Anda di halaman 1dari 15

1

MAKALAH BLOK 25
DISTOSIA ET CAUSA PANGGUL SEMPIT
Charles Boru / 102008016
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta Barat 11510
Email : charlesjulian17@yahoo.com

Kasus 6 :
Nyonya R. Berusia 34 tahun, sudah sejak kemarin mules-mules dan ditolong oleh dukun
beranak tetapi anaknya belum lahir juga. Akhirnya keluarga membawa ke Rumah Sakit untuk
mendapat pertolongan. Pada pemeriksaan didapatkan bahwa nyonya R. Baru hamil pertama
kali, hamil kira-kira 9 bulan, mules-mules sudah dirasakan selama 14 jam, kontraksi uterus
kuat, pembukaan 4cm, anak letak kepala, kepala masih tinggi, promontorium teraba.
LATAR BELAKANG
Secara harafiah, distosia berarti persalinan yang sulit dan ditandai oleh terlalu lambatnya
kemajuan persalinan. Secara umum, persalinan yang abnormal sering terjadi apabila terdapat
disproporsi antara bagian persentasi janin dan jalan lahir. Kelainan persalinan ini adalah
konsekuensi empat kelainan yang dapat berdiri sendiri atau berkombinasi. Kelainan tersebut
antara lain: kelainan gaya dorong atau ekspulsi, kelainan tulang panggul ibu (panggul
sempit), kelainan persentasi, posisi dan perkembangan janin, serta kelainan jaringan lunak
saluran reproduksi yang membentuk halangan bagi turunya janin. Dalam makalah ini akan
dibahas tentang distosia karena panggul sempit dan bagaimana penatalaksanaannya.
MASALAH
Wanita 34 tahun, primigravida, hamil 9 bulan, mules-mules sudah dirasakan 14 jam.
Kontraksi uterus kuat, letak kepala masih tinggi, pembukaan belum sempurna.
HIPOTESIS
Wanita 34 tahun, primigravida, hamil 9 bulan, mules-mules sudah dirasakan 14 jam.
Kontraksi uterus kuat, letak kepala masih tinggi, pembukaan belum sempurna merupakan
gejala distosia et causa panggul sempit.
2

PEMBAHASAN
ANAMNESIS
Secara umum anamnesa pada pasien hamil sama dengan anamnesa lain dalam ilmu
kedokteran.Pertama yang kita tanyakan adalah identitas seperti nama pasien, nama suami
atau keluarga terdekat, alamat, agama, pendidikan terakhir, suku bangsa dan lain-lain.Untuk
pasien hamil kita tanyakan tentang haid: kapan haid terakhir, menarche umur berapa, apakah
haid teratur, adakah nyeri haid dan sebagainya.Kemudian tanyakan tentang kehamilan. Sudah
berapa kali hamil, adakah komplikasi kehamilan terdahulu, apakah pernah keguguran dan
berapa kali.Selanjutnya kita tanyakan tentang persalinan. Sudah berapa kali bersalin,
bagaimana persalinan terdahulu, apakah dengan sectio caesarea dan apa alasannya, kemudian
tanyakan hasil persalinan terdahulu.Selain itu juga kita bisa menanyakan riwayat perkawinan,
riwayat penyakit pasien, riwayat penyakit sekarang serta keluhan pasien yang lain. Dalam
kasus ini didapatkan hasil anamnesis wanita 34 tahun, primigravida, hamil 9 bulan, mules-
mules sudah dirasakan 14 jam.
PEMERIKSAAN
Seperti pemeriksaan fisik lain pada umumnya, pengamatan dilakukan sejak pasien masuk
keruang pemeriksaan. Keadaan umum, sikap dan kesadaran pasien harus diamati dengan
cermat. Pemeriksaan umum dilakukan untuk mendapatkan tanda-tanda vital, tanda-tanda
yang berhubungan dengan anemia dan kelainan alat-alat lain dari kepala sampai kaki.
Perhatian lebih seksama ditujukan terhadap tanda-tanda yang berhubungan dengan obstetri.
Pemeriksaan obstetrik terdiri dari inspeksi, palpasi dan auskultasi.
Inspeksi. Pada inspeksi yang kita amati antara lain:
Bentuk perut
Bekas luka / operasi
Perubahan warna : linea nigra (linea fusca), striae gravidarum(striae livide)
Tumor
Edema
Ibukelihatanpendekruastulang-tulangnyaatauadaskoliosis, kifosis, dll.Kelainanpanggulluar
(rachitis, dsb) kalaukepalabelummasuk P.A.P
kelihatankontursepertikepalamenonjoldiatassimfisis.
Palpasi. Pada palpasi kita lakukan palpasi menurut leupold:
Leupold 1
Pasien tidur terlentang dengan lutut ditekuk
Pemeriksa berdiri disebelah kanan pasien dan menghadap kearah kepala pasien
Uterus dibawa ketengah (kalau posisinya miring)
Dengan kedua tangan tentukan tinggi fundus
3

