bahan kimia dalam formulasi.

1.2 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memanfaatkan karaginan dalam
pembuatan skin lotion sebagai pengental, penstabil dan pengemulsi serta
humektan.
Tujuan khusus dari penelitian ini, antara lain:
1. Mempelajari karakteristik skin lotion dengan penambahan konsentrasi
karaginan
2. Mendapatkan konsentrasi karaginan terbaik dalam pembuatan skin lotion.
3. Mempelajari karakteristik skin lotion dengan konsentrasi karaginan terbaik
selama penyimpanan yang dibandingkan terhadap skin lotion dengan setil
alkohol, dan skin lotion tanpa setil alkohol dan tanpa karaginan.


2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kulit
Kulit merupakan lapisan yang menutupi dan melindungi seluruh tubuh
dari berbagai macam gangguan dari luar tubuh yang menyebabkan hilangnya
kelembaban sehingga kulit menjadi kering. Kulit kering mempunyai karakter
kasar dan keras, tidak fleksibel, dan pecah-pecah akibat kekurangan air di stratum
corneum dan kelembaban yang rendah (Mitsui 1997).
Kekeringan dan sifat kurang lentur pada lapisan stratum corneum dapat
diperbaiki jika kandungan air dinaikkan lebih dari kondisi normal (sekitar 10%).
Pemakaian lotion kosmetik dapat memperbaiki kulit kering karena meninggalkan
lapisan yang rapat pada kulit, permeabilitas terhadap air rendah, mensuplai
komponen hidrofilik sehingga mampu menahan dehidrasi air dari kulit dengan
demikian kulit menjadi lembut. Emulsi lotion yaitu emulsi minyak dalam air,
merupakan bentuk emulsi yang baik untuk menghasilkan lapisan yang lembut
pada kulit dan mampu mengurangi evaporasi (Tronnier 1962, diacu dalam Sondari
2007).
Ketebalan kulit manusia tergantung dari umur, jenis kelamin, dan lokasi
pada bagian tubuh. Kulit luar terbagi atas tiga lapisan yaitu epidermis, dermis,
dan sel subcutaneous. Epidermis terdiri dari beberapa lapisan yang mempunyai
ketebalan sekitar 0,1-0,3 mm yaitu lapisan stratum corneum, lapisan granular,
lapisan spinous, dan lapisan basal. Lapisan basal merupakan lapisan yang paling
dasar dari epidermis yang berhubungan langsung dengan lapisan dermis. Lapisan
basal membelah terus menerus membentuk sel-sel baru yang berpindah
kepermukaan diatasnya dan membentuk lapisan spinous. Di atas lapisan spinous
terdapat dua atau tiga lapisan granular. Lapisan basal, spinous, dan granular
secara kontinyu bergerak ke lapisan luar membentuk lapisan stratum corneum.
Peristiwa ini disebut proses keratinisasi. Lapisan stratum corneum adalah lapisan
yang terlihat dan merupakan bagian yang diperhatikan oleh ahli kimia kosmetik
(Mitsui 1997).
Lapisan epidermis memiliki fungsi yang paling penting yaitu menjaga
gangguan stimuli eksternal seperti dehidrasi, sinar ultraviolet, faktor fisik, dan
faktor kimia lainnya. Fungsi ini dilakukan oleh lapisan stratum corneum sebagai
lapisan paling luar. Lapisan dermis merupakan lapisan kulit kedua setelah lapisan
epidermis yang memegang peranan penting dalam elastisitas dan ketegangan dari
kulit. Sel subcutaneous berada dibawah lapisan dermis. Sel ini berperan dalam
mengatur temperatur kulit (Mitsui 1997). Struktur lapisan kulit dapat dilihat pada
Gambar 1.

Gambar 1 Struktur lapisan kulit (Bramayudha 2008).
Secara alamiah kulit dapat melindungi diri dari berbagai faktor yang
menyebabkan kulit menjadi kering yaitu dengan adanya Natural Moisturizing
Factor (NMF) yang merupakan tabir lemak pada lapisan stratum corneum atau
disebut dengan mantel asam. Namun dalam kondisi tertentu NMF tersebut tidak
mencukupi oleh karenanya dibutuhkan perlindungan tambahan non alamiah yaitu
dengan memberikan kosmetika pelembab kulit (Wasitaatmadja 1997).
Kontak antara kosmetika dengan kulit menyebabkan kosmetika terserap
oleh kulit dan masuk ke bagian yang lebih dalam dari kulit. Jumlah kosmetika
yang terserap kulit dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu lingkungan hidup
pemakai kosmetika, keadaan kosmetika yang dipakai, dan kondisi kulit pemakai.
Absorpsi kosmetika melalui kulit terjadi karena kulit mempunyai celah anatomis
yang dapat menjadi jalan masuk zat-zat yang melekat diatasnya. Celah tersebut
adalah celah antar sel epidermis, celah folikel rambut, dan celah antar sel saluran
kelenjar keringat. Produk kosmetika yang memiliki pH sangat asam atau sangat
basa dapat menyebabkan kulit teriritasi (Wasitaatmadja 1997).
Levin dan Maibach (2007) menyatakan bahwa mantel asam merupakan
lapisan yang halus pada permukaan kulit dengan pH sedikit asam yang terdiri dari
asam laktat dan asam amino yang berasal dari keringat, asam lemak bebas yang
berasal dari kelenjar sebaceous dan sebum, dan asam amino dan asam karbosiklik
pyrolidine yang berasal dari proses cornification pada kulit. Fungsi lapisan ini
antara lain menyokong pembentukan lemak epidermis yang menjaga pertahanan
kulit dari gangguan luar, memberikan perlindungan terhadap serangan
mikroorganisme, dan memberikan perlindungan terhadap bahan-bahan yang
bersifat alkali (alkali neutralizing capacity atau skin buffering capacity).
Gangguan atau kerusakan lapisan ini akan mengakibatkan kulit kehilangan
keasamannya, lebih mudah rusak dan teriritasi serta terjadi penyakit-penyakit
kulit. pH yang terlalu asam atau basa dapat menyebabkan kulit menjadi kering
dan mengalami iritasi.
Bawab dan Friberg (2004) mengemukakan bahwa lapisan mantel terdiri
dari zat-zat yang berfungsi sebagai pertahanan dalam melawan kuman dan bakteri,
salah satunya garam yang berasal dari kelenjar keringat. Garam yang terdapat
pada mantel asam menyebabkan kondisi yang hiperosmosis sehingga dapat
memusnahkan bakteri karena konsentrasi garam yang tinggi menyebabkan air dari
dalam bakteri tertarik dan bakteri mengalami dehidrasi.
Skin care cosmetics berperan dalam menjaga fungsi dan mekanisme
perlindungan kulit agar berjalan dengan baik. Pada dasarnya skin care cosmetics
dapat melindungi kulit dari efek kekeringan, radiasi ultraviolet, dan oksidasi
sehingga kulit tetap indah dan sehat (Mitsui 1997).

2.2 Skin Lotion
Skin lotion termasuk golongan kosmetika pelembab kulit yang terdiri dari
berbagai minyak nabati, hewani maupun sintetis yang dapat membentuk lemak
permukaan kulit buatan berfungsi untuk melenturkan lapisan kulit yang kering
dan kasar, dan mengurangi penguapan air dari sel kulit namun tidak dapat
mengganti seluruh fungsi dan kegunaan kulit semula. Kosmetika pelembab kulit
umumnya berbentuk sediaan cairan minyak atau campuran minyak dalam air yang
dapat ditambahi atau dikurangi zat tertentu untuk tujuan khusus
(Wasitaatmadja 1997).
Lotion pelembab berfungsi menyokong kelembaban dan daya tahan air
pada lapisan kulit sehingga dapat melembutkan dan menjaga kehalusan kulit
tersebut (Mitsui 1997). Lotion didefinisikan sebagai campuran dua fase yang
tidak bercampur, distabilkan dengan sistem emulsi, dan berbentuk cairan yang
dapat dituang jika ditempatkan pada suhu ruang (Schmitt 1996). Syarat mutu
pelembab kulit (berdasarkan SNI 16-4399-1996) disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Syarat mutu pelembab kulit
No Kriteria uji Satuan Persyaratan
1
2
3
4
5
Penampakan
pH
Bobot jenis, 20
o
C
Viskositas, 25
o
C
Cemaran mikroba
-
-
-
cP
koloni/gram
Homogen
4,5-8.0
0,95-1,05
2000-50000
Maks 10
2
Emulsi adalah suatu sistem yang heterogen dan mengandung dua fase
cairan yaitu fase terdispersi dan pendispersi. Molekul-molekul fase tersebut
bersifat saling antagonis karena perbedaan sifat kepolarannya
(Suryani et al. 2000). Emulsi yang mempunyai fase terdispersi minyak dan fase
pendispersi air disebut emulsi minyak dalam air, yang biasanya mengandung
>31% air (w/w). Skin lotion merupakan salah satu contoh emulsi tersebut
(Ansel 1989).
Pada emulsi minyak dalam air, fase minyak dan fase air yang terpisah
disatukan dengan pemanasan dan pengadukan. Fase minyak mengandung
komponen bahan yang larut minyak. Fase air mengandung komponen bahan yang
larut air yang dipanaskan pada suhu yang sama dengan fase minyak kemudian
disatukan (Rieger 2000).
Pencampuran antara fase minyak dan air dilakukan pada suhu 70-75
o
C.
Proses emulsifikasi pada pembuatan skin lotion adalah pada suhu 70
o
C
(Mitsui 1997). Waktu pengadukan juga mempengaruhi emulsi yang dihasilkan
Pengadukan yang terlalu lama pada saat dan setelah emulsi terbentuk harus
dihindari, karena akan menyebabkan terjadinya penggabungan partikel. Lamanya
pengadukan tidak dapat ditetapkan secara pasti karena hanya dapat diketahui
secara empiris. Pengadukan akan mengurangi ukuran partikel dan mempengaruhi
viskositas emulsi yang dihasilkan. Semakin kecil ukuran partikel akan
menyebabkan semakin meningkatnya viskositas emulsi (Rieger 1994).
Emulsi merupakan penyatuan dari zat-zat yang mempunyai sifat yang
bertolak belakang. Zat-zat tersebut mempunyai sifat kelarutan yang berbeda,
yaitu sebagian larut dalam air dan sebagian larut dalam minyak. Penyatuannya
dimungkinkan dengan menambahkan suatu zat yang memiliki gugus polar
maupun non polar secara bersamaan dalam satu molekulnya. Zat tersebut
dinamakan emulsifier (Suryani et al. 2000).
Pada pembuatan emulsi akan terjadi kontak antara dua cairan yang tidak
bercampur karena berbeda kelarutannya dan pada saat tersebut terdapat kekuatan
yang menyebabkan masing-masing cairan menahan pecahnya menjadi partikel-
partikel yang lebih kecil. Kekuatan ini disebut tegangan antar muka. Zat-zat yang
dapat meningkatkan penurunan tahanan tersebut akan merangsang suatu cairan
untuk menjadi partikel-partikel yang lebih kecil. Penggunaan zat-zat ini sebagai
zat pengemulsi dan zat penstabil menghasilkan penurunan tegangan antarmuka
dari kedua cairan yang tidak saling bercampur, mengurangi gaya tolak antara
cairan-cairan tersebut dan mengurangi gaya tarik menarik antarmolekul dari
masing-masing cairan (Ansel 1989).
Zat pengemulsi mengarahkan dirinya di sekitar dan dalam suatu cairan
yang merupakan gambaran kelarutannya pada cairan tertentu. Dalam suatu emulsi
yang mengandung dua cairan yang tidak saling bercampur, zat pengemulsi akan
memilih larut dalam salah satu fase dan terikat dengan kuat dalam fase tersebut
dibandingkan pada fase lainnya karena molekul-molekul zat ini mempunyai suatu
bagian hidrofilik (bagian yang suka air) dan suatu bagian hidrofobik (bagian yang
tidak suka air). Molekul-molekul tersebut akan mengarahkan dirinya ke masing-
masing fase (Ansel 1989).
Suatu emulsifier memiliki kemampuan untuk menurunkan tegangan antar
muka dan tegangan permukaan. Menurunnya tegangan antar muka ini akan
mengurangi daya kohesi dan meningkatkan daya adhesi. Emulsifier akan
membentuk lapisan tipis (film) yang menyelimuti partikel sehingga mencegah
partikel tersebut bersatu dengan partikel sejenisnya. Sistem emulsi yang stabil
dapat diperoleh melalui pemilihan emulsifier yang larut dalam fase yang dominan
(pendispersi) (Suryani et al. 2000).

2.3 Bahan Penyusun Skin Lotion
Bahan penyusun skin lotion terdiri dari asam stearat, mineral oil, setil
alkohol, triethanolamin, gliserin, air murni, pengawet dan pewangi yang disusun
berdasarkan persentase berat dalam formulasi (Nussinovitch 1997).
2.3.1 Asam stearat
Asam stearat (C
16
H
32
O
2
) merupakan asam lemak yang terdiri dari rantai
hidrokarbon, diperoleh dari lemak dan minyak yang dapat dimakan, dan
berbentuk serbuk berwarna putih. Asam stearat mudah larut dalam kloroform,
eter, etanol, dan tidak larut dalam air. Bahan ini berfungsi sebagai pengemulsi
dalam sediaan kosmetika (Depkes RI 1993). Asam stearat dapat menghasilkan
kilauan yang khas pada produk skin lotion (Mitsui 1997).
Emulsifier (pengemulsi) yang digunakan dalam pembuatan skin lotion ini
memiliki gugus polar maupun non polar secara bersamaan dalam satu molekulnya
sehingga pada satu sisi akan mengikat minyak yang non polar dan di sisi lain juga
akan mengikat air yang polar sehingga zat-zat yang ada dalam emulsi ini akan
dapat dipersatukan. Suatu emulsi biasanya terdiri lebih dari satu emulsifier karena
kombinasi dari beberapa emulsifier akan menambah kesempurnaan sifat fisik
maupun kimia dari emulsi (Suryani et al. 2000).
2.3.2 Setil alkohol
Setil alkohol (C
16
H
33
OH) merupakan butiran yang berwarna putih, berbau
khas lemak, rasa tawar, dan melebur pada suhu 45-50
o
C. Setil alkohol larut
dalam etanol dan eter namun tidak larut dalam air. Bahan ini berfungsi sebagai
pengemulsi, penstabil, dan pengental (Depkes RI 1993).
Setil alkohol adalah alkohol dengan bobot molekul tinggi yang berasal dari
minyak dan lemak alami atau diproduksi secara petrokimia. Bahan ini termasuk
ke dalam fase minyak pada sediaan kosmetik. Pada formulasi produk setil alkohol
yang digunakan kurang dari 2%. Setil alkohol merupakan lemak putih agak keras
yang mengandung gugusan kelompok hidroksil dan digunakan sebagai penstabil
emulsi pada produk emulsi seperti cream dan lotion (Mitsui 1997). Alkohol
dengan bobot molekul tinggi seperti stearil alkohol, setil alkohol, dan gliseril
monostearat digunakan terutama sebagai zat pengental dan penstabil untuk emulsi
minyak dalam air dari lotion (Ansel 1989).
Bahan pengental digunakan untuk mengatur kekentalan dan
mempertahankan kestabilan produk. Pengental dibedakan menjadi pengental
yang berasal dari lemak (lipid thickeners), misalnya setil alkohol; pengental yang
berasal dari hewan dan tumbuhan serta turunannya (thickeners of vegetable and
animal), misalnya karaginan; pengental mineral dan mineral termodifikasi
(mineral and modified mineral thickeners), misalnya silicon oil; dan pengental
sintetik (synthetic thickeners), misalnya karbomer (Polo 1998). Proporsi bahan
pengental yang digunakan dalam skin lotion yaitu dibawah 2,5%. Bahan
pengental yang digunakan dalam pembuatan skin lotion bertujuan untuk
mencegah terpisahnya partikel dari emulsi (Schmitt 1996).
Salah satu cara untuk meminimumkan kecenderungan bergabungnya fase
terdispersi adalah dengan mengentalkan produk. Hal ini juga akan membuat
emulsi menjadi stabil. Kestabilan sistem emulsi ini ditandai dengan semakin
berkurangnya kemungkinan terjadinya penggabungan partikel sejenis dan
rendahnya laju rata-rata pengendapan yang terjadi (Glicksman 1983)
2.3.3 Minyak mineral
Minyak mineral (parafin cair) adalah campuran hidrokarbon cair yang
berasal dari sari minyak tanah. Minyak ini merupakan cairan bening, tidak
berwarna, tidak larut dalam alkohol atau air, jika dingin tidak berbau dan tidak
berasa namun jika dipanaskan sedikit berbau minyak tanah. Minyak mineral
berfungsi sebagai pelarut dan penambah viskositas dalam fase minyak (Depkes RI
1993).
Parafin merupakan hidrokarbon yang jenuh dan dapat mengikat atom
hidrogen secara maksimal sehingga bersifat tidak reaktif. Bahan ini memiliki
kompatibilitas yang sangat baik terhadap kulit. Minyak mineral mempunyai
peranan yang khas sebagai occlusive emolien (Mitsui 1997).
Emolien didefinisikan sebagai sebuah media yang bila digunakan pada
lapisan kulit yang keras dan kering akan mempengaruhi kelembutan kulit dengan
adanya hidrasi ulang. Dalam skin lotion, emolien yang digunakan memiliki titik
cair yang lebih tinggi dari suhu kulit. Fenomena ini dapat menjelaskan timbulnya
rasa nyaman, kering, dan tidak berminyak bila skin lotion dioleskan pada kulit.
Kisaran penggunaan pelembut adalah 0.5-15 % (Schmitt 1996).
2.3.4 Gliserin
Gliserin (C
3
H
8
O
3
) disebut juga gliserol atau gula alkohol, merupakan
cairan yang kental, jernih, tidak berwarna, sedikit berbau, dan mempunyai rasa
manis. Gliserin larut dalam alkohol dan air tetapi tidak larut dalam pelarut
organik (Doerge 1982).
Gliserin merupakan humektan yang paling baik digunakan dalam
pembuatan skin lotion. Humektan adalah komponen yang larut dalam fase air dan
merupakan bagian yang terpenting dalam skin lotion. Bahan ini ditambahkan ke
dalam sediaan kosmetik untuk mempertahankan kandungan air produk pada
permukaan kulit saat pemakaian. Humektan berpengaruh terhadap kulit yaitu
melembutkan kulit dan mempertahankan kelembaban kulit agar tetap seimbang.
Humektan juga berpengaruh terhadap stabilitas skin lotion yang dihasilkan karena
dapat mengurangi kekeringan ketika produk disimpan pada suhu ruang
(Mitsui 1997).
Komposisi gliserin yang digunakan pada formula berkisar 3-10%.
Gliserin diperoleh dari hasil samping industri sabun atau asam lemak dari tanaman
dan hewan (Mitsui 1997). Gliserin tidak hanya berfungsi sebagai humektan tetapi
juga berfungsi sebagai pelarut, penambah viskositas, dan perawatan kulit karena
dapat melumasi kulit sehingga mencegah terjadinya iritasi kulit (Depkes RI 1993).
Gliserol yang diperoleh dari penyabunan dipisahkan melalui proses
penyulingan dan dapat digunakan sebagai pelembab dalam tembakau, industri
farmasi dan kosmetik. Sifat melembabkan timbul dari gugus-gugus hidroksil
yang dapat berikatan hidrogen dengan air dan mencegah penguapan air
(Fessenden dan Fessenden 1982)


2.3.5 Triethanolamin
Triethanolamin ((CH
2
OHCH
2
)
3
N) atau TEA merupakan cairan tidak
berwarna atau berwarna kuning pucat, jernih, tidak berbau atau hampir tidak
berbau, dan higroskopis. Cairan ini dapat larut air dan etanol tetapi sukar larut
dalam eter. TEA berfungsi sebagai pengatur pH dan pengemulsi pada fase air
dalam sediaan skin lotion (Depkes RI 1993).
TEA merupakan bahan kimia organik yang terdiri dari amine dan alkohol
dan berfungsi sebagai penyeimbang pH pada formulasi skin lotion. TEA
tergolong dalam basa lemah (Anonim
a
2008).
2.3.6 Metil Paraben
Metil paraben (C
8
H
8
O
3
) merupakan zat berwarna putih atau tidak
berwarna, berbentuk serbuk halus, dan tidak berbau. Zat ini mudah larut dalam
etanol 95%, eter, dan air tetapi sedikit larut benzen, dan karbontetraklorida
(Depkes RI 1993). Metil paraben sering digunakan dalam skin lotion karena dapat
mencegah pertumbuhan bakteri dan jamur serta dapat mempertahankan skin lotion
dari mikroorganisme yang dapat merusak (Rieger 2000).
Metil paraben termasuk salah satu jenis pengawet yang biasa digunakan
dalam pembuatan skin lotion. Bahan pengawet yang biasa ditambahkan pada
pembuatan skin lotion sebesar 0,1-0,2%. Pengawet yang digunakan sebagai
tambahan pada produk menyebabkan mikroba tidak dapat tumbuh karena
pengawet bersifat antimikroba. Pengawet harus ditambahkan pada suhu yang
tepat pada saat proses pembuatan skin lotion, yaitu antara suhu 35-45
o
C agar
tidak merusak bahan aktif yang terdapat dalam pengawet tersebut (Schmitt 1996).
Pengawet yang baik memiliki beberapa persyaratan, antara lain: efektif
mencegah tumbuhnya berbagai macam organisme yang dapat menyebabkan
penguraian bahan, dapat bercampur dengan bahan lainnya secara kimia, tidak
menyebabkan iritasi, tidak mempengaruhi pH produk, tidak mengurangi
efektivitas produk, tidak menyebabkan perubahan pada produk (bau dan warna),
memiliki kestabilan pada rentang pH (dari netral sampai alkali) dan suhu yang
luas, mudah didapat, dan harga yang ekonomis (Mitsui 1997).


2.3.7 Pewangi (essential oil)
Hampir setiap jenis kosmetik menggunakan zat pewangi yang terutama
berguna untuk menambah nilai estika produk yang dihasilkan. Pewangi yang
biasa digunakan adalah minyak (essential oil). Minyak parfum yang digunakan
biasanya dalam jumlah yang kecil sehingga tidak menyebabkan iritasi
(Schuller dan Romanowski 1999, diacu dalam Sondari 2007)
Penambahan pewangi pada produk merupakan upaya agar produk
mendapatkan tanggapan yang positif. Pewangi sensitif terhadap panas, oleh
karenanya bahan ini ditambahkan pada temperatur yang rendah (Rieger 2000).
Jumlah pewangi yang ditambahkan harus serendah mungkin yaitu berkisar
antara 0,1-0,5%. Pada proses pembuatan skin lotion pewangi dicampurkan pada
suhu 35
o
C agar tidak merusak emulsi yang sudah terbentuk (Schmitt 1996).
2.3.8 Air murni
Air merupakan komponen yang paling besar persentasenya dalam
pembuatan skin lotion. Air yang digunakan dalam pembuatan skin lotion
merupakan air murni yaitu air yang diperoleh dengan cara penyulingan, proses
penukaran ion dan osmosis sehingga tidak lagi mengandung ion-ion dan mineral-
mineral. Air murni hanya mengandung molekul air saja dan dideskripsikan
sebagai cairan jernih, tidak berwarna, tidak berasa, memiliki pH 5.0-7.0, dan
berfungsi sebagai pelarut (Depkes RI 1993).
Pada pembuatan skin lotion, air merupakan bahan pelarut dan bahan baku
yang tidak berbahaya, tetapi air mempunyai sifat korosi. Air murni juga
mengandung beberapa bahan pencemar, untuk itu air yang digunakan untuk
produk kosmetik harus dimurnikan terlebih dahulu. Air yang digunakan juga
dapat mempengaruhi kestabilan dari emulsi yang dihasilkan. Pada sistem emulsi
air juga berperan penting sebagai emolien yang efektif (Mitsui 1997).

