Anda di halaman 1dari 45

SESI 2

Pembinaan dan Pengembangan Industri Beton Pracetak dan Prategang



S E S I 4
Perkembangan Penggunaan Beton Pracetak dan Prategang
dalam Rangka Mendukung Bangunan Gedung

TOPI K
Pengembangan Produk Beton Pracetak dan Prategang
untuk Bangunan Gedung sebagai Antisipasi SNI Gempa 1726:2012

NARASUMBER
DR. Ir. Hari Nugraha Nurjaman, MT.




Disampaikan pada
L o k a k a r y a
Kesiapan Industri Beton Pracetak dan Prategang
dalam Mendukung Pembangunan Nasional yang Efisien
Menyongsong Pasar Tunggal ASEAN 2015 dan Pasar Global 2020

Ruang Sapta Taruna
Kementerian Pekerjaan Umum
J l. Pattimura No. 20 Kebayoran Baru J akarta Selatan
J akarta, 29 April 2014











LOKAKARYA
KESIAPAN INDUSTRI BETON PRACETAK DAN PRATEGANG DALAM
MENDUKUNG PEMBANGUNAN NASIONAL YANG EFISEIN MENYONGSONG
PASAR TUNGGAL ASEAN 2015 DAN PASAR GLOBAL 2020
SAPTA TARUNA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM
29 APRIL 2014
DR.Ir. Hari Nugraha Nurjaman,MT
Ikatan Ahli Pracetak dan Prategang Indonesia
DAFTAR ISI
1.Latar Belakang
2.Sejarah Lahirnya Teknologi PRESSS
3.Konsep Teknologi PRESSS
4.Alternatif Penerapan
5.Tinjauan Ekonomis
6.Rencana Penelitian, Pengembangan
dan Penerapan
7.Penutup
Tahun 2010, diterbitkan Peta Gempa Indonesia
Disusun sebagai antisipasi data gempa baru
Periode ulang gempa menjadi 2.500 tahun
Ada beberapa derah yang padat penduduk dan ada bangunan
gedung yang signifikan, beban gempa meningkat
1. LATAR BELAKANG
Tahun 2012, diterbitkan SNI Gempa terbaru
Aturan pendetailan menjadi lebih ketat
Desain bangunan cenderung menjadi lebih mahal
1. LATAR BELAKANG
Ada pergeseran filosofi pada peraturan gempa di dunia
Filosofi strong coloumn weak beam/desain kapasitas (Jika
terkena gempa kuat, bangunan boleh rusak ; tapi tidak boleh
roboh)
Pengalaman gempa Loma Prieta (1989) dan Northridge (1994)
di Amerika Serikat dan Selandia Baru tahun 2010-2011 banyak
pengguna bangunan protes akan performa bangunan yang
terkena gempa kuat
1. LATAR BELAKANG

Figure 43 Heavy damage, not collapse but there was bussiness interruption
Pada tahun 1970 - 1990
Konsep desain kapasitas benar-benar diterima secara luas di dunia,
kecuali di Jepang
Di Jepang, konsep desain kapasitas sangat tidak populer karena
jumlah bangunan dan jumlah penduduk jauh lebih padat dari Selandia
Baru, walaupun kondisi geologisnya sama. Banyak gempa kuat yang
langsung terasa efeknya pada bangunan (di Selandia Baru biri-biri lebih
banyak dari manusia), sehingga konsep gedung sering harus rusak
adalah sangat tidak menarik. Jadi Jepang secara fanatik memegang
konsep elastik : gedung tidak boleh rusak kalaupun kena gempa kuat.
2. SEJARAH LAHIRNYA TEKNOLOGI PRESSS

Figure 33 Tokyo : Jungle of Highrise Building : too costly to use capacity design concept
Pada tahun 1970 - 1990
Jepang mengembangkan teknologi untuk menghindarkan gaya gempa
masuk ke struktur , sehingga struktur tidak rusak jika terkena gempa
kuat. Bahan2 ini diproduksi secara massal di Jepang,. Walaupun
mahal, tapi menjamin gedung tidak rusak selama masa layannya.
2. SEJARAH LAHIRNYA TEKNOLOGI PRESSS