Dengan satu tangan tentukan bagian anak yang terletak dalam fundus kepala atau
bokong (bila kepala bentuknya bulat, keras dan ada ballotement. Sedangkan bokong
konsistensinya lunak, tidak begitu bulat dan tidak ada ballotement. Pada letak lintang
fundus kosong )
Leupold 2
Posisi pasien dan pemeriksa tetap
Kedua tangan pindah kesamping uterus
Dengan kedua belah jari-jari, uterus ditekan ketengah untuk menentukan dimana letak
punggung anak: kanan atau kiri. Punggung anak memberikan tahanan terbesar
Pada letak lintang dipinggir kanan atau kiri uterus terdapat kepala atau bokong
Leupold 3
Posisi pasien dan pemeriksa tetap
Pemeriksa memakai satu tangan dan menentukan apa yang menjadi bagian bawah
(kepala atau bokong)
Bagian bawah coba digoyangkan, bila masih bisa digoyangkan berarti bagian tersebut
belum terpegang oleh panggul (bagian terbesar kepala belum melewati pintu atas
panggul)
Leupold 4
Dilakukan hanya pada persentasi kepala
Posisi pasien tetap, pemeriksa menghadap kearah kaki pasien
Dengan kedua belah tangan ditentukan seberapa jauh kepala masuk kedalam panggul
Bila posisi tangan konvergen, berarti baru sebagian kecil kepala masuk panggul
Bila posisi tangan sejajat, berarti separuh dari kepala masuk kedalam rongga panggul
Bila posisi tangan divergen, berarti sebagian besar kepala sudah masuk panggul.
Leupold 4 tidak dilakukan jika letak kepala masih tinggi

Gambar 1. Palpasi menurut Leupold
4

Pada palpasi, anak kembar akan teraba 2 bagian besar berdampingan atau teraba adanya 3
bagian besar.
Selain itu pada pasien hamil kita juga lakukan pemeriksaan apakah ada pitting edema pada
kaki, tangan dan wajah.
PalpasiKepalatidakmasukp.a.pataumasihgoyangdanterdapattandadari OSBORN,
yaitukepaladidorongkearahp.a.pdengansatutangandiatassimpisis pubis sedangtangan lain
mengukurtegakluruspadakepala yang menonjol. (+) = 3 jari (-) = masukp.a.p () =
antarakesalahan-kesalahanletak
Pelvimetri Klinis
1. Pemeriksaan panggul luar: apakah ukurannya kurang dari normal
2. Pemeriksaan dalam (V.T): apakah promontorium teraba, lalu diukur C.D dan C.V: linea
innominata teraba seluruhnya atau tidak, spina ischiadica dll.


Auskultasi. Auskultasi bisa dilakukan dengan stetoskop kebidanan atau dengan fetal heart
detector (Doppler). Pada auskultasi bisa terdengar bermacam-macam bunyi. Dari anak dapat
terdengar: bunyi jantung, bising tali pusat dan gerakan anak. Sedangkan dari ibu: bising A.
Uterina, bising Aorta, dan bising usus. Dengan Doppler bunyi jantung anak dapat didengar
sejak umur 12 minggu sedangkan dengan stetoskop baru didengar pada umur kehamilan 26
minggu. Frekuensi normal jantung anak antara 120 140 kali per menit dan frekuensi normal
pada jantung dewasa antara 60-80 kali per menit.
Karena letak janin normal dalam posisi kyphose, dan didepan dada terdapat tangan, maka
bunyi jantung janin yang paling jelas terdengar didaerah punggung janin dekat kepala. Pada
persentasi kepala, tempatnya ialah dikiri atau kanan sedikit dibawah pusat. Bila janin masih
kecil, bunyi jantung anak dicari dengan Doppler digaris tengah diatas symphisis. Yang di
hitung adalah frekuensi dan keteraturannya. Cara menghitung bunyi jantung anak adalah
dengan dihitung selama lima detik sebanyak tiga kali dengan berhenti selama lima detik
diantaranya lalu dikalikan 4. Contoh; didapatkan bunyi jantung 1112 11 berarti denyut
teratur, frekuensi 34x4=136 kali/menit, anak dalam keadaan baik.
5