2.4 Stabilitas Emulsi
Kestabilan emulsi menunjukkan daya tahan suatu emulsi dalam rentang
waktu tertentu dimana partikel yang terdapat dalam emulsi tidak mempunyai
kecenderungan untuk bergabung dengan partikel lainnya dan membentuk lapisan
yang terpisah. Emulsi yang baik memiliki sifat tidak berubah menjadi lapisan-
lapisan, tidak berubah warna, dan tidak berubah konsistensinya selama
penyimpanan (Suryani et al. 2000).
Emulsi yang tidak stabil terjadi karena masing-masing fase cenderung
bergabung dengan fase sesamanya membentuk suatu agregat yang akhirnya dapat
mengakibatkan emulsi pecah. Emulsi yang tidak stabil dapat disebabkan oleh
beberapa hal antara lain komposisi bahan yang tidak tepat, ketidakcocokan bahan,
kecepatan dan pencampuran yang tidak tepat, pembekuan, guncangan mekanik
atau getaran, ketidakseimbangan densitas, ketidakmurnian emulsi, reaksi antara
dua atau lebih komponen dalam sistem, dan penambahan asam atau senyawa
elektrolit (Suryani et al. 2000).
Suatu emulsi dianggap tidak stabil secara fisik jika fase terdispersi dan
fase pendispersi pada penyimpanan cenderung untuk membentuk agregat dari
bulatan-bulatan (Ansel 1989), (1) jika bulatan-bulatan atau agregat dari bulatan
naik ke permukaan atau turun ke dasar emulsi tersebut akan membentuk suatu
lapisan pekat dari fase terdispersi, dan (2) jika semua atau sebagian dari fase
terdispersi tidak teremulsikan dan membentuk suatu lapisan yang berbeda pada
permukaan atau pada dasar emulsi yang merupakan hasil dari bergabungnya
bulatan-bulatan fase terdispersi.
Ketidakstabilan emulsi kosmetika ditandai dengan terjadinya perubahan
kimia dan perubahan fisika. Perubahan kimia yang terjadi antara lain perubahan
warna, perubahan bau, kristalisasi, dll. Perubahan fisika yang terjadi antara lain
pemisahan fase, sedimentasi, pembentukan aggregat, pembentukan gel,
penguapan, peretakan, pengerasan, dll (Mitsui 1997).
Faktor yang erat hubungannya dengan stabilitas emulsi adalah viskositas,
yaitu tahanan yang dialami molekul untuk mengalir pada sistem cairan.
Viskositas dipengaruhi oleh ukuran partikel dan distribusi partikel. Emulsi
dengan partikel berukuran halus lebih tinggi viskositasnya dibandingkan dengan
emulsi yang memiliki partikel kasar. Emulsi yang mengandung partikel-partikel
seragam lebih tinggi viskositasnya dibandingkan dengan emulsi yang partikelnya
tidak seragam. Gelatin dan beberapa gum dapat digunakan untuk menstabilkan
emulsi tipe oil on water seperti skin lotion sebab dapat meningkatkan kekentalan
fase pendispersi (Suryani et al. 2000).
Menurut Dreher et al. (1997) stabilitas emulsi akan meningkat dengan
adanya penambahan polimer yang sesuai dalam fase pendispersi dan penurunan
ukuran partikel fase terdispersi. Hal ini akan mencegah atau memperpanjang
waktu terjadinya penggabungan kembali partikel-partikel sejenis yang
mengakibatkan terjadinya pemisahan fase.
Hidrokoloid umumnya tidak berlaku sebagai pengemulsi murni pada
pembentukan emulsi, melainkan sebagai pengental yang meningkatkan kekentalan
fase air sehingga dapat mencegah globula minyak bergabung dengan globula
lainnya (Fardiaz 1989). Semakin tinggi viskositas suatu bahan, maka bahan
tersebut akan semakin stabil karena pergerakan partikel cenderung sulit dengan
semakin kentalnya suatu bahan (Schmitt 1996). Viskositas suatu emulsi dapat
ditingkatkan dengan meningkatkan viskositas fase pendispersi dan meningkatkan
volume fase terdispersi (Rieger 1994).
Dorobantu et al. (2004) mengemukakan bahwa emulsi minyak dalam air
tidak hanya dapat distabilkan dengan penambahan hidrokoloid tetapi juga dapat
distabilkan oleh bakteri hidrofobik. Pembentukan emulsi minyak dalam air ini
terjadi selama pertumbuhan bakteri pada hidrokarbon. Kemampuan bakteri ini
dalam menstabilkan emulsi tanpa menyebabkan terjadinya perubahan tegangan
antarmuka, tetapi melalui pencegahan terbentuknya droplet yang mengakibatkan
terjadinya penggumpalan emulsi.
Viskositas emulsi akan mengalami perubahan untuk beberapa lama (5-15
hari pada temperatur kamar) dan kemudian relatif konstan. Pengujian emulsi
dilakukan dengan kondisi yang mendekati kondisi penyimpanan emulsi tersebut
(Rieger 1994). Emulsi yang tidak stabil cenderung mengalami penurunan
viskositas selama penyimpanan (Suryani et al. 2000). Penurunan viskositas ini
terjadi akibat peningkatan ukuran partikel karena pengumpalan dan merupakan
ciri-ciri self life yang buruk (Rieger 1994).
Keadaan yang ekstrim dalam pengujian stabilitas harus dihindari karena
keadaan tersebut dapat menyebabkan komponen bahan penyusun melebur,
perubahan kelarutan emulsifier, dan perubahan koefisien distribusi partikel yang
akan mempengaruhi stabilitas emulsi. Prosedur yang sering dilakukan untuk
menguji kestabilan emulsi suatu formulasi baru adalah dengan menempatkan
emulsi tersebut pada suhu yang sedikit ditingkatkan dari suhu ruang. Pada
pengujian ini diasumsikan, apabila formulasi emulsi baru ditempatkan pada suhu
yang sedikit ditingkatkan dari suhu ruang yaitu pada suhu 37-45
o
C minimal
selama satu bulan tanpa adanya tanda pemisahan akan menjamin kestabilan
emulsi tersebut selama satu tahun pada suhu ruang (25
o
C dan 30
o
C). Tolak ukur
fisika yang dilakukan selama pengujian ini adalah perubahan viskositas dan
pemisahan fase (Rieger 2000).

2.5 Karaginan
Karaginan merupakan senyawa polisakarida rantai panjang yang diekstrak
dari rumput laut jenis karaginofit, seperti Eucheuma sp., Chondrus sp., Hypnea
sp., dan Gigartina sp yang disusun oleh sejumlah unit galaktosa dengan ikatan
(1,3) D-galaktosa dan (1,4) 3,6-anhidrogalaktosa secara bergantian, baik
mengandung ester sulfat atau tanpa sulfat dan memiliki bobot molekul diatas 100
kDa. Berdasarkan pada tipe struktur molekul dan posisi ion sulfatnya, karaginan
dibedakan menjadi tiga macam, yaitu iota karaginan, kappa karaginan, dan lamda
karaginan (Anggadiredja et al. 2006). Struktur ketiga tipe karaginan tersebut
ditunjukkan pada Gambar 2.

Gambar 2 Struktur molekul dan posisi ion sulfat karaginan
(Anggadiredja et al.)
Menurut Hansen (2007), kappa dan lamda karaginan adalah komponen
utama dari kelompok polisakarida sulfat yang terdapat pada rumput laut merah.
Kedua fraksi karaginan tersebut memiliki perbedaan yaitu kappa karaginan
mengandung 3,6 anhidrogalaktosa dalam jumlah yang besar sedangkan lamda
karaginan tidak. Kappa karaginan membentuk gel yang tidak larut dengan
kehadiran ion kalium sehingga dapat dipisahkan dari lamda karaginan. Kappa
karaginan memiliki viskositas yang lebih rendah jika dibandingkan dengan
viskositas lamda karaginan.
Karaginan diperoleh dari hasil ekstraksi rumput laut merah dengan
menggunakan air panas (hot water) atau larutan alkali pada temperatur tinggi
(Glicksman 1983). Karaginan digunakan pada industri makanan, farmasi dan
kosmetik sebagai penstabil, pengental dan pengemulsi (Angka dan Suhartono
2000).
Guibet et al. (2006) menyatakan bahwa karaginan merupakan sumber
karbon bagi sejumlah bakteri laut. Mikroorganisme ini termasuk ke dalam
kelompok Gammaproteobacteria, Flavobacteria atau Sphingobacteria yang dapat
mendegradasi dinding sel dari rumput laut merah melalui sekresi spesifik
glycoside hydrolases, termasuk dalam kelompok carrageenases.
Pengental-pengental polimer sering digunakan dalam emulsi lotion, salah
satunya yaitu karaginan (Schmitt 1966). Polimer hidrofilik, seperti asam alginat,
karaginan, chitosan, collagen, hyaluronic acid berperan sebagai humektan dalam
kosmetik yang dapat membentuk film pada lapisan atas permukaan kulit sehingga
dapat mempertahankan kelembutan dan kelembaban kulit (Rieger 2000).
Karaginan digunakan dalam konsentrasi yang rendah untuk menstabilkan
sistem suspensi atau emulsi. Ketika digunakan dalam konsentrasi rendah, struktur
gel karaginan tidak terdeteksi (gel tidak terbentuk) dan sebagai gantinya viskositas
sistem bertambah. Dalam hal ini, karaginan dapat pula digunakan sebagai bahan
penstabil dan pengental suatu sistem suspensi atau emulsi tanpa adanya
pembentukan gel (Skensved 2004, diacu dalam Hidayat 2006).
Karaginan digunakan dalam industri kosmetik lotion dengan konsentrasi
sekitar 1% ( karaginan). Karaginan dapat diaplikasikan dalam skin lotion
sebagai penstabil emulsi (Nussinovitch 1997). Spesifikasi mutu karaginan
industrial dicantumkan pada Tabel 2.
Tabel 2 Spesifikasi mutu karaginan menurut FAO, FCC dan EEC
Spesifikasi FAO FCC EEC
Senyawa mudah menguap (%)
Sulfat (%)
Abu (%)
Abu tak larut asam (%)
Logam:
Pb (ppm)
As (ppm)
Cu + Zn (ppm)
Zn (ppm)
Kehilangan karena pengeringan(%)
<12
15-14
15-14
-

<10
<3

<12
18-40
<35
<1

<10
<3


<12
<12
15-40
15-40
<2

<10
<3


Sumber: Angka dan Suhartono (2000)
Karaginan juga berperan dalam bidang kedokteran. Sakemi et al. (2000)
menyatakan bahwa karaginan merupakan poligalaktosa sulfat berbobot molekul
besar yang mengandung unsur makrofag toksik sehingga dapat menghilangkan
cytotoxic T lymphocyte untuk melawan reaksi sel tumor alogenik di dalam limpa.
2.5.1 Kelarutan
Kelarutan karaginan di dalam air dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya temperatur, kehadiran senyawa organik lainnya, garam yang larut air,
serta tipe karaginan itu sendiri. Hal yang paling penting dalam mengontrol daya
larut dalam air adalah hydrophilicity dari molekul yang merupakan grup ester
sulfat dan unit galaktopiranosil dari karaginan (Anggadiredja et al. 2006).
Karaginan memiliki dua gugus yang berbeda yaitu gugus hidrofilik dan
hidrofobik). Faktor utama dalam mengamati kelarutan karaginan adalah sifat
hidrofilik molekul yaitu pada kelompok ester sulfat dan gugus hidroksil,
sedangkan unit 3,6-anhidrogalaktopiranosa bersifat hidrofobik. Larutan karaginan
bersifat kental. Larutan karaginan dapat bergabung dengan pelarut-pelarut yang
dapat bercampur dengan air, misalnya alkohol, propilen glikol dan gliserin
(Suryaningrum 1988). Daya kelarutan karaginan pada berbagai media disajikan
pada Tabel 3.



Tabel 3 Daya kelarutan karaginan pada berbagai media pelarut
Media pelarut Kappa Iota Lamda
Air panas
Air dingin
Susu panas
Susu dingin
Larutan gula
Larutan garam
Larutan organik
Larut suhu >60
o
C
Larut Na
+
Larut
Tidak larut
Larut (panas)
Tidak larut
Tidak larut
Larut suhu >60
o
C
Larut Na
+
Larut
Tidak larut
Susah larut
Larut (panas)
Tidak larut
Larut
Larut garam
Larut
Larut
Larut (panas)
Larut (panas)
Tidak larut
Sumber: Glicksman (1983)
2.5.2 Viskositas
Viskositas atau kekentalan didefinisikan sebagai perbandingan antara
tekanan geser dan kecepatan geser suatu cairan. Tekanan geser adalah gaya per
luas area yang digeserkan (dyne/cm
2
). Kecepatan geser adalah kecepatan per
ketebalan film (detik
-1
) (Fardiaz 1989)
Viskositas karaginan terjadi pada saat dispersi karaginan dalam air.
Viskositas ini tergantung pada konsentrasi larutan, suhu, tipe karaginan, dan
molekul terlarut lainnya dan meningkat secara logaritmik dengan meningkatnya
konsentrasi larutan karaginan namun akan menurun seiring dengan peningkatan
suhu sehingga terjadi depolimerisasi yang dilanjutkan dengan degradasi
karaginan. Penurunan viskositas ini dapat dihindari dengan cara pengaturan pH
dan dengan pemanasan yang tidak terlalu lama (Towle 1973).
Semakin kecil kandungan sulfat maka nilai viskositasnya semakin kecil,
tetapi konsistensi gelnya semakin meningkat. Gaya tolak menolak antara grup
ester sulfat yang bermuatan asam (negatif) di sepanjang rantai polimer
menyebabkan rangkaian molekul kaku dan tertarik kencang sehingga molekul-
molekul air terikat pada molekul karaginan yang mengakibatkan meningkatnya
viskositas (Glicksman 1983).
2.5.3 Pembentukan gel
Iota karaginan memiliki sifat jeli yang lembut dan fleksibel atau lunak.
Kappa karaginan memiliki jeli yang bersifat kaku, getas dan keras sedangkan
lambda karaginan tidak dapat membentuk jeli, tetapi berbentuk cairan yang kental
(Towle 1973). Struktur gel dari masing-masing tipe karaginan dapat dilihat pada
Gambar 3.

Gambar 3 Struktur gel karaginan (Anonim
c
2008)
Adanya ion monovalen yaitu NH
4
+
, K
+
, Rb
+
, dan Cs
+
membantu
pembentukan gel kappa, sedangkan jenis iota membentuk gel yang kuat dan stabil
bila terdapat ion Ca
2+
. Ion Na
+
dapat menghambat pembentukan gel karaginan
jenis kappa. Potensi membentuk gel dan viskositas larutan karaginan akan
menurun dengan menurunnya pH, karena adanya ion H
+
membantu proses
hidrolisis ikatan glikosidik pada molekul karaginan (Angka dan Suhartono 2000).
Karakteristik gel karaginan dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Karakteristik gel karaginan
Karakteristik Kappa Iota Lambda
Efek kation
Gel lebih kuat
dengan ion
potassium
Gel lebih kuat
dengan ion
kalsium
Tidak membentuk
gel
Tipe gel
Kuat dan rapuh
dengan
sineresis
Elastisitas dan
kohesif tanpa
sineresis
Tidak membentuk
gel
Efek sinergis dengan
locust bean gum
Tinggi Tinggi Tidak
Stabilitas freezing-
thawing
Tidak stabil Stabil Tidak stabil
Sumber: Glicksman (1983)
Kappa karaginan dan iota karaginan merupakan fraksi yang mampu
membentuk gel dalam air dan bersifat reversible yaitu meleleh jika dipanaskan
dan membentuk gel kembali jika didinginkan. Proses pemanasan dengan suhu
yang lebih tinggi dari suhu pembentukan gel akan mengakibatkan polimer
karaginan dalam larutan menjadi random coil (acak). Bila suhu diturunkan, maka
polimer akan membentuk struktur double helix (pilinan ganda) dan apabila
penurunan suhu terus dilanjutkan polimer-polimer ini akan terikat silang secara
kuat. Kondisi ini meningkatkan struktur heliks yang terbentuk agregat.
Pembentukan agregat bertanggung jawab terhadap terbentuknya gel yang kuat
(Glicksman 1983). Jika diteruskan, ada kemungkinan proses pembentukan
agregat terus terjadi dan gel akan mengerut sambil melepaskan air. Proses
terakhir ini disebut sineresis (Fardiaz 1989).
2.5.4 Stabilitas karaginan pada berbagai nilai pH
Karaginan akan stabil pada pH yang lebih tinggi dari 7, tetapi jika pH
lebih rendah dari 7, stabilitas karaginan akan menurun bila terjadi peningkatan
suhu. Hidrasi lebih cepat pada pH rendah, dan lambat pada pH 6 atau lebih.
Karaginan kering dapat disimpan dengan baik selama 1,5 tahun pada suhu kamar
(Glicksman 1983).
Kappa dan iota karaginan dapat digunakan sebagai pembentuk gel pada
pH rendah yang tidak mudah terhidrolisis. Penurunan pH menyebabkan
terjadinya hidrolisa dari ikatan glikosidik yang mengakibatkan kehilangan
viskositas dan potensi membentuk gel (Glicksman 1983).
Semua karaginan stabil pada pH netral dan alkali, namun pada pH asam
akan terhidrolisa. Kappa dan iota karaginan akan lebih stabil dalam bentuk gel
(Anonim
b
2007). Karaginan banyak digunakan karena stabilitasnya terhadap pH
dari mulai pH netral hingga alkali (Nussinovitch 1997). Stabilitas larutan
karaginan pada berbagai media pelarut tercantum pada Tabel 5.
Tabel 5 Stabilitas larutan karaginan pada berbagai media pelarut
Stabilitas pada pH Kappa Iota Lambda
Pada pH netral dan
alkali
Stabil Stabil Stabil
Pada pH asam
Terhidrolisis dalam
larutan ketika
dipanaskan. Stabil
dalam bentuk gel
Terhidrolisis
dalam larutan.
Stabil dalam
bentuk gel.
Terhidrolisis
Sumber: Glicksman (1983)



3. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Juli 2008
yang dilaksanakan di Laboratorium Biokimia Hasil Perikanan, Laboratorium
Mikrobiologi Hasil Perikanan, Laboratorium Organoleptik, Departemen
Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut
Pertanian Bogor; Laboratorium Teknologi Pangan, Institut Pertanian Bogor; dan
Laboratorium Research and Development PT. Pusaka Tradisi Ibu.

3.2 Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan dalam pembuatan skin lotion adalah peralatan
gelas, timbangan analitik, termometer, pemanas listrik, bulb, pengaduk,
alumunium foil, stirrer dan pipet volumetrik. Alat yang digunakan untuk analisis
adalah pH meter, viscometer brookfield, oven, ruang pendingin, inkubator, cawan
petri, pipet volumetrik, scalar moisture checker dan botol sample.
Bahan yang digunakan dalam pembuatan skin lotion ini adalah tepung
karaginan yang diperoleh dari PT. Araminta Sidhakarya; asam stearat, setil
alkohol, minyak mineral (parafin cair), gliserin, triethanolamin, pewangi dan metil
paraben yang diperoleh dari Toko Kimia Harum Kimia dan Setia Guna; aquades
dan skin lotion komersial yang digunakan sebagai skin lotion pembanding.

3.3 Metode Penelitian
Penelitian dilakukan dalam dua tahap yaitu penelitian pendahuluan dan
penelitian utama.
3.3.1 Penelitian pendahuluan
Penelitian pendahuluan dilakukan berdasarkan trial and error selama dua
bulan untuk mempelajari formulasi bahan-bahan penyusun, prosedur pembuatan
skin lotion yang tepat, dan konsentrasi karaginan yang dapat digunakan dalam
pembuatan skin lotion.
Hasil penelitian pendahuluan diperoleh bahwa skin lotion dengan
konsentrasi karaginan lebih dari 3% sangat sulit untuk dituang (mendekati bentuk
padat atau krim). Konsentrasi karaginan yang digunakan berkisar antara 1-3%
dengan selang 1% dan konsentrasi karaginan 0% sebagai kontrol negatif.
Bahan-bahan dasar penyusun skin lotion yang digunakan menurut
Nussinovitch (1997) dalam buku Application of Hydrocolloid yaitu asam stearat,
mineral oil, setil alkohol, triethanolamin, gliserin, air murni, pengawet dan
pewangi dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6 Formulasi bahan penyusun dan konsentrasi yang digunakan
dalam skin lotion
Bahan Konsentrasi (%)
Asam stearat 2.5
Setil alkohol 0.5
Parafin cair 7
Air 84
Gliserin 5
Triethanolamin 1
Metil paraben q.s
Parfum q.s
Keterangan : q.s = Quantity small
Sumber : Nussinovitch (1997)
3.3.2 Penelitian utama
Penelitian utama ini terdiri dari dua tahap. Tahap pertama bertujuan untuk
mempelajari pengaruh konsentrasi karaginan terhadap karakteristik skin lotion
yang dihasilkan meliputi karakteristik sensori (kesukaan terhadap parameter
kekentalan, homogenitas, penampakan, warna, kesan lembab, dan rasa lengket),
kimia, fisik, total mikroba, dan mendapatkan konsentrasi karaginan terbaik.
Tahap kedua dilakukan untuk mempelajari karakteristik skin lotion dengan
konsentrasi karaginan terbaik yang dibandingkan terhadap skin lotion dengan setil
alkohol, dan skin lotion tanpa karaginan dan tanpa setil alkohol yang meliputi
persentase kelembaban kulit; karakteristik sensori, fisika dan kimia selama
penyimpanan satu bulan dengan interval waktu pengujian 0, 10, 20, dan 30 hari.
Selang tersebut digunakan karena waktu 10 hari sesudah emulsi dibuat termasuk
ke dalam waktu telah terjadinya perubahan viskositas (5-15 hari) (Rieger 1994).
Uji total mikroba juga dilakukan setelah penyimpanan tiga bulan. Skin lotion
yang disimpan pada suhu 37
o
C selama satu bulan hanya skin lotion yang akan
diuji stabilitas emulsi. Uji viskositas dan pH menggunakan skin lotion yang
disimpan pada suhu ruang. Selama penyimpanan juga dilakukan uji sensori.
Komposisi skin lotion yang dibuat pada penelitian utama dicantumkan pada
Tabel 7.
Tabel 7 Formulasi skin lotion
Keterangan :
A : Formulasi skin lotion dengan perlakuan karaginan 0%
B : Formulasi skin lotion dengan perlakuan karaginan 1%
C : Formulasi skin lotion dengan perlakuan karaginan 2%
D : Formulasi skin lotion dengan perlakuan karaginan 3%
E : Formulasi skin lotion dengan setil alkohol 0,5% (kontrol positif)
3.4 Prosedur Kerja
Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan skin lotion dipisahkan
menjadi dua bagian yaitu bahan yang larut minyak (fase minyak atau sediaan 1)
dan bahan yang larut air (fase air atau sediaan 2). Bahan-bahan yang termasuk
fase minyak antara lain asam stearat dan parafin cair dimasukkan ke dalam gelas
piala. Karaginan yang digunakan terlebih dahulu dilarutkan ke dalam beberapa
bagian air sebelum dicampurkan ke dalam fase air. Bahan-bahan yang termasuk
fase air seperti gliserin, TEA, larutan karaginan, dan sisa air dicampurkan.
Sediaan 1 dan 2 dipanaskan dan diaduk pada suhu 70-75
o
C secara terpisah
hingga homogen. Sediaan yang telah homogen tersebut dicampur dan diaduk
dengan pengaduk. Proses pencampuran kedua sediaan yang berbeda tersebut
dilakukan pada suhu 70
o
C. Proses pengadukan dengan stirrer dilakukan hingga
campuran kedua sediaan homogen dan mencapai suhu 40
o
C (sediaan 3).
Komposisi (% berat)
Bahan
A B C D E
Asam stearat 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
Parafin cair 7 7 7 7 7
Setil alkohol 0 0 0 0 0.5
Air
84 84 84
84
84
Karaginan 0 1 2 3 0
Gliserin 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0
Triethanolamin 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0
Metil paraben 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1
Parfum
0,1 0,1 0,1 0,1 0,1
Pengawet (metil paraben) dan parfum dimasukkan ke dalam sediaan 3
pada suhu 35
o
C kemudian dilakukan pengadukan dengan stirrer selama kurang
lebih satu menit. Diagram alir pembuatan skin lotion disajikan pada Gambar 3.






















