Anda di halaman 1dari 6

Laporan Pendahuluan

Sosialisasi Program Pengembangan Kota Hijau


1 - 1

Bab 1
Pendahuluan




1.1 Latar Belakang
Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) merupakan program yang dirintis
oleh Kementerian Pekerjaan Umum melalui Direktorat Jenderal Penataan Ruang,
yang sudah dimulai pada tahun 2011, yang bertujuan untuk meningkatkan
kualitas ruag kota agar terjamin keberlanjutannya, sekaligus yang responsif
terhadap perubahan iklim. Inisiatif inipun dapat diletakkan dalam konteks
implementasi RTRW kabupaten/kota serta peningkatan peran aktif dan kemitraan
antar pemangku kepentingan pada tingkat lokal. Program Pengembangan Kota
Hijau (P2KH) meliputi 8 atribut Kota Hijau, yang meliputi Green Community,
Green Planning and Design, Green Open Space, Green Waste, Green
Transportation, Green Water, Green Energy, dan Green Building. P2KH ini bukan
merupakan tujuan akhir, melainkan hanya sebuah instrumen untuk mewujudkan
amanat Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, yaitu
untuk mewujudkan kualitas penataan ruang wilayah nasional, provinsi, dan
kabupaten/kota yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan untuk
kesejahteraan masyarakat, khususnya melalui perwujudan Ruang Terbuka Hijau
(RTH) 30%.
Kementerian PU, melalui Ditjen Penataan Ruang telah menggulirkan P2KH
sebagai upaya peningkatan kuantitas dan kualitas RTH pada kawasan perkotaan
secara nasional. P2KH diharapkan dapat menjadi sarana bagi pemerintah
kabupaten/kota untuk bersama-sama pemerintah pusat, menyatukan potensi
dalam mewujudkan kota yang berkelanjutan. Pada saat ini, luasan rata-rata RTH
Publik pada Kawasan Perkotaan di Indonesia baru mencapai sekitar 13 %, hal ini
menunjukkan bahwa masih banyak pekerjaan yang perlu dilakukan untuk
Laporan Pendahuluan
Sosialisasi Program Pengembangan Kota Hijau
1 - 2

memenuhi amanat Undang-undang Penataan Ruang (UUPR) tersebut. P2KH
yang telah dirintis sejak 2010 lalu merupakan upaya mengatasi kekurangan
tersebut. P2KH merupakan inisiatif pemerintah kabupaten/kota yang telah
memiliki Peraturan Daerah (Perda) Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) atau
persetujuan substansi Raperda RTRW. Kegiatan perluasan dan peningkatan
kualitas RTH yang akan dilakukan pada tahun 2012 ini, rencananya akan
menyentuh 60 Kabupaten/Kota terlebih dahulu. Paralel dengan kegiatan
tersebut, akan dilakukan fasilitasi penyusunan Rencana Aksi Kota Hijau (RAKH)
bagi kabupaten/kota lainnya di Indonesia sebagai prasyarat perluasan fisik RTH
kotanya masing-masing.
Kota hijau adalah kota yang ramah lingkungan dengan memanfaatkan secara
efektif dan efisien sumberdaya air dan energi, mengurangi limbah, menerapkan
sistem transportasi terpadu, menjamin kesehatan lingkungan, mensinergikan
lingkungan alamiah dan buatan, berdasarkan perencanaan dan perancangan
kota yang berpihak pada prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan. Kota hijau
juga merupakan respon untuk menjawab isu perubahan iklim melalui tindakan
adaptasi dan mitigasi. Pengembangan Kota Hijau merupakan gerakan kolektif
dari seluruh unsur pemangku kepentingan kota serta memerlukan prakarsa yang
bertitik tolak dari berbagai praktek dalam penerapan nilai-nilai pembangunan
perkotaan yang berkelanjutan.
Kota Hijau meliputi 8 (delapan) atribut, yaitu:
a. Perencanaan dan perancanagan kota yang ramah lingkungan
b. Ketersediaan ruang terbuka hijau
c. Konsumsi energi yang efisien
d. Pengelolaan air yang efektif
e. Pengelolaan limbah dengan prinsip 3R
f. Bangunan hemat energi atau bangunan hijau
g. Penerapan sistem transportasi yang berkelanjutan
h. Peningkatan peran masyarakat sebagai komunitas kota hijau

Sejalan dengan salah satu atribut Kota Hijau, yaitu ketersediaan ruang terbuka
hijau, Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang secara
Laporan Pendahuluan
Sosialisasi Program Pengembangan Kota Hijau
1 - 3