Tabel 1. Pemeriksaan Laboratorium Antenatal Rutin
Usia kehamilan
(minggu)
Pemeriksaan
8 18 USG
Amniocentesis
Chorionic villi sampling
16 18 Maternal serum AFP
26 28 Diabetes screening
28 Hb / Hematocrit
Antibody test for Rh (-)
Immunoglobulin
32 36 USG
Testing for STD
Hb / Ht

DIAGNOSIS
Kita selalu memikirkan kemungkinan panggul sempit, bila ada seorang primigravida pada
akhir kehamilan, kepala anak belum masuk p.a.p dan ada kesalahan letak janin. Selain itu
pula pada ibu hamil dengan tinggi badan kurang dari 150cm perlu di curigai adanya panggul
sempit.
Working Diagnosis: Distosia et causa panggul sempit
Disproporsi sefalopelvik adalah keadaan yang menggambarkan ketidaksesuaian antara kepala
janin dan panggul ibu sehingga janin tidak dapat keluar melalui vagina. Disproporsi
sefalopelvik disebabkan oleh panggul sempit, janin yang besar ataupun kombinasi keduanya.
3

Anatomi Panggul
Pintu atas panggul
Pintu atas panggul dibentuk oleh promontorium corpus vertebra sacrum 1, linea innominata,
serta pinggir atas simfisis. Konjugata diagonalis adalah jarak dari pinggir bawah simfisis ke
promontorium, Secara klinis, konjugata diagonalis dapat diukur dengan memasukkan jari
telunjuk dan jari tengah yang dirapatkan menyusur naik ke seluruh permukaan anterior
sacrum, promontorium teraba sebagai penonjolan tulang. Dengan jari tetap menempel pada
promontorium, tangan di vagina diangkat sampai menyentuh arcus pubis dan ditandai dengan
jari telunjuk tangan kiri. Jarak antara ujung jari pada promontorium sampai titik yang ditandai
oleh jari telunjuk merupakan panjang konjugata diagonalis.
1,3

Konjugata vera yaitu jarak dari pinggir atas simfisis ke promontorium yang dihitung dengan
mengurangi konjugata diagonalis 1,5 cm, panjangnya lebih kurang 11 cm. Konjugata
obstetrika merupakan konjugata yang paling penting yaitu jarak antara bagian tengah dalam
simfisis dengan promontorium, Selisih antara konjugata vera dengan konjugata obstetrika
sedikit sekali.
1

6

Panggul tengah
Ruang panggul ini memiliki ukuran yang paling luas. Pengukuran klinis panggul tengah tidak
dapat diperoleh secara langsung. Terdapat penyempitan setinggi spina isciadika, sehingga
bermakna penting pada distosia setelah kepala engagement. Jarak antara kedua spina ini yang
biasa disebut distansia interspinarum merupakan jarak panggul terkecil yaitu sebesar 10,5 cm.
Diameter anteroposterior setinggi spina isciadica berukuran 11,5 cm. Diameter sagital
posterior, jarak antara sacrum dengan garis diameter interspinarum berukuran 4,5 cm.
3,4

Pintu bawah panggul
Pintu bawah panggul bukanlah suatu bidang datar namun terdiri dari dua segitiga dengan
dasar yang sama yaitu garis yang menghubungkan tuber isciadikum kiri dan kanan. Pintu
bawah panggul yang dapat diperoleh melalui pengukuran klinis adalah jarak antara kedua
tuberositas iscii atau distansia tuberum (10,5 cm), jarak dari ujung sacrum ke tengah-tengah
distensia tuberum atau diameter sagitalis posterior (7,5 cm), dan jarak antara pinggir bawah
simpisis ke ujung sacrum (11,5 cm).
4,5

Panggul sempit
Distosia adalah persalinan yang sulit dan ditandai oleh terlalu lambatnya kemajuan
persalinan. Distosia dapat disebabkan oleh kelainan pada servik, uterus, janin, tulang panggul
ibu atau obstruksi lain di jalan lahir. Kelainan ini oleh ACOG dibagi menjadi tiga yaitu:
1. Kelainan kekuatan (power) yaitu kontraktilitas uterus dan upaya ekspulsif ibu.
a. Kelainan his : inersia uteri / kelemahan his
b. kekuatan mengejan yang kurang misalnya pada hernia atau sesak nafas.
2. Kelainan yang melibatkan janin (passenger), misalnya letak lintang, letak dahi,
hidrosefalus.
3. Kelainan jalan lahir (passage), misalnya panggul sempit, tumor yang mempersempit jalan
lahir.
3,4

Tabel 2. Pola Kelainan Persalinan, Diagnostik, Kriteria dan Metode Penanganannya.
3