Gambar 4. Diagram alir pembuatan skin lotion
Keterangan simbol:
: : Mulai dan akhir, : Proses, : :hasil,
: Input
Fase minyak (Sediaan 1):
1. Asam stearat
2. Parafin cair

Fase air (Sediaan 2):
1. Gliserin
2. TEA
3. Larutan Karaginan
4. Air
Pengadukan dan pemanasan pada
suhu 70-75C selama 25 menit

Pengadukan dan pemanasan pada
suhu 70-75C selama 10 menit

Pencampuran pada suhu 70
o
C

Pengadukan hingga suhu 40
o
C selama 30 menit
dan pendinginan hingga suhu 35
o
C selama 10 menit

Metil paraben
Parfum
(essential oil)
Mulai
Sediaan 3
Skin Lotion
Pencampuran dan pengadukan
selama 1 menit

stop
3.5 Analisis Skin Lotion
Analisis terhadap skin lotion yang dihasilkan meliputi analisis pH,
viskositas, stabilitas emulsi, total mikroba, uji sensori, kelembaban kulit dan
penyusutan berat.
3.5.1 Analisis pH
Pengukuran pH contoh dilakukan dengan menggunakan pH meter meter
Orion model 410A yang sebelumnya telah dikalibrasi menggunakan larutan buffer
pH 4 dan pH 7. Pengukuran dilakukan secara langsung dengan mencelupkan
sensor pH ke dalam contoh uji, lalu ditunggu sampai angka yang muncul pada
layar stabil.
3.5.2 Analisis viskositas
Sampel sebanyak 100 gram dimasukkan ke dalam wadah kemudian diukur
viskositasnya dengan menggunakan viskometer Brookfield Engineering Labs,
INC tipe Middceboro MA 02346 USA (spindel no 3 dan 4) dengan kecepatan 30
rpm. Faktor koreksi untuk spindel 3 adalah 40 sedangkan untuk spindel 4 adalah
200. Viskositasnya (cp) adalah angka hasil pengukuran x faktor konversi
(Lampiran 9) .
3.5.3 Analisis stabilitas emulsi
Pengukuran Sampel bahan emulsi dimasukkan dalam wadah dan
ditimbang beratnya. Wadah dan bahan tersebut dimasukkan dalam oven dengan
suhu 45
o
C selama 1 jam kemudian dimasukkan ke dalam pendingin bersuhu
dibawah 0
o
C selama 1 jam dan dikembalikan lagi ke oven pada suhu 45
o
C
selama 1 jam. Pengamatan dilakukan terhadap kemungkinan terjadinya
pemisahan air dari emulsi. Bila terjadi pemisahan, emulsi dikatakan tidak stabil
dan tingkat kestabilannya dihitung berdasarkan persentase fase terpisahkan
terhadap emulsi keseluruhan (Mitsui 1997). Stabilitas emulsi dapat dihitung
berdasarkan rumus berikut:





SE (%) = 100% - Berat fase yang memisah x 100%
Berat total bahan emulsi
3.5.4 Analisis total mikroba
Pengukuran total mikroba berdasarkan(SNI 19-2897-1992) adalah sebagai
berikut, secara aseptis ditimbang lotion sebanyak 1 gram dan dimasukkan ke
dalam larutan pengencer (garam fisiologis) kemudian dihomogenkan.
Pengenceran dilakukan sampai 10
-3
. Sebanyak 1 ml dari sampel, diinokulasikan
pada cawan petri steril. Media Plate Count Agar (PCA) yang steril pada suhu
4555
o
C dituangkan pada cawan petri sebanyak 10-15 ml. Cawan petri digoyang
dan dibiarkan memadat. Inkubasi dilakukan pada suhu kamar selama 48 jam.
Jumlah koloni yang tumbuh dilaporkan sebagai total mikroba.
3.5.5 Uji sensori
Uji sensori merupakan identifikasi, pengukuran secara ilmiah, analisis dan
interpretasi dari elemen-elemen pada suatu produk yang dapat dirasakan oleh
panca indera (penglihatan dan sentuhan). Uji sensori pada penelitian ini
menggunakan uji penerimaan atau uji hedonik yang bertujuan untuk mengevaluasi
daya terima atau tingkat kesukaan panelis terhadap produk yang dihasilkan. Skala
hedonik yang digunakan berkisar antara 1-7 dimana: (1) sangat tidak suka; (2)
tidak suka; (3) agak tidak suka; (4) normal; (5) agak suka; (6) suka; (7) sangat
suka (Carpenter et al. 2000). Pengujian sensori juga dilakukan selama
penyimpanan dengan selang waktu 10 hari selama satu bulan.
3.5.6 Penyusutan berat
Uji penyusutan berat dilakukan berkaitan dengan kestabilan emulsi suatu
produk. Produk yang memiliki stabilitas emulsi yang baik tidak akan mengalami
penyusutan berat atau penyusutan berat yang dialami memiliki persentase yang
kecil. Penyusutan antara lain juga disebabkan penguapan air pada saat
penyimpanan. Uji ini juga dapat membuktikan keefektifan bahan-bahan yang
dipakai pada formulasi. Uji dilakukan dengan menimbang bahan pada saat
sebelum mengalami penyimpanan dan setelah disimpan selama satu bulan,
kemudian dihitung persentase kehilangan beratnya (Suryani et al. 2000).
3.5.7 Uji kelembaban kulit
Uji kelembaban ini dilakukan dengan menggunakan alat Scalar Moisture
Checker yang dilakukan di PT. Pusaka Tradisi Ibu. Uji ini mengikuti prosedur
yang dilakukan oleh PT. Tradisi Ibu dalam menguji nilai kelembaban skin lotion
yang dihasilkan perusahaan tersebut. Langkah-langkah pengujian kelembaban
dengan menggunakan alat Scalar Moisture Checker ini adalah sebagai berikut:
skin lotion yang akan dioleskan ke permukaan kulit terlebih dahulu ditimbang
sebanyak 1 gram kemudian skin lotion tersebut dioleskan ke permukaan kulit
dengan luas permukaan 2x5 cm namun kulit tersebut terlebih dahulu diukur
kelembabannya sebelum dioleskan skin lotion. Kelembaban kulit setelah
dioleskan skin lotion diukur selama 15 menit dengan selang waktu pengukuran 5
menit. Hasil yang tertera pada layar alat Scalar Moisture Checker ini berupa
persentase kelembaban kulit.
Hasil persentase kelembaban yang diperoleh kemudian diolah dengan
menggunakan software Skin Sys berdasarkan skala sebagai berikut: (0-27%)
kering; (28-37%) agak kering; (38-47%) lembab; (48-57%) lebih lembab; dan
(>57%) sangat lembab. Uji ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kelembaban
kulit yang diperoleh setelah pemakaian skin lotion dengan karaginan, skin lotion
dengan setil alkohol, dan skin lotion tanpa setil alkohol dan tanpa karaginan.

3.7 Rancangan Percobaan (Steel dan Torie 1991)
3.7.1 Analisis karakteristik skin lotion sebelum penyimpanan
Pada penelitian ini digunakan rancangan acak lengkap dengan satu faktor
yaitu konsentrasi karaginan (0%, 1%, 2%, dan 3%) dan dua kali ulangan. Model
matematis rancangan tersebut adalah sebagai berikut:
Y
ij
= + A
i
+
ij
Keterangan:
Yij = Hasil pengamatan lotion ke-j dengan perlakuan ke-i
i = Perbedaan konsentrasi karaginan (0%, 1%, 2%, dan 3%)
j = Ulangan dari setiap perlakuan (dua kali)
= Nilai tengah umum
Ai = Pengaruh perlakuan ke-i

ij
= Pengaruh galat
H0 : Karaginan tidak berpengaruh terhadap karakteristik skin lotion
H
1
: Karaginan berpengaruh terhadap karakteristik skin lotion
Pengaruh perlakuan terhadap karakteristik dapat diketahui dengan analisis ragam.
Bila hasil analisis ragam menunjukkan tolak Ho maka dilanjutkan dengan uji
Duncan, dengan rumus:
R
p
= q (

) ; ; dbs p
r
kts

Keterangan:
R
p
= nilai kritikal untuk perlakuan yang dibandingkan
p = perlakuan
dbs = derajat bebas
kts = jumlah kuadrat tengah
r = ulangan
Uji normalitas data dilakukan sebelum data dimasukkan kedalam
perhitungan. Uji normalitas menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov, apabila hasil
uji ini menunjukkan nilai signifikan lebih besar dari 0,05 maka data dikatakan
menyebar normal (Steel dan Torie 1991).
Perhitungan uji sensori dilakukan dengan menggunakan analisis non
parametrik yaitu uji Kruskal Wallis yang menggunakan software SPSS (Statistical
Process for Social Science) versi 14.0. Perhitungan nilai secara manual menurut
Steel dan Torie (1991):
Uji Kruskal Wallis meliputi langkah-langkah berikut:
a. Merumuskan H0 dan H1
b. Perangkingan
Perangkingan dilakukan dengan mengurutkan nilai mulai dari yang
terkecil hingga nilai yang terbesar berdasarkan nilai hasil sensori untuk
semua perlakuan.
c. Membuat tabel rangking
d. Menghitung

+ = )] 1 ( ) 1 [( t t t T
e. Menghitung faktor koreksi (FK)
FK =
) 1 ( ) 1 (
1
+


n n n
T

f. Menghitung H yng merupakan kriteria uji
H =


+
) 1 ( 3 )
) 1 (
12
( n
ni
Ri
n n

g. Menghitung H yang merupakan nilai X
2
hitung
H =
ksi FaktorKore
H

h. Melihat X
2
tabel = 0,05 dan db(v) = k-1
Jika X
2
hitung > X
2
tabel maka tolak H0, dan dilanjutkan uji Mulitiple
Comparisons
Jika X
2
hitung < X
2
tabel maka gagal tolak H0
Uji Mulitiple Comparisons:
Uji ini digunakan apabila hasil uji Kruskal Wallis menunjukkan hasil tolak
H0. Rumus uji Mulitiple Comparisons adalah:

Rj Ri ><
( )
6
1
2
k n
p
a
z
+
, dimana p =
2
1 k
k
Keterangan:
n : banyaknya data
t : jumlah data yang sama
H : kriteria yang akan diuji
H : X
2
hitung
n
i
: jumlah pengamatan pada setiap perlakuan
Ri : jumlah rangking pada setiap perlakuan
K : perlakuan
Z : peubah acak
k : perlakuan
3.7.2 Analisis kelembaban kulit
Analisis persentase kelembaban kulit yang dilakukan dengan alat Scalar
Moisture Checker menggunakan rancangan acak faktorial dua faktor, yaitu bahan
penyusun ( skin lotion dengan konsentrasi karaginan terbaik, skin lotion dengan
setil alkohol, dan skin lotion tanpa setil alkohol dan tanpa karaginan) dan waktu
pengamatan (0, 5, 10, dan 15 menit) dengan tiga kali ulangan. Model rancangan
yang digunakan adalah:
Y
ijk
= + A
i
+ B
j
+ (AB)
ij
+
ijk
Keterangan:

Y
ijk
= Nilai pengamatan dari bahan penyusun ke-i, waktu pengamatan ke-j
pada ulangan ke-k
= Nilai rata-rata pengamatan
Ai = Pengaruh bahan penyusun ke-i (i = skin lotion dengan karaginan,
skin lotion dengan setil alkohol, dan skin lotion tanpa karaginan dan
tanpa setil alkohol)
Bj = Pengaruh waktu pengamatan ke-j (j = 0, 5, 10, dan 15 menit)
(AB)
ij
= Pengaruh interaksi antara bahan penyusun dengan waktu pengamatan

ijk
= Pengaruh galat
Hipotesis yang digunakan adalah:
H0 : Faktor bahan penyusun tidak mempengaruhi kelembaban kulit
H1 : Faktor bahan penyusun mempengaruhi kelembaban kulit
H0 : Faktor waktu pengamatan tidak mempengaruhi kelembaban kulit
H1 : Faktor waktu pengamatan mempengaruhi kelembaban kulit
H0 : Interaksi bahan penyusun dan waktu pengamatan tidak
mempengaruhi kelembaban kulit
H1 : Interaksi bahan penyusun dan waktu pengamatan mempengaruhi
kelembaban kulit
Apabila hasil uji yang diperoleh menunjukkan adanya pengaruh pada
selang 95% ( = 0,05) maka selanjutnya dilakukan uji lanjut Duncan.
Rumus uji Duncan:
R
p
= q (

) ; ; dbs p
r
kts

Keterangan:
R
p
= nilai kritikal untuk perlakuan yang dibandingkan
p = perlakuan
dbs = derajat bebas
kts = jumlah kuadrat tengah
r = ulangan
Uji normalitas data dilakukan sebelum data dimasukkan kedalam
perhitungan. Uji normalitas menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov, apabila hasil
uji ini menunjukkan nilai signifikan lebih besar dari 0,05 maka data dikatakan
menyebar normal (Steel dan Torie 1991).
3.7.4 Analisis karakteristik skin lotion selama penyimpanan
Analisis skin lotion selama penyimpanan menggunakan rancangan acak
lengkap faktorial dengan dua faktor, yaitu bahan penyusun (skin lotion dengan
konsentrasi karaginan terbaik, skin lotion dengan setil alkohol, dan skin lotion
tanpa setil alkohol dan tanpa karaginan) dan lama penyimpanan (0, 10, 20, dan 30
hari) dengan dua kali ulangan. Model rancangan yang digunakan adalah:
Y
ijk
= + A
i
+ B
j
+ (AB)
ij
+
ijk
Keterangan:

Y
ijk
= Nilai pengamatan dari bahan penyusun ke-i, lama penyimpanan ke-j
pada ulangan ke-k
= Nilai rata-rata pengamatan
Ai = Pengaruh bahan penyusun ke-i (i = skin lotion dengan karaginan,
skin lotion dengan setil alkohol, dan skin lotion tanpa karaginan dan
tanpa setil alkohol)
Bj = Pengaruh lama penyimpanan ke-j (j = 0, 10, 20, dan 30 hari)
(AB)
ij
= Pengaruh interaksi antara bahan penyusun dengan lama
penyimpanan

ijk
= Pengaruh galat
Hipotesis yang digunakan adalah:
H0 : Faktor bahan penyusun tidak mempengaruhi karakteristik skin
lotion
H1 : Faktor bahan penyusun mempengaruhi karakteristik skin lotion
H0 : Faktor lama penyimpanan tidak mempengaruhi karakteristik skin
lotion
H1 : Faktor lama penyimpanan mempengaruhi karakteristik skin lotion
H0 : Interaksi bahan penyusun dan lama penyimpanan tidak
mempengaruhi karakteristik skin lotion
H1 : Interaksi bahan penyusun dan lama penyimpanan mempengaruhi
karakteristik skin lotion
Apabila hasil uji yang diperoleh menunjukkan adanya pengaruh pada selang 95%
( = 0,05) maka selanjutnya dilakukan uji lanjut Duncan.
Rumus uji Duncan:
R
p
= q (

) ; ; dbs p
r
kts

Keterangan:
R
p
= nilai kritikal untuk perlakuan yang dibandingkan
p = perlakuan
dbs = derajat bebas
kts = jumlah kuadrat tengah
r = ulangan
Uji normalitas data dilakukan sebelum data dimasukkan kedalam
perhitungan. Uji normalitas menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov, apabila hasil
uji ini menunjukkan nilai signifikan lebih besar dari 0,05 maka data dikatakan
menyebar normal (Steel dan Torie 1991).
Data yang diperoleh dari uji sensori selama penyimpanan di analisis
dengan menggunakan uji nonparametric test Kruskal-Wallis kemudian apabila
hasil uji menunjukkan adanya pengaruh maka dilanjutkan dengan uji Multiple
Comparisons.











4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Karakteristik Skin Lotion
4.1.1 Karakteristik sensori
Uji sensori terhadap skin lotion dilakukan dengan uji kesukaan untuk
melihat penerimaan konsumen terhadap produk. Pada uji kesukaan panelis
diminta mengungkapkan tanggapan pribadinya tentang kesukaan atau sebaliknya
(Rahayu 1998). Uji ini bersifat subyektif dan menggunakan skala hedonik dengan
panelis tidak terlatih yang merupakan mahasiswa IPB berjumlah 30 orang.
Parameter yang diamati antara lain penampakan, warna, homogenitas, kekentalan,
kesan lembab dan rasa lengket. Uji sensori ini dilakukan pada skin lotion dengan
konsentrasi karaginan 0%, 1%, 2%, 3%, dan skin lotion dengan setil alkohol
(kontrol positif).
4.1.1.1 Penampakan
Penilaian kesukaan panelis terhadap penampakan dilakukan dengan cara
meminta panelis menilai penampilan skin lotion secara keseluruhan yang dapat
terlihat dari luar. Nilai kesukaan panelis yang diberikan ditunjukkan pada
Gambar 5.

Gambar 5 Histogram nilai kesukaan panelis terhadap penampakan
Keterangan: Superscript yang berbeda menunjukkan berbeda nyata
(Hasil uji lanjut Multiple Comparisons)
Nilai kesukaan panelis terhadap penampakan berkisar antara 4,75-5,8 yang
berarti bahwa panelis memberikan penilaian antara netral sampai suka. Nilai
penampakan tertinggi terdapat pada skin lotion dengan konsentrasi karaginan 2%
sedangkan terendah pada skin lotion dengan konsentrasi karaginan 0%. Hal ini
karena skin lotion dengan karaginan 0% memiliki kekentalan yang paling encer
sehingga diduga penampakannya kurang disukai oleh panelis.
Uji Kruskal-Wallis pada =0,05 (Lampiran 5) menunjukkan bahwa
karaginan mempengaruhi kesukaan panelis terhadap penampakan skin lotion. Uji
lanjut Multiple Comparisons (Lampiran 6) memperlihatkan bahwa nilai
penampakan tertinggi pada skin lotion dengan karaginan 2% berbeda nyata
terhadap penampakan skin lotion dengan karaginan 0% dan 1% namun tidak
berbeda nyata terhadap penampakan skin lotion dengan karaginan 3%.
Kekentalan diduga mempengaruhi tingkat kesukaan panelis terhadap
penampakan. Karaginan berperan sebagai bahan pengental sehingga penggunaan
karaginan mempengaruhi penampakan skin lotion. Semakin tinggi konsentrasi
karaginan menyebabkan karaginan semakin kental. Pada penggunaan karaginan
lebih dari 3% menyebabkan produk menjadi berbentuk krim.
Karaginan termasuk salah satu polimer alami yang digunakan sebagai
pengental dalam lotion (Schmitt 1996). Karaginan merupakan salah satu jenis
hidrokoloid, yaitu suatu polimer larut dalam air yang mampu mengentalkan
larutan (Fardiaz 1989).
Warna juga mempengaruhi penampakan namun konsentrasi karaginan
yang digunakan dalam formulasi rendah sehingga warna skin lotion yang
dihasilkan tidak berbeda tetapi diduga apabila konsentrasi karaginan yang
digunakan tinggi maka warna skin lotion yang dihasilkan berwarna lebih gelap
dan akan berpengaruh terhadap penampakan skin lotion yang dihasilkan. Tingkat
kesukaan panelis terhadap penampakan skin lotion yang menggunakan karaginan
tidak jauh berbeda dengan penampakan skin lotion yang menggunakan setil
alkohol karena penampakan skin lotion yang dihasilkan juga tidak jauh berbeda.
4.1.1.2 Warna
Warna suatu produk akan mempengaruhi kesukaan panelis. Penilaian
kesukaan panelis terhadap warna dilakukan secara visual dengan cara meminta
panelis melihat warna dari skin lotion yang dihasilkan. Pada penelitian ini
digunakan karaginan sebagai salah satu bahan penyusun. Gambar bahan-bahan
penyusun yang digunakan dan skin lotion yang dihasilkan dapat dilihat pada
Lampiran 60.
Nilai kesukaan panelis berkisar antara 5,25-5,47 yang berarti bahwa
panelis memberikan penilaian agak suka terhadap warna. Nilai kesukaan panelis
tertinggi terhadap warna skin lotion dengan karaginan 2% sedangkan terendah
terhadap warna skin lotion dengan karaginan 1%. Nilai kesukaan panelis yang
diberikan dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6 Histogram nilai kesukaan panelis terhadap warna
Keterangan: Superscript yang berbeda menunjukkan berbeda nyata
(Hasil uji lanjut Multiple Comparisons)
Warna yang terbentuk pada produk dipengaruhi oleh warna bahan-bahan
penyusunnya (Mitsui 1997). Hasil uji Kruskal-Wallis pada taraf =0,05
menunjukkan bahwa karaginan tidak mempengaruhi kesukaan panelis terhadap
warna skin lotion yang dihasilkan (Lampiran 5). Hal ini diduga karena warna
karaginan yang digunakan tidak menyebabkan perbedaan warna skin lotion serta
bahan-bahan penyusun lainnya yang digunakan dalam formulasi sama. Warna
dari karaginan yang digunakan cerah (putih karaginan) dengan jumlah konsentrasi
yang rendah sehingga tidak mempengaruhi warna skin lotion yang dihasilkan.
Warna skin lotion dengan karaginan terlihat sama dengan warna skin lotion setil
alkohol yaitu putih. Penggunaan karaginan dalam jumlah konsentrasi yang lebih
tinggi lagi, akan menyebabkan warna skin lotion yang dihasilkan lebih gelap.
4.1.1.3 Homogenitas
Homogenitas merupakan parameter penting dalam suatu emulsi. Semakin
halus dan seragam tekstur emulsi skin lotion yang dihasilkan semakin baik, karena
merupakan indikator tercampurnya fase minyak dan air (Suryani et al. 2000).
Penilaian terhadap homogenitas dilakukan dengan cara mengamati penampakan
fisik skin lotion yang dihasilkan. Panelis juga diminta untuk merasakan tekstur
skin lotion dengan ujung jarinya, kemudian dioleskan ke tangan untuk mengetahui
kehalusan dan keseragaman tekstur emulsi sesuai dengan kesukaannya.
Nilai kesukaan panelis terhadap homogenitas skin lotion berkisar antara
5-5.4 yang berarti bahwa panelis memberikan penilaian agak suka. Nilai
kesukaan panelis tertinggi terhadap homogenitas skin lotion dengan konsentrasi
karaginan 3% sedangkan terendah terhadap homogenitas skin lotion kontrol
positif. Gambar 7 menunjukkan nilai kesukaan panelis terhadap homogenitas.

