Anda di halaman 1dari 30

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kafein merupakan senyawa alkaloid xantina berbentuk kristal dan berasa
pahit yang bekerja sebagai obat perangsang psikoaktif dan diuretik ringan. Kafein
ditemukan dalam banyak jenis tanaman seperti Kopi (genus Coffea), Teh atau Cha
(Camellia sinensis), Kola, Kakao, kacang kola, Yerba mate (Ilex paraguariensis),
Guarana berries (Paullinia cupana), Guayusa (Ilex guayusa) dan Holly Yaupon (Ilex
vomitoria). Pada tumbuhan, ia berperan sebagai pestisida alami yang melumpuhkan
dan mematikan serangga-serangga tertentu yang memakan tanaman tersebut bahkan
dapat membubuh canine atau anjing. Kafein merupakan obat perangsang sistem
pusat saraf pada manusia dan dapat mengusir rasa kantuk secara sementara. Kafein
bekerja di dalam tubuh dengan mengambil alih reseptor adenosin dalam sel saraf.
Peranan utama kafein di dalam tubuh adalah meningkatan kerja psikomotor sehingga
tubuh tetap terjaga dan memberikan efek fisiologis berupa peningkatan energi.
Dalam dunia medis, kafein yang banyak terkandung dalam minuman yang kita
konsumsi hampir setiap hari ini dikenal sebagai trimethylxantine dengan rumus
kimia C
8
H
10
N
4
O
2
.
Minuman yang mengandung kafein, seperti kopi, teh, dan minuman ringan
sangat digemari. Kafein merupakan zat psikoaktif yang paling banyak dikonsumsi di
dunia. Secara umum konsumsi kafein dilakukan dengan ekstraksi bahan-bahan yang
mengandung senyawa tersebut. Ekstraksi harus dilakukan dengan berbagai metode
dan teknik yang tepat agar dapat memeroleh rendemen kafein maksimal. Kandungan
kafein dalam bahan memiliki kadar atau rendemen yang berbeda. Dalam praktikum
ini, dipelajari cara ekstraksi kafein dan analisis kafein dari berbagai tanaman.
Analisis kafein dapat membuat praktikan mengerti untuk membedakan kadar kafein
pada berbagai tanaman seperti kopi, teh dan coklat.

B. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengambil ekstrak kafein dari tanaman kakao,
kopi dan teh, menghitung rendemen kafein dan menganalisis kafein menggunakan
metode HPLC.

II. METODOLOGI

A. Bahan dan Alat
Pada ekstraksi kafein, bahan yang dibutuhkan adalah kopi bubuk, kopi
mentah arabika, kopi mentah robusta, teh hijau, dan teh hitam, dan alkohol.
Sedangkan alat yang digunakan adalah statip, labu lemak, kertas saring, selang
infus, kapas, kolom kaca, Erlenmeyer, rotary evaporator, gelas piala, dan gelas
ukur.
Pada penetapan kadar kafein, bahan yang dibutuhkan adalah solven
pelarut sebagai mph (mobile phase : campuran masing-masing methanol:air:asam
asetat adalah 29:69:3), kafein standar, sempel ekstrak kafein. Sedangkan alat
yang digunakan adalah neraca, labu ukur, sonifikator, kertas saring dan alat
HPLC.
A. Tempat
Praktikum dilaksanakan pada hari Selasa, 17 dan 24 Maret 2011 di
Laboratorium Pengawasan Mutu.
B. Metode
1. Ekstraksi kafein.
Hal pertama yang dilakukan adalah menyiapkan alat maserasi. Alat
maserasi terdiri dari sebuah labu lemak, kolom kaca, penahan statip, selang
kecil, dan gelas erlenmeyer. Alat ini disusun dengan urutan sebagai berikut:
labu lemak berada di bagian paling atas lalu di bawahnya ditaruh kolom kaca,
keduanya ditahan dengan penahan statip. Kemudian pada ujung bawah
bagian kolom dipasang selang infus dan erlenmeyer ditaruh pada bagian
paling bawah alat ini sebagai penampung ekstrak bahan yang diekstraksi.
Selanjutnya adalah melapisi bagian dasar kolom dengan kapas dan kertas
saring. Lalu bahan yang akan diekstraksi dimasukkan ke dalam kolom
sebanyak 20 gr. Setelah bahan dimasukkan semua, ambil kapas dan kertas
saring lainnya dan dimasukkan ke dalam kolom untuk menutupi bahan uji
tersebut.
Setelah kolom terisi bahan uji, labu lemak yang berada di bagian paling
atas diisi dengan pelarut, yaitu alkohol, sebanyak 100 ml. Pelalrut lalu
dialirkan ke bagian kolom yang berisi bahan sampai bahan uji terendam,
dijaga agar jangan sampai ada tetesan yang keluar dari kolom. Setelah bahan
uji di kolom terendam, samakan laju tetes alkohol dari labu lemak ke kolom
kaca dengan laju tetes ekstrak dari kolom kaca ke erlenmeyer, laju tetesnya
sekitas 1 tetes per menit. Ekstraksi dihentikan saat ekstrak telah didapatkan
sekitar 60 ml.
Ekstrak yang telah ditampung dalam erlenmeyer lalu dievaporasi untuk
mendapatkan ekstrak murni menggunakan evaporator. Setelah proses
evaporasi selesai, maka ekstrak murni yang didapat diukur volumenya.
Setelah itu ekstrak disimpan untuk pengujian selanjutnya.
2. Penetapan kadar kafein
Sebanyak 0.2 hasil ekstraksi dimasukkan ke dalam labu ukur 50 ml.
Ekstrak tersebut dilarutkan dengan mobile phase (mph) sampai tanda tera.
Lalu labu ukur dimasukkan ke dalam sonifikator selama 5 menit untuk
menghomogenkan larutan ekstrak+mph. Setelah disonifikasi, larutan lalu
disaring menggunakan kertas saring dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
Larutan yang berada di tabung reaksi ini menjadi sampel untuk diuji
menggunakan High Pressure Liquid Chromatography (HPLC). Setelah itu
sampel dimasukkan ke dalam alat HPLC ditunggu sampai alat selesai bekerja
dan didapatkan hasilnya.