7

Panggul dengan ukuran normal tidak akan mengalami kesukaran kelahiran pervaginam pada
janin dengan berat badan yang normal. Ukuran panggul dapat menjadi lebih kecil karena
pengaruh gizi, lingkungan atau hal lain sehingga menimbulkan kesulitan pada persalinan
pervaginam. Panggul sempit yang penting pada obstetric bukan sempit secara anatomis
namun panggul sempit secara fungsional artinya perbandingan antara kepala dan panggul.
Selain panggul sempit dengan ukuran yang kurang dari normal, juga terdapat panggul sempit
lainnya. Panggul ini digolongkan menjadi empat, yaitu:
1. Kelainan karena gangguan pertumbuhan intrauterine: panggul Naegele, panggul Robert,
split pelvis, panggul asimilasi.
2. Kelainan karena kelainan tulang dan/ sendi: rakitis, osteomalasia, neoplasma, fraktur,
atrofi, nekrosis, penyakit pada sendi sakroiliaka dan sendi sakrokoksigea.
3. Kelainan panggul karena kelainan tulang belakang: kifosis, skoliosis, spondilolistesis.
4. Kelainan panggul karena kelainan pada kaki: koksitis, luksasio koksa, atrofi atau
kelumpuhan satu kaki.
4

Setiap penyempitan pada diameter panggul yang mengurangi kapasitas panggul dapat
menyebabkan distosia saat persalinan. penyempitan dapat terjadi pada pintu atas panggul,
pintu tengah panggul, pintu bawah panggul, atau panggul yang menyempit seluruhnya.
3

Penyempitan pintu atas panggul
Pintu atas panggul dianggap sempit apabila diameter anterioposterior terpendeknya
(konjugata vera) kurang dari 10 cm atau apabila diameter transversal terbesarnya kurang dari
12 cm. Diameter anteroposterior pintu atas panggul sering diperkirakan dengan mengukur
konjugata diagonal secara manual yang biasanya lebih panjang 1,5 cm. Dengan demikian,
penyempitan pintu atas panggul biasanya didefinisikan sebagai konjugata diagonal yang
kurang dari 11,5 cm.
3
Mengert (1948) dan Kaltreider (1952) membuktikan bahwa kesulitan
persalinan meningkat pada diameter anteroposterior kurang dari 10 cm atau diameter
transversal kurang dari 12 cm. Distosia akan lebih berat pada kesempitan kedua diameter
dibandingkan sempit hanya pada salah satu diameter.
4

Diameter biparietal janin berukuran 9,5-9,8 cm, sehingga sangat sulit bagi janin bila melewati
pintu atas panggul dengan diameter anteroposterior kurang dari 10 cm. Wanita dengan tubuh
kecil kemungkinan memiliki ukuran panggul yang kecil, namun juga memiliki kemungkinan
janin kecil. Dari penelitian Thoms pada 362 nullipara diperoleh rerata berat badan anak lebih
rendah (280 gram) pada wanita dengan panggul sempit dibandingkan wanita dengan panggul
sedang atau luas.
3

Pada panggul sempit ada kemungkinan kepala tertahan oleh pintu atas panggul, sehingga
gaya yang ditimbulkan oleh kontraksi uterus secara langsung menekan bagian selaput
ketuban yang menutupi serviks. Akibatnya ketuban dapat pecah pada pembukaan kecil dan
terdapat resiko prolapsus funikuli. Setelah selaput ketuban pecah, tidak terdapat tekanan
kepala terhadap serviks dan segmen bawah rahim sehingga kontraksi menjadi inefektif dan
8

pembukaan berjalan lambat atau tidak sama sekali. Jadi, pembukaan yang berlangsung
lambat dapat menjadi prognosa buruk pada wanita dengan pintu atas panggul sempit.
3,4

Pada nulipara normal aterm, bagian terbawah janin biasanya sudah masuk dalam rongga
panggul sebelum persalinan. Adanya penyempitan pintu atas panggul menyebabkan kepala
janin megapung bebas di atas pintu panggul sehingga dapat menyebabkan presentasi janin
berubah. Pada wanita dengan panggul sempit terdapat presentasi wajah dan bahu tiga kali
lebih sering dan prolaps tali pusat empat sampai enam kali lebih sering dibandingkan wanita
dengan panggul normal atau luas.
3

Penyempitan panggul tengah
Dengan sacrum melengkung sempurna, dinding-dinding panggul tidak berkonvergensi,
foramen isciadikum cukup luas, dan spina isciadika tidak menonjol ke dalam, dapat
diharapkan bahwa panggul tengah tidak akan menyebabkan rintangan bagi lewatnya kepala
janin. Penyempitan pintu tengah panggul lebih sering dibandingkan pintu atas panggul. Hal
ini menyebabkan terhentinya kepala janin pada bidang transversal sehingga perlu tindakan
forceps tengah atau seksio sesarea.
3,4