Gambar 7 Histogram nilai kesukaan panelis terhadap homogenitas
Keterangan: Superscript yang berbeda menunjukkan berbeda
nyata (Hasil uji lanjut Multiple comparisons)
Uji Kruskal-Wallis (=0,05) yang disajikan pada Lampiran 5
menunjukkan bahwa karaginan tidak mempengaruhi kesukaan panelis terhadap
homogenitas. Hal ini karena konsentrasi karaginan yang digunakan rendah
sehingga tidak mempengaruhi homogenitas skin lotion sehingga dalam hal ini
homogenitas skin lotion ditentukan oleh pencampuran fase-fase pada emulsi dan
pembuatan emulsi tersebut. Teknik dan cara pencampuran yang dilakukan dalam
pembuatan skin lotion sama sehingga homogenitas yang dihasilkan tidak berbeda.
Suatu emulsi dapat dikatakan homogen apabila tidak terlihat adanya
pemisahan antara komponen penyusun emulsi tersebut. Homogenitas
menunjukkan pencampuran bahan-bahan dalam formula skin lotion. Homogenitas
sistem emulsi dipengaruhi oleh teknik atau cara pencampuran yang dilakukan
serta alat yang digunakan pada proses pembuatan emulsi tersebut (Rieger 1994).
4.1.1.4 Kekentalan
Uji kesukaan terhadap parameter kekentalan dilakukan untuk mengetahui
kesukaan panelis terhadap kekentalan skin lotion pada saat pemakaian karena
terdapat beberapa pemakai yang menyukai skin lotion yang tidak terlalu kental.
Penilaian dilakukan secara visual dengan cara meminta panelis melihat kekentalan
produk kemudian mengoleskannya pada kulit.
Nilai kesukaan panelis terhadap kekentalan skin lotion berkisar antara
3,17-5,43 yang berarti bahwa panelis memberikan penilaian antara agak tidak
suka sampai agak suka. Nilai kesukaan panelis tertinggi terhadap kekentalan skin
lotion dengan konsentrasi karaginan 3% sedangkan terendah terhadap kekentalan
skin lotion dengan konsentrasi karaginan 0%. Hal ini disebabkan skin lotion
dengan konsentrasi karaginan 0% memiliki kekentalan yang paling rendah
dibandingkan skin lotion lainnya karena tidak adanya bahan pengental sehingga
kekentalannya hanya berasal dari bahan-bahan penyusun lainnya seperti gliserin.
Nilai kesukaan panelis yang diberikan terhadap kekentalan skin lotion ditunjukkan
oleh Gambar 8.
Gliserin tidak hanya berfungsi sebagai humektan tetapi juga berfungsi
sebagai penambah viskositas (KKI 1993). Nilai kesukaan panelis terhadap
parameter kekentalan skin lotion meningkat dengan semakin meningkatnya
konsentrasi karaginan yang digunakan. Nilai kesukaan panelis menunjukkan
bahwa panelis lebih menyukai skin lotion yang lebih kental.



Gambar 8 Histogram nilai kesukaan panelis terhadap kekentalan
Keterangan: Superscript yang berbeda menunjukkan berbeda
nyata (Hasil uji lanjut Multiple Comparisons)
Hasil uji Kruskal-Wallis (=0,05) pada Lampiran 5 memperlihatkan
bahwa karaginan mempengaruhi kesukaan panelis terhadap kekentalan skin lotion.
Uji lanjut Multiple Comparisons dilakukan untuk mengetahui perbedaan kesukaan
panelis terhadap kekentalan skin lotion dengan konsentrasi karaginan yang
berbeda (Lampiran 7). Hasil uji Multiple Comparisons menunjukkan bahwa
kesukaan panelis tertinggi terhadap kekentalan skin lotion dengan karaginan 3%
berbeda nyata terhadap kekentalan skin lotion dengan karaginan 0% dan 1%
namun tidak berbeda nyata terhadap kekentalan skin lotion dengan karaginan 2%.
Semakin tinggi konsentrasi karaginan yang digunakan semakin kental skin lotion
yang dihasilkan.
Karaginan digunakan dalam konsentrasi yang rendah untuk menstabilkan
sistem suspensi atau emulsi. Ketika digunakan dalam konsentrasi rendah, struktur
gel karaginan tidak terdeteksi (gel tidak terbentuk) dan sebagai gantinya viskositas
sistem bertambah. Dalam hal ini, karaginan dapat pula digunakan sebagai bahan
penstabil dan pengental suatu sistem suspensi atau emulsi tanpa adanya
pembentukan gel (Skensved 2004, diacu dalam Hidayat 2006).
4.1.1.5 Kesan lembab
Uji ini dilakukan untuk mengetahui kesukaan panelis terhadap kesan
lembab yang dirasakan setelah memakai skin lotion. Penilaian dilakukan dengan
cara mengoleskan skin lotion ke tangan kemudian panelis diminta untuk
memberikan penilaian terhadap kesan lembab yang dirasakan setelah beberapa
menit pemakaian skin lotion.
Nilai kesukaan panelis terhadap kesan lembab berkisar antara 4,62-5,78
yang berarti bahwa panelis memberikan penilaian antara netral sampai suka. Nilai
kesukaan panelis tertinggi terhadap kesan lembab skin lotion dengan konsentrasi
karaginan 3% sedangkan nilai kesukaan panelis terendah terhadap skin lotion
dengan karaginan 0%. Nilai kesukaan panelis menunjukkan bahwa dengan
semakin meningkatnya konsentrasi karaginan yang digunakan maka kesukaan
panelis terhadap kesan lembab skin lotion juga cenderung meningkat. Nilai
kesukaan panelis yang diberikan terhadap kesan lembab skin lotion dapat dilihat
pada Gambar 9.

Gambar 9 Histogram nilai kesukaan panelis terhadap kesan lembab
Keterangan: Superscript yang berbeda menunjukkan berbeda
nyata (Hasil uji lanjut Multiple Comparisons)
Uji Kruskal-Wallis pada taraf =0,05 memperlihatkan bahwa karaginan
mempengaruhi kesukaan panelis terhadap kesan lembab skin lotion (Lampiran 5).
Penambahan karaginan menyebabkan kesan lembab yang ditimbulkan setelah
pemakaian skin lotion lebih terasa.
Uji lanjut Multiple Comparisons menunjukkan kesukaan panelis tertinggi
terhadap kesan lembab adalah pada skin lotion dengan karaginan 3% yang
berbeda nyata dengan kesan lembab skin lotion dengan karaginan 0% dan 1%,
namun tidak berbeda nyata dengan kesan lembab skin lotion 2% (Lampiran 8).
Kekentalan juga dapat menyebabkan perbedaan kesan lembab skin lotion.
Semakin kental emulsi yang dihasilkan semakin sedikit air yang dapat menguap
dari skin lotion tersebut karena terdapat ikatan yang kuat diantara molekul-
molekul penyusunnya sehingga semakin kecil terjadinya dehidrasi yang
menyebabkan kulit menjadi kering akibatnya kelembaban semakin terjaga.
Tingkat kesukaan panelis terhadap skin lotion dengan setil alkohol lebih rendah
dibandingkan tingkat kesukaan panelis terhadap skin lotion dengan karaginan
karena efek melembabkannya hanya berasal dari gliserin.
Polimer hidrofilik, seperti asam alginat, karaginan, chitosan, collagen,
hyaluronic acid berperan sebagai humektan dalam kosmetik yang dapat
membentuk film pada lapisan atas permukaan kulit sehingga dapat
mempertahankan kelembutan dan kelembaban kulit (Rieger 2000).
4.1.1.6 Rasa lengket
Pada penilaian ini panelis diminta untuk menilai rasa lengket skin lotion
dengan cara mengoleskan skin lotion ke tangan dan merasakan rasa lengket skin
lotion setelah beberapa menit pemakaian. Rasa lengket ditimbulkan dari fase
minyak yang terkandung dalam formulasi suatu emulsi (Suryani et al. 2000).
Nilai kesukaan panelis terhadap rasa lengket skin lotion berkisar antara
4,45-5 yang berarti kesukaan panelis antara netral sampai agak suka. Nilai
kesukaan panelis tertinggi terhadap rasa lengket skin lotion dengan konsentrasi
karaginan 3% sedangkan terendah terhadap skin lotion dengan karaginan 0%.
Nilai kesukaan panelis terhadap rasa lengket skin lotion ditunjukkan oleh
Gambar 10.

Gambar 10 Histogram nilai kesukaan panelis terhadap rasa lengket
Keterangan: Superscript yang berbeda menunjukkan berbeda
nyata (Hasil uji lanjut Multiple Comparisons)
Uji Kruskal-Wallis pada taraf =0,05 menunjukkan bahwa karaginan tidak
memberikan pengaruh terhadap kesukaan panelis pada rasa lengket skin lotion
(Lampiran 10). Penggunaan karaginan dalam formulasi dapat mengurangi rasa
lengket setelah pemakaian skin lotion namun rendahnya konsentrasi karaginan
yang digunakan menyebabkan panelis kurang dapat merasakan perbedaan rasa
lengket skin lotion yang menggunakan karaginan.
Pengunaan karaginan dalam formulasi menyebabkan produk tidak terlalu
lengket setelah pemakaian karena berkaitan dengan kemampuan karaginan
membentuk lapisan film pada kulit sehingga membuat kulit terasa halus dan tidak
lengket. Rasa lengket juga dipengaruhi oleh bahan-bahan penyusun fase minyak
yang digunakan dalam formulasi. Bahan-bahan penyusun fase minyak yang
digunakan sama sehingga rasa lengket setelah pemakaian masing-masing skin
lotion tidak berbeda.
4.1.2 Karakteristik kimia dan fisik
4.1.2.1 Nilai pH
Keasaman suatu produk dapat diketahui dari nilai pH produk tersebut.
Nilai pH untuk produk kosmetik atau produk yang digunakan untuk pemakaian
luar yang berhubungan langsung dengan kulit haruslah sesuai dengan pH
penerimaan kulit yaitu 4,5-7,5. Hal ini karena, produk kosmetika yang memiliki
nilai pH sangat tinggi atau sangat rendah akan menyebabkan kulit teriritasi
(Wasitatmadja 1997). Nilai pH produk pelembab kulit (yang diacu berdasarkan
SNI 16-4399-1996 tentang sediaan tabir surya) disyaratkan berkisar antara 4,5-
8,0.
Lampiran 9 menunjukkan hasil pengukuran pH. Nilai pH berkisar antara
7,3-7,59 dan berada dalam kisaran pH yang disyaratkan oleh SNI 16-4399-1996,
sehingga produk skin lotion yang dihasilkan aman digunakan oleh kulit. Nilai pH
skin lotion komersial berkisar antara 7,25-8,45 (Lampiran 10) dan nilai pH skin
lotion yang dihasilkan juga berada pada kisaran nilai pH tersebut namun berbeda
nilainya, diduga karena bahan-bahan penyusun dalam formulasi yang berbeda-
beda. Levin dan Maibach (2007) menyatakan bahwa pH yang terlalu asam atau
basa dapat menyebabkan kulit menjadi kering dan mengalami iritasi karena
terjadinya kerusakan mantel asam pada lapisan stratum corneum (salah satu
bagian epidermis kulit).
Nilai pH tertinggi pada skin lotion dengan konsentrasi karaginan 3% yaitu
7,59 sedangkan terendah pada skin lotion dengan konsentrasi karaginan 0% yaitu
7,35 namun pH skin lotion kontrol positif lebih rendah daripada pH skin lotion
dengan karaginan karena pH setil alkohol yang diukur cenderung asam yaitu
6-6,5. Nilai pH skin lotion dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 11 Histogram nilai pH
Keterangan: Superscript yang berbeda menunjukkan berbeda
nyata (hasil uji lanjut Duncan).
Hasil analisis keragaman pada Lampiran 12 memperlihatkan bahwa
konsentrasi karaginan memberikan pengaruh terhadap pH skin lotion pada taraf
=0,05. Uji lanjut Duncan (Lampiran 13) menunjukkan pH skin lotion tertinggi
adalah pH skin lotion dengan karaginan 3% yang berbeda nyata dengan pH skin
lotion dengan karaginan 0%, 1%, dan 2%. Semakin tinggi konsentrasi karaginan
yang digunakan maka nilai pH akan semakin meningkat. Hal ini karena
karaginan yang digunakan bersifat basa (nilai pH 8-9) (Spesifikasi karaginan
produksi PT, Araminta Sidhakarya) diduga karena pada proses pembuatannya,
siklus reaksi yang terjadi menyertakan gugus OH
-
sehingga pH karaginan dapat
meningkatkan pH skin lotion.
4.1.2.2 Viskositas
Viskositas merupakan salah satu parameter penting dalam produk-produk
emulsi khususnya skin lotion. Viskositas menunjukkan kekentalan suatu bahan
yang diukur dengan menggunakan alat viscometer. Faktor yang erat hubungannya
dengan stabilitas emulsi adalah viskositas (Suryani et al. 2000).
Nilai viskositas berkisar antara 1435-7350 cP (centipoise) (Lampiran 9).
Nilai viskositas terbesar diperoleh dari skin lotion dengan karaginan 3% yaitu
sebesar 7350 cP sedangkan terkecil diperoleh dari skin lotion dengan karaginan
0% yaitu 1435cP. Semakin tinggi konsentrasi karaginan yang digunakan semakin
tinggi nilai viskositas emulsi skin lotion yang dihasilkan. Hal ini karena peranan
karaginan di dalam formulasi yang berfungsi sebagai pengental karena adanya
gugus ester dan hidroksil yang dapat mengikat air sehingga dapat meningkatkan
viskositas skin lotion yang dihasilkan. Konsentrasi karaginan lebih dari 3%
menyebabkan skin lotion menjadi sulit untuk dituang atau cenderung berbentuk
pasta sampai padat (krim).
Nilai viskositas yang dihasilkan berada dalam kisaran nilai 2000-50000
cP (SNI 16-4399-1996), kecuali nilai viskositas skin lotion dengan karaginan 0%.
Hasil pengukuran terhadap viskositas skin lotion komersial menunjukkan nilai
antara 1700-7200 cP (Lampiran 10). Nilai viskositas skin lotion yang dihasilkan
berada dalam kisaran nilai viskositas skin lotion komersial, kecuali pada skin
lotion dengan karaginan 0%. Hal ini karena tidak adanya bahan yang berfungsi
sebagai pengental pada formulasi skin lotion dengan karaginan 0% sehingga
kekentalan yang dihasilkan paling rendah. Nilai viskositas skin lotion yang
dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 12.

Gambar 12 Histogram nilai viskositas
Keterangan: Superscript yang berbeda menunjukkan berbeda
nyata (hasil uji lanjut Duncan).
Hasil analisis ragam pada taraf =0,05 menunjukkan bahwa karaginan
mempengaruhi viskositas skin lotion (Lampiran 14). Uji lanjut Duncan
memperlihatkan bahwa viskositas skin lotion tertinggi adalah pada skin lotion
dengan karaginan 3% yang berbeda nyata terhadap viskositas skin lotion dengan
karaginan 0%, 1%, dan 2% (Lampiran 15). Viskositas karaginan meningkat
dengan meningkatnya konsentrasi karaginan yang digunakan. Hal ini karena
semakin banyak gugus hidrofilik yang terkandung yaitu gugus ester dan hidroksil
sehingga semakin banyak air dalam skin lotion yang dapat terikat oleh gugus
tersebut dan mengakibatkan peningkatan viskositas skin lotion.
Viskositas karaginan terjadi pada saat dispersi karaginan dalam air.
Viskositas karaginan meningkat secara logaritmik dengan meningkatnya
konsentrasi larutan karaginan (Towle 1973).
Viskositas suatu emulsi dapat ditingkatkan dengan meningkatkan
viskositas fase pendispersi dan meningkatkan volume fase terdispersi.
Penggunaan koloid hidrofilik sangat efektif untuk meningkatkan viskositas suatu
emulsi minyak dalam air karena dapat meningkatkan viskositas fase pendispersi
(fase air) tanpa menaikkan volume fase minyak dalam emulsi tersebut (Rieger
1994).
4.1.2.3 Stabilitas emulsi
Perhitungan nilai stabilitas emulsi dilakukan apabila terjadi pemisahan
fase. Stabilitas emulsi menunjukkan kestabilan suatu bahan dimana emulsi yang
terdapat dalam bahan tidak mempunyai kecenderungan untuk bergabung dengan
partikel lain dan membentuk lapisan yang terpisah (Suryani et al. 2000). Emulsi
yang tidak stabil akan mengalami perubahan kimia dan perubahan fisika.
Perubahan kimia yang terjadi antara lain perubahan warna atau warna memudar,
perubahan bau, kristalisasi, dll. Perubahan fisika yang terjadi antara lain
pemisahan fase, sedimentasi, pembentukan aggregat, pembentukan gel,
penguapan, peretakan, pengerasan, dll (Mitsui 1997).
Hasil pengukuran stabilitas emulsi menunjukkan hasil yang sama yaitu
100%. Hasil tersebut memperlihatkan tidak terjadinya perubahan pada emulsi
antara lain tidak terjadinya pemisahan antara fase terdispersi dengan fase
pendispersi, tidak menyebabkan terjadinya sedimen, peretakan emulsi dan
pembentukan gel serta adanya perubahan bau dan warna setelah proses pengujian
stabilitas emulsi dilakukan. Hal ini diduga karena emulsi yang dihasilkan belum
mengalami penyimpanan sehingga stabilitas emulsi skin lotion yang dihasilkan
sama dan memperlihatkan tanda-tanda emulsi yang stabil.
4.1.3 Total mikroba
Uji total mikroba adalah uji untuk mengetahui ada atau tidak adanya
mikroba dalam skin lotion yang dihasilkan. Uji ini merupakan salah satu uji yang
penting karena kontaminasi mikroba dapat menyebabkan pemisahan fase,
penyusutan berat produk, dan bau yang tidak sedap. Skin lotion merupakan suatu
produk yang memiliki jangka waktu pemakaian yang cukup lama, sehingga
adanya mikroba dalam skin lotion dapat menjadi masalah terhadap daya awet skin
lotion. Pemakaian pengawet sangat dibutuhkan dalam formulasi skin lotion.
Kontaminasi mikroorganisme walaupun bukan termasuk mikroorganisme
pathogenik tidak diinginkan dalam kosmetika karena dapat menyebabkan
terjadinya deteriorasi pada kualitas produk seiring waktu pemakaian dan akan
menyebabkan iritasi kulit (Mitsui 1997).
Uji total mikroba pada skin lotion menunjukkan bahwa tidak terdapat
mikroba pada skin lotion yang dihasilkan. Penggunaan bahan pengawet yaitu
metil paraben pada formulasi terbukti efektif untuk mencegah tumbuhnya mikroba
yang dapat merusak produk skin lotion.