Figure 20 Base insulation concept [7]
Damper Tune Mass Damper
Pada tahun 1970 1995
Sistem pracetak berkembang pesat di Belanda, Skandinavia, Italy,
negara2 Eropa Timur, dan Amerika Serikat.
Advantages of precast constructions, namely quality, construction speed
and cost
The use and development of precast concrete structures in seismic areas
have been limited, until the late 1990s by the absence of rational and
flexible seismic design code provoisons in major model building codes,
often related to the lack of knowledge and confidence about their
performance in seismic regions. In the former approach, typically
reffered to as emulation of cast in place concrete, precast members
elements are thus joined using cast-in-place techniques, greatly reducing
the well recognized advantages of precast constructions.
.
2. SEJARAH LAHIRNYA TEKNOLOGI PRESSS
Pada tahun 1970 1995
Sistem precast tahan gempa dengan konsep emulasi monolit
berkembang di Selandia Baru sejak tahun 1990.
2. SEJARAH LAHIRNYA TEKNOLOGI PRESSS
Pada tahun 1970 1995
Sistem precast tahan gempa dengan konsep emulasi monolit
berkembang di Selandia Baru sejak tahun 1990.
2. SEJARAH LAHIRNYA TEKNOLOGI PRESSS
Pada tahun 1970 1995
Sistem precast tahan gempa dengan konsep emulasi monolit
berkembang di Italy sejak tahun 1990.
2. SEJARAH LAHIRNYA TEKNOLOGI PRESSS
Pada tahun 1970 1995
Sistem precast tahan gempa dengan konsep emulasi monolit
berkembang di negara mediterania sejak tahun 1990.
2. SEJARAH LAHIRNYA TEKNOLOGI PRESSS
Precast di negara-
negara Mediterania
Pada tahun 1995 - 2012
Sistem precast tahan gempa dengan konsep emulasi monolit
berkembang di Indonesia (62 sistem).
2. SEJARAH LAHIRNYA TEKNOLOGI PRESSS
Pada tahun 1970 1995
Desain kapasitas baru mengalami ujian berat pada Gempa Loma Prieta
(1989) dan Gempa Northridge (1994).
Konsep tersebut memang terwujud, sehingga korban jiwa sedikit
Bangunan mengalami rusak berat, sehingga mengakibatkan terhentinya bisnis
dan biaya perbaikannya pun mahal
Masyarakat complain ke Engineer mengenai definisi bangunan tahan gempa
Users, residents, clients, owner/stakeholders of the building/facilities as well as
territorial authorities would certainly have a different opinion, as well as
undertanding of and expectation from the significance of an earthquake-proof
design.
Konsep Desain Kapasitas menjadi sangat dipertanyakan
Amerika Serikat dan Jepang mempelopori penelitian multiyears untuk
mencari konsep bangunan tahan gempa yang memenuhi ekspektasi
masyarakat awam, namun dengan harga yang ekonomis
Dipimpin Prof Priestley, murid Prof Paulay dan Prof Park yang dibajak dari Selandia
Baru ke University California at San Diego
Teknologi yang ekonomis adalah berbasis precast
Berdasarkan hal tersebut barulah dikembangkan sistem precast yang dapat tahan
gempa. Program dinamakan PRESSS (Precast Seismic Structural System) 1994
2002.
Pendanaan :
NSF (National Science Foundation)
PCI (Precast/Prestressed Institute)
PCMAC (Precast Concrete Manufacturer Association of California)
2. SEJARAH LAHIRNYA TEKNOLOGI PRESSS
Kurva Hub. BebanLateral V danDefleksi Lateral pada Puncak Kolom
(Tr-2), JBKINTERIORAPBN
-350
-300
-250
-200
-150
-100
-50
0
50
100
150
200
250
300
350
-156.
0
-130.
0
-104.
0
-78.0 -52.0 -26.0 0.0 26.0 52.0 78.0 104.0 130.0 156.0
Defleksi Lateral pdPuncak Kolom(mm)
B
e
b
a
n

L
a
t
e
r
a
l

S
i
k
l
i
s

V

(
k
N
)
1.00%2.00%3.00%4.00%5.00% 0.00% 1.00% 2.00% 3.00 4.00% 5.00%
6.00% 6.00%
Kurva Hub. BebanLateral V danDefleksi Lateral pada Puncak Kolom
(Tr-2), JBKEKSTERIORAPBN
-200
-150
-100
-50
0
50
100
150
200
-156.
6
-130.
5
-104.
4
-78.3 -52.2 -26.1 0.0 26.1 52.2 78.3 104.4 130.5 156.6
Defleksi Lateral pdPuncak Kolom(mm)
B
e
b
a
n