Penyempitan pintu tengah panggul belum dapat didefinisikan secara pasti seperti
penyempitan pada pintu atas panggul. Kemungkinan penyempitan pintu tengah panggul
apabila diameter interspinarum ditambah diameter sagitalis posterior panggul tangah adalah
13,5 cm atau kurang. Ukuran terpenting yang hanya dapat ditetapkan secara pasti dengan
pelvimetri roentgenologik ialah distansia interspinarum. Apabila ukuran ini kurang dari 9,5
cm, perlu diwaspadai kemungkinan kesukaran persalinan apalagi bila diikuti dengan ukuran
diameter sagitalis posterior pendek.
4

Penyempitan Pintu Bawah Panggul
Pintu bawah panggul bukan suatu bidang datar melainkan dua segitiga dengan diameter
intertuberosum sebagai dasar keduanya. Penyempitan pintu bawah panggul terjadi bila
diameter distantia intertuberosum berjarak 8 cm atau kurang. Penyempitan pintu bawah
panggul biasanya disertai oleh penyempitan pintu tengah panggul.
3

Disproporsi kepala janin dengan pintu bawah panggul tidak terlalu besar dalam menimbulkan
distosia berat. Hal ini berperan penting dalam menimbulkan robekan perineum. Hal ini
disebabkan arkus pubis yang sempit, kurang dari 900 sehingga oksiput tidak dapat keluar
tepat di bawah simfisis pubis, melainkan menuju ramus iskiopubik sehingga perineum
teregang dan mudah terjadi robekan.
3

Perkiraan Kapasitas Panggul Sempit
Perkiraan panggul sempit dapat diperoleh dari pemeriksaan umum dan anamnesa. Misalnya
pada tuberculosis vertebra, poliomyelitis, kifosis. Pada wanita dengan tinggi badan yang
kurang dari normal ada kemungkinan memiliki kapasitas panggul sempit, namun bukan
berarti seorang wanita dengan tinggi badan yang normal tidak dapat memiliki panggul
sempit. Dari anamnesa persalinan terdahulu juga dapat diperkirakan kapasitas panggul.
9

Apabila pada persalinan terdahulu berjalan lancar dengan bayi berat badan normal,
kemungkinan panggul sempit adalah kecil.
4

Pengukuran panggul (pelvimetri) merupakan salah satu cara untuk memperoleh keterangan
tentang keadaan panggul. Melalui pelvimetri dalam dengan tangan dapat diperoleh ukuran
kasar pintu atas dan tengah panggul serta memberi gambaran jelas pintu bawah panggul.
Adapun pelvimetri luar tidak memiliki banyak arti.
4

Pelvimetri radiologis dapat memberi gambaran yang jelas dan mempunyai tingkat ketelitian
yang tidak dapat dicapai secara klinis. Pemeriksaan ini dapat memberikan pengukuran yang
tepat dua diameter penting yang tidak mungkin didapatkan dengan pemeriksaan klinis yaitu
diameter transversal pintu atas dan diameter antar spina iskhiadika.
6
Tetapi pemeriksaan ini
memiliki bahaya pajanan radiasi terutama bagi janin sehingga jarang dilakukan.
4
Pelvimetri
dengan CT scan dapat mengurangi pajanan radiasi, tingkat keakuratan lebih baik
dibandingkan radiologis, lebih mudah, namun biayanya mahal. Selain itu juga dapat
dilakukan pemeriksaan dengan MRI dengan keuntungan antara lain tidak ada radiasi,
pengukuran panggul akurat, pencitraan janin yang lengkap. Pemeriksaan ini jarang dilakukan
karena biaya yang mahal.
3
Dari pelvimetri dengan pencitraan dapat ditentukan jenis panggul,
ukuran pangul yang sebenarnya, luas bidang panggul, kapasitas panggul, serta daya
akomodasi yaitu volume dari bayi yang terbesar yang masih dapat dilahirkan spontan.
6