III. TINJAUAN PUSTAKA

Ekstraksi adalah penyarian zat-zat aktif dari bagian tanaman obat. Adapun
tujuan dari ekstraksi yaitu untuk menarik komponen kimia yang terdapat dalam
simplisia. Ekstraksi merupakan teknik yang sering digunakan bila senyawa organik
(sebagian besar hidrofobik) dilarutkan atau didispersikan dalam air. Pelarut yang
tepat (cukup untuk melarutkan senyawa organik seharusnya tidak hidrofobik)
ditambahkan pada fase larutan dalam air, kemudian campuran diaduk dengan baik,
sehingga senyawa organik dapat diekstraksi dengan baik. Lapisan organik dan air
dapat dipisahkan dengan corong pemisah dan senyawa organik dapat diambil ulang
dari lapisan organik dengan menyingkirkan pelarutnya. Pelarut yang paling sering
digunakan adalah dietil eter (C
2
H
5
OC
2
H
5
), yang memiliki titik didih rendah
(sehingga mudah dihilangkan) dan dapat melarutkan berbagai senyawa organik.
Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik semua komponen kimia yang terdapat
dalam simplisia. Ekstraksi ini didasarkan pada perpindahan massa komponen zat
padat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan kontak,
kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut. Secara umum, terdapat empat situasi
dalam menentukan tujuan ekstraksi:
1. Senyawa kimia telah diketahui identitasnya untuk diekstraksi dari
organisme. Dalam kasus ini, prosedur yang telah dipublikasikan dapat diikuti dan
dibuat modifikasi yang sesuai untuk mengembangkan proses atau menyesuaikan
dengan kebutuhan pemakai.
2. Bahan diperiksa untuk menemukan kelompok senyawa kimia tertentu,
misalnya alkaloid, flavanoid atau saponin, meskipun struktur kimia sebetulnya dari
senyawa ini bahkan keberadaannya belum diketahui. Dalam situasi seperti ini,
metode umum yang dapat digunakan untuk senyawa kimia yang diminati dapat
diperoleh dari pustaka. Hal ini diikuti dengan uji kimia atau kromatografik yang
sesuai untuk kelompok senyawa kimia tertentu.
3. Organisme (tanaman atau hewan) digunakan dalam pengobatan tradisional
dan biasanya dibuat dengan cara, misalnya Tradisional Chinese Medicine (TCM)
seringkali membutuhkan herba yang dididihkan dalam air dan dekok dalam air untuk
diberikan sebagai obat. Proses ini harus diiukuti sama persis jika ekstrak akan
melalui kajian ilmiah biologi atau kimia lebih lanjut, khususnya jika tujuannya untuk
memvalidasi penggunaan obat tradisional.
4. Sifat senyawa yang akan diisolasi belum ditentukan sebelumnya dengan
cara apapun. Situasi ini (utamanya dalam program screening) dapat timbul jika
tujuannya adalah untuk menguji organisme, baik yang dipilih secara acak atau
didasarkan pada penggunaan tradisional untuk mengetahui adanya senyawa dengan
aktivitas biologi khusus.
Proses pengekstraksian komponen kimia dalam sel tanaman yaitu pelarut
organik akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang
mengandung zat aktif. Zat aktif akan larut dalam pelarut organik di luar sel, maka
larutan pekat akan berdifusi keluar sel dan proses ini akan berulang terus sampai
terjadi keseimbangan antara konsentrasi cairan zat aktif di dalam dan di luar sel.
Ekstraksi bermanfaat untuk memisahkan campuran senyawa dengan berbagai
sifat kimia yang berbeda. Contoh yang baik adalah campuran fenol C
6
H
5
OH, anilin
C
6
H
5
NH
2
dan toluen C
6
H
5
CH
3
, yang semuanya larut dalam dietil eter. Pertama anilin
diekstraksi dengan asam encer. Kemudian fenol diekstraksi dengan basa encer.
Toluen dapat dipisahkan dengan menguapkan pelarutnya. Asam yang digunakan
untuk mengekstrak anilin ditambahi basa untuk mendaptkan kembali anilinnya, dan
alkali yang digunakan mengekstrak fenol diasamkan untuk mendapatkan kembali
fenolnya.
Bila senyawa organik tidak larut sama sekali dalam air, pemisahannya akan
lengkap. Namun umumnya, banyak senyawa organik khususnya asam dan basa
organik dalam derajat tertentu larut juga dalam air. Hal ini merupakan masalah dalam
ekstraksi. Untuk memperkecil kehilangan yang disebabkan gejala pelarutan ini,
disarankan untuk dilakukan ekstraksi berulang menggunakan sebagian-sebagian
pelarut untuk beberapa kali ekstraksi. Kemudian akhirnya menggabungkan bagian-
bagian pelarut tadi. Dengan cara ini senyawa akan terekstraksi dengan lebih baik.
Prinsip ekstraksi :
1. Prinsip Maserasi
Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam serbuk
simplisia dalam cairan penyari yang sesuai selama tiga hari pada temperatur
kamar terlindung dari cahaya, cairan penyari akan masuk ke dalam sel
melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi
antara larutan di dalam sel dengan di luar sel. Larutan yang konsentrasinya
tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari dengan
konsentrasi rendah ( proses difusi ). Peristiwa tersebut berulang sampai
terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel.
Selama proses maserasi dilakukan pengadukan dan penggantian cairan
penyari setiap hari. Endapan yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya
dipekatkan.
2. Prinsip Perkolasi
Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia
dimaserasi selama 3 jam, kemudian simplisia dipindahkan ke dalam bejana
silinder yang bagian bawahnya diberi sekat berpori, cairan penyari dialirkan
dari atas ke bawah melalui simplisia tersebut, cairan penyari akan melarutkan
zat aktif dalam sel-sel simplisia yang dilalui sampai keadan jenuh. Gerakan
ke bawah disebabkan oleh karena gravitasi, kohesi, dan berat cairan di atas
dikurangi gaya kapiler yang menahan gerakan ke bawah. Perkolat yang
diperoleh dikumpulkan, lalu dipekatkan.
3. Prinsip Soxhletasi
Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara serbuk
simplisia ditempatkan dalam klonsong yang telah dilapisi kertas saring
sedemikian rupa, cairan penyari dipanaskan dalam labu alas bulat sehingga
menguap dan dikondensasikan oleh kondensor bola menjadi molekul-molekul
cairan penyari yang jatuh ke dalam klonsong menyari zat aktif di dalam
simplisia dan jika cairan penyari telah mencapai permukaan sifon, seluruh
cairan akan turun kembali ke labu alas bulat melalui pipa kapiler hingga
terjadi sirkulasi. Ekstraksi sempurna ditandai bila cairan di sifon tidak
berwarna, tidak tampak noda jika di KLT, atau sirkulasi telah mencapai 20-25
kali. Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan.
4. Prinsip Refluks
Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara sampel
dimasukkan ke dalam labu alas bulat bersama-sama dengan cairan penyari
lalu dipanaskan, uap-uap cairan penyari terkondensasi pada kondensor bola
menjadi molekul-molekul cairan penyari yang akan turun kembali menuju
labu alas bulat, akan menyari kembali sampel yang berada pada labu alas
bulat, demikian seterusnya berlangsung secara berkesinambungan sampai
penyarian sempurna, penggantian pelarut dilakukan sebanyak 3 kali setiap 3-
4 jam. Filtrat yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan.
5. Prinsip Destilasi Uap Air
Penyarian minyak menguap dengan cara simplisia dan air
ditempatkan dalam labu berbeda. Air dipanaskan dan akan menguap, uap air
akan masuk ke dalam labu sampel sambil mengekstraksi minyak menguap
yang terdapat dalam simplisia, uap air dan minyak menguap yang telah
terekstraksi menuju kondensor dan akan terkondensasi, lalu akan melewati
pipa alonga, campuran air dan minyak menguap akan masuk ke dalam corong
pisah, dan akan memisah antara air dan minyak atsiri.
6. Prinsip Rotavapor
Proses pemisahan ekstrak dari cairan penyarinya dengan pemanasan
yang dipercepat oleh putaran dari labu alas bulat, cairan penyari dapat
menguap 5-10 C di bawah titik didih pelarutnya disebabkan oleh karena
adanya penurunan tekanan. Dengan bantuan pompa vakum, uap larutan
penyari akan menguap naik ke kondensor dan mengalami kondensasi menjadi
molekul-molekul cairan pelarut murni yang ditampung dalam labu alas bulat
penampung.
7. Prinsip Ekstraksi Cair-Cair
Ekstraksi cair-cair (corong pisah) merupakan pemisahan komponen
kimia di antara 2 fase pelarut yang tidak saling bercampur di mana sebagian
komponen larut pada fase pertama dan sebagian larut pada fase kedua, lalu
kedua fase yang mengandung zat terdispersi dikocok, lalu didiamkan sampai
terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua lapisan fase cair, dan
komponen kimia akan terpisah ke dalam kedua fase tersebut sesuai dengan
tingkat kepolarannya dengan perbandingan konsentrasi yang tetap.
8. Prinsip Kromatografi Lapis Tipis
Pemisahan komponen kimia berdasarkan prinsip adsorbsi dan partisi,
yang ditentukan oleh fase diam (adsorben) dan fase gerak (eluen), komponen
kimia bergerak naik mengikuti fase gerak karena daya serap adsorben
terhadap komponen-komponen kimia tidak sama sehingga komponen kimia
dapat bergerak dengan kecepatan yang berbeda berdasarkan tingkat
kepolarannya, hal inilah yang menyebabkan terjadinya pemisahan.
9. Prinsip Penampakan Noda
a. Pada UV 254 nm
Pada UV 254 nm, lempeng akan berflouresensi sedangkan sampel
akan tampak berwarna gelap.Penampakan noda pada lampu UV 254 nm
adalah karena adanya daya interaksi antara sinar UV dengan indikator
fluoresensi yang terdapat pada lempeng. Fluoresensi cahaya yang tampak
merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen tersebut ketika
elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke tingkat energi yang lebih
tinggi kemudian kembali ke keadaan semula sambil melepaskan energi.
b. Pada UV 366 nm
Pada UV 366 nm noda akan berflouresensi dan lempeng akan
berwarna gelap. Penampakan noda pada lampu UV 366 nm adalah karena
adanya daya interaksi antara sinar UV dengan gugus kromofor yang terikat
oleh auksokrom yang ada pada noda tersebut. Fluoresensi cahaya yang
tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen tersebut
ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke tingkat energi
yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula sambil melepaskan
energi. Sehingga noda yang tampak pada lampu UV 366 terlihat terang
karena silika gel yang digunakan tidak berfluororesensi pada sinar UV 366
nm.
c. Pereaksi Semprot H
2
SO
4
10%
Prinsip penampakan noda pereaksi semprot H
2
SO
4
10% adalah
berdasarkan kemampuan asam sulfat yang bersifat reduktor dalam merusak
gugus kromofor dari zat aktif simplisia sehingga panjang gelombangnya akan
bergeser ke arah yang lebih panjang (UV menjadi VIS) sehingga noda
menjadi tampak oleh mata.
Terdapat beberapa jenis ekstraksi, diantaranya :
1. Ekstraksi secara dingin
a. Metode maserasi
Maserasi merupakan cara penyarian sederhana yang dilakukan
dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari selama
beberapa hari pada temperatur kamar dan terlindung dari cahaya. Metode
maserasi digunakan untuk menyari simplisia yang mengandung komonen
kimia yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung benzoin,
tiraks dan lilin.
Keuntungan dari metode ini adalah peralatannya sederhana. Sedang
kerugiannya antara lain waktu yang diperlukan untuk mengekstraksi
sampel cukup lama, cairan penyari yang digunakan lebih banyak, tidak
dapat digunakan untuk bahan-bahan yang mempunyai tekstur keras
seperti benzoin, tiraks dan lilin.
Metode maserasi dapat dilakukan dengan modifikasi sebagai berikut
:
Modifikasi maserasi melingkar
Modifikasi maserasi digesti
Modifikasi Maserasi Melingkar Bertingkat
Modifikasi remaserasi
Modifikasi dengan mesin pengaduk
b. Metode Soxhletasi
Soxhletasi merupakan penyarian simplisia secara
berkesinambungan, cairan penyari dipanaskan sehingga menguap, uap
cairan penyari terkondensasi menjadi molekul-molekul air oleh pendingin
balik dan turun menyari simplisia dalam klongsong dan selanjutnya
masuk kembali ke dalam labu alas bulat setelah melewati pipa sifon
Keuntungan metode ini adalah :
o Dapat digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak dan tidak
tahan terhadap pemanasan secara langsung.
o Digunakan pelarut yang lebih sedikit
o Pemanasannya dapat diatur
Kerugian dari metode ini :
o Karena pelarut didaur ulang, ekstrak yang terkumpul pada wadah di
sebelah bawah terus-menerus dipanaskan sehingga dapat
menyebabkan reaksi peruraian oleh panas.
o Jumlah total senyawa-senyawa yang diekstraksi akan melampaui
kelarutannya dalam pelarut tertentu sehingga dapat mengendap dalam
wadah dan membutuhkan volume pelarut yang lebih banyak untuk
melarutkannya.
o Bila dilakukan dalam skala besar, mungkin tidak cocok untuk
menggunakan pelarut dengan titik didih yang terlalu tinggi, seperti
metanol atau air, karena seluruh alat yang berada di bawah komdensor
perlu berada pada temperatur ini untuk pergerakan uap pelarut yang
efektif.
Metode ini terbatas pada ekstraksi dengan pelarut murni atau
campuran azeotropik dan tidak dapat digunakan untuk ekstraksi dengan
campuran pelarut, misalnya heksan :diklormetan = 1 : 1, atau pelarut yang
diasamkan atau dibasakan, karena uapnya akan mempunyai komposisi yang
berbeda dalam pelarut cair di dalam wadah.
c. Metode Perkolasi
Perkolasi adalah cara penyarian dengan mengalirkan penyari melalui
serbuk simplisia yang telah dibasahi.Keuntungan metode ini adalah tidak
memerlukan langkah tambahan yaitu sampel padat (marc) telah terpisah dari
ekstrak. Kerugiannya adalah kontak antara sampel padat tidak merata atau
terbatas dibandingkan dengan metode refluks, dan pelarut menjadi dingin
selama proses perkolasi sehingga tidak melarutkan komponen secara efisien.
2. Ekstraksi secara panas
a. Metode refluks
Keuntungan dari metode ini adalah digunakan untuk mengekstraksi
sampel-sampel yang mempunyai tekstur kasar dan tahan pemanasan
langsung.
Kerugiannya adalah membutuhkan volume total pelarut yang besar
dan sejumlah manipulasi dari operator.
b. Metode destilasi uap
Destilasi uap adalah metode yang popular untuk ekstraksi minyak-
minyak menguap (esensial) dari sampel tanaman
Metode destilasi uap air diperuntukkan untuk menyari simplisia yang
mengandung minyak menguap atau mengandung komponen kimia yang
mempunyai titik didih tinggi pada tekanan udara normal.
Macam-macam metode ekstraksi :
1. Filtrasi
Filtrasi, yakni proses penyingkiran padatan dari cairan, adalah metoda
pemurnian cairan dan larutan yang paling mendasar. Filtrasi tidak hanya digunakan
dalam skala kecil di laboratorium tetapi juga di skala besar di unit pemurnian air.
Kertas saring dan saringan digunakan untuk menyingkirkan padatan dari cairan atau
larutan. Dengan mengatur ukuran mesh, ukuran partikel yang disingkirkan dapat
dipilih.
Biasanya filtrasi alami yang digunakan. Misalnya, sampel yang akan disaring
dituangkan ke corong yang di dasarnya ditaruh kertas saring. Fraksi cairan melewati
kertas saring dan padatan yang tinggal di atas kertas saring. Bila sampel cairan
terlalu kental, filtrasi dengan penghisapan digunakan. Alat khusus untuk
mempercepat filtrasi dengan memvakumkan penampung filtrat juga digunakan.
Filtrasi dengan penghisapan tidak cocok bila cairannya adalah pelarut organik mudah
menguap. Dalam kasus ini tekanan harus diberikan pada permukaan cairan atau
larutan (filtrasi dengan tekanan).
2. Adsorpsi
Tidak mudah menyingkirkan partikel yang sangat sedikit dengan filtrasi
sebab partikel semacam ini akan cenderung menyumbat penyaringnya. Dalam kasus
semacam ini direkomendasikan penggunaan penyaring yang secara selektif
mengadsorbsi sejumlah kecil pengotor. Bantuan penyaring apapun akan bisa
digunakan bila saringannya berpori, hidrofob atau solvofob dan memiliki kisi yang
kaku. Celit, keramik diatom dan tanah liat teraktivasi sering digunakan. Karbon
teraktivasi memiliki luas permukaan yang besar dan dapat mengadsorbsi banyak
senyawa organik dan sering digunakan untuk menyingkirkan zat yang berbau (dalam
banyak kasus senyawa organik) dari udara atau air. Silika gel dapat mengadsorbsi air
dan digunakan meluas sebagai desikan.
Lapisan-lapisan penyaring dalam unit pengolah air terdiri atas lapisan-lapisan
material. Lapisan penyaring yang mirip untuk penggunaan domestik sekarang dapat
diperoleh secara komersial.
3. Rekristalisasi
Sebagai metoda pemurnian padatan, rekristalisasi memiliki sejarah yang
panjang seperti distilasi. Walaupun beberapa metoda yang lebih rumit telah
dikenalkan, rekristalisasi adalah metoda yang paling penting untuk pemurnian sebab
kemudahannya (tidak perlu alat khusus) dan karena keefektifannya. Ke depannya
rekristalisasi akan tetap metoda standar untuk memurnikan padatan.
Metoda ini sederhana, material padayan ini terlarut dalam pelarut yang cocok
pada suhu tinggi (pada atau dekat titik didih pelarutnya) untuk mendapatkan larutan
jenuh atau dekat jenuh. Ketika larutan panas pelahan didinginkan, kristal akan
mengendap karena kelarutan padatan biasanya menurun bila suhu diturunkan.
Diharapkan bahwa pengotor tidak akan mengkristal karena konsentrasinya dalam
larutan tidak terlalu tinggi untuk mencapai jenuh.
Walaupun rekristalisasi adalah metoda yang sangat sederhana, dalam praktek,
bukan berarti mudah dilakukan. Saran-saran yang bermanfaat diberikan di bawah ini.
Hal-hal yang diperhatikan untuk membantu rekristalisasi:
1. Kelarutan material yang akan dimurnikan harus memiliki ketergantungan
yang besar pada suhu. Misalnya, kebergantungan pada suhu NaCl hampir
dapat diabaikan. Jadi pemurnian NaCl dengan rekristalisasi tidak dapat
dilakukan.
2. Kristal tidak harus mengendap dari larutan jenuh dengan pendinginan karena
mungkin terbentuk super jenuh. Dalam kasus semacam ini penambahan
kristal bibit, mungkin akan efektif. Bila tidak ada kristal bibit, menggaruk
dinding mungkin akan berguna.
3. Untuk mencegah reaksi kimia antara pelarut dan zat terlarut, penggunaan
pelarut non-polar lebih disarankan. Namun, pelarut non polar cenderung
merupakan pelarut yang buruk untuk senyawa polar. Kit a harus hati-hati bila
kita menggunakan pelarut polar. Bahkan bila tidak reaksi antara pelarut dan
zat terlarut, pembentukan kompleks antara pelarut-zat terlarut.
4. Umumnya, pelarut dengan titik didih rendah umumnya lebih diinginkan.
Namun, sekali lagi pelarut dengan titik didih lebih rendah biasanya non polar.
Jadi, pemilihan pelarut biasanya bukan masalah sederhana.
4. Distilasi
Distilasi adalah seni memisahkan dan pemurnian dengan menggunakan
perbedaan titik didih. Distilasi memiliki sejarah yang panjang dan asal distilasi dapat
ditemukan di zaman kuno untuk mendapatkan ekstrak tumbuhan yang diperkirakan
dapat merupakan sumber kehidupan. Teknik distilasi ditingkatkan ketika kondenser
(pendingin) diperkenalkan. Gin dan whisky, dengan konsentrasi alkohol yang tinggi,
didapatkan dengan teknik yang disempurnakan ini.
Pemisahan campuran cairan menjadi komponen dicapai dengan distilasi
fraksional. Prinsip distilasi fraksional dapat dijelaskan dengan menggunakan diagram
titik didih-komposisi. Dalam gambar ini, kurva atas menggambarkan komposisi uap
pada berbagai titik didih yang dinyatakan di ordinat, kurva bawahnya menyatakan
komposisi cairan. Bila cairan dengan komposisi l
2
dipanaskan, cairan akan mendidih
pada b
1
. Komposisi uap yang ada dalam kesetimbangan dengan cairan pada suhu b
1