L
a
t
e
r
a
l

S
i
k
l
i
s

V

(
k
N
)
1.00%2.00%3.00%4.00%5.00% 0.00% 1.00% 2.00% 3.00 4.00% 5.00%
6.00% 6.00%
POLA KERUNTUHAN SISTEM
PRACETAK A
3. KONSEP TEKNOLOGI PRESSS
FILOSOFI BARU :
BANGUNAN TIDAK BOLEH RUSAK MESKIPUN
TERKENA GEMPA KUAT.
PRECAST BECAME ONE STOP SOLUTION
Teknologi PRESSS (PRecast Seismic Structural
System) merupakan terobosan, karena
memenuhi filosofi baru, bahan bisa diproduksi
lokal, harga ekonomis, serta lebih cepat
pelaksanaannya karena joint kering, teknologi
dapat diterapkan dari bangunan sederhana 1
lantai hingga bangunan super tinggi.
A revolutionary alternative technogolical solution
capable of achieving high-performance (low-
damage) at low cost. (Stefano Pampanin, penulis
buku PRESSS Design Handbook (2011))
Berusaha memenuhi
In general terms, a broad concencus between public, politicians,
scientists and engineers seems to be achieved when stating that
excenssively severe socio-economical losses due to earthquake
events,as still observed in recent years in seismic-prome
countries, should be nowadays considered unacceptable, at least
for well-developed modern countries.
Performance base design, including secondary compeonent
Drift harus terkontrol agar tidak menimbulkan kerusakan
pada elemen arsitektur.
3. KONSEP TEKNOLOGI PRESSS
Sambungan prategang paska tarik unbonded
Replacable dissipater (internal atau eksternal
Pemanfaatan kekuatan prategang (bentang besar
dan struktur perimeter)
Corbel penahan balok yang tersembunyi,
menghidnari scaffolding sekaligus perkuatan
geser
Sambungan pelat yang setara rigid floor
diaphragm
Dry joint dan tanpa scaffolding : pelaksanaan
cepat dan rapi, sudah setara struktur baja.
3. KONSEP TEKNOLOGI PRESSS
3. KONSEP TEKNOLOGI PRESSS
Satu-satunya alternatif teknologi yang ekonomis adalah precast
yang disambung dengan prategang paska-tarik unbonded yang
mempunyai kemampuan self centering, sehingga dapat
mencegah kerusakan komponen sekunder
Sistem ini dapat dikombinasikan dengan perilaku daktail, yang
dikenal sebagai System Hybrid. Rekomendasi 60 : 40
3. KONSEP TEKNOLOGI PRESSS