Pada kehamilan yang aterm dengan presentasi kepala dapat dilakukan pemeriksaan dengan
metode Osborn dan metode Muller Munro Kerr. Pada metode Osborn, satu tangan menekan
kepala janin dari atas kearah rongga panggul dan tangan yang lain diletakkan pada kepala
untuk menentukan apakah kepala menonjol di atas simfisis atau tidak. Metode Muller Munro
Kerr dilakukan dengan satu tangan memegang kepala janin dan menekan kepala ke arah
rongga panggul, sedang dua jari tangan yang lain masuk ke vagina untuk menentukan
seberapa jauh kepala mengikuti tekanan tersebut dan ibu jari yang masuk ke vagina
memeriksa dari luar hubungan antara kepala dan simfisis.
4
Janin yang besar
Normal berat neonatus pada umumnya 4000gram dan jarang ada yang melebihi 5000gram.
Berat badan neonatus lebih dari 4000gram dinamakan bayi besar. Frekuensi berat badan lahir
lebih dari 4000gram adalah 5,3%, dan berat badan lahir yang melihi 4500gram adalah 0,4%.
Biasanya untuk berat janin 4000-5000 gram pada panggul normal tidak terdapat kesulitan
dalam proses melahirkan. Factor keturunan memegang peranan penting sehingga dapat
terjadi bayi besar. Janin besar biasanya juga dapat dijumpai pada ibu yang mengalami
diabetes mellitus, postmaturitas, dan pada grande multipara. Selain itu, yang dapat
menyebabkan bayi besar adalah ibu hamil yang makan banyak, hal tersebut masih
diragukan.
4

Untuk menentukan besarnya janin secara klinis bukanlah merupakan suatu hal yang mudah.
Kadang-kadang bayi besar baru dapat kita ketahui apabila selama proses melahirkan tidak
terdapat kemajuan sama sekali pada proses persalinan normal dan biasanya disertai oleh
keadaan his yang tidak kuat. Untuk kasus seperti ini sangat dibutuhkan pemeriksaan yang
10

teliti untuk mengetahui apakah terjadi sefalopelvik disproporsi. Selain itu, penggunaan alat
ultrasonic juga dapat mengukur secara teliti apabila terdapat bayi dengan tubuh besar dan
kepala besar.
4

Pada panggul normal, biasanya tidak menimbulkan terjadinya kesulitan dalam proses
melahirkan janin yang beratnya kurang dari 4500gram. Kesulitan dalam persalinan biasanya
terjadi karena kepala janin besar atau kepala keras yang biasanya terjadi pada postmaturitas
tidak dapat memasuki pintu atas panggul, atau karena bahu yang lebar sulit melalui rongga
panggul. Bahu yang lebar selain dapat ditemukan pada janin yang memiliki berat badan lebih
juga dapat dijumpai pada anensefalus. Janin dapat meninggal selama proses persalinan dapat
terjadi karena terjadinya asfiksia dikarenakan selama proses kelahiran kepala anak sudah
lahir, akan tetapi karena lebarnya bahu mengakibatkan terjadinya macet dalam melahirkan
bagian janin yang lain. Sedangkan penarikan kepala janin yang terlalu kuat ke bawah dapat
mengakibatkan terjadinya cedera pada nervus brakhialis dan muskulus
sternokleidomastoideus.
4
Mekanisme Persalinan
Bilapanggulsempitdalamukuranmukabelakangdan C.V < 9 cm, maka diameter
initidakdapatdilaluiolehdimeterbiparietalisdarijanin yang
cukupbulan.Makadariitukalaukepalaturunbiasanyaterjadidefleksisehingga yang melewati
diameter anteroposterioradalah diameter
bitemporalis.Jadipadapanggulsempitseringdijumpailetakdefleksi.Karenapanggulsempitmakap
ersalinanberlangsung lama, karenaadaobstruksipada:
KALA I :Kepalatidakmasukp.a.p, makapembukaanberlangsung lama
dankemungkinanketubanpecahsebelumwaktunya.
Setelahketubanpecahmakakepalatidakdapatmenekanservik, kecuali his
kuatsekalisehinggaterjadimoulage yang hebatpadakepala.
KALA II: Menjadi lama karenadiperlukanwaktuuntukturunnyakepaladanuntukmoulage.

Di atassudahditerangkanbahwakesempitanpanggulbukanfaktorsatu-satunya yang
menentukanapakahpersalinanpervaginamakanberlangsungdenganamanatautidakuntukibu.
Walaupundemikianpengetahuantentangukurandanbentukpanggulsangatmembantudalampenil
aianjalannyapersalinanpadawanitabersangkutan.Kesempitanpangguldapatditemukanpadasatu
bidangataulebih.Kesempitanpadapanggultengahumumnyajugadisertaikesempitanpintubawahp
anggul.
ETIOLOGI
Adapun penyebab dari CPD adalah :
11