adalah v
1
. Uap ini akan mengembun bila didinginkan pada bagian lebih atas di kolom
distilasi, dan embunnya mengalir ke bawah kolom ke bagian yang lebih panas.
Bagian ini akan mendidih lagi pada suhu b
2
menghasilkan uap dengan komposisi v
2
.
Uap ini akan mengembun menghasilkan cairan dengan komposisi l
3
.
Jadi, dengan mengulang-ulang proses penguapan-pengembunan, komposisi
uap betrubah dari v
1
ke v
2
dan akhirnya ke v
3
untuk mendapatkan konsentrasi
komponen A yang lebih mudah menguap dengan konsentrasi yang tinggi.
Maserasi merupakan proses perendaman sampel menggunakan pelarut
organik pada temperatur ruangan. Proses ini sangat menguntungkan
dalam isolasi senyawa bahan alam karena dengan perendaman sampel tumbuhan
akan terjadi pemecahan dinding dan membran sel akibat perbedaan tekanan antara di
dalam dan di luar sel, sehingga metabolit sekunder yang ada dalam sitoplasma akan
terlarut dalam pelarut organik dan ekstraksi senyawa akan sempurna karena dapat
diatur lama perendaman yang dilakukan. Pemilihan pelarut untuk proses maserasi
akan memberikan efektivitas yang tinggi dengan memperhatikan kelarutan senyawa
bahan alam dalam pelarut tersebut. Secara umum pelarut metanol merupakan pelarut
yang banyak digunakan dalam proses isolasi senyawa organik bahan alam karena
dapat melarutkan seluruh golongan metabolit sekunder.
Maserasi adalah metode penyarian yang terpilih untuk digunakan
dikarenakan cara pengerjaaannya relatif sederhana dan peralatannya mudah
diusahakan (Anonim, 1986). Farmakope Indonesia edisi IV menetapkan bahwa
sebagai cairan penyari adalah air, etanol, etanol-air, atau eter. Umumnya digunakan
campuran etanol dan air untuk meningkatkan keefektifan penyarian.
Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi dilakukan
dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari akan
menembus dinding seldan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif,
zat aktif akan larut dank arena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif
di dsalam sel dengan yang diluar sel,maka larutan yang terpekat didesak keluar.
Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan
diluar sel dengan larutan di dalam sel.
Maserasi digunakan untuk penyarian simplisia yang mengandung zat aktif
yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung zat yang mudah
mengembang dalam cairan penyari, tidak mengandung benzoin, stirak dan lain-lain.
Cairan penyari yang digunakan dapat berupa air, etanol, air-etanol, atau pelarut lain.
Bila cairan penyari digunakan air maka untuk mencegah timbulnya kapang, dapat
ditambahkan bahan pengawet, yang diberikan pada awal penyarian.
Keuntungan cara penyarian dengan maserasi adalah cara pengerjaan dan
peralatan sederhana dan mudah diusahakan. Kerugian cara maserasi adalah
pengerjaanya lama,dan penyariannya kurang sempurna.
Maserasi dapat dilakukan modifikasi misalnya :
1. Digesti
Digesti adalah cara maserasi dengan menggunakan pemanasan lemah, yaitu
pada suhu 400 - 500C. Cara maserasi ini hanya dapat dilakukan untuk simplisia yang
zat aktifnya tahan terhadap pemanasan. Dengan pemnasan diperoleh keuntungan
antara lain:
a. Kekentalan pelarut berkurang, yang dapat mengakibatkan berkurangnya
lapisan-lapisan batas.
b. Daya melarutkan cairan penyari akan meningkat, sehingga pemanasan
tersebut mempunyai pengaruh yang sama dengan pengadukan.
c. Koefisien difusi berbanding lurus dengan suhu absolute dan berbanding
terbalik dengan kekentalan, sehingga kenaikan suhu akan berpengaruhpada
kecepatan difusi. Umumnya kelarutan zat aktif akan meningkat bila suhu dinaikkan.
d. Jika cairan penyari mudah menguap pada suhu yang digunakan, maka
perlu dilengkapi dengan pendingin balik, sehingga cairan akan menguap kembali ke
dalam bejana.
2. Maserasi dengan Mesin Pengaduk
Penggunaan mesin pengaduk yang berputar terus-menerus, waktu proses
maserasi dapat dipersingkat menjadi 6 sampai 24 jam.
3. Remaserasi
Cairan penyari dibagi menjadi 2. Seluruh serbuk simplisia di maserasi dengan
cairan penyari pertama, sesudah dienap tuangkan dan diperas, ampas dimaserasi lagi
dengan cairan penyari yang kedua.
4. Maserasi Melingkar
Maserasi dapat diperbaiki dengan mengusahakan agar cairan penyari selalu
bergerak dan menyebar. Dengan cara ini penyari selalu mengalir kembali secara
berkesinambungan melalui sebuk simplisia dan melarutkan zat aktifnya.
5.Maserasi Melingkar Bertingkat
Pada maserasi melingkar, penyarian tidak dapat dilaksanakan secara
sempurna, karena pemindahan massa akan berhenti bila keseimbangan telah terjadi
masalah ini dapat diatasi dengan maserasi melingkar bertingkat (M.M.B), yang akan
didapatkan :
a.Serbuk simplisia mengalami proses penyarian beberapa kali, sesuai dengan
bejana penampung. Pada contoh di atas dilakukan 3 kali, jumlah tersebut dapat
diperbanyak sesuai dengan keperluan.
b.Serbuk simplisia sebelum dikeluarkan dari bejana penyari, dilakukan
penyarian dengan cairan penyari baru. Dengan ini diharapkan agar memberikan hasil
penyarian yang maksimal
c.Hasil penyarian sebelum diuapkan digunakan dulu untuk menyari serbuk
simplisia yang baru,hingga memberikan sari dengan kepekatan yang maksimal.
d.Penyarian yang dilakukan berulang-ulang akan mendapatkan hasil yang
lebih baek daripada yang dilakukan sekalidengan jimlah pelarut yang sama.
Kromatografi pertama kali dikembangkan oleh ahli botani rusia Michael
Tswett pada tahun 1903 untuk memisahkan pigmen berwarna dalam tanaman denan
cara perkolasi ekstrak petroleum eter dalam kolom gelas yang berisi kalsium
karbonat (CaCO3) (Rohman, 2007).
Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan molekul berdasarkan perbedaan
pola pergerakan antara fase gerak dan fase diam untuk memisahkan komponen
(berupa molekul) yang berada pada larutan. (Anonim, 2010).
Kromatografi didefenisikan sebagai prosedur pemisahan zat terlarut oleh
suatu proses migrasi diferensial dinamis dalam sistem yang terdiri dari dua fase atau
lebih, salah satu diantaranya bergerak secara berkesinambungan dalam arah tertentu
dan di dalamnya zat-zat itu menunjukkan perbedaan mobilitas disebabkan adanya
perbedaan dalam absorpsi, partisi, kelarutan, tekanan uap, ukuran molekul, atau
kerapatan muatan ion. Teknik kromatografi umumnya membutuhkan zat terlarut
terdistribusi di antara dua fase, satu diantaranya diam (fase diam) yang lainnya
bergerak (fase gerak) (Ditjen POM, 1995).
Pada dasarnya teknik kromatografi ini membutuhkan zat terlarut terdistribusi
di antara dua fase, satu diantaranya diam (fase diam), yang lainnya bergerak (fase
gerak). Fase gerak membawa zar terlarut melalui media, hingga terpisah dari zat
terlarut lainnya yang tereluasi lebih awal atau lebih akhir. Umumnya zat terlarut
dibawamelewati media pemisah oleh cairan atau gas yang disebut eluen. Fase diam
dapat bertindak sebagai zat penyerap atau dapat bertindak melarutkan zat terlarut
sehingga terjadi partisi antara fase diam dan fase gerak (Anonim, 1995).
Berdasarkan jenis fasa gerak yang digunakan, ada 2 (dua) klasifikasi dalam
kromatografi, yaitu ; kromatografi gas dan kromatografi cairan. Pada kromatografi
gas fasa geraknya berupa gas, sedangkan pada kromatografi cairan, fasa geraknya
berbentuk cairan. Pada kromatografi gas, fasa diam ditempatkan di dalam sebuah
kolom.Pada kromatografi cairan, fasa diam dapat ditempatkan dalam sebuah kolom,
maupun dibuat sebagai lapisan tipis diatas plat dari gelas atau aluminium (Wiryawan,
2011)
Kromatografi lapis tipis merupakan salah satu analisis kualitatif dari suatu
sampel yang ingin dideteksi dengan memisahkan komponen-komponen sampel
berdasarkan perbedaan kepolaran (Anonim, 2010).
Cara kerja kromatografi lapis tipis :
a. Fase diam-jel silika
Jel silika adalah bentuk dari silikon dioksida (silika). Atom silikon
dihubungkan oleh atom oksigen dalam struktur kovalen yang besar. Namun, pada
permukaan jel silika, atom silikon berlekatan pada gugus -OH.Jadi, pada permukaan
jel silika terdapat ikatan Si-O-H selain Si-O-Si. Gambar ini menunjukkan bagian
kecil dari permukaan silika.
Permukaan jel silika sangat polar dan karenanya gugus -OH dapat
membentuk ikatan hidrogen dengan senyawa-senyawa yang sesuai disekitarnya,
sebagaimana halnya gaya van der Waals dan atraksi dipol-dipol.. Fase diam lainnya
yang biasa digunakan adalah alumina-aluminium oksida. Atom aluminium pada
permukaan juga memiliki gugus -OH. Apa yang kita sebutkan tentang jel silika
kemudian digunakan serupa untuk alumina.
b. Senyawa-senyawa pemisah dari Kromatogram
Ketika pelarut mulai membasahi lempengan, pelarut pertama akan
melarutkan senyawa-senyawa dalam bercak yang telah ditempatkan pada garis dasar.
Senyawa-senyawa akan cenderung bergerak pada lempengan kromatografi
sebagaimana halnya pergerakan pelarut.
Kecepatan pergerakan senyawa-senyawa ke atas pada lempengan, tergantung
pada:
Kelarutan senyawa dalam pelarut. Tergantung pada besar atraksi antara
molekul-molekul senyawa dengan pelarut.
Senyawa melekat pada fase diam, misalnya jel silika. Tergantung pada
bagaimana besar atraksid antara senyawa dengan jel silika.
Senyawa yang dapat membentuk ikatan hidrogen akan melekat pada jel silika