4.2 Pemilihan Skin Lotion Terbaik dengan Pengambilan Keputusan
Berbasis Indeks Kinerja (Marimin 2004)
Penentuan skin lotion terbaik ini dilakukan dengan menggunakan metode
Bayes. Cara yang dilakukan adalah dengan membobot parameter objektif (pH,
viskositas, stabilitas emulsi, dan total mikroba) dan subjektif (kesukaan panelis
terhadap penampakan, homogenitas, warna, kekentalan, kesan lembab, dan rasa
lengket) dari skin lotion. Pembobotan didasarkan pada nilai kepentingan pada
parameter produk skin lotion. Nilai kepentingan setiap karakteristik skin lotion
dari tiap parameter didasarkan pada skala 1-3 yaitu 1 mewakili nilai biasa,
2 mewakili nilai penting, dan 3 mewakili nilai sangat penting. Karakteristik dan
nilai kepentingan yang digunakan pada pembobotan disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8 Karakteristik dan nilai kepentingan parameter objektif dan
subjektif
Parameter
analisis
Dasar pertimbangan kepentingan
Nilai
kepentingan
A. Objektif
Nilai pH
Nilai pH skin lotion merupakan parameter yang penting
karena berhubungan dengan pH kulit.
3

Viskositas

Viskositas berhubungan dengan nilai stabilitas emulsi dan
kekentalan skin lotion yang dipengaruhi oleh penggunaan
karaginan
3

Stabilitas
emulsi
Stabilitas emulsi berpengaruh terhadap umur simpan skin
lotion
3
Total
mikroba
Mikroba berhubungan dengan daya awet skin lotion 3
B. Subjektif
Kekentalan
Kekentalan berhubungan dengan sifat fisik skin lotion yaitu
dapat dituang pada suhu kamar dan adanya penambahan
karaginan sebagai pengental.
3
Homogenitas
Homogenitas menunjukkan pencampuran bahan-bahan
penyususn skin lotion
2
Penampakan
Penampakan berhubungan dengan penampilan skin lotion
yang dapat dilihat secara keseluruhan.
2
Warna
Warna skin lotion berhubungan dengan warna yang
didapatkan dari campuran bahan-bahan penyusun skin
lotion
1
Kesan
lembab
Kesan lembab berhubungan dengan adanya penambahan
karaginan sebagai humektan dan kenyamanan setelah
pemakaian skin lotion.
3
Rasa lengket
Rasa lengket merupakan parameter yang penting karena
berhubungan dengan kenyamanan setelah pemakaian skin
lotion
3

Bobot untuk karakteristik skin lotion dari setiap parameter didapatkan
dengan cara manipulasi matrik (Lampiran 16). Matrik diperoleh dari
perbandingan nilai kepentingan antar parameter kemudian dikuadratkan. Nilai
bobot diperoleh dari perbandingan antara hasil penjumlahan setiap baris matrik
dengan nilai total hasil penjumlahan baris matrik. Nilai bobot kemudian dikalikan
dengan nilai rangking. Skala nilai rangking yang digunakan berkisar antara 1-4
(terdapat empat perlakuan yaitu konsentrasi karaginan 0%, 1%, 2%, dan 3%).
Total nilai hasil perkalian antara nilai rangking dengan nilai bobot digunakan
untuk menentukan skin lotion terbaik. Total nilai tertinggi yang didapatkan
merupakan skin lotion yang terbaik. Hasil perhitungan dengan metode Bayes
disajikan pada Tabel 9.
Tabel 9 Hasil perhitungan penentuan skin lotion dengan konsentrasi
karaginan terbaik menggunakan metode Bayes.
Konsentrasi karaginan (%)
Perlakuan
0 1 2 3
Nilai
bobot
Viskositas 1 2 3 4 0,12
Nilai pH 4 3 2 1 0,12
Stabilitas emulsi 1 1 1 1 0,12
Parameter
objektif
Total mikroba 1 1 1 1 0,12
Kekentalan 1 2 4 3 0,12
Homogenitas 4 3 2 1 0,08
Penampakan 1 3 4 2 0,08
Warna 4 3 2 1 0,04
Kesan lembab 1 2 4 3 0,12
Parameter
subjektif
Rasa lengket 4 3 2 1 0,12
Total nilai 2,12 2,28 2,6 1,96
Peringkat 3 2 1 4


Nilai stabilitas emulsi dan total mikroba pada tiap perlakuan diberikan
tingkatan rangking yang sama karena nilai yang didapatkan pada tiap perlakuan
sama. Skin lotion dengan pH yang semakin mendekati pH normal semakin baik
karena semakin kecil kemungkinan skin lotion menyebabkan kulit teriritasi
sehingga semakin besar konsentrasi karaginan yang digunakan nilai rangking
yang diberikan semakin kecil. Semakin besar viskositas skin lotion maka emulsi
skin lotion akan semakin stabil sehingga semakin besar konsentrasi karaginan
yang digunakan semakin besar nilai rangking yang diberikan.
Pemberian nilai rangking pada parameter subjektif didasarkan atas
kesukaan panelis dan hasil uji statistik. Hasil uji statistik untuk setiap
karakteristik pada parameter subjektif dapat dilihat pada lampiran masing-masing
karakteristik subjektif skin lotion (Lampiran 6 s/d 8). Perangkingan juga
memperhatikan penekanan terhadap jumlah karaginan yang digunakan untuk hasil
uji statistik yang tidak berbeda nyata. Hasil perhitungan terbesar adalah skin
lotion dengan karaginan 2% yaitu 2.6 sehingga skin lotion dengan karaginan 2%
merupakan skin lotion terbai yang kemudian dibandingkan terhadap skin lotion
dengan setil alkohol, dan skin lotion tanpa setil alkohol dan tanpa karaginan
selama penyimpanan satu bulan.

4.3 Kelembaban Kulit
Uji kelembaban kulit yang dilakukan di PT Pusaka Tradisi Ibu
menggunakan alat yang bernama Scalar Moisture Checker. Hasil pengukuran
persentase kelembaban kulit dengan alat Scalar Moisture Checker dapat dilihat
pada Lampiran 17. Nilai persentase kelembaban kulit berkisar antara 41,73%-
52,6% yang termasuk ke dalam kategori lembab (38-47%) sampai lebih lembab
(48-57%). Hasil pengukuran menunjukkan bahwa nilai persentase kelembaban
tertinggi selama pengamatan adalah nilai persentase kelembaban kulit setelah
pemakaian skin lotion dengan karaginan 2% sedangkan terendah setelah
pemakaian skin lotion tanpa setil alkohol dan tanpa karaginan. Gambar 13
menunjukkan perubahan nilai persentase kelembaban kulit selama pengamatan.

Gambar 13 Histogram perubahan nilai persentase kelembaban selama
pengamatan.
Keterangan: Superscript yang berbeda menunjukkan berbeda
nyata (hasil uji lanjut Duncan terhadap pengaruh bahan penyusun
dan lama penyimpanan)
Gambar tersebut menunjukkan bahwa terjadi penurunan nilai persentase
kelembaban kulit selama pengamatan, namun penurunan terkecil setelah
pemakaian skin lotion dengan karaginan 2%. Uji keragaman (=0,05) pada
Lampiran 19 menunjukkan bahwa bahan penyusun, waktu pengamatan dan
interaksi antara bahan penyusun dengan waktu pengamatan berpengaruh terhadap
persentase nilai kelembaban.
Uji lanjut Duncan yang dilakukan terhadap pengaruh interaksi bahan
penyusun dengan waktu pengamatan (Lampiran 22) menunjukkan bahwa nilai
persentase kelembaban tertinggi pada skin lotion dengan karaginan 2% pada menit
ke-0 yang berbeda nyata dengan nilai persentase kelembaban skin lotion lainnya
selama waktu pengamatan kecuali dengan nilai persentase kelembaban skin lotion
karaginan 2% pada menit ke-5. Hal ini karena peranan karaginan yang digunakan
dapat lebih mempertahankan kandungan air pada kulit dan skin lotion sehingga
penurunan nilai persentase kelembaban yang terjadi pada menit ke-5 tidak
berbeda nyata dengan nilai persentase kelembaban pada awal pemakaian. Skin
lotion karaginan 2% dapat lebih mempertahankan kelembabannya dibandingkan
skin lotion dengan setil alkohol dan skin lotion tanpa karaginan dan tanpa setil
alkohol.
Karaginan pada skin lotion selain berfungsi sebagai bahan penstabil,
pengental, dan pengemulsi juga berfungsi sebagai humektan sehingga kelembaban
skin lotion tidak hanya berasal dari gliserin. Kelembabannya dapat dipertahankan
dalam waktu yang lebih lama. Nilai persentase kelembaban skin lotion tanpa setil
alkohol dan tanpa karaginan paling kecil karena kelembabannya hanya berasal
dari gliserin dan viskositas yang dimilikinya paling kecil. Viskositas juga
merupakan faktor yang dapat mempengaruhi kelembaban produk. Produk dengan
viskositas yang tinggi merupakan indikasi terdapat ikatan yang kuat diantara
molekul-molekul penyusunnya.
Karaginan merupakan polimer yang dapat mengikat air. Adanya bahan
yang memiliki kemampuan mengikat air (water holding capacity) yang tinggi
dapat meningkatkan kestabilan dan kelembaban produk (Skensved 2004, diacu
dalam Hidayat 2006). Karaginan juga berfungsi sebagai humektan yang
berpengaruh terhadap stabilitas skin lotion yang dihasilkan karena dapat
mengurangi kekeringan ketika produk disimpan pada suhu ruang (Mitsui 1997).

4.4 Karakteristik Skin Lotion selama Penyimpanan
4.4.1 Karakteristik sensori
Uji sensori selama penyimpanan dilakukan dengan uji kesukaan untuk
mengetahui kesukaan panelis terhadap skin lotion selama penyimpanan. Uji
kesukaan ini dilakukan untuk membandingkan kesukaan panelis terhadap skin
lotion terbaik (dengan karaginan 2%), skin lotion dengan setil alkohol (dengan
setil alkohol), dan skin lotion tanpa setil alkohol dan tanpa karaginan (tanpa
karaginan dan setil alkohol).
4.4.1.1 Penampakan
Nilai kesukaan panelis yang ditunjukkan pada Gambar 14 berkisar antara
3,57-5,8 yang dapat diartikan bahwa panelis memberikan penilaian antara agak
tidak suka sampai suka. Nilai kesukaan panelis tertinggi terhadap penampakan
skin lotion dengan karaginan 2% pada penyimpanan hari ke-0 sedangkan terendah
terhadap skin lotion tanpa setil alkohol dan tanpa karaginan pada penyimpanan
hari ke-20. Viskositas skin lotion mempengaruhi penampakan yang dihasilkan.

Gambar 14 Histogram nilai kesukaan panelis terhadap penampakan
selama penyimpanan
Keterangan: Superscript yang berbeda menunjukkan berbeda
nyata (hasil uji lanjut Multiple Comparisons terhadap pengaruh
bahan penyusun dengan lama penyimpanan)
Viskositas yang terlalu rendah akan menyebabkan pecahnya emulsi
(Mitsui 1997). Penurunan viskositas seiring waktu mencerminkan peningkatan
ukuran partikel karena penggumpalan, dan menunjukkan self life yang buruk
(Rieger 1994)
Hasil uji Kruskal-Wallis pada taraf =0,05 menunjukkan bahwa bahan
peyusun, lama penyimpanan dan interaksi antara bahan penyusun dengan lama
penyimpanan mempengaruhi penampakan skin lotion (Lampiran 24). Uji lanjut
Multiple Comparisons (Lampiran 27) menunjukkan bahwa kesukaan panelis
tertinggi terhadap penampakan skin lotion dengan karaginan 2% pada
penyimpanan hari ke-0 tidak berbeda nyata dengan penyimpanan hari ke-10, 20,
dan 30. Kesukaan panelis terhadap skin lotion dengan karaginan 2% cenderung
stabil selama penyimpanan. Kesukaan panelis terhadap penampakan skin lotion
dengan setil alkohol pada penyimpanan hari ke-0 tidak berbeda nyata dengan
penyimpanan hari ke-10, 20, dan 30. Nilai kesukaan panelis terhadap skin lotion
dengan setil alkohol tertinggi pada penyimpanan hari ke-10. Tingkat kesukaan
panelis yang tidak berbeda terhadap penampakan skin lotion dengan karaginan
dan skin lotion dengan setil alkohol selama penyimpanan karena emulsi skin
lotion tersebut tidak mengalami pemisahan fase sehingga tidak menyebabkan
perubahan pada penampakan skin lotion.
Tingkat kesukaan skin lotion tanpa setil alkohol dan tanpa karaginan pada
penyimpanan hari ke-0 tidak berbeda nyata dengan penyimpanan hari ke-10 dan
30 namun berbeda nyata dengan penyimpanan hari ke-20. Hal ini karena mulai
terjadinya tanda-tanda ketidakstabilan emulsi pada skin lotion tanpa setil alkohol
dan tanpa karaginan setelah penyimpanan hari ke-10 yaitu terjadinya peretakan
dam penggumpalan emulsi yang mempengaruhi penampakan skin lotion.
4.4.1.2 Warna
Perubahan warna selama penyimpanan mencerminkan emulsi mulai tidak
stabil. Selama penyimpanan satu bulan warna skin lotion tidak menunjukkan
perubahan yang signifikan, walaupun pada skin lotion tanpa setil alkohol dan
tanpa karaginan telah menunjukkan tanda-tanda ketidakstabilan emulsi pada
penyimpanan hari ke-20 dan 30 namun tidak terjadi perubahan warna.
Nilai kesukaan panelis terhadap warna skin lotion selama penyimpanan
berkisar antara 4,77-5,53 yang berarti bahwa panelis memberikan penilaian antara
netral sampai suka. Nilai kesukaan panelis tertinggi terhadap warna skin lotion
dengan setil alkohol pada penyimpanan hari ke-0 sedangkan terendah terhadap
warna skin lotion tanpa setil alkohol dan tanpa karaginan pada penyimpanan hari
ke-30. Kesukaan panelis menurun selama penyimpanan. Nilai kesukaan panelis
yang diberikan terhadap warna selama penyimpanan dapat dilihat pada Gambar
15.

Gambar 15 Histogram nilai kesukaan panelis terhadap warna selama
penyimpanan.
Keterangan: Superscript yang berbeda menunjukkan berbeda
nyata (hasil uji lanjut Multiple Comparisons terhadap pengaruh
bahan penyusun dengan lama penyimpanan)
Hasil uji Kruskal-Wallis (Lampiran 28) pada taraf =0,05 menunjukkan
bahwa bahan penyusun dan lama penyimpanan mempengaruhi kesukaan panelis
terhadap warna sedangkan interaksi antara bahan penyusun dengan lama
penyimpanan tidak mempengaruhi kesukaan panelis. Uji lanjut Multiple
Comparisons (Lampiran 29) memperlihatkan bahwa kesukaan panelis tertinggi
terhadap warna skin lotion dengan setil alkohol tidak berbeda nyata terhadap skin
lotion karaginan 2% namun berbeda nyata terhadap skin lotion tanpa setil alkohol
dan tanpa karaginan. Hal ini diduga kekentalan mempengaruhi kesukaan panelis
terhadap warna skin lotion karena kekentalan yang rendah membuat warna skin
lotion lebih jernih.
Uji lanjut Multiple Comparisons pada Lampiran 30 menunjukkan bahwa
kesukaan panelis tertinggi terhadap warna pada penyimpanan hari ke-0 yang
berbeda nyata dengan penyimpanan hari ke-20 dan ke-30, namun tidak berbeda
nyata dengan penyimpanan hari ke-10. Pada waktu penyimpanan hari ke-20 dan
30, kesukaan panelis terhadap warna tidak berbeda nyata.
Tingkat kesukaan panelis terhadap skin lotion selama penyimpanan tidak
berbeda nyata karena warna skin lotion selama penyimpanan tidak mengalami
perubahan. Walaupun tanda-tanda emulsi mulai tidak stabil terlihat pada skin
lotion tanpa setil alkohol dan tanpa karaginan pada penyimpanan hari ke-20 dan
30 namun belum sampai menyebabkan terjadinya perubahan warna skin lotion.
Ketidakstabilan emulsi kosmetika ditandai dengan terjadinya perubahan
kimia dan perubahan fisika. Perubahan kimia yang terjadi antara lain perubahan
warna, perubahan bau, kristalisasi, dll. Perubahan fisika yang terjadi antara lain
pemisahan fase, sedimentasi, pembentukan aggregat, pembentukan gel,
penguapan, peretakan, pengerasan, dll (Mitsui 1997).
4.4.1.3 Homogenitas
Suatu emulsi dianggap tidak stabil secara fisik jika fase terdispersi dan
fase pendispersi pada penyimpanan cenderung untuk membentuk agregat dari
bulatan-bulatan (Ansel 1989), (1) jika bulatan-bulatan atau agregat dari bulatan
naik ke permukaan atau turun ke dasar emulsi tersebut akan membentuk suatu
lapisan pekat dari fase terdispersi, dan (2) jika semua atau sebagian dari fase
terdispersi tidak teremulsikan dan membentuk suatu lapisan yang berbeda pada
permukaan atau pada dasar emulsi yang merupakan hasil dari bergabungnya
bulatan-bulatan fase terdispersi.
Nilai kesukaan panelis terhadap homogenitas selama penyimpanan
berkisar antara 4,45-5,38 yang dapat diartikan bahwa panelis memberikan
penilaian antara netral sampai agak suka. Nilai kesukaan panelis tertinggi
terhadap homogenitas skin lotion dengan karaginan 2% pada penyimpanan hari
ke-0 sedangkan terendah terhadap homogenitas skin lotion dengan karaginan 2%
pada penyimpanan hari ke-20. Nilai kesukaan panelis yang diberikan terhadap
homogenitas selama penyimpanan dapat dilihat pada Gambar 16.

Gambar 16 Histogram nilai kesukaan panelis terhadap homogenitas
selama penyimpanan.
Keterangan: Superscript yang berbeda menunjukkan berbeda
nyata (hasil uji lanjut Multiple Comparisons terhadap pengaruh
bahan penyusun dengan lama penyimpanan)
Uji Kruskal-Wallis pada taraf =0,05 menunjukkan bahwa lama
penyimpanan mempengaruhi homogenitas sedangkan bahan penyusun dan
interaksi antara bahan penyusun dengan lama penyimpanan tidak mempengaruhi
kesukaan panelis terhadap homogenitas (Lampiran 31). Uji lanjut Multiple
Comparisons (Lampiran 32) memperlihatkan bahwa kesukaan panelis tertinggi
terhadap homogenitas skin lotion pada penyimpanan hari ke-0 yang berbeda nyata
dengan penyimpanan hari ke-20 dan ke-30, namun tidak berbeda nyata dengan
penyimpanan hari ke-10. Kesukaan panelis terhadap homogenitas pada
penyimpanan hari ke-20 tidak berbeda nyata dengan penyimpanan hari ke-30.
Tingkat kesukaan panelis terhadap skin lotion selama penyimpanan tidak
berbeda nyata karena pada emulsi skin lotion tidak terjadi pemisahan fase selama
penyimpanan sehingga emulsi masih terlihat homogen walaupun pada skin lotion
tanpa setil alkohol dan tanpa karaginan mulai tampak adanya peretakan dan
penggumpalan emulsi namun belum sampai terjadi pemisahan antara fase
terdispersi dan fase pendispersi.
4.4.1.4 Kekentalan
Karaginan merupakan salah satu jenis hidrokoloid yang dapat
meningkatkan viskositas dan stabilitas produk emulsi (Schmitt 1996). Larutan
karaginan bersifat kental sehingga penambahan karaginan dapat mengakibatkan
peningkatan kekentalan.
Nilai kesukaan panelis terhadap kekentalan selama penyimpanan berkisar
antara 3,87-5,07 yang dapat diartikan bahwa panelis memberikan penilaian antara
agak tidak suka sampai agak suka. Nilai kesukaan panelis tertinggi terhadap
kekentalan skin lotion dengan karaginan 2% pada penyimpanan hari ke-10
sedangkan terendah terhadap kekentalan skin lotion tanpa setil alkohol dan tanpa
karaginan pada penyimpanan hari ke-0. Gambar 17 memperlihatkan nilai
kesukaan panelis yang diberikan terhadap kekentalan skin lotion selama
penyimpanan.

Gambar 17 Histogram nilai kesukaan panelis terhadap kekentalan
selama penyimpanan.
Keterangan: Superscript yang berbeda menunjukkan berbeda
nyata (hasil uji lanjut Multiple Comparisons terhadap pengaruh
bahan penyusun dengan lama penyimpanan)
Hasil uji Kruskal-Wallis pada taraf =0,05 (Lampiran 33) menunjukkan
bahwa bahan penyusun, lama penyimpanan, dan interaksi antara bahan penyusun
dengan lama penyimpanan mempengaruhi kesukaan panelis terhadap kekentalan.
Uji lanjut Multiple Comparisons (Lampiran 36) menunjukkan bahwa kesukaan
panelis terhadap kekentalan skin lotion dengan karaginan 2% tidak berbeda
selama penyimpanan. Kesukaan panelis terhadap skin lotion dengan setil alkohol
pada penyimpanan hari ke-0 tidak berbeda nyata dengan penyimpanan hari ke-10,
20, dan 30 namun penyimpanan hari ke-10 berbeda nyata dengan penyimpanan
hari ke-30.
Kesukaan panelis terhadap kekentalan skin lotion tanpa setil alkohol dan
tanpa karaginan pada penyimpanan hari ke-0 berbeda nyata dengan penyimpanan
hari ke-20 dan 30 namun tidak berbeda dengan hari ke-10. Kekentalan skin lotion
dengan karaginan 2% selama penyimpanan memiliki kesukaan panelis yang
paling tinggi sedangkan skin lotion tanpa setil alkohol dan tanpa karaginan paling
rendah.
Tidak adanya bahan yang berfungsi sebagai pengental dalam skin lotion
tanpa karaginan dan tanpa setil alkohol membuat kekentalan yang dihasilkan
rendah. Pada penyimpanan hari ke-10 tingkat kesukaan panelis meningkat, hal ini
diduga karena pengaruh kekentalan skin lotion yang mengalami peningkatan pada
hari ke-10.
4.4.1.5 Kesan lembab
Karaginan dapat menempel pada permukaan kulit dan membantu
mempertahankan kelembaban kulit. Selain fungsinya sebagai pengental,
karaginan juga dipercaya dapat menghaluskan dan melembutkan kulit, sehingga
baik digunakan dalam produk-produk perawatan kulit. Produk yang memiliki
viskositas yang tinggi juga dapat lebih mempertahankan kandungan air
didalamnya karena terdapat ikatan yang kuat antara molekul-molekulnya
(Skensved 2004, diacu dalam Hidayat 2006).
Nilai kesukaan panelis terhadap kesan lembab skin lotion selama
penyimpanan berkisar antara 3,98-5,73 yang dapat diartikan bahwa panelis
memberikan penilaian antara agak tidak suka sampai suka. Nilai kesukaan
panelis tertinggi terhadap kesan lembab skin lotion dengan karaginan 2% pada
penyimpanan hari ke-0 sedangkan terendah terhadap kesan lembab skin lotion
tanpa setil alkohol dan tanpa karaginan pada penyimpanan hari ke-20. Gambar 18
memperlihatkan nilai kesukaan panelis yang diberikan terhadap kesan lembab skin
lotion selama penyimpanan.

Gambar 18 Histogram nilai kesukaan panelis terhadap kesan lembab
selama penyimpanan.
Keterangan: Superscript yang berbeda menunjukkan berbeda
nyata (hasil uji lanjut Multiple Comparisons terhadap pengaruh
bahan penyusun dengan lama penyimpanan)
Bahan penyusun, lama penyimpanan, dan interaksi antara bahan penyusun
dengan lama penyimpanan mempengaruhi kesukaan panelis terhadap kesan
lembab skin lotion yang dihasilkan berdasarkan uji Kruskal-Wallis pada taraf
=0,05 (Lampiran 37). Uji lanjut Multiple Comparisons (Lampiran 40)
menunjukkan bahwa kesukaan panelis tertinggi terhadap kesan lembab skin lotion
dengan karaginan 2% pada penyimpanan hari ke-0 tidak berbeda nyata dengan
penyimpanan hari ke-10 dan 20 namun berbeda nyata dengan penyimpanan hari
ke-30. Hasil yang sama juga terjadi pada skin lotion dengan setil alkohol selama
penyimpanan. Hal ini karena kesukaan panelis yang menurun pada penyimpanan
hari ke-30. Penurunan kesukaan panelis ini diduga karena telah terjadinya
perubahan kelembaban skin lotion pada hari penyimpanan ke-30 karena telah
banyak terjadinya penguapan air pada skin lotion.
Kesukaan panelis terhadap kesan lembab skin lotion tanpa setil alkohol
dan tanpa karaginan pada penyimpanan hari ke-0 tidak berbeda nyata dengan
penyimpanan hari ke-10 namun berbeda nyata dengan penyimpanan hari ke-20
dan 30. Hasil ini menunjukkan bahwa kesan lembab skin lotion tanpa setil
alkohol dan tanpa karaginan telah mengalami penurunan kesukaan panelis dari
penyimpanan hari ke-20 sampai akhir penyimpanan.
Kekentalan yang rendah pada skin lotion tanpa setil alkohol dan tanpa
karaginan selama penyimpanan menyebabkan kesan lembab skin lotion lebih
cepat menurun karena penguapan terjadi lebih cepat sehingga selama
penyimpanan tingkat kesukaan panelis terhadap kesan lembab skin lotion paling
kecil. Tingkat kesukaan panelis terhadap skin lotion dengan karaginan 2% paling
tinggi selama penyimpanan karena pada skin lotion tersebut bahan yang berfungsi
sebagai humektan tidak hanya gliserin, tetapi juga karaginan yang digunakan
sehingga kesan lembab skin lotion ini selama penyimpanan paling terasa.
4.4.1.6 Rasa lengket
Nilai kesukaan panelis terhadap rasa lengket skin lotion selama
penyimpanan berkisar antara 4,17-4.98 yang dapat diartikan bahwa panelis
memberikan penilaian antara netral sampai agak suka. Nilai kesukaan panelis
tertinggi terhadap rasa lengket skin lotion dengan karaginan 2% pada
penyimpanan hari ke-0 sedangkan terendah terhadap rasa lengket skin lotion tanpa
setil alkohol dan tanpa karaginan pada penyimpanan hari ke-30. Nilai kesukaan
panelis yang diberikan terhadap rasa lengket selama penyimpanan dapat dilihat
pada Gambar 19.