Penyempitan Inlet (pintu atas panggul = p.a.p)
Penyempitan Midpelvis (ruang tengah panggul)
Penyempitan Outlet (pintu bawah panggu = p.b.p)
Atau kombinasi dari ketiganya
Ukuran janin yang besar
PENATALAKSANAAN
a. Pembagiantingkatanpanggulsempit
1. Tingkat I : C.V = 9-10 cm = borderline
2. Tingkat II : C.V = 8-9 cm = relative
3. Tingkat III : C.V = 6-8 cm = Ekstrim
4. Tingkat IV : C.V = 6 cm =Mutlak (absolut)
b. Pembagianmenuruttindakan
1. C.V = 11 cm...PartusBiasa
2. C.V = 8-10 cmPartuspercobaan
3. C.V = 6-8 cm .SC primer
4. C.V = 6 cm ..SC mutlak (absolut)
Inlet dianggapsempitbila C.V kurangdari 10 cm atau diameter transversakurangdari 12 cm.
Karena yang biasadiukuradalahconjugataDiagonalis (C.D) maka inlet dianggapsempitbila
C.D kurangdari 11,5 cm.
Sebenarnya panggul hanya merupakan salah satu faktor yang menentukan apakah anak dapat
lahir spontan atau tidak, disamping banyak faktor lain yang memegang peranan dalm
prognosa persalinan.
Conjugara vera 11cm dapat dipastikan partus biasa, dan bila ada kesulitan persalinan, pasti
tak disebabkan panggul. Untuk C.V kurang dari 8,5 cm, anak yang cukup bulan tidak
mungkin melewati panggul tersebut.
C.V. = 8,5 10 cm dilakukan partus percobaan
Partus percobaan kemungkinan berakhir dengan:
Partus spontan atau dengan ekstrasi vakum-ekstrasi forceps atau ditolong dengan
seksio sesarea sekunder atas indikasi obstretik lainnya.
C.V. = 6 8,5 cm dilakukan seksio sesarea primer
C.V. = 6 cm dilakukan seksio sesarea primer mutlak
Disamping hal-hal diatas juga tergantung pada:
His atau tenaga yang mendorong anak
Besarmnya janin, persentasi dan posisi janin
Bentuk dari panggul
12

Umur ibu dan pentingnya anak
Penyakit dari ibu
Persalinan Percobaan
Setelah dilakukan penilaian ukuran panggul serta hubungan antara kepala janin dan panggul
dapat diperkirakan bahwa persalinan dapat berlangsung per vaginan dengan selamat dapat
dilakukan persalinan percobaan. Cara ini merupakan tes terhadap kekuatan his, daya
akomodasi, termasuk moulage karena faktor tersebut tidak dapat diketahui sebelum
persalinan.
4

Persalinan percobaan hanya dilakukan pada letak belakang kepala, tidak bisa pada letak
sungsang, letak dahi, letak muka, atau kelainan letak lainnya. Ketentuan lainnya adalah umur
keamilan tidak boleh lebih dari 42 mingu karena kepala janin bertambah besar sehingga sukar
terjadi moulage dan ada kemungkinan disfungsi plasenta janin yang akan menjadi penyulit
persalinan percobaan.
4

Pada janin yang besar kesulitan dalam melahirkan bahu tidak akan selalu dapat diduga
sebelumnya. Apabila dalam proses kelahiran kepala bayi sudah keluar sedangkan dalam
melahirkan bahu sulit, sebaiknya dilakukan episiotomy medioateral yang cukup luas,
kemudian hidung dan mulut janin dibersihkan, kepala ditarik curam kebawah dengan hati-
hati dan tentunya dengan kekuatan terukur. Bila hal tersebut tidak berhasil, dapat dilakukan
pemutaran badan bayi di dalam rongga panggul, sehingga menjadi bahu depan dimana
sebelumnya merupakan bahu belakang dan lahir dibawah simfisis. Bila cara tersebut masih
juga belum berhasil, penolong memasukkan tangannya kedalam vagina, dan berusaha
melahirkan janin dengan menggerakkan dimuka dadanya. Untuk melahirkan lengan kiri,
penolong menggunakan tangan kanannya, dan sebaliknya. Kemudian bahu depan diputar ke
diameter miring dari panggul untuk melahirkan bahu depan.
4

Persalinan percobaan ada dua macam yaitu trial of labour dan test of labour. Trial of labour
serupa dengan persalinan percobaan di atas, sedangkan test of labour sebenarnya adalah fase
akhir dari trial of labour karena baru dimulai pada pembukaan lengkap dan berakhir 2 jam
kemudian. Saat ini test of labour jarang digunakan karena biasanya pembukaan tidak lengkap
pada persalinan dengan panggul sempit dan terdapat kematian anak yang tinggi pada cara
ini.
7

Keberhasilan persalinan percobaan adalah anak dapat lahir spontan per vaginam atau dibantu
ekstraksi dengan keadaan ibu dan anak baik. Persalinan percobaan dihentikan apabila
pembukaan tidak atau kurang sekali kemajuannnya, keadaan ibu atau anak kurang baik, ada
lingkaran bandl, setelah pembukaan lengkap dan ketuban pecah kepala tidak masuk PAP
dalam 2 jam meskipun his baik, serta pada forceps yang gagal. Pada keadaan ini dilakukan
seksio sesarea.
7