lebih kuat dibanding senyawa lainnya hanya dapat mengambil bagian interaksi van
der Waals yang lemah. Kita mengatakan bahwa senyawa ini terjerap lebih kuat dari
senyawa yang lainnya. Penjerapan merupakan pembentukan suatu ikatan dari satu
substansi pada permukaan.
Terdapat perbedaan bahwa ikatan hidrogen pada tingkatan yang sama dan
dapat larut dalam pelarut pada tingkatan yang sama pula. Ini tidak hanya merupakan
atraksi antara senyawa dengan jel silika. Atraksi antara senyawa dan pelarut juga
merupakan hal yang penting-hal ini akan mempengaruhi bagaimana mudahnya
senyawa ditarik pada larutan keluar dari permukaan silika.
Penyerapan pada kromatografi lapis tipisbersifat tidak permanen, terdapat
pergerakan yang tetap dari molekul antara yang terjerap pada permukaan jel silika
dan yang kembali pada larutan dalam pelarut. Dengan jelas senyawa hanya dapat
bergerak ke atas pada lempengan selama waktu terlarut dalam pelarut. Ketika
senyawa dijerap pada jel silika-untuk sementara waktu proses penjerapan berhenti-
dimana pelarut bergerak tanpa senyawa. Itu berarti bahwa semakin kuat senyawa
dijerap, semakin kurang jarak yang ditempuh ke atas lempengan.
Bagaimanapun, hal ini memungkinkan senyawa-senyawa tidak terpisahkan
dengan baik ketika anda membuat kromatogram. Dalam kasus itu, perubahan pelarut
dapat membantu dengan baik termasuk memungkinkan perubahan pH pelarut.
(Anggraini, M. 2009).
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi atau KCKT atau biasa juga disebut dengan
HPLC dkembangkan pada akhir tahun 1960-an dan awal 1970-an. Saat ini, KCKT
merupakan teknik pemisahan yang diterima secara luas untuk analisis dan pemurnian
senyawa tertentu dalam suatu sampel. Kegunaan umum KCKT adalah untuk
pemisahan sejumlah senyawa organik, anorganik, maupun senyawa biologis; analisis
ketidakmurnian (impurities; analisis senyawa-senyawa tidak mudah menguap (non-
volatile); penentuan molekul-molekul netral, ionik maupu zwitter ion. KCKT paling
sering digunakan untuk menetapkan kadar senyawa-senyawa tertentu seperti asam-
asam amino, asam-asam nukleat dan protein-protein dalam cairan fisiologis
(Rohman, 2007).
KCKT dapat disamakan dengan KGC dalam hal kepekaan dan
kemampuannya menghasikan data kualitatif dan kuantitatif dengan sekali kerja saja.
Perbedaannya ialah fase diam yang terikat pada poli-mer berpori terdapat dalam
kolom baja tahan karat yang bergaris tengah kecil, dan fase gerak cair mengalir
akibat tekanan yang besar. Alat KCKT lebih mahal daripada alat KGC, terutama
karena diperlukan sistem pompa yang cocok serta semua sambungan harus disekrup
sgar dapat menahan tekanan. Fase geraknya adalah campuran pelarut ys-ng dapat
bercampur. Campuran ini dapat tetap susunannya (penusahan isokratik) atau dapat
diubah perbandingannya secara sinambung dengan menambahkan ruang pencampur
kepada susunan alat (elusi landaian), Senyawa dipantau ketika keluar dari kolom
dengan mcnggunakan pendeteksi, biasanya dengan mengukur spek-trum serapan
UV. Dapat ditambahkan pemadu (integrator) untuk mengolah data yang dihasilkan
dan seluruh pekerjaan dapat diken-dalikan dengan mikroprosesor (Cahyono, 2010).
KCKT digunakan terutama untuk golongan senyawa takatsiri, misal-nya
terpenoid tinggi, segala jenis senyawa fenol, alkaloid, lipid, dan gula. KCKT berhasil
paling baik untuk senyawa yang dapat dideteksi di daerah spektrum UV atau
spektrum sinar tampakUntuk gula yang tidak menunjukkan serapan UV dapat
digunakan pendeteksi indeks bias, tetapi kepekaannya lebih rendah. Protein telah
dipisahkan dengan KCKT dengan menggunakan kolom 'sephadex' yang
dimodifikasi, silika gel, atau penukar ion. (Cahyono, 2010).
Komponen Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
Sistem KCKT sederhana terdiri dari wadah fase gerak, pompa bertekanan
tinggi, injektor, kolom, detektor, dan perekam. Gambar ilustrasi dapat dilihat pada
gambar berikut (McMaster, 2007).
Wadah fase gerak
Wadah fase gerak terbuat dari bahan yang inert terhadap fase gerak. Bahan
yang umum digunakan adalah gelas dan baja anti karat. Pelarut yang digunakan
harus bebas dari partikel debu dan partikel padat. Pelarut seharusnya disaring dengan
penyaring mikrometer sebelum digunakan pada sistem KCKT. Degassing digunakan
untuk menghilangkan gas terlarut dalam fase gerak dan menghilangkan gas terlarut
dalam fase gerak dan mengurangi kemungkinan gelembung yang terbentuk pada
pompa atau detektor selama proses pemisahan (Putra, 2007).
Fase gerak atau eluen biasanya terdiri atas campuran pelarut yang dapat
bercampur yang secara keseluruhan berperan dalam daya elusi dan resolusi. Untuk
fase normal (fase diam lebih polar daripada fase gerak), kemampuan eluasi
meningkat dengan meningkatnya polaritas pelarut. Sementara untuk fase terbalik
(fase diam kurang polar daripada fase gerak), kemampuan eluasi menurun dengan
meningkatnya polaritas pelarut (Rohman, 2007).
Menurut Johnson dan Stevenson (1991), fase gerak haruslah:
a. Murni, tanpa cemaran.
b. Tidak bereaksi dengan kemasan.
c. Sesuai dengan detektor.
d. Dapat melarutkan cuplikan.
e. Mempunyai viskositas rendah.
f. Memungkinkan memperoleh kembali cuplikan dengan mudah, jika diperlukan.
g. Harganya wajar.
Pompa
Pompa yang cocok digunakan untuk KCKT adalah pompa yang mempunyai
syarat sebagaimana syarat wadah pelarut yakni pompa harus inert terhadap fase
gerak. Bahan yang umum dipakai adalah gelas, baja tahan karat, teflon, dan batu
nilam. Tujuan penggunaan pompa atau sistem penghantaran fase gerak adalah
untukmenjamin proses penghantaran fase gerak berlangsung secara tepat,
reproduksibel, konstan, dan bebas dari gangguan. Ada dua jenis pompa dalam KCKT
yaitu pompa dengan tekanan konstan, dan pompa dengan aliran fase gerak yang
konstan. Tipe pompa dengan aliran fase gerak yang konstan sejauh ini lebih umum
dibandingkan dengan pompa dengan tekanan tetap (Rohman, 2007).
Injektor
Sampel-sampel cair dan larutan disuntikkan secara langsung ke dalam fase
gerak yang mengalir di bawah tekanan menuju kolom menggunakan alat penyuntik
yang terbuat dari tembaga tahan karat dan katup teflon yang dilengkapi dengan keluk
sampel internal atau eksternal (Rohman, 2007).
Menurut Johnson dan Stevenson (1991), ada tiga jenis dasar injektor, yaitu:
a. Aliran-henti: aliran dihentikan, penyuntikan dilakukan pada tekanan
atmosfer; sistem ditutup, dan aliran dilanjutkan lagi. Cara ini dapat dipakai karena
difusi di dalam zat cair kecil, jadi umumnya daya pisah tidak dipengaruhi.
b. Septum: ini adalah injektor langsung pada aliran, yang sama dengan
injektor yang lazim dipakai pada kromatografi gas. Injektor tersebut dapat dipakai
pada tekanan sampai sekitar 60-70 atmosfer. Septum tidak dapat dipakai pada semua
pelarut KC. Selain itu, partikel kecil terlepas dari septum dan cenderung
menyumbat.
c. katup jalan-kitar: jenis injektor ini biasanya dipakai untuk menyuntikkan
volum yang lebih besar dari 10 l dan sekarang dipakai dalam sistem yang
diotomatkan. Pada kedudukan mengisi, jalan-kitar cuplikan diisi pada tekanan
atmosfer. Jika katup dibuka, cuplikan di dalam jalan-kitar teralirkan ke dalam kolom.
Kolom
Kolom adalah jantung kromatografi. Berhasil atau tidaknya suatu analisi
tergantung pada pemilihan kolom dan kondisi percobaan yang sesuai. Kolom
umumnya dibuat dari stainless steel dan biasanya dioperasikan pada temperatur
kamar (Putra, 2007).
Menurut Johnson dan Stevenson (1991), kolom dapat dibagi menjadi dua
kelompok :
a. Kolom analitik: garis tengah-dalam 2-6 mm. Panjang bergantung pada
jenis kemasan, untuk kemasan, untuk kemasan pelikel biasanya panjang kolom 50-
100 cm, untuk kemasan mikropartikel berpori biasanya 10-30cm.
b. Kolom preparatif: umumnya bergaris tengah 6 mm atau lebih besar dan
panjang 25-100 cm.
Kebanyakan fase diam pada kolom KCKT berupa silika yang dimodifikasi
secara kimiawi, silika yang tidak dimodifikasi, atau polimer-polimer stiren dan
divinil benzen. Permukaan silika adalah polar dan sedikit asam karena adanya
residugugs silanol (Si-OH). Oktadesil silika (ODS atau C18) merupaka fase diam
yang paling banyak digunakan karena mampu memisahkan senyawa-senyawa
dengan kepolaran rendah, sedang, maupun tinggi (Rohman, 2007).
Detektor
Suatu detektor dibutuhkan untuk mendeteksi adanya komponen cuplikan di
dalam aliran yang keluar dari kolom. Detektor yang baik memiliki sensitifitas yang
tinggi, gangguan (noise) yang rendah, kisaran respon linear yang luas, dan memberi
tanggapan/respon untuk semua tipe senyawa. Detektor yang paling banyak
digunakan dalam KCKT adalah detektor spektrofotometer uv 254 nm.
Bermacam-macam detektor dengan variasi panjang gelombang uv-vis
sekarang menjadi poluler karena dapat digunakan untuk mendeteksi senyawa-
senyawa dalam rentang yang luas (Putra, 2007).
Maserasi adalah metode penyarian yang terpilih untuk digunakan
dikarenakan cara pengerjaaannya relatif sederhana dan peralatannya mudah
diusahakan (Anonim, 1986). Farmakope Indonesia edisi IV menetapkan bahwa
sebagai cairan penyari adalah air, etanol, etanol-air, atau eter. Umumnya digunakan
campuran etanol dan air untuk meningkatkan keefektifan penyarian.
