3. KONSEP TEKNOLOGI PRESSS
FILM SELF CENTERING
PENGUJIAN TEKNOLOGI PRESSS
INDONESIA
TAHAP I : UJI LENTUR BALOK
PASKA TARIK UNBONDED
SIKLUS PEMBEBANAN BENDA UJI TAHAP - 1
Siklus % ADL Beban (kN) Lama pembebanan
0% 0
25% 102.5 5 menit
I 50% 205 5 menit
25% 102.5 5 menit
0% 0 5 menit
50% 205 5 menit
75% 307.5 5 menit
II 100% 410 5 menit
75% 307.5 5 menit
50% 205 5 menit
0% 0 5 menit
50% 205 5 menit
100% 410 5 menit
125% 512.5 5 menit
III 150% 615 5 menit
125% 512.5 5 menit
100% 410 5 menit
50% 205 5 menit
0% 0 5 menit
50% 205 5 menit
100% 410 5 menit
150% 615 5 menit
175% 717.5 5 menit
IV 200% 820 5 menit
150% 615 5 menit
100% 410 5 menit
50% 205 5 menit
Siklus % ADL Beban (kN) Lama pembebanan
0% 0
50% 205 5 menit
100% 410 5 menit
150% 615 5 menit
200% 820 5 menit
225% 922.5 5 menit
EXT-1 250% 1025 5 menit
225% 922.5 5 menit
200% 820 5 menit
150% 615 5 menit
100% 410 5 menit
50% 205 5 menit
0% 0 5 menit
50% 205 5 menit
100% 410 5 menit
150% 615 5 menit
200% 820 5 menit
250% 1025 5 menit
275% 1127.5 5 menit
EXT-2 300% 1230 5 menit
275% 1127.5 5 menit
250% 1025 5 menit
200% 820 5 menit
150% 615 5 menit
100% 410 5 menit
50% 205 5 menit
0% 0 5 menit
PENGUJIAN TEKNOLOGI PRESSS INDONESIA
TAHAP I : UJI LENTUR BALOK PASKA TARIK
UNBONDED
PENGUJIAN TEKNOLOGI PRESSS INDONESIA
TAHAP I : UJI LENTUR BALOK PASKA TARIK
UNBONDED
BENDA UJI 1
Dimensi balok 40/50 cm panjang 5 m, dengan penulangan 8D22
tulangan atas dan 8D22 tulangna bawah, tulangan sengkang D13-100.
PENGUJIAN TEKNOLOGI PRESSS INDONESIA
TAHAP I : UJI LENTUR BALOK PASKA TARIK
UNBONDED
BENDA UJI 1
Dimensi balok 40/50 cm panjang 5 m, dengan penulangan 8D22
tulangan atas dan 8D22 tulangna bawah, tulangan sengkang D13-100.
PENGUJIAN TEKNOLOGI PRESSS INDONESIA
TAHAP I : UJI LENTUR BALOK PASKA TARIK
UNBONDED
BENDA UJI 1
Dimensi balok 40/50 cm panjang 5 m, dengan penulangan 8D22
tulangan atas dan 8D22 tulangna bawah, tulangan sengkang D13-100.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
0 50 100 150 200 250 300
Beban (ton) - Penurunan (mm)
siklus 1 siklus 2 siklus 3
siklus 4 siklus 5
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
0 50 100 150 200 250 300
Load - Displacement.
disp. (mm) P (ton)
crack 1.19 6.22
leleh 14.19 41.5
maks 50.59 82.31
hancur 242.77 61.94
overstrength = 2.01
kuat lebih = 1.98
daktilitas = 17.11
BENDA UJI 2
Dimensi balok 40/50 cm panjang 5 m, dengan penulangan 7 strand
unbonded tulangan atas dan 7 strand unbonded tulangan bawah,
tulangan sengkang D13-100.
PENGUJIAN TEKNOLOGI PRESSS INDONESIA
TAHAP I : UJI LENTUR BALOK PASKA TARIK
UNBONDED
BENDA UJI 2
Dimensi balok 40/50 cm panjang 5 m, dengan penulangan 7 strand
unbonded tulangan atas dan 7 strand unbonded tulangan bawah,
tulangan sengkang D13-100.
PENGUJIAN TEKNOLOGI PRESSS INDONESIA
TAHAP I : UJI LENTUR BALOK PASKA TARIK
UNBONDED
BENDA UJI 2
Dimensi balok 40/50 cm panjang 5 m, dengan penulangan 7 strand
unbonded tulangan atas dan 7 strand unbonded tulangan bawah,
tulangan sengkang D13-100.
PENGUJIAN TEKNOLOGI PRESSS INDONESIA
TAHAP I : UJI LENTUR BALOK PASKA TARIK
UNBONDED
disp. (mm) P (ton)
crack 5.79 31.57
leleh 20.29 52.67
maks 37.79 62.03
hancur 227.07 41.35
overstrength = 1.51
kuat lebih = 1.18
daktilitas = 11.19
BENDA UJI 3
Dimensi balok 40/50 cm panjang 5 m, dengan penulangan 4D22
tulangan atas dan 4D22 tulangan bawah, tulangan sengkang D13-100.
Ditambah perkuatan 7 strand unbounded pada center balok.
PENGUJIAN TEKNOLOGI PRESSS INDONESIA
TAHAP I : UJI LENTUR BALOK PASKA TARIK
UNBONDED
BENDA UJI 3
Dimensi balok 40/50 cm panjang 5 m, dengan penulangan 4D22
tulangan atas dan 4D22 tulangan bawah, tulangan sengkang D13-100.
Ditambah perkuatan 7 strand unbounded pada center balok.
PENGUJIAN TEKNOLOGI PRESSS INDONESIA
TAHAP I : UJI LENTUR BALOK PASKA TARIK
UNBONDED
BENDA UJI 3
Dimensi balok 40/50 cm panjang 5 m, dengan penulangan 4D22
tulangan atas dan 4D22 tulangan bawah, tulangan sengkang D13-100.
Ditambah perkuatan 7 strand unbounded pada center balok.
PENGUJIAN TEKNOLOGI PRESSS INDONESIA
TAHAP I : UJI LENTUR BALOK PASKA TARIK
UNBONDED
0
10
20
30
40
50
60
70
80
0 50 100 150 200 250 300 350 400
Beban (ton) - Penurunan (mm)
siklus 1 siklus 2 siklus 3
siklus 4 siklus 5
disp. (mm) P (ton)
crack 4.19 20.79
leleh 15.59 41.88
maks 226.37 66.67
hancur 366.06 46.81
overstrength = 1.63
kuat lebih = 1.59
daktilitas = 23.48
BENDA UJI 4
Dimensi balok 40/50 cm panjang 5 m yang dibagi menjadi 3 segmen,
dengan penulangan 4D22 tulangan atas dan 4D22 tulangan bawah,
tulangan sengkang D13-100. Ditambah perkuatan 7 strand
unbounded pada center balok.
PENGUJIAN TEKNOLOGI PRESSS INDONESIA
TAHAP I : UJI LENTUR BALOK PASKA TARIK
UNBONDED
BENDA UJI 4
Dimensi balok 40/50 cm panjang 5 m yang dibagi menjadi 3 segmen,
dengan penulangan 4D22 tulangan atas dan 4D22 tulangan bawah,
tulangan sengkang D13-100. Ditambah perkuatan 7 strand
unbounded pada center balok.
PENGUJIAN TEKNOLOGI PRESSS INDONESIA
TAHAP I : UJI LENTUR BALOK PASKA TARIK
UNBONDED
BENDA UJI 4
Dimensi balok 40/50 cm panjang 5 m yang dibagi menjadi 3 segmen,
dengan penulangan 4D22 tulangan atas dan 4D22 tulangan bawah,
tulangan sengkang D13-100. Ditambah perkuatan 7 strand
unbounded pada center balok.
PENGUJIAN TEKNOLOGI PRESSS INDONESIA
TAHAP I : UJI LENTUR BALOK PASKA TARIK
UNBONDED
0
10
20
30
40
50
60
0 50 100 150 200 250 300 350
Beban (ton) - Penurunan (mm)
siklus 1 siklus 2 siklus 3 siklus 4
disp. (mm) P (ton)
crack 3.59 17.76
leleh 12.19 30.78
maks 89.89 53.15
hancur 292.67 40.31
overstrength = 1.30
kuat lebih = 1.73
daktilitas = 24.01
2. KONSEP TEKNOLOGI PRESSS
Benda Uji dengan
Teknologi PRESSS
Mengembangkan alat-alat sederhana (tidak berbasis
industri besar) yang dapat berfungsi sebagai dissipater
(baik eksternal maupun internal) yang replacabe (dapat
diganti jika rusak karena gempa kuat
3. KONSEP TEKNOLOGI PRESSS