Seksio Sesarea
13

Seksio sesarea elektif dilakukan pada kesempitan panggul berat dengan kehamilan aterm,
atau disproporsi sephalopelvik yang nyata. Seksio juga dapat dilakukan pada kesempitan
panggul ringan apabila ada komplikasi seperti primigravida tua dan kelainan letak janin yang
tak dapat diperbaiki.
4

Seksio sesarea sekunder (sesudah persalinan selama beberapa waktu) dilakukan karena
peralinan perobaan dianggap gagal atau ada indikasi untuk menyelesaikan persalinan selekas
mungkin sedangkan syarat persalinan per vaginam belum dipenuhi.
4

Simfisiotomi
Tindakan ini dilakukan dengan memisahkan panggul kiri dan kanan pada simfisis. Tindakan
ini sudah tidak dilakukan lagi.
4

Kraniotomi dan Kleidotomi
Pada janin yang telah mati dapat dilakukan kraniotomi atau kleidotomi. Apabila panggul
sangat sempit sehingga janin tetap tidak dapat dilahirkan, maka dilakukan seksio sesarea.
4
KOMPLIKASI
Pada kehamilan:
Pada kehamilan muda rahim yang bertambah besar dapat tertahan/terhalang keluar
dari true pelvis(inkarserasi), tetapi hal ini jarang di jumpai kecuali pada panggul
sempit absolut.
Pada kehamilan lanjut inlet yang sempit tidak dapat dimasuki bagian terbawah dari
anak, menyebabkan fundus uteri tetap tinggi dengan keluhan sesak, sulit bernafas dan
terasa penuh di ulu hati dan perut besar.
Bagian terbawah anak goyang dan osborne (+)
Perut seperti abdomen pendulus (perut gantung)
Dijumpai kesalahan-kesalahan letak, persentasi dan posisi.
lightening tidak terjadi, fiksasi kepala tidak ada bhakan setelah persalinan mulai
Sering di jumpai tali pusat terkemuka dan menumbung
Pada persalinan : tergantung pada derajat penyempitan panggul
Persalinan akan berlangsung lama
Sering dijumpai ketuban pecah dini
Karena kepala tidak mau turun dan ketuban sudah pecah sering tali pusat menumbung
Moulage kepala berlangsung lama
Sering terjadi inersia uteri sekunder
Pada panggul sempit menyeluruh bahkan sering dijumpai inersia uteri primer
Ruptura uteri
Dapat terjadi simfisiolisis infeksi untrapartal
Partus yang lama mengakibatkan penekanan yang lama pada jaringan lembut
14

Menyebabkan edema, hematoma jalan lahir yang kelak dapat menjadi nekrotik dan
terjadilah fistulae
Pada anak:
Infeksi intrapartal
Kematian janin intrapartal
Prolapsus funiculi
Perdarahan intrakranial
Kaput succedaneum dan sefalo-hematoma yang besar
Robekan pada tentorium serebri dan perdarahan otak karena moulage yang hebat dan
lama
Fraktur pada tulang kepala oleh tekanan yang hebat dari his dan oleh karena alat-alat
yang dipakai.
PROGNOSIS
Prognosis tergantung pada derajat kesempitan panggul dan besar janin yang akan dilahirkan.
Dalam hal ini jika Conjugara Vera 11 cm dapat dipastikan partus biasa dan pronosisnya baik.
Jika conjugara vera kurang dari 11cm dan anak cukup bulan maka prognosis kurang baik dan
sebaiknya dilakukan seksio secarea.















15




DAFTAR PUSTAKA
1. Saifuddin AB. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Edisi Keempat. Jakarta: BP-SP, 2008.
2. Mochtar,R. panggul sempit (pelvic contraction), Lutan,D. Synopsis obstetri: edisi 2. Jakarta. EGC.
1998. Bab 9. Hal: 332-328.
3. Cunningham FG, Gant FN, Leveno KJ, dkk. Obstetri Williams. Edisi 21. Jakarta: EGC, 2005.
4. Winkjosastro H. Ilmu Kebidanan. Edisi Ketiga. Jakarta: YBP-SP, 2007.
5. Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung. Obstetri
Fisiologi. Bandung: Elemen, 1983.
6. Israr YA, Irwan M, Lestari, dkk. Arrest of Decent- Cephalopelvc Disproportion (CPD). 2008.
7. Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung. Obstetri
Patologi. Bandung: Elstar, 1982.

Anda mungkin juga menyukai