III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
Terlampir
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan diketahui bahwa rendemen
ekstrak kopi mentah robusta memiliki persentase paling besar yaitu 69,2815%. Kopi
bubuk memiliki persen rendemen ekstrak sebesar 29,823%, teh hitam sebesar
20,345%, coklat bubuk sebesar 17,37%, kopi mentah arabica sebesar 15,6225%, dan
teh hijau dengan persentase rendemen ekstrak kafein paling rendah yaitu sebesar
7,68%. Nilai rendemen ekstrak menunjukkan jumlah kafein yang terekstrak setelah
melalui tahap ekstraksi dan evaporasi, sehingga ekstrak yang diperoleh merupakan
komponen-komponen dengan bobot molekul yang cukup besar dan tidak menguap.
Semakin besar nilai rendemennya menunjukkan bahwa semakin banyak komponen
yang terekstrak, dimana dalam pengujian ini menunjukkan bahwa nilai rendemen
berhubungan dengan kandungan kafein terkestrak dalam bahan. Ekstraksi dengan
menggunakan pelarut alkohol menunjukkan hasil yang efektif. Alkohol merupakan
pelarut yang baik karena dapat digunakan mengisolasi senyawa organik bahan alam
karena dapat melarutkan seluruh golongan metabolit sekunder.
Untuk pembuktian lebih lanjut digunakan pengukuran dengan alat
kromatografi HPLC untuk mengetahui kadar kafein dari rendemen ekstrak. Pegujian
dengan metode ini dinilai akurat karena alat HPLC merupakan alat dengan metode
selektif, sehingga dapat diketahui komponen-komponen atau senyawa-senyawa yang
terkandung dalam bahan dengan perbedaan nilai pembacaan (kurva) pada berbagai
tingkatan waktu. Berbagai senyawa dalam rendemen ekstrak, baik kafein maupun
senyawa non-kafein akan dapat diketahui dengan menggunakan alat ini.
Pengukuran kadar kafein dilakukan dengan menggunakan alat HPLC.
Dengan menggunakan alat ini kita dapat mengetahui konsentrasi (ppm) kafein dalam
rendemen ekstrak kafein yang telah didapat dari proses ekstraksi sebelumnya dan
memperoleh nilai kadar kafein contoh yang diujikan. Pada pengukuran dengan
menggunakan HPLC, terlebih dahulu dilakukan pembacaan nilai standar yaitu
menggunakan larutan kafein standar sebagai acuan. Alat kromatografi jenis HPLC
ini kemudian akan melakukan pengukuran dan pembacaan nilai dan
merepresentasikannya dalam bentuk grafik melalui sebuah program. Dari tampilan
pada program tersebut, dapat diketahui kadar kafein contoh dengan memperhatikan
pembentukan kurva pada waktu berkisar 9 menit, dimana pada kisaran waktu ini
larutan kafein standar terukur. Luas area puncak kurva yang terbentuk menunjukkan
nilai kadar kafein. Kurva tersebut juga akan menjelaskan berapa besar konsentrasi
kafein yang terukur. Berdasarkan pengujian tersebut diketahui bahwa kadar kafein
kopi bubuk adalah 2.588,86 pada konsentrasi sebesar 8.680,75 ppm, kopi mentah
arabica sebesar 1.992,76 dengan konsentrasi kafein sebesar 12.307,66 ppm. Kopi
mentah robusta memiliki kadar kafein sebesar 2.886,92 dengan konsentrasi kafein
4.166,98 ppm. Coklat bubuk memiliki kadar kafein paling rendah yaitu 68,7623
dengan konsentrasi kafein sebesar 395,8684 ppm. Teh hijau memiliki kadar kafein
paling tinggi dengan nilai pengukuran sebesar 90.847,98 dengan konsentrasi kafein
sebesar 11.829,16 ppm. Teh hitam memiliki kadar kafein 1.224,09 dengan
konsentrasi kafein sebesar 6.016,08 ppm. Dari data ini diketahui bahwa teh hijau
memiliki kadar kafein paling tinggi dengan konsentrasi kafein yang tinggi. Coklat
bubuk mengandung kadar kafein paling rendah dengan konsentrasi yang rendah.
Bahan tidak hanya mengandung kafein, melainkan mengandung pula senyawa atau
komponen lainnya yang lebih dominan dari kafein yang terkandung di dalamnya.
Dari pengujian ini juga diketahui bahwa teh hijau merupakan bahan yang
mengandung kafein paling tinggi dengan konsentrasi tinggi jika dibandingkan
dengan beberapa jenis kopi. Hasil rendemen ekstrak teh hijau menunjukkan nilai
terendah, tetapi dengan kadar kafein dan konsentrasi kafein paling tinggi. Hal ini
menunjukkan bahwa pada teh hijau komponen atau senyawa kafein cukup dominan
atau besar. Semenetara, pada bahan lainnya yang memiliki nilai rendemen ekstrak
besar dan kadar kafein rendah, senyawa yang terkandung dalam ekstrak bukan hanya
senyawa kafein melainkan juga senyawa-senyawa lainnya yang memerlukan
identifikasi lebih lanjut.