Gambar 19 Histogram nilai kesukaan panelis terhadap rasa lengket
selama penyimpanan.
Keterangan: Superscript yang berbeda menunjukkan berbeda
nyata (hasil uji lanjut Multiple Comparisons terhadap pengaruh
bahan penyusun dengan lama penyimpanan)
Uji Kruskal-Wallis pada taraf =0,05 menunjukkan bahwa bahan
penyusun dan lama penyimpanan mempengaruhi rasa lengket sedangkan interaksi
antara bahan penyusun dengan lama penyimpanan tidak mempengaruhi rasa
lengket (Lampiran 41). Hasil uji Multiple Comparisons (Lampiran 42)
memperlihatkan bahwa kesukaan panelis tertinggi terhadap rasa lengket skin
lotion dengan setil alkohol tidak berbeda nyata terhadap skin lotion dengan
karaginan 2% namun berbeda nyata terhadap skin lotion tanpa setil alkohol dan
tanpa karaginan. Hal ini diduga karena skin lotion tanpa setil alkohol dan tanpa
karaginan memiliki kekentalan yang paling rendah.
Uji lanjut Multiple Comparisons (Lampiran 43) memperlihatkan bahwa
nilai kesukaan panelis terhadap rasa lengket pada lama penyimpanan hari ke-0
tidak berbeda nyata dengan lama penyimpanan hari ke-10 dan 20, namun berbeda
nyata dengan lama penyimpanan hari ke-30. Kesukaan panelis terhadap rasa
lengket pada akhir penyimpanan mengalami penurunan.
4.4.2 Karakteristik kimia dan fisik
4.4.2.1 Nilai pH
Nilai pH sangat penting pada produk-produk yang berkenaan dengan kulit
karena kulit memiliki batas pH (4,5-7,5) yang tidak menyebabkan kulit
mengalami kerusakan. Nilai pH skin lotion selama penyimpanan berkisar antara
7,29-7,53 (Lampiran 44). Nilai pH yang terbentuk merupakan hasil interaksi nilai
pH bahan-bahan penyusun skin lotion. Perbedaan nilai pH disebabkan perbedaan
bahan-bahan penyusun dalam formulasi. Nilai pH selama penyimpanan masih
termasuk kedalam kisaran nilai pH menurut SNI 16-4399-1996 yaitu 4,5-8,0 dan
masih berada dalam kisaran nilai pH skin lotion komersial yaitu antara 7,25-8,45.
Hal ini berarti selama penyimpanan skin lotion masih aman digunakan untuk kulit.
Nilai pH yang terlalu asam atau basa akan tidak aman digunakan oleh kulit
karena dapat menyebabkan gangguan pada kulit. Hal ini juga sesuai dengan
pernyataan Levin dan Maibach (2007) bahwa gangguan atau kerusakan lapisan
mantel akan mengakibatkan kulit kehilangan keasamannya, lebih mudah rusak
dan teriritasi. pH yang terlalu asam atau basa dapat menyebabkan kulit menjadi
kering dan mengalami iritasi.
Nilai pH selama penyimpanan cenderung stabil. Nilai pH tertinggi pada
skin lotion dengan karaginan 2% sedangkan terendah pada skin lotion dengan setil
alkohol. Nilai pH selama penyimpanan dapat dilihat pada pada Gambar 20.

Gambar 20 Histogram nilai pH selama penyimpanan
Keterangan: Superscript yang berbeda menunjukkan berbeda
nyata (hasil uji lanjut Duncan terhadap pengaruh bahan penyusun
dan lama penyimpanan)
Hasil analisis ragam (=0,05) pada Lampiran 47 memperlihatkan bahwa
bahan penyusun mempengaruhi nilai pH tetapi lama penyimpanan dan interaksi
antara bahan penyusun dengan lama penyimpanan tidak mempengaruhi. Uji
lanjut Duncan (Lampiran 48) terhadap pengaruh bahan penyusun menunjukkan
bahwa pH skin lotion dengan karaginan 2% berbeda nyata terhadap pH skin lotion
dengan setil alkohol, dan skin lotion tanpa setil alkohol dan tanpa karaginan. Nilai
pH tertinggi adalah pH skin lotion dengan karaginan 2%. Hal ini karena pH
karaginan yang digunakan adalah basa (8-9) (Spesifikasi karaginan produksi PT,
Araminta Sidhakarya). Hasil pengukuran pH setil alkohol yang digunakan
cenderung asam (6-6,5).
4.4.2.2 Viskositas
Viskositas emulsi skin lotion dengan karaginan 2% paling tinggi selama
penyimpanan. Karaginan memiliki komponen hidrofilik lebih banyak yaitu gugus
ester sulfat dan gugus hidroksil dibandingkan dengan setil alkohol yang hanya
memiliki gugus hidroksil sehingga pengikatan air oleh karaginan lebih banyak
terjadi akibat nya viskositas skin lotion dengan karaginan lebih tinggi.
Viskositas merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi stabilitas
emulsi. Emulsi yang terbuat dari koloid alami seperti gelatin, karaginan, alginat,
gum tragakan atau egg yolk akan mempunyai viskositas yang lebih tinggi dari
emulsi yang terbuat dari sabun (Suryani et al. 2000). Semakin tinggi viskositas
suatu bahan, maka bahan tersebut akan semakin stabil karena pergerakan partikel
cenderung sulit dengan semakin kentalnya suatu bahan (Schmitt 1996).
Hasil pengukuran nilai viskositas selama penyimpanan berkisar antara
1270-6600 cP (Lampiran 49). Nilai tersebut masih termasuk ke dalam kisaran
viskositas yang disyaratkan SNI 16-4399-1996 yaitu berada dalam kisaran nilai
viskositas 2000-50000 cP dan kisaran nilai viskositas skin lotion komersial yaitu
1700-7200 cP, kecuali untuk nilai viskositas skin lotion tanpa setil alkohol dan
tanpa karaginan. Hal ini karena tidak adanya pengental dalam formulasi skin
lotion tanpa setil alkohol dan tanpa karaginan. Nilai viskositas ditunjukkan pada
Gambar 21.

Gambar 21 Histogram nilai viskositas selama penyimpanan
Keterangan: Superscript yang berbeda menunjukkan berbeda
nyata (hasil uji lanjut Duncan terhadap pengaruh bahan penyusun
dan lama penyimpanan)
Berdasarkan analisis ragam dengan taraf =0,05 dapat diketahui bahwa
bahan penyusun, lama penyimpanan dan interaksi antara bahan penyusun dengan
lama penyimpanan mempengaruhi viskositas (Lampiran 51). Uji lanjut Duncan
(Lampiran 54) menunjukkan bahwa nilai viskositas skin lotion dengan karaginan
2% pada penyimpanan hari ke-0 berbeda nyata dengan penyimpanan hari ke-10,
20, dan 30 namun nilai viskositas pada penyimpanan hari ke-10 tidak berbeda
nyata dengan penyimpanan hari ke-20 dan 30 karena setelah penyimpanan hari
ke-10 nilai viskositas cenderung stabil. Viskositas skin lotion dengan karaginan
2% mengalami peningkatan viskositas yang besar pada setelah penyimpanan hari
ke-10 karena pengikatan air oleh karaginan mulai sedikit hingga tidak terjadi lagi
pengikatan air pada penyimpanan selanjutnya.
Viskositas skin lotion dengan setil alkohol selama penyimpanan tidak
berbeda nyata karena viskositas skin lotion dengan setil alkohol relatif stabil
selama penyimpanan. Kenaikan viskositas yang terjadi pada skin lotion dengan
setil alkohol sangat kecil karena pada setil alkohol hanya terdapat satu gugus
hidroksil sedangkan pada karaginan terdapat gugus ester sulfat dan gugus
hidroksil yang dapat mengikat air lebih banyak.
Gaya tolak menolak antara grup ester sulfat yang bermuatan asam
(negatif) di sepanjang rantai polimer menyebabkan rangkaian molekul kaku dan
tertarik kencang sehingga molekul-molekul air terikat pada molekul karaginan
yang mengakibatkan meningkatnya viskositas (Glicksman 1983).
Nilai viskositas skin lotion tanpa setil alkohol dan tanpa karaginan pada
penyimpanan hari ke-0 berbeda nyata dengan penyimpanan hari ke-10, namun
tidak berbeda nyata dengan penyimpanan hari ke-20 dan 30. Nilai viskositas
mengalami peningkatan pada penyimpanan hari ke-10 dan mengalami penurunan
setelah penyimpanan hari ke-10 sampai akhir penyimpanan. Hal ini
memperlihatkan bahwa nilai viskositas skin lotion tanpa setil alkohol dan tanpa
karaginan mulai menunjukkan tanda-tanda ketidakstabilan emulsi.
Viskositas emulsi akan mengalami perubahan untuk beberapa lama (5-15
hari pada temperatur kamar) dan kemudian relatif konstan. Biasanya viskositas
emulsi meningkat dengan meningkatnya umur emulsi tersebut (Rieger 1994).
Emulsi yang tidak stabil cenderung mengalami penurunan viskositas selama
penyimpanan (Suryani et al. 2000).

4.4.2.3 Stabilitas emulsi
Persentase stabilitas emulsi dapat dihitung apabila terjadinya pemisahan
fase dalam suatu emulsi setelah melalui siklus freeze-thaw (Mitsui 1997). Uji
stabilitas emulsi skin lotion selama penyimpanan menunjukkan bahwa tidak
terjadinya pemisahan fase pada emulsi skin lotion sehingga persentase stabilitas
emulsi 100%. Emulsi skin lotion dengan karaginan 2% dan skin lotion dengan
setil alkohol menunjukkan tidak terjadinya perubahan yang menandakan
ketidakstabilan emulsi. Emulsi tidak mengalami pemisahan fase menjadi lapisan-
lapisan, tidak terjadi perubahan warna, dan tidak terjadi perubahan bau pada
emulsi. Hal ini karena dalam formulasi skin lotion tersebut terdapat karaginan dan
setil alkohol yang berfungsi sebagai penstabil emulsi.
Karaginan sesuai peranannya dalam skin lotion dapat berfungsi sebagai
penstabil emulsi. Viskositas juga mempengaruhi stabilitas emulsi. Semakin
tinggi viskositas maka emulsi akan semakin stabil karena pergerakan partikel
yang sulit (Schmitt 1996). Karaginan digunakan dalam konsentrasi yang rendah
untuk menstabilkan sistem suspensi atau emulsi. Ketika digunakan dalam
konsentrasi rendah, struktur gel karaginan tidak terdeteksi (gel tidak terbentuk)
dan sebagai gantinya viskositas sistem bertambah. Dalam hal ini, karaginan dapat
pula digunakan sebagai bahan penstabil dan pengental suatu sistem suspensi atau
emulsi tanpa adanya pembentukan gel (Skensved 2004, diacu dalam Hidayat
2006).
Hasil pengamatan selama penyimpanan menunjukkan bahwa emulsi skin
lotion tanpa setil alkohol dan tanpa karaginan mengalami peretakan dan
pengumpalan pada hari ke-20 dan 30 yang menyebabkan penurunan viskositas.
Hal ini menunjukkan bahwa emulsi yang dihasilkan menunjukkan tanda-tanda
emulsi mulai tidak stabil namun belum sampai terjadi pemisahan antar fase,
perubahan warna dan bau.
Emulsi pecah (retak) karena terjadinya pemisahan pada fase terdispersi
dari emulsi tersebut, viskositas yang terlalu rendah, dan temperatur. Hal ini
bersifat reversible karena lapisan pelindung di sekitar bulatan-bulatan fase
terdispersi tidak ada lagi. Usaha untuk menstabilkan kembali emulsi tersebut
adalah dengan pengocokan, menambah zat pengemulsi tambahan dan membuat
ulang emulsi tersebut (Ansel 1989).
Karaginan merupakan polimer alami yang digunakan sebagai pengental
dalam lotion sehingga dapat menstabilkan emulsi. Menurut Dreher et al. (1997)
stabilitas emulsi akan meningkat dengan adanya penambahan polimer yang sesuai
dalam fase pendispersi dan penurunan ukuran partikel fase terdispersi. Hal ini
akan mencegah atau memperpanjang waktu terjadinya penggabungan kembali
partikel-partikel sejenis yang mengakibatkan terjadinya pemisahan fase.
4.4.2.4 Penyusutan Berat
Uji penyusutan berat pada saat penyimpanan dilakukan berkaitan dengan
kestabilan emulsi suatu produk. Produk yang memiliki stabilitas emulsi yang baik
tidak akan mengalami penyusutan berat atau memiliki persentase penyusutan
berat yang kecil. Penyusutan berat disebabkan oleh penguapan air pada saat
penyimpanan. Uji ini juga dapat membuktikan keefektifan bahan-bahan yang
dipakai pada formulasi produk (Suryani et al. 2000). Hasil pengukuran persentase
penyusutan berat dapat dilihat pada Lampiran 55.
Gambar 22 menunjukkan nilai persentase penyusutan berat skin lotion.
Nilai persentase penyusutan berat berkisar antara 0,49%-1,85%. Nilai persentase
penyusutan berat tertinggi adalah 1,85% pada skin lotion dengan karaginan 0%
sedangkan terendah adalah 0,49% pada skin lotion dengan karaginan 3%.

Gambar 22 Histogram persentase penyusutan berat skin lotion
Keterangan: Superscript yang berbeda menunjukkan berbeda
nyata (hasil uji lanjut Duncan).
Hasil analisis ragam terhadap persentase penyusutan berat (Lampiran 57)
menunjukkan bahwa konsentrasi karaginan berpengaruh terhadap persentase
penyusutan berat (=0.05). Uji lanjut yang dilakukan memperlihatkan bahwa
penyusutan berat tertinggi pada skin lotion dengan konsentrasi karaginan 0% yang
berbeda nyata terhadap persentase penyusutan berat skin lotion dengan karaginan
1%, 2%, dan 3% (Lampiran 58).
Penyusutan berat semakin kecil dengan semakin tingginya konsentrasi
karaginan yang digunakan. Hal ini karena semakin tingginya viskositas emulsi
skin lotion. Produk yang memiliki viskositas yang tinggi cenderung lebih dapat
mempertahankan produk dari penyusutan berat.
Produk dengan viskositas yang tinggi merupakan indikasi terdapat ikatan
yang kuat diantara molekul-molekul penyusunnya. Kelembaban produk juga
merupakan indikasi kestabilan produk terhadap kehilangan air karena penguapan.
Kelembaban produk dinyatakan dengan kemampuan produk dalam
mempertahankan beratnya. Kehilangan berat yang kecil menandakan bahwa
produk memiliki tingkat kestabilan dan kelembaban yang tinggi (Skensved 2004,
diacu dalam Hidayat 2006).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa skin lotion dengan karaginan
memiliki kestabilan dan kelembaban yang tinggi sehingga kehilangan berat yang
terjadi kecil. Karaginan juga berfungsi sebagai humektan dalam skin lotion yang
dapat mempertahankan kandungan air pada kulit dan skin lotion.
Pemilihan bahan-bahan yang berfungsi sebagai emulsifier, humektan, dan
stabilizer secara tepat, serta formula yang baik merupakan salah satu alasan
kecilnya persentase penyusutan berat yang terjadi. Humektan adalah bahan
higroskopis yang digunakan dalam formulasi kosmetik yang berfungsi untuk
menjaga kehilangan kandungan air selama penyimpanan dan pemakaian pada
kulit (Rieger 2000). Pemakaian metil paraben sebagai pengawet juga berpengaruh
pada persentase penyusutan berat yang kecil karena penyusutan berat dapat terjadi
akibat tumbuhnya mikroorganisme pada produk (Rieger 2000).
4.4.3 Total mikroba skin lotion setelah penyimpanan tiga bulan
Pemakaian pengawet juga mempengaruhi kestabilan emulsi kosmetik
karena kehadiran mikroorganisme akan mempengaruhi daya awet, keadaan fisik,
dan keadaan kimia emulsi yang dihasilkan (Mitsui 1997). Hasil uji total mikroba
pada skin lotion dengan karaginan 2% menunjukkan bahwa terdapat
1,0 x 10
1
koloni per gram (< 3,0 x 10
2
koloni per gram) sedangkan skin lotion
dengan setil alkohol tidak terdapat koloni mikroba, dan skin lotion tanpa setil
alkohol dan tanpa karaginan menunjukkan bahwa terdapat 2,0 x 10
1
koloni per
gram (< 3,0 x 10
2
koloni per gram) (Lampiran 59). Hasil uji ini menunjukkan
bahwa skin lotion masih aman digunakan karena total mikroba masih berada
dibawah batas total mikroba yang disyaratkan SNI 16-4399-1996 (maksimal
1,0 x 10
2
koloni per gram).
Pengawet yang digunakan sebagai tambahan pada produk menyebabkan
mikroba tidak dapat tumbuh karena pengawet bersifat antimikroba. Pengawet
harus ditambahkan pada suhu yang tepat pada saat proses pembuatan skin lotion,
yaitu antara suhu 35-45
o
C agar tidak merusak bahan aktif yang terdapat dalam
pengawet tersebut. Mikroba yang terdapat dalam suatu produk dapat
menyebabkan emulsi tidak stabil (Mitsui 1997).











5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Karaginan dapat dimanfaatkan dalam pembuatan skin lotion sebagai
pengental, penstabil, dan pengemulsi serta memiliki kelebihan sebagai humektan.
Penambahan karaginan berpengaruh terhadap karakteristik sensori (penampakan,
kekentalan dan kesan lembab), pH, viskositas dan persentase penyusutan berat.
Skin lotion terbaik diperoleh dari penambahan karaginan 2% dengan karakteristik
sensori berkisar antara agak suka sampai suka, nilai pH 7,5; viskositas 5675 cP,
stabilitas emulsi 100%, dan tidak terdapat mikroba. Penambahan karaginan lebih
dari 3% menyebabkan skin lotion tidak dapat dituang atau berbentuk krim.
Nilai kelembaban kulit yang diukur dengan alat Scalar Moisture Checker
menunjukkan bahwa skin lotion dengan penambahan karaginan 2% memiliki
persentase kelembaban kulit tertinggi dan penurunan persentase kelembaban kulit
terkecil dibandingkan skin lotion dengan setil alkohol dan skin lotion tanpa
karaginan dan tanpa setil alkohol. Selama penyimpanan nilai pH cenderung stabil
sedangkan nilai viskositas mengalami peningkatan kecuali nilai viskositas skin
lotion tanpa karaginan dan tanpa setil alkohol.
Tingkat kesukaan panelis terhadap karakteristik sensori skin lotion dengan
penambahan karaginan 2% selama penyimpanan mulai mengalami penurunan
yang signifikan pada hari ke-30 walaupun karakteristik fisika dan kimia skin
lotion tersebut masih baik hingga satu bulan penyimpanan. Total mikroba setelah
penyimpanan tiga bulan adalah 1,0 x 10
1
koloni per gram (< 3,0 x 10
2
koloni per
gram) yang berarti bahwa total mikroba masih berada dibawah batas total mikroba
SNI 16-4399-1996 (maksimal 1,0 x 10
2
koloni per gram) sehingga skin lotion
masih aman untuk digunakan.
5.2 Saran
Perlu dilakukan uji lanjutan terhadap keamanan kulit dan penelitian tanpa
gliserin dalam formulasi.


DAFTAR PUSTAKA

Anggadiredja JT, Zatnika A, Purwoto H, Istini S. 2006. Rumput Laut. Jakarta:
Penebar Swadaya

Angka SL, Suhartono MT. 2000. Bioteknologi Hasil Laut. Bogor: Pusat Kajian
Pesisir dan Lautan, Institut Pertanian Bogor.

Anonim
a
. 2008. Triethanolamin. Dalam http://en.wikipedia.org [28 April 2008].

Anonim
b
. 2008. Rumus Bangun Karaginan. Dalam http://jasuda.com
[23 September 2007].

Anonim
c
. 2008. Carrageenan. Dalam http://fmcbiopolymer.com [4 Juli 2008]

Ansel HC. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Ibrahim F, penerjemah.
Jakarta: UI-Press. Terjemahan dari Introduction to Pharmaceutical
Dosage Forms.

Bawab A, Friberg SE. 2004. Amphipilic Association Structures in a Model Skin
Lotion with Hydroxy Acid. International Journal of Cosmetic Science
26:139-147

Bramayudha A. 2008. Struktur Kulit Manusia. Dalam http://www.insight-
magazine.com/indo/edisi11.jpg [15 Maret 2008].

Carpenter RP, Lyon DH, Hasdell TA. 2000. Gridelines for Sensory Analysis in
Food Product Development and Quality Control. Ed ke-2. Maryland:
Maryland Aspen Publisher, Inc.

[Depkes RI] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1993. Kodeks Kosmetik
Indonesia Ed ke-2 voLume I. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan
Obat dan Makanan.

Doerge RF. 1982. Serbaneka senyawa organik untuk farmasi. Di dalam Wilson,
Gilsvold. 1982. Buku Teks Wilson dan Gisvold Kimia Farmasi dan
Medisinal Organik Bagian II. Fatah AM, penerjemah. Semarang: IKIP
Semarang Press. Terjemahan dari Wilson and Gisvolds Textbook of
Organic Medicinal and Pharmaceutical Chemistry.

Dorobantu LS, Yeung AKC, Foght JM, Gray MR. Stabilization of Oil Water
Emulsion by Hydrophobic Bacteria. Journal of Microbiology
Vol 70 No 10.

Dreher TM, Glass J, Connor AJO, Steven GW. 1997. Effect of Rheology on
Coalescence Rates and Emulsion Stability. AIChE Journal Vol 45 No 6.