Figure 31 First multi-storey PRESSS-Building in New Zealand (2008)

Southern Cross Hospital, Christchurch Rendering, construction of the frame, details of
beams, walls and UFP dissipaters (2011) [13]
Mengembangkan alat-alat sederhana (tidak berbasis
industri besar) yang dapat berfungsi sebagai dissipater
(baik eksternal maupun internal) yang replacabe (dapat
diganti jika rusak karena gempa kuat
3. KONSEP TEKNOLOGI PRESSS
Local dissipater (New Patent)
3. KONSEP TEKNOLOGI PRESSS
3. KONSEP TEKNOLOGI PRESSS
Posisi replacable
dissipater
Sambungan kuat untuk sambung kolom
3. KONSEP TEKNOLOGI PRESSS
Kekuatan prategang yang tinggi dapat dimanfaatkan
untuk mencari desain yang efisien
Bentang panjang
3. KONSEP TEKNOLOGI PRESSS
Kekuatan prategang yang tinggi dapat dimanfaatkan
untuk mencari desain yang efisien
Perimeter Frame
3. KONSEP TEKNOLOGI PRESSS
Mengembang kan detail sambungan tahan geser berupa
korbel, yang sekaligus nerupakan tumpuan gravitasi
balok
3. KONSEP TEKNOLOGI PRESSS
Mengembang kan detail sambungan pelat precast ke
sistem rangka yang mampu mengembangkan efek lantai
kaku secara efisien
3. KONSEP TEKNOLOGI PRESSS
Penelitian final : full scale test 5 lantai di UCSD
Diterapkan pada bangunan 39 lantai di San Francisco
dengan harga struktur yang ekonomis (Rp 1.4 jt/m2)
3. KONSEP TEKNOLOGI PRESSS

Figure 25 Five-Storey PRESSS Building tested at University of California, San Diego [13]



Figure 30 Paramount Building, 39-storey building, San Francisco [3,13]
Applied in construction in American Continent, with
several adjustment according to local condition
3. KONSEP TEKNOLOGI PRESSS
Argentina
Costarica
2005 : Stefano Pampanin direkrut kembali oleh Prof Park dari
Amerika ke Selandia Baru untuk mengembangkan lebih lanjut
Teknologi PRESSS dan mensosialiasikan ke masyarakat
Kesaksian Stefano: tetap sulit meyakinkan masyarakat akan
konsep baru. Dengan bekal penelitian dan contoh penerapan yang
sudah nyata pun, hanya berhasil meyakinkan 5 pemilik gedung
dalam kurun waktu 2005 - 2010
3. KONSEP TEKNOLOGI PRESSS
5. KONSEP TEKNOLOGI PRESSS
2010 2011 : Terjadi serangkaian gempa kuat di kota-kota
penting di Selandia Baru, yang diakibatkan sesar dangkal
Baru pada tahun itulah masyarakat Selandia Baru merasakan
performa gedung dengan konsep desain kapasitas terhadap
gempa kuat, 50 tahun setelah dicetuskannya oleh Prof Paulay
3. KONSEP TEKNOLOGI PRESSS
2010 2011 : Bangunan dengan Teknologi PRESSS tidak
mengalami kerusakan. Sejak saat itulah Stefano
Pampanin menjadi tidak punya waktu.....
3. KONSEP TEKNOLOGI PRESSS
SNI 7833:2012 TATA CARA PERANCANGAN STRUKTUR
BETON
PRACETAK DAN PRATEGANG UNTUK BANGUNAN
GEDUNG
Slide-52
ff
ff
ff
ff
Portal Khusus Pracetak : Jointed Precast
7.8.4 Portal khusus yang dibuat dengan beton pracetak dan tidak memenuhi ketentuan
dalam 7.8.2 atau 7.8.3 harus memenuhi persyaratan ACI 374.1 dan ketentuan (a) dan (b)
berikut ini:

(a) Detail dan bahan yang digunakan dalam spesimen uji harus mewakili dari yang
digunakan dalam struktur; dan