tegas mengamanatkan 30% dari wilayah kota berwujud Ruang Terbuka Hijau
(RTH). 20% RTH publik dan 10% RTH Privat. Pengalokasian 30% RTH ini
ditetapkan dalam peraturan daerah tentang RTRW Kota dan RTRW Kabupaten.
Direktorat Jenderal Penataan Ruang Kementerian Pekerjaan Umum mulai tahun
2011 mengembangkan prakarsa Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH)
sebagai salah satu langkah nyata pemerintah bersama pemerintah provinsi dan
pemerintah kota/kabupaten dalam memenuhi amanat Undang-Undang
Penataam Ruang, sekaligus sebagai jawaban atas tantangan perubahan iklim di
Indonesia. Inisiatif ini juga merupakan implementasi RTRW kota/kabupaten serta
peningkatan peran aktif dan kemitraan antar para pemangku kepentingan pada
tingkat lokal.
P2KH menjadi sebuah tahapan yang lebih maju dalam siklus pelaksanaan
penataan ruang, yaitu tidak berhenti pada tataran perencanaan, namun telah
bergulir pada tataran implementasi rencana. Oleh karena itu, prakarsa ini penting
guna mendorong peran pemerintah daerah dalam mewujudkan aksi dan langkah
nyatanya menuju kota hijau yang layak huni dan berkelanjutan. P2KH juga
merupakan tindak lanjut nyata atas salah satu dari 10 Prakarsa Bali yang
dicetuskan oleh Sustainable Development Forum Indonesia (SUD-FI) pada
peringatan Hari Tata Ruang 8 November 2010.
Bentuk kegiatan P2KH disesuaikan dengan kondisi dan kesiapan masing-masing
kota/kabupaten. Tahun 2011, P2KH diawali dengan penggalangan prakarsa dan
komitmen kota/kabupaten melalui perumusan Rencana Aksi Kota Hijau (RAKH).
Dengan demikian, RAKH merupakan salah satu bentuk implementasi RTRW
yang memuat prakarsa, program dan komitmen daerah sebagai langkah awal
mewujudkan kota hijau.
1.2 Tujuan dan Sasaran
Tujuan dari Sosialisasi Program Pengembangan Kota Hijau ini adalah untuk
memberikan pengertian dan pemahaman terhadap pengembangan Kota Hijau di
Provinsi Papua Barat sesuai dengan amanat pasal 3 Undang-Undang 26 tahun
2007 tentang Penataan Ruang, sedangkan sasarannya adalah sebagai berikut:
Laporan Pendahuluan
Sosialisasi Program Pengembangan Kota Hijau
1 - 4

1. Tesebarluaskannya program kota hijau di Provinsi Papua Barat
2. Memberikan pengertian dan pemahaman terhadap Program
Pengembangan Kota Hijau (P2KH)
3. Memberikan gambaran tahapan dalam Program Pengembangan Kota
Hijau (P2KH) di daerah.
1.3 Ruang Lingkup
Ruang lingkup dari Sosialisasi Program Pengembangan Kota Hijau adalah
sebagai berikut:
1. Memberikan materi dan pelatihan tentang Program Pengembangan Kota Hijau
(P2KH)
2. Memberikan pegertian tugas dan kewenangan kelembagaan dalam Program
Pengembangan Kota Hijau (P2KH)
3. Memberikan materi alternatif dan tata cara sosialisasi Program Pengembangan Kota
Hijau (P2KH)
4. Memberikan materi mengenai Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH)

1.4 Pendekatan Studi
Pendekatan studi dalam rangka Sosialisasi Program Pengembangan Kota Hijau
ini dilakukan dengan cara melakukan diskusi/workshop dan seminar.
Workshop atau biasa disebut juga dengan lokakarya adalah suatu acara di mana
beberapa orang berkumpul untuk memecahkan masalah tertentu dan mencari
solusinya. Seminar merupakan bentuk bentuk pengajaran yang memiliki fokus
pada suatu topik yang khusus, dimana mereka yang hadir dapat berpartisipasi
secara aktif. Seminar seringkali dilaksanakan melalui sebuah dialog dengan
seorang moderator seminar, atau melalui sebuah presentasi hasil penelitian
dalam bentuk yang lebih formal. Biasanya, para peserta bukanlah seorang
Laporan Pendahuluan
Sosialisasi Program Pengembangan Kota Hijau
1 - 5

pemula dalam topik yang didiskusikan. Sistem seminar memiliki gagasan untuk
lebih mendekatkan peserta kepada topik yang dibicarakan. Di beberapa seminar
dilakukan juga pertanyaan dan debat. Seminar memiliki sifat lebih informal
dibandingkan sistem kuliah di kelas dalam sebuah pengajaran akademis.
1.5 Pelaporan
1.1.1 Keluaran
Keluaran yang diharapkan dari pelaksanaan Sosialisasi Program Pengembangan
Kota Hijau adalah dapat menghasilkan produk kegiatan berupa dokumen
mengenai diskusi dan seminar yang dilaksanakan untuk peningkatan kempetensi
teknis aparat BKPRD.
1.1.2 Pelaporan
Kegiatan Sosialisasi Program Pengembangan Kota Hijau menghasilkan 3
laporan berupa: Laporan Pendahuluan; Laporan Antara; dan Laporan Akhir yang
disertai dengan DVD yang berisikan softfile dokumentasi seluruh pelaksanaan
kegiatan.
1.6 Sistematika Pembahasan
Penulisan LAPORAN PENDAHULUAN Kegiatan Sosialisasi Program
Pengembangan Kota Hijau ini memperhatikan sistematika sebagai berikut:
BAB 1 Menjabarkan latar belakang, tujuan, dan sasaran, ruang lingkup,
pelaporan, manfaat, dan sistematika penulisan.
BAB 2 Merupakan bagian yang berisi tinjauan peraturan perundang-undangan
yang menjadi landasan hukum dan kebijakan yang berkaitan dengan
Sosialisasi Program Pengembangan Kota Hijau.
BAB 3 Merupakan bagian yang menjabarkan pendekatan dan metodologi yang
akan digunakan dalam melaksanakan pekerjaan Sosialisasi Program
Pengembangan Kota Hijau.
Laporan Pendahuluan
Sosialisasi Program Pengembangan Kota Hijau
1 - 6

BAB 4 Merupakan bagian yang menjabarkan rencana pelaksanaan kerja,
tahapan-tahapan yang dilakukan dalam pelaksanaan pekerjaan serta
penjadwalan dari tahapan-tahapan tersebut kedalam kerangka waktu
pekerjaan.

Anda mungkin juga menyukai