Anda di halaman 1dari 18

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pasar modal merupakan salah satu instrumen ekonomi yang sangat penting bagi
masyarakat dalam hal investasi, sekaligus juga merupakan sumber pembiayaan bagi
perusahaan-perusahaan. Pasar modal dapat pula menjadi alat ukur bagi
perkembangan perekenomian dan cermin tingkat kepercayaan investor
1
domestik
maupun internasional terhadap perangkat hukum dan kinerja pemerintah dalam dunia
perekonomian. Pasar modal merupakan industri yang sangat dinamis, atraktif, selalu
berubah dan mempunyai interdepedensi yang sedemikian tinggi dengan sektor jasa
keuangan lainnya di tingkat domestik, regional maupun global.
2

Kegiatan pasar modal berhubungan dengan penawaran umum dan perdagangan
efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta
lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.
3
Pasar Modal bertindak sebagai
penghubung antara para investor dengan perusahaan ataupun institusi pemerintah
melalui perdagangan efek.
4

Pengaturan mengenai pasar modal Indonesia diatur dalam Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1995 yang selanjutnya akan disebut UUPM. Didalam salah satu
pertimbangan pembentukan UUPM terdapat tujuan untuk menjamin kepastian hukum
pihak-pihak yang menyelenggarakan kegiatan di pasar modal serta melindungi
kepentingan masyarakat pemodal dari praktik yang merugikan. Terdapat pandangan
bahwa perlindungan hukum pasar modal di Indonesia sangat lemah. Lemahnya
penegakkan hukum dapat terjadi karena beberapa hal, antara lain disebabkan oleh
Undang-Undang dan Peraturan Pasar Modal yang ketinggalan dengan perkembangan

1
Investor adalah orang perorangan atau lembaga baik domestik atau non domestik yang melakukan
suatu investasi (bentuk penanaman modal sesuai dengan jenis investasi yang dipilihnya) baik dalam
jangka pendek atau jangka panjang.
2
Jusuf Anwar, 2006, Master Plan 2006-2009 Pasar Modal, BAPEPAM-LK, Jakarta, hlm. 3
3
Rusdin, 2008, Pasar Modal, Alfabeta, Jakarta, hlm. 18
4
Efek adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti
utang, Unit Penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas Efekn dan setiap deviratif dari Efek.

2
bisnis pasar modal dan lemahnya institusi Penegak Hukum dalam melakukan
penegakan hukum (law enforcement) atau kurangnya profesionalitas aparat penegak
hukum itu sendiri. Salah satu contoh kasus kejahatan pasar modal yang akan kami
bahas ialah mengenai pencabutan izin usaha PT Synergy Asset Management sebagai
Manajer Investasi oleh Bapepam-LK karena telah melakukan pelanggaran-
pelanggaran terhadap UUPM dan aturan-aturan yang dikeluarkan oleh Badan
pengawas pasar modal dan Lembaga Keuangan yang selanjutnya akan disebut
Bapepam-LK.
PT Synergy Asset Management adalah perusahaan efek yang berperan sebagai
manajer investasi
5
. PT Synergy Asset Management mengelola dana nasabah
berdasarkan Kontrak Pengelolaan Dana
6
(KPD). Perusahaan yang mulai beroperasi
sejak 15 Mei 2006 ini mengelola dana nasabah berdasarkan KPD yaitu KPD Full
Discretionary, Discretionary Protected Fund (KPD biasa) dan KPD khusus (KPD
tol).
PT Synergy Asset Management memiliki induk perusahaan (holding) yaitu PT
Synergy Pakaryan Utama (PT SPU), dimana PT SPU menyalurkan dana untuk
pembiayaan kegiatan usaha anak perusahaan serta perusahaan terafiliasinya yaitu PT
Synergy Capital Utama, PT First Asset Management, PT Griyatama Bumi Mandiri,
PT Global Exposure, PT Codematel, PT Synergy Texindo Utama, PT Synergy Golf
Australia, PT Tirtamukti dan pihak non afiliasi yaitu PT Mitra Kreasi dan PT Head
Quarter Internusa.
Namun dalam perkembangannya, PT Synergy Asset Management tidak
melakukan tugasnya selaku manajer investasi dengan benar, terdapat enam