(b) Prosedur desain dalam mengatur spesimen uji harus mendefinisikan mekanisme
bagaimana portal menahan pengaruh gravitasi dan gempa, dan harus menetapkan nilai
kriteria penerimaan dalam mendukung mekanisme tersebut. Bagian dari mekanisme
yang mendeviasi dari persyaratan peraturan harus dicakup dalam spesimen uji dan
harus diuji untuk menentukan batas atas nilai kriteria penerimaan.
Dibuatkan SNI
Khusus SNI
7834:2012
SNI 7833:2012 TATA CARA PERANCANGAN STRUKTUR
BETON
PRACETAK DAN PRATEGANG UNTUK BANGUNAN
GEDUNG
Slide-53
ff
ff
ff
ff
Portal Khusus Pracetak : Jointed Precast dengan Prategang Paskatarik
Unbonded
Akan diadopsi
menjadi SNI
SNI 7833:2012 TATA CARA PERANCANGAN STRUKTUR
BETON
PRACETAK DAN PRATEGANG UNTUK BANGUNAN
GEDUNG
Slide-54
Dinding Struktural Khusus yang terbuat dari Beton Pracetak
Persyaratan 7.10 berlaku bagi dinding struktural khusus yang terbuat dari beton pracetak
sebagai bagian dari sistem penahan gaya gempa.

7.10.2 Dinding struktural khusus yang terbuat dari beton pracetak harus memenuhi semua
persyaratan 7.9 selain 7.4.2 dan 7.4.3.

7.10.3 Dinding struktural khusus yang terbuat dari beton pracetak dan tendon pasca-tarik
tanpa lekatan dan yang tidak memenuhi persyaratan 7.10.2, diperkenankan asalkan dinding
tersebut memenuhi persyaratan ACI ITG-5.1.
R7.10.3 Studi eksperimental dan studi analisis
21.54-21.56
memiliki bukti bahwa beberapa tipe
dari pasca-tarik dinding-dinding struktural pracetak dengan tendon tanpa lekatan, dan yang
tidak memenuhi persyaratan yang ditunjuk Bab 7, memberi karakteristik kinerja gempa yang
memuaskan. ACI ITG-5.1 menjelaskan suatu peraturan resmi untuk menetapkan prosedur
desain, dibenarkan melalui analisis dan uji laboratorium, untuk sepert dinding, dengan atau
tanpa balok kopel.
SNI 7833:2012 TATA CARA PERANCANGAN STRUKTUR
BETON
PRACETAK DAN PRATEGANG UNTUK BANGUNAN
GEDUNG
Slide-55
Dinding Struktural Khusus yang terbuat dari Beton Pracetak
Akan diadopsi
menjadi SNI