Fardiaz D. 1989. Hidrokoloid. Laboratorium Kimia dan Biokimia Pangan. Bogor:
Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor.

Fessenden RJ, Fessenden JS. 1982. Kimia Organik. Ed ke-3. Pudjaatmaka AH,
penerjemah. Jakarta: Penerbit Erlangga. Terjemahan dari Organic
Chemistry.

Glicksman M. 1983. Food Hydrocolloids. Florida: CRC Press.

Guibet M, Colin S, Barbeyron T, Genicot S. 2006. Degradation of -Carrageenan
by Pseudoalteromonas carrageenovora -Carrageenase: a New Family of
Glycoside Hydrolases Unrelated to -and -Carrageenases. Journal of
Biochemistry 10: 105-115

Hansen PMT. 2007. Stabilization of Casein by Carrageenan. Journal of Dairy
Technology. 11: 192-195.

Hidayat F. 2006. Pengaruh kombinasi karagenan dan sodium lauryl sulfat serta
penambahan ekstrak Pemphis acidula terhadap karakteristik sabun mandi
cair. [skripsi]. Bogor: Program Studi Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Levin J, Maibach H. 2007. Human Skin Buffering Capacity. Journal of Skin
Research and Technology 14: 121-126.

Marimin. 2004. Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk. Jakarta: Grasindo.

Mitsui. 1997. New Cosmetic Science. NewYork: Elsevier.

Nussinovitch A. 1997. Hydrocolloid Aplications. London: Blackie Academic &
Professional.

Polo KFD. 1998. A Short Textbook of Cosmeticology. Ed ke-1. Jerman: Verlag fur
Chemische Industrie.

Rahayu WP. 1998. Penuntun Praktikum Penilaian Organoleptik. Jurusan
Teknologi Pangan dan Gizi. Fakultas Teknologi Pertanian. Insitut
Pertanian Bogor.

Rieger M. 1994. Emulsi. Di dalam : Lachman et al. 1994. Teori dan Praktek
Farmasi Industri. Ed ke-2. Suyatmi S, penerjemah. Jakarta: UI Press.
Terjemahan dari Theory and Pharmacy Practical Industry. Ed ke-2.

Rieger M. 2000. Harrys Cosmeticology. Ed ke-8. New York: Chemical
Publishing Co Inc.

Sakemi T, Kuroiwa A, Nomoto K. 2000. Effect of carrageenan on the induction of
cell-mediated cytotoxic responses in vivo. Journal of Microbiology 41:
297-302.

Schmitt WH. 1996. Skin Care Products. Di dalam: DF Williams and WH Schmitt
(Ed). 1996. Chemistry and Technology of Cosmetics and Toiletries
Industry. Ed ke-2. London: Blackie Academy and Profesional.

Skensved. 2004. Carrageenan. Dalam www.hycar.com (12 Febuari 2006)

Schuller R, Romanowski P. 1999. Beginning Cosmetic Chemistry. London:
Allured Publishing Corporation

Sondari D. 2007. Sintesis dan aplikasi polimer kationik alami pada sistem emulsi
skin lotion. [tesis]. Bogor: Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

Soraya N. 2002. Bahan Kosmetik Alami. Dalam www.pikiranrakyat.com.
[20 September 2007].

[SNI] Standar Nasional Indonesia 164399. 1996. Sediaan Tabir Surya. Jakarta:
Badan Standarisasi Nasional.

[SNI] Standar Nasional Indonesia 192897. 1992. Penentuan Total Mikroba.
Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.

Steel RGD, Torrie JH. 1991. Prinsip dan Prosedur Statistika. Sumantri B,
penerjemah. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Terjemahan dari
Principles and Procedures of Statistics.

Suryani A, Sailah I, Hambali E. 2000. Teknologi Emulsi. Bogor: Jurusan
Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.

Suryaningrum TD. 1988. Kajian sifat-sifat mutu komoditas rumput laut budidaya
jenis Eucheuma spinosum dan Eucheuma cottonii. [tesis]. Bogor: Pasca
Sarjana, Institut Pertanian Bogor.
Syamsuar. 2007. Karakteristik Karaginan Rumput Laut Eucheuma cottonii Pada
Berbagai Umur Panen, Konsentrasi Koh dan Lama Ekstraksi. Dalam
http://www.damandiri.or.id/detail.php?id=457 [ 9 Agustus 2007]
Towle GA. 1973. Carrageenan. Di dalam: RL Whistler (Ed). 1973. Industrial
Gums. Ed ke-2. New York: Academic Press.

Tronnier. 1962. Biochemistry Cosmetal. Di dalam J.S. Jellinek. 1970.
Formulation and Function of Cosmetics. New York: John Willey & Son.

Wasitaatmadja SM. 1997. Penuntun Ilmu Kosmetika Medik. Jakarta: UI Press

Wahyuana. 2008. Pasar Industri Kosmetika dan Toiletries di Indonesia. Dalam
wahyublocknote.blogspot.com [11 Agustus 2008].

Winarno FG. 1990. Teknologi Pengolahan Rumput Laut. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan.























LAMPIRAN
Lampiran 1. Spesifikasi karaginan produksi PT, Araminta Sidhakarya
Parameters Product
Loss on drying (105
o
to constant weight) 12,77
pH (1 in 100 suspension) 8-9
Viscosity (1,5%, at 75
o
C) 87-175
Sulfate (as SO
4
2-
) on a dry weight basis 16,86
Total ash (on a dry weight basis) 16-35
Acid-insoluble ash 0,57-0,74
Acid-insoluble matter 1,37-1,39
Residual solvents (of ethanol, isopropanol, or methanol, singly or
in combination)
Tidak digunakan
alkohol, pengendapan
dengan KCl
Microbiological criteria (10
-1
dilution by adding a 50-g sample to
450 ml of Butterfields phosphate-buffered dilution water and
homogenising the mixture in a high-speed blender)

Total (aerobic) plate count 5000 cfu/g (2500 )
Salmonella spp Negatif
E, coli Negatif
Arsenic (atomic absorption hydride technique using a 3 gram
sample)
< 0,002
Lead < 0,1
Cadmium < 0,003
Mercury 0,02
Lampiran 2. Lembar uji sensori skala hedonik skin lotion
UJI SENSORI SKALA HEDONIK

Nama :
Tanggal pengujian :
Jenis contoh : Skin lotion
Instruksi : Nyatakan penilaian anda dengan angka

Skin lotion
Parameter
A101 B201 C301 D401 E501 F102 G202 H302 I402 J502
Penampakan
Warna
Homogenitas
Kekentalan
Kesan lembab
Rasa lengket

Keterangan:

1 : sangat tidak suka
2 : tidak suka
3 : agak tidak suka
4 : normal
5 : agak suka
6 : suka
7 : sangat suka











73

Lampiran 3. Lembar uji sensori skala hedonik skin lotion selama
penyimpanan



UJI SENSORI SKALA HEDONIK


Nama :
Tanggal pengujian :
Jenis contoh : Skin lotion
Instruksi : Nyatakan penilaian anda dengan angka

Skin lotion
Parameter
B201 D401 E501 G202 I402 J502
Penampakan
Warna
Homogenitas
Kekentalan
Kesan lembab
Rasa lengket

Keterangan:

1 : sangat tidak suka
2 : tidak suka
3 : agak tidak suka
4 : normal
5 : agak suka
6 : suka
7 : sangat suka











74

Lampiran 4. Perwakilan data mentah uji sensori skala hedonik
(parameter kekentalan)
Skin Lotion
Panelis
A101 B201 C301 D401 E501 F102 G202 H302 I402 J502
1 3 5 6 6 2 4 4 6 4 3
2 3 5 3 5 2 4 4 6 5 4
3 3 5 6 6 2 3 4 6 3 2
4 3 3 3 5 4 5 5 6 6 5
5 5 5 6 5 5 5 5 5 5 5
6 5 7 6 5 3 3 7 5 5 2
7 3 5 5 5 3 3 3 5 5 3
8 5 6 7 7 4 5 5 4 6 4
9 6 6 6 3 3 2 5 4 3 2
10 4 5 5 6 4 4 5 6 6 3
11 3 5 5 3 3 4 5 6 6 3
12 4 5 5 6 5 4 5 6 6 3
13 4 4 5 6 4 4 5 7 6 2
14 3 5 6 6 2 3 5 2 6 3
15 3 4 6 5 3 5 4 6 5 2
16 4 3 6 2 5 3 5 6 2 3
17 2 7 7 5 2 5 5 6 6 3
18 4 5 6 7 4 5 5 6 7 6
19 5 5 6 4 3 5 5 4 5 3
20 3 6 6 6 2 6 6 5 6 2
21 2 3 6 5 2 2 5 6 6 2
22 6 6 4 5 3 3 5 5 5 2
23 6 6 6 6 5 5 6 6 6 4
24 6 6 5 3 2 3 5 4 3 5
25 3 5 4 3 1 3 5 6 4 3
26 2 6 6 6 2 5 5 7 5 1
27 6 6 6 3 4 4 6 6 4 3
28 3 6 7 5 5 3 5 6 3 4
29 5 5 4 5 3 4 5 5 4 4
30 3 5 5 3 4 3 5 4 2 3
Jumlah 117 155 164 147 96 117 149 162 145 94
Rata-rata 3,90 5,17 5,47 4,90 3,20 3,90 4,97 5,40 4,83 3,13

Keterangan:
A101 : skin lotion dengan penambahan karaginan 1% (ulangan 1)
B201 : skin lotion dengan penambahan karaginan 2% (ulangan 1)
C301 : skin lotion dengan penambahan karaginan 3% (ulangan 1)
D401 : skin lotion dengan setil alkohol (ulangan 1)
E501 : skin lotion dengan penambahan karaginan 0% (ulangan 1)
F102 : skin lotion dengan penambahan karaginan 1% (ulangan 2)
G202 : skin lotion dengan penambahan karaginan 2% (ulangan 2)
H302 : skin lotion dengan penambahan karaginan 3% (ulangan 2)
I402 : skin lotion dengan setil alkohol (ulangan 2)
J502 : skin lotion dengan penambahan karaginan 0% (ulangan 2)

75

Lampiran 5. Hasil uji Kruskal-Wallis uji sensori

Penampakan Homogenitas Warna Kekentalan
Kesan
lembab
Rasa
lengket
X
2
hitung 35,587 6,988 5,926 102,231 42,245 6,674
Db 3 3 3 3 3 3
Signifikan 0,000 0,072 0,115 0,000 0,000 0,083
keterangan: signifikan < 0,05 berarti berpengaruh nyata

Lampiran 6. Hasil uji Multiple Comparisons penampakan

= 0,05
Konsentrasi karaginan N
1 2 3
0% 60 4,75
1% 60 5,30
3% 60 5,45 5,45
2% 60 5,80



Lampiran 7. Hasil uji Multiple Comparisons kekentalan

= 0,05
Konsentrasi karaginan N
1 2 3
0% 60 3,17
1% 60 3,90
2% 60 5,07
3% 60 5,43



Lampiran 8. Hasil uji Multiple Comparisons kesan lembab

= 0,05
Konsentrasi karaginan N
1 2 3
0% 60 4,62
1% 60 5,20
2% 60 5,73
3% 60 5,78









76


Lampiran 9. Nilai pH dan viskositas
skin
lotion
ulangan spindel skala
faktor
konversi
viskositas = skala x
faktor konversi
pH
3 65 40 2600 7,42
1
3 65 40 2600
2600
7,42
7,42
3 67 40 2680 7,43
karaginan
1%
2
3 67,5 40 2700
2690
2645
7,43
7,43
7,425
4 27,5 200 5500 7,49
1
4 27,5 200 5500
5500
7,49
7,49
4 29 200 5800 7,5
karaginan
2%
2
4 29,5 200 5900
5850
5675
7,52
7,51
7,5
4 37,5 200 7500 7,61
1
4 37,5 200 7500
7500
7,6
7,605
4 36 200 7200 7,58
karaginan
3%
2
4 36 200 7200
7200
7350
7,58
7,58
7,5925
4 18,5 200 3700 7,28
1
4 18,5 200 3700
3700
7,3
7,29
4 19 200 3800 7,3
setil
alkohol
2
4 19 200 3800
3800
3750
7,3
7,3
7,295
3 36 40 1440 7,35
1
3 35,5 40 1420
1430
7,35
7,35
3 36 40 1440 7,36
karaginan
0%
2
3 36 40 1440
1440
1435
7,35
7,355
7,3525
Keterangan: masing-masing ulangan dilakukan secara duplo


Lampiran 10. Hasil pengukuran nilai pH dan viskositas skin lotion
komersial
pH Viskositas (cP)
skin lotion
ulangan 1 ulangan 2 rata-rata
ulangan
1
ulangan 2 rata-rata
Vaselin 8,4 8,5 8,45 7200 7200 7200
Viva 7,6 7,6 7,6 1700 1700 1700
Marina 7,2 7,3 7,25 4600 4600 4600
Citra 7,6 7,6 7,6 5300 5300 5300
Keterangan: masing-masing ulangan dilakukan secara duplo


Lampiran 11. Uji normalitas nilai pH dan viskositas

Kolmogorov-Smirnov

Statistik Db Signifikan
Viskositas 0,236 8 0,200(*)
pH 0,153 8 0,200(*)
77

Keterangan: (*) berarti data menyebar normal yaitu signifikan > 0,05

Lampiran 12. Hasil analisis ragam pH

Sumber
Jumlah
kuadrat
db
Kuadrat
tengah
F hitung Signifikan
Karaginan 0,063 3 0,021 147,072 0,000
Galat 0,001 4 0,000
Total 0,064 7
Keterangan: signifikan < 0,05 berarti berpengaruh nyata


Lampiran 13. Uji lanjut Duncan pH

= 0,05
konsentrasi karaginan N
1 2 3 4
0% 2 7,3525
1% 2 7,425
2% 2 7,5
3% 2 7,5925



Lampiran 14. Hasil analisis ragam viskositas

Sumber
Jumlah
kuadrat
db Kuadrat tengah F hitung Signifikan
Karaginan 44276237,5 3 14758745,833 534,979 0,000
Galat 110350 4 27587,5
Total 44386587,5 7
Keterangan: signifikan < 0,05 berarti berpengaruh nyata


Lampiran 15. Uji lanjut Duncan viskositas

= 0,05
konsentrasi karaginan N
1 2 3 4
0% 2 1435
1% 2 2645
2% 2 5675
3% 2 7350






78


Lampiran 16. Hasil perhitungan nilai bobot dengan manipulasi matrik

Perbandingan nilai kepentingan antar parameter
Parameter pH Viskositas
Stabilitas
emulsi
TPC kekentalan Homogenitas Penampakan Warna
Kesan
lembab
Rasa
lengket
pH 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.5000 1.5000 3.0000 1.0000 1.0000
Viskositas 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.5000 1.5000 3.0000 1.0000 1.0000
Stabilitas
emulsi
1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.5000 1.5000 3.0000 1.0000 1.0000
TPC 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.5000 1.5000 3.0000 1.0000 1.0000
kekentalan 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.5000 1.5000 3.0000 1.0000 1.0000
Homogenitas 0.6667 0.6667 0.6667 0.6667 0.6667 1.0000 1.0000 2.0000 0.6667 0.6667
Penampakan 0.6667 0.6667 0.6667 0.6667 0.6667 1.0000 1.0000 2.0000 0.6667 0.6667
Warna 0.3333 0.3333 0.3333 0.3333 0.3333 0.5000 0.5000 1.0000 0.3333 0.3333
Kesan
lembab
1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.5000 1.5000 3.0000 1.0000 1.0000
Rasa lengket 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.5000 1.5000 3.0000 1.0000 1.0000


Matrik hasil perbandingan nilai kepentingan antar parameter

1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.5000 1.5000 3.0000 1.0000 1.0000
1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.5000 1.5000 3.0000 1.0000 1.0000
1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.5000 1.5000 3.0000 1.0000 1.0000
1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.5000 1.5000 3.0000 1.0000 1.0000
1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.5000 1.5000 3.0000 1.0000 1.0000
0.6667 0.6667 0.6667 0.6667 0.6667 1.0000 1.0000 2.0000 0.6667 0.6667
0.6667 0.6667 0.6667 0.6667 0.6667 1.0000 1.0000 2.0000 0.6667 0.6667
0.3333 0.3333 0.3333 0.3333 0.3333 0.5000 0.5000 1.0000 0.3333 0.3333
1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.5000 1.5000 3.0000 1.0000 1.0000
1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.5000 1.5000 3.0000 1.0000 1.0000


Hasil Pengkuadratan matrik
Jumlah baris Bobot
8.0000 8.0000 8.0000 8.0000 8.0000 12.0000 12.0000 24.0000 8.0000 8.0000 104.0000 0.12
8.0000 8.0000 8.0000 8.0000 8.0000 12.0000 12.0000 24.0000 8.0000 8.0000 104.0000 0.12
8.0000 8.0000 8.0000 8.0000 8.0000 12.0000 12.0000 24.0000 8.0000 8.0000 104.0000 0.12
8.0000 8.0000 8.0000 8.0000 8.0000 12.0000 12.0000 24.0000 8.0000 8.0000 104.0000 0.12
8.0000 8.0000 8.0000 8.0000 8.0000 12.0000 12.0000 24.0000 8.0000 8.0000 104.0000 0.12
5.3333 5.3333 5.3333 5.3333 5.3333 8.0000 8.0000 16.0000 5.3333 5.3333 69.3333 0.08
5.3333 5.3333 5.3333 5.3333 5.3333 8.0000 8.0000 16.0000 5.3333 5.3333 69.3333 0.08
2.6667 2.6667 2.6667 2.6667 2.6667 4.0000 4.0000 8.0000 2.6667 2.6667 34.6667 0.04
8.0000 8.0000 8.0000 8.0000 8.0000 12.0000 12.0000 24.0000 8.0000 8.0000 104.0000 0.12
79


901.3333

Lampiran 17. Uji kelembaban kulit dengan alat Scalar Moisture Checker
Waktu pengamatan (menit)
Bahan penyusun ulangan
0 5 10 15
1 52,5 52 51,6 50,8
2 52,1 51,7 51,4 50,5 Karaginan 2%
3 53,2 52,6 52,1 51,7
Rata-rata 52,6 52,1 51,7 51
1 48,7 47,3 46,7 44,2
2 48,9 47,1 46,1 44,4 Setil alkohol
3 48,5 47,2 45,5 44,1
Rata-rata 48,70 47,20 46,10 44,23
1 46,5 45,4 43,4 41,9
2 46,5 45,2 43,7 41,8
Tanpa karaginan
dan tanpa setil
alkohol
3 46,6 45,6 43,1 41,5
Rata-rata 46,53 45,40 43,40 41,73
Keterangan: nilai kelembaban kulit awal berkisar antara 31,1%-34,4%


Lampiran 18. Uji normalitas persentase kelembaban kulit dengan alat
Scalar Moisture Checker
Kolmogorov-Smirnov

Statistik Db Signifikan
Persentase kelembaban 0,138 36 0,082
Keterangan: data menyebar normal yaitu signifikan > 0,05


Lampiran 19. Hasil uji keragaman kelembaban kulit dengan alat Scalar
Moisture Checker
Persentase kelembaban
Jumlah
kuadrat
Db
Kuadrat
tengah
F hitung Signifikan
Perlakuan 439,768 11 39,979 290,755 0,000

Bahan penyusun 363,042 2 181,521 1320,152 0,000
Waktu pengamatan 65,470 3 21,823 158,714 0,000
Bahan penyusun dengan
waktu pengamatan
11,256 6 1,876 13,644 0,000
Galat 3,300 24 0,138

Total 443,068 35
Keterangan: signifikan < 0,05 berarti berpengaruh nyata


80





Lampiran 20. Hasil uji lanjut Duncan pengaruh bahan penyusun

Bahan penyusun
1 2 3
Tanpa setil alkohol dan tanpa karaginan 12 44,267
Setil alkohol 12 46,558
Karaginan 2% 12 51,850



Lampiran 21. Hasil uji lanjut Duncan pengaruh waktu pengamatan
= 0,05 Waktu pengamatan
(menit)
N
1 2 3 4
15 9 45,656
10 9 47,067
5 9 48,233
0 9 49,278



Lampiran 22. Hasil uji lanjut Duncan pengaruh interaksi perlakuan
dengan waktu pengamatan
= 0,05
Interaksi bahan penyusun dengan
waktu Pengamatan

N

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tanpa setil alkohol dan tanpa
karaginan dengan menit ke-15
3 41,7
Tanpa setil alkohol dan tanpa
karaginan dengan menit ke-10
3 43,4
Setil alkohol dengan menit ke-15
3 44,2
Tanpa setil alkohol dan tanpa
karaginan dengan menit ke-5
3 45,4
Setil alkohol dengan menit ke-10
3 46,1
Tanpa setil alkohol dan tanpa
karaginan dengan menit ke-0
3 46,5
Setil alkohol dengan menit ke-5
3 47,2
Setil alkohol dengan menit ke-0
3 48,7
Karaginan 2% dengan menit ke15
3 51
Karaginan 2% dengan menit ke10
3 51,7
Karaginan 2% dengan menit ke-5
3 52,1 52,1
Karaginan 2% dengan menit ke-0
3 52,6


81





Lampiran 23. Perwakilan data mentah uji sensori skala hedonik
(parameter kekentalan ) selama penyimpanan

1. Hari ke-10

Skin lotion
Panelis
B201 D401 E501 G202 I402 J502
1 6 6 4 6 6 4
2 6 6 5 6 6 3
3 4 4 3 6 6 3
4 6 5 3 4 4 3
5 6 6 2 4 5 3
6 6 4 2 6 5 3
7 5 5 2 6 5 2
8 6 6 5 6 6 4
9 4 5 3 5 5 5
10 5 5 5 6 6 4
11 6 6 4 6 6 3
12 6 5 3 6 6 4
13 6 6 4 6 5 4
14 5 4 4 6 5 5
15 5 5 3 6 6 3
16 6 6 5 5 5 4
17 6 5 5 5 5 3
18 6 6 4 5 5 4
19 6 6 3 6 6 3
20 5 5 2 4 4 2
21 4 4 2 5 6 4
22 6 5 4 6 5 4
23 5 6 3 4 4 3
24 6 6 3 6 5 3
25 4 4 3 4 5 2
26 4 5 3 5 4 2
27 6 5 3 5 5 2
28 5 5 2 6 5 5
29 5 5 4 5 5 2
30 6 5 5 5 5 4
Jumlah 162 156 103 161 156 100
Rata-rata 5,40 5,20 3,43 5,37 5,20 3,33

Keterangan:
B201 : skin lotion karaginan 2% (ulangan 1)
D401 : skin lotion setil alkohol (ulangan 1)
E501 : skin lotion tanpa setil alkohol dan tanpa karaginan (ulangan 1)
G202 : skin lotion karaginan 2% (ulangan 2)
I402 : skin lotion setil alkohol (ulangan 2)
82

J502 : skin lotion tanpa setil alkohol dan tanpa karaginan (ulangan 2)