5
Manajer Investasi adalah pihak yang kegiatan usahanya mengelola Portofolio Efek untuk para
nasabah atau mengelola portofolio investasi kolektif untuk sekelompok nasabah, kecuali perusahaan
asuransi, dana pensiun, dan bank yang melakukan sendiri kegiatan usahanya berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

6
Kontrak Pengelolaan Dana (KPD) adalah pengelolaan portofolio Efek untuk kepentingan investor
tertentu berdasarkan perjanjian pengelolaan dana yang bersifat bilateral dan individual, yang disusun
sesuai peraturan Otoritas Jasa Keuangan.
3
pelanggaran terhadap UUPM yang dilakukan oleh PT Synergy Asset Management
mengenai pengelolaan nasabah, ketiga hal tersebut ialah : Pertama, PT Synergy Asset
Management tidak mempunyai Standart Operasional Perusahaan (SOP) mengenai
informasi yang jelas dan lengkap tentang latar belakang keuangan nasabah; Kedua,
PT Synergy Asset Management melakukan penyalahgunaan dana nasabah untuk
kepentingan induk perusahaan; dan Ketiga PT Synergy Asset Management
melakukan cara yang tidak rasional dalam berinvestasi.
Berdasarkan pelanggaran-pelanggaran tersebut maka Bapepam-LK melalui surat
keputusan Nomor. Kep.06/BL/MI/S.5/2010 melakukan pencabutan izin usaha
perusahaan efek PT Synergy Asset Management sebagai Manajer Investasi. Dalam
putusan tersebut PT Synergy Asset Management wajib bertanggung jawab atas segala
akibat yang timbul dari tindakan pegawainya, termasuk atas tindakan Dyah Irawati
Mastuti sebagai Head of Marketing, dan tindakan Hidiarto sebagai Head of Finance
and Compliance yang antara lain bertanggung jawab atas kepatuhan PT Synergy
Asset Management terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja pelanggaran yang dilakukan oleh PT Synergy Asset Management
mengenai pengelolaan dana nasabah berdasarkan peraturan perundang-undangan?











4
BAB II
PEMBAHASAN

Bentuk-bentuk Tindak Pidana Pasar Modal
Perbuatan yang dilarang berdasarkan UUPM meliputi:
1) Penipuan, yaitu yang diatur dalam Pasal 90 UUPM, bahwa dalam kegiatan
perdagangan efek, setiap pihak dilarang secara langsung atau tidak langsung :
a. Menipu, atau mengelabui pihak lain dengan menggunakan sarana dan
atau cara apapun.
b. Turut serta menipu atau mengelabui pihak lain dan membuat
pernyataan tidak benar mengenai fakta yang material atau tidak
mengungkapkan fakta yang material agar pernyataan yang dibuat tidak
menyesatkan mengenai keadaan yang terjadi pada saat pernyataan dibuat
dengan maksud untuk menguntungkan atau menghindarkan kerugian
untuk diri sendiri atau pihak lain atau dengan tujuan mempengaruhi
pihak lain untuk membeli atau menjual efek.
2) Manipulasi Pasar :
a. Menciptakan gambaran semu atau menyesatkan mengenai kegiatan
perdagangan, keadaan pasar, atau harga efek (pasal 91 UUPM).
b. Rekayasa harga efek di bursa, yaitu apabila setiap pihak, baik sendiri-
sendiri maupun bersama-sama dengan pihak lain, melakukan dua
transaksi efek atau lebih, baik langsung maupun tidak langsung,
sehingga menyebabkan harga efek di bursa efek tetap, naik atau turun
dengan tujuan mempengaruhi pihak lain untuk membeli, menjual atau
menahan efek (pasal 92 UUPM).
c. Memberikan pernyataan atau keterangan yang tidak benar atau
menyesatkan, sehingga harga efek di bursa terpengaruh, yaitu setiap
pihak dilarang dengan cara apapun, membuat pernyataan atau
memberikan keterangan yang secara material atau tidak menyesatkan,
5
sehingga mempengaruhi harga efek apabila pada saat pernyataan dibuat
atau keterangan diberikan (pasal 93 UUPM) :
1. Pihak yang bersangkutan mengetahui atau sepatutnya mengetahui
bahwa pernyataan atau keterangan tersebut secara material tidak
benar atau menyesatkan.
2. Pihak yang bersangkutan tidak cukup berhati-hati dalam menentukan
kebenaran material dari pernyataan atau keterangan tersebut.
3) Perdagangan Orang Dalam (I nsider Trading) :
Perdagangan Orang Dalam atau yang lebih dikenal sebagai
insider trading adalah perdagangan efek dengan mempergunakan
Informasi Orang Dalam (IOD). IOD adalah informasi material yang
dimiliki orang dalam yang belum tersedia untuk umum.
UUPM tidak memberikan batasan insider trading secara tegas,
transaksi yang dilarang antara lain yaitu orang dalam dari emiten
7
yang
mempunyai informasi orang dalam melakukan transaksi penjualan atau
pembelian atas efek emiten atau perusahaan lain yang melakukan transaksi
dengan emiten atau perusahaan publik yang bersangkutan.
Orang yang dikenal dengan insider adalah :
a. Manajemen, pegawai atau pemegang saham utama emiten atau
perusahaan publik.
b. Pihak yang karena kedudukan atau profesinya atau karena hubungan
usahanya dengan emiten atau perusahaan publik memungkinkannya
mempunyai IOD.
c. Pihak yang dalam 6 bulan terakhir tidak lagi menjadi a dan b di atas.

Berdasar bentuk-bentuk pelanggaran yang telah dijabarkan di atas maka kasus PT
Synergy Asset Management ini termasuk dalam bentuk pelanggaran yang pertama,
yakni penipuan.

7
Emiten adalah emitten yaitu perusahaan yang memperoleh dana melalui pasar modal, baik dengan
menerbitkan saham atau obligasi dan menjualnya secara umum kapada masyarakat; perusahaan yang
mencatatkan sahamnya dan diperdagangkan di bursa saham juga disebut emiten
6

Sanksi atas Pelanggaran di Pasar Modal
Berdasar pasal 102 UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal maka sanksi
yang diberikan oleh Bapepam-LK kepada PT Synergy Asset Management adalah
sanksi administratif berupa:
Keputusan Bapepam-LK No. Kep.06/BL/MI/S.5/2010 tentang Pencabutan Izin
Usaha Perusahaan Efek sebagai Manajer Investasi Atas Nama PT Synergy Asset
Management izin usaha PT Synergy Asset Management sebagai Manajer Investasi
sebagaimana tertuang dalam Keputusan Bapepam-LK No. Kep. 01/BL/MI/2006
tanggal 15 Mei 2006 tentang pemberian izin usaha Perusahaan Efek sebagai Manajer
Investasi atas nama PT Synergy Asset Management.
Dengan pencabutan tersebut maka PT Synergy Asset Management :
a. Diperintahkan untuk menyelesaikan seluruh kewajibannya kepada nasabah
Kontrak Pengelolaan Dana (KPD),
b. Dilarang melakukan kegiatan usaha di bidang Manajer Investasi, dan
c. Dilarang menggunakan nama dan logo PT Synergy Asset Management
untuk tujuan dan kegiatan apapun, selain untuk kegiatan yang berkaitan
dengan pembubaran PT Synergy Asset Management.

Apa saja pelanggaran yang dilakukan oleh PT Synergy Asset Management
mengenai pengelolaan dana nasabah berdasarkan peraturan perundang-
undangan?

Dalam Undang-Undang No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal telah diatur
mengenai bentuk-bentuk pelanggaran dan tindak pidana pasar modal beserta sanksi
bagi pelaku, karena dalam kegiatan pasar modal tidak terlepas dari berbagai
pelanggaran dan perbuatan tindak pidana yang dilakukan, baik sengaja maupun tidak
sengaja demi untuk mendapatkan keuntungan.
Berdasarkan kasus PT Synergy Asset Management terdapat tiga pelanggaran terhadap
UUPM dan Peraturan Bapepam-LK, yakni meliputi :
7

1. PT Synergy Asset Management tidak mempunyai Standart Operasional
Perusahaan (SOP) mengenai informasi yang jelas dan lengkap tentang latar
belakang keuangan nasabah.
Tidak seluruh nasabah KPD PT Synergy Asset Management membuat
perjanjian pengelolaan dana, namun nasabah hanya memperoleh sertifikat
investasi yang berisi informasi tentang nama nasabah, nilai nominal, jangka waktu,
dan indikasi hasil investasi. Hal ini menunjukkan bahwa PT Synergy Asset
Management tidak mempunyai informasi terkait latar belakang keuangan nasabah,
sehingga PT Synergy Asset Management dinyatakan melanggar ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 36 UUPM. Dengan bunyi :
Perusahaan Efek atau Penasihat Investasi wajib :
a. mengetahui latar belakang, keadaan keuangan, dan tujuan investasi
nasabahnya; dan
b. membuat dan menyimpan catatan dengan baik mengenai pesanan, transaksi,
dan kondisi keuangannya.
Prinsip Mengenal Nasabah adalah prinsip yang diterapkan Penyedia Jasa
Keuangan di bidang Pasar Modal, untuk mengetahui latar belakang dan identitas
Nasabah, memantau rekening Efek dan transaksi Nasabah, serta melaporkan
transaksi keuangan mencurigakan, dan transaksi keuangan yang dilakukan secara
tunai sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang terkait dengan tindak
pidana pencucian uang, termasuk Transaksi keuangan yang terkait dengan
Pendanaan Kegiatan Terorisme.
8


PT Synergy Asset Management tidak mempunyai unit kerja, anggota direksi atau
pegawai setingkat di bawah yang menangani penerapan prinsip mengenal nasabah,
dan tidak memiliki SOP tentang Pedoman Pelaksanaan Penerapan Prinsip
Mengenal Nasabah, sehingga PT Synergy Asset Management terbukti melanggar

8
Huruf h Peraturan Nomor V.D.10 tentang Prinsip Mengenal Nasabah Oleh Penyedia Jasa Keuangan
di Bidang pasar Modal
8
ketentuan angka 3 huruf a dan huruf b Peraturan Bapepam dan LK Nomor
V.D. 10 tentang Prinsip Mengenal Nasabah. Dengan bunyi :
Dalam menerapkan Prinsip Mengenal Nasabah sebagaimana dimaksud dalam
angka 2, Perusahaan Efek, Pengelola Reksa Dana, dan Bank Kustodian wajib
menetapkan kebijakan dan prosedur tertulis tentang :
a) Penerimaan Nasabah;
b) Pengidentifikasian Nasabah;
c) Pemantauan terhadap rekening dan transaksi Nasabah; dan
d) Manajemen risiko yang berkaitan dengan penerapan Prinsip Mengenal
Nasabah.
Dalam hal ini yang dimaksud dengan latar belakang keuangan nasabah, menurut
angka 11 huruf c peraturan nomor V.D.10 harus memuat hal-hal sebagai
berikut :
a) latar belakang dan identitas Nasabah yang memuat:
(1) nama;
(2) jenis kelamin;
(3) alamat atau tempat tinggal sesuai KTP dan nomor telepon;
(4) alamat tempat tinggal terkini dan nomor telepon (jika ada);
(5) tempat dan tanggal lahir;
(6) status perkawinan; dan
(7) kewarganegaraan;
b) keterangan mengenai pekerjaan;
c) alamat tempat kerja dan nomor telepon;
d) specimen tanda tangan;
e) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) bagi Nasabah yang diwajibkan
memiliki NPWP sesuai dengan ketentuan yang berlaku ;
f) keterangan mengenai sumber dana;
g) rata- rata penghasilan;
h) maksud dan tujuan investasi;
i) nama bank Nasabah dan nomor rekening Nasabah di bank; dan
9
j) informasi dan dokumen lain yang memungkinkan Penyedia Jasa Keuangan di
bidang Pasar Modal untuk dapat mengetahui profil calon Nasabah.
Seharusnya SOP tersebut harus dimiliki oleh perusahaan penyedia jasa keuangan
dalam hal ini PT Synergy Asset Management. Jika PT Synergy Asset Management
memiliki SOP yang dimaksudkan oleh peraturan nomor V.D.10, mereka tidak
hanya menaati peraturan yang ada namun mereka juga dapat secara aktif
membantu pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang dan
pendanaan kegiatan terorisme. Karena dalam angka 9 huruf e pada peraturan
tersebut, Manajer Invetasi dapat menyusun laporan transaksi keuangan
mencurigakan dan/atau transaksi keuangan yang dilakukan secara tunai, termasuk
transaksi keuangan yang terkait dengan Pendanaan Kegiatan Terorisme kepada
direksi atau penanggung jawab untuk disampaikan kepada Pusat Pelaporan dan
Analisis Transaksi Keuangan (PPATK).

2. PT Synergy Asset Management melakukan penyalahgunaan dana nasabah
untuk kepentingan induk perusahaan.
PT Synergy Asset Management selain menyalurkan atau menempatkan dana pada
perusahaan terafiliasinya, PT SPU juga menggunakan dana yang berasal dari PT
Synergy Asset Management untuk membiayai operasional PT SPU seperti
membayar gaji karyawan, untuk pembelian gabah dan untuk membayar bunga
Promissory Notes yang telah jatuh tempo kepada PT Synergy Asset Management,
serta dipergunakan untuk membayar nasabah salah satu anak perusahaan PT SPU
yaitu PT First Asset Management. Hal ini menunjukkan bahwa PT Synergy Asset
Management secara langsung maupun tidak langsung telah menipu atau
mengelabui nasabahnya, sehingga PT Synergy Asset Management terbukti
melanggar pasal 90 UU No.8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal. Dengan bunyi :
Dalam kegiatan perdagangan Efek, setiap Pihak dilarang secara langsung atau
tidak langsung:
a. menipu atau mengelabui Pihak lain dengan menggunakan sarana dan atau cara
apapun;
10
b. turut serta menipu atau mengelabui Pihak lain; dan
c. membuat pernyataan tidak benar mengenai fakta yang material atau tidak
mengungkapkan fakta yang material agar pernyataan yang dibuat tidak
menyesatkan mengenai keadaan yang terjadi pada saat pernyataan dibuat dengan
maksud untuk menguntungkan atau menghindarkan kerugian untuk diri sendiri
atau Pihak lain atau dengan tujuan mempengaruhi Pihak lain untuk membeli atau
menjual Efek.
Berdasar pasal 104 UU No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal disebutkan
bahwa setiap pihak yang melanggar ketentuan pasal 90, dimana dalam hal ini PT
Synergy Asset Management telah melanggar pasal tersebut mengenai penipuan
yang dilakukannya maka dapat diancam dengan pidana penjara paling lama 10
(sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp.15.000.000.000, 00 (lima belas miliar
rupiah). Pada kasus PT Synergy Asset Management, Bapepam LK hanya
menjatuhkan hukuman dalam bentuk pencabutan izin usaha saja, menurut kami
Bapepam LK masih bisa menjatuhkan hukuman denda dan kurungan sebagaimana
tertera pada pasal 104 UUPM agar dapat menimbulkan efek jera yang lebih kuat
bagi pelaku dan menjadi contoh bagi pelaku usaha yang serupa agar tidak
melakukan pelanggaran yang sama.
Melalui Surat Keputusan nomor 124/BL/2014 yang ditetapkan pada tanggal 19
Maret 2012, Bapepam LK menugaskan satgas untuk :
Menginventarisasi kasus-kasus pengelolaan investasi yang mempunyai
potensi merugikan masyarakat
Menganalisis dugaan tindakan melawan hukum yang merupakan pelanggaran
di bidang peraturan perundang-undangan di masing-masing bidang investasi
Menghentikan atau menghambat maraknya kasus-kasus pengelolaan investasi
dengan modus operandi pengerahan dana masyarakat
Memberikan sosialisasi kepada masyarakat tentang praktik pengerahan dana
masyarakat oleh Pihak tidak mempunyai izin atau penyalahgunaan izin
11
Meningkatkan koordinasi penanganan dugaan tindakan melawan hukum di
masing-masing bidang investasi
Melakukan pemeriksaan secara bersama terkait dengan pelanggran yang
terjadi di masyarakat dan tindaklanjut untuk menghentikan tindakan melawan
hukum tersebut
Dalam hal ini, nasabah sebenarnya juga dapat secara pro aktif untuk ikut serta
dalam menegakan peraturan terkait penindakan atas adanya penyalahgunaan dana
nasabah. Diharapkan dengan adanya satgas ini nasabah dapat lebih memahami dan
mampu membedakan antara program pengelolaan investasi dan penghimpunan
dana yang legal dengan yang ilegal serta melakukan langkah-langkah pencegahan
untuk menghindarinya maupun melakukan koordinasi dan pelaporan kepada
instansi terkait atau kepada Satgas melalui kontak pengaduan yang telah dimuat
dalam situs waspada-investasi.bapepam.go.id.
3. PT Synergy Asset Management melakukan cara yang tidak rasional dalam
berinvestasi.
PT Synergy Asset Management selaku manajer investasi mengelola dana
berdasarkan Kontrak Pengelolaan Dana (KPD), yaitu KPD Full Discretionary dan
Discretionary Protected Fund (KPD biasa), jangka waktu pengelolaan dana pada
produk ini adalah 3 bulan, 6 bulan dan 12 bulan (jangka pendek). Investasi
Discretionary Fund lazimnya memiliki jumlah minimum investasi yang jauh
lebih tinggi dibandingkan jumlah minimum investasi pada produk seperti reksa
dana
9
, sekuritas
10
, produk derivatif
11
ataupun term deposit perbankan
12
. Jangka

9
Reksa Dana adalah wadah dan pola pengelolaan dana/modal bagi sekumpulan investor untuk
berinvestasi dalam instrumen-instrumen investasi yang tersedia di Pasar dengan cara membeli unit
penyertaan reksadana. Dana ini kemudian dikelola oleh Manajer Investasi (MI) ke dalam portofolio
investasi, baik berupa saham, obligasi, pasar uang ataupun efek/sekuriti lainnya.
10
Sekuritas adalah surat hutang yang dapat dengan cepat dijadikan uang atau kas, ini maksudnya
bahwa sekuritas adalah surat hutang yang dapat dijual dengan cepat, karena sekurita memiliki sifat
yang likuid.
11
Produk derivatif adalah suatu produk yang nilainya tergantung pada nilai suatu produk yang
mendasarinya (underlying) seperti suku bunga, nilai tukar, saham, obligasi indeks atau komoditas.
12
Term deposit adalah penempatan dana rupiah milik peserta Operasi Moneter secara berjangka di
Bank Indonesia. Term deposit dapat dicairkan sebelum jatuh waktu (early redemption) sepanjang
12
waktu dalam pengelolaan produk Discretionary ini beragam sesuai kesepakatan,
ada yang 3 bulan, 6 bulan, atau 1 tahun. PT Synergy Asset Management dalam
mengelola dana tidak menggunakan dasar pertimbangan yang rasional dalam
berinvestasi, dimana hal tersebut terlihat dari jangka waktu investasi antara PT
Synergy Asset Management dengan nasabah KPD biasa yaitu 3 bulan sampai
dengan 12 bulan (jangka pendek) sementara proyek yang dibiayai PT Synergy
Pakaryan Utama (SPU) antara lain proyek pembangunan perumahan, adalah
proyek atau investasi jangka panjang, sehingga PT Synergy Asset Management
terbukti melanggar ketentuan Peraturan Nomor V.G.1 tentang Perilaku Yang
Dilarang Bagi Manajer Investasi angka 1 dengan bunyi :
Memberi saran kepada nasabah dalam bentuk jasa pengelolaan investasi, atau
jasa konsultasi pembelian, penjualan atau pertukaran dari Efek tanpa dasar
pertimbangan rasional, yang ternyata tidak sesuai dengan informasi lengkap
yang diberikan nasabah mengenai tujuan investasi, keadaan keuangan dan
kebutuhan nasabah serta informasi lain yang diketahui atau diperlukan oleh
Manajer Investasi.

Dan angka 1 Peraturan Nomor V.G.3 Tentang Pedoman Dalam Rangka
Pengambilan Keputusan Oleh Manajer Investasi dengan bunyi :

Manajer Investasi wajib memiliki alasan yang rasional dalam membuat
keputusan investasi dan keputusan investasi tersebut harus sesuai dengan
portofolio yang dikelolanya.

Walaupun sudah secara jelas bahwa Manajer Investasi wajib untuk mempunyai
pertimbangan rasional dalam pengelolaan dana nasabah, namun peraturan
perundang-undangan belum ada yang mengatur secara jelas mengenai rasionalitas
dalam pengelolaan dana nasabah tersebut. Sehingga pengaturan mengenai
pengelolaan dana dalam bentuk KPD bukan hanya akan merugikan nasabah,


13
namun juga akan membuka lebih lebar celah penyelewengan oleh para Manajer
Investasi, karena dasar hubungan antara nasabah dengan Manajer Investasi hanya
sebatas kontrak pengelolaan saja, yang mana kontrak ini kebanyakan dipersiapkan
atau dibuat oleh Manajer Investasi sehingga isinya sudah pasti akan lebih banyak
memihak kepentingan Manajer Investasi.
Menurut kami, seharusnya peraturan mengenai pertimbangan rasional dalam
pengelolaan dana ini dapat dikeluarkan secepatnya oleh otoritas pasar modal agar
tercipta keberpihakan yang berimbang dan harmonis mengenai kepentingan
nasabah dan para pihak yang terlibat dalam ruang lingkup pasar modal.





















14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. PT Synergy Asset Management tidak memiliki informasi tentang latar
belakang keuangan nasabah dengan lengkap, hal ini terjadi dikarenakan PT
Synergy Asset Management tidak memiliki Standart Operasional Perusahaan
(SOP) tentang Pedoman Pelaksanaan Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah.
Padahal angka 11 huruf c peraturan nomor V.D. 10 dapat menjadi rujukan
yang jelas bagi PT Synergy Asset Management untuk menegakan Prinsip
Mengenal nasabah sebagai perusahaan penyedia jasa keuangan dan sebagai
manajer investasi.
2. Melalui KEP-06/BL/MI/S/5/2010, dengan adanya pelanggaran yang
dilakukan oleh PT Synergy Asset Management, yaitu penyalahgunaan dana
nasabah, Bapepam LK menjatuhkan sanksi administratif berupa pencabutan
izin usaha (Pasal 102 UUPM), namun pada kenyataanya masih ada sanksi lain
yang dapat dijatuhkan namun tidak dijatuhkan kepada PT Synergy Asset
Management oleh Bapepam LK, yaitu sanksi denda (Pasal 104 UUPM).
3. Melalui KEP-06/BL/MI/S/5/2010 PT Synergy Asset Management terbukti
melanggar peraturan Bapepam LK no. V.G. 1 angka 1, terkait tidak
digunakanya pertimbangan yang rasional dalam menginvestasikan dana
kelolaan nasabah tersebut. Dalam peraturan perundang-undangan belum
dijelaskan secara konkrit tentang rasionalitas dalam pengelolaan dana
nasabah. Sehingga hal ini tidak hanya dapat merugikan nasabah, namun juga
dapat membuka lebar celah penyelewengan oleh Manajer Investasi, karena
dasar hubungan antara nasabah dengan Manajer Investasi adalah KPD,
dimana sudah jelas bahwa Manajer Investasi lebih tahu banyak mengenai
KPD tersebut, dan dengan adanya hal tersebut sudah jelas bahwa KPD lebih
memihak kepada Manajer Investasi daripada kepada nasabah.

15
B. Saran
1. Apabila PT Synergy Asset Management dapat menerapkan Prinsip Mengenal
Nasabah sesuai dengan yang diamanatkan oleh peraturan angka 9 huruf e pada
peraturan nomor V.D. 10, bahwa Manajer Invetasi dapat menyusun laporan
transaksi keuangan mencurigakan dan/atau transaksi keuangan yang
dilakukan secara tunai, termasuk transaksi keuangan yang terkait dengan
Pendanaan Kegiatan Terorisme kepada direksi atau penanggung jawab untuk
disampaikan kepada Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan
(PPATK). Maka PT Synergy Asset Management dapat secara aktif membantu
pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang dan pendanaan
kegiatan terorisme.
2. Seharusnya PT Synergy Asset Management juga menjatuhkan sanksi denda
yang tertera pada pasal 104 UUPM. Hal ini perlu dilakukan agar dapat
memberikan efek jera yang kuat bagi pihak yang melakukan pelanggaran,
dalam hal ini PT Synergy Asset Management, juga bagi perusahaan-
perusahaan dengan jenis usaha serupa agar tidak melakukan pelanggaran yang
sama.
Selain itu melalui Surat Keputusan Bapepam LK nomor 124/BL/2012,
Bapepam LK menugaskan satgas dalam hal penegakan peraturan perundang-
undangan, dan dengan adanya penugasan satgas tersebut nasabah perusahaan
penyedia jasa keuangan dapat secara pro aktif melaporkan adanya
pelanggaran peraturan perundang-undangan kepada instansi terkait atau satgas
melalui kontak pengaduan yang telah dimuat dalam situs resmi mereka.
3. Seharusnya, peraturan mengenai pertimbangan rasional dalam pengelolaan
dana ini dapat dikeluarkan secepatnya oleh otoritas pasar modal agar tercipta
keberpihakan yang berimbang dan harmonis mengenai kepentingan nasabah
dan para pihak yang terlibat dalam ruang lingkup pasar modal.



16






























17
Daftar Pustaka

Daud Silalahi, Quality Legal Audit, Mimeograf, Law and Environmental
Consultant Lawencon, Bandung, 1999
Marzuki Usman dkk., ABC Pasar Modal Indonesia, Institut Bisnis
Indonesia, Jakarta, 1994, hlm. 26
Jusuf Anwar, Kajian Tentang Kepastian Hukum Kinerja Lembaga Pasar
Modal di Indonesia Dalam Upaya Menunjang Pembangunan Nasional, Univ.
Padjadjaran, Bandung, 2001, hlm. 16
Bapepam-LK & CMS, Cetak Biru Pasar Modal Indonesia, Jakarta, 1996,
hlm. 12
I Nyoman Tjager, Pasar Modal Indonesia Kertas Kerja Disampaikan pada
Pelatihan Teknis Yudisial Pengadilan Niaga Para Calon Hakim Pengadilan
Niaga di Malang, tanggal 13 September 1998
M.Irsan Nasrudin dan Indra Surya, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia,
Jakarta, Prenada Media Group, 2003, hlm.84
Jusuf Anwar, 2006, Master Plan 2006-2009 Pasar Modal, BAPEPAM-LK,
Jakarta
Rusdin, 2008, Pasar Modal, Alfabeta, Jakarta
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal
Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1995 Tentang Penyelenggaraan
Kegiatan di Bidang Pasar Modal
Undang-Undang Nomor 40 Tentang Perseroan Terbatas
18
Peraturan Nomor V.G.1 : Perilaku Yang Dilarang Bagi Manajer Investasi
Peraturan Nomor IX.E.1 : Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu
Keputusan Ketua Bapepam Dan LK Nomor Kep-06/BL/MI/S/5/2010
Wikipedia.com
http://banking.blog.gunadarma.ac.id/2012/06/06/operasi-moneter/
http://waspada-investasi.bapepam.go.id/index.html

Anda mungkin juga menyukai