FILM MOCK UP
4. ALTERNATIF PENERAPAN
Desain Sistem Pracetak Ala Indonesia
4. ALTERNATIF PENERAPAN
Penerapan di Prototype Rusun T24 Kementerian Pekerjaan Umum
Pola penerapan Full Self Centering : Disipater 60 : 40,
Perimeter Frame + Wall
4. ALTERNATIF PENERAPAN
Rangka perimeter precast
prestressed unbonded penahan
gempa di arah memanjang
Rangka perimeter precast
prestressed unbonded penahan
gempa di arah memanjang
Dinding geser precast
Penahan gempa arah
pendek
Dinding geser precast
penahan gempa arah
pendek
Rangka precast penahan gravitasi
Pola penerapan Full Self Centering
4. ALTERNATIF PENERAPAN
- Kolom dibuat
langsung 5 lantai
- Semua joint dry
joint
- Alternatif I :
substitusi tulangan
baja lunak ke
tulangan prategang
Pola penerapan Alternatif II Full Self Centering :
Disipater 60 : 40, Perimeter Frame + Wall
4. ALTERNATIF PENERAPAN
Pola penerapan Full Self Centering
4. ALTERNATIF PENERAPAN
Erection Kolom langsung 5 lantai ---- no problemo !
Pola penerapan Full Self Centering : Disipater 60 : 40,
Perimeter Frame + Wall
4. ALTERNATIF PENERAPAN
Sistem pondasi pocket
Pola penerapan Full Self Centering : Disipater 60 : 40,
Perimeter Frame + Wall
4. ALTERNATIF PENERAPAN
Penerapan pondasi
pocket di lapangan
Pola penerapan Full Self Centering : Disipater 60 : 40,
Perimeter Frame + Wall
4. ALTERNATIF PENERAPAN
Detail angkur
di kolom
Pola penerapan Full Self Centering : Disipater 60 : 40,
Perimeter Frame + Wall
4. ALTERNATIF PENERAPAN
Detail join balok kolom
tepi tempat
pengangkuran dan
tumpuan balok
Pola penerapan Full Self Centering : Disipater 60 : 40,
Perimeter Frame + Wall
4. ALTERNATIF PENERAPAN
Detail tumpuan balok dan
pelat
Pola penerapan Full Self Centering : Disipater 60 : 40,
Perimeter Frame + Wall
4. ALTERNATIF PENERAPAN
Detail
sambungan
pelat ke
rangka yang
memenuhi
prinsip rigid
floor
Tidak lagi
dibutuhkan
scaffolding
Pola penerapan Full Self Centering : Disipater 60 : 40,
Perimeter Frame + Wall
4. ALTERNATIF PENERAPAN
Dinding geser
precast + rangka
perimeter penahan
gempa + rangka
internal penahan
gravitasi
Pola penerapan Full Self Centering : Disipater 60 : 40,
Perimeter Frame + Wall
4. ALTERNATIF PENERAPAN
Detail dinding precast post tension unbonded ke pile cap
Pola penerapan Full Self Centering : Disipater 60 : 40,
Perimeter Frame + Wall
4. ALTERNATIF PENERAPAN
Dinding precast dibuat 3 lantai + 2 lantai
Sambungan tulangan kolom di posisi level 3.5 lantai
5. KAJIAN EKONOMIS
Penghematan material
Strand 4 kali kekuatan tulangan biasa, harga hanya
2.5 x tulangan biasa. Akan ada penghematan di
balok sekitar 20%
Kolom langsung menghemat angkur2, sekitar 5%.
Waste hampir 0
Biaya grouting menurun drastis (hanya di pocket
foundation )
Penghematan pada pelaksanaan
Tidak perlu scaffolding
Dry joint sangat mempercepat pelaksanaan
Kolom langsung sangat mempercepat pelaksanaan
Estimasi 20% lebih cepat dari sistem pracetak
konvensional
5. KAJIAN EKONOMIS
Penghematan dari strategi desain
Kekuatan prategang dapat dimanfaatkan untuk
variasi desain optimum : bentang besar, dimensi
lebih kecil
Strategi pemilihan sistem penahan gempa (perimeter
frame, dinding precast) bisa disesuaikan juga untuk
mendapatkan desain optimum
ESTIMASI PERBANDINGAN EFISIENSI
PENGGUNAAN TIGA MODEL STRUKTUR
PADA PROYEK RUMAH SUSUN
JATINEGARA
DESAIN DENAH ARSITEKTUR
YANG DIPAKAI UNTUK ESTIMASI
1. BENTUK DENAH SIMETRIS DENGAN TOTAL PANJANG 75.9 m
DAN LEBAR 13.75 m.
2. JUMLAH LAPIS STRUKTUR ADALAH 16, DENGAN TINGGI
LANTAI 1 4.2 m SERTA LANTAI 2 DAN SETERUSNYA 3.25 m.
3. FUNGSI LANTAI ADALAH SEBAGAI LANTAI HUNIAN.
DESAIN DENAH ARSITEKTUR YANG
DIPAKAI UNTUK ESTIMASI
MODUL UTAMA STRUKTUR ADALAH 4.2 x 3.5 m
TIPE STRUKTUR ALTERNATIF - 1
TIPE STRUKTUR ALTERNATIF - 2
TIPE STRUKTUR ALTERNATIF - 3
HASIL ANALISA STRUKTUR
WAKKTU GETAR & MODE SHAPE
ALTERNATIF 1 :
T1 = 1.4872
TRANSLASI ARAH
X
T2 = 1.3124
TRANSLASI
ARAH Y
HASIL ANALISA STRUKTUR
WAKKTU GETAR & MODE SHAPE
ALTERNATIF 2 :
T1 = 2.0632
TRANSLASI
ARAH X
T2 = 1.3767
TRANSLASI
ARAH Y
HASIL ANALISA STRUKTUR
WAKKTU GETAR & MODE SHAPE
ALTERNATIF 3 :
T1 = 2.2817
TRANSLASI
ARAH X
T2 = 1.2964
TRANSLASI
ARAH Y
ESTIMASI BIAYA STRUKTUR
ALTERNATIF 1 :
ALTERNATIF 2 :
TOTAL BESI HARGA SATUAN TOTAL BETON HARGA SATUAN TOTAL BEKESTING
150 200
1,885,308 2,508,835
225 250
2,817,101 3,133,039
125 150
1,574,132 1,885,308
275 300
3,445,907 3,767,401
TOTAL HARGA STRUKTUR / 1 LANTAI, Rp. 871,352,434
TOTAL HARGA STRUKTUR / 1 M
2
LANTAI, Rp. 980,138
HARGA SATUAN
TOTAL HARGA KOMPONEN / RASIO BESI
VOL.
BETON, M3
VOL. BESI, KG
106.68 13,648.21
35.43 9850.23
SHEARWALL 134.74 KG/M3 71.13 9583.93 1,695,056 120,564,235
BESI BETON BEKESTING
167,751,346
1,193,063
46.7568 9826.155811
13,242,657 306,354,675
BALOK 278.04 KG/M3 3,484,971 123,464,396 1,136,892 40,277,435 339,524 4,009,515
330,224 5,146,739 183,877,156
PELAT 127.93 KG/M3 1,610,659 171,827,015 1,136,892 121,285,003 372,399
84,858,975 335,149 7,946,048 213,369,257
KOLOM 210.15 KG/M3 2,629,492 122,946,620 1,193,063 55,783,797
TOTAL BESI HARGA SATUAN TOTAL BETON HARGA SATUAN TOTAL BEKESTING
150 200
1,885,308 2,508,835
225 250
2,817,101 3,133,039
75 100
952,804 1,262,956
300 325
3,767,401 4,077,858
TOTAL HARGA STRUKTUR / 1 LANTAI, Rp. 966,772,215
TOTAL HARGA STRUKTUR / 1 M
2
LANTAI, Rp. 1,087,471
HARGA SATUAN
VOL.
BETON, M3
VOL. BESI, KG KOMPONEN / RASIO BESI TOTAL HARGA
154,620,436 1,136,892 45,218,197 339,524 4,501,355 204,339,988
1,136,892 121,285,003 372,399 13,242,657 266,494,154
BALOK 309.67 KG/M3 39.77 12316.78 3,887,522
56,465,274 330,224 5,209,614 190,806,873
PELAT 97.91 KG/M3 106.68 10,445.07 1,237,017 131,966,494
335,149 9,438,131 305,131,200
KOLOM 217.98 KG/M3 47.328 10316.7909 2,728,448 129,131,984 1,193,063
BETON BEKESTING
SHEARWALL 183.81 KG/M3 84.48 15529.03 2,306,968 194,899,548 1,193,063 100,793,521
BESI
ALTERNATIF 3 :
TOTAL BESI HARGA SATUAN TOTAL BETON HARGA SATUAN TOTAL BEKESTING
150 200
1,885,308 2,508,835
225 250
2,817,101 3,133,039
125 150
1,574,132 1,885,308
HCS T.20CM 125 150
743.28 M2 1,574,132 1,885,308
225 250
2,817,101 3,133,039
TOTAL HARGA STRUKTUR / 1 LANTAI, Rp. 877,630,697
TOTAL HARGA STRUKTUR / 1 M
2
LANTAI, Rp. 987,200
VOL. BESI, KG
HARGA SATUAN
TOTAL HARGA
1,193,063
1,193,063
47,220,013
15,484,469
KOMPONEN / RASIO BESI
VOL.
BETON, M3
9903.69 41.53
2,013.58 13.62
8088.05528 37.8624
42,486,827
339,524
372,399
330,224
335,149
4,700,631
1,690,691
4,167,691
7,946,048
-
84,858,975 SHEARWALL
KOLOM
BALOK 77,540,033
101,215,627
1,858,419 25,311,666
9878.29 71.13 138.88 KG/M3
213.62 KG/M3
147.84 KG/M3
238.45 KG/M3 2,987,026
1,746,666
BESI
124,235,085
2,673,249
BEKESTING
217,040,108
150,555,537
129,460,677 1,136,892
1,136,892
1,193,063 177,355,938 -
45,172,219
338,087,548
PELAT
148.66 20,443.20 137.52 KG/M3 1,729,971 160,731,610
BETON
6. PENELITIAN,PENGEMBANGAN,PENERAPAN
Jadwal Penelitian Tahun Pertama 2014 : Uji
Struktur
TAHUN I : PENGUJIAN STRUKTUR
4 5 6 7 8 9 10 11 12
No Item
1 Persiapan
2 Seminar Pra Pengujian
3 Pengujian
a. Pengujian komponen
b. Benda uji exterior dan interior
4 Seminar Hasil Pengujian di CECAR 6
5 Analisis Data
6 Pembuatan Mock Up
7 Seminar, Uji Publik, dan Sertifikasi
8 Pembuatan Design Handbook
6. PENELITIAN,PENGEMBANGAN,PENERAPAN
Jadwal Penelitian Tahun Kedua (2015) : Uji
Bangunan Lengkap 3 D dan Pembuatan SNI
TAHUN II : PENGUJIAN BANGUNAN PENUH 3 DIMENSI dan PEMBUATAN SNI
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
No Item
1 Persiapan
2 Seminar Pra Pengujian
3 Pengujian
a. Pendalaman teknis uji shaking table
b. Pembuatan Benda Uji
c. Pengujian dengan shaking table
4 Seminar Sosialisasi di HAKI
5 Analisis Data
6 Seminar dan Uji Publik
7 Penyusunan SNI
a. Perapihan Naskah Akademik
b Rapat Teknis I
c. Prakonsenus
d. Konsensus
6. PENELITIAN,PENGEMBANGAN,PENERAPAN
Jadwal Penelitian Tahun Kedua : Uji Bangunan
Lengkap 3 D dan Pembuatan SNI
Uji bangunan 3 D dengan Shaking Table
7. PENUTUP
Teknologi PRESSS merupakan jawaban dari
perubahan peta gempa dan SNI gempa baru,
dimana ada alternatif sistem struktur yang
mampu memenuhi persyaratan dengan harga
yang ekonomis
Sistem pracetak yang tadinya relatif dominan di
bangunan modular, sekarang punya potensi
menjadi one stop solution
Penelitian dan Pengembangan Sistem ini
dengan kondisi lokal sedang dilakukan dengan
dukungan 27 perusahaan precaster nasional
Indonesia, sebagai langkah untuk memasuki era
baru yang tantangannya lebih menarik dengan
peluang partisipasi yang lebih luas

Anda mungkin juga menyukai