2. Hari ke-20

Skin lotion
Panelis
B201 D401 E501 G202 I402 J502
1 5 5 4 6 5 3
2 5 5 3 5 5 5
3 4 4 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4 3
5 5 5 3 5 5 5
6 6 6 5 5 5 4
7 5 4 4 4 4 4
8 4 5 5 5 5 5
9 5 5 5 5 5 5
10 5 5 3 4 4 2
11 4 3 2 6 5 4
12 6 5 4 5 4 3
13 5 4 3 5 5 5
14 6 5 5 7 7 7
15 7 7 7 6 6 6
16 6 6 6 5 4 4
17 4 4 4 4 5 5
18 5 5 5 5 5 5
19 5 5 5 5 5 3
20 4 4 2 6 5 3
21 5 5 3 5 5 5
22 4 4 4 4 4 4
23 4 4 4 4 4 3
24 5 5 3 5 5 5
25 6 5 3 5 5 3
26 4 4 4 4 4 3
27 5 5 3 5 5 5
28 6 5 3 5 5 3
29 6 6 5 5 5 6
30 5 5 5 4 5 6
Jumlah 150 144 120 147 144 128
Rata-rata 5,00 4,80 4,00 4,90 4,80 4,27

Keterangan:
B201 : skin lotion karaginan 2% (ulangan 1)
D401 : skin lotion setil alkohol (ulangan 1)
E501 : skin lotion tanpa setil alkohol dan tanpa karaginan (ulangan 1)
G202 : skin lotion karaginan 2% (ulangan 2)
I402 : skin lotion setil alkohol (ulangan 2)
J502 : skin lotion tanpa setil alkohol dan tanpa karaginan (ulangan 2


83





3. Hari ke-30

skin lotion
Panelis
B201 D401 E501 G202 I402 J502
1 6 4 3 6 5 4
2 5 3 5 4 4 4
3 6 5 4 3 2 2
4 5 4 4 6 4 3
5 6 5 4 3 2 2
6 5 4 4 6 5 4
7 6 5 4 5 5 4
8 6 5 3 5 5 4
9 6 5 5 4 3 3
10 4 4 4 6 5 4
11 5 6 4 6 5 4
12 6 5 3 6 5 3
13 6 5 4 5 5 3
14 5 6 4 5 5 5
15 4 3 5 4 4 4
16 6 5 4 5 5 6
17 5 5 4 5 5 3
18 5 5 3 5 5 5
19 5 5 5 5 5 5
20 4 4 4 6 5 4
21 5 5 6 3 3 3
22 4 3 3 3 3 2
23 5 5 5 4 4 3
24 2 2 2 2 3 4
25 6 5 4 5 5 6
26 5 6 4 5 6 3
27 5 5 6 5 6 4
28 5 5 3 5 5 5
29 5 4 4 6 5 3
30 6 5 4 2 2 2
Jumlah 154 138 121 140 131 111
Rata-rata 5,13 4,60 4,03 4,67 4,37 3,70

Keterangan:
B201 : skin lotion karaginan 2% (ulangan 1)
D401 : skin lotion setil alkohol (ulangan 1)
E501 : skin lotion tanpa setil alkohol dan tanpa karaginan (ulangan 1)
G202 : skin lotion karaginan 2% (ulangan 2)
I402 : skin lotion setil alkohol (ulangan 2)
J502 : skin lotion tanpa setil alkohol dan tanpa karaginan (ulangan 2


84




Lampiran 24. Hasil uji Kruskal-Wallis penampakan selama penyimpanan

Penampakan
Jumlah
kuadrat
Db
Kuadrat
tengah
F hitung Signifikan
Perlakuan 161,049 11 14,641 17,188 0,000

Bahan penyusun 93,936 2 46,968 55,139 0,000
Lama penyimpanan 55,304 3 18,435 21,642 0,000
Bahan penyusun dengan lama
penyimpanan
11,808 6 1,968 2,310 0,032
Galat 603,083 708 ,852

Total 764,132 719
Keterangan: signifikan < 0,05 berarti berpengaruh nyata


Lampiran 25. Hasil uji lanjut Multiple Comparisons pengaruh lama
penyimpanan terhadap penampakan

= 0,05
Lama penyimpanan N
1 2
hari ke-30 180 4,75
hari ke-20 180 4,77
hari ke-0 180 5,28
hari ke-10 180 5,34



Lampiran 26. Hasil uji lanjut Multiple Comparisons pengaruh bahan
penyusun terhadap penampakan

= 0,05
Bahan penyusun N
1 2 3
Tanpa setil alkohol dan tanpa karaginan 240 4,55
Setil alkohol 240 5,13
Karaginan 2% 240 5,43




85

Lampiran 27. Hasil uji lanjut Multiple Comparisons pengaruh
interaksi bahan penyusun dan lama penyimpanan
terhadap penampakan

= 0,05 Interaksi bahan penyusun
dengan lama penyimpanan

N

1 2 3 4
Tanpa setil alkohol dan tanpa
karaginan dengan
penyimpanan hari ke-20
60 3,57
Tanpa setil alkohol dan tanpa
karaginan dengan
penyimpanan hari ke-30
60 4,28
Setil alkohol dengan
penyimpanan hari ke-30
60 4,73 4,73
Tanpa setil alkohol dan tanpa
karaginan dengan
penyimpanan hari ke-0
60 4,75 4,75
Setil alkohol dengan
penyimpanan hari ke-20
60 4,78 4,78
Tanpa setil alkohol dan tanpa
karaginan dengan
penyimpanan hari ke-10
60 4,88 4,88
Karaginan 2% dengan
penyimpanan hari ke-30
60 5,23 5,23
Setil alkohol dengan
penyimpanan hari ke-0
60 5,30 5,30
Karaginan 2% dengan
penyimpanan hari ke-10
60 5,33 5,33
Karaginan 2% dengan
penyimpanan hari ke-20
60 5,33 5,33
Setil alkohol dengan
penyimpanan hari ke-10
60 5,68
Karaginan 2% dengan
penyimpanan hari ke-0
60 5,80



Lampiran 28. Hasil uji Kruskal-Wallis parameter warna selama
penyimpanan

Warna
Jumlah
kuadrat
Db
Kuadrat
tengah
F hitung Signifikan
Perlakuan 34,049 11 3,095 3,608 0,000

Bahan penyusun 6,419 2 3,210 3,741 0,024
Lama penyimpanan 22,849 3 7,616 8,878 0,000
Bahan penyusun dengan
lama penyimpanan
4,781 6 0,797 ,929 0,473
Galat 607,383 708 0,858

Total 641,432 719
86

Keterangan: signifikan < 0,05 berarti berpengaruh nyata
Lampiran 29. Hasil uji lanjut Multiple Comparisons pengaruh bahan
penyusun terhadap warna

= 0,05
Bahan penyusun N
1 2
Tanpa setil alkohol dan tanpa karaginan 240 4,99
Karaginan 2% 240 5,13 5,13
Setil alkohol 240 5,22


Lampiran 30. Hasil uji lanjut Multiple Comparisons pengaruh lama
penyimpanan terhadap warna

= 0,05
Lama penyimpanan N
1 2 3
hari ke-30 180 4,87
hari ke-20 180 5,03 5,03
hari ke-10 180 5,23 5,23
hari ke-0 180 5,33


Lampiran 31. Hasil uji Kruskal-Wallis parameter homogenitas selama
penyimpanan
Homogenitas
Jumlah
kuadrat
Db
Kuadrat
tengah
F hitung Signifikan
Perlakuan 62,738 11 5,703 5,139 0,000

Bahan penyusun 4,158 2 2,079 1,873 0,154
Lama penyimpanan 49,360 3 16,453 14,825 0,000
Bahan penyusun dengan
lama penyimpanan
9,219 6 1,537 1,385 0,218
Galat 785,750 708 1,110

Total 848,488 719
Keterangan: signifikan < 0,05 berarti berpengaruh nyata








87

Lampiran 32. Hasil uji lanjut Multiple Comparisons pengaruh lama
penyimpanan terhadap homogenitas
= 0,05
Lama penyimpanan N
1 2
hari ke-20 180 4,51
hari ke-30 180 4,58
hari ke-10 180 4,91
hari ke-0 180 5,16



Lampiran 33. Hasil uji Kruskal-Wallis parameter kekentalan selama
penyimpanan
Kekentalan
Jumlah
kuadrat
Db
Kuadrat
tengah
F hitung Signifikan
Perlakuan 344,133 11 31,285 32,398 0,000

Bahan penyusun 285,025 2 142,513 147,585 0,000
Lama penyimpanan 11,544 3 3,848 3,985 0,008
Bahan penyusun dengan
lama penyimpanan
47,564 6 7,927 8,209 0,000
Galat 683,667 708 0,966

Total 1027,8 719
Keterangan: signifikan < 0,05 berarti berpengaruh nyata

Lampiran 34. Hasil uji lanjut Multiple Comparisons pengaruh bahan
penyusun terhadap kekentalan
= 0,05
Bahan penyusun N
1 2 3
Tanpa setil alkohol dan tanpa karaginan 240 3,64
Setil alkohol 240 4,84
Karaginan 2% 240 5,08










88

Lampiran 35. Hasil uji lanjut Multiple Comparisons pengaruh lama
penyimpanan terhadap kekentalan
= 0,05
Lama penyimpanan N
1 2
hari ke-0 180 4,37
hari ke-30 180 4,42 4,42
hari ke-20 180 4,63 4,63
hari ke-10 180 4,66



Lampiran 36. Hasil uji lanjut Multiple Comparisons pengaruh
interaksi bahan penyusun dan lama penyimpanan
terhadap kekentalan
= 0,05 Interaksi bahan penyusun
dengan lama penyimpanan
N
1 2 3 4 5 6
Tanpa setil alkohol dan
tanpa karaginan dengan hari
ke-0
60 3,17
Tanpa setil alkohol dan
tanpa karaginan dengan hari
ke-10
60 3,38 3,38
Tanpa setil alkohol dan
tanpa karaginan dengan hari
ke-30
60 3,87 3,87
Tanpa setil alkohol dan
tanpa karaginan dengan hari
ke-20
60 4,13 4,13
Setil alkohol dengan hari
ke-30
60 4,48 4,48
Setil alkohol dengan hari
ke-20
60 4,80 4,80
Setil alkohol dengan hari
ke-0
60 4,87 4,87
Karaginan 2% dengan hari
ke-30
60 4,90 4,90
Karaginan 2% dengan hari
ke-20
60 4,95 4,95
Karaginan 2% dengan hari
ke-0
60 5,07 5,07
Setil alkohol dengan hari
ke-10
60 5,20
Karaginan 2% dengan hari
ke-10
60 5,38






89


Lampiran 37. Hasil uji Kruskal-Wallis parameter kesan lembab
selama penyimpanan
Kesan lembab
Jumlah
kuadrat
Db
Kuadrat
tengah
F hitung Signifikan
Perlakuan 329,482 11 29,953 30,766 0,000

Bahan penyusun 216,119 2 108,060 110,994 0,000
Lama penyimpanan 78,638 3 26,213 26,924 0,000
Bahan penyusun
dengan lama
penyimpanan
34,725 6 5,788 5,945 0,000
Galat 689,283 708 0,974

Total 1018,765 719
Keterangan: signifikan < 0,05 berarti berpengaruh nyata


Lampiran 38. Hasil uji lanjut Multiple Comparisons pengaruh bahan
penyusun terhadap kesan lembab
= 0,05
Bahan penyusun N
1 2 3
Tanpa setil alkohol dan tanpa karaginan 240 4,18
Setil alkohol 240 5,00
Karaginan 2% 240 5,50



Lampiran 39. Hasil uji lanjut Multiple Comparisons pengaruh lama
penyimpanan terhadap kesan lembab
= 0,05
Lama penyimpanan N
1 2
hari ke-30 180 4,50
hari ke-20 180 4,63
hari ke-0 180 5,19
hari ke-10 180 5,25









90

Lampiran 40. Hasil uji lanjut Multiple Comparisons pengaruh
interaksi bahan penyusun dan lama penyimpanan
terhadap kesan lembab
= 0,05 Interaksi bahan penyusun
dengan lama
penyimpanan
N
1 2 3 4 5 6
Tanpa setil alkohol dan
tanpa karaginan dengan
hari ke-20
60 3,38
Tanpa setil alkohol dan
tanpa karaginan dengan
hari ke-30
60 3,98
Setil alkohol dengan hari
ke-30
60 4,48 4,48
Tanpa setil alkohol dan
tanpa karaginan dengan
hari ke-0
60 4,62
Tanpa setil alkohol dan
tanpa karaginan dengan
hari ke-10
60 4,72 4,72
Karaginan 2% dengan
hari ke-30
60 5,03 5,03 5,03
Setil alkohol dengan hari
ke-20
60 5,07 5,07 5,07
Setil alkohol dengan hari
ke-0
60 5,22 5,22 5,22
Setil alkohol dengan hari
ke-10
60 5,23 5,23 5,23
Karaginan 2% dengan
hari ke-20
60 5,45 5,45
Karaginan 2% dengan
hari ke-0
60 5,73
Karaginan 2% dengan
hari ke-10
60 5,80
















91

Lampiran 41. Hasil uji Kruskal-Wallis parameter rasa lengket selama
penyimpanan
Rasa lengket
Jumlah
kuadrat
Db
Kuadrat
tengah
F hitung Signifikan
Perlakuan 51,415 11 4,674 4,944 0,000

Bahan penyusun 9,353 2 4,676 4,946 0,007
Lama penyimpanan 36,115 3 12,038 12,733 0,000
Bahan penyusun dengan
lama penyimpanan
5,947 6 0,991 1,048 0,393
Galat 669,383 708 0,945

Total 720,799 719
Keterangan: signifikan < 0,05 berarti berpengaruh nyata

Lampiran 42. Hasil uji lanjut Multiple Comparisons pengaruh bahan
penyusun terhadap rasa lengket
= 0,05
Bahan penyusun N
1 2
Tanpa setil alkohol dan tanpa karaginan 240 4,54
Karaginan 2% 240 4,76
Setil alkohol 240 4,80


Lampiran 43. Hasil uji lanjut Multiple Comparisons pengaruh lama
penyimpanan terhadap rasa lengket
= 0,05
Lama penyimpanan N
1 2
hari ke-30 180 4,34
hari ke-20 180 4,72
hari ke-0 180 4,80
hari ke-10 180 4,94


Lampiran 44. Nilai pH selama penyimpanan
Lama penyimpanan (hari)
Bahan penyusun Ulangan
0 10 20 30
1 7,49 7,5 7,5 7,525
Karaginan 2%
2 7,51 7,515 7,52 7,525
Rata-rata 7,5 7,5075 7,51 7,525
1 7,29 7,3 7,305 7,31
Setil alkohol
2 7,3 7,31 7,315 7,31
Rata-rata 7,295 7,305 7,31 7,31
1 7,35 7,36 7,37 7,365 Tanpa setil alkohol dan
tanpa karaginan 2 7,355 7,36 7,365 7,37
Rata-rata 7,3525 7,36 7,3675 7,3675
Keterangan: masing-masing ulangan dilakukan secara duplo
92

Lampiran 45. Nilai pH yang telah ditransformasi
Transformasi Transformasi
Bahan penyusun
Hari
ke- sebelum sesudah
Hari
ke- sebelum sesudah
Karaginan 2% 0 7.49 2.41 20 7.5 2.41
Karaginan 2% 0 7.51 2.42 20 7.52 2.42
Setil alkohol 0 7.29 2.36 20 7.305 2.36
Setil alkohol 0 7.3 2.36 20 7.315 2.36
Tanpa setil alkohol dan tanpa
karaginan
0 7.35 2.37 20 7.37 2.38
Tanpa setil alkohol dan tanpa
karaginan
0 7.355 2.37 20 7.365 2.38
Karaginan 2% 10 7.5 2.41 30 7.525 2.42
Karaginan 2% 10 7.515 2.42 30 7.525 2.42
Setil alkohol 10 7.3 2.36 30 7.31 2.36
Setil alkohol 10 7.31 2.36 30 7.31 2.36
Tanpa setil alkohol dan tanpa
karaginan
10 7.36 2.38 30 7.365 2.38
Tanpa setil alkohol dan tanpa
karaginan
10 7.36 2.38 30 7.37 2.38
Keterangan: Transformasi dengan cara

Lampiran 46. Uji normalitas pH selama penyimpanan
Kolmogorov-Smirnov

Statistik db Signifikan
pH 0,189 24 0,051
Keterangan: data menyebar normal yaitu signifikan > 0,05

Lampiran 47. Hasil uji keragaman pH selama penyimpanan
Nilai pH
Jumlah
kuadrat
db
Kuadrat
tengah
F hitung Signifikan
Perlakuan 0.013 11 0.001 97.788 0.000

Lama penyimpanan 7.92E-005 3 2.64E-005 2.111 0.152
Bahan penyusun 0.013 2 0.007 530.333 0.000
Penyimpanan dengan
bahan penyusun
0.000 6 1.81E-005 1.444 0.276
Galat 0.000 12 1.25E-005

Total 0.014 23
Keterangan: signifikan < 0,05 berarti berpengaruh nyata





93

Lampiran 48. Hasil uji lanjut Duncan pengaruh bahan penyusun terhadap pH
= 0,05
Bahan penyusun N
1 2 3
Setil alkohol 8 2.36000
Tanpa setil alkohol
dan tanpa karaginan
8 2.37750
Karaginan 2% 8 2.41625


Lampiran 49. Nilai viskositas selama penyimpanan
Lama penyimpanan (hari) Bahan
penyusun
Ulangan
0 10 20 30
1 5500 6200 6400 6400
Karaginan 2%
2 5850 6350 6600 6600
Rata-rata 5675 6275 6500 6500
1 3700 3800 3800 3850
Setil alkohol
2 3800 4000 4100 4100
Rata-rata 3750 3900 3950 3975
1 1430 1880 1320 1310 Tanpa setil
alkohol dan
tanpa karaginan
2 1440 1840 1280 1270
Rata-rata 1435 1860 1300 1290

Lampiran 50. Uji normalitas viskositas selama penyimpanan
Kolmogorov-Smirnov

Statistik db Signifikan
Viskositas 0,173 24 0,063
Keterangan: data menyebar normal yaitu signifikan > 0,05

Lampiran 51. Hasil uji keragaman viskositas selama penyimpanan
Viskositas
Jumlah
kuadrat
db
Kuadrat
tengah
F hitung Signifikan
Perlakuan 92278250 11 8388931,818 465,621 0,000

Lama penyimpanan 524350 3 174783,333 9,701 0,002
Bahan penyusun 90876825 2 45438412,5 2522,021 0,000
Lama penyimpanan dengan
bahan penyusun
877075 6 146179,167 8,114 0,001
Galat 216200 12 18016,667

Total 92494450 23
Keterangan: signifikan < 0,05 berarti berpengaruh nyata



94


Lampiran 52. Hasil uji lanjut Duncan pengaruh bahan penyusun terhadap
viskositas skin lotion
= 0,05
Bahan penyusun N
1 2 3
Tanpa setil alkohol dan tanpa
karaginan
8 1471,25
Setil alkohol 8 3893,75
Karaginan 2% 8 6237,50


Lampiran 53. Hasil uji lanjut Duncan pengaruh lama penyimpanan
terhadap viskositas skin lotion
= 0,05
Lama Penyimpanan N
1 2
Hari ke-0 6 3620,00
Hari ke-20 6 3916,67
Hari ke-30 6 3921,67
Hari ke-10 6 4011,67



Lampiran 54. Hasil uji lanjut Duncan pengaruh interaksi bahan
penyusun dengan lama penyimpanan terhadap viskositas
skin lotion
Interaksi bahan penyusun
dengan lama penyimpanan = 0,05

N
1 2 3 4 5
Tanpa setil alkohol dan tanpa
karaginan dengan hari ke-30
2 1290
Tanpa setil alkohol dan tanpa
karaginan dengan hari ke-20
2 1300
Tanpa setil alkohol dan tanpa
karaginan dengan hari ke-0
2 1435
Tanpa setil alkohol dan tanpa
karaginan dengan hari ke-10
2 1860
Setil alkohol dengan hari ke-0
2 3750
Setil alkohol dengan hari ke-10
2 3900
Setil alkohol dengan hari ke-20
2 3950
Setil alkohol dengan hari ke-30
2 3975
Karaginan 2% dengan hari ke-0
2 5675
Karaginan 2% dengan hari ke-10
2 6275
Karaginan 2% dengan hari ke-20
2 6500
Karaginan 2% dengan hari ke-30
2 6500

95


Lampiran 55. Hasil uji penyusutan berat
Bobot
skin lotion Ulangan
Awal Akhir
selisih Persentase
Persentase
rata-rata
1 18,89 18,67 0,22 1,16 karaginan
1% 2 19,17 18,91 0,26 1,36
1,26
1 19,34 19,15 0,19 0,98 karaginan
2% 2 19,42 19,23 0,19 0,98
0,98
1 19,66 19,59 0,07 0,36 karaginan
3% 2 19,52 19,4 0,12 0,61
0,49
1 19,36 19,19 0,17 0,88
setil alkohol
2 19,37 19,22 0,15 0,77
0,83
1 18,47 18,16 0,31 1,68 karaginan
0% 2 18,23 17,86 0,37 2,03
1,85


Lampiran 56. Uji normalitas persentase penyusutan berat
Kolmogorov-Smirnov

Statistik db Signifikan
Persentase penyusutan bobot 0,131 8 0,200(*)
Keterangan: (*) berarti data menyebar normal yaitu signifikan > 0,05

Lampiran 57. Hasil uji keragaman persentase penyusutan berat

Jumlah
kuadrat
db
Kuadrat
tengah
F hitung Signifikan
Konsentrasi
karaginan
1,960 3 0,653 23,233 0,005
Galat 0,113 4 0,028
Total 2,073 7
Keterangan: signifikan < 0,05 berarti berpengaruh nyata


Lampiran 58. Hasil uji lanjut Duncan persentase penyusutan berat
= 0,05
Konsentrasi karaginan N
1 2 3
karaginan 3% 2 0,4850
karaginan 2% 2 0,98
karaginan 1% 2 1,26
karaginan 0% 2 1,855




96


Lampiran 59. Data mentah total mikroba setelah 3 bulan penyimpanan
Jumlah Mikroba (koloni/unit)
Karaginan 2% Dengan setil alkohol
Tanpa setil alkohol
dan tanpa karaginan Pengenceran
Ulangan
1
Ulangan
2
Ulangan
1
Ulangan
2
Ulangan
1
Ulangan
2
10
-1
1 - - - - 2
10
-2
- - - - - -
10
-3
- - - - - -
Lampiran 60. Gambar skin lotion, bahan-bahan dan alat-alat yang
digunakan dalam penelitian



-Skin lotion yang dihasilkan-



-Bahan bahan yang digunakan- -Timbangan analitik-



-Inkubator- -Oven- -Pemanas listrik-
97



-pH meter- -Viskometer Brookfield-




-Spindel- -Scalar Moisture Checker-

Anda mungkin juga menyukai