IV. KESIMPULAN
Ekstraksi adalah penyarian zat-zat aktif dari bagian tanaman obat. Adapun
tujuan dari ekstraksi yaitu untuk menarik komponen kimia yang terdapat dalam
simplisia. Ekstraksi merupakan teknik yang sering digunakan bila senyawa organik
(sebagian besar hidrofobik) dilarutkan atau didispersikan dalam air. Tujuan ekstraksi
adalah untuk menarik semua komponen kimia yang terdapat dalam simplisia.
Ekstraksi ini didasarkan pada perpindahan massa komponen zat padat ke dalam
pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan kontak, kemudian berdifusi
masuk ke dalam pelarut. Maserasi digunakan untuk penyarian simplisia yang
mengandung zat aktif yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung zat
yang mudah mengembang dalam cairan penyari, tidak mengandung benzoin, stirak
dan lain-lain. Kromatografi didefenisikan sebagai prosedur pemisahan zat terlarut
oleh suatu proses migrasi diferensial dinamis dalam sistem yang terdiri dari dua fase
atau lebih, salah satu diantaranya bergerak secara berkesinambungan dalam arah
tertentu dan di dalamnya zat-zat itu menunjukkan perbedaan mobilitas disebabkan
adanya perbedaan dalam absorpsi, partisi, kelarutan, tekanan uap, ukuran molekul,
atau kerapatan muatan ion. Teknik kromatografi umumnya membutuhkan zat
terlarut terdistribusi di antara dua fase, satu diantaranya diam (fase diam) yang
lainnya bergerak (fase gerak). Teh hijau merupakan bahan yang mengandung kafein
paling tinggi dengan konsentrasi tinggi jika dibandingkan dengan beberapa jenis
kopi. Hasil rendemen ekstrak teh hijau menunjukkan nilai terendah, tetapi dengan
kadar kafein dan konsentrasi kafein paling tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa pada
teh hijau komponen atau senyawa kafein cukup dominan atau besar. Semenetara,
pada bahan lainnya yang memiliki nilai rendemen ekstrak besar dan kadar kafein
rendah, senyawa yang terkandung dalam ekstrak bukan hanya senyawa kafein
melainkan juga senyawa-senyawa lainnya yang memerlukan identifikasi lebih lanjut.






DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Ed IV. Depkes RI. Jakarta
Anonim. 2010. Kromatografi. http://id.wikipedia.org/wiki/Kromatografi
[diakses pada tanggal 27 Maret 2011].
Anggraini, M. 2009. Kromatografi Lapis Tipis.
http://greenhati.blogspot.com/2009/01/kromatografi-lapis-tipis.html [diakses pada
tanggal 28 Maret 2011].
Alam, Gemini dan Abdul Rahim. 2007. Penuntun Praktikum Fitokimia. UIN
Alauddin: Makassar. 24-26.
Cahyono, Eko. 2010. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT).
http://www.dokterkimia.com/2010/10/kromatografi-cair-kinerja-tinggi-kckt.html
[diakses pada tanggal 28 Maret 2011].
Ditjen POM. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI.
Ditjen POM. 1986. Sediaan Galenik. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.
Gandjar, G.I., dan Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta:
Penerbit Pustaka Pelajar.
Johnson, E.L., dan Stevenson, R. 1991. Dasar Kromatografi Cair.
Penerjemah: Kosasih Padmawinata. Bandung: Penerbit ITB.
McMaster, M. C. 2007. HPLC A Practical Users Guide 2nd Ed. John Wiley
& Sons Inc, Canada.
Putra, E.D.L. (2007). Dasar-dasar Kromatografi Gas & Kromatografi Cair
Kinerja Tinggi. Medan: Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.
Sudjadi. 1986. Metode Pemisahan. UGM Press, Yogyakarta
Stahl, Egon. 1985. Analisis Obat Secara Kromatografi dan Mikroskopi. ITB:
Bandung. 3-5.

Wijaya H. M. Hembing. 1992. Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia. Cet 1,
Jakarta .
Wiryawan, Adam. 2011. Klasifikasi Kromatografi. http://www.chem-is-
try.org/materi_kimia/instrumen_analisis/kromatografi1/klasifikasi-kromatografi/
[diakses pada tanggal 27 Maret 2011].
Yoshito Takeuchi. 2009. http://www.chem-is-
try.org/materi_kimia/kimia_dasar/pemurnian-material/metoda-pemisahan-standar/
[2011-01-09]





















Laporan Praktikum Hari, tanggal : Kamis ,17 dan 24 Maret 2011
Teknologi Minyak Atsiri, Dosen : Chilwan Pandj
Rempah, dan Fitofarmaka Golongan : P2
Asisten :
1. N. Widi Kusumaningtyas F34070005
2. Anisa Rahmi Utami F34070043


EKSTRAKSI CAFEIN


Oleh :
Wahyu Kamal Setiawan (F34080081)
Anastasia Christina (F34080090)
Billyan Raberta (F34080112)








2011
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR


Rekapan Data Teknolgi Minyak Atsiri Rempah Dan Fitofarmaka Golongan P2
1. Ekstraksi Cafein
No Nama Contoh Labu Lemak
(A) g
Residu + Labu
Lemak (B) g
Rendemen Ekstrak
(%)
1. Kopi Bubuk - - 29,823
2. Kopi Mentah Arabika 89,9050 93,0295 15,6225
3. Kopi Mentah Robusta - - 69,2815
4. Coklat Bubuk 87,78 91,2540 17,37
5. Teh Hijau 62,5 64,0360 7,68
6. The Hitam 90,2 94,269 20,345

2. Penetapan Kadar Cafein dengan HPLC
No Nama Contoh Rendemen
Ekstrak (%)
ppm Cafein Kadar Cafein
Contoh
1. Kopi Bubuk 29,823 8.680,7483 2.588,8596
2. Kopi Mentah Arabika 15,6225 12.307,6611 1.922,7643
3. Kopi Mentah Robusta 69,2815 4.166,9793 2.886,9249
4. Coklat Bubuk 17,37 395,8684 68,7623
5. Teh Hijau 7,68 11.829,16372 90.847,9773
6. The Hitam 20,345 6.016,6760 1.224,0927

Anda mungkin juga